You are on page 1of 19

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS II

SMU LAB SCHOOL JAKARTA TIMUR

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Persada Indonesia Y.A.I

Untuk memenuhi sebagian dari Syarat-syarat Guna Memperoleh

Derajat Sarjana Psikologi

Oleh :

AMALIA SAWITRI WAHYUNINGSIH

NIM : 981703229

NIRM : 983120380050241

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS PERSADA INDONESIA Y.A.I

JAKARTA

2004

Dipertahankan di Depan Panitia Ujian Skripsi

Fakultas Psikologi Universitas Persada Indonesia Y.A.I

Dan Diterima untuk Memenuhi Sebagian

Dari Syarat-syarat Guna Memperoleh

Derajat sarjana

Pada Tanggal 30 Januari 2004

Mengesahkan
FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS PERSADA INDONESIA Y.A.I

Dekan,

(Drs. H. Zainuddin SK,M.Psi)

Dewan Penguji, Tanda Tangan

1. Wazar Pulungan, M.Psi 1. _______________

Ketua Dewan Penguji

2. Erdina, M.Psi 2. _______________

Anggota Dewan Penguji

3. Dra. Sondang Silaen, M.Psi 3.________________

Anggota Dewan Penguji / Pembimbing I

4. Muchliyanto, S.Psi 4. ________________

Anggota Dewan Penguji / Pembimbing II

Sebuah sukses terwujud

Karena diiktiarkan, melalui…

Perencanaan yang matang, keyakinan,

Kerja keras, keuletan dan niat baik

Karya ini kupersembahkan untuk

Orang-orang yang kucintai,

Mama, Papa, mas Bonang, mas Agung dan Pravi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rakhmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul
“Hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas II
SMU Lab School Jakarta Timur”.
Penulis menyadari bahwa keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung. Dalam kesempatan ini, penulis
ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Drs. H. Zainuddin, SK. M. Psi selaku Dekan Fakultas Psikologi UPI Y.A.I
2. Ibu Dra. Sondang Silaen, M.Psi selaku dosen pembimbing I atas bimbingan,
pengarahan, saran serta dukungan yang berarti kepada penulis selama penyusunan
skripsi.
3. Bapak Drs. Muchliyanto selaku dosen pembimbing II atas bimbingan,
pengarahan, saran serta dukungan yang berarti kepada penulis selama penyusunan
skripsi.
4. Ibu Dra. Hj Ulya Latifah selaku kepala sekolah SMU Lab School Jakarta Timur
atas izinnya memperbolehkan penulis melakukan penelitian.
5. Ibu Ita selaku koordinator Bimbingan Penyuluhan/Bimbingan Konseling SMU
Lab School yang banyak membantu penulis dalam mendapatkan data-data yang
diperlukan.
6. Siswa siswi SMU Lab School Jakarta Timur khususnya kelas II yang telah
bersedia meluangkan waktu untuk mengisi skala yang diberikan.
7. Mama, Papa, Mas Agung, Mas Bonang yang tercinta atas semua kasih sayang,
dukungan moril maupun materil serta doa yang selalu menyertai penulis
8. Pravira SN, ST yang dengan sabar banyak memberikan doa, waktu, perhatian,
serta dukungan yang sangat besar kepada penulis
9. Kiblat, Bunga, dan Iin atas segala doa, dukungan, perhatian serta canda tawa
selama penulis meyelesaikan skripsi ini.
10. Endah, Lina, Eva,Ita, Emil, Dini, Arie, Yuke dan juga banyak lagi teman-teman
angkatan ’98 yang tidak dapat disebutkan satu persatu yag telah memberikan doa,
dukungan dan masukkan yang yag berguna untuk skripsi ini.

Semoga segala kebaikan dan pertolongan semuanya mendapatkan berkah dari Allah
SWT. Akhir kata penulis mohon maaf apabila masih banyak kekurangan dalam
penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
memerlukan,. AMIN.

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR LAMPIRAN

ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah


B. Rumusan masalah dan Pokok-pokok Bahasan

C. Tujuan Penelitian

D. Manfaat Penelitian

E. Sistematika Skripsi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Prestasi Belajar

1. Pengertian Belajar

2. Pengertian prestasi belajar

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

4. Pengukuran prestasi belajar

B. Kecerdasan Emosiona

1. Pengertian emosi

2. Pengertian kecerdasan emosional

3. Faktor Kecerdasan Emosional

C. Keterkaitan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa SMU

D. Hipotesis

BAB III METODE PENELITIAN

A. Identifikasi variabel penelitian

B. Definisi Operasional

C. Populasi dan metode pengambilan sampel

D. Metode pengambilan data

E. Metode Analisis Instrumen

F. Metoda Analisis Data


BAB IV LAPORAN PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Orientasi kancah Penelitian

B. Uji Coba Instrumen Penelitian

C. Pelaksanaan Penelitian

D. Analisis Data Penelitian

BAB V KESIMPULAN

A. Rangkuman Hasil Penelitian

B. Pembahasan

C. Kesimpulan

D. Saran-saran

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR TABEL
Tabel

Tabel 1 Distribusi sampling

Tabel 2 Blue print Skala kecerdasan Emosional

Tabel 3 Distribusi Penyebaran Item Valid dan Gugur Skala Kecerdasan Emosional

Tabel 4 Korelasi Antar Faktor Skala Kecerdasan Emosional

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A : Distribusi Skor Uji Coba Skala Kecerdasan Emosional

Lampiran B : Hasil Uji Validitas Item Skala Kecerdasan Emosional

Lampiran C : Hasil Uji Korelasi Antar Faktor Skala Kecerdasan Emosional

Lampiran D : Reliabilitas Skala Kecerdasan Emosional


Lampiran E : Hasil Analisis Korelasi Antara Kecerdasan Emosional dengan Prestasi
Belajar.

