You are on page 1of 17

Energi dalam dan Hukum Pertama Termodinamika

Pada postingan sebelumnya, gurumuda sudah menjelaskan secara singkat mengenai energi
dalam (U). Energi dalam sistem merupakan jumlah seluruh energi kinetik molekul sistem,
ditambah jumlah seluruh energi potensial yang timbul akibat adanya interaksi antara molekul
sistem. Kita berharap bahwa jika kalor mengalir dari lingkungan menuju sistem (sistem
menerima energi), energi dalam sistem akan bertambah… Sebaliknya, jika sistem melakukan
kerja terhadap lingkungan (sistem melepaskan energi), energi dalam sistem akan berkurang…

Dengan demikian, dari kekekalan energi, kita bisa menyimpulkan bahwa perubahan energi
dalam sistem = Kalor yang ditambahkan pada sistem (sistem menerima energi) – Kerja yang
dilakukan oleh sistem (sistem melepaskan energi). Secara matematis, bisa ditulis seperti ini :

Keterangan :

delta U = Perubahan energi dalam

Q = Kalor

W = Kerja

Persamaan ini berlaku untuk sistem tertutup (Sistem tertutup merupakan sistem yang hanya
memungkinkan pertukaran energi antara sistem dengan lingkungan). Untuk sistem tertutup yang
terisolasi, tidak ada energi yang masuk atau keluar dari sistem, karenanya, perubahan energi
dalam = 0. Persamaan ini juga berlaku untuk sistem terbuka jika kita memperhitungkan
perubahan energi dalam sistem akibat adanya penambahan dan pengurangan jumlah zat (Sistem
terbuka merupakan sistem yang memungkinkan terjadinya pertukaran materi dan energi antara
sistem tersebut dengan lingkungan). Mengenai sistem terbuka dan tertutup telah gurumuda
jelaskan pada postingan sebelumnya…

Hukum pertama termodinamika merupakan pernyataan Hukum Kekekalan Energi dan


ketepatannya telah dibuktikan melalui banyak percobaan (seperti percobaan om Jimi Joule).
Perlu diketahui bahwa hukum ini dirumuskan pada abad kesembilan belas, setelah kalor
dipahami sebagai energi yang berpindah akibat adanya perbedaan suhu.

Energi dalam merupakan besaran yang menyatakan keadaan mikroskopis sistem. Besaran yang
menyatakan keadaan mikroskopis sistem (energi dalam) tidak bisa diketahui secara langsung.
Yang kita analisis dalam persamaan Hukum Pertama Termodinamika hanya perubahan energi
dalam saja. Perubahan energi dalam bisa diketahui akibat adanya energi yang ditambahkan pada
sistem dan energi yang dilepaskan sistem dalam bentuk kalor dan kerja. Jika besaran yang
menyatakan keadaan mikroskopis sistem (energi dalam) tidak bisa diketahui secara langsung,
maka besaran yang menyatakan keadaan makroskopis bisa diketahui secara langsung. Besaran
yang menyatakan keadaan makroskopis adalah suhu (T), tekanan (p), volume (V) dan massa (m)
atau jumlah mol (n). Ingat ya, Kalor dan Kerja hanya terlibat dalam proses perpindahan energi
antara sistem dan lingkungan. Kalor dan Kerja bukan merupakan besaran yang menyatakan
keadaan sistem.

Aturan tanda untuk Kalor (Q) dan Kerja (W)

Aturan tanda untuk Kalor dan Kerja disesuaikan dengan persamaan Hukum Pertama
Termodinamika. Kalor (Q) dalam persamaan di atas merupakan kalor yang ditambahkan pada
sistem (Q positif), sedangkan Kerja (W) pada persamaan di atas merupakan kerja yang
dilakukan oleh sistem (W positif). Karenanya, jika kalor meninggalkan sistem, maka Q bernilai
negatif. Sebaliknya, jika kerja dilakukan pada sistem, maka W bernilai negatif. Pahami
perlahan-lahan….

Contoh soal 1 :

Jika kalor sebanyak 2000 Joule ditambahkan pada sistem, sedangkan sistem melakukan kerja
1000 Joule, berapakah perubahan energi dalam sistem ?

