1. Identifikasi. Penyakit bakteri sistemik dengan gejala akut atau insidius, ditandai dengan demam terus menerus, intermiten atau tidak tentu dengan jangka waktu yang bervariasi. Gejala yang timbul berupa sakit kepala, lemah, berkeringat, menggigil, arthralgia, depresi, kehilangan berat badan dan sakit seluruh tubuh. Infeksi supuratif terlokalisir dari organ-organ termasuk hati dan ginjal bisa terjadi; gejala sub klinis dan infeksi kronis yang terlokalisir juga bisa terjadi. Penyakit ini bisa berlangsung beberapa hari, beberapa bulan atau kadang-kadang bertahun-tahun jika tidak diobati dengan tepat. Komplikasi osteoartikuler bisa di temukan pada 20 – 60 % kasus. Manifestasi pada sendi yang paling sering adalah sakroiliitis. Infeksi saluran kemih dilaporkan terjadi pada 2 – 20 % kasus dan yang paling umum adalah orkitis dan epididimitis. Biasanya terjadi penyembuhan tetapi bisa juga terjadi kecacatan. “Case Fatality Rate” dari bruselosis sekitar 2 % atau kurang dan biasanya sebagai akibat dari endokarditis oleh infeksi Brucella melitensis. Kompleks gejala neurosis kadang-kadang dikelirukan dengan bruselosis kronis. Diagnosa laboratorium dibuat dengan mengisolasi bakteri penyebab infeksi dari spesimen darah, sumsum tulang atau jaringan lain, atau juga dari discharge penderita. Pemeriksaan serologis perlu dilakukan di laboratorium yang berpengalaman, untuk menunjukkan adanya kenaikan titer antibodi pair sera. Interpretasi hasil pemeriksaan serologis pada pasien kambuh dan kronis sangat sulit karena titer antibodi biasanya rendah. Pemeriksaan untuk mengukur antibodi IgG mungkin membantu untuk penegakan diagnosa pada kasus kronis, karena pada infeksi aktif ada kenaikan titer IgG. Teknik pemeriksaan serologis spesifik diperlukan untuk deteksi antibodi Brucellosis canis yang tidak bereaksi silang dengan spesies lain. 2. Penyebab penyakit. Bruselosis disebabkan oleh Brucellosis abortus, biovarians 1 – 6 dan 9, B. melitensis biovarians 1 – 3, B. suis, biovarians 1 – 5 dan B. canis. 3. Distribusi penyakit. Penyakit ini tersebar di seluruh dunia, terutama di negara Mediteran, Eropa, Afrika Timur, negara-negara timur Tengah, India, Asia Tengah, Meksiko dan Amerika Selatan. Sumber infeksi dan organisme, penyebab penyakit bervariasi tergantung letak geografis. Bruselosis terutama muncul sebagai penyakit akibat kerja, yaitu menimpa mereka yang bekerja menangani ternak yang terinfeksi dan jaringannya, seperti petani, dokter hewan dan pekerja di tempat pemotongan hewan. Penyakit ini banyak menyerang laki-laki. Kasus-kasus sporadis dan KLB terjadi pada orang yang mengkonsumsi susu mentah dan produk susu (terutama keju lunak yang tidak dipasturisasi) dari sapi, domba dan kambing. Kasus-kasus infeksi B. canis terbatas terjadi pada pekerja yang merawat anjing. Penderita yang dilaporkan terjadi di AS, kurang dari 120 kasus tiap tahunnya; diseluruh dunia, penyakit ini terkadang tidak diketahui dan tidak dilaporkan. 4. Reservoir. Sapi, babi, kambing dan domba bertindak sebagai reservoir. Infeksi bisa terjadi pada bison, rusa besar, karibu dan beberapa spesies dari rusa. B. canis kadang-kadang menjadi masalah di tempat pemeliharaan anjing, sebagian kecil anjing peliharaan dan sebagian besar anjing liar terbukti mempunyai titer antibody terhadap B. canis. Anjing hutan juga terbukti telah terinfeksi. 5. Cara penularan : Penularan terjadi karena kontak dengan jaringan, darah, urin, sekrit vagina, janin yang digugurkan, dan terutama plasenta (melalui luka di kulit) dan karena mengkonsumsi susu mentah dan produk susu (keju yang tidak di pasturisasi) dari binatang yang terinfeksi. Penularan melalui udara oleh binatang terjadi di kandang, dan pada manusia terjadi di laboratorium dan tempat pemotongan hewan. Beberapa kasus penularan terjadi karena kecelakaan karena tertusuk jarum suntik pada saat menangani vaksin brusella strain 19, risiko yang sama dapat terjadi pada waktu menangani vaksin Rev-1. 6. Masa inkubasi. Bervariasi dan sangat sulit dipastikan, biasanya sekitar 5 – 60 hari, umumnya 1 – 2 bulan, kadang-kadang beberapa bulan. 7. Masa penularan. Tidak ada bukti terjadi penularan dari orang ke orang. 8. Kekebalan dan kerentanan : Berat dan lamanya sakit tergantung dari berbagai hal. Lamanya imunitas yang didapat tidak diketahui dengan jelas. 