Lampiran F : Skala Kecerdasan Emosional

Lampiran G : Tabel Morgan

Lampiran H : Surat Keterangan Penelitian

ABSTRAK
Selama ini banyak orang yang berpendapat bahwa untuk meraih prestasi belajar yang
tinggi diperlukan Kecerdasan Intelektual (IQ) yang juga tinggi. Namun, menurut hasil
penelitian terbaru dibidang psikologi membuktikan bahwa IQ bukanlah satu-satunya
faktor yang mempengaruhi prestasi belajar seseorang, tetapi ada banyak faktor lain yang
mempengaruhi salah satunya adalah kecerdasan emosional. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui apakah ada peranan kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar
pada siswa kelas II SMU.

Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang untuk mengenali emosi diri,


mengelola emosi diri, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati) dan
kemampuan untuk membina hubungan (kerjasama) dengan orang lain. Sedangkan
prestasi belajar adalah hasil belajar dari suatu aktivitas belajar yang dilakukan
berdasarkan pengukuran dan penilaian terhadap hasil kegiatan belajar dalam bidang
akademik yang diwujudkan berupa angka-angka dalam rapor. Bila siswa memiliki
kecerdasan emosional yang tinggi, maka akan meningkatkan prestasi belajar. Hipotesis
alternatif (Ha) dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara kecerdasan emosional
dengan prestasi belajar pada siswa kelas II SMU dan Hipotesis nihil (Ho) adalah tidak
ada hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas II
SMU.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kecerdasan emosional sedangkan prestasi
belajar sebagai variable terikat. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas II SMU
Lab School Jakarta Timur yang seluruhnya berjumlah 240 orang. Sampel penelitian
adalah 148 siswa, menggunakan metode proporsional random sampling. Dalam
pengumpulan data digunalan metode skala untuk kecerdasan emosional berdasarkan teori
Daniel Goleman yang terdiri dari mengenali emosi diri, mengelola emosi diri,
memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati) dan membina hubungan
(kerjasama) dengan orang lain; dan untuk mengukur prestasi belajar siswa digunakan
metode pemeriksaan dokumen dengan melihat nilai rapor semester I.

Nilai korelasi yang diperoleh pada analisis validitas instrumen dengan rumus korelasi
Product Moment dari Pearson berkisar antara 0,320 – 0,720 dan p berkisar antara 0,000 –
0,008. Berdasarkan pada taraf signifikan 0,05 diperoleh 85 item valid dan 15 item gugur
dari 100 item yang ada pada skala kecerdasan emosional. Nilai koefisien reliabilitas yang
diperoleh 0,9538 dihitung dengan rumus Alpha Cronbach.
Hasil analisis data penelitian menunjukkan nilai koefisien korelasi sebesar 0,248 dengan
p 0,002 (<0,05) maka Ha diterima dan Ho ditolak. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu
ada hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas II
SMU Lab School Jakarta Timur.

BAB I
PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan dibahas mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah dan
pokok bahasan, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan skripsi.

A. Latar belakang masalah


Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan
berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.
Sekolah sebagai lembaga formal merupakan sarana dalam rangka pencapaian tujuan
pendidikan tersebut. Melalui sekolah, siswa belajar berbagai macam hal.

Dalam pendidikan formal, belajar menunjukkan adanya perubahan yang sifatnya positif
sehingga pada tahap akhir akan didapat keterampilan, kecakapan dan pengetahuan baru.
Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam prestasi belajarnya. Namun dalam
upaya meraih prestasi belajar yang memuaskan dibutuhkan proses belajar.

Proses belajar yang terjadi pada individu memang merupakan sesuatu yang penting,
karena melalui belajar individu mengenal lingkungannya dan menyesuaikan diri dengan
lingkungan disekitarnya. Menurut Irwanto (1997 :105) belajar merupakan proses
perubahan dari belum mampu menjadi mampu dan terjadi dalam jangka waktu tertentu.
Dengan belajar, siswa dapat mewujudkan cita-cita yang diharapkan.

Belajar akan menghasilkan perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk


mengetahui sampai seberapa jauh perubahan yang terjadi, perlu adanya penilaian. Begitu
juga dengan yang terjadi pada seorang siswa yang mengikuti suatu pendidikan selalu
diadakan penilaian dari hasil belajarnya. Penilaian terhadap hasil belajar seorang siswa
untuk mengetahui sejauh mana telah mencapai sasaran belajar inilah yang disebut sebagai
prestasi belajar.

Prestasi belajar menurut Yaspir Gandhi Wirawan dalam Murjono (1996 :178) adalah:

“ Hasil yang dicapai seorang siswa dalam usaha belajarnya sebagaimana dicantumkan di
dalam nilai rapornya. Melalui prestasi belajar seorang siswa dapat mengetahui kemajuan-
kemajuan yang telah dicapainya dalam belajar.”

Proses belajar di sekolah adalah proses yang sifatnya kompleks dan menyeluruh. Banyak
orang yang berpendapat bahwa untuk meraih prestasi yang tinggi dalam belajar,
seseorang harus memiliki Intelligence Quotient (IQ) yang tinggi, karena inteligensi
merupakan bekal potensial yang akan memudahkan dalam belajar dan pada gilirannya
akan menghasilkan prestasi belajar yang optimal. Menurut Binet dalam buku Winkel
(1997:529) hakikat inteligensi adalah kemampuan untuk menetapkan dan
mempertahankan suatu tujuan, untuk mengadakan penyesuaian dalam rangka mencapai
tujuan itu, dan untuk menilai keadaan diri secara kritis dan objektif.