Panduan jawaban :

Sistem mendapat tambahan kalor (sistem menerima energi) sebanyak 2000 Joule. Sistem juga
melakukan kerja (sistem melepaskan energi) 1000 Joule. Dengan demikian, perubahan energi
sistem = 1000 Joule.

Contoh soal 2 :

Jika kalor sebanyak 2000 Joule meninggalkan sistem dan sistem melakukan kerja 1000 Joule,
berapakah perubahan energi dalam sistem ?

Panduan jawaban :

Ingat ya, jika kalor meninggalkan sistem, berarti Q bernilai negatif


Kalor meninggalkan sistem (sistem melepaskan energi)
sebanyak 2000 Joule. Sistem juga melakukan kerja (sistem melepaskan energi) sebesar 1000
Joule. Dengan demikian, energi dalam sistem berkurang sebanyak 3000 J.

Contoh soal 3 :

Jika kalor sebanyak 2000 Joule ditambahkan pada sistem dan kerja 1000 Joule dilakukan pada
sistem, berapakah perubahan energi dalam sistem ?

Panduan jawaban :

Ingat ya, jika kerja dilakukan pada sistem, berarti W bernilai negatif

Sistem mendapat tambahan kalor (sistem menerima energi) sebanyak 2000 Joule dan kerja
dilakukan pada sistem (sistem menerima energi) 1000 Joule. Dengan demikian, energi dalam
sistem bertambah sebanyak = 3000 Joule.

Pahami perlahan-lahan ya. Jangan pake hafal, nanti dirimu cepat lupa…

Catatan :

Pertama, kebanyakan sistem yang kita analisis secara teoritis dalam pokok bahasan ini adalah
gas. Kita menggunakan gas, karena keadaan makroskopis gas (suhu, tekanan dan volume) lebih
mudah diketahui. Dalam menganalisis gas, kita tetap menganggap gas sebagai gas ideal.
Tujuannya hanya untuk mempermudah analisis saja. Kita tidak menggunakan gas riil karena
pada tekanan yang cukup besar, biasanya gas riil berperilaku menyimpang. Karenanya analisis
kita menjadi lebih sulit…

Kedua, jika sistem yang kita analisis adalah gas ideal, maka energi dalam bisa dihitung
menggunakan persamaan yang menyatakan hubungan antara energi dalam gas ideal dengan suhu
gas ideal : U = 3/2 nRT (persamaan energi dalam gas ideal monoatomik). Persamaan ini kita
turunkan dari teori kinetik. Penurunannya telah dibahas dalam materi Teori Kinetik Gas.

Sebaiknya pahami terlebih dahulu konsep-konsep dasar yang telah dijelaskan dalam Teori

Kinetik Gas, biar dirimu tidak kebingungan Download saja ebooknya.


Kerja yang dilakukan sistem selama perubahan volume

Sebelum melangkah lebih jauh, terlebih dahulu kita tinjau kerja yang dilakukan sistem terhadap
lingkungan. Untuk menghitung besarnya kerja (W) yang dilakukan sistem, kita tinjau gas ideal
yang berada dalam sebuah wadah yang ditutup dengan sebuah penghisap/piston. Penghisap bisa
digerakkan naik dan turun. Gambar ini disederhanakan menjad dua dimensi. Anggap saja gambar
ini tiga dimensi. Volume = panjang x lebar x tinggi…

Gas ideal diwakili oleh titik-titik yang terletak di dalam wadah. Alas wadah bersentuhan dengan
sebuah benda yang memiliki suhu yang lebih tinggi (mirip seperti air dalam panci yang

dipanaskan di atas nyala api). Benda bersuhu tinggi tidak disertakan dalam gambar ,

bayangkan saja dalam pikiran ya Gas ideal dalam wadah merupakan sistem, sedangkan
benda-benda lainnya yang berada di luar wadah, termasuk benda bersuhu tinggi yang
bersentuhan dengan alas wadah, merupakan lingkungan. Karena suhu lingkungan lebih tinggi
dari suhu sistem, maka kalor dengan sendirinya mengalir dari lingkungan menuju sistem.
Adanya sumbangan energi dari lingkungan menyebabkan energi dalam sistem (gas ideal)
bertambah. Energi dalam gas ideal berbanding lurus dengan suhu (U = 3/2 nRT), karenanya
ketika energi dalam gas ideal bertambah, suhu gas ideal juga meningkat. Peningkatan suhu gas
ideal menyebabkan gas ideal memuai dan mendorong piston sejauh s. Ketika mendorong piston
sejauh s, sistem (gas ideal) melakukan kerja terhadap lingkungan (udara luar).

