You are on page 1of 7

Sahabat Rasulullah yang Syahid

Berikut ini adalah beberapa kisah singkat sahabat Rasulullah yg syahid. Semoga kita bisa meneladani
kehidupan mereka khususnya yg berkaitan dgn keimanan, loyalitas serta pengorbanan yg mereka
berikan utk Allah Swt dan Rasul-Nya. Yg termasuk di dalamnya a.l:

1. Shuhaib bin Sinan


2. Hamzah bin Abdul Muthalib,
3. Khabbab bin Irts
4. Ja’far bin Abi Thalib
5. Zubair bin Al Awwam,
6. Ubad bin Bisyir
7. Tsabit bin Qais
8. Suhail bin Amr
9. Al Bara’ bin Malik
10. Al Miqdat bin Amr
11. Mus’ab bin Umair
12. Sumayah
13. Amar bin Yasir
14. Zaid bin haritsah
15. Zaid bin Khatab
16. Abdullah bin Zubair
17. Abu Ayyub Al Anshari
18. Amr bin Jamuh
19. Abdullah bin Amr bin Haram
20. Habib bin Zaid
Pengertian sampel
Arikunto (1998) mengatakan bahwa “ sampel adalah bagian dari populasi
(sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti). Sampel penelitian adalah sebagian
dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh
populasi.

Sugiyono (1997) sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi.

Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa; Sampel adalah
bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan
diteliti.

Penggunaan sampel ini mengandung berbagai keuntungan, di antaranya


adalah:
1. Lebih murah
Dengan hanya meneliti sebagian populasi, maka biaya yang diperlukan untuk
penelitian menjadi jauh lebih murah dibandingkan apabila penelitian dilakukan pada
seluruh populasi.
2. Lebih mudah
Dengan mengambil sebagian dari populasi, maka pelaksanaan penelitian menjadi
lebih mudah.
3. Lebih cepat
Dengan meneliti lebih sedikit subyek, maka hasil yang diharapkan lebih sedikit
diperoleh.
4. Lebih akurat
Dalam banyak hal pemeriksaan terhadap sedikit subyek penelitian akan
memungkinkan pemeriksaan yang lebih teliti bila dibandingkan dengan
pemeriksaan terhadap seluruh populasi.
5. Mewakili populasi
Apabila dilakukan dengan baik, maka sampel dapat mewakili populasi, dan inferensi
kesimpulan dapat dengan tepat dilakukan dengan probabilitas.
6. Lebih spesifik
Sebagian penyakit mempunyai manivestasi yang amat bervariasi. Dengan seleksi
sampel, maka diperoleh pasien dengan karakteristik tertentu sehingga dapat
diperoleh data pada kelompok pasien yang lebih homogen daripada pemeriksaan
pasien dengan manisfestasi klinis yang heterogen.

Cara pemilihan sampel


1. Probability sampling
Teknik sampling untuk memberikan peluang yang sama pada setiap anggota
populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.

Berbagai jenis probability sampling antara lain:


a. Simple random sampling
Cara pengambilan sampel dari anggota populasi dengan menggunakan acak tanpa
memperhatikan strata (tingkatan) dalam anggota populasi tersebut.

Dua cara dapat dilakukan dalam menarik simple random sample:


1. Cara undian
Misalnya, kita ingin memilih sebuah sampel yang besarnya dua dari sebuah
populasi yang terdiri dari lima tenaga ahli. Kita tulis nama tenaga ahli tadi masing-
masing pada secarik kertas, dan kertas tersebut kita gulung. Lalu kita masukkan ke
dalam kotak dan dikocok. Kemudian tarik satu gulungan kertas lain tanpa
memasukkan kembali gulungan kertas pertama. Nama-nama pada kedua gulungan
kertas tadi merupakan anggota dari sampel yang kita tarik secara undian.

