You are on page 1of 14

1

KETAHANAN NASIONAL
SEBAGAI LANDASAN KONSEPSIONAL STRATEGIS
Oleh:
JUHRI AM1

Abstrak

PENDAHULUAN

Tulisan ini membahas sekilas tentang ketahanan nasional sebagai


landasan konsepsional strategis dalam mewujudkan kesejahteraan dan
keamanan suatu bangsa, khususnya bangsa Indonesia yang sedang
berjuang keras memulihkan nilai-nilai persatuan dan kesatuan bangsa
yang mengalami keretakan beberapa tahun terakhir ini. Perjalanan
sejarah telah menunjukkan sesungguhnya bangsa Indonesia telah
berhasil merebut kemerdekaan dari tangan para penjajah yang telah
berkuasa selama tiga setengah abad lamanya berkat kokohnya nilai-
nilai persatuan yang telah tertanam dalam sanubari bangsa Indonesia.
Hal ini merupakan wujud nyata bahwa Bangsa Indonesia pernah
menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan dan kesatuan di atas pondasi
ketahanan nasional Indonesia yang kokoh. Memperkokoh nilai-nilai
persatuan dan kesatuan bangsa semestinya sangat dibutuhkan ketika
kita ingin meraih suatu kemenangan. Terlebih-lebih di tahun 2009 ini
akan terjadi peristiwa penting digelarnya pesta demokrasi untuk
menentukan pilihan tepat terhadap para calon pemimpin nasional yang
memiliki komitmen mewujudkan niat reformasi dalam berbagai aspek
kehidupan, khususnya bidang social dan politik.
Sesungguhnya perjalanan Reformasi di berbagai aspek kehidupan
bangsa ini sudah berjalan satu dasa warsa lebih. Namun, tujuan
reformasi belum memberikan buah optimal untuk mewujudkan
kesejahteraan suatu bangsanya. Kalau dicermati, akibat reformasi justru
berbagai efek negative muncul di sana sini hampir terjadi di seluruh
penjuru tanah air kita. Salah satu efek negatif akibat reformasi yang

1
Guru Besar Tetap FKIP Universitas Muhammadiyah Metro dalam Bidang Ilmu Manajemen Pendidikan,
Alumni KRA XXXVIII Lemhannas RI Tahun 2005. Dewan Pakar Pusat Pengkajian Strategi Nasional
(PPSN) Jakarta. Ketua Lembaga Penelitian Universitas Muhammadiyah Metro Lampung.
2

tidak memahami nilai-nilai dasar tujuan reformasi, antara lain adalah


menurunnya nilai-nilai semangat persatuan, kebersamaan, dan
kesatuan bangsa dalam satu wilayah negara kesatuan republik
Indonesia. Bahkan kita saksikan, justru di berbagai pelosok tanah air
masih saja terjadi konflik di antara suku bangsanya sendiri, ironisnya
perselisihan antar mahasiswa dalam satu kampus sendiripun masih
terjadi, demikian pula di lingkungan pelajar, pemuda antar kampong,
dan masyarakat dengan warga masyarakat lain. Tidak mau ketinggalan
pula, konflik internal sering terjadi di kalangan para elit politik yang
menjadi konsumsi diberbagai media cetak maupun elektronik.
Memang, sungguh memprihatinkan, memilukan, dan
mengecewakan kalau suatu bangsa yang pernah di kenal sebagai
bangsa yang ramah, santun, dan menjunjung tinggi nilai
kegotongroyongan yang dikagumi bangsa lainnya. Keretakan nilai-nilai
persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia semestinya tidak akan terjadi
berlarut-larut, manakala bangsa yang pernah dikenal sebagai bangsa
yang santun ini menyadarkan diri akan pentingnya persatuan suatu
bangsa. Kalau kita mau belajar dari pengalaman sejarah dan mau
menengok jauh ke belakang kita sesungguhnya telah menjadi bangsa
yang mampu menjalin ikatan persatuan yang sangat kokoh ketika
semangat kebangsaan merebut kemerdekaan dari cengkeraman
penjajah yang terjadi tiga setengah abad lebih lamanya.
Upaya untuk mewujudkan persatuan bangsa ini, pemerintah
bersama-sama masyarakat sesungguhnya telah melakukan antara lain
dengan cara memperkokoh ketahanan nasional diberbagai bidang,
melalui strategi pemahaman kepada masyarakat akan pentingnya
ketahanan nasional di atas persatuan dan kesatuan bangsa.
Sebagaimana diketahui bahwa ketahanan nasional (tannas) Indonesia
adalah kondisi dinamik bangsa Indonesia yang meliputi segenap aspek
kehidupan nasional yang terintegrasi, berisi keuletan dan ketangguhan
yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional,
dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman,
hambatan dan gangguan (TAHG) baik yang datang dari luar maupun
dari dalam, untuk menjamin identitas, integritas, kelangsungan hidup
bangsa dan Negara serta perjuangan guna mencapai tujuan
nasionalnya.
3

