Professional Documents
Culture Documents
Berikut ini adalah beberapa kisah singkat sahabat Rasulullah yg syahid. Semoga kita bisa meneladani
kehidupan mereka khususnya yg berkaitan dgn keimanan, loyalitas serta pengorbanan yg mereka
berikan utk Allah Swt dan Rasul-Nya. Yg termasuk di dalamnya a.l:
Sugiyono (1997) sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi.
Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa; Sampel adalah
bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan
diteliti.
2. Cara random/acak.
Cara kedua dengan menggunakan tabel angka random . Gunakanlah tabel, di mana
telah dikumpulkan angka-angka secara random, yang dinamakan tabel angka
random. Misalnya, dalam sebuah kampung terdapat 900 petani. Kita ingin menarik
sebuah sampel keperluan. Jika kita menggunakan sistem undian, maka kita
menyediakan 900 gulungan kertas dan masing-masing kertas kita tuliskan nama
petani. Tentu kerja ini melelahkan. Tapi jika digunakan tabel angka random, maka
dapat menghemat waktu. Caranya; karena N=900, maka bilangan harus terdiri dari
tiga angka (digit). Pertama-tama nomorilah tiap satu elementer populasi (petani)
dari 001 sampai 900, yaitu;
001, 002, 003, 004, ......., 898, 899, 900
Kemudian bukalah tabel angka random. Dengan menutup mata tusuklah sebuah
angka dengan pensil, dan catatlah angka tersebut pada baris berapa dan kolom
berapa.
b. Systematic sampling
Jika peneliti dihadapkan pada ukuran populasi yang banyak dan tidak memiliki alat
pengambil data secara random, cara pengambilan sampel sistematis dapat
digunakan. Cara ini menuntut kepada peneliti untuk memilih unsur populasi secara
sistematis, yaitu unsur populasi yang bisa dijadikan sampel adalah yang
“keberapa”. Pada cara ini ditentukan bahwa tiap subyek nomor ke sekian
dimasukkan dalam sampel. Bila kita ingin mengambil 1/n dari populasi, maka setiap
pasien nomor n dimasukkan ke dalam sampel.
Contoh;
Ingin dipilih 20 dari 200 pasien yang ada dengan cara sampling sistematik. Dengan
demikian diperlukan 20/200=1/10 bagian dari populasi yang akan diikutsertakan
sebagai sampel, karenanya maka setiap pasien nomor 10 akan dipilih. Mula-mula
tiap subyek diberi nomor, dari 1 sampai dengan 200. Tiap pasien ke-10 diambil
sebagai sampel, sehingga pada akhirnya yang diikutsertakan dalam sampel adalah
pasien bernomor 10,20,30,40,s/d 200.
Pada saat menentukan jumlah sampel dalam setiap stratum, peneliti dapat
menentukan secara (a) proposional, (b) tidak proposional. Yang dimaksud dengan
proposional adalah jumlah sampel dalam setiap stratum sebanding dengan jumlah
unsur populasi dalam stratum tersebut. Misalnya, untuk stratum manajer tingkat
atas (I) terdapat 15 manajer, tingkat menengah ada 45 manajer (II), dan manajer
tingkat bawah (III) ada 100 manajer. Artinya jumlah seluruh manajer adalah 160.
Kalau jumlah sampel yang akan diambil seluruhnya 100 manajer, maka untuk
stratum I diambil (15:160)x100 = 9 manajer, stratum II = 28 manajer, dan stratum
3 = 63 manajer.
Jumlah dalam setiap stratum tidak proposional. Hal ini terjadi jika jumlah unsur atau
elemen di salah satu atau beberapa stratum sangat sedikit. Misalnya saja, kalau
dalam stratum manajer kelas atas (I) hanya ada 4 manajer, maka peneliti bisa
mengambil semua manajer dalam stratum tersebut , dan untuk manajer tingkat
menengah (II) ditambah 5, sedangkan manajer tingat bawah (III), tetap 63 orang.
d. Cluster Sampling
Proses penarikan sampel secara acak pada kelompok individu dalam populasi yang
terjadi secara alamiah, misalnya berdasarkan wilayah (kodya, kecamatan,
kelurahan, dst). Cara ini sangat efisien bila populasi tersebar luas sehingga tidak
mungkin untuk membuat daftar seluruh populasi tersebut.
Contohnya; Kita ingin meneliti karakteristik bayi dengan atresia billier di rumah
sakit pendidikan diseluruh Indonesia. Bila diinginkan hanya sebagian dari kasus
yang terdaftar di rumah sakit tersebut, dilakukan cluster sampling yaitu dengan
melakukan random sampling pada tiap rumah sakit tanpa berusaha menjumlahkan
pasien yang terdaftar pada seluruh rumah sakit.
e. Area Sampling
Teknik ini dipakai ketika peneliti dihadapkan pada situasi bahwa populasi
penelitiannya tersebar di berbagai wilayah. Misalnya, seorang marketing manajer
sebuah stasiun TV ingin mengetahui tingkat penerimaan masyarakat Jawa Barat
atas sebuah mata tayangan, teknik pengambilan sampel dengan area sampling
sangat tepat. Prosedurnya : Susun sampling frame yang menggambarkan peta
wilayah (Jawa Barat) – Kabupaten, Kotamadya, Kecamatan, Desa. Tentukan wilayah
yang akan dijadikan sampel (Kabupaten ?, Kotamadya?, Kecamatan?, Desa?).
