Professional Documents
Culture Documents
Hak Cipta: http://heniaccess88.blogspot.com
SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA
KENAKALAN REMAJA
Ambillah ilmu itu darimana saja datangnya
juga tidak mengenai batas umur,
mulai dari ayunan sampai ke liang lahat.
Dan Allah maha mengangkat orang – orang yang beriman dan
berilmu kebeberapa derajat.
(Sabda Nabi Muhammad SAW)
Pelajarilah ilmu
karena mempelajarinya atas nama Allah adalah khasyah,
menuntutnya adalah ibadah,
mempelajarinya adalah tasbih,
mencarinya adalah jihad,
mengajarkannya kepada orang lain yang tidak mengetahui adalah shadaqoh,
menyerahkannya kepada ahlinya adalah taqarrub.
Ilmu adalah teman dekat dalam kesendirian
dan sahabat dalam kesunyian.
(Muadz bin Jabal Radhiyallahu anhu)
“Semoga apa yang saya bagikan bermanfaat bagi anda”
(Selayang Pandang [dot] com!!)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB. I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Ruang Lingkup
C. Maksud dan Tujuan Penulisan
BAB. II. PERMASALAHAN
A. Kenakalan Remaja
BAB III. PEMBAHASAN MASALAH
A. Definisi Kenakalan Remaja
B. Faktor – Faktor yang Menyebabkan Kenakalan Remaja
C. Upaya Menanggulangi Kenakalan Remaja
BAB IV. PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Remaja adalah masyarakat yang akan datang. Dapat diperkirakan bahwa gambaran kaum
remaja sekarang adalah pencerminan masyarakat yang akan datang. Baik buruknya bentuk dan
susunan masyarakat, bangunan moral dan intelektual, dalam penghayatan ilmu agama, kesadaran,
kebangsaan, dan derajat kemajuan perilaku dan kepribadian antara sesama masyarakat yang akan
datang tergantung kepada remaja sekarang, dan harapan dimasa yang akan datang terletak pada
putra – putrinya sehingga hampir setiap orangtua berkeinginan agar putra – putrinya kelak menjadi
orang yang berguna. Namun kenyataan telah menunjukkan bahwa perubahan zaman yang ditandai
dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi selalu mengakibatkan perubahan sosial. Dalam
menghadapi situasi yang demikian remaja sering kali memiliki jiwa yang sensitif, yang pada
akhirnya tidak sedikit para remaja yang terjerumus ke hal – hal yang bertentangan dengan nilai –
nilai moral, norma agama, norma sosial dan norma hidup di masyarakat yang akhirnya remaja
cenderung melakukan tindakan yang tidak pantas.
Masa kanak – kanak, remaja, dewasa dan kemudian menjadi orangtua, tidak lebih hanyalah
merupakan suatu proses wajar dalam hidup yang berkesinambungan dari tahap – tahap
pertumbuhan yang harus dilalui oleh seorang manusia. Setiap masa pertumbuhan memiliki ciri –
ciri tersendiri, masing – masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Demikian pula dengan masa
remaja. Masa remaja sering dianggap sebagai masa yang paling rawan dalam proses kehidupan ini.
Masa remaja sering menimbulkan kekawatiran bagi para orangtua.
Masa remaja merupakan masa transisi yang terjadi pada usia belasan tahun. Di usia belasan
yang tidak menyenangkan, dimana terjadi juga perubahan pada dirinya baik secara fisik, psikis
maupun secara sosial. Pada masa transisi tersebut kemungkinan dapat menimbulkan masa krisis
yang ditandai dengan kecenderungan munculnya perilaku menyimpang. Pada kondisi tertentu
perilaku menyimpang tersebut akan menjadi perilaku yang menganggu. Melihat kondisi tersebut
apabila didukung oleh lingkungan yang kurang kondusif dan sifat kepribadian yang kurang baik
maka akan menjadi pemicu timbulnya berbagai penyimpangan perilaku dan perbuatan – perbuatan
negatif yang melanggar aturan dan norma yang ada dimasyarakat yang biasanya disebut dengan
kenakalan remaja. Kenakalan remaja dalam studi masalah sosial dapat dikategorikan ke dalam
perilaku menyimpang. Perilaku menyimpang dapat dianggap sebagai sumber masalah karena dapat
membahayakan tegaknya sistem sosial. Penggunaan konsep perilaku menyimpang secara tersirat
mengandung makna bahwa ada jalur baku yang harus ditempuh. Perilaku yang tidak melalui jalur
tersebut berarti telah menyimpang.
Untuk mengetahui latar belakang perilaku menyimpang perlu dibedakan antara perilaku
menyimpang yang tidak disengaja dan yang disengaja. Diantaranya karena pelaku kurang
memahami aturan – aturan yang ada, perilaku menyimpang yang disengaja bukan karena pelaku
tidak mengetahui aturan. Hal yang relevan untuk memahami bentuk perilaku tersebut adalah
mengapa seseorang melakukan penyimpangan padahal ia tahu apa yang dilakukan melanggar
aturan. Becker (dalam Soerjono Soekanto, 1998) mengatakan bahwa tidak ada alasan untuk
mengasumsikan hanya mereka yang menyimpang mempunyai dorongan untuk berbuat demikian.
Hal ini disebabkan karena pada dasarnya setiap manusia pasti mengalami dorongan untuk
melanggar pada situasi tertentu, tetapi mengapa pada kebanyakan orang tidak menjadi kenyataan
yang berwujud penyimpangan, sebab orang dianggap normal biasanya dapat menahan diri dari
dorongan – dorongan untuk menyimpang.
