You are on page 1of 12

TEKNIK PEMBUATAN SEDIAAN APUS SPERMATOZOA

Laporan Praktikum Mikroteknik

NAMA : NATALINA
NIM : J1C108027
KELOMPOK : 4 (Empat)
ASISTEN : Tri Yulianingsih

PROGRAM STUDI S1 BIOLOGI


FAKLUTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBANG MANGKURAT
BANJARBARU
NOVEMBER 2010
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mikroteknik merupakan ilmu yang mempelajari tenik pembuatan sediaan


secara mikroskopis. Dalam mikroteknik, sediaan yang dibuat berbahan dasar sel.
Sel yang digunakan yaitu sel hewan dan sel tumbuham. Mikroteknik semakin
berkembang dewasa ini. banyak metode yang digunakan untuk pembuatan sediaan
tergantung bahan yang akan digunakan. sel hewan yang kebanyakan digunakan
ungtuk pembuatan sediaan dengan metode smear ataupun embedding dan sering
kali pula dengan metod whole mount. Sedangkan sel tumbuhan kebanyakan
dibuat dengan menggunakan metode yang lebih ringan daripada sel hewan karena
struktur sel hewan an sel tumbuhan yang berbeda (Djukri, 2007).
Salah satu metode dalam mikroteknik adalah membuat sediaan dengan cara
dioleskan di atas kaca benda dengan bantuan kaca benda yang lain. Hal ini
dimaksudkan agar diperoleh apusan yang setipis – tipisnya sehingga bentuk dari
sel yang dijadikan bahan apusan tersebut dapat terlihat dengan jelas di bawah
mikroskop. Dengan kata lain teknik pembuatan perparat dengan metode apusan
ini bertujuan untuk memperoleh gambaran bentuk sel yang sejelas – jelasnya
sehingga sel tersebut dapat dengan mudah untuk diketahui dan diamati (Santoso,
2002).
Metode oles (smear method) adalah suatu cara membuat sediaan dengan
jalan mengoles atau membuat selaput tipis dari bahan yang berupa cairan atau
bukan cairan di atas gelas objek. Metode ini dipakai untuk pembuatan sediaan
darah, spermatozoa, cairan haemolimfa belalang, protozoa, mukosa mulut, dan
mukosa vagina (Santoso, 2002).

2.1 Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah mengenal tahap-tahap pembuatan, bahan