Tentukan berapa wilayah yang akan dijadikan sampel penelitiannya.. Pilih beberapa
wilayah untuk dijadikan sampel dengan cara acak atau random. Kalau ternyata
masih terlampau banyak responden yang harus diambil datanya, bagi lagi wilayah
yang terpilih ke dalam sub wilayah.
1. Convenience Sampling
Sampel yang dipilih dengan pertimbangan kemudahan.Dalam memilih sampel,
peneliti tidak mempunyai pertimbangan lain kecuali berdasarkan kemudahan saja.
Seseorang diambil sebagai sampel karena kebetulan orang tadi ada di situ atau
kebetulan dia mengenal orang tersebut. Oleh karena itu ada beberapa penulis
menggunakan istilah accidental sampling – tidak disengaja – atau juga captive
sample (man-on-the-street) Jenis sampel ini sangat baik jika dimanfaatkan untuk
penelitian penjajagan, yang kemudian diikuti oleh penelitian lanjutan yang
sampelnya diambil secara acak (random). Beberapa kasus penelitian yang
menggunakan jenis sampel ini, hasilnya ternyata kurang obyektif.
Contohnya:
Ingin diketahui kadar imunoglobulinpasien yang menderita penyakit jantung
bawaan. Ditetapkan besar sampel 40 kasus. Peneliti, demi mudahnya, suatu hari
mengambil kasus di Poliklinik Jantung sebanyak 9 kasus. Kemudian peneliti cuti,
dan waktu masuk kembali ia mengambil lagi sampai terkumpul pasien sejumlah 40.
Cara ini jelas sangat mudah, tidak memerlukan metode tertentu, namun sulit dapat
dikatakan bahwa subyek yang terkumpul dapat dianggap mewakili semua pasien
Penyakit Jantung Bawaan. Yang berobat di Poliklinik tersebut.
2. Consecutive sampling
Consecutive sampling ini merupakan jenis non probability terbaik, dan seringkali
merupakan cara yang paling mudah. Pada consecutive sampling, setiap pasien
yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam penelitian sampai kurun
waktu tertentu, sehingga jumlah pasien yang diperlukan terpenuhi. Agar
consecutive sampling dapat menyerupai probability sampling, maka jangka waktu
pemilihan pasien tidak terlalu pendek, khususnya apabila suatu penyakit bersifat
musiman. Contohnya; pengambilan pasien demam berdarah dengue selama bualn
Agustus dan September mungkin tidak menggambarkan karakteristik pasien
demam berdarah secara keseluruhan, mengingat puncak insidens demam berdarah
dengue biasanya pada bulan April-Juni.
3. Purposive Sampling
Sesuai dengan namanya, sampel diambil dengan maksud atau tujuan tertentu.
Seseorang atau sesuatu diambil sebagai sampel karena peneliti menganggap
bahwa seseorang atau sesuatu tersebut memiliki informasi yang diperlukan bagi
penelitiannya. Dua jenis sampel ini dikenal dengan nama judgement dan quota
sampling.
Judgment Sampling
Sampel dipilih berdasarkan penilaian peneliti bahwa dia adalah pihak yang paling
baik untuk dijadikan sampel penelitiannya.. Misalnya untuk memperoleh data
tentang bagaimana satu proses produksi direncanakan oleh suatu perusahaan,
maka manajer produksi merupakan orang yang terbaik untuk bisa memberikan
informasi. Jadi, judment sampling umumnya memilih sesuatu atau seseorang
menjadi sampel karena mereka mempunyai “information rich”.
Misalnya; untuk meneliti pendapat ibu tentang perbandingan pemberian ASI dan
susu botol, dipilih ibu-ibu yang pernah memberikan ASI dan pernah pula memberi
susu formula kepada bayinya. Atau yang pendidikannya cukup sehingga dapat
memberikan keterangan yang akurat.
Quota Sampling
Teknik sampel ini adalah penentuan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri
tertentu sampai jumlah (jatah) yang dikehendaki atau pengambilan sampel yang
didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan tertentu dari peneliti atau bisa saja
secara kebetulan
Misalnya, di sebuah kantor terdapat pegawai laki-laki 60% dan perempuan 40% .
Jika seorang peneliti ingin mewawancari 30 orang pegawai dari kedua jenis kelamin
tadi maka dia harus mengambil sampel pegawai laki-laki sebanyak 18 orang
sedangkan pegawai perempuan 12 orang. Sekali lagi, teknik pengambilan ketiga
puluh sampel tadi tidak dilakukan secara acak, melainkan secara kebetulan saja.