B. Ruang Lingkup
Agar permasalahan yang dianalisis tidak meluas, maka penulis membatasi pada masalah
yang akan dibahas adalah sebagai berikut:
1. Definisi kenakalan remaja.
2. Faktor – faktor penyebab kenakalan remaja, pengaruh internal dan eksternal.
3. Contoh – contoh kenakalan remaja meliputi: tawuran, merokok, penyalahgunaan narkoba, dan
free sex.
4. Upaya – upaya yang dilakukan untuk menanggulangi kenakalan remaja melalui diri sendiri,
keluarga, pemerintah dan masyarakat, serta media masa.
C. Maksud dan Tujuan Penulisan
Maksud dan tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Pemenuhan atas tugas pembuatan makalah kelompok pada mata kuliah Sistem Sosial Budaya
Indonesia.
2. Memberikan sebuah acuan atau referensi bagi pengembangan ilmu Sistem Sosial Budaya
Indonesia, khususnya study tentang masalah sosial.
3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kenakalan remaja terhadap masalah sosial.
4. Dapat menjadi masukan dan bahan pertimbangan dalam membimbing remaja agar tidak
terjerumus ke perilaku menyimpang.
BAB II. PERMASALAHAN
A. Kenakalan Remaja
Kenakalan atau perilaku menyimpang remaja diera modern ini sudah melebihi batas yang
sewajarnya. Banyak anak yang dibawah umur yang sudah mengenal rokok, narkoba, free sex dan
terlibat banyak tindakan kriminal lainnya. Fakta ini sudah tidak dapat dipungkiri lagi, kita dapat
melihat brutalnya remaja zaman sekarang. Kenakalan dapat berakibat negatif, terutama pada
pelakunya, bahkan orang lain. Pada diri pelakunya antara lain akan mengakibatkan terjadinya
perubahan tingkah laku yang baik menjadi buruk dan dapat menurunkan prestasi belajar. Akibat
yang lebih fatal lagi apabila remaja yang nakal tersebut mempengaruhi remaja lainnya, sehingga
jumlah remaja yang nakal bertambah lebih banyak. Berikut di bahas beberapa perilaku menyimpang
dari para remaja.
1. Tawuran di Kalangan Remaja
Masa remaja merupakan masa yang sering digambarkan sebagai strom and drang period
(topan dan badai). Dalam masa ini timbul gejala emosi dan tekanan jiwa, sehingga perilaku mereka
mudah menyimpang. Dari situasi konflik dan problem ini remaja tergolong dalam sosok pribadi
yang tengah mencari identitas dan membutuhkan tempat penyaluran kreativitas. Jika tempat
penyaluran tersebut tidak ada atau kurang memadai, mereka akan mencari berbagai cara sebagai
penyaluran. Salah satu aksesnya yaitu ''tawuran''.
Semakin maraknya tawuran dikalangan remaja telah menjadi tragedi sosial tersendiri di
dalam masyarakat kita. Tawuran dalam arti tertentu memang selalu berkonotasi perkelahian antar
pelajar sekolah. Dalam tawuran ada solidaritas sempit, dimana orang – orang di dalam aksi ini tidak
semua memahami apa sebenarnya yang terjadi, yang jelas mereka tahu dan mendengar bahwa
mereka harus menyerang tempat tertentu. Ketika kawan – kawannya lempar batu ia ikut lempar
batu, ketika kawan – kawannya lari mengejar atau mundur, ia juga lari. Artinya, dalam tawuran ini
tidak tahu apa sesungguhnya yang terjadi dan mengapa harus terjadi demikian.
Kerugian yang disebabkan oleh tawuran tidak hanya menimpa korban dari tawuran saja,
tetapi juga mengakibatkan kerusakan ditempat mereka melakukan aksi tersebut. Tak jarang pula
mereka melibatkan penggunaan senjata tajam atau bahkan senjata api dan menimbulkan banyak
korban berjatuhan. Tentunya kebanyakan dari para pelaku tawuran tidak mau bertanggung jawab
atas kerusakan yang mereka timbulkan. Biasanya mereka hanya lari setelah puas melakukan
tawuran. Selain itu tawuran juga melahirkan dendam berkepanjangan bagi para pelaku yang terlibat
di dalamnya dan sering berlanjut pada tahun – tahun berikutnya. Akibatnya masyarakat menjadi
resah terhadap kegiatan pelajar remaja. Keresahan tersebut sendiri merupakan kerugian dari tawuran
yang bersifat psikis, keresahan ini akan menimbulkan rasa tidak percaya terhadap generasi muda
yang seharusnya menjadi agen perubahan bangsa.
Dimasa modern ini, merokok merupakan suatu pemandangan yang sangat tidak asing.
Kebiasaan merokok dianggap dapat memberikan kenikmatan bagi si perokok, namun dilain pihak
dapat menimbulkan dampak buruk bagi si perokok itu sendiri maupun orang – orang disekitarnya.
Berbagai kandungan zat yang terdapat didalam rokok seperti nikotin, CO (karbonmonoksida) dan
tar akan memacu kerja susunan syaraf pusat dan susunan syaraf simpatis sehingga mengakibatkan
tekanan darah meningkat dan detak jantung bertambah cepat, menstimulasi kanker dan berbagai
penyakit yang lain seperti penyempitan pembuluh darah, tekanan darah tinggi, jantung dan paru –
paru yang tentunya memberikan dampak negatif bagi tubuh penghisapnya. Dilihat dari sisi orang
disekelilingnya, merokok dapat menimbulkan dampak negatif juga bagi si perokok pasif. Resiko
yang ditanggung perokok pasif lebih berbahaya daripada perokok aktif karena daya tahan terhadap
zat – zat yang berbahaya sangat rendah.