Kenyataannya, dalam proses belajar mengajar di sekolah sering ditemukan siswa yang
tidak dapat meraih prestasi belajar yang setara dengan kemampuan inteligensinya. Ada
siswa yang mempunyai kemampuan inteligensi tinggi tetapi memperoleh prestasi belajar
yang relatif rendah, namun ada siswa yang walaupun kemampuan inteligensinya relatif
rendah, dapat meraih prestasi belajar yang relatif tinggi. Itu sebabnya taraf inteligensi
bukan merupakan satu-satunya faktor yang menentukan keberhasilan seseorang, karena
ada faktor lain yang mempengaruhi. Menurut Goleman (2000 : 44), kecerdasan
intelektual (IQ) hanya menyumbang 20% bagi kesuksesan, sedangkan 80% adalah
sumbangan faktor kekuatan-kekuatan lain, diantaranya adalah kecerdasan emosional atau
Emotional Quotient (EQ) yakni kemampuan memotivasi diri sendiri, mengatasi frustasi,
mengontrol desakan hati, mengatur suasana hati (mood), berempati serta kemampuan
bekerja sama.

Dalam proses belajar siswa, kedua inteligensi ituDalam proses belajar siswa, kedua
inteligensi itu sangat diperlukan. IQ tidak dapat berfungsi dengan baik tanpa partisipasi
penghayatan emosional terhadap mata pelajaran yang disampaikan di sekolah. Namun
biasanya kedua inteligensi itu saling melengkapi. Keseimbangan antara IQ dan EQ
merupakan kunci keberhasilan belajar siswa di sekolah (Goleman, 2002). Pendidikan di
sekolah bukan hanya perlu mengembangkan rational intelligence yaitu model
pemahaman yang lazimnya dipahami siswa saja, melainkan juga perlu mengembangkan
emotional intelligence siswa .

Hasil beberapa penelitian di University of Vermont mengenai analisis struktur neurologis


otak manusia dan penelitian perilaku oleh LeDoux (1970) menunjukkan bahwa dalam
peristiwa penting kehidupan seseorang, EQ selalu mendahului intelegensi rasional. EQ
yang baik dapat menentukan keberhasilan individu dalam prestasi belajar membangun
kesuksesan karir, mengembangkan hubungan suami-istri yang harmonis dan dapat
mengurangi agresivitas, khususnya dalam kalangan remaja

(Goleman, 2002 : 17).

Memang harus diakui bahwa mereka yang memiliki IQ rendah dan mengalami
keterbelakangan mental akan mengalami kesulitan, bahkan mungkin tidak mampu
mengikuti pendidikan formal yang seharusnya sesuai dengan usia mereka. Namun
fenomena yang ada menunjukan bahwa tidak sedikit orang dengan IQ tinggi yang
berprestasi rendah, dan ada banyak orang dengan IQ sedang yang dapat mengungguli
prestasi belajar orang dengan IQ tinggi. Hal ini menunjukan bahwa IQ tidak selalu dapat
memperkirakan prestasi belajar seseorang.
Kemunculan istilah kecerdasan emosional dalam pendidikan, bagi sebagian orang
mungkin dianggap sebagai jawaban atas kejanggalan tersebut. Teori Daniel Goleman,
sesuai dengan judul bukunya, memberikan definisi baru terhadap kata cerdas. Walaupun
EQ merupakan hal yang relatif baru dibandingkan IQ, namun beberapa penelitian telah
mengisyaratkan bahwa kecerdasan emosional tidak kalah penting dengan IQ (Goleman,
2002:44).

Menurut Goleman (2002 : 512), kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang


mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi (to manage our emotional life with
intelligence); menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya (the appropriateness of
emotion and its expression) melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri,
motivasi diri, empati dan keterampilan sosial.

Menurut Goleman, khusus pada orang-orang yang murni hanya memiliki kecerdasan
akademis tinggi, mereka cenderung memiliki rasa gelisah yang tidak beralasan, terlalu
kritis, rewel, cenderung menarik diri, terkesan dingin dan cenderung sulit
mengekspresikan kekesalan dan kemarahannya secara tepat. Bila didukung dengan
rendahnya taraf kecerdasan emosionalnya, maka orang-orang seperti ini sering menjadi
sumber masalah. Karena sifat-sifat di atas, bila seseorang memiliki IQ tinggi namun taraf
kecerdasan emosionalnya rendah maka cenderung akan terlihat sebagai orang yang keras
kepala, sulit bergaul, mudah frustrasi, tidak mudah percaya kepada orang lain, tidak peka
dengan kondisi lingkungan dan cenderung putus asa bila mengalami stress. Kondisi
sebaliknya, dialami oleh orang-orang yang memiliki taraf IQ rata-rata namun memiliki
kecerdasan emosional yang tinggi.

Pada penelitian ini, penulis mengunakan sampel pada SMU Lab School Jakarta Timur,
yang berada pada peringkat 16 se-DKI, berdasarkan nilai rata-rata nilai ulangan umum
murni cawu 2 kelas II tahun ajaran 2001/2002.

Dalam kaitan pentingnya kecerdasan emosional pada diri siswa sebagai salah satu faktor
penting untuk meraih prestasi akademik, maka dalam penyusunan skripsi ini penulis
tertarik untuk meneliti :”Hubungan antara Kecerdasan Emosional dengan Prestasi Belajar
pada Siswa Kelas II SMU Lab School Jakarta Timur”.

B. Rumusan masalah dan Pokok-pokok Bahasan


Bertitik tolak dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka masalah
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : “Apakah ada hubungan antara
kecerdasan emosional dengan Prestasi belajar pada siswa kelas II SMU di Jakarta?”

Pada penelitian ini yang menjadi pokok-pokok bahasan adalah sebagai berikut:

1. Prestasi belajar

Prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai oleh seorang siswa dari kegiatan belajar
mengajar dalam bidang akademik di sekolah dalam jangka waktu tertentu.
2. Kecerdasan Emosional

Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang untuk memantau dan


mengendalikan perasaan sendiri dan orang lain, serta menggunakan perasaan-perasaan itu
untuk memandu pikiran dan tindakan ke arah yang positif.

