Professional Documents
Culture Documents
19/11/2007
ش َه ُد ْ َوأ.ُش َه ُد أنْ الَ اِل َه اِالهللا َ َوأ ْب َغ. َوأح َّب ال َّطائِ ِع ْين
ْ أ. َض ال َعاصِ ْين َ . َألح ْم ُد هّلِل ِ الذِي َج َزى ال َعا ِملِ ْين َ .ِ ألح ْم ُد هّلِل َ
ص ْح ِب ِه َ َو َعلَى آلِ ِه َو.صراطِ َك ال ُم ْس َتقِ ْي ِم َ ار ْك َعلَى ُم َح ّم ٍد ال َهادِي ِالَى ِ ب
َ وَ م
ْ ِّ لسَ و َ ِّ ل ص
َ م َّ ه
ُ ّ لل َ ا . هللا
ِ ُ ل وْ سُ ر
َ ا د
ً م
ّ ح
َ م
ُ َّأن
َ َّاعلَ ُموا أن
هللا أ َم َر ُك ْم ْ هللا الّذِي ال اِل َه سِ َواهُ َو ُ َ َ
َ ف َيا ِع َبا َدهللاِ ا َّتق ْو. أ َّما َب ْع ُد.س ِب ْيلِ َك ا ْلق ِو ْي ِم َ فِي ََوال ُم َجا ِه ِد ْين
َ َولكِنِّ هللاَ َي ْر َح ُمك ْم َوأنزل. فال َيك ْونُ ذلِك ِاال لِخ ْس َرانِك ْم َوهَاللِك ْم. َون َهاك ْم ِبالظل ِم َوال َم ْعصِ َي ِة.ِبال َّطا َع ِة وا ْل ِع َبا َد ِة
َ ْ ُ َ ُ ُ ُ َّ َ ُ َ ْ ْ ُّ ُ َ
صال ِِح َ َّ أِل َن.ت
َ أَ َثا َب ُك ْم ِب.هللا َج َزى أَ ْع َمالَ ُك ْم ِ س ِّي َئا
َّ اج َتنِ ُبوا َع ِن ال ْ ت َو ِ صال َِحا َّ اع َملُوا ال ْ َفأَطِ ْي ُع ْوهُ َو.ِن َع َم ُه َعلَ ْي ُك ْم
ْ َ
س ّيءِ أف َعالِ ُك ْم َ َو َع َّذ َب ُك ْم ِب.أَ ْع َمالِ ُك ْم
Jama’ah Shalat Jum’at yang berbahagia
Umat Islam tentu mengetahui, mengakui dan menyadari dengan sepenuhnya, bahwa dirinya
diciptakan oleh Allah SWT dari tidak ada menjadi ada; dari tidak berdaya menjadi berdaya, dan
berdaya upaya; dari lemah menjadi dapat berbuat sesuatu; dari menangis menjadi kuat dan perkasa
serta menguasai alam ini. Itu semua bertujuan agar manusia selalu mengabdi kepada-Nya. Kita
diciptakan bukan supaya bermusuh-musuhan, bukan untuk saling membunuh, bukan untuk berfoya-
foya, bukan untuk bersanang-senang yang dapat melupakan Sang Pencipta Allah Rabbul ‘Alamin, juga
bukan untuk berbuat kerusakan. KIta diciptakan semata-mata untuk beribadah dan mengabdi
kepada-Nya.
Pengabdian hamba yang baik dan ihlas pasti tidak akan sia-sia. Karena disamping hal itu merupakan
bukti kepatuhan dan ketaatan kepada penciptanya, kita juga akan diberi imbalan, balasan yang
berupa kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Manusia adalah makhluk sosial, makhluk bermasyarakat yang tida bisa hidup sendiri, tapi
membutuhkan orang lain. Manusia yang menginginka keturunan pun membutuhkan manusia yang
lain.
Manusia yang baru dilahirkan dari rahim ibunya tidak berdaya dan tidak dapat berbuat sesusatu,
kecuali bergerak dan menangis. Nah, pada saat-saat demikian inilah ia membutuhkan pertolongan
orang lain, seperti: bidan, dan lain-lain.