Pada mulanya tekanan sistem besar (P1) dan volume sistem kecil (V1). Tekanan berbanding
terbalik dengan volume (ingat lagi materi teori kinetik gas). Setelah kalor mengalir dari
lingkungan menuju sistem dan sistem melakukan kerja terhadap lingkungan, volume sistem
bertambah (V2) dan tekanan sistem berkurang (P2).

Besarnya kerja yang dilakukan sistem pada proses di atas adalah :


Kerja (W) = Gaya dorong (F) x perpindahan (s). Karena gaya dorong (F) = tekanan (P) x luas
permukaan (A) piston, maka persamaan Kerja bisa ditulis menjadi :

W = Fs —– F = PA

W = PAs —– As = V

W = PV

Perlu diketahui bahwa kerja yang dilakukan sistem terjadi selama perubahan volume. Karenanya,
kerja total yang dilakukan sistem bisa diperoleh dengan mengalikan perubahan tekanan dan
perubahan volume. Secara matematis ditulis seperti ini :

W = (tekanan akhir – tekanan awal)(volume akhir – volume awal)

W = (P2-P1)(V2-V1)

Catatan :

Pertama, perubahan volume sistem (gas ideal) pada proses di atas bisa diketahui dengan mudah.
Volume awal dan volume akhir sistem bisa diketahui dengan menghitung volume wadah.
Dengan demikian, untuk menghitung besarnya kerja (W) yang dilakukan oleh sistem, kita perlu
mengetahui bagaimana perubahan tekanan selama berlangsungnya proses.

Apabila tekanan (p) sistem berubah secara tidak teratur seiring terjadinya perubahan volume (V),
maka besarnya kerja yang dilakukan sistem bisa dihitung menggunakan kalkulus. Kalau dirimu
belum terbiasa dengan kalkulus, ada alternatif lain yang bisa digunakan. Terlebih dahulu kita
gambarkan grafik yang menyatakan hubungan antara tekanan dan volume. Besarnya kerja yang
dilakukan oleh sistem = luasan yang diarsir di bawah kurva p-V.

Grafik tekanan vs volume untuk perubahan tekanan yang terjadi secara tidak teratur

Mula-mula tekanan sistem = p1 (tekanan besar)


dan volume sistem = V1 (volume kecil). Setelah sistem melakukan kerja terhadap lingkungan,
tekanan sistem berubah menjadi p2 (tekanan kecil) dan volume sistem berubah menjadi V2
(volume besar). Besarnya kerja (W) yang dilakukan sistem = luasan yang diarsir. Bentuk kurva
melengkung karena tekanan sistem (gas ideal) berubah secara tidak teratur selama proses.

Apabila tekanan (p) sistem tidak berubah alias selalu konstan seiring terjadinya perubahan
volume (V), maka besarnya kerja yang dilakukan sistem bisa dihitung dengan mudah. Besarnya
kerja yang dilakukan sistem bisa dihitung menggunakan persamaan atau bisa diketahui melalui
luasan yang diarsir di bawah kurva P-V. Untuk kasus ini, persamaan kerja di atas bisa
dimodifikasi seperti ini :

W = (P2-P1)(V2-V1)

Karena tekanan (p) selalu konstan, maka P2 = P1 = P

W = P(V2-V1)

Grafik tekanan vs volume untuk proses di mana tekanan selalu konstan alias tidak berubah :

Mula-mula volume sistem = V1 (volume kecil).


