You are on page 1of 6

TEKANAN DAN DAYA HISAP AKAR

Jurnal Praktikum Fisiologi Tumbuhan

Oleh
NATALINA
J1C108027
Kelompok 2

Asisten
TATI HIDAYAH

PROGRAM STUDI S-1 BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
APRIL, 2010
TEKANAN DAN DAYA HISAP AKAR

Natalina
PS Biologi FMIPA Universitas Lambung Mangkurat
Jl. A. Yani Km 35,8 Banjarbaru
E-mail: alin.natalina@gmail.com (085654059128)

ABSTRAK
Praktikum ini bertujuan untuk membuktikan terjadinya tekanan akar dan daya
hisap daun pada tumbuhan serta untuk mengetahui besarnya kenaikan larutan
akibat tekanan akar dan daya hisap daun. Siang hari pergerakan air dari dalam
tanah ke tubuh tanaman terjadi terus menerus. Tekanan akar tidak dapat diamati
jika kondisi lingkungannya kekurangan air (transpirasi rendah,. Pada saat itu
yang berperan adalah daya isap daun. Sebanyak enam botol diisi dengan larutan
eosin masing-masing sebanyak 100 ml, kemudian dimasukkan tanaman pacar air
(Impatiens balsamina) yang terdiri dari dua bagian yaitu bagian yang berakar
(bawah) dibuang daunnya (A) dan bagian atas disisakan 5 daun (B). Tanaman
diamati. Tekanan akar dan daya isap daun mengakibatkan naiknya air ke dalam
batang. Hubungan antara tekanan akar dan daya hisap daun sangat erat karena
faktor-faktor tersebut tidak dapat berdiri sendiri dalam memindahkan air dari
dalam tanah menuju ke daun untuk proses fotosintesis. Menit ke-30 air pada
bagian bawah tanaman mengalami kenaikan mencapai 30 cm, 30 cm dan 28 cm
sedangkan hasil yang didapat pada bagian atas tanaman secara berturut-turut
adalah 21 cm, 13 cm, dan 24 cm. Lalu pada menit ke-45 air pada bagian atas
tanaman mencapai ketinggian 29 cm, 30 cm, 30 cm. Tekanan akar pada tanaman
pacar air lebih cepat dibandingkan daya hisap daunnya.

Kata kunci : akar, air, daun, transpirasi.