Tidak ada yang memungkiri adanya dampak negatif dari perilaku merokok, tetapi perilaku
merokok bagi kehidupan manusia merupakan kegiatan yang ''fenomenal''. Artinya mengapa
meskipun sudah diketahui akibat negatif merokok tetapi jumlah perokok bukan semakin menurun
tetapi semakin meningkat dan usia merokok semakin bertambah muda.
3. Penyalahgunaan Narkoba di Kalangan Remaja
Narkoba (singkatan dari narkotika, psikotropika dan bahan adiktif berbahaya lainnya) adalah
bahan atau zat yang jika dimasukkan dalam tubuh manusia baik secara oral atau diminum, dihirup,
maupun disuntikkan dapat mengubah pikiran, suasana, hati atau perasaan dan perilaku seseorang.
Narkoba dapat menimbulkan ketergantungan fisik dan psikologis sesorang. Kebanyakan zat dalam
narkoba sebenarnya digunakan untuk pengobatan dan penelitian. Tetapi karena berbagai alasan
mulai dari keinginan untuk dicoba – coba, ikut trend atau gaya, ingin melupakan persoalan dan lain
– lain maka narkoba disalahgunakan. Penggunaan terus menerus dan berlanjut akan menyebabkan
ketergantungan atau dependensi yang disebut juga dengan kecanduan. Tingkatan penyalahgunaan
narkoba biasanya sebagai berikut:
1. Coba – coba.
2. Senang – senang.
3. Menggunakan pada saat atau keadaan tertentu.
4. Penyalahgunaan.
5. Ketergantungan.
Peristiwa makin banyaknya penyalahgunaan narkoba dikalangan pelajar saat ini benar –
benar telah menggelisahkan masyarakat dan keluarga – keluarga di Indonesia. Betapa tidak,
meskipun belum ada penelitian yang pasti berapa banyak pengguna narkoba, namun dengan melihat
kenyataan dilapangan bahwa semakin banyak remaja kita yang terlibat kasus narkoba menjadi
indikasi betapa besarnya pengaruh narkoba dalam kehidupan yang terjadi di kalangan remaja.
Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional (BNN) jumlah kasus penyalahgunaan narkoba di
Indonesia dari tahun 1998 – 2003 adalah 20.301 orang, dimana 70% diantaranya berusia 15 – 19
tahun.
Mau tidak mau kita harus mengakui, narkoba akan menjadi bahaya yang mengkhawatirkan
bagi remaja kita dan masa depan keluarga, masyarakat dan bangsa bila tidak segera dicari cara –
cara penanggulangan yang efektif dan efisien. Ada dua alasan mendasar hal itu bisa terjadi.
1.Karena narkoba dapat merusak kesehatan remaja. Remaja yang kecanduan narkoba akan
mengalami kemunduran fungsi organ tubuh dan sistem kekebalannya. Daya pikir sangat berkurang,
kehilangan minat atau semangat untuk mengikuti pelajaran sehingga prestasi belajarnya akan terus
menurun. Bahkan bila tingkatannya sudah sangat tinggi, bila mereka berumah tangga kelak
keturunannya bisa menjadi anak idiot ataupun perkembangan jiwanya terbelakang karena sistem
syaraf nya terganggu.
2.Penyalahgunaan narkoba telah menyeret remaja pada perbuatan buruk lainnya tanpa memikirkan
dampaknya lebih jauh. Karena terdorong oleh kenikmatan yang sebenarnya semu sebagai efek
sesaat penggunaan narkoba segera setelah merasuk ke tubuhnya, sang remaja akan terus berupaya
mendapatkan barang tersebut bagaimanapun caranya. Tidak peduli harus menipu, mencuri,
merampok atau bahkan dengan membunuh sekalipun.
Semuanya itu jelas akan memburamkan masa depan keluarga, masyarakat, dan bangsa
termasuk masa depan remaja itu sendiri. Logika yang dapat ditarik sangat sederhana, remaja yang
menyalahgunakan narkoba sudah menjadi generasi yang rusak dan sulit dibenahi. Tubuhnya tidak
lagi fit dan fresh untuk belajar dan bekerja, sementara mentalnya telah dikotori oleh niat – niat
buruk untuk mencari cara mendapatkan barang yang sudah membuatnya kecanduan. Bila sudah
demikian apa yang dapat diharapkan dari mereka? Sudah produktifitasnya rendah, kemampuan
berpikirnya lemah, ditambah perilaku liar tanpa kendali. Apalagi mengindahkan nilai moral, etika
hukum dan agama. Artinya, mereka tidak dapat diharapkan lagi menjadi generasi penerus bangsa
yang berkualitas yang mampu mengangkat harkat diri, keluarga dan bangsanya ke arah lebih baik.
