Professional Documents
Culture Documents
1
Pendahuluan.
Salah satu masalah yang paling mendesak dalam bidang hubungan internasional
adalah masalah sebab-sebab terjadinya perang. Mengapa suatu perang / konflik sangat
sering terjadi dalam dunia internasional? Apakah perang merupakan suatu penyakit dalam
sistem sosial manusia, suatu kegilaan kolektif, atau sekedar kecelakaan seperti halnya
seseorang jatuh dari tangga?
Perang merupakan salah satu kegiatan manusia yang dipelajari secara hati-hati. Puluhan
ribu buku mengenai perang telah banyak ditulis. Ada pula beberapa jurnal yang khusus
dibuat dengan fokus analisis mengenai perang, seperti Journal of Conflict Resolution di
Amerika Serikat, Journal of Peace Research di Norwegia, dan Peace Research Reviews di
Kanada. Penelitian tentang perdamaian banyak melahirkan temuan ilmiah dan
menumbuhkan beberapa aliran pemikiran yang berbeda. Teori-teori mengenai sebab-
sebab perang dan konflik akan dicoba dikupas dalam makalah ini dan sebagian usul dan
temuan yang paling penting dari para penstudi konflik.
1
Teori-teori kunci dalam buku Kenneth Waltz, Man, the State, and War (New York: Columbia
University Press, 1965); Quincy Wright, The Study of War, edisi kedua (Chicago: University of Chicago
Press, 1965); Karl von Clausewitz, On War (Washington, DC: Infantry Journal Press, 1950), cetak ulang.
2
No. Teori Penyebab Perang dan Konflik
1 Ketimpangan Kekuasaan
2 Transisi Kekuasaan
3 Nasionalisme, Separatisme, dan Iredentisme*
4 Darwinisme Sosial Internasional
5 Kegagalan komunikasi akibat kekeliruan persepsi dan dilema keamanan
6 Kegagalan komunikasi akibat ironi atau kesalahan teknis
7 Perlombaan senjata
8 Kekompakan internal melalui konflik eksternal
9 Konflik internasional akibat perselisihan internal
10 Kerugian relatif
11 Naluri agresi
12 Rangsangan ekonomis dan ilmiah
13 Kompleks industri militer
14 Pembatasan penduduk
15 Penyelesaian konflik melalui kekerasan
*Iredentisme : motif untuk menguasai suatu wilayah secara sepihak.
1. Ketimpangan Kekuasaan.
Merupakan kondisi yang paling ditakuti oleh banyak pemerintahan. Yakni suatu
kondisi yang tidak disukai berupa distribusi kekuasaan yang tidak merata. Secara umum
diyakini bahwa apapun pangkal tolaknya, perang cenderung bisa dicegah bila kekuasaan
antara kedua belah pihak yang saling berhadapan cukup seimbang. Sebaliknya, bila terjadi
ketidakseimbangan, maka akan cenderung terjadi agresi. Pemeliharaan perdamaian
internasional mengharuskan kemajuan teknologis dan kemajuan lainnya dari kedua belah
pihak tetap sepadan dan merata. Para penganut Real Politics yakin bahwa peristiwa dan
masalah yang mengarah ke arah konflik selalu ada dan bahwa penyebab langsung pecahnya
perang biasanya karena gagalnya penyeimbangan kekuasaan secara simetris. Prinsip dasar
doktrin ini adalah : Bila anda ingin damai, bersiaplah untuk berperang.
Namun dalam konflik antara pihak yang berusaha menciptakan redidtribusi nilai-
nilai utama dan pihak yang ingin mempertahankan status qou, ketimpangan kekuasaan
justru dapat melindungi perdamaian (antara yang ofensif dan defensif dapat dibedakan
secara jelas). Bila pihak defensif lebih unggul, maka agresi akan teredam dan kerusakan
keseimbangan akan tercegah. Namun bila pihak yang ofensif yang lebih unggul, maka akan
lebih besar kemungkinan pecahnya suatu perang.
Jadi pada intinya, jika pihak ofensif dan defensif terlihat jelas, perdamaian akan lebih
terjamin bila yang nonrevolusioner lebih unggul.2
2. Transisi Kekuasaan.
2
Walter S.Jones, Logika Hubungan Internasional (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1993)
hlm.178-180
3
Salah satu adaptasi istimewa dari teori ketimpangan kekuasaan sebagai penyebab
konflik internasional adalah teori transisi kekuasaan. Unsur unik teori ini terletak pada
fokusnya. Teori ini tidak memusatkan perhatiannya atas ketimpangan yang ada, melainkan
pada perkembangan ketimpangan itu dalam menggoyahkan perimbangan internasional.
Proses penggoyahan itu bertumpu pada pertumbuhan kilat kekuatan negara-negara yang
ingin merombak status-quo internasional yang diciptakan dan dilindungi oleh negara
dominan. Teori ini berpendapat bahwa negara-negara dibedakan oleh kapabilitas kekuasaan
relatif dan kepuasan atau ketidakpuasan mereka terhadap sistem internasional yang berlaku.
