You are on page 1of 6

TUGAS PENGANTAR KEUANGAN PUBLIK

ANALISA BIAYA DAN MANFAAT

Disusun Oleh:
1. Ambardi Wiguno (5)
2. Dias Perdana (12)
3. I Made Adi Widiarta (19)
4. Muhammad Rapur (26)
5. Sofwan Saleh H (33)
6. Zainal Abdi (38)

PROGRAM DIPLIMA III SPESIALISASI PERPAJAKAN KURIKULUM KHUSUS


SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA
2011
A. Kriteria Investasi
Pada dasarnya evaluasi dari suatu proyek atau investasi dilaksanakan dengan menimbang
manfaat dan biaya dari proyek atau investasi tersebut. Apabila manfaat lebih besar
dibandingkan biaya yang diperlukan, maka proyek atau investasi tersebut dipandang efisien.
Demikian sebaliknya, apabila manfaatnya kurang dari biaya yang diperlukan, proyek tersebut
dipandang tidak efisien.
Apabila dana pemerintah tidak terbatas atau karena semua proyek dianggap penting,
pemerintah harus melaksanakan semua proyek yang memberikan manfaat lebih besar daripada
biaya yang diperlukan. Alasannya adalah karena proyek pemerintah dibiayai oleh dana yang
diambil dari masyarakat (misalnya dari pajak), sehingga masyarakat tidak dapat mengunakan
uang tersebut untuk membeli barang-barang yang dihasilkan oleh sektor swasta.
Selanjutnya, dana dari pajak tersebut dapat digunakan oleh masyarakat untuk tujuan
investasi. Oleh karena itu biaya dan proyek pemerintah merupakan kerugian bagi sektor swasta
sehingga harus diimbangi dengan manfaat dari proyek pemerintah yang akan dibangun.
Sebagai contoh, misalkan ada 6 proyek yang mempunyai struktur manfaat dan biaya
seperti di tunjukan pada tabel dibawah ini.
Manfaat Manfaat Urut-urutan
Proyek Manfaat Biaya Besih (M-B) Biaya (M/B) M/B

A 10 20 -10 0.50 VI

B 30 15 15 2.00 I

C 200 180 20 1.11 V

D 125 70 55 1.78 II

E 300 215 85 1.39 IV

F 145 103 42 1.41 III

Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk melakukan evaluasi proyek atau
investasi, yaitu:
1. Dengan kriteria manfaat bersih (net benefis), yaitu dengan mencari selisih antara
manfaat yang diperoleh dengan biaya yang digunakan. Dengan metode ini, semua
proyek kecuali proyek A akan dilaksanakan karena memberikan manfaat bersih
negatif yang berarti biaya proyek tersebut lebih besar dari pada manfaatnya.
2. Dengan mengunakan kriteria perbandingan manfaat dan biaya (M/B), yaitu
membandingkan manfaat dengan biaya proyek tersebut. Dengan kriteria ini maka
proyek yang dilaksanakan adalah proyek-proyek yang mempunyai angka
perbandingan lebih besar dari satu.
Dalam perhitungan diatas, manfaat dan biaya suatu proyek seolah-seolah terjadi dalam
tahun yang sama. Pada kenyataannya, hampir semua proyek mempunyai umur yang lebih
panjang dari satu tahun, sehingga manfaat proyek tersebut tidak diterima seluruhnya pada
suatu saat. Biaya proyek juga dikeluarkan dalam waktu yag berbeda-beda selama umur proyek
yang bersangkutan.
Oleh karena itu, timbul masalah dalam hal cara menilai manfaat atau biaya yang akan
diterima pada suatu waktu yang akan datang. Hal ini terjadi karena manfaat sebesar 50 yang
diterima sekarang, nilainya berbeda dengan manfaat sebesar 50 yang diterima 30 tahun yang
akan datang. Perbedaan tersebut disebabkan oleh dua faktor yaitu adanya ketidakpastian
(unertainty) dan faktor-faktor bunga.