4. Free Sex dan Aborsi di Kalangan Remaja
Dunia remaja adalah dunia yang indah demikian kata beberapa orang yang melewati masa
remajanya dengan penuh kesenangan dan memori indah, namun tidak sedikit dari mereka yang
melalui masa remaja dengan kesuraman dan kebingungan serta kesusahan. Salah satu penyebab
kesuraman, kebingungan dan kesusahan itu adalah KTD alias Kehamilan Tak Diinginkan yang akan
berujung pada tindakan aborsi sebagai jalan keluarnya. Gejala terjadinya hubungan seks sebelum
menikah atau yang lebih dikenal dengan nama Free sex tidak dibenarkan oleh kehidupan baik
agama maupun norma sosial. Tetapi kenyataannya sekarang kasus free sex di kalangan remaja malah
semakin meluas dan sudah sampai pada tingkat yang mengkhawatirkan, fenomena tersebut tidak
hanya terjadi dikota – kota besar namun sudah mulai merambah ke kota – kota kecil. Banyak praktik
pada zaman dahulu terkesan sangat tabu, seperti semakin maraknya seks di kost – kostan atau ''ayam
kampus'', sekarang sudah menjadi menu media massa sehari – hari. Menurut Przybyla (Hidayah,
1992), masyarakat seringkali disuguhi majalah, film, acara televisi, lagu, iklan, dan produk – produk
yang berdaya khayal dan mengandung pesan ke arah seksual yang merupakan pelengkap konsep
realita masyarakat yang dikenal dengan istilah pornografi, merangsang gairah seksual, mendorong
orang gila seks, dan meruntuhkan nilai – nilai moral.
Maraknya berita seputar tentang keinginan sekelompok masyarakat agar aborsi dilegalkan,
dengan dalih menjunjung tinggi nilai hak asasi manusia. Ini terjadi karena tiap tahunnya
peningkatan aborsi akibat seks paranikah di Indonesia kian meningkat, terbukti dengan pemberitaan
di media massa atau televisi setiap tayangannya pasti ada terungkap kasus aborsi. Jika hal ini
dilegalkan sebagaimana yang terjadi di negara – negara barat maka akan berakibat rusaknya tatanan
agama, budaya dan adat bangsa. Berarti telah hilang nilai – nilai moral serta norma yang telah lama
mendarah daging dalam masyarakat. Jika hal ini dilegalkan maka akan mendorong pergaulan bebas
yang lebih jauh dalam masyarakat.
Mengatasi kenakalan remaja, berarti menata kembali emosi remaja yang tercabik – cabik itu.
Emosi dan perasaan mereka rusak karena merasa ditolak oleh keluarga, orangtua, teman – teman,
maupun lingkungannya sejak kecil dan gagalnya proses perkembangan jiwa remaja tersebut. Trauma
– trauma dalam hidupnya harus diselesaikan, konflik – konflik psikologis yang menggantung harus
diselesaikan dan mereka harus diberi lingkungan yang berbeda dari lingkungan sebelumnya.
Merangkum fenomena kenakalan remaja seperti tawuran, merokok, penyalahgunaan narkoba, free
sex dan aborsi di kalangan remaja yang telah dijelaskan di atas maka pantas lah kenakalan remaja
merupakan masalah sosial harus segara di atasi. Pertanyaannya: tugas siapa itu semua? Orangtua
kah? Sedangkan orangtua sudah terlalu pusing memikirkan masalah pekerjaan dan beban hidup
lainnya. Saudaranya kah? Mereka juga punya masalah sendiri bahkan mungkin mereka juga
memiliki masalah yang sama. Pemerintah kah? Atau siapa?.
BAB III. PEMBAHASAN MASALAH
A. Definisi Kenakalan Remaja
Definisi kenakalan remaja menurut para ahli:
1. Santrock
Kenakalan remaja merupakan kumpulan dari berbagai perilaku remaja yang tidak dapat
diterima secara sosial hingga terjadi tindakan kriminal.
2. Kartono, ilmuwan sosiologi
Kenakalan remaja berasal dari istilah ''juvenile'' berasal dari bahasa latin juvenilis, yang
artinya anak – anak muda, ciri karakteristik pada masa muda, sifat – sifat khas pada remaja.
Sedangkan ''deliquency'' yang berarti terabaikan, mengabaikan, yang kemudian diperluas artinya
menjadi jahat nakal, anti sosial, kriminal dan sebagainya. Juvenile deliquency atau kenakalan remaja
adalah perilaku jahat atau kenakalan anak – anak muda, merupakan gejala sakit (patologis) secara
sosial pada anak – anak dan remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial, sehingga
mereka mengembangkan bentuk perilaku yang menyipang. Istilah kenakalan remaja mengacu pada
suatu rentang yang luas dari tingkah laku yang tidak dapat diterima masyarakat sosial.