PENDAHULUAN
Pergerakan air melalui akar terjadi secara horisontal. Bagian-bagian akar
yang dilewati saat terjadinya pengangkutan air adalah bulu-bulu akar, sel-sel
korteks, sel-sel endodermis, sel-sel perisikel, dan akhirnya air sampai ke
pembuluh kayu (xilem). Dari xilem, air kemudian bergerak secara vertikal menuju
daun. Xilem dapat dianggap sebagai pembuluh kapiler, sehingga air naik di
dalamnya sebagai akibat dari gaya adhesi antara dinding xilem dengan molekul-
molekul air (Dwidjoseputro, 1980).
Siang hari pergerakan air dari dalam tanah ke tanaman terjadi secara terus
menerus. Hal ini terjadi karena potensial air di dalam tanaman selama siang hari
selalu lebih rendah dibandingkan potensial air tanah, sedangkan air bergerak dari
daerah dengan potensial air tinggi ke daerah dengan potensial air rendah. air
tanah yang masuk ke tanaman keluar sebagai air transpirasi. Di dalam tanah air
bergerak ke permukaan akar, kemudian mengalir melaui epidermis, sel kortek,
endodermis, stele, masuk ke xilem dan bergerak atas ke arah daun. Pada awalnya
diperkirakan air naik ke bagian atas tanaman karena adanya tekanan dari akar.
Tetapi ternyata tekanan akar hanya teramati pada kondisi tanah berkecukupan air
dan tekanan udara relatif tinggi atau dengan kata lain pada saat laju transpirasi
rendah (Gardner, 1991).
Air dari sel-sel endodermis selanjutnya masuk ke dalam pembuluh xilem
melalui proses osmosis. Air dari pembuluh xilem akar, bergerak melalui xilem
batang hingga ke xilem daun. Cairan xilem yang ada dalam xilem akar, xilem
batang dan xilem daun berhubungan satu dengan lainnya membentuk suatu
kolom. Ada empat kemungkinan yang dapat menerangkan mekanisme perjalanan
air tersebut, yaitu: tekanan akar, pompa xilem, aksi kapiler, dan penarikan air ke
atas (Lakitan, 2004).
Meskipun tekanan akar, pompa xilem dan aksi kapiler berperan dalam
transpor air pada beberapa tumbuhan, sebagian besar mekanisme transpor air
adalah melalui proses penarikan air karena penguapan atau transpirasi. Transpirasi
adalah proses penguapan air melalui stomata. Ketika celah stomata terbuka maka
molekul air akan bergerak dari konsentrasi tinggi (di dalam daun) ke konsentrasi
rendah (lingkungan luar). Proses transpirasi dapat diterangkan dengan mengacu
sifat fisik air . Molekul air akan melakukan tarik menarik dengan molekul air
lainnya melalui proses kohesi. Selain itu molekul air juga dapat melakukan tarik
menarik dengan dinding xilem melalui proses adhesi. Penguapan air melalui
stomata akan menarik kolom air yang ada di dalam xilem, dan molekul air baru
akan masuk ke dalam rambut akar. Teori kehilangan air melalui traspirasi ini
disebut juga teori tegangan adhesi dan kohesi (Salisbury dan Ross. 1995).
Tekanan akar hanya terjadi pada tumbuhan yang rendah dan jarang
melebihi 45 psi (pound per square inch). Sedangkan untuk tumbuhan yang tinggi
diperlukan tekanan hingga 150 psi. Pada beberapa tanaman misalnya pinus, tidak
mengembangkan tekanan akar. Jika batang dilukai ternyata juga tidak
menyebabkan air tersembur ke luar. Demikian juga air kapiler hanya dapat
mencapai ketinggian 0.5 m saja. Pergerakan air dari dalam tanah akan terjadi
secara terus menerus pada siang hari, hal ini desebabkan karena air bergerak dari
daerah dengan potensial air tinggi ke daerah dengan potensial air yang rendah.
Pada siang hari suhu pada umumnya tinggi dan kelembaban udara rendah hal ini
akan memungkinkan terjadinya proses transpirasi sehingga air didalam pembuluh
xilem akan mengalami gaya tarikan (tension) oleh aktivitas transpirasi (daun)
(Lakitan, 2004).
Tekanan akar tampak pada sebagian besar tumbuhan, tapi ini terjadi jika
tanah cukup lembab dan bila kelembaban udara tinggi, artinya ketika transpirasi
sangat rendah. tetesan air akan terlihat keluar dari bukaan (hidatoda) pada ujung
atau tepi daun, fenomena ini disebut gutasi. Jika tumbuhan ditempatkan pada
kondisi atmosfer yang cukup kering, atau di tanah yang berkelembaban rendah,
atau sekaligus dalam kedua keadaan tersebut, maka tekanan akar tidak muncul
sebab air dalam batangnya berada di bawah tegangan dan bukan di bawah tekanan
(Salisbury dan Ross. 1995).
Beberapa faktor yang yang dapat menyebabkan terjadinya daya hisap daun
dan daya tekan akar adalah sebagai berikut:
- Tekanan akar; berdasarkan fakta bahwa jika batang tanaman dipotong dan
kemudian dihubungkan dengan selang manometer air raksa, maka air di dalam
selang itu akan terdorong ke atas oleh tekanan yang berasal dari akar
- Kapilaritas; merupakan gejala yang timbul akibat interaksi antara
permukaan benda padat dengan benda cair yang menyebabkan gangguan
terhadap bentuk permukaan cairan yang semula datar, misalnya di dalam pipa
yang kecil, permukaan cairan menjadi naik, karena cairan tersebut ditarik oleh
dinding bagian dalam pipa oleh gaya adhesi
- Sel pemompa; pergerakan vertikal air dari akar ke daun adalah karena
adanya peranan sel-sel khusus yang berfungsi memompa air ke atas, hal ini
dibuktikan dengan adanya hasil penelitian, dimana pergerakan vertikal air
sebagian besar melalui bagian yang mati dari tanaman (pembuluh xilem dan
dinding sel), bukan melalui bagian sel-sel yang hidup
- Kohesi; penyerapan vertikal air dalam tumbuhan dapat dijelaskan dengan
3 elemen atau konsep kohesi yaitu: adanya perbedaan potensi air antara tanah
dan atmosfer sebagai tenaga pendorong, adanya tenaga hidrasi dinding
pembuluh xilem yang mampu mempertahankan molekul air terhadap gravitasi
dan adanya gaya kohesi antara molekul air yang menjaga keutuhan kolom air
dalam pembuluh xilem (Gardner, 1991).
Tanaman yang berada pada daerah yang kondisi tanahnya kering atau
memiliki kelembaban udara rendah akan mengalami transpirasi yang tinggi. Pada
daerah ini fenomena tekanan aklar tidak terlihat. Hal ini disebabkan karena air di
dalam pembuluh xilem tidak dalam keadaan menerima tekanan, tetapi sebaliknya
sedang mengalami tarikan (tension). Jadi air bergerak ke atas karena adanya
tarikan akibat terjadinya transpirasi dari daun sehingga menimbulkan daya hisap
daun (Lakitan, 2004).