Manusia yang meninggal dunia tidak bisa memandikan diri sendiri, membungkus dirinya dengan kain
kafan, bersembahyang dan mengubur dirinya sendiri, akan tetapi harus dimandikan dibungkus dan
dikafan, disembahyangkan dan dikubur oleh orang lain
Bahkan untuk makan sesuap nasi pun manusia membutuhkan kerja sama dengan berbagai orang.
Mereka akan menerima pahala dan siksa dari Allah besok di akhirat, menurut baik dan buruk yang
dikerjakannya.
Oleh karena itu, manusia yang akan mengerjakan sesuatu pekerjaan, pasti akan berfikir terlebih
dahulu, apakah yang akan dikerjakan itu termasuk kebaikan ataukah keburukan, ketaatan atau
kemaksiatan dan kedurhakaan? Apabila yang dikerjakan itu ternyata kebaikan dan ketaatan, pasti ia
mendapat pahala. Tapi apabila ternyata keburukan, kemaksiatan dan kedurhakaan, pasti akan
mendapat siksa dari Allah SWT.
Jadi manusia akan mendapat pahala karena amal baiknya, dan mendapat dosa dan siksa karena amal
jeleknya. Seperti yang difirmankan Allah SWT dalam Al-Qur’an surat az-Zalzalah ayat 7-8:
َ َو َمن َي ْع َملْ ِم ْث َقال َ َذ َّر ٍة.َف َمن َي ْع َملْ ِم ْث َقال َ َذ َّر ٍة َخ ْيراً َي َره
ُش ّراً َي َره
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah pun, niscaya dia melihat (balasan)nya . Dan
barangsiapa yang mengerjakan kejehatan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya
(pula).”
Yang tersebut tadi adalah pahala dan dosa akibat perbuatan sendiri, bukan karena orang lain.
Dalam Islam memang tidak ada dosa warisan. Sehingga anak tidak akan menerima bagian sedikit pun
dari dosa dosa orang tuanya. Nabi adam AS dan ibunda Hawa pernah melanggar larangan Allah SWT,
sedikit pun kita umat manusia sebagai keturunannya tidak diberi dosa warisa dari beliau.
Siapa yang berbuat kebaikan, akan mendapat balasan pahala dari Allah SWT, dan siapa yang berbuat
kejahatan, akan mendapat siksa dari-Nya.
َ ا ْك َت
ْس َبت س َبتْ َو َعلَ ْي َها َما
َ لَ َها َما َك
“Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakan dan ia mendapat siksa (dari kejahatan ) yang
dikerjakannya.”
Islam menegaskan, bahwa setiap bayi yang keluar dari rahim ibunya itu suci, tidak berdosa sampai ia
dewasa. Dan apabila ia telah menjadi orang yang dewasa, maka barulah amal perbuatannya itu
dicatat sebagaimana lainnya, yang baik diberi pahala dan yang jahat diberi dosa.
Hadis Nabi Muhammad SAW Yang diriwayatkan Abu Ya’la dalam Musnad Tabrani dan Baihaqi
menerangkan sebagai berikut :
ُيه َِّودَانِ ِه أَ ْو ُي َنصِّ رَ انِ ِه ْأو ُيمَجِّ سَ انِ ِه ُُكل ُّ م َْولُ ْو ٍد ي ُْولَ ُد َعلَى ا ْلف ِْطرَ ِة َفأَب ََواه
“Tiap-tiap bayi itu dilahirkan dalam keadaan suci bersih sehingga menjadi fasih lisannya, lalu ayah
ibunya menjadikan orang beragama Yahudi, Kristen atau Majusi.”
Dan hadis lain yang diriwyatkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal, Abu Dawud dan al-Hakim
menerangkan sebagai berikut:
“Pena (malaikat) itu diangkat (maksudnya: perbuatan manusia tidak ditulis, tidak dicatat) dari tiga
macam orang : 1. Orang gila hingga ia sembuh gilanya. 2. Orang yang tidur hingga ia terjaga
(bangun dari tidurnya), dan 3. Anak kecil hingga ia menjadi baligh (dewasa)."