Dalam pengertian tersebut, Ketahanan Nasional dapat dipahami


merupakan suatu kondisi kehidupan nasional yang harus diwujudkan.
Suatu kondisi kehidupan yang dibina secara dini terus menerus dan
sinergik, mulai dari pribadi, keluarga, lingkungan, daerah dan nasional,
bermodalkan keuletan dan ketangguhan yang mengandung
kemampuan mengembangkan kekuatan nasional. Proses berkelanjutan
untuk mewujudkan kondisi tersebut dilakukan berdasarkan pemikiran
geostrategi berupa suatu konsepsi yang dirancang dan dirumuskan
dengan memperhatikan kondisi bangsa dan konstelasi geografi
Indonesia. Menurunnya nilai persatuan dan kesatuan bangsa diduga
masih kuatnya pengaruh internal bangsa Indonesia berupa kesadaran
masyarakat Indonesia akan persatuan dan kesatuan bangsa.

KONSEPSI KETAHANAN NASIONAL INDONESIA


Konsepsi Ketahanan Nasional (Tannas) Indonesia adalah Konsepsi
pengembangan kekuatan nasional melalui pengaturan dan
penyelenggaraan kesejahteraan dan keamanan yang seimbang, serasi
dan selaras dalam seluruh aspek kehidupan secara utuh dan
menyeluruh dan terpadu berlandaskan Pancasila, UUD 1045 dan
Wawasan Nusantara. Dengan kata lain, Konsepsi Ketahanan Nasional
Indonesia merupakan pedoman (sarana) untuk meningkatkan (metode)
keuletan dan ketangguhan bangsa yang mengandung kemampuan
mengembangkan kekuatan nasional, yang mampu mengatasi TAHG
yang timbul.
Kesejahteraan dapat digambarkan sebagai kemampuan bangsa
dalam menumbuhkan dan mengembangkan nilai-nilai nasionalnya, demi
sebesar-besar kemakmuran yang adil dan merata, rohaniah dan
jasmaniah. Sedangkan keamanan adalah kemampuan bangsa
melindungi nilai-nilai nasionalnya terhadap ancaman dari luar maupun
dari dalam. Pada hakikatnya ketahanan nasional mengandung: (a)
keuletan dan ketangguhan bangsa yang mengandung kemampuan
mengembangkan kekuatan nasional, untuk dapat menjamin
kelangsungan hidup bangsa dan negara dalam mencapai tujuan
nasional. (b) merupakan pengaturan dan penyelenggaraan
kesejahteraan dan keamanan secara seimbang, serasi dan selaras
dalam seluruh aspek kehidupan nasional.
4