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dalam penulisan ini adalah untuk mengetahui hubungan antara
kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas II SMU Lab School
Jakarta Timur.

D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini mempunyai beberapa manfaat, antara lain ialah :

1. Dari segi teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi
psikologi pendidikan dan memperkaya hasil penelitian yang telah ada dan dapat
memberi gambaran mengenai hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi
belajar.
2. Dari segi praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan
informasi khususnya kepada para orang tua, konselor sekolah dan guru dalam
upaya membimbing dan memotivasi siswa remaja untuk menggali kecerdasan
emosional yang dimilikinya.

E. Sistematika Skripsi
Sistematika isi dan penulisan skripsi ini antara lain :

Bab I : Pendahuluan

Berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah dan pokok-pokok bahasan,
tujuan dan manfaat dari penelitian serta sistematika skripsi

Bab II : Tinjauan Pustaka

Berisi tentang pengertian belajar, pengertian prestasi belajar, faktor-faktor yang


mempengaruhi prestasi belajar, pengertian emosi, pengertian kecerdasan emosional,
indikator kecerdasan emosional, hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar
dan hipotesis.

Bab III : Metodologi Penelitian


Berisi tentang identifikasi variabel penelitian, definisi operasional, populasi dan metode
pengambilan sampel, metode pengumpulan data, metode analisis instrumen serta metode
analisis data.

Bab IV : Laporan Penelitian

Berisi tentang laporan pelaksanaan penelitian yang terdiri dari orientasi kancah
penelitian, persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian serta analisis data penelitian.

Bab V : Penutup

Berisi tentang pembahasan hasil penelitian, kesimpulan dan saran


dari penelitiUntuk membaca lebih lanjut atau lebih lengkap
Tentang Skripsi ini

Silakan menghubungi via email di rahman_faisal14@yahoo.com untuk


konfirmasi

maka akan dikirimkan ke email anda tentang skripsi ini LENGKAP.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Mudzakir. (1997). Psikologi Pendidikan. Bandung : Pustaka Setia.

Goleman, Daniel. (2000). Emitional Intelligence (terjemahan). Jakata : PT Gramedia


Pustaka Utama.

Goleman, Daniel. (2000). Working With Emotional Intelligence (terjemahan). Jakarta :


PT. Gramedia Pustaka Utama.

Gottman, John. (2001). Kiat-kiat Membesarkan Anak yang Memiliki Kecerdasan


Emosional (terjemahan). Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Irwanto. (1997). Psikologi Umum. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Mila Ratnawati. (1996). Hubungan antara Persepsi Anak terhadap Suasana Keluarga,
Citra Diri, dan Motif Berprestasi dengan Prestasi Belajar pada Siswa Kelas V SD
Ta’Miriyah Surabaya. Jurnal Anima Vol XI No. 42.

Moch, Nazir. (1988). Metodologi Penelitian.Cetakan 3. Jakarta :Ghalia Indonesia.

Morgan, Clifford T, King, R.A Weizz, JR, Schopler. J, 1986. Introduction of Psychology,
(7th ed), Singapore : Mc Graw Hil Book Company
Muhibbin, Syah. (2000). Psikologi Pendidikan dengan Suatu Pendekatan baru. Bandung :
PT. Remaja Rosdakarya.

Nana, Sudjana. (2001). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Cetakan ketujuh.
Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Ratna Wilis, D. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta : Penerbit Erlannga.

Saphiro, Lawrence E. (1998). Mengajarkan Emotional Intelligence Pada Anak. Jakarta :


Gramedia.

Sarlito Wirawan. (1997). Psikologi Remaja. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.

Sia, Tjundjing. (2001). Hubungan Antara IQ, EQ, dan QA dengan Prestasi Studi Pada
Siswa SMU. Jurnal Anima Vol.17 no.1

Sri, Lanawati. (1999). Hubungan Antara Emotional Intelligence dan Intelektual Quetion
dengan Prestasi Belajar Siswa SMU.Tesis Master : Fakultas Psikologi Universitas
Indonesia.

Sumadi, Suryabrata. (1998). Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada .

Sumadi, Suryabrata. 1998. Metodologi Penelitian. Cetakan sebelas. Jakarta : PT


RajaGrafindo Persada.

Saifuddin, Azwar. (1997). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Balajar


Offset.

Saifuddin Azwar. (1998). Tes Prestasi Fungsi dan Pengembangan Pengukutan Prestasi
balajar. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset.

Suharsono. (2002). Melejitkan IQ, IE, dan IS. Depok : Inisiasi Press.

Sutrisno Hadi. (2000). Statistik 2. Yogyakarta : Andi Offset.

Syaiful Bakrie D. (1994). Prestasi belajar dan kompetensi guru. Surabaya : Usaha
Nasional.

Winkel, WS (1997). Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta : Gramedia.

SUMBER BY AMALIA SAWITRI WAHYUNINGSIH

FAKULTAS PSIKOLOGIUNIVERSITAS PERSADA INDONESIA Y.A.I

tip-tip menulis SKRIPSI


Posted on 24 Februari 2007 by wir| 263 Komentar
Tidak dipungkiri lagi, menulis (tulisan ilmiah) bagi mahasiswa S1 merupakan suatu
pekerjaan yang tidak mudah, minimal menyita waktu, khususnya bila tulisan ilmiah
tersebut dievaluasi dan dipresentasikan.