2. Cara random/acak.
Cara kedua dengan menggunakan tabel angka random . Gunakanlah tabel, di mana
telah dikumpulkan angka-angka secara random, yang dinamakan tabel angka
random. Misalnya, dalam sebuah kampung terdapat 900 petani. Kita ingin menarik
sebuah sampel keperluan. Jika kita menggunakan sistem undian, maka kita
menyediakan 900 gulungan kertas dan masing-masing kertas kita tuliskan nama
petani. Tentu kerja ini melelahkan. Tapi jika digunakan tabel angka random, maka
dapat menghemat waktu. Caranya; karena N=900, maka bilangan harus terdiri dari
tiga angka (digit). Pertama-tama nomorilah tiap satu elementer populasi (petani)
dari 001 sampai 900, yaitu;
001, 002, 003, 004, ......., 898, 899, 900
Kemudian bukalah tabel angka random. Dengan menutup mata tusuklah sebuah
angka dengan pensil, dan catatlah angka tersebut pada baris berapa dan kolom
berapa.

Simple random sampling hanya dapat digunakan bila:


1. Teknik lain yang lebih efisien tidak ada atau tidak memungkinkan untuk
dilakukan.
2. Keterangan-keterangan atau nama-nama dari semua unsur elementer telah
diketahui lebih dahulu.

b. Systematic sampling
Jika peneliti dihadapkan pada ukuran populasi yang banyak dan tidak memiliki alat
pengambil data secara random, cara pengambilan sampel sistematis dapat
digunakan. Cara ini menuntut kepada peneliti untuk memilih unsur populasi secara
sistematis, yaitu unsur populasi yang bisa dijadikan sampel adalah yang
“keberapa”. Pada cara ini ditentukan bahwa tiap subyek nomor ke sekian
dimasukkan dalam sampel. Bila kita ingin mengambil 1/n dari populasi, maka setiap
pasien nomor n dimasukkan ke dalam sampel.

Contoh;
Ingin dipilih 20 dari 200 pasien yang ada dengan cara sampling sistematik. Dengan
demikian diperlukan 20/200=1/10 bagian dari populasi yang akan diikutsertakan
sebagai sampel, karenanya maka setiap pasien nomor 10 akan dipilih. Mula-mula
tiap subyek diberi nomor, dari 1 sampai dengan 200. Tiap pasien ke-10 diambil
sebagai sampel, sehingga pada akhirnya yang diikutsertakan dalam sampel adalah
pasien bernomor 10,20,30,40,s/d 200.

c. Stratified random sampling


Karena unsur populasi berkarakteristik heterogen, dan heterogenitas tersebut
mempunyai arti yang signifikan pada pencapaian tujuan penelitian, maka peneliti
dapat mengambil sampel dengan cara ini. Misalnya, seorang peneliti ingin
mengetahui sikap manajer terhadap satu kebijakan perusahaan. Dia menduga
bahwa manajer tingkat atas cenderung positif sikapnya terhadap kebijakan
perusahaan tadi. Agar dapat menguji dugaannya tersebut maka sampelnya harus
terdiri atas paling tidak para manajer tingkat atas, menengah, dan bawah. Dengan
teknik pemilihan sampel secara random distratifikasikan, maka dia akan
memperoleh manajer di ketiga tingkatan tersebut, yaitu stratum manajer atas,
manajer menengah dan manajer bawah. Dari setiap stratum tersebut dipilih sampel
secara acak.

Pada saat menentukan jumlah sampel dalam setiap stratum, peneliti dapat
menentukan secara (a) proposional, (b) tidak proposional. Yang dimaksud dengan
proposional adalah jumlah sampel dalam setiap stratum sebanding dengan jumlah
unsur populasi dalam stratum tersebut. Misalnya, untuk stratum manajer tingkat
atas (I) terdapat 15 manajer, tingkat menengah ada 45 manajer (II), dan manajer
tingkat bawah (III) ada 100 manajer. Artinya jumlah seluruh manajer adalah 160.
Kalau jumlah sampel yang akan diambil seluruhnya 100 manajer, maka untuk
stratum I diambil (15:160)x100 = 9 manajer, stratum II = 28 manajer, dan stratum
3 = 63 manajer.

Jumlah dalam setiap stratum tidak proposional. Hal ini terjadi jika jumlah unsur atau
elemen di salah satu atau beberapa stratum sangat sedikit. Misalnya saja, kalau
dalam stratum manajer kelas atas (I) hanya ada 4 manajer, maka peneliti bisa
mengambil semua manajer dalam stratum tersebut , dan untuk manajer tingkat
menengah (II) ditambah 5, sedangkan manajer tingat bawah (III), tetap 63 orang.

d. Cluster Sampling
Proses penarikan sampel secara acak pada kelompok individu dalam populasi yang
terjadi secara alamiah, misalnya berdasarkan wilayah (kodya, kecamatan,
kelurahan, dst). Cara ini sangat efisien bila populasi tersebar luas sehingga tidak
mungkin untuk membuat daftar seluruh populasi tersebut.