BAHAN DAN METODE


Waktu dan Tempat Praktikum. Praktikum dilaksanakan pada tanggal 21
April 2010, bertempat di Laboratorium Dasar Ruang Biologi 1, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lambung Mangkurat
Banjarbaru.
Alat dan Bahan. Peralatan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah
botol bekas energy drink sebanyak 6 buah yang dicuci bersih, pisau silet atau
cutter, penggaris. Bahan-bahan yang digunakan adalah tanaman pacar air tinggi
(Impatiens balsamina) ukuran panjang 15 cm – 25 cm sebanyak 6 batang, larutan
eosin atau larutan pewarna lainnya.
Prosedur Kerja. Botol bekas energy drink sebanyak 6 buah botol
dibersihkan, kemudian diisi dengan larutan eosin masing-masing sebanyak 50 ml.
Tanaman pacar air (Impatiens balsamina) dipotong menjadi 2 bagian, yaitu
bagian yang berakar (bawah) dibuang daunnya (A) dan bagian atas disisakan 5
daun (B). Masing-masing potongan tanaman dimasukkan pada botol-botol yang
berisi larutan eosin. Dilakukan pengamatan.

HASIL
Tabel 1. Hasil Pengamatan pada Tanaman Pacar Air
Bagian bawah tanaman rata- bagian atas tanaman rata-
menit ke-
1 2 3 rata 1 2 3 rata
15 menit - - - - - - - -
30 menit 30 30 28 29,3 21 13 24 19,3
45 menit 30 30 30 30 29 30 30 29,66