1
B. Macam Manfaat dan Biaya Suatu Proyek
Manfaat dan biaya dari suatu proyek dapat dibedakan antara manfaat dan biaya riil dan
manfaat dan biaya semu.
1. Manfaat dan biaya riil (real benefits and costs) adalah manfaat dari suatu proyek
yang tidak diikuti oleh hilangnya manfaat bagi pihak lain dan pembiayaannya tidak
membebani pihak tertentu.
2. Manfaat dan biaya semu (pecuniary benefits and costs) adalah manfaat dari suatu
proyek diterima oleh sekelompok orang tertentu yang diikuti oleh hilangnya
manfaat bagi pihak lain dan pembiayaannya membebani pihak tertentu.

Berdasarkan hubungan dengan tujuannya manfaat dan biaya riil dibedakan menjadi:
a. Manfaat dan biaya langsung (direct benefits and costs)/primer, yaitu manfaat dan
biaya yang dekat hubungannya dengan tujuan utama suatu proyek.
b. Manfaat dan biaya tidak langsung (indirect benefits and costs)/sekunder, yaitu
manfaat dan biaya yang tidak dekat hubungannya dengan tujuan utama suatu
proyek.

Berdasarkan wujudnya manfaat dan biaya riil dibedakan menjadi:


a. Manfaat dan biaya berwujud (tangible benefits and costs), yaitu manfaat dari suatu
proyek yang dapat diraba dan pembiayaannya dapat dinilai di pasar.
b. Manfaat dan biaya tidak berwujud (intangible benefits and costs), yaitu manfaat dari
suatu proyek yang tidak dapat diraba dan pembiayaannya tidak dapat dinilai di
pasar.

Berdasarkan subjeknya manfaat dan dan biaya riil dibedakan menjadi:


a. Manfaat dan biaya internal, yaitu manfaat dan biaya dari suatu proyek yang
menimbulkan pengaruh di dalam suatu daerah itu sendiri.
b. Manfaat dan biaya external, yaitu manfaat dan biaya dari suatu proyek yang
menimbulkan pengaruh di dalam suatu daerah maupun daerah yang lain.

Konsep analisa manfaat dan biaya dalam keuangan negara yaitu: mengenali manfaat dan
biaya proyek-proyek pemerintah, kemudian mengukurnya dalam ukuran yang dapat
diperbandingkan agar pembiayaan menjadi lebih efektif dan efisien.

C. Mengenal dan Mengukur Manfaat Suatu Proyek


Dalam mengukur manfaat suatu proyek, dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menentukan dampak dari proyek,yaitu barang dan jasa apa yang akan diperoleh dari
proyek tersebut,
b. Menyatakan dampak proyek tersebut secara kuantitatif.

Biasanya langkah kedua menjadi sangat sulit sebab berhubungan dengan bagaimana kita
mengukur manfaat. Untuk itu digunakan pendekatan pasar nilai rupiah yang secara maksimum
orang-orang bersedia membayarnya manfaatkan jasa-jasa proyek itu.
Dengan adanya masalah penunggang bebas (free Rider), maka kita tidak dapat secara
tepat meneliti siapa yang akan memanfaatkan proyek. Kesulitan yang lain adalah untuk
membedakan manfaat langsung dan manfaat tidak langsung. Sering terjadi pula adanya
penyimpangan-penyimpangan (error), sehingga menimbulkan perhitungan ganda.
Dalam menentukan manfaat suatu proyek hanya kenaikan hasil atau kesejahteraan yang
diperhitungkan sedangkan kenaikan nilai dari suatu kekayaan karena adanya proyek tidak
diperhitungkan. Misalnya pada proyek pembangunan dam, kenaikan harga tanah disekitar dam
tersebut tidak dimasukkan dalam manfaat proyek tersebut. Hal ini disebabkan karena

2
perhitungan kenaikan produktivitas tanah dan kenaikan harga tanah menyebabkan perhitungan
ganda dari manfaat adanya proyek tersebut.