Contohnya; Kita ingin meneliti karakteristik bayi dengan atresia billier di rumah
sakit pendidikan diseluruh Indonesia. Bila diinginkan hanya sebagian dari kasus
yang terdaftar di rumah sakit tersebut, dilakukan cluster sampling yaitu dengan
melakukan random sampling pada tiap rumah sakit tanpa berusaha menjumlahkan
pasien yang terdaftar pada seluruh rumah sakit.

Contoh berikutnya; Dalam satu organisasi terdapat 100 departemen. Dalam


setiap departemen terdapat banyak pegawai dengan karakteristik berbeda pula.
Beda jenis kelaminnya, beda tingkat pendidikannya, beda tingkat pendapatnya,
beda tingat manajerialnnya, dan perbedaan-perbedaan lainnya. Jika peneliti
bermaksud mengetahui tingkat penerimaan para pegawai terhadap suatu strategi
yang segera diterapkan perusahaan, maka peneliti dapat menggunakan cluster
sampling untuk mencegah terpilihnya sampel hanya dari satu atau dua departemen
saja.

e. Area Sampling
Teknik ini dipakai ketika peneliti dihadapkan pada situasi bahwa populasi
penelitiannya tersebar di berbagai wilayah. Misalnya, seorang marketing manajer
sebuah stasiun TV ingin mengetahui tingkat penerimaan masyarakat Jawa Barat
atas sebuah mata tayangan, teknik pengambilan sampel dengan area sampling
sangat tepat. Prosedurnya : Susun sampling frame yang menggambarkan peta
wilayah (Jawa Barat) – Kabupaten, Kotamadya, Kecamatan, Desa. Tentukan wilayah
yang akan dijadikan sampel (Kabupaten ?, Kotamadya?, Kecamatan?, Desa?).
Tentukan berapa wilayah yang akan dijadikan sampel penelitiannya.. Pilih beberapa
wilayah untuk dijadikan sampel dengan cara acak atau random. Kalau ternyata
masih terlampau banyak responden yang harus diambil datanya, bagi lagi wilayah
yang terpilih ke dalam sub wilayah.

2. Nonprobability/Nonrandom Sampling atau Sampel Tidak Acak

1. Convenience Sampling
Sampel yang dipilih dengan pertimbangan kemudahan.Dalam memilih sampel,
peneliti tidak mempunyai pertimbangan lain kecuali berdasarkan kemudahan saja.
Seseorang diambil sebagai sampel karena kebetulan orang tadi ada di situ atau
kebetulan dia mengenal orang tersebut. Oleh karena itu ada beberapa penulis
menggunakan istilah accidental sampling – tidak disengaja – atau juga captive
sample (man-on-the-street) Jenis sampel ini sangat baik jika dimanfaatkan untuk
penelitian penjajagan, yang kemudian diikuti oleh penelitian lanjutan yang
sampelnya diambil secara acak (random). Beberapa kasus penelitian yang
menggunakan jenis sampel ini, hasilnya ternyata kurang obyektif.

Contohnya:
Ingin diketahui kadar imunoglobulinpasien yang menderita penyakit jantung
bawaan. Ditetapkan besar sampel 40 kasus. Peneliti, demi mudahnya, suatu hari
mengambil kasus di Poliklinik Jantung sebanyak 9 kasus. Kemudian peneliti cuti,
dan waktu masuk kembali ia mengambil lagi sampai terkumpul pasien sejumlah 40.
Cara ini jelas sangat mudah, tidak memerlukan metode tertentu, namun sulit dapat
dikatakan bahwa subyek yang terkumpul dapat dianggap mewakili semua pasien
Penyakit Jantung Bawaan. Yang berobat di Poliklinik tersebut.