Bentuk tulisan ilmiah yang secara formal dievaluasi dan dipresentasikan dalam
penilaiannya di Jurusan Teknik Sipil UPH adalah membuat LAPORAN KERJA
PRAKTEK (setelah minimal terkumpul 100 sks) dan SKRIPSI / LAPORAN TUGAS
AKHIR MAGANG atau yang sejenisnya, yang menjadi syarat memperoleh gelar sarjana
di level S1.

Laporan kerja praktek relatif tidak menjadi masalah karena tujuan utama adalah untuk
melihat pengalaman mahasiswa peserta dalam mendapatkan wawasan bidang nyata di
dunia konstruksi di luar kelas. Enaknya lagi yaitu di Jurusan kami bahwa pembuatan
laporan kerja praktek tersebut dapat dikerjakan kelompok (maksimum dua orang).
Kebetulan saya ditugaskan sebagai pembimbing kerja praktek.

**tentang mengerjakan berkelompok**

Dengan mengerjakan secara berkelompok tersebut, tentunya tidak bisa diketahui apakah
tulisan tersebut dikerjakan bersama-sama atau hanya seorang saja yang aktif , sedang
yang lainnya pasif. Tetapi karena penilaiannya adalah didasarkan pada presentasi dan
tanya jawab secara oral (langsung), dimana laporan tertulis itu dijadikan dasar
pertanyaan-pertanyaan yang diberikan, maka dapat diketahui: mana dari mahasiswa
tersebut yang aktif atau pasif atau bahkan tidak melakukan kerja praktek sama sekali
(berbohong). Prakteknya di UPH, sudah ada mahasiswa yang digagalkan karena dari
presentasi oral dapat diketahui bahwa ternyata mahasiswa tersebut tidak melaksanakan
kerja praktek yang sebenarnya (sudah ada dua orang), lalu yang mengulang karena
meskipun sudah melakukan kerja praktek, tetapi ternyata tidak memahami apa-apa yang
ada di tempat kerja prakteknya (ada dua orang juga).

SKRIPSI (dan tugas akhir lainnya ) relatif lebih susah karena harus dikerjakan mandiri,
tentunya dibantu oleh pembimbing skripsi yang bebas dipilih oleh mahasiswa (bila
disetujui).

Dalam praktek, pembuatan skripsi adalah momok karena menyita waktu dan perhatian
dari mahasiswa dalam membuatnya, selain itu juga kadang-kadang dijumpai bahwa
meskipun dikerjakan cukup lama (berbulan-bulan) tapi hasilnya tidak begitu
menggembirakan. Kadang perlu 1 semester atau 2 semester atau bahkan lebih, dan jika
lebih terpaksa ganti judul dan ganti pembimbing. Jelas dengan pertambahan waktu
tersebut biaya yang dikeluarkan mahasiswa menjadi berlipat-lipat. Kasihan orang-tuanya.
Karena dianggap sebagai penghambat kelulusan maka ada beberapa universitas (program
studi) mencoba menghilangkannya dan mengganti dengan tugas-tugas di kelas. Jika anda
menemukan kondisi seperti itu, coba amati : pasti jumlah muridnya banyak, mereka (yg
membuat kebijaksanaan skripsi dihapus) sebenarnya kesulitan cari dosen pembimbing.
Skripsi jadi lama, atau mutunya jadi dipertanyakan. Takut dianggap lulusannya sedikit
maka skripsi dihapus. Jadi orientasi penyelenggaranya hanya berpikir jumlah kelulusan
meningkat, tapi mutu dipertanyakan.

kemampuan seseorang dalam menuangkan gagasan secara tertulis merupakan


representasi dari kualitas intelektualnya, karena melalui tulisan atau karya tulis (dalam
bentuk apapun) seseorang mewujudkan pikirannya. … Dari tulisan memang akan
kelihatan logika berpikir seorang. Apakah subjek, predikat dan objeknya jelas, atau
kalimatnya kacau. Dengan menulis, seseorang belajar berpikir secara eksak dan padat.
(Dedi Supriadi 1997)

Kesulitan membuat skripsi juga dirasakan penulis sewaktu menjadi mahasiswa. Jika mau
mengingat kembali, maka lamanya waktu studi dulu adalah akibat penulisan tugas akhir,
baik sewaktu jadi mahasiswa S1 di UGM maupun mahasiswa S2 di UI. Bahkan pada
saat-saat awal jadi dosenpun kadang masih susah untuk mengevaluasi tulisan skripsi
mahasiswa. Khususnya untuk menentukan apakah tulisannya baik atau buruk. Paling-
paling dilihat tampilannya, formatnya atau bila ketemu kesalahan dalam ejaan atau
kalimat.

Tetapi dengan berjalannya waktu, setelah cukup banyak mencoba untuk meneliti, menulis
dan menerbitkan buku, akhirnya dapat diambil suatu kesimpulan bahwa sebenarnya
menulis (baik skripsi atau lainnya) adalah relatif mudah jika sudah tahu tip-tip yang
penting.

Langkah-langkah atau tip penting yang dimaksud adalah :