ASAS-ASAS KETAHANAN NASIONAL INDONESIA


Asas Ketahanan Nasional Indonesia dapat dipahami sebagai tata
laku yang didasari nilai-nilai yang tersusun berdasarkan Pancasila, UUD
1945 dan Wawasan Nusantara, yang terdiri dari:
a. Asas Kesejahteraan dan Keamanan; pada asas ini dapat
dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan dan merupakan kebutuhan
manusia yang mendasar serta esensial, baik sebagai perorangan
maupun kelompok dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Dengan demikian kesejahteraan dan keamanan
merupakan asas dalam Sistem Kehidupan Nasional. Tanpa
kesejahteraan dan keamanan, Sistem Kehidupan Nasional tidak
akan dapat berlangsung, sehingga kesejahteraan dan keamanan
yang merupakan nilai instrinsik pada Sistem Kehidupan nasional itu
sendiri sulit diwujudkan. Dalam realisasinya kondisi kesejahteraan
dan keamanan dapat dicapai dengan menitikberatkan pada
kesejahteraan, tetapi tidak berarti mengabaikan keamanan.
Sebaliknya memberikan prioritas pada keamanan tidak boleh
mengabaikan kesejahteraan. Baik kesejahteraan maupun
keamanan harus selalu ada, berdampingan pada kondisi apapun.
b. Asas Komprehensif Integral atau Menyeluruh Terpadu;
Sistem kehidupan nasional mencakup segenap aspek kehidupan
bangsa secara utuh menyeluruh dan terpadu dalam bentuk
perwujudan persatuan dan perpaduan yang seimbang, serasi, dan
selaras dari seluruh aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara. Dengan demikian Ketahanan Nasional mencakup
ketahanan segenap aspek kehidupan bangsa secara utuh,
menyeluruh dan terpadu (komprehensif integral).
c. Asas Mawas Ke Dalam dan Mawas Ke Luar; Sistem kehidupan
nasional merupakan perpaduan segenap aspek kehidupan bangsa
yang saling berinteraksi. Disamping itu, system kehidupan nasional
juga berinteraksi dengan lingkungan sekelilingnya. Dalam proses
interaksi tersebut dapat timbul berbagai dampak, baik yang bersifat
positif maupun negatif. Untuk itu diperlukan sikap mawas ke dalam
maupun ke luar, mencakup perialku:. (1) Mawas Ke Dalam;
Mawas ke dalam bertujuan menumbuhkan hakikat, sifat dan kondisi
5

kehidupan nasional itu sendiri berdasarkan nilai-nilai kemandirian


yang proporsional untik meningkatkan kualitas derajat kemampuan
bangsa yang ulet dan tangguh. Hal ini tidak berarti bahwa
Ketahanan nasional mengandung sikap isolasi atau nasionalisme
sempit. (2) Mawas Ke Luar; Mawas ke luar bertujuan untuk dapat
mengantisipasi, dan ikut berperan serta menghadapi dan mengatasi
dampak lingkungan strategis luar negeri, serta menerima
kenyataan adanya saling interaksi dan ketergantungan, dengan
dunia internasional. Untuk menjamin kepentingan nasional,
kehidupan nasional harus mampu mengembangkan kekuatan
nasional, agar memberikan dampak keluar dalam bentuk daya
tangkal dan daya tawar. Namun demikian, interaksi dengan pihak
lain diuatamakan dalam bentuk kerjasama yang saling
menguntungkan.
d. Asas Kekeluargaan; Asas kekeluargaan mengandung keadilan,
kearifan, kebersamaan, kesetaraan, gotong royong, tenggang rasa
dan tanggung jawab dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara. Dalam asas ini diakui adanya perbedaan dan
perbedaan tersebut harus dikembangkan secara serasi dalam
hubungan kemitraan, serta dijaga agar tidak berkembang menjadi
konflik yang bersifat antagonistik yang saling menghancurkan.

SIFAT KETAHANAN NASIONAL INDONESIA


Ketahanan Nasional memiliki sifat yang terbentuk dari nilai-nilai
yang terkandung dalam landasan dan asas-asasnya, yaitu: (a) Mandiri;
Ketahanan Nasional bersifat percaya pada kemampuan dan kekuatan
sendiri dengan keuletan dan ketangguhan yang mengandung prinsip
tidak mudah menyerah serta bertumpu pada identitas, integritas dan
kepribadian bangsa. Kemandirian (independent) ini merupakan
prasyarat untuk menjalin kerjasama yang saling menguntungkan dalam
perkembangan global (interdependent). (b) Dinamis; Ketahanan
Nasional tidaklah tetap, melainkan dapat meningkatkan ataupun
menurun tergantung pada situasi dan kondisi bangsa dan Negara, serta
kondisi lingkungan strategisnya. Hal ini sesuai dengan hakikat dan
pengertian bahwa segala sesuatu di dunia ini senantiasa berubah dan
perubahan itu senantiasa berubah pula. Oleh karena itu upaya
6