Masa remaja merupakan masa dimana seorang individu mengalami peralihan dari satu tahap
ke tahap berikutnya dan mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat, pola perilaku dan juga
penuh dengan masalah – masalah (Hurlock, 1998). Oleh karenanya, remaja sangat rentan sekali
mengalami masalah psikososial, yakni masalah psikis atau kejiwaan yang timbul sebagai akibat
terjadinya perubahan sosial. Remaja akan mengalami periode perkembangan fisik dan psikis sebagai
berikut:
1.Masa Pra – Pubertas ( 12 s/d 13 tahun )
2.Masa Pubertas ( 14 s/d 16 tahun )
3.Masa Akhir Pubertas ( 17 s/d 18 tahun )
4.Periode Remaja Adolesen ( 19 s/d 21 tahun )
1. Masa Pra – Pubertas (12 s/d 13 tahun)
Masa ini disebut juga masa puerel, yaitu masa peralihan dari kanak – kanak ke remaja. Pada
anak perempuan masa ini lebih singkat dibandingkan dengan anak laki laki. Pada masa ini, terjadi
perubahan yang sangat besar pada remaja, yaitu meningkatnya hormon seksualitas dan mulai
berkembangnya organ – organ seksual serta organ – organ reproduksi remaja. Disamping itu,
perkembangan intelektualitas yang sangat pesat juga terjadi pada fase ini. Akibatnya, remaja
cendrung bersikap suka mengkritik ( karena merasa tahu segalanya), yang sering diwujudkan dalam
bentuk pembangkangan ataupun pembantahan terhadap orangtua, mulai menyukai orang dewasa
yang dianggapnya baik, serta menjadikannya sebagai ''hero'' atau pujaannya. Perilaku ini akan
diikuti dengan meniru segala yang dilakukan oleh pujaannya seperti model rambut, gaya bicara,
sampai dengan kebiasaan hidup pujaan tersebut. Selain itu, pada masa ini remaja cenderung lebih
berani mengemukakan pendapatnya, bahakan akan mempertahankan pendapatnya sekuat mungkin.
Hal ini yang sering ditanggapi oleh orangtua sebagai pembangkangan.
Remaja tidak ingin diperlakukan sebagai anak kecil lagi. Mereka lebih senang bergaul
dengan kelompok yang dianggapnya sesuai dengan kesenangannya. Mereka juga semakin berani
menentang tradisi orangtua yang dianggapnya kuno dan tidak atau kurang berguna, maupun
peraturan – peraturan yang menurut mereka tidak beralasan, seperti tidak boleh mampir ke tempat
lain selepas sekolah dan sebagainya. Mereka akan semakin kehilangan minat untuk bergabung
dalam kelompok sosial yang formal dan cenderung bergabung dengan teman – teman pilihannya.
Misalnya, mereka akan memilih main ke tempat teman karibnya daripada bersama keluarga
berkunjung ke rumah saudara. Tapi, pada saat yang sama mereka juga butuh pertolongan dan
bantuan yang selalu siap sedia dari orangtuanya, jika mereka merasa tidak mampu menjelmakan
keinginannya. Pada saat ini adalah saat yang kritis. Jika orangtua tidak mampu memenuhi
kebutuhan psikisnya untuk mengatasi konflik yang terjadi pada saat itu maka remaja akan
mencarinya dari orang lain. Orangtua harus ingat, bahwa masalah yang dihadapi remaja meskipun
bagi orangtua merupakan masalah sepele tetapi bagi remaja itu adalah masalah yang sangat – sangat
berat. Orangtua tidak boleh berpikir , ''ya ampun.. itu kan hal kecil. Masa kamu tidak bisa
menyelesaikannya?. Bodoh sekali kamu! dan sebagainya. Tetapi perhatian seolah – olah orangtua
mengerti bahwa masalah itu berat sekali bagi remajanya akan terekam dalam otak remaja itu bahwa
orangtuanya adalah jalan keluar yang terbaik baginya. Ini akan mempermudah orangtua
mengarahkan perkembangan psikis anaknya.
2. Masa Pubertas (14 s/d 16 tahun)
Masa ini disebut juga masa remaja awal, dimana perkembangan fisik mereka begitu
menonjol. Remaja sangat cemas akan perkembangan fisiknya sekaligus bangga bahwa hal itu
menunjukkan ia memang bukan anak – anak lagi. Pada masa ini emosi remaja menjadi sangat labil
akibat dari perkembangan hormon – hormon seksualnya yang begitu pesat. Keinginan seksual juga
mulai kuat muncul pada masa ini. Pada remaja wanita ditandai dengan datangnya menstruasi yang
pertama, sedangkan pada remaja laki – laki ditandai dengan datangnya mimpi basah yang pertama.
Remaja akan merasa bingung dan malu akan hal ini, sehingga orangtua harus mendampinginya serta
memberikan pengertian yang baik dan benar tentang seksualitas. Jika hal ini gagal ditangani dengan
baik maka perkembangan psikis mereka khususnya dalam hal pengenalan diri dan seksualitasnya
akan terganggu. Kasus – kasus gay dan lesbi banyak diawali dengan gagalnya perkembangan remaja
pada tahap ini.
Disamping itu remaja mulai mengerti tentang gengsi, penampilan, dan daya tarik seksual.
Karena kebingungan mereka ditambah labilnya emosi akibat pengaruh perkembangan
seksualitasnya remaja sukar diselami perasaannya, kadang mereka bersikap kasar, kadang lembut,
kadang suka melamun, dilain waktu dia begitu ceria. Perasaan sosial remaja dimasa ini semakin
kuat, mereka bergabung dengan kelompok yang disukainya dan membuat peraturan – peraturan
dengan pikirannya sendiri.
3. Masa Akhir Pubertas (17 s/d 18 tahun)
Pada masa ini remaja yang mampu melewati masa sebelumnya dengan baik akan dapat
menerima kodratnya baik sebagai laki – laki maupun perempuan. Mereka juga bangga karena tubuh
mereka dianggap menentukan harga diri mereka. Masa ini berlangsung sangat singkat. Pada remaja
putri masa ini berlangsung lebih singkat daripada remaja pria, sehingga proses kedewasaan remaja
putri lebih cepat dibandingkan remaja pria. Umumnya kematangan fisik dan seksualitas mereka
sudah tercapai sepenuhnya, namun kematangan psikologis belum tercapai sepenuhnya.