1. Mampu melihat dan memilih masalah yang akan ditulis. Ini merupakan hal yang
paling penting dari suatu SKRIPSI dan membedakan dengan menulis pada
umumnya. Bagaimanapun skripsi adalah suatu bentuk karya tulis ilmiah yang
mana mahasiswa diharapkan dapat berpikir ilmiah dengan membuat suatu
penelitian sebagai objeknya. Untuk itu yang perlu diperhatikan adalah hal-hal
yang akan sampaikan berikut.
2. “APA” masalahnya tersebut, darimana anda mengetahui bahwa itu menjadi suatu
masalah. Jika informasi tersebut diperoleh dari suatu studi pustaka berdasarkan
jurnal-jurnal canggih up-to-dated maka tentunya lebih mudah meyakinkan orang
lain bahwa masalah tersebut cukup baik untuk dibahas. Tetapi jika hasil
pemahaman subyektif atau hasil pengamatan empiris pribadi belaka maka
tentunya perlu data-data pendukung yang dibuat yang lebih banyak sehingga
orang dapat yakin bahwa itu memang masalah yang patut dibahas (kerja lebih
banyak).
3. “MENGAPA” anda memilih masalah tersebut, karena dosen pembimbingnya
yang memilihkannya, atau karena anda menyukai bidang dimana masalah tersebut
berada, tentu akan membedakan strategi anda mengerjakan tugas SKRIPSI
tersebut. Sebaiknya usahakan anda memilih karena anda memang menyenangi
bidang dimana masalah tersebut ada. Untuk itu, apakah anda menguasai persoalan
atau tidak itu tidak menjadi masalah. Jika anda menguasai persoalan , misalnya
tentang pemrograman, maka tentu akan mempermudah anda menyelesaikan tugas
itu. Tapi jika tidak, maka itu merupakan kesempatan berharga anda untuk
mendapat knowledge yang lain (mendapat ilmu baru), meskipun itu perlu ekstra
tenaga.

Ngelmu iku kelakone kanthi laku.


( indonesianya : menguasai ilmu itu perlu usaha keras, ingat cerita silat jawa:
perlu bertapa dihutan-hutan atau di tempuran sungai agar digdaya ).

Jika anda tidak tahu apa-apa (netral terhadap masalah tersebut) maka usahakan
bahwa masalah tersebut dipahami oleh dosen pembimbing. Jika masalah itu yang
memberi adalah dosen, maka diharapkan dosen tersebut juga tahu bagaimana
dengan masalah tersebut. Jika benar-benar nggak tahu tentang masalah yang akan
dipilih, maka pilihlah dosen pembimbing yang anda tahu kemampuannya, yang
anda anggap dapat membimbing anda (anda punya respek terhadap dia).

4. “BAGAIMANA” masalah tersebut akan dapat diselesaikan, ini tentu


memperkirakan ilmu-ilmu apa yang diperlukan untuk memecahkan massalah
tersebut. Bisa melihat publikasi sebelumnya. Apakah untuk itu perlu uji
eksperimental, penyelesaian parametris atau pemrograman atau yang lain. Kira-
kira anda mempunyai keyakinan mampu atau tidak dengan itu. Itu
konsekuensinya biaya dan waktu lho.
5. “BILAMANA” masalah tersebut terpecahkan , apa yang kira-kira anda dapatkan.
Bila anda tahu apa yang dapat anda berikan jika masalah tersebut terselesaikan
maka ini mendukung kepercayaan diri bahwa solusi dari SKRIPSI ini akan
berharga. Bahkan kalau PD maka dapat diinformasikan ke teman-teman lain,
misal ke seminar dsb. Menambah kepercayaan diri, juga nilai tambah jika
membuat lamaran kerja.
6. Mampu memformulasikan MASALAH yang dipilih. Jika telah mempunyai alasan
yang kuat tentang suatu masalah maka untuk realitas kerjanya maka usahakan
masalah tersebut diformulasikan dalam bentuk tulisan pendek. Dalam hal ini
dalam bentuk ABSTRAK. Kaget ya ? . Khan biasanya bikin abstract jika tulisan
sudah selesai, itu jika abstract diterjemahkan sebagai rangkuman. Lha inilah
bedanya, pengalaman dulu yang mengatakan bahwa abstrak dibuat setelah
selesai dikerjakan, itu SALAH. Jika kondisinya demikian maka pengerjaan
skripsi anda belum berbentuk, bisa liar, bisa kesana-kemari, tidak jelas, bisa lama.
Kenapa ? Karena spesifikasinya belum ada (belum jelas/samar). Dengan membuat
ABSTRACT terlebih dahulu maka anda sudah berusaha memfokuskan pikiran ke
masalah tersebut yaitu dengan menuliskannya. Apa abstract tersebut kaku, ya
enggak. Rubah-sedikit-sedikit ya nggak apa, tetapi dengan membuat abstract, kita
tahu : o000 ada perubahan, mengapa, tentunya agar lebih baik lagi.
TERKENDALI.
7. Dalam membuat abstrak tersebut, perlu untuk membagi menjadi tiga tahapan
utama, yaitu tahapan INTRO: yaitu mengenalkan masalah, apa, mengapa, dan
batasan-batasannya (nanti jadi BAB 1 dan BAB2); tahapan PROGRES: yaitu
tentang bagaimana masalah tersebut dicoba dipecahkan, termasuk juga
pembahasannya (nanti jadi BAB 3 dan BAB4); dan tahapan KESIMPULAN
tentang bilamana masalah dapat terpecahkan (nanti jadi BAB5).
8. Evaluasi ABSTRACT bersama dosen pembimbing. Apakah abstract sudah
menggigit. Bila perlu bisa juga dimasukkan ke seminar atau minta pendapat
orang lain yang kritis. Tangkap masukan yang diberikan, evaluasi atau diskusikan
dengan dosen. Jika mantap maka dapat dilanjutkan. Ingat, mutu tidaknya suatu
hasil penelitian (skripsi) dapat dengan mudah dibaca dari abstract-nya. Jika
abstract-nya nggak ada isi-nya maka kecil kemungkinan materi skripsi yang
utama juga dibaca, paling-paling disimpan digudang. Tidak membanggakan untuk
ditunjukkan orang lain. Tetapi abstract yang hebat kadang-kadang bisa mengecoh.

