You are on page 1of 3

Jintan Putih ()

Hambat Sel Kanker Hati

Penelitian yang dilakukan Cancer Chemoprevention Research Center (CCRC) Fakultas Farmasi, UGM,
menemukan penggunaan biji jintan putih yang bisa dimanfaatkan sebagai obat penghambat sel kanker
hati. Bagaimana penemuan itu dilakukan? Inilah riset selengkapnya.

Kanker merupakan salah satu ancaman dalam dunia kesehatan. Penyakit ini menempati urutan kedua
setelah penyakit kardiovaskuler, yang dapat menyebabkan kematian. Permasalahan pelik yang menyertai
usaha penyembuhan kanker disebabkan sulitnya penanganan dan prognosis yang masih jelek dari
penyakit ini. Di Indonesia, ditengarai angka kematian akibat kanker meningkat tiga kali lipat dalam dua
dasawarsa terakhir.

Pada dasarnya, kanker merupakan penyakit genetik yang berhubungan dengan perubahan di dalam sel
yang diakibatkan berbagai macam pengaruh, terutama dari lingkungan yang meliputi virus, senyawa
kimia, dan fisik (paparan UV). Virus yang menginfeksi tubuh manusia dapat mengacaukan sistem
penggandaan sel yang berlebihan (kanker).

Senyawa kimia berbahaya seperti yang terdapat dalam asap rokok atau hasil pembakaran tidak
sempurna dari bahan organik dapat berikatan dengan gen yang pada gilirannya mengakibatkan kanker.
Paparan sinar UV yang berlebihan dapat merusak DNA sehingga pengaturan penggandaan sel menjadi
kacau dan terjadilah kanker.

Proses pembentukan kanker terdiri atas empat tahap. Pada tahap inisiasi, terjadi perusakan DNA atau
mutasi, yang mengatur penggandaan sel oleh senyawa penyebab kanker (karsinogen). Selanjutnya,
terjadi peningkatan penggandaan sel yang abnormal akibat proses inisiasi. Tahap ini dinamakan tahap
promosi.

Munculnya sel-sel kanker ganas yang diikuti dengan perubahan genetik yang nyata menandai
perkembangan tahap progresi. Pada tahap metatasis (stadium empat), sel kanker melakukan ekspansi
ke jaringan lain melalui pembuluh darah atau pembuluh limfe. Sel ekspansif tadi akan membentuk tumor
sekunder di jaringan yang ditularinya.

Banyak hal yang sudah dilakukan pada bidang medis untuk menyembuhkan kanker, baik itu berupa
pengobatan maupun berbentuk terapi. Tidak sedikit di antaranya yang telanjur menghabiskan banyak
biaya, namun pengobatan atau terapi yang dilakukan membawa efek samping yang tidak diharapkan.

Sebagai contoh, terapi konvensional yang dilakukan untuk menangani kanker saat ini adalah
pembedahan radioterapi dan kemoterapi. Namun, model terapi itu belum cukup efektif untuk melepaskan
pasien dari jeratan kanker. Banyaknya biaya dan efek samping yang timbul pada terapi konvensional
turut berperan dalam ketidakefektifan terapi konvensional. Kondisi ini memberikan tantangan kepada
praktisi kesehatan untuk mencari alternatif penanganan kanker yang lebih aman dan efektif.

Sekarang ini, ketika penggunaan bahan alami untuk menyembuhkan penyakit sudah banyak dilakukan,
maka usaha menemukan bahan alami yang cocok untuk terapi kanker menjadi tantangan tersendiri bagi
kalangan farmasis dan medis.

Hingga akhirnya riset-riset yang ada membuktikan bahwa biji jintan putih mampu memberikan efek
kemopreventif terhadap tumor lambung dan leher rahim tikus. Hal ini menunjukkan bahwa di dalam biji
jintan putih terdapat senyawa yang berkhasiat sebagai antikanker.

Reaksi Enzim GST

Penelitian yang dilakukan Cancer Chemoprevention Research Center (CCRC) Fakultas Farmasi, UGM,
menunjukkan bahwa ekstrak etanol biji jintan putih dapat menghambat kanker hati pada tikus.

Dengan mengambil sampel penelitian tikus jantan umur 50 hari, riset ini dilakukan pada Maret dan April
2006. Riset yang digawangi lima orang peneliti dari Farmasi ini ternyata mampu memberikan sebuah
alternatif solusi penanganan terapi konvensional dalam mengatasi kanker.

Karena itu, pada beberapa bulan yang lalu, riset ini pun tampil dalam Pimnas (Pekan Ilmiah Mahasiswa
Nasional) XIX di Malang.

Berdasar hasil-hasil pengujian secara praklinis, dapat disimpulkan bahwa cuminum cyminum (jintan putih,
Red) memiliki sifat-sifat sebagai antibakteri, antikarsinogenik, antiperglikenema, antioksidan, dan
anticacing. Komponen yang diduga mempunyai aktivitas antikanker dari jintan putih salah satunya adalah
enzim GST. "Mekanisme antikanker dari ekstrak biji jintan putih ditengarai melalui enzim glutation-s-
transferase (GST-red)," jelas Ahmad Fauzi R. yang akrab disapa Oki, peneliti termuda dalam riset ini.