4. Periode Remaja Adolesen (19 s/d 21 tahun)
Pada periode ini umumnya remaja sudah mencapai kematangan yang sempurna baik segi
fisik, emosi, maupun psikisnya. Mereka akan mempelajari berbagai macam hal yang abstrak dan
mulai memperjuangkan suatu idealisme yang didapat dari pikiran mereka. Mereka mulai menyadari
bahwa mengkritik lebih mudah daripada menjalaninya. Sikapnya terhadap kehidupan mulai terlihat
jelas seperti cita – cita, minat, bakat dan sebagainya. Arah kehidupannya serta sifat – sifat yang
menonjol akan terlihat jelas pada fase ini.
B. Faktor yang Mempengaruhi Kenakalan Remaja
Penyimpangan perilaku atau kenakalan remaja disebabkan oleh dua faktor, yaitu:
1. Faktor Internal, yaitu timbulnya perilaku menyimpang berasal dari diri sendiri
2. Faktor Eksternal, yaitu timbulnya perilaku menyimpang berasal dari luar diri.
1. Faktor Internal
A. Krisis Identitas
Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua bentuk
integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya
identitas peran dengan cara menggabungkan motivasi, nilai – nilai, kemampuan dan gaya yang
dimiliki remaja dengan peranan yang dituntut dari remaja. Kenakalan remaja terjadi karena remaja
gagal mencapai masa integrasi kedua karena dalam pencarian identitas, remaja adakalanya membuat
pilihan yang salah.
B. Kontrol Diri yang Lemah
Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima dan
yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku ''nakal''. Begitupun bagi mereka yang telah
mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri
untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.
2. Faktor Eksternal
A. Pengaruh Keluarga
Perceraian orangtua, tidak adanya komunikasi antar anggota keluarga atau berselisih antar
anggota keluarga bisa memicu perilaku negatif pada remaja. Orangtua sering lupa bahwa
perilakunya berakibat pada anak anaknya. Karena kehidupan ini tidak lepas dari contek menyontek
perilaku yang pernah ada. Bisa juga karena ada pembiaran terhadap perilaku yang mengarah pada
kesalahan, sehingga yang salah menjadi kebiasaan. Pendidikan yang salah di keluarga pun seperti
terlalu memanjakan anak, tidak memberikan pendidikan agama atau penolakan terhadap eksistensi
anak, bisa menjadi penyebab terjadinya kenakalan remaja.
B. Pengaruh Teman Sebaya
Dikalangan remaja, memiliki banyak teman adalah merupakan satu bentuk prestasi
tersendiri. Makin banyak teman, makin tinggi nilai mereka dimata teman – teman nya. Apalagi
mereka dapat memiliki teman dari kalangan atas. Misalnya, anak orang yang paling kaya di kota itu,
anak pejabat pemerintah setempat ataupun anak orang terpandang lainnya. Di zaman sekarang
pengaruh teman bermain ini tidak hanya membanggakan si remaja saja bahkan juga pada
orangtuanya. Orangtua juga senang dan bangga kalau anaknya mempunyai teman bergaul dari
kalangan tertentu tersebut. Padahal, kebanggaan tersebut adalah semu sifatnya. Malah kalau tidak
dapat dikendalikan pergaulan itu akan menimbulkan kekecewaan nantinya. Sebab teman dari
kalangan tertentu pasti juga mempunyai gaya hidup yang tertentu pula. Apabila si anak akan
berusaha mengikuti tetapi tidak mempunyai modal ataupun orangtua tidak mampu memenuhinya
maka anak akan menjadi frustasi. Apabila timbul frustasi, maka remaja kemudian akan melarikan
rasa kekecewaannya itu pada merokok, narkoba, mencuri dan bentuk kenakalan lainnya.
C. Lingkungan Tempat Tinggal
Lingkungan juga dapat berperan dalam memunculkannya kenakalan remaja. Masyarakat
dengan paras kriminal tinggi memungkinkan remaja mengamati berbagai model yang melakukan
aktivitas kriminal dan memperoleh hasil atas aktivitas kriminal mereka. Masyarakat seperti ini
sering kali di tandai dengan kemiskinan, pengangguran dan perasaan tersisih dari golongan kelas
sederhana.
Penggunaan waktu luang, dimana kegiatan dimasa remaja sering hanya berkisar pada
kegiatan sekolah dan seputar usaha menyelesaikan urusan dirumah, selain itu mereka bebas tidak
ada kegiatan. Apabila waktu luang tanpa kegiatan ini terlalu banyak pada si remaja maka akan
timbul gagasan untuk mengisi waktu luangnya dengan berbagai bentuk kegiatan. Apabila si remaja
melakukan kegiatan yang positif, hal ini tidak akan menimbulkan masalah. Namun, jika ia
melakukan kegiatan yang negatif maka lingkungan dapat terganggu. Seringkali perbuatan negatif ini
hanya terdorong rasa iseng saja. Tindakan iseng ini selain untuk mengisi waktu luang juga tidak
jarang dipergunakan para remaja untuk menarik perhatian lingkungannya. Perhatian yang
diharapkan dapat berasal dari orangtuanya maupun teman sepermainannya. Celakanya, teman
sebaya sering menganggap kegiatan iseng berbahaya adalah salah satu bentuk pamer yaitu sifat
jagoan yang sangat membanggakan. Misalnya, ngebut tanpa lampu di malam hari, mencuri,
merusak, minum minuman keras, obat bius dan sebagainya. Munculnya kegiatan iseng tersebut
selain atas inisiatif si remaja sendiri, sering pula dorongan teman sepergaulan yang kurang sesuai.