Transisi kekuasaan ditandai dengan tantangan mendadak dan kuat terhadap status-quo yang
bersumber dari kemajuan internal yang cepat dalam kapabilitas kekuasaan. Jika hal ini
terjadi di negara yang puas akan sistem internasional yang ada, maka kemungkinan terjadi
suatu transisi akan kecil, lain halnya dengan jika situasi ketidakpuasan terjadi pada negara
yang tidak diikutsertakan dalam proses pembuatan norma yang kini berlaku dalam sistem
internasional, maka hal itu akan menjadikan negara yang bersangkutan akan dipandang
sebagai tantangan oleh negara-negara dominan.3
Kerawanan akan mereda jika negara yang bersangkutan tidak merasakan adanya
perubahan.4
3
A.F.K Organski, World Politics 2nd Edition (New York: Knopf, 1968) Bab 7 dan 8.
4
Charles F. Douran, War and Power Dynamics, International Studies Quarterly, Desember 1983,
hlm.419.
5
Steven Rosen, A Survey of World Conflict (Pittsburgh: University of Pittsburgh Center of International
Studies Preliminary Paper, Maret 1969).
4
Dua bentuk kunci militansi nasionalis merupakan wujud utama perang modern. Yakni
bentuk separatis dimana satu kelompok nasionalis berusaha mencoba melepaskan diri dari
suatu negara untuk membentuk suatu negara baru. Adapun bentuk iredentis, yaitu suatu
negara menuntut diserahkannya suatu wilayah beserta penduduknya yang masih dijadikan
bagian dari negara lain.
6
S.William Halperin, Mussolini and Italian Fascism (Princeton, N.J: Van Nostrand, 1964) hlm.152.
7
H.C.J. Duijker dan N.H.Frijda, National Character and National Stereotypes (Amsterdam: North
Holland, 1960) dan O.Klineberg, Tension Affecting International Understanding (New York: Social Science
Research Council, 1950), Bulletin 62.
8
Jack S.Levy, Misperception and The Cause of War, World Politics, Oktober 1983, hlm.76.
9
Untuk telaah umum mengenai eskalasi dan peranannya dalam komunikasi politik, lihat Herman Kahn,
On Escalation (New York: Praeger, 1965).
5
6. Perlombaan Senjata Dan Dilema Keamanan.
Teori ini berpendapat bahwa pecahnya sebuah perang diakibatkan oleh perlombaan
senjata yang secara strategis tidak stabil dan secara politis tidak terkendali. Di sini, negara-
negara yang bermusuhan terkunci dalam sebuah siklus ketakutan bersama (suatu proses
yang disebut pembentukan reaksi permusuhan). Dalam proses ini, setiap pihak sama-sama
merasa terancam. Kesiagaan defensif salah satu pihak dianggap bukti motif ofensif oleh
pihak lain, yang selanjutnya mempersenjatai diri sebagai tanggapannya. Semua pihak
berusaha saling mengungguli sehingga menumbuhkan perlombaan senjata dan pasukan,
baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Perlombaan ini menyebabkan timbulnya dilema
keamanan. Namun ada versi lain mengenai persaingan persenjataan, yaitu bahwa
persaingan persenjataan sampai batas tertentu sebenarnya menunjang stabilitas. Kedua versi
konsep dasar dilema keamanan ini melahirkan beberapa pendekatan matematis baru bagi
studi mengenai kekuatan militer dan perang yang akhirnya sampai mengenai pada
kesimpulan bahwa persenjataan benar-benar dapat menimbulkan ketidakamanan.10
10
Stephen J.Majeski, Expectation and Arms Races, American Journal of Political Science, Mei 1985,
hlm.217.
11
Anthony de Reuck dan Julie Knight, Conflict in Society (Boston: Little, Brown, 1966), hlm.32.
6
internasional semakin kabur, terutama dengan seringnya terjadi intervensi eksternal.
Meskipun negara-negara adidaya berusaha mempertahankan perlombaan senjatanya yang
simetris untuk menghindari konflik militer langsung, perang-perang saudara di seluruh
penjuru dunia dapat merembet menjadi konflik internasional.
9. Kerugian Relatif.
Konsep ini sangat bermanfaat untuk menjelaskan sebab-sebab perang domestik.
Konsep ini menegaskan bahwa pemberontakan politik dan pembangkangan lainnya terjadi
bila rakyat merasa apa yang mereka terima kurang dari semestinya. Untuk mencapai
perolehan yang lebih besar dalam upaya menebus kekecewaannya, kelompok yang
bersangkutan mengambil jalan agresi dan kekerasan politik.12
12
Ted Gurr, Why Men Rebel (Princeton, N.J.: Princeton University Press, 1970) dan Journal of Conflict
Resolutions, Vol.10, no.3, September 1966, hlm.249.