9. Cara-cara pemberantasan. Tindakan pokok dalam pengendalian bruselosis pada manusia adalah dengan cara memberantas penyakit pada binatang rumah. A. Tindakan pencegahan 1). Beri penyuluhan kepada masyarakat (terutama turis) untuk tidak minum susu yang tidak dipasturisasi atau mengkonsumsi produk yang dibuat dari susu yang tidak diolah atau dipasturisasi. 2). Beri penyuluhan kepada petani dan pekerja di tempat pemotongan hewan, pabrik pengolahan daging dan toko daging tentang bagaimana penyakit ini terjadi serta risiko jika menangani daging dan produk binatang yang potensial terinfeksi dan cara pengoperasian yang tepat dari tempat pemotongan hewan untuk mengurangi pajanan (terutama ventilasi yang memadai). 3). Beri penyuluhan kepada para pemburu untuk menggunakan pelindung (seperti sarung tangan, baju pelindung) yang dipakai sewaktu manangani hasil buruan, seperti babi hutan dan mengubur sisanya. 4). Selidiki cara penularan yang terjadi diantara binatang ternak dengan tes serologis dan dengan tes ELISA atau uji cincin untuk susu sapi; musnahkan binatang yang terinfeksi dengan cara dipisahkan atau di sembelih. Jika infeksi terjadi pada babi maka seluruh kelompok babi tersebut harus dipotong. Didaerah dengan prevalensi tinggi, berikan imunisasi kepada kambing muda dan domba dengan vaksin hidup yang dilemahkan dari strain Rev-1 B. melitensis. Sejak tahun 1996, vaksin RB 51 rekombinan digunakan secara besar-besaran mengggantikan strain 19 untuk imunisasi ternak terhadap B. abortus. Vaksin RB 51 kurang virulen untuk manusia dibandingkan strain 19. 5). Walaupun hasilnya belum diketahui melalui uji klinis, orang yang tidak sengaja tertusuk jarum suntik pada waktu menangani strain I9 atau Rev-1 dianjurkan diberikan doksisiklin 100 mg dua kali sehari dikombinasikan dengan rifampin 600 – 900 mg sekali sehari selama 21 hari; untuk inokulasi konjungtiva, profilaksis sebaiknya diberikan selama 4 – 5 minggu. 6). Lakukan pasturisasi terhadap susu dan produk susu dari sapi, kambing dan domba. Merebus susu hasilnya cukup efektif jika pasturisasi tidak mungkin dilakukan. 7). Hati-hati pada saat menangani dan membuang plasenta, discharge dan janin dari binatang yang keguguran. Lakukan disinfeksi tempat-tempat yang terkontaminasi. B. Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitar : 1). Laporan kepada instansi kesehatan setempat : penderita beruselosis wajib dilaporkan di kebanyakan negara bagian dan negara di dunia, Kelas 2B (lihat tentang pelaporan penyakit menular). 2). Isolasi: Lakukan tindakan kewaspadaan universal terhadap lesi yang berair dan sekret, jika ada luka. Jika tidak ada lesi, tidak perlu tindakan kewaspadaan universal. 3). Disinfeksi serentak: terhadap discharge purulen. 4). Karantina: tidak perlu dilakukan. 5). Imunisasi kontak: tidak perlu dilakukan. 6). Investigasi kontak dan sumber infeksi: Cari sumber infeksi individual atau yang bersifat “Common Source”, biasanya kambing peliharaan, sapi atau babi, susu mentah atau produk susu dari sapi dan kambing. Lakukan pemeriksaan terhadap binatang yang dicurigai terinfeksi dan musnahkan binatang yang positif . 7). Pengobatan spesifik: kombinasi rifampin (600-900 mg per hari) atau streptomisin (1 g per hari) dengan doksisiklin (200 mg per hari) paling sedikit selama 6 minggu adalah “drug of choice”. Bagi penderita yang berat, penderita toksis, kortikoseroid mungkin menolong. Tetrasiklin sebaiknya jangan diberikan pada anak-anak dibawah 7 tahun untuk menghindari bercak di gigi. TMP-SMX efektif, tetapi relaps sering terjadi (30%). Relaps terjadi sekitar 5% dari penderita yang diobati dengan doksisiklin dan rifampisin, hal ini terjadi lebih disebabkan karena putus berobat daripada karena resistensi; dalam hal ini penderita sebaiknya diobati dengan regimen dasar. Arthritis mungkin terjadi pada kasus yang kambuh kembali. C. Penanggulangan wabah: Cari media pembawa kuman, biasanya susu mentah atau produk susu, terutama keju, dari hewan yang terinfeksi. Tarik kembali produk yang diduga terinfeksi; hentikan produksi dan distribusi produk tersebut kecuali tersedia fasilitas pasturisasi. D. Implikasi bencana : Tidak ada. E. Tindakan internasional : Lakukan pengawasan ketat terhadap binatang ternak dan produk binatang import dalam perdagangan internasional. Manfaatkan pusat kerjasama WHO.