Setelah sistem melakukan kerja terhadap lingkungan, volume sistem berubah menjadi V 2
(volume besar). Tekanan sistem selalu konstan alias tidak berubah. Besarnya kerja (W) yang
dilakukan sistem = luasan yang diarsir.

Kedua, sistem melakukan kerja terhadap lingkungan apabila volume sistem bertambah.
Demikian juga sebaliknya, lingkungan melakukan kerja terhadap sistem apabila volume sistem
berkurang. Jika volume sistem tidak berubah selama proses maka sistem tidak bisa melakukan
kerja terhadap lingkungan dan lingkungan juga tidak bisa melakukan kerja terhadap sistem.
Dalam hal ini, kerja (W) = 0.

Penerapan Hukum Pertama Termodinamika

pada beberapa proses Termodinamika


Sebelumnya kita sudah membahas Hukum Pertama Termodinamika dan menganalisis usaha
yang dilakukan oleh sistem. Kali ini kita mencoba meninjau beberapa penerapan Hukum
Pertama Termodinamika dalam empat proses termodinamika. Keempat proses termodinamika
yang dimaksud adalah proses isotermal, isokorik, isobarik dan adiabatik. Istilah aneh ini
berasal dari bahasa yunani. Isotermal = suhu yang sama atau suhu selalu konstan, isokorik =
volume yang sama atau volume selalu konstan, isobarik = tekanan yang sama atau tekanan selalu

konstan. Jangan pake hafal…

Proses Isotermal (suhu selalu konstan)

Terlebih dahulu kita tinjau penerapan hukum pertama termodinamika pada proses isotermal.
Dalam proses Isotermal, suhu sistem dijaga agar selalu konstan… Sistem yang kita analisis
secara teoritis adalah gas ideal. Suhu gas ideal berbanding lurus dengan energi dalam gas ideal
(U = 3/2 nRT). Karena T tidak berubah maka U juga tidak berubah. Dengan demikian, jika
diterapkan pada proses isotermal, persamaan Hukum pertama termodinamika akan berubah
bentuk seperti ini :

Dari hasil ini, kita bisa menyimpulkan


bahwa pada proses isotermal (suhu konstan), kalor (Q) yang ditambahkan pada sistem digunakan
sistem untuk melakukan kerja (W).

Perubahan tekanan dan volume sistem pada proses isotermal digambarkan melalui grafik di
bawah :

Mula-mula volume sistem = V1 (volume kecil)


dan tekanan sistem = P1 (tekanan besar). Agar suhu sistem selalu konstan maka setelah kalor
ditambahkan pada sistem, sistem memuai dan melakukan kerja terhadap lingkungan. Setelah
sistem melakukan kerja terhadap lingkungan, volume sistem berubah menjadi V 2 (volume sistem
bertambah) dan tekanan sistem berubah menjadi P 2 (tekanan sistem berkurang). Bentuk grafik
melengkung karena tekanan sistem tidak berubah secara teratur selama proses. Besarnya kerja
yang dilakukan sistem = luasan yang diarsir.

Proses Adiabatik

Dalam proses adiabatik, tidak ada kalor yang ditambahkan pada sistem atau meninggalkan
sistem (Q = 0). Proses adiabatik bisa terjadi pada sistem tertutup yang terisolasi dengan baik.
Untuk sistem tertutup yang terisolasi dengan baik, biasanya tidak ada kalor yang dengan
seenaknya mengalir ke dalam sistem atau meninggalkan sistem. Proses adiabatik juga bisa terjadi
pada sistem tertutup yang tidak terisolasi. Untuk kasus ini, proses harus dilakukan dengan sangat
cepat sehingga kalor tidak sempat mengalir menuju sistem atau meninggalkan sistem.

Jika diterapkan pada proses adiabatik, persamaan Hukum pertama termodinamika akan berubah
bentuk seperti ini :

Apabila sistem ditekan dengan cepat (kerja dilakukan terhadap sistem), maka kerja bernilai
negatif. Karena W negatif, maka U bernilai positif (energi dalam sistem bertambah). Sebaliknya
jika sistem berekspansi atau memuai dengan cepat (sistem melakukan kerja), maka W bernilai
positif. Karena W positif, maka U bernilai negatif (energi dalam sistem berkurang).