peningkatan Ketahanan Nasional harus senantiasa diorientasikan ke


masa depan dan dinamikanya diarahkan untuk pencapaian kondisi
kehidupan nasional yang lebih baik. (c) Wibawa;keberhasilan
Pembina Ketahanan Nasional Indonesia secara berlanjut dan
berkesinambungan akan meningkatkan kemampuan dan kekuatan
bangsa yang dapat menjadi factor yang diperhatikan pihak lain. Makin
tinggi tingkat Ketahanan nasional Indonesia, makin tinggi pula nilai
kewibawaan nasional yang berarti makin tinggi tingkat daya tangkal
yang dimiliki bangsa dan Negara Indonesia. (d) Konsultasi dan
Kerjasama; Konsepsi Ketahanan Nasional Indonesia tidak
mengutamakan sikap konfrontatif dan antagonistis, tidak mengandalkan
kekuasaan dan kekuatan fisik semata, tetapi lebih pada sikap konsultatif
dab kerjasama, serta saling menghargai dengan mengandalkan pada
kekuatan moral dan kepribadian bangsa.

KEDUDUKAN DAN FUNGSI KONSEPSI KETAHANAN


NASIONAL
Konsepsi Ketahanan Nasional merupakan suatu ajaran yang
diharapkan dapat diyakini kebenarannya oleh seluruh bangsa Indonesia
serta merupakan pedoman yang perlu diimplementasikan secara
berlanjut dalam rangka membina kondisi kehidupan nasional yang ingin
diwujudkan. Tannas berkedudukan sebagai Landasan Konsepsional
Strategis, yang didasari oleh Pancasila sebagai Landasan Idiil dan UUD
1945 sebagai landasan Konstitusional serta Wasantara sebagai
Landasan Visional di dalam paradigma kehidupan nasional.
Konsepsi Ketahanan Nasional berdasarkan tuntutan
penggunaanya berfungsi sebagai Landasan Konsepsional Strategis,
Metoda Pembinaan Kehidupan Nasional Indonesia, dan Sebagai Pola
dasar Pembangunan Nasional. (1) Konsepsi Ketahanan Nasional dalam
fungsinya sebagai Landasan Konsepsional Strategis perlu dipahami guna
menjamin terjalinnya suatu pola pikir, pola sikap, pola tindak dan pola
kerja untuk menyatupadukan upaya bersama bangsa yang bersifat
interregional (wilayah), inter sektoral dan multi disiplin, dengan
pendekatan top down dan bottom up secara sinergik. Tanpa adanya
landasan tersebut dapat terjadi cara berpikir yang terkotak-kotak
(sektoral), kesimpangsiuran dalam arah dan tindakan, serta tidak
7

konsisten dengan falsafah yang telah disepakati, sehingga


mengakibatkan pemborosan waktu, tenaga dan sarana, yang tidak
memicu terjadinya hambatan bahkan penyimpangan dari tujuan
nasional dan cita-cita nasional. (2) Konsepsi Ketahanan Nasional dalam
fungsinya sebagai Pola dasar pembangunan Nasional pada hakikatnya
merupakan arah dan pedoman dalam pelaksanaan pembangunan
nasional yang meliputi segenap bidang dan sektor pembangunan secara
terpadu.
(3) Konsepsi Ketahanan Nasional dalam fungsinya sebagai Metoda
Pembinaan Kehidupan nasional pada hakikatnya merupakan suatu
metoda komprehensif integral dalam merumuskan kebijaksanaan dan
strategi nasional merupakan metoda umum berdasarkan Astagatra yang
meliputi unsur-unsur geografi, kekayaan alam, kependudukan, ideologi,
politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan.

