Professional Documents
Culture Documents
ASPEK-ASPEK PENGEMBANGAN
WILAYAH BERWAWASAN EKOLOGI
MANUSIA
8
Moelyarto Tjokrowinoto, Konsep dan Isue Pembangunan Nasional. Yogyakarta: Universitas Gadjah
Mada, 1996.
8
9
9
Alwi Dahlan. 1992. "Menjabarkan Kualitas dan Martabat Manusia dan Masyarakat",
dalam buku Membangun Martabat Manusia, diedit oleh Sofian Effendi, Syafri Sairin, dan M.
Alwi Dahlan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, hal 9-10.
11
Ciri-ciri:
• Apakah masyarakat bisa menolak proyek pemerintah yang tidak dibutuhkan
masayarakat atau tidak di setujui
4. Apakah pembangunan yang ada mendukung terwujudnya manusia yang
menjunjung tinggi moral yang baik, dan mengenakan sangsi yang sepadan
bagi pelanggar etika moral baik aparat maupun masyarakat?
5. Apakah pembangunan yang ada mendukung terciptanya kesetiakawanan
sosial dan mengatasi kesenjangan yang menimbulkan kecemburuan?
Ciri-ciri:
• Apakah kemanfaatan pembangunan itu menjangkau semua kelompok sosial
ekonomi yang ada di masyarakat, dan tidak hanya bias pada kelompok kaya
saja?
• Apakah pembangunan yang direncanakan dan hasil-hasilnya merepresen-
tasikan aksesibilitas bagi kaum diffable (misalnya: orang cacat dan manula).
6. Apakah pembangunan yang ada menjaga kelestarian lingkungan dan kesehat-
an lingkungan hidup?
7. Apakah kebijakan-kebijakan pembangunan di wilayah tersebut menciptakan
kondisi yang mendukung persaingan prestasi yang sehat di masyarakat dan
memberi kompensasi yang sebanding bagi hasil karya masyarakat yang berku-
alitas?
8. Apakah kebijakan-kebijakan pembangunan yang ada menciptakan kondisi
memperkuat rasa kebangsaan masyarakat?
Pengembangan kualitas manusia dan masyarakat ini juga harus mencakup
seluruh dimensi. Dimensi kualitas masyarakat terdiri dari10:
1. Kualitas Kehidupan Bermasyarakat
Menyangkut ciri-ciri hubungan antar manusia dan antar kelompok dalam ko-
munitas dan menentukan seberapa jauh masyarakat dapat melakukan fungsinya
sebagi kesatuan unsur yang bulat, secara dinamis dan adaptif. Kualitas ini me-
nyangkut:
(a) keserasian sosial;
10
op.cit. hal. 16-19.
13
PEMERINTAH MASYARAKAT
WILAYAH
DENGAN LINGKUNGANYA
14
Dari skema di atas Pemerintah dengan gaya dan pendekatan yang dilaku-
kan akan mempengaruhi bagimana respon masyarakat terhadap program pemba-
ngunan atau pengembangan potensi wilayahnya. Sebaliknya, kondisi potensi wila-
yah denagn lingkungan ekonomi, politik, sosial, dan budayanya juga akan mem-
pengaruhi efektivitas Pemerintah dalam memfasilitasi masyarakat dalam pengem-
bangan wilayahnya. Demikian juga karakteristik masyarakat (termasuk organisa-
si-organisasi yang hidup di masyarakat yang bersangkutan) dapat menghambat
atau mendukung iktikad pemerintah mengembangkan potensi wilayah secara op-
timal.
Dari aspek kebutuhan masyarakat, maka aspek-aspek pengembangan wila-
yah dapat dilihat dari aspek-aspek berikut.
1. Aspek ekonomi
a. Pembangunan ekonomi yang berbasis potensi lokal.
b. Pengoptimalan sumber daya manusia sebagai potensi wilayah.
c. Peningkatan pendapatan daerah tanpa mengorbankan masyarakat.
2. Aspek sosial
a. Dinamika kependudukan dan implikasinya bagi pengembangan wilayah.
b Pengembangan perumahan dan pemukiman dengan memperhatikan prinsip
keselarasan dan konservasi lingkungan.
c Peningkatan kesehatan masyarakat.
d. Kualitas hidup masyarakat.
3. Aspek Budaya
a. Peran nilai-nilai budaya lokal dalam pembangunan wilayah.
b. Preservasi dan pengembangan nilai-nilai budaya lokal.
4. Aspek lingkungan hidup
Persepsi dan perilaku masyarakat terhadap lingkungan hidup:
a. Pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam.
b. Pengelolaan sampah dan limbah.
c. Pengelolaan tanah.
15
5. Aspek Politik
a. Pendidikan politik dalam masyarakat.
b. Menumbuhkembangkan demokratisasi masyarakat dalam pengembangan
wilayah.
6. Aspek Teknologi
a. Pengembangan teknologi lokal (indegeneous technology) untuk mengopti-
mal kan keberdayaan masyarakat mengentaskan diri dari kemiskinan.
b. Dampak pengembangan teknologi terhadap kesehatan masayarakat.
c. Dampak pengembangan teknologi terhadap nilai-nilai kemasyarakatan.
Salah satu teori pengembangan kawasan adalah strategi yang dikembang-
kan oleh Rondinelli dan Ruddle11 yaitu strategi Integrated Regional Development.
Stategi ini dimaksudkan untuk mengantisipasi adanya kesenjangan antar wilayah,
dengan memadukan keterkaitan hubungan (linkage) antara rural service centre,
small market town, dan regional center.
Pada era manajemen otonomi daerah seperti sekarang, nampaknya strategi
ini masing punya relevansi untuk diterapkan dalam rangka mengatasi kelemahan
masing-masing daerah, dan mengoptimalkan kekuatan masing-masing daerah.
Prinsip-prinsip dasar strategi Integrated Regional Development12 adalah:
1. Harus didasarkan atas sumber daya lokal, lembaga-lembaga dan praktek-prak-
tek yang sesuai dnegan budaya lokal.
2. Melibatkan masyarakat lokal dalam perencanaan dan implementasinya.
3. Menyesuaikan teknologi modern, pelayanan, dan fasilitas dengan kondisi lokal.
4. Mempromosikan spesialisasi dalam bidang produksi dan kegiatan perdagangan
berdasarkan keuntungan komparatif yang berlaku.
5. Menggunakan metode yang tepat guna, berbiaya rendah, dan secara kultural
dapat diterima dalam rangka melakukan perubahan.
11
Priyo Sudibyo, " Pembangunan Regional (Konsep dan Model)", makalah disampaikan dalam
diskusi Pengembangan Wilayah Berwawasan Ekologi Manusia, 14 Nopember 1998.
12
ibid.
16