Sebab dalam masyarakat, pada umumnya apabila seseorang tidak mengikuti gaya hidup anggota
kelompoknya maka ia akan dijauhi oleh lingkungannya. Tindakan pengasingan ini jelas – jelas tidak
mengenakkan hati si remaja, akhirnya mereka terpaksa mengikuti tindakan teman – temannya. Yang
akhirnya membuat si remaja tersebut terjerumus terhadap perilaku menyimpang.
Sebagai akibat dari penyimpangan norma dan aturan – aturan maka kebebasan pergaulan
pun sudah pada tingkat yang sangat mengkawatirkan. Para remaja dengan bebas dapat bergaul antar
jenis. Tidak jarang dijumpai pemandangan ditempat – tempat umum, para remaja saling
berangkulan mesra tanpa memperdulikan masyarakat sekitarnya. Mereka sudah mengenal istilah
pacar sejak awal masa remaja. Pacar bagi mereka, merupakan salah satu bentuk gengsi yang
membanggakan. Akibatnya dikalangan remaja kemudian terjadi persaingan untuk mendapatkan
pacar. Pergaulan bebas tersebut berdampak pada banyaknya remaja yang putus sekolah karena
hamil.
C. Upaya Mengatasi Kenakalan Remaja
Ada masalah, tentu ada solusinya. Begitupun dengan kenakalan remaja yang merupakan
masalah sosial yang harus segera diatasi. Seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa faktor yang
mempengaruhi kenakalan remaja tidak hanya pada diri remaja tersebut, melainkan juga campur
tangan pihak orangtua yang gagal dalam membimbing si anak dalam menghadapi masa remajanya.
Kenakalan remaja pun tak lepas dari fenomena tingginya angka kriminalitas di masyarakat. Oleh
sebab itu pantas lah pemerintah ikut andil dalam upaya mengatasi kenakalan remaja. Terdapat
beberapa cara yang dapat dilakukan dalam upaya mengatasi kenakalan remaja, yaitu antara lain:
1. Mulai dari diri sendiri
Konsep diri yang merupakan pandangan atau keyakinan diri terhadap keseluruhan diri, baik
yang menyangkut kelebihan maupun kekurangan diri, sehingga mempunyai pengaruh yang besar
terhadap keseluruhan perilaku yang ditampilkan. Remaja hendaknya bersikap hidup sehat dimana
remaja mengerti akan tujuan hidup, memahami faktor penghambat maupun pendukung
perkembangan kematangannya, bergaul dengan bijaksana, dan terus menerus memperbaiki diri.
Dengan demikian remaja dapat diharapkan menjadi remaja yang handal dan sehat. Remaja harus
mengetahui dirinya memiliki kekhawatiran dan harapan, dengan kata lain remaja harus mengerti
dirinya sendiri. Faktor yang berkembang pada setiap remaja antara lain fisik, intelektual, emosional,
dan spiritual. Kecepatan perkembangan tersebut adalah sebagai berikut:
a)Fisik 35%
b)Intelektual 20%
c)Emosional 30%
d)Spiritual 15%
Faktor fisik berkembang secara cepat sedangkan faktor lainnya berkembang tidak sama
besar. Perkembangan yang tidak seimbang inilah yang menimbulkan kejanggalan dan berpengaruh
terhadap perilaku remaja.
Bagaimana seseorang remaja melihat dirinya sendiri, oranglain serta hubungannya dengan
orang lain termasuk orangtua dan pembina. Kadang – kadang ia ingin dianggap sebagai anak –
anak, orang dewasa sedangkan orang lain dianggap sebagai orangtua atau teman. Hubungan dirinya
dengan orang lain dianggap bersifat:
a)Otoriter X Demokratis
b)Tertutup X Terbuka
c)Formal X Informal
Semua pernyataan diatas merupakan kondisi remaja ''dalam perjalanan menuju''. Sehingga
dapat dilihat segalanya masih dalam proses dan tidak berada dalam masa anak – anak ataupun masa
dewasa
''Dalam perjalanan menuju'' ini yang menonjol pada remaja adalah:
a)Fisik yang kuat.
b)Emosi yang cepat tersinggung.
c)Sering mengambil keputusan tanpa berpikir panjang.
d)Pertimbangan agama, falsafah, ataupun tatakrama hanya kadang – kadang saja dipakai.
Dan ''dalam perjalanan menuju'' yang paling penting diketahui oleh remaja adalah bagaimana remaja
dapat berproses, yaitu:
a)Menuju fisik yang ideal.
b)Menuju emosi kelakian ataupun kewanitaan yang utuh.
c)Menuju cara berpikir dewasa.
d)Menuju mempercayai hal – hal yang agamis, bersifat falsafah dan bersifat tatakrama.
Dengan manajemen waktu yang baik pula, dimana waktu luang yang dominan pada diri
remaja agar dipergunakan ke dalam kegiatan yang bersifat positif, seperti ikut serta dalam
ekstrakurikuler sekolah. Hal tersebut tentunya juga akan memperkecil peluang keinginan untuk
melakukan sesuatu yang menyimpang.
2. Peran Keluarga
Kedudukan dan fungsi suatu keluarga dalam kehidupan manusia bersifat primer dan
fundamental. Keluarga pada hakekatnya merupakan wadah pembentukan masing – masing
anggotanya, terutama anak – anak yang masih berada dalam bimbingan tanggung jawab
orangtuanya.