Dengan demikian, kita dituntut untuk berbuat kkebajikan sebanyak-banyaknya. Karena kita sendirilah
yang akan menerima balasan pahala darinya disamping kebehagiaan duniawi.
Kita juga dituntut menjauhi kejahatan, kedurhakaan dan kemaksiatan agar menjadi orang yang
selamat di dunia dan akhirat.
Apabila kita perhatikan firman-firman allah SWT dan sabda-sabda Nabi Muhammad SAW tadi, kita
akan dapat memetik kesimpulan sebagai berikut:
1. Manusia dilahirkan dalam keadaan suci, tidak mempunyai dosa, baik akibat perbuatannya sendiri
maupun akibat perbuatan orang tua atau leluhurnya.
2. Semua pahal atau siksa yang diberikan Allah SWT kepada manusia adalah balasan yang setimpal
dari perbuatannya sendiri, baik secara langsung maupun tidak.
َ ص مِنْ ا ُ ُج ْو ِر ِه ْم
ش ْي ٌئ ْ س َن ًة َف َل ُه أَ ْج ُرهَا َو
َ ُأج ُر َمنْ َع ِمل َ ِب َها َب ْع َدهُ مِنْ َغ ْي ِر أنْ َي ْنق َ س َّن ًة َح
ُ سنَّ ف ِْي ااْل ِ ْسال ِِمَ َْمن
ْص مِن ُ ْ َ ْ ْ َ َ
ِ س ِّيئة كانَ َعل ْي ِه ِوز ُرهَا َو ِوز ُر َمنْ َع ِمل َ بِ َها مِنْ َب ْع ِد ِه مِنْ غ ْي ِر أنْ َينق ً َ ً
َ س نة َّ َ اْل
ُ سنَّ فِي ا ِ ْسال ِم َ َْو َمن
َ ْأو َز ِار ِه ْم
ش ْي ٌئ
“Barangsiapa memberikan contoh yang baik dalam Islam maka baginya pahala dan pahala orang
yang mengerjakannya sesudahnya tanpa dikurangi sedikit pun dari pahala mereka, dan barangsiapa
yang memberikan contoh jelek dalam Islam maka atasnya dosanya dan dosa orang yang
mengerjakan sesudahnya tanpa dikurangi sedikit pun dari dosa dosa mereka."
Sehubungan dengan hadis tersebut, Allah SWT berfirman dalam surat Yasin Ayat 12 sebagai berikut :
اس َت ِم ُعو ْا لَ ُه ْ ئ ا ْلقُ ْرآنُ َف َ َوإِ َذا ُق ِر. َ َوهللاُ َيقُ ْول ُ َوبِ َق ْولِ ِه َي ْه َتدِي ا ْل ُم ْه َتد ُْون.سنَ ا ْل َكالَ ِم َكال ُم هللاِ ا ْل َملِكِ ا ْل َعاّل ِم َ اِنَّ أَ ْح
َ َو َمن َي ْع َملْ ِم ْث َقال. َف َمن َي ْع َملْ ِم ْث َقال َ َذ َّر ٍة َخ ْيراً َي َره.الر ِج ْي ِم َّ ان ّ أ ُع ْو ُذ باهللِ مِنَ ال. ََوأَنصِ ُتو ْا لَ َعلَّ ُك ْم ُت ْر َح ُمون
ِ ش ْي َط
ِا ّن ُه.ت َوال ِّذ ْك ِر ا ْل َح ِك ْي ِم
ِ َو َن َف َعنِي َو ِا ِّيا ُك ْم بما فيه مِنَ اآل َيا.آن ا ْل َعظِ ْي ِم ِ ار َك هللاُ لِي َولَ ُك ْم فِي ا ْلقُ ْر َ َب.ُش ّراً َي َره َ َذ َّر ٍة
َت َعالَى َج َّوا ٌد َك ِر ْي ٌم َر ْح َمانٌ َر ِح ْي ٌم