Contoh Kasus: Jembatan Suramadu


1. Manfaat Jembatan Suramadu
Dalam review studi kelayakan Jembatan Surabaya-Madura tahun 2002, disebutkan ada
beberapa pertimbangan mengenai dampak dan manfaat dari keberadaan Jembatan Suramadu.
Di antaranya adalah:
a. Manfaat Langsung (Primary Benefit)
Manfaat langsung dari Jembatan Suramadu adalah meningkatnya kelancaran arus
lalu lintas atau angkutan barang dan orang. Dengan semakin lancarnya arus lalu
lintas berarti menghemat waktu dan biaya. Manfaat selanjutnya adalah merangsang
tumbuhnya aktivitas perekonomian. Manfaat langsung lainnya yang dapat
diperhitungkan adalah nilai penerimaan dari tarif tol yang diberlakukan. Transportasi
barang dan orang yang semakin meningkat, akan meningkatkan penerimaan dari
tarif tol.
b. Manfaat Tidak Langsung (Secondary Benefit)
Manfaat tidak langsung atau manfaat sekunder adalah multiplier effect dari
Jembatan Suramadu. Ini merupakan dinamika yang timbul dan merupakan pengaruh
sekunder (secondary effect), antara lain:
 Meningkatnya jumlah penduduk akan merangsang naiknya permintaan barang
dan jasa. Selanjutnya akan merangsang meningkatnya kegiatan
perekonomian, berkembangnya usaha di sektor pertanian, industri,
perdagangan, jasa dan meningkatnya arus barang masuk ke Pulau Madura.
 Meningkatnya kebutuhan untuk kawasan pemukiman dan infrastruktur
 Meningkatkan PDRB dan kesejahteraan masyarakat.

2. Dampak Jembatan Suramadu


Dampak dari jembatan Suramadu (tahun 2006-2035) dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Jembatan Suramadu dan Pertumbuhan PDRB
Penelitian menunjukkan bahwa pembangunan Jembatan Suramadu dapat
meningkatkan pertumbuhan PDRB akibat meningkatnya aktivitas ekonomi. Dari studi
yang dilaksanakan, didapat bahwa daerah yang paling dekat dengan lokasi
dibangunnya Jembatan Suramadu (dalam hal ini Kabupaten Bangkalan) mengalami
peningkatan PDRB paling tinggi apabila dibandingkan dengan daerah/kabupaten lain
di Madura.
b. Jembatan Suramadu dan Pertumbuhan Penduduk
Penelitian menunjukkan bahwa pembangunan Jembatan Suramadu akan mendorong
pergerakan penduduk ke daerah yang paling dekat dengan lokasi Jembatan
Suramadu. Hal ini akan mengakibatkan pertumbuhan penduduk di daerah tersebut
meningkat lebih pesa dibandingkan daerah/kabupaten lainnya di Madura. Dari studi
yang dilakukan, pertumbuhan penduduk di Kabupaten Bangkalan yang merupakan
kabupaten terdekat dengan Jembatan Suramadu diperkirakan akan meningkat
sebesar dua kali pertumbuhan penduduk apabila Jembatan Suramadu tidak
dibangun.
c. Jembatan Suramadu dan Pertumbuhan Pendapatan per Kapita
Pembangunan Jembatan Suramadu mengakibatkan meningkatnya kegiatan ekonomi
yang selanjutnya dapat meningkatkan pendapatan per kapita di Madura, terutama di
daerah yang paling dekat dengan Jembatan Suramadu. Pendapatan per kapita
Kabupaten Bangkalan meningkat sebesar 93,63% dibandingkan dengan keadaan
tanpa Jembatan Suramadu. Daerah lainnya pun mengalami peningkatan pendapatan
per kapita yaitu Pamekasan (48.68%), Sampang (42,57%) dan Sumenep (20,03%).