DASAR PEMIKIRAN ASTAGATRA


Pancasila sebagai pandangan hidup dan ideologi bangsa
Indonesia, yang digali dari nilai-nilai luhur bangsa, memberikan
keyakinan kepada rakyat Indonesia bahwa dalam kehidupannya,
manusia adalah sebagai mahluk pribadi sekaligus sebgai mahluk sosial
serta memiliki dua segi hubungan utama yang tak dapat dipiasahkan
yaitu; hubungan antara manusia dengan Tuhannya, antara manusia
dengan manusia dan lingkungannya. Dalam dinamika kehidupan
hubungan ini akan menumbuhkan berbagai hubungan yang dibina
secara harmonis. Untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya,
manusia memerlukan ruang hidup. Suatu ruang hidup dengan berbagai
potensi yang menyertainya. Baik untuk kepentingan lahiriah (materiil)
maupun batiniah (spirituil) yang mencakup kepentingan kesejahteraan
dan keamanan bangsa. (1) Bangsa Indonesia mensyukuri akan segala
anugerah Tuhan, baik dalam wujud konstelasi dan posisi geografi,
maupun segala isi dan potensi yang dimiliki wilayah Nusantara untuk
dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi peningkatan derajat, harkat,
martabat bangsa dan negara Indonesia dalam pergaulan antar bangsa.
Dalam memanfaatkan isi dan potensi sumber kekayaan alam (SKA),
sangat diperlukan adanya kualitas manusia Indonesia. Terlebih
menghadapi penduduk yang terus bertambah, sedang bumi/alam yang
8

menyediakan segala kebutuhan manusia dapat dikatakan relatif tetap


atau tidak bertambah. Dengan kata lain bahwa manusia sebagai obyek
yang terus menginginkan terpenuhinya kebutuhan yang digali dari SKA,
dan sangat tergantung pada kondisi geografi, merupakan ketiga
unsur/aspek alamiah yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain dan
saling mengkait.
(2) Dalam dinamika kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, manusia Indonesia
menyelenggarakan kehidupannya dengan mengadakan hubungan-
hubungan antara manusia dengan Tuhannya, antara manusia dengan
manusia dan lingkungannya. (i) Hubungan Manusia dengan Tuhan,
menumbuhkan kehidupan beragama yang mengandung nilai-nilai moral
dan etika; (ii) Hubungan Manusia dengan Cita-cita, melahirkan
kehidupan ideologi; (iii) Hubungan Manusia dengan Kepentingan dan
kekuasaan, menimbulkan kehidupan Politik; (iv) Hubungan Manusia
dengan Pemenuhan Kebutuhan, menimbulkan kehidupan Ekonomi; (v)
Hubungan Manusia dengan Manusia lainnya, mewujudkan kehidupan
Sosial (masyarakat) dengan segenap perangkatnya, termasuk
norma/hukum yang haris dipatuhi; (v) Hubungan Manusia dalam
kehidupan bermasyarakat dengan tumbuhnya Rasa, Cipta, Karsa dan
Karya, mewujudkan kehidupan Budaya; (vi) Hubungan Manusia dengan
Pemanfaatan dan Penguasaan Alam, menciptakan Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi (IPTEK) yang merupakan hasil dari Rasa, Cipta, Karsa dan
Karya, mewujudkan kehidupan Budaya; (vii) Hubungan Manusia dengan
Rasa Aman, mewujudkan kehidupan Pertahanan dan Keamanan.
Berdasarkan rumusan pengertian Tannas, sesungguhnya Tannas
merupakan gambaran dari kondisi sistem (tata) kehidupan nasional
pada saat tertentu. Sebagai kondisi yang tergantung pada waktu, ruang
dan lingkungan, maka Tannas bersifat dinamis. Tiap-tiap aspek di
dalam tata kehidupan nasional relatif berubah menurut waktu, ruang,
dan lingkungan terutama pada aspek-aspek dinamis, sehingga
interaksinya menciptakan kondisi umum yang amat sulit dipantau,
karena sangat kompleks. Dalam rangka pemahaman dan pembinaan
tata kehidupan nasional tersebut, diperlukan penyederhanaan tertentu
dari berbagai aspek kehidupan nasional dalam bentuk model yang
merupakan hasil pemetaan dari keadaan nyata, melalui suatu
9