Menurut dia, GST merupakan kelompok enzim multifungsional yang memainkan peranan penting dalam
detoksifikasi senyawa penyebab kanker yang masuk dalam tubuh. Keberadaan enzim ini dapat
mengeluarkan senyawa penyebab kanker dari dalam tubuh sehingga kanker dapat dicegah.

Di sisi lain, keberadaan GST yang berlebihan dalam tubuh dapat mengurangi keefektifan obat yang
digunakan untuk kemoterapi kanker. Ini disebabkan proses pembuangan obat kemoterapi kanker oleh
GST dari tubuh.

Proses Uji

Penelitian dilakukan dengan menggunakan tikus putih jantan yang dibagi menjadi dua kelompok besar,
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Kelompok kontrol terdiri atas kontrol normal dan kontrol
kanker. Pada kelompok perlakuan adalah kelompok yang diberi perlakuan ekstrak dosis 250, 500, dan
750 mg/kgBB ektrak serta induksi kanker.

Proses pengolahan jintan hingga menjadi ekstrak cukup menarik. Pengolahannya melewati beberapa
tahap. Tanaman diambil bagian biji dari tanaman C. cyminum L. sehat, berumur tua, berwarna
kecokelatan, diambil dari daerah Tomohon, Sulawesi Utara. Biji Cuminum cyminum L. dicuci bersih
dengan air mengalir, ditiriskan, dijemur dengan panas matahari dengan ditutupi kain warna gelap.

Setelah kering, diserbuk dan diayak hingga diperoleh serbuk biji C. cyminum L. Sebanyak 400 gram
serbuk dibungkus dengan kertas saring dan dimasukkan ke alat soxhlet, selanjutnya dilakukan ekstraksi
dengan pelarut etanol 96 % sebanyak 1,5 L. Fraksi etanol yang diperoleh diuapkan hingga diperoleh
ekstrak kental daun (selanjutnya digunakan kata ekstrak untuk ekstrak etanol biji Cuminum cyminum L.).

Perlakuan dilakukan dengan pemberian ekstrak etanol jintan putih dan senyawa penginduksi kanker
secara peroral. Pada satu minggu pertama, tikus diperlakukan hanya dengan ekstrak etanol jintan putih
yang diberikan sekali dalam sehari.
Perlakuan terhadap hewan uji dilakukan untuk melihat peningkatan ekspresi enzim GST baik karena
DMBA maupun ekstrak. Terdapat lima kelompok perlakuan yaitu kelompok kontrol pelarut (CMC-Na 0,05
% dan corn oil), kelompok kontrol DMBA, kelompok dosis I (250 mg/kg bb), kelompok dosis II (500 mg/kg
bb), dan kelompok dosis III (750 mg/kg bb). Semua kelompok dosis (dosis I, dosis II, dan dosis III)
mendapat perlakuan setiap hari selama dua minggu.

Kelompok kontrol pelarut diberi perlakuan dengan corn oil setiap dua hari sekali selama satu minggu.
Kelompok kontrol DMBA diberi perlakuan DMBA dosis 30 mg/KgBB setiap dua hari sekali selama satu
minggu pada minggu kedua.

Kemudian pada minggu kedua, pemberian ekstrak etanol dibarengi dengan pemberian senyawa
penginduksi kanker, dengan selang satu jam. Pemberian senyawa penginduksi kanker diberikan dua hari
selama satu minggu.

Senyawa penginduksi kanker yang digunakan adalah senyawa 7,12-Dimetil Benz(a)ntrazena (DMBA-
red). Senyawa ini banyak terdapat pada sisa hasil pembakaran tidak sempurna maupun dalam asap
rokok.

Pada minggu terakhir, tikus dipuasakan satu hari sebelum dikorbankan. Proses pengamatan enzim GST
dilakukan dengan pembedahan untuk mengambil hati sampel riset. Selanjutnya, pengamatan dilakukan
untuk mengetahui ekspresi enzim GST-nya.

Dari hasil riset ini ditemukan ekstrak etanol biji jintan putih pada dosis 250 mg/kgBB dapat meningkatkan
kadar enzim GST dalam tubuh secara signifikan dibanding kelompok kontrol normal maupun kontrol
kanker.

Dengan meningkatnya kadar GST, maka pembuangan senyawa penyebab kanker oleh enzim GST akan
semakin intens. Artinya, kemungkinan pembentukan sel kanker dapat dicegah.

Pada dosis yang lebih tinggi, 750 mm/kgBB, esktrak biji jintan putih justru dapat menurunkan jumlah
enzim GST dalam tubuh. Fenomena ini memberikan alternatif penggunaan jintan putih sebagai suplemen
terapi kanker dengan obat-obat kemoterapi kanker.

Hasil riset ini pun membuktikan ekstrak tanaman itu dapat digunakan untuk usaha kemoprevensi kanker.
Asal digunakan dengan baik dan sesuai dosis yang dianjurkan, penggunaan tanaman ini secara rutin
dapat mengurangi kemungkinan terkena kanker. (yandi bagus)

Sumber: Jawa Pos Online

You might also like