3
d. Jembatan Suramadu dan Pertumbuhan Kawasan Permukiman
Pembangunan Jembatan Suramadu meningkatkan pertumbuhan kawasan
pemukiman. Sebelum dibangunnya Jembatan Suramadu, secara berturut-turut
kabupaten yang terluas kawasan pemukimannya adalah Kabupaten Sumenep,
Bangkalan, Sampang, dan Pamekasan.
Setelah dibangunnya Jembatan Suramadu ternyata Kabupaten Sumenep merupakan
kabupaten yang memiliki kawasan pemukiman terluas dibanding 3 kabupaten
lainnya. Akan tetapi kalau melihat perbandingannya terhadap luas areal lahan yang
tersedia, Kabupaten Bangkalan yang mengalami pertumbuhan kawasan pemukiman
lebih pesat dibandingkan dengan 3 kabupaten lainnya.

D. Mengenal dan Mengukur Biaya Suatu Proyek


Untuk mengetahui layak tidaknya suatu proyek, maka kita harus mengenal dan dapat
mengukur manfaat dan biaya suatu proyek. Dalam pelaksanaan suatu proyek, yang dianggap
sulit adalah menentukan tingkat diskonto dan umur proyek.
Konsekuensi dari suatu proyek adalah beban serta pengorbanan, yang mana ini
merupakan biaya dari proyek tersebut. Penggunaan sumber-sumber daya yang terlibat dalam
pembangunan suatu proyek akan meliputi pula “opportunity cost” dikarenakan pengorbanan
atau hilangnya jasa produktif pada sektor lain. Suatu proyek mungkin memiliki dampak
terhadap suatu daerah tertentu, sedangkan proyek lain juga mempunyai dampak terhadap
daerah tersebut. Dalam menghitung biaya suatu proyek biasanya hanya diperhatikan dalam
lokasi dimana proyek itu berada, sedangkan sesungguhnya biaya ini tersebar ke seluruh
perekonomian.
Ada tiga fokus dalam manajemen proyek, yaitu :
1. Cost (Anggaran)
Fungsi anggaran pada suatu proyek merupakan alat untuk membantu manajemen
dalam pelaksanaan, fungsi perencanaan, koordinasi, pengawasan dan juga sebagai
pedoman kerja dalam menjalankan proyek untuk tujuan yang telah ditetapkan.
2. Schedule (Jadwal)
Pengendalian jadwal terutama akan difokuskan kepada jadwal pekerjaan yang
bersifat kritis. Keterlambatan penyelesaian pekerjaan kritis akan memperlambat
penyelesaian proyek. Dalam pengendalian jadwal ini perlu adanya data tentang
waktu atau tanggal basis dan tanggal aktual. Tanggal aktual adalah tanggal dimana
tugas secara aktual dimulai dan diselesaikan.
Ada beberapa cara yang dapat dipakai untuk menentukan varian atau selisih antara
tanggal yang telah kita patokkan dengan tanggal aktual atau tanggal tepatnya suatu
proyek yang dikerjakan selesai, antara lain :
a. Mencatat tanggal
b. Menghitung durasi
c. Monitoring patokan
Ketika tanggal mulai dan akhir aktual serta durasi tugas aktual tidak sesuai dengan
jadwal, maka Jadwal harus di hitung ulang.
3. Quality (Mutu)
Proses yang tercakup dalam pengendalian mutu adalah kegiatan-kegiatan
pengukuran dan penjagaan mutu (Quality Assurance). Pengukuran mutu berbeda
untuk masing-masing jenis proyek. Pada masalah mutu yang erat kaitannya dengan
Proyek, dikenal dua macam standar yaitu Standar Umum (General Standard) dan
Standar yang berhubungan dengan industry (Industry Related Standard).
Teknik paling umum untuk penjaminan mutu adalah Audit Mutu, yang memeriksa
produk dan proses secara acak untuk melihat apakah standar mutunya sudah
terpenuhi atau belum.