dan alat untuk praktikum sediaan dengan metode apus/smear.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Metode Smear Atau Oles, yaitu metode pembuatan preparat dengan cara
mengoles atau membuat selaput tipis dari bahan yang berupa cairan atau bukan
diatas gelas objek. metode ini dipakai untuk pembuatan sediaan darah,
spermatozoa, cairan hemolimf belalang, protozoa, mukosa mulut dan mukosa
vagina. Untk pembuatan sediaan dengan menggunakan darah biasanya akan
ditetesi dengan EDTA atau heparin agar tidak terjadi pembekuan darah. untuk
metode ini biasanya digunakan bahan dari sel hewan (Pujawati, 2002).
Bentuk spermatozoa pada berbagai hewan bervariasi, tetap pada prinsipnya
dapat dibedakan menjadi bagian kepala, bagian tengah, dan ekor. Pada kepala
sperma bagian paling depan terdapat akrosoma yang mengandung enzim
hialuronidase. Di pusat kepala sperma terdapat inti sperma yang menyimpan
sejumlah informasi genetik yang akan diwariskan kepada keturunannya. Di
belakang sperma terdapat bagian tengah sperma yang banyak menyimpan
mitokondria. Mitokondria sangat penting dalam pembentukan ATP yang
merupakan sumber energi pada sperma. Sementara bagian ekor sangat diperlukan
untuk membantu pergerakan sperma (Isnaeni, 2004).
Pewarnaan (Staining) pada preparat apus merupakan suatu metode
persiapan dengan menggunakan kaca preparat untuk menguraikan bagian-bagian
darah sehingga menghasilkan kontras dan warnanya agar nampak transparan.
Apabila cairan darah yang akan dibuat sediaan oles tidak cukup mengandung
protein, lebih baik gelas benda yang akan dipakai, dioles dengan gliserin terlebih
dahulu agar supaya sel-selnya melekat erat pada gelas benda. Pembuatan sediaan
oles ini dapat dikerjakan selain untuk darah hewan-hewan golongan avertebrata,
juga dapat digunakan untuk pembuatan preparat darah manusia yang tujuannya
untuk mencari ada atau tidak adanya parasit darah yang biasanya jarang terdapat
didalamnya (Medic, 2008).
Staining merupakan pewarnaan preparat dengan cara melakukan
perendaman preparat ke dalam agen pewarna. Agen pewarna tersebut misalnya:
Hematoxylin, Eosin (HE), Giemsa dan lainnya. Sebelum dilakukannya staining
pereparat terlebih dahulu haruslah difiksasi. Fiksasi tersebut bertujuan untuk
mematikan sel tanpa merusak komponen-komponennya. Contoh larutan fiksatif
adalah turunan alkohol, metilen blue, dan sebagainya (Spiritia, 2008). Pewarna
Giemsa digunakan untuk diagnosid malaria dan parasit. Hal ini disebabkan
kespesifikannya terhadap gugus fosfat DNA yang mempengaruhi jumlah Adeni-
Timin (Medic, 2008).
Cara fiksasi sediaan oles ada 2, yaitu fikasasi sediaan setelah kering dan
fiksasi sediaan sebelum kering. Biasanya macam fiksaktif yang digunakan setelah
sediaan menjadi kering adalah fiksatif-fiksatif yng berbentuk cairan. Yang paling
banyak digunakan adalah metil alkohol, alkohol absolut, dan alkohol eter. Cara
fiksatif semacam ini sangat baik untuk bakteri dan eritrosit yang keduanya tidak
banyak mengalami perubahan bentuk (Medic, 2008).
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, 4 November 2010 bertempat


di Laboratorium Dasar Ruang Biologi I Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah alat bedah, papan bedah,
cawan petri, pipet, mikroskop, gelas objek, dan gelas penutup.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah mencit jantan, mencit
betina, kloroform, metanol, larutan geimsa, akuades, NaCl fisiologis, dan entellan.

3.3 Prosedur Kerja

1 Dislokasi leher mencit, kemudian diambil saluran vas deferensnya dan


ditampung kedalam cawan petri berisi NaCl fisiologis.
2 Diurut saluran vas deferen tersebut perlahan-lahan menggunakan pinset
untuk dikeluarkan cairan spermatozoa.
3 Diaduk cairan spermatozoa tersebut hingga diperoleh campuran cairan
spermatozoa dan NaCl fisiologis yang homogen.
4 Diteteskan campuran cairan spermatozoa tersebut pada gelas obyek,
kemudian dengan cepat dan hati-hati dioleskan cairan spermatozoa
tersebut dengan memakai gelas objek lain. Sudut pengolesan yang baik
45oC dan saat pengolesan cepat agar mendapatkan olesan yang tipis.
5 Dibiarkan hasil olesan spermatozoa tersebut sampai kering diudara,
kemudian dilakukan fiksasi dalam metanol selama 5 menit.
6 Dibiarkan sediaan kering sekali lagi diudara, dengan jalan diletakkan gelas
objek pada posisi berdiri miring di bak pewarnaan. Setelah kering
dikembalikan pada posisi tidur dengan permukaan berisi olesan
dipermukaan atas.
7 Ditetesi seluruh permukaan sediaan oles dengan larutan pewarna Gimsa
3% dan dibiarkan selama 15 menit
8 Dicuci dengan aquades dingin
9 Dibiarkan lagi sediaan olesan kering diudara
10 Ditetesi sediaan oles tadi dengan entellan, terutama pada bagian olesan
spermatozoa yang diperkirakan sel-selnya tampak jelas, dan dengan segera
setelah penetasan entellan ditutup bagian tadi dengan gelas penutup.
11 Diperiksa apakah pada saat penutupan tadi terdapat gelembung-gelembung
udara, jika ada maka dihilangkan dahulu gelembung-gelembung tadi
dengan cara ditekan gelas penutup dengan jarum.
12 Dibiarkan sampai kering, dan supaya rata ditindih dengan menggunakan
pemberat, dan diberi label pada bagian gelas obyek yang kosong.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan didapatkan hasil sebagai