Dalam mengatasi kenakalan remaja yang paling dominan adalah dari keluarga yang
merupakan lingkungan yang paling pertama ditemui seorang anak. Didalam menghadapi kenakalan
anak pihak orangtua hendaknya dapat mengambil dua sikap bicara yaitu:
a. Sikap atau cara yang bersifat preventif
Yaitu perbuatan atau tindakan orangtua terhadap anak yang bertujuan menjauhkan si anak
dari perbuatan buruk atau dari lingkungan pergaulan yang buruk. Dalam sikap yang bersifat
preventif pihak orangtua dapat memberikan atau mengadakan tidakan sebagai berikut:
1.Menanamkan rasa disiplin dari ayah terhadap anak.
2.Memberikan pengawasan dan perlindungan terhadap anak oleh ibu.
3.Pencurahan kasih sayang dari kedua orangtua terhadap anak.
4.Menjaga agar tetap terdapat suatu hubungan yang bersifat intim dalam satu ikatan keluarga.
5.Pendidikan agama untuk meletakkan dasar moral yang lebih baik dan berguna.
6.Penyaluran bakat si anak ke arah pekerjaan yang berguna dan produktif.
7.Rekreasi yang sehat sesuai dengan kebutuhan jiwa anak.
8.Pengawasan atas lingkungan pergaulan anak sebaik – baiknya.
b. Sikap atau cara yang bersifat represif
Yaitu pihak orangtua hendaknya ikut serta secara aktif dalam kegiatan sosial yang bertujuan
untuk menanggulangi masalah kenakalan anak seperti menjadi anggota badan kesejahteraan
keluarga dan anak, ikut serta dalam diskusi yang khusus mengenai masalah kesejahteraan anak –
anak. Selain itu pihak orangtua terhadap anak yang bersangkutan dalam perkara hendaknya
mengambil sikap sebagai berikut:
1.Mengadakan introspeksi sepenuhnya akan kealpaan yang telah diperbuatnya sehingga
menyebabkan anak terjerumus dalam kenakalan.
2.Memahami sepenuhnya akan latar belakang daripada masalah kenakalan yang menimpa anaknya.
3.Meminta bantuan para ahli (psikolog atau petugas sosial) didalam mengawasi perkembangan
kehidupan anak, apabila dipandang perlu.
4.Membuat catatan perkembangan pribadi anak sehari – hari.
3. Peran Pemerintah dan Masyarakat
4. Peran Media
Salah satu penyebab kenakalan remaja adalah mudahnya para remaja mengakses media
kekerasan dan pornografi. Mengingat hal tersebut, keikutsertaan media dalam hal mengatasi
kenakalan remaja pun juga diperlukan. Berikut langkah – langkah yang ditempuh media dalam hal
upaya mengatasi kenakalan remaja:
a)Menyajikan tayangan atau berita tanpa kekerasan (jam tayang sesuai usia).
b)Sampaikan berita dengan kalimat yang benar dan tepat (tidak provokatif).
c)Adanya rubrik khusus dalam media masa berupa cetak atupun elektronik khusus untuk remaja.
BAB IV. PENUTUP
A. Kesimpulan
Remaja adalah generasi penerus bangsa yang akan menentukan masa depan keluarga,
masyarakat dan negara. Sebagai generasi penerus, remaja harus memiliki motivasi kuat untuk
belajar dan terus belajar agar kelak akan mampu menjadi generasi yang tidak saja sehat, cerdas, dan
terampil, tetapi juga bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkepribadian, dan menjunjung
tinggi nilai – nilai luhur budaya bangsa. Oleh karena itu, mengatasi kenakalan remaja menjadi
tuntutan yang tidak bisa ditunda dan ditawar – tawar lagi.
B. Saran
Berikut saran yang saya berikan dalam upaya mengatasi kenakalan remaja:
1. Kegagalan mencapai identitas peran dan lemahnya kontrol diri bisa dicegah tau diatasi dengan
prinsip keteladanan. Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin figur orang – orang dewasa
yang telah melampaui masa remajanya dengan baik, juga mereka yang berhasil memperbaiki diri
setelah sebelumnya gagal pada tahap remaja.
2. Adanya motivasi dari keluarga, guru dan teman sebaya untuk melakukan saran pertama tersebut.
3. Kemauan orangtua untuk membenahi kondisi keluarga sehingga tercipta keluarga yang harmonis,
komunikatif dan nyaman bagi remaja.
4. Remaja harus pandai memilih teman dan lingkungan yang baik, serta orangtua memberi arahan
dengan siapa dan dikomunitas mana remaja harus bergaul.
5. Remaja membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika ternyata teman sebaya atau
komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan.
DAFTAR PUSTAKA
Atkinson, (1999). Pengantar Psikologi. Jakarta: Erlangga.
Hurlock, EB (1998). Perkembangan Anak. Alih bahasa oleh Soejarmo & Iswidiyanti. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Kozier, B (1991). Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional.
Azwar, S (2002). Sikap Manusia Teori Dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
Ahmadi, H. Abu (1979). Psikologi Sosial. Surabaya: Bina Ilmu.
Soekanto, Soejono (1981). Memperkenalkan Sosiologi. Jakarta: CV. Rajawali.
Mulyono Y, Bambang (1986). Kenakalan Remaja Dalam Perspektif Pendekatan Sosiologi,
Psikologi, Teologis Dan Usaha Penanggulangan. Jakarta: Andi Offset.