4
Terdapat tiga metode yang sering dijumpai dalam pengendalian mutu, antara lain :
a) Pengecekan dan Pengkajian, Tindakan tersebut dilakukan untuk mengetahui dan
meyakini bahwa criteria, spesifikasi dan standar yang ditentukan telah terpenuhi.
b) Pemeriksaan/ Inspeksi dan Uji Kemampuan Peralatan, Pekerjaan ini berupa
Pemeriksaan Fisik, termasuk menyaksikan uji coba berfungsinya suatu peralatan.
c) Pengujian dengan mengambil contoh, dimaksudkan untuk menguji apakah material
telah memenuhi spesifikasi atau criteria yang telah ditentukan. Pengujian dapat
berupa tes destruktif atau nondestruktif yang dilakukan terhadap contoh yang
diambil dari obyek yang diselidiki.

E. Menetukan Waktu dan Bunga Diskonto


Suatu proyek akan terasa manfaatnya setelah beberapa tahun. Namun, meski demikian,
masih ada masalah yang harus diatasi, yaitu menentukan waktu dan tingkat bunga diskonto.
Mengapa terjadi kesulitan? Hal ini dikarenakan waktu dan tingkat bunga diskonto sangat
mempengaruhi pelaksanaan dan keuntungan yang akan didapat dari suatu proyek.
Sebagai contoh, Pemerintah harus memilih antara proyek I dan II, di mana proyek I
memberikan keuntungan sebesar 100 juta secara langsung dan proyek II memberikan
keuntungan sebesar 130 juta dalam waktu dua tahun setelah proyek. Setelah dihitung ternyata
dengan tingkat bunga 5% proyek II lebih menguntungkan daripada proyek I , sementara dengan
bunga 10% proyek I lebih menguntungkan daripada proyek II. Dengan penghitungan tersebut,
maka pemerintah harus bisa memutuskan kebijakan manakah yang akan diprioritaskan, apakah
waktu yang cepat atau keuntungan yang lebih banyak. Tentu saja dengan tingkat bunga yang
berbeda.
Masalah lain dalam menetukan tingkat bunga diskonto adalah persepsi pemberi
pinjaman yang berbeda mengenai tingkat resiko yang harus ditanggung. Pemberi pinjaman yang
ragu dalam memberi pinjaman akan memberikan pinjaman dengan bunga sangat tinggi dengan
harapan bahwa uang yang dipinjamkan akan bisa kembali dalam waktu singkat.
Oleh karena penentuan tingkat bunga diskonto ini sangat sulit, padahal ini merupakan
sesuatu yang sangat penting, maka para ahli ekonomi menggunakan tingkat bunga diskonto
sosial yang mereka perkirakan dengan mempertimbangkan resiko, pajak dan tingkat inflasi.
a. Pertimbangan resiko
Menurut Arrow, karena pemerintah mengerjakan banyak proyek, maka secara keseluruhan
pemerintah tidak mempunyai resiko. Karena resiko satu proyek akan ditutupi oleh manfaat
dari proyek yang lain. Namun begitu, faktor resiko juga bisa dimasukkan dalam proyek
pemerintah meskipun sangat sulit. Cara yang digunakan adalah dengan dengan
memasukkan perbedaan rata-rata resiko antara proyek pemerintah dan proyek swasta.
b. Pertimbangan pajak
Pajak (dalam hal ini pajak penghasilan) juga ikut mempengaruhi tingkat diskonto sosial.
Sebagai contoh : Suatu proyek yang menetapkan tingkat bunga diskonto sebesar 10%
(dengan asumsi resiko tidak diperhitungkan) dan pajak perusahaan sebesar 50% dari
keuntungan, maka harus memperoleh manfaat paling sedikit 10% apabila menginginkan
hasil bersih sebesar 5%. Karena 5% yang lain digunakan untuk membayar pajak.
c. Pertimbangan tingkat inflasi
Suatu analisis biaya dan manfaat dilakukan dengan menggunakan tingkat harga konstan
sehingga yang digunakan adalah tingkat diskonto nyata dikurangi dengan tingkat inflasi.
Jadi tingkat inflasi ini diperhitungkan sebagai pengurang dari tingkat diskonto nominal
karena dalam dunia perbankan, tingkat diskonto yang diumumkan sudah termasuk inflasi.

You might also like