9. Jika abstract sudah OK. Bisa dilanjutkan.


10. Jika anda sudah tahu apa masalah anda, mengapa anda memilih masalah tersebut,
batasan-batasan masalah yang dipilih dan strategi penyelesaian yang akan
dikerjakan maka tentunya hal itu dapat dituangkan dalam BAB 1. Penulisan
BAB1 sangat penting karena menentukan luasan atau cakupan yang didiskusikan
dalam bab-bab selanjutnya. Bab1 merupakan pengikat, pedoman kerja untuk bab-
bab berikutnya. Jangan biasakan meniru BAB1 orang lain, belum tentu cocok.
Jadi intinya Bab1 adalah pedoman kerja untuk penulisan bab-bab
selanjutnya.
11. Untuk dapat mengerjakan skripsi sesuai dengan BAGAIMANA menyelesaikan
masalah tersebut, tentu anda harus tahu lebih dahulu bagaimana strategi orang
lain menangani atau bertindak terhadap masalah tersebut. Ini dapat diketahui
dengan melakukan studi pustaka (BAB2), mereview publikasi orang lain dari
jurnal-jurnal atau yang lainnya. Usahakan pakailah acuan jurnal-jurnal terkini
(menurut salah satu profesor saya, gunakan jurnal dalam lima tahun terakhir).
Tetapi bisa juga anda mengutip suatu karya yang pernah diterbitkan ratusan tahun
yang lalu jika karya tersebut memang karya monumental di bidangnya.
Sekali lagi, usahakan yang dijadikan referensi adalah jurnal ilmiah, bila terpaksa,
baru textbooks.

Referensi dalam suatu penelitian and publikasi juga dapat menjadi indikasi
kehebatan dari materi yang diteliti dan ditulis tersebut.

Jangan gunakan diktat kuliah sebagai referensi, karena kalau hanya diktat
kuliah kayaknya kurang berbobot (kecuali yang telah dipublikasikan ke luar), jika
hanya sekedar diktat copy-an sebaiknya hindari saja. Kecuali jika diktat itu
diberikan oleh dosen yang terkenal pakar pada bidang yang dimaksud dan
merupakan problem yang belum pernah dipublikasikan sebelumnya. **tetapi hati-
hati, karena umumnya : dosen-dosen umumnya menyakinkan didepan kelasnya,
tetapi kalau ketemu teman-teman sejawat-nya mejen **tak berkutik/pasif**
Pengalaman menunjukkan bahwa diktat-diktat seperti itu di Indonesia hanya
dibuat dari copy-and-paste aja. **kadang nggak bermutu**. Sorry nggak semua,
tetapi kalau bisa cari rujukan yang dipublikasikan resmi.

12. Dengan memahami publikasi-publikasi yang ada tentang masalah yang dibahas
tentunya dapat diambil suatu kesimpulan atau dugaan, apa-apa saja yang telah
dilakukan orang.

Selanjutnya kembali ke persyaratan pembuatan skripsi (level S1) tentunya


bobotnya berbeda dengan tesis (level S2) atau disertasi (level S3). Pada level S1
tidak diperlukan suatu tingkat penelitian yang orisinil seperti halnya disertasi atau
kedalaman seperti level S2. Menurut pemahaman penulis : pada level S1 ,
mahasiswa cukup diminta belajar memahami permasalahan, mengerti alasan
mengapa permasalahan tersebut perlu dibahas, mengetahui tindakan orang lain
tentang masalah tersebut termasuk tahu sisi baik dan buruknya masing-masing
dan dapat menerapkannya pada kasus lokal (studi kasus) serta menarik
kesimpulan dari tindakan yang dikerjakannya.

Jika laporannya (skripsinya) dapat dibaca dan memperlihatkan alur logika-logika


seperti di atas maka mahasiswa tersebut mestinya sudah pantas lulus level S1.
Proses tersebut mencakup bab 3 – sampai bab akhir.

Pada dasarnya penulisan skripsi yang paling sulit adalah pada cara memulainya, jika
sudah sampai langkah ke-10 diatas maka penulisan dapat berkembang sangat cepat, dan
bab-babnya bisa berkembang. Hanya ingat bahwa bab dibatasi pada suatu tahapan yang
bisa mandiri, dan ingat bahwa setiap bab satu dengan yang lainnya harus ada benang
merah yang menghubungkannya (terkait).

Urutan-urutan bab, yaitu pada awal adalah intro, berkembang pada progress dan diakhiri
dengan kesimpulan. Kesimpulan penting sekali, itu menunjukkan apakah penulis
(mahasiswa) memahami apa yang dikerjakannya atau tidak, tergantung dari kesimpulan
yang diberikan. Kesimpulan harus suatu yang spesifik tentang masalah tersebut. Apa
yang terjadi , juga dengan kesimpulan dapat diketahui bahwa tulisan tersebut berguna
atau tidak, bisa dilihat dari kesimpulan yang diberikan.

Ingat dalam pembuatan skripsi, ketebalan tulisan tidak bisa menjadi ukuran apakah itu
berbobot atau tidak. Suatu skripsi yang tipispun jika memenuhi konsep-konsep di atas
bahkan kalau dikemas dengan baik itu dapat menarik untuk dipresentasikan diforum
ilmiah yang lebih luas, dan dapat dibanggakan.