berikut :
GAMBAR PREPARAT SPERMATOZOA KETERANGAN

3 1. Kepala
Spermatozoa
2 2. Leher
Spermatozoa
3. Ekor
Spermatozoa

Gambar 1. Spermatozoa
Perbesaran 400x

4.2 Pembahasan

Metode yang digunakan pada praktikum kali ini adalah metode


apusan/smear. Pada metode ini, sediaan dibuat dengan cara mengoles atau
membuat selaput tipis dari bahan yang berupa cairan atau bukan cairan di atas
gelas objek. Pengamatan dengan menggunakan metode ini misalnya dilakukan
pada preparat darah ikan, katak, ayam dan mencit, selain itu juga dapat digunakan
untuk preparat protozoa dari air kolam. Pada praktikum kali ini, dilakukan apusan
pada spermatozoa mencit dan vagina mencit.
Spermatozoa mencit jantan yang digunakan diambil dengan membedah
mencit dan mengambil saluran vasdeferennya dan mengambil spermatozoa
dengan mengurut-urut perlahan salauran vasdeferens tersebut. Spermatozoa yang
keluar dimasukkan ke dalam cawan petri yang berisi larutan NaCl yang telah ada.
Larutan NaCl tersebut berfungsi sebagai buffer atau penyeimbang kepekatan
cairan antara cairan dalam sel spermatozoa dan cairan diluar sel spermatozoa.
Kepekatan antara cairan dalam sel spermatozoa larutan NaCl di luar sel
spermatozoa relatif sama. sehingga sel tetap berada pada kondisi normal, tidak
mengalami lisis atau krenasi. Jika larutan yang digunakan bukan NaCl melainkan
aquades, maka sel spermatozoa dapat mengalami lisis sel karena cairan antar sel
dengan di luar sel tidak sama kepekatannya.
Pembuatan apusan spermatozoa yang telah didapat dilakukan dengan
menggunakan kaca benda lain secara cepat dan hati-hati agar diperoleh apuasan
yang tipis dan rata. Sudut pengapusan yang dipakai sebesar 450, yang bertujuan
supaya hasil apusan menjadi tipis. Pengapusan tersebut memerlukan pengalaman
agar hasil yang didapat menjadi bagus. Pada waktu melakukan pengapusan
praktikan masih belum berpengalaman dan belum terbiasa. Sehingga hasil yang
didapat kurang tipis. Apusan yang telah didapat dikering-anginkan agar cairan
yang masih ada dapat berkurang. Preparat apusan yang sudah cukup kering
tersebut difiksasi dengan metanol selama 5 menit. Fiksasi ini berguna untuk
mematikan sel spermatozoa, menyerap cairan air yang masih tersisa dalam
spermatozoa dan membuat sel spermatozoa kokoh. Juga fiksasi berguna untuk
membuat organ serta bentuk sel menjadi kaku dan tidak dapat berpindah posisi
lagi. Proses mengering-anginkan setelah fiksasi kembali tetap dilakukan untuk
mengurangi cairan yang masih ada pada spermatozoa.
Pewarnaan dengan giemsa 3% dilakukan dengan tujuan untuk mewarnai sel
spermatozoa agar dapat terlihat dengan jelas. Pewarnaan ini juga membedakan
warna spermatozoa dengan lingkungannya secara kontras. Setelah pewarnaan,
preparat dibilas dengan aquades. Tujuannya untuk menghilangkan sisa pewarna
giemsa yang berlebihan. Pembilasan ini pun dilakukan dengan hati-hati dan
perlahan agar spermatozoa yang telah didpat tidak hilang atau larut bersama aliran
aquades. Setelah cukup bersih dikering-anginkan lagi dan diberi entellan.
Pemberian entellan dilakukan pada bagian gelas ojek yang diperkirakan terdapat
spermatozoa. Dengan segera setelah ditetesi entellan ditutup dengan gelas
penutup. Praktikan harus cukup cermat setelah penutupan ini untuk mengamati
apakah ada rongga udara atau tidak. Jika teradapat rongga udara, maka perlu
dilakukan penekanan kgelas penutup dengan jarum unutk menghilangkan rongga
udaranya. Langkah terakhir adalah diberi label. Pada label ditulis nama dan jenis
preparat yang dibuat.
Pembutan sediaaan apusan dari cairan spermatozoa mencit bertujuan untuk
mengamati dan melihat keadaan dari morfologi spermatozoa, dan bertujuan untuk
melihat fase-fase estrus yang terjadi pada mencit betina.
Fungsi dari larutan-larutan yang digunakan pada pembuatan sediaan apus ini
adalah metanol berfungsi untuk proses fiksasi yaitu untuk membunuh sel-sel pada
sediaan tersebut tanpa mengubah posisi (struktur) organel yang ada di dalamnya