Energi dalam sistem (gas ideal) berbanding lurus dengan suhu (U = 3/2 nRT), karenanya jika
energi dalam sistem bertambah maka sistem juga bertambah. Sebaliknya, jika energi dalam
sistem berkurang maka suhu sistem berkurang.

Perubahan tekanan dan volume sistem pada proses adiabatik digambarkan melalui grafik di
bawah :
Kurva adiabatik pada grafik ini (kurva 1-2) lebih curam
daripada kurva isotermal (kurva 1-3). Perbedaan kecuraman ini menunjukkan bahwa untuk
kenaikan volume yang sama, tekanan sistem berkurang lebih banyak pada proses adiabatik
dibandingkan dengan proses isotermal. Tekanan sistem berkurang lebih banyak pada proses
adiabatik karena ketika terjadi pemuaian adiabatik, suhu sistem juga berkurang. Suhu berbanding
lurus dengan tekanan, karenanya apabila suhu sistem berkurang, maka tekanan sistem juga
berkurang. Sebaliknya pada proses isotermal, suhu sistem selalu konstan. Dengan demikian pada
proses isotermal suhu tidak ikut mempengaruhi penurunan tekanan.

Salah satu contoh proses yang mendekati adiabatik terjadi pada mesin pembakaran dalam,
misalnya mesin diesel dan mesin motor yang pakai bensin. Pada mesin diesel, udara dimasukan
ke dalam silinder dan udara yang berada di dalam silinder ditekan dengan cepat menggunakan
piston (kerja dilakukan pada udara). Proses penekanan adiabatik (pengurangan volume sistem)
digambarkan melalui kurva 2-1. Karena ditekan dengan cepat secara adiabatik maka suhu udara
naik dengan cepat. Pada saat yang sama, solar disemprotkan ke dalam silinder lewat injektor dan
campuran terpicu seketika (terjadi proses pembakaran)… Pada mesin motor yang pakai bensin,
campuran udara dan bensin dimasukkan ke dalam silinder kemudian ditekan dengan cepat
menggunakan piston. Karena ditekan dengan cepat secara adiabatik maka suhunya naik dengan
cepat. Pada saat yang sama, busi memercikan bunga api sehingga terjadi proses pembakaran.
Selengkapnya akan dibahas pada episode berikutnya…

Proses Isokorik (volume selalu konstan)

Dalam proses Isokorik, volume sistem dijaga agar selalu konstan. Karena volume sistem selalu
konstan, maka sistem tidak bisa melakukan kerja pada lingkungan. Demikian juga sebaliknya,
lingkungan tidak bisa melakukan kerja pada sistem.

Jika diterapkan pada proses isokorik, persamaan Hukum pertama termodinamika akan berubah
bentuk seperti ini :
Dari hasil ini, kita bisa
menyimpulkan bahwa pada proses isokorik (volume konstan), kalor (Q) yang ditambahkan pada
sistem digunakan untuk menaikkan energi dalam sistem.

Perubahan tekanan dan volume sistem pada proses isokorik digambarkan melalui grafik di
bawah :

Mula-mula tekanan sistem = p1 (tekanan kecil). Adanya


tambahan kalor pada sistem menyebabkan energi dalam sistem bertambah. Karena energi
dalam sistem bertambah maka suhu sistem (gas ideal) meningkat (U = 3/2 nRT). Suhu
berbanding lurus dengan tekanan. Karenanya, jika suhu sistem meningkat, maka tekanan sistem
bertambah (p2). Karena volume sistem selalu konstan maka tidak ada kerja yang dilakukan
(tidak ada luasan yang diarsir).