2. Consecutive sampling
Consecutive sampling ini merupakan jenis non probability terbaik, dan seringkali
merupakan cara yang paling mudah. Pada consecutive sampling, setiap pasien
yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam penelitian sampai kurun
waktu tertentu, sehingga jumlah pasien yang diperlukan terpenuhi. Agar
consecutive sampling dapat menyerupai probability sampling, maka jangka waktu
pemilihan pasien tidak terlalu pendek, khususnya apabila suatu penyakit bersifat
musiman. Contohnya; pengambilan pasien demam berdarah dengue selama bualn
Agustus dan September mungkin tidak menggambarkan karakteristik pasien
demam berdarah secara keseluruhan, mengingat puncak insidens demam berdarah
dengue biasanya pada bulan April-Juni.

3. Purposive Sampling
Sesuai dengan namanya, sampel diambil dengan maksud atau tujuan tertentu.
Seseorang atau sesuatu diambil sebagai sampel karena peneliti menganggap
bahwa seseorang atau sesuatu tersebut memiliki informasi yang diperlukan bagi
penelitiannya. Dua jenis sampel ini dikenal dengan nama judgement dan quota
sampling.

Judgment Sampling
Sampel dipilih berdasarkan penilaian peneliti bahwa dia adalah pihak yang paling
baik untuk dijadikan sampel penelitiannya.. Misalnya untuk memperoleh data
tentang bagaimana satu proses produksi direncanakan oleh suatu perusahaan,
maka manajer produksi merupakan orang yang terbaik untuk bisa memberikan
informasi. Jadi, judment sampling umumnya memilih sesuatu atau seseorang
menjadi sampel karena mereka mempunyai “information rich”.
Misalnya; untuk meneliti pendapat ibu tentang perbandingan pemberian ASI dan
susu botol, dipilih ibu-ibu yang pernah memberikan ASI dan pernah pula memberi
susu formula kepada bayinya. Atau yang pendidikannya cukup sehingga dapat
memberikan keterangan yang akurat.

Dalam program pengembangan produk (product development), biasanya yang


dijadikan sampel adalah karyawannya sendiri, dengan pertimbangan bahwa kalau
karyawan sendiri tidak puas terhadap produk baru yang akan dipasarkan, maka
jangan terlalu berharap pasar akan menerima produk itu dengan baik. (Cooper dan
Emory, 1992).

Quota Sampling
Teknik sampel ini adalah penentuan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri
tertentu sampai jumlah (jatah) yang dikehendaki atau pengambilan sampel yang
didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan tertentu dari peneliti atau bisa saja
secara kebetulan

Misalnya; Peneliti ingin mengetahui informasi tentang penempatan karyawan yang


tinggal di perumahan Pondok Hijau, dalam kategori jabatan tertentu dan
pendapatannya termasuk kelas tertentu pula. Dalam pemilihan orangnya
(pengambilan sampel) akan ditentukan pertimbangan oleh peneliti sendiri atau
petugas yang diserahkan mandat..

Misalnya, di sebuah kantor terdapat pegawai laki-laki 60% dan perempuan 40% .
Jika seorang peneliti ingin mewawancari 30 orang pegawai dari kedua jenis kelamin
tadi maka dia harus mengambil sampel pegawai laki-laki sebanyak 18 orang
sedangkan pegawai perempuan 12 orang. Sekali lagi, teknik pengambilan ketiga
puluh sampel tadi tidak dilakukan secara acak, melainkan secara kebetulan saja.

4. Snowball Sampling – Sampel Bola Salju


Cara ini banyak dipakai ketika peneliti tidak banyak tahu tentang populasi
penelitiannya. Dia hanya tahu satu atau dua orang yang berdasarkan penilaiannya
bisa dijadikan sampel. Karena peneliti menginginkan lebih banyak lagi, lalu dia
minta kepada sampel pertama untuk menunjukan orang lain yang kira-kira bisa
dijadikan sampel. Misalnya, seorang peneliti ingin mengetahui pandangan kaum
lesbian terhadap lembaga perkawinan. Peneliti cukup mencari satu orang wanita
lesbian dan kemudian melakukan wawancara. Setelah selesai, peneliti tadi minta
kepada wanita lesbian tersebut untuk bisa mewawancarai teman lesbian lainnya.
Setelah jumlah wanita lesbian yang berhasil diwawancarainya dirasa cukup, peneliti
bisa mengentikan pencarian wanita lesbian lainnya. . Hal ini bisa juga dilakukan
pada pencandu narkotik, para gay, atau kelompok-kelompok sosial lain yang
eksklusif (tertutup)

You might also like