yang dilakukan selama 5 menit, Giemsa 3% sebagai pewarna yang umum
digunakan agar sediaan terlihat lebih jelas. NaCl fisiologi berfungsi agar menjaga
spermatozoa tidak kering dan juga untuk mempertahankan spermatozoa seakan
berada dalam cairan tubuh, sehingga spermatozoa seperti berada dalam kondisi
fisologisnya sehingga spermatozoa tersebut dapat berkerja seperti pada saat
mencit hidup. Entellan berfungsi sebagai perekat sediaan pada gelas objek dengan
gelas penutup, kloroform berfungsi untuk membius mencit.
Siklus estrus merupakan siklus reproduksi yang terjadi pada hewan
betina. Siklus ini terdiri atas fase proestrus, estrus, metestrus, dan diestrus.
Percobaan yang telah dilakukan dengan cara membuat preparat apus vagina
dengan memasukkan cotton bud ke dalam vagina mencit yang sudah dibasahi
dengan larutan NaCl 0,9 % kemudian diputar perlahan-lahan sebanyak dua
sampai tiga putaran, agar mencit tidak bergerak scat kita memasukkan cotton
bud, kita dapat menggunakan eter sebagai obat biusnya. Tetapi pada percobaan
ini tidak didapatkan hasil, dikarenakan mencit telah mati sehingga proses
reproduksi yang terjadi dalam tubuh mencit pun ikut berhenti.
Pada umumnya mencit betina yang sudah dewasa, ovulasi terjadi pada fase
estrus dari siklus estrus. Siklus estrus terdiri dari beberapa fase yaitu proestrus,
estrus, metestrus, dan diestrus. proestrus merupakan periode persiapan yang
ditandai dengan pemacuan pertumbuhan folikel oleh FSH sehingga folikel
tumbuh dengan cepat. Proestrus berlangsung selama 2-3 hari. Pada fase
kandungan air pada uterus meningkat dan mengandung banyak pembuluh darah
dan kelenjar-kelenjar endometrial mengalami hipertrofi. Estrus adalah masa
keinginan kawin yang ditandai dengan keadaaan tikus tidak tenang, keluar lendir
dari dalam vulva, pada fase ini pertumbuhan folikel meningkat dengan cepat,
uterus mengalami vaskularisasi dengan maksimal, ovulasi terjadi dengan cepat,
dan sel-sel epitelnya mengalami akhir perkembangan/terjadi dengan cepat.
Metestrus ditandai dengan terhentinya birahi, ovulasi terjadi dengan pecahnya
folikel, rongga folikel secara berangsur-ansur mengecil, dan pengeluaran lendir
terhenti. Selain itu terjadi penurunan pada ukuran dan vaskularitas. Diestrus
adalah periode terakhir dari estrus, pada fase ini corpus luteum berkembang
dengan sempurna dan efek yang dihasilkan dari progesteron (hormon yang
dihasilkan dari corpus luteum) tampak dengan jelas pada dinding uterus serta
folikel-folikel kecil denan korpora lutea pada vagina lebih besar dari ovulasi
sebelumnya.
Tujuan dari proses fiksasi adalah untuk mematikan sel tanpa merusak
komponen-komponennya, dengan harapan agar kondisi fisiologis dari
spermatozoa tetap awet dan terjaga. Sedangkan proses pewarnaan dilakukan agar
mempermudah dan memperjelas untuk mengamati spermatozoa. Pada metode
apusan, apus yang dibuat diusahakan setipis mungkin. Karena yang ingin kita
amati merupakan sel spermatozoa, jika apusan tebal maka spermatozoa akan
bertumpuk-tumpuk sehingga tidak akan sulit mengamati 1 sel spermatozoa.
Hasil dari sediaan apus spermatozoa mencit didapatkan hasil, yaitu
morfologi spermatozoa mencit terdiri dari bagian kepala, leher, bagian tengah
(mid piece), dan ekor. Bentuk sperma mencit yang terlihat di bawah mikroskop
kepalanya berbentuk oval dan terlihat ekornya yang panjang sebagai flagelnya.
Pada kepala spermatozoa terdapat akrosom sebagai tudung kepala dari
spermatozoa. Pada bagian kepala spermatozoa selain terdapat akrosom tetapi juga
terdapat nukleus sebagai inti dari sperma yang terkandung materi genetik. Ekor
menyerupai bentukan flagelum dan digunakan untuk pergerakan terutama pada
saat berada dalam alat kelamin betina. Sedangkan dari apusan vagina mencit tidak
didapatkan hasil, hal ini dikarenakan mencit betina terlebih dahulu mati sehingga
vaginanya sudah mengering akibatnya tidak dapat dibuat apusan vaginanya.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari praktikum ini adalah