PEMBAHASAN
Tanaman pacar air (Impatiens balsamina) merupakan tanaman yang
dijadikan sebagai tanaman sampel. Tanaman sampel dipotong menjadi dua bagian
yaitu bagian bawah tanaman (akar) dan bagian atas tanaman (berupa daun).
Pemotongan tanaman sampel ini bertujuan untuk membuktikan terjadinya tekanan
akar dan daya hisap daun serta besarnya kenaikan larutan (larutan eosin) akibat
dari tekanan akar dan daya hisap daun.
Daya hisap daun adalah timbulnya tarikan terhadap air yang ada pada sel –
sel di bawahnya dan tarikan ini akan diteruskan molekul demi molekul, menuju ke
bawah sampai ke seluruh kolom air pada xilem sehingga menyebabkan air tertarik
ke atas dari akar menuju ke daun. Faktor yang mempengaruhi daya hisap daun
adalah terjadinya transpirasi.
Air akan mengalir masuk dari korteks akar, menghasilkan suatu tekanan
positif yang memaksa cairan naik ke xilem. Dorongan getah xilem ke arah atas ini
disebut tekanan akar. Faktor yang mempengaruhi tekanan akar adalah perbedaan
potensial air dalam tumbuhan dan air yaitu potensial air yang tinggi di dalam
tanah.
Tumbuhan menyerap air dan mineral yang terdapat di dalam tanah melalui
akar, untuk menaikkan air dari permukaan tanah diperlukan suatu tekanan pada
akar. Tekanan pada akar terjadi jika transpirasi rendah, artinya kelembaban pada
tanah cukup tinggi. Pada saat kelembapan tanah kurang maka laju transpirasi akan
meningkat, tekanan akar tidak terjadi maka air yang ada akan naik karena adanya
daya isap daun. Untuk mengetahui adanya tekanan pada akar dan daya hisap pada
daun maka dapat dilakukan suatu pengamatan dengan menggunakan tanaman
yang mempunyai batang transparan sehingga besarnya pergerakan air tanaman
dan kenaikkan larutan dapat terlihat jelas.
Pengamatan dilakukan selama 45 menit, tetapi dari hasil pengamatan
didapatkan hasil bahwa larutan naik ke seluruh bagian tanaman. Besarnya
kenaikan adalah 30 cm pada masing-masing batang baik bagian atas maupun
bagian bawah yang artinya tanaman pacar air dapat menghisap larutan hingga
mencapai seluruh bagian tanaman baik melalui tekanan akar maupun daya hisap
daun. Hal ini menunjukkan bahwa pada tanaman pacar air tekanan akar dan daya
hisap daun memiliki pengaruh yang sama besar dalam penyerapan air.
Dari hasil yang telah didapatkan, kecepatan tekanan akar lebih besar
daripada daya hisap daun, hal ini dibuktikan dari hasil. Pada menit ke-30 air pada
3 bagian bawah tanaman mengalami kenaikan secara berturut-turut yaitu 30 cm,
30 cm dan 28 cm sedangkan hasil yang didapat pada bagian atas tanaman secara
berturut-turut adalah 21 cm, 13 cm, dan 24 cm. Lalu pada menit ke-45 air pada
bagian atas tanaman mencapai ketinggian 29 cm, 30 cm, 30 cm. Berdasarkan hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa tekanan akar pada tanaman pacar air lebih cepat
dibandingkan daya hisap daunnya.
Kenaikan air dari tanah juga dipengaruhi oleh transpirasi karena transpirasi
sebagian besar terjadi di daun melalui stomata, transpirasi bermanfaat bagi
tumbuhan karena dapat menyebabkan terbentuknya daya isap daun, mempercepat
pengangkutan unsur hara melalui xilem dan membantu penyerapan air dan unsur
hara oleh akar. Tekanan akar tidak dapat diamati jika kondisi lingkungannya
kekurangan air atau pada saat transpirasi rendah. Pada saat ini yang berperan
adalah daya isap daun, jadi air bergerak karena terjadinya transpirasi. Akar
merupakan komponen pokok dari tanaman, baik dalam hal fungsi maupun dalam
jumlah besarnya. Biasanya dapat mencapai kira-kira 1/3 berat kering seluruh
tubuh tanaman. Kecepatan ekstraksi air dari suatu tanah merupakan fungsi dari
konsentrasi akar, karena berkurangnya menurut kedalaman daerah akar. Air
sangat penting bagi tumbuhan sehingga gerakan air melalui tanah yang disebut
perkolasi.
Hubungan antara tekanan akar dan daya hisap daun adalah sangat erat
karena faktor-faktor itu tidak dapat berdiri sendiri dalam memindahkan zat hara
atau air tanah menuju ke daun untuk difotosintesis. Akar berperan dalam
memperluas bidang penyerapan tumbuhan terhadap air dan zat hara. Jika
tumbuhan tidak mempunyai akar maka tumbuhan itu hanya dapat menyerap zat-
zat yang diperlukannya dari sekitarnya saja. Sebaliknya jika tumbuhan tidak
mempunyai daun, maka penyerapan dan pengantaran zat hara dari tanah menuju
ke daun tidak optimal (tidak cepat) karena daya tekan akar saja tidak cukup untuk
melawan besarnya gradien gravitasi bumi.

KESIMPULAN
Kesimpulan yang diperoleh dari praktikum ini adalah tekanan akar dan
daya isap daun mengakibatkan naiknya air ke dalam batang. Hubungan antara
tekanan akar dan daya hisap daun adalah sangat erat karena faktor-faktor tersebut
tidak dapat berdiri sendiri dalam memindahkan zat hara atau air dari dalam tanah
menuju ke daun untuk proses fotosintesis. Dari hasil yang telah didapatkan,
kecepatan tekanan akar lebih besar daripada daya hisap daun, karena bagian
bawah tanaman pada menit ke-30 sudah mencapai maksimal sedangkan bagian
atas tanaman mencapai maksimal pada menit ke-45.

DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro. 1980. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT Gramedia. Jakarta.

Lakitan, B. 2004. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT. Raja Grafindo Persada.


Jakarta.

Loveless, A.R. 1991. Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik I.


PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Gardner, F.P., R. E. Pearce., & R. I. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.


UI press, Jakarta.

Salisbury dan Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. Penerbit ITB, Bandung.

You might also like