kesepakatan dari analisa mendalam yang dilandasi teori hubungan


antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia dan
lingkungan. Di dalam proses penyederhanaan itu jumlah aspek
kehidupan nasional diredusir sampai jumlahnya sesedikit mungkin,
namun tetap dapat merefleksikan ciri-ciri utama dari fenomena atau
permasalahan, yang disebut ”gatra”. Sesungguhnya jumlah gatra yang
digunakan satu model dapat berapa saja, akan tetapi perlu diwaspadai
bahwa jumlah gatra yang terlalu banyak akan mengakibatkan gambaran
kehidupan yang kompleks, sehingga tujuan penyederhanaan tidak
berhasil.
Terkait dengan unsur-unsur alamiah yang melekat pada negara
diperoleh pemetaan pada 3 Gatra (Trigatra) yang relatif statis yaitu
gatra Geografi, Sumber Kekayaan Alam dan Kependudukan, sedangkan
berdasarkan pemahaman tata hubungan manusia dalam kehidupan
sosialnya diperoleh kesepakatan bahwa dalam Konsepsi Ketahanan
Nasional Indonesia seluruh aspek kehidupan sosial dipetakan dalam 5
gatra Sosial (Pancagatra) yang bersifat dinamis dan dianggap dominan
yaitu gatra Ideologi, gatra Politik, gatra Ekonomi, gatra Sosial-Budaya,
gatra Pertahanan dan Keamanan.
• Walaupun Agama tidak dimunculkan sebagai gatra, namun
nilai-nilai agama harus memberikan landasan moral dan etika
dalam semua gatra dari pancagatra.
• Demikian pula Hukum, yang timbul dari interaksi/hubungan
antara manusia dengan Manusia masuk dalam gatra Sosial-
Budaya, namun selanjutnya hukum juga diperlukan sebagai
dasar hukum dalam penyelenggaraan kehidupan ideologi,
politik, ekonomi, pertahanan dan keamanan.
• Demikian pula pengembangan IPTEK dimasukkan dalam gatra
Sosial-Budaya sebagai hasil dari rasa, cipta, karsa dan karya
manusia, sedangkan pemanfaatan IPTEK merupakan unsur dari
gatra Ekonomi dan sebagai komoditi. Dalam Gatra Politik serta
garta Pertahanan dan Keamanan, IPTEK sebagai unsur
pendukun dalam sistem, dan lat peralatan yang digunakan.
Ke tiga gatra alamiah (Trigatra) bila digabungkan dengan lima
gatra Sosial (Pancagatra) akan menjadi delapan gatra (Astagatra) yang
merupakan model pemetaan menyeluruh dari system kehidupan
10

nasional bangsa Indonesia. Astagatra tersebut satu sama lainnya


terintegrasi secara utuh menyeluruh dan terpadu, membentuk tata laku
masyarakat bangsa dan negara. Pemahaman lebih lanjut dijelaskan
pada uraian singkat di abwah ini.
a. Trigatra (Gatra Alamiah); Trigatra atau gatra alamiah meliputi
aspek-aspek suatu Negara yang memang sudah melekat pada
Negara itu. Unsur dari setiap aspek tidak pernah sama
spesifikasinya untuk setiap Negara. Trigatra atau gatra alamiah
meliputi gatra : Geografi, Sumber Kekayaan Alam dan
Kependudukan. Ketiga gatra alamiah tersebut mengandung
unsure-unsur alamiah yang bersifat relative tetap atau statis.
b. Pancagatra (Gatra Sosial); ncagatra atau gatra social adalah
aspek-aspek kehidupan nasional yang menyangkut kehidupan dan
pergaulan hidup manusia dalam bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara dengan ikatan-ikatan, aturan-aturan dan norma-norma
tertentu.
Pancagatra atau gatra Sosial meliputi : gatra Ideologi, Politik,
Ekonomi, Sosial dan Budaya, Pertahanan dan Keamanan. Kelima gatra
Sosial tersebut mengandung unsur-unsur yang bersifat dinamis.
Tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan yang dihadapi oleh
bangsa Indonesia selalu ditujukan pada kelima gatra Sosial tersebut.
Dan oleh karena itu penanggulangannya adalah dengan upaya
meningkatkan ketahanan dalam gatra ideology, politik, ekonomi, social
budaya, pertahanan dan keamanan secara utuh menyeluruh dan
terpadu. Kualitas Pancagatra dalam kehidupan nasional Indonesia
tersebut secara terintegrasi serta dalam interaksinya dengan Trigatra
mencerminkan tingkat Ketahanan Nasional Indonesia.