13
William McDougall, The Instict of Pugnacity, dalam Leon Bramson dan George Goethals, eds., War:
Studies from Psychology, Sociology, and Anthropology (New York: Basic Books, 1964) hlm.33-34.
14
Op.cit, Walter S. Jones, hlm. 211.
7
12. Kompleks Industri Militer.
Menurut teori ini, di negara-negara besar, berbagai kelompok domestik yang
berpengaruh dan berkepentingan atas pengeluaran militer serta ketegangan internasional,
menggunakan pengaruhnya untuk menciptakan pertentangan antar negara. Mereka adalah
kompleks insutri militer yang terdiri dari :
- Tentara-tentara profesional.
- Manajer, dan di negara-negara kapitalis, para pemilik industri pemasok
perlengkapan militer.
- Pejabat-pejabat tinggi pemerintah yang karir dan kepentingannya terikat pada
pembelanjaan militer, dan
- Para anggota parlemen yang daerah asalnya diuntungkan oleh proyek pertahanan.
Kompleks ini membenarkan tingginya pengeluaran militer dengan suatu ideologi konflik.
8
Kepentingan sekunder memang bisa dikompromikan dengan pihak lawan, namun pimpinan
wajib mempertahankan nilai-nilai utama dengan segala cara, bila perlu dengan kekerasan.
Perang adalah ultima ratio – pilihan terakhir. Dalam kalimat Walter Lippmann, perang
adalah cara dimana keputusan-keputusan besar manusia dibuat.15
Kesimpulan.
Banyak teori yang telah dibahas menyatakan bahwa penyebab perang dapat
ditemukan dalam persekongkolan, irasionalitas, maksud-maksud tersembunyi, dan
pengaruh dari elite tertentu. Kita tertarik pada kesimpulan bahwa orang-orang yang tenang
dan jernih pikirannya, yang tidak terlibat dalam industri mesiu atau komando tinggi militer,
tidak agresif, serakah atau bengis, yang tidak membenci musuh tanpa alasan atau secara
sengaja tidak mau memahaminya, serta yang menganggap gagasan perang sebagai penyia-
nyiaan hidup dan harta benda, tidak akan mengorbankan perang melainkan terseret atau
tertipu untuk terlibat di dalamnya.
Tetapi kebanyakan perang melibatkan berbagai pertentangan yang sangat nyata
antara tujuan-tujuan moral dasar kedua belah pihak. Adalah fakta sejarah, bahwasanya
penduduk kedua belah pihak secara sukarela dan tanpa suatu unsur irasionalitas,
mendukung kebijakan pimpinan yang dirumuskan secara hati-hati. Dalam upaya
menghapuskan perang, para ilmuwan politik tidak boleh mengabaikan proses-proses non-
persekongkolan dan sangat rasional dalam kehidupan sosial yang mengubah para pecinta
damai menjadi prajurit. Perilaku seperti inilah yang mendasari teori yang menyatakan
perang sebagai salah satu instrumen penyelesaian konflik yang rasional.
DAFTAR PUSTAKA
9
Anthony de Reuck dan Julie Knight, Conflict in Society (Boston: Little, Brown, 1966)
Clausewitz, Karl von. On War (Washington, DC: Infantry Journal Press, 1950)
Douran, Charles F., War and Power Dynamics, International Studies Quarterly, Desember
1983.
Gurr, Ted. Why Men Rebel (Princeton, N.J.: Princeton University Press, 1970)
H.C.J. Duijker dan N.H.Frijda, National Character and National Stereotypes (Amsterdam:
North Holland, 1960)
Halperin, S.William,. Mussolini and Italian Fascism (Princeton, N.J: Van Nostrand, 1964)
Jones, Walter S. Logika Hubungan Internasional (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
1993)
Journal of Conflict Resolutions, Vol.10, no.3, September 1966.
Kahn, Herman. On Escalation (New York: Praeger, 1965).
Klineberg, O., Tension Affecting International Understanding (New York: Social Science
Research Council, 1950)
Levy, Jack S., Misperception and The Cause of War, World Politics, Oktober 1983.
Lippman, Walter. The Political Equivalent of War, Atlantic Monthly, Agustus 1928.
Majeski, Stephen J., Expectation and Arms Races, American Journal of Political Science,
Mei 1985.
McDougall, William. The Instict of Pugnacity, dalam Leon Bramson dan George Goethals,
eds., War: Studies from Psychology, Sociology, and Anthropology (New York:
Basic Books, 1964)
Organski, A.F.K. World Politics 2nd Edition (New York: Knopf, 1968)
Rosen, Steven. A Survey of World Conflict (Pittsburgh: University of Pittsburgh Center of
International Studies Preliminary Paper, Maret 1969).
Waltz, Kenneth. Man, the State, and War (New York: Columbia University Press, 1965)
Wright, Quincy. The Study of War, edisi kedua (Chicago: University of Chicago Press,
1965)
10