1. Metode oles (smear method) adalah suatu cara membuat sediaan
dengan jalan mengoles atau membuat selaput tipis dari bahan yang
berupa cairan atau bukan cairan di atas gelas objek.
2. Tujuan dari proses fiksasi adalah untuk mematikan sel tanpa
merusak komponen-komponennya, dengan harapan agar kondisi
fisiologis dari spermatozoa tetap awet dan terjaga.
3. Proses pewarnaan dilakukan agar mempermudah dan memperjelas
untuk mengamati spermatozoa.
4. Apus yang dibuat diusahakan setipis mungkin agar spermatozoa
tidak akan bertumpuk-tumpuk sehingga tidak akan sulit untuk
mengamati 1 sel spermatozoa.

5.2 Saran

Sebaiknya waktu praktikum dapat digunakan sebaik-baiknya dan sebaiknya


sebelum melakukan pembiusan pada mencit, dilihat baik-baik terlebih dahulu
yang mana mencit jantan dan betina agar mencit betina tidak mati terdahulu
sebelum diambil olesan vaginanya.
DAFTAR PUSTAKA

Djukri. 2007. Pembekalan Berwirausaha Dalam Pembuatan Preparat Awetan


http://kuliahbiologi.wordpress.com/category/mikroteknik.
Diakses tanggal 9 November 2010.

Isnaeni, W. 2004. Fisiologi Hewan. Erlangga. Jakarta.

Medic. 2008. Smear Preparation


http://medic.med.uth.tmc.edu/path/techs.html.
Diakses tanggal 10 November 2010

Pujawati, D. 2002. Petunjuk Praktikum Mikroteknik Tumbuhan. Fakultas MIPA


Jurusan Biologi, Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru.

Santoso, H. B. 2002. Bahan Kuliah Teknik Laboratorium. Universitas Lambung


Mangkurat, Banjarbaru.

You might also like