HUBUNGAN ANTAR GATRA DALAM ASTAGATRA


Antara Trigatra dan Pancagatra serta antar gatra itu sendiri
terdapat hubungan timbal balik yang erat yang dinamakan korelasi dan
interdependensi, dalam arti bahwa: (1) Ketahanan Nasional pada
hakikatnya bergantung kepada kemampuan bangsa dan Negara di
dalam mendayagunakan secara optimal gatra Alamiah (Trigatra)
sebagai modal dasar untuk penciptaan kondisi dinamis yang merupakan
kekuatan dalam penyelenggaraan kehidupan nasional (Pancagatra). (2)
11

Ketahanan nasional adalah suatu pengertian holistic, yaitu suatu


tatanan yang utuh, menyeluruh dan terpadu, dimana terdapat saling
hubungan antar gatra didalam keseluruhan kehidupan nasional
(Astagatra). (3) Kelemahan di salah satu gatra dapat mengakibatkan
kelemahan di gatra lain dan mempengaruhi kondisi secara keseluruhan
sebaliknya kekuatan dari salah satu atau beberapa gatra dapat
didayagunakan untuk memperkuat gatra lainnya yang lemah, dan
mempengaruhi kondisi secara keseluruhan. (4) Ketahanan Nasional
Indonesia bukan merupakan suatu penjumlahan ketahanan segenap
gatranya, melainkan suatu resultante keterkaitan yang integrative dari
kondisi-kondisi dinamik kehidupan bangsa di bidang-bidang ideology,
politik, ekonomi, social budaya, pertahanan dan keamanan.
Selanjutnya hubungan antar gatra, dikemukakan seperti uraian
berikut: (1) Gatra geografi, Karakter geografi sangat mempengaruhi
jenis, kualitas dan persebaran kekayaan alam dan sebaliknya kekayaan
alam dapat mempengaruhi karakter geografi. (2) Antara Gatra Geografi
dan Gatra Kependudukan; Bentuk-bentuk kehidupan dan penghidupan
serta persebaran penduduk sangat erat kaitannya dengan karakter
geografi dan sebaliknya karakter geografi mempengaruhi kehidupan
dari pendudukanya. (3) Antara Gatra Kependudukan dan Gatra
Kekayaan Alam; Kehidupan dan penghidupan pendudukan dipengaruhi
oleh jenis, kualitas, kuantitas dan persebaran kekayaan alam, demikian
pula sebaliknya jenis, kualitas, kuantitas dan persebaran kekayaan alam
dipengaruhi oleh faktor-faktor kependudukan khususnya kekayaan alam
yang dapat diperbaharui. Kekayaan alam mempunyai manfaat nyata
jika telah diolah oleh penduduk yang memiliki kemampuan dalam ilmu
pengetahuan dan teknologi. (4) Hubungan Antar gatra Dalam
Pancagatra; Setiap gatra dalam Pancagatra memberikan kontribusi
tertentu pada gatra-gatra lain dan sebaliknya setiap gatra menerima
kontribusi dari gatra-gatra lain secara terintegrasi.
(i) Antara Gatra Ideologi dengan Gatra Politik, Ekonomi,
Sosial-Budaya, Pertahanan dan Keamanan, dalam arti
ideologi sebagai falsafah bangsa dan landasan idiil negara
merupakan nilai penentu bagi kehidupan nasional yang
meliputi seluruh gatra dalam Pancagatra dalam memelihara
kelangsungan hidup bangsa dan pencapaian tujuan nasional.
12