O ya, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan menurut saya adalah :

• Tampilan adalah nomer satu, isi baru ke dua. Jangan dibalik dan dibandingkan
dengan manusia. Pengalaman menunjukkan bahwa bila tampilan (format) suatu
tulisan tidak diperhatikan (jelek) maka isinya kemungkinan besar juga tidak akan
dibaca. Dalam hal seperti itu, dosen penguji akan melihat-lihat lebih banyak
tulisan anda, dan ada kemungkinan menemukan suatu kesalahan dari tulisan anda.
• Pastikan format yang digunakan sesuai dengan petunjuk dari Institusi (ini
penting), berapa margin kiri-atas dsb, ukuran font, jumlah spasis pada baris, dsb-
nya. Format yang baik kadang-kadang dapat mengecoh dosen penguji yang malas,
sehingga ada kemungkinan tidak akan ketemu kesalahan yang ada (bila ada).
Sehingga waktu di uji **selamat**.
• Tentang ISI. Kualitas kadang-kadang bersifat relatif. Tergantung dosen dsb.
Tetapi yang jelas dan langsung bisa dinilai adalah KONSISTENSI. Suatu tulisan
harus konsisten, antara satu bagian dan bagian yang lain dalam skripsi tersebut.
Jika tidak konsisten, maka itu dapat dijadikan modal untuk menguji materi skripsi
tersebut. Pendapat anda saling di adu sendiri.
• Tulislah APA-APA YANG DIKUASAI saja. Jika ada hal-hal yang tidak
diketahui (meski sudah usaha kesana-kemari) maka usahakan bagian tersebut
dihilangkan (itu jika tidak mempengaruhi bagian-bagian lain). Jika tidak bisa
maka usahakan hal tersebut di luar cakupan masalah yang diteliti. Ini penting.
Ingat sebagai penulis maka seharusnya penulis menguasai tulisan yang dibuatnya.
O ya, penting juga untuk mencari alasan yang bagus mengapa anda tidak perlu
membahas hal tersebut (persiapan bila ada dosen yang kritis yang tahu tentang itu,
tapi ini jarang terjadi, ya siapa tahu.)
• Semua tabel harus ada judul tabel dan nomer tabel, semua gambar harus ada judul
gambar dan nomer gambar. Konsisten baik font dan nomernya dikeseluruhan
laporan. O ya, gambar yang ditampilkan pada bagian dalam tulisan hanya yang
mendukung ulasan / tulisan pada bagian itu. Jika sifatnya umum dan ukurannya
besar maka sebaiknya di tampilan pada lampiran.
• Daftar Pustaka harus ada, ciri-ciri tulisan ilmiah adalah adanya acuan pustaka,
dan penting yang harus diperhatikan bahwa yang dicantumkan pada Daftar
Pustaka adalah yang diacu saja. Jangan sekedar nampang. Bagi orang awam
memang kelihatannya keren, tulisannya didukung jurnal-jurnal ilmiah hebat, tapi
bagi yang ngerti : apa-apaan ini, koq semuanya dicantumin, pasti penulisnya
nggak baca dan tulisannya biasanya nggak berbobot (nggak tahu apa yang
dituliskan, jadi biar tebal sembarangan nulis aja). Dosen penguji (yg tahu)
cenderung ingin membuat pertanyaan menguji, “apa bener mahasiswa ini
membaca pustak yang tercantum tersebut”. Hati-hati.
• Yang terakhir, jangan segan-segan untuk membaca ulang, prinsipnya semakin
banyak anda membaca ulang maka semakin kecil kemungkinan kesalahan akan
timbul.

Apabila mungkin, biarkan draf anda agak sehari atau dua hari sebelum
merevisinya. Hal ini akan memberi jarak mental anda dengan karya sehingga
kemudian anda kembali dengan prespektif baru yang berbeda dan lebih segar.
Saat itu anda bukan lagi pribadi yang sama dengan ketika anda menulis draf
pertama. (Atmazaki 2006)

Selain itu dengan semakin banyak membaca ulang skripsi anda maka anda
semakin memahami masalah tersebut (sebagai modal nanti waktu presentasi oral).
• Ketidak-mauan membaca ulang makalah anda menunjukkan bahwa anda belum
mantap dengan karya tulis yang anda buat, ada ‘sesuatu’ dengan tulisan anda.
Jika anda sendiri tidak mantap terhadap karya anda. Bagaimana orang lain
bisa mantap. Itu prinsip menulis yang baik.

talenta lebih (mampu membuat skripsi-skripsi), tapi mengapa anda mengabil hak
teman-teman lain yang seharusnya juga dapat mengembangkan talenta seperti itu
(mhs yang anda buatkan skripsinya).

Jelaslah, bahwa dengan skripsi yang dibuatkan, si mhs itu mungkin dapat lulus
sarjana. Tetapi mereka tidak mendapatkan pengalaman yang sebenarnya untuk
menjadi sarjana.

Selaku pendidik, saya melihat bahwa skripsi diadakan dalam kurikulum sebagai
sarana agar calon-calon sarjana (mhs) dapat belajar berpikir ilmiah. Belajar
bagaimana merangkum permasalahan menjadi suatu ungkapan tulis yang dapat
dipahami orang lain.

Bagi sebagian besar mahasiswa, ini tidak gampang. Orang yang pesimis akan
berpikir inilah stress. Beban berat. Untuk itulah diperlukan pembimbing, yang
secara intensip mengarahkan sehingga tujuan skripsi tercapai.

Jadi dengan anda mengerjakan skripsi mahasiswa tersebut maka si mahasiswa


yang manja tersebut tidak akan dewasa-dewasa, tepatnya tidak terjadi
transformasi berpikir yang seharusnya layak mereka terima sesuai dengan tingkat
pendidikannya.

Cobalah tanya hati nurani anda, banggakah anda mendapatkan uang dengan cara
membuatkan skripsi orang lain.

Mestinya kepandaian anda bisa anda alihkan untuk hal-hal positip yang lain
secara lebih terhormat.

You might also like

  • Belajar
    Belajar
    Document2 pages
    Belajar
    Wisdha Wijayanti
    No ratings yet
  • Belajar
    Belajar
    Document3 pages
    Belajar
    Wisdha Wijayanti
    No ratings yet
  • Belajar
    Belajar
    Document3 pages
    Belajar
    Wisdha Wijayanti
    No ratings yet
  • Wisdha
    Wisdha
    Document5 pages
    Wisdha
    Wisdha Wijayanti
    No ratings yet
  • Belajar
    Belajar
    Document2 pages
    Belajar
    Wisdha Wijayanti
    No ratings yet