(ii) Antara Gatra Politik dengan Gatra Ideologi, Ekonomi,


Sosial Budaya, Pertahanan dan Keamanan; Berarti
kehidupan politik yang mantap dan dinamis menjalankan
kebenaran ideologi, memberikan iklim yang kondusif untuk
pengembnagan ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan
keamanan. Kehidupan politik bangsa dipengaruhi oleh
bermacam hal yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan.
Ia dipengaruhi oleh tingkat kecerdasan dan kesadaran politik,
tingkat kemakmuran ekonomi, ketaatan beragama, keakraban
sosial dan rasa keamanannya.
(iii) Antara Gatra Ekonomi dengan Gatra Ideologi, Politik,
Sosial Budaya, Pertahanan dan Keamanan; Berarti
kehidupan ekonomi yang tumbuh mantap dan merata, akan
menyakinkan kebenaran ideologi yang dianut, mendinamisir
kehidupan politik dan perkembangan sosial budaya serta
mendukung pengembangan Pertahanan dan Keamanan.
Keadaan ekonomi yang stabil, maju dan merata menunjang
stabilitas dan peningkatan ketahanan aspek lain.
(iv) Antara Gatra Sosial Budaya dengan Gatra Ideologi,
Politik, Ekonomi, Pertahanan dan Keamanan; Dalam arti
kehidupan sosial budaya yang serasi, stabil, dinamis,
berbudaya dan berkepribadian, akan menyakinkan kebenaran
ideologi, memberikan iklim yang kondusif untuk kehidupan
politik yang berbudaya, kehidupan ekonomi yang tetap
mementingkan kebersamaan serta kehidupan pertahanan
dan keamanan yang menghormati hak-hak individu. Keadaan
sosial yang terintegrasi secara serasi, stabil, dinamis,
berbudaya dan berkepribadian hanya dapat berkembang di
dalam suasana aman dan damai. Kebesaran dan keseluruhan
nilai sosila budaya bangsa mencerminkan tingkat
kesejahteraan dan keamanan nasional baik fisik materiik
maupun mental spritual. Keadaan sosial yang timpang
dengan kontradiksi di berbagai bidang kehidupan
memungkinkan timbulnya ketegangan sosial yang dapat
berkembang menjadi gejolak sosial.
13

(v) Antara Gatra Pertahanan dan Keamanan dengan Gatra


Ideologi, Politik, Ekonomi dan Sosial Budaya; Dalam arti
kondisi kehidupan pertahanan dan keamanan yang stabil dan
dinamis akan meyakinkan kebenaran ideologi, memberikan
iklim yang kondusif untuk pengembangan kehidupan politik,
ekonomi dan sosial budaya. Keadaan pertahanan dan
keamanan yang stabil, dinamis, maju dan berkembnag di
seluruh aspek kehidupan akan memperkokoh dan menunjang
kehidupan ideologi, politik, ekonomi dan sosial budaya.
Astagatra Dalam Pendekatan Kesejahteraan dan Keamanan,
Peranan tiap-tiap gatra untuk kesejahteraan dan keamanan tergantung
dari sifat masing-masing gatra, yakni: (1) Gatra Alamiah mempunyai
peranan sama besar baik untuk kesejahteraan maupun untuk
keamanan. (2) Gatra Ideologi, Politik dan Sosial Budaya mempunyai
peranan sama besar untuk kesejahteraan dan keamanan. (3) Gatra
Ekonomi relatif mempunyai peranan lebih besar untuk kesejahteraan
dari pada peranan untuk keamanan. (4) Gatra Pertahanan dan
Keamanan relatif mempunyai peranan lebih besar untuk keamanan dari
pada peranan untuk kesejahteraan.

PENUTUP
Sebagai penutup dari tulisan ini penulis menyimpulkan bahwa: ”Perwujudan
Ketahanan Nasional Indonesia merupakan landasan konseptual strategis bagi suatu
bangsanya dapat dicapai melalui peningkatan pemahaman pentingnya memperkokoh nilai-
nilai persatuan dan kesatuan bangsa”. Kondisi ini dapat diwujudkan dengan berbagai
tindakan nyata bagi seluruh elemen masyarakat Indonesia dengan cara:
1. Pemulihan dan peningkatan pemahaman masyarakat Indonesia terhadap nilai-nilai
dasar semangat perasatuan dan kesatuan bangsa,
2. Menumbuhkan kesadaran masyarakat Indonesias terhadap semboyan makna
Bhinneka Tunggal Eka dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara,
3. Mengimplementasikan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila, UUD
1945, dan Wawasan Nusantara, dalam kehidupan sehari-hari
4. Menciptakan dinamika kehidupan yang harmonis dengan model pemetaan sistem
kehidupan nasional bangsa Indonesia melalui pemahaman dan pengelolaan gatra
alamiah dan gatra sosial untuk memperkokoh ketahanan nasional Indonesia.
14

Sekalipun materi dari tulisan ini sangat sederhana, kiranya dapat dijadikan sebagai bahan
diskusi bagi pembaca pada umumnya dan bahan pertimbangan para politisi khususnya
dalam perumusan kebijakan strategis pemulihan kesadaran bangsa dalam menjunjung
tinggi dan menerapkan nilai-nilai persatuan dan kesatuan bangsa dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Amin

You might also like