Catatan :

Sebelumnya dikatakan bahwa dalam proses isokorik, sistem tidak bisa melakukan kerja terhadap
lingkungan. Demikian juga sebaliknya, lingkungan tidak bisa melakukan kerja terhadap sistem.
Hal ini disebabkan karena pada proses isokorik, volume sistem selalu konstan alias tidak
berubah. Btw, terdapat jenis kerja tertentu yang tidak melibatkan perubahan volume. Jadi
walaupun volume sistem konstan alias tidak berubah, kerja masih bisa dilakukan terhadap
sistem. Misalnya terdapat sebuah kipas + baterai dalam sebuah wadah tertutup. Kipas bisa
berputar menggunakan energi yang disumbangkan baterai. Untuk kasus ini, kipas, baterai dan
udara yang berada di dalam wadah dianggap sebagai sistem. Ketika kipas berputar, kipas
melakukan kerja terhadap udara yang ada dalam wadah. Pada saat yang sama, energi kinetik
kipas berubah menjadi energi dalam udara. Energi listrik pada baterai tentu saja berkurang
karena sudah berubah bentuk menjadi energi dalam udara. Contoh ini hanya mau menunjukkan
bahwa pada proses isokorik (volume selalu konstan), kerja masih bisa dilakukan terhadap sistem
(kerja yang tidak melibatkan perubahan volume).
Proses Isobarik (tekanan selalu konstan)

Dalam proses Isobarik, tekanan sistem dijaga agar selalu konstan. Karena yang konstan adalah
tekanan, maka perubahan energi dalam (delta U), kalor (Q) dan kerja (W) pada proses isobarik
tidak ada yang bernilai nol. Dengan demikian, persamaan hukum pertama termodinamika tetap
utuh seperti semula :

Perubahan tekanan dan volume gas pada proses isobarik


digambarkan melalui grafik di bawah :

Mula-mula volume sistem = V1 (volume kecil). Karena


tekanan dijaga agar selalu konstan maka setelah kalor ditambahkan pada sistem, sistem memuai
dan melakukan kerja terhadap lingkungan. Setelah melakukan kerja terhadap lingkungan,
volume sistem berubah menjadi V2 (volume sistem bertambah). Besarnya kerja (W) yang
dilakukan sistem = luasan yang diarsir.

Contoh soal 1 :

Kurva 1-2 pada dua diagram di bawah menunjukkan pemuaian gas (pertambahan volume gas)
yang terjadi secara adiabatik dan isotermal. Pada proses manakah kerja yang dilakukan oleh gas
lebih kecil ?
Guampang sekali kali
Kerja yang dilakukan gas pada proses adiabatik lebih kecil daripada kerja yang dilakukan gas
pada proses isotermal. Luasan yang diarsir = kerja yang dilakukan gas selama proses pemuaian
(pertambahan volume gas). Luasan yang diarsir pada proses adiabatik lebih sedikit
dibandingkan dengan luasan yang diarsir pada proses isotermal.

Contoh soal 2 :

Serangkaian proses termodinamika ditunjukkan pada diagram di bawah… kurva a-b dan d-c =
proses isokorik (volume konstan). Kurva b-c dan a-d = proses isobarik (tekanan konstan). Pada
proses a-b, Kalor (Q) sebanyak 600 Joule ditambahkan ke sistem. Pada proses b-c, Kalor (Q)
sebanyak 800 Joule ditambahkan ke sistem. Tentukan :

a) Perubahan energi dalam pada proses a-b

b) Perubahan energi dalam pada proses a-b-c

c) Kalor total yang ditambahkan pada proses a-d-c

P1 = 2 x 105 Pa = 2 x 105 N/m2


P2 = 4 x 105 Pa = 4 x 105 N/m2

V1 = 2 liter = 2 dm3 = 2 x 10-3 m3

V2 = 4 liter = 2 dm3 = 4 x 10-3 m3

Panduan jawaban :

Sambil lihat diagram ya…

a) Perubahan energi dalam pada proses a-b

Pada proses a-b, kalor sebanyak 600 J ditambahkan ke sistem. Proses a-b = proses isokorik
(volume konstan). Pada proses isokorik, penambahan kalor pada sistem hanya menaikkan energi
dalam sistem. Dengan demikian, perubahan energi dalam sistem setelah menerima sumbangan
kalor :

b) Perubahan energi dalam pada proses a-b-c

Proses a-b = proses isokorik (volume konstan). Pada proses a-b, kalor sebanyak 600 J
ditambahkan ke sistem. Karena volume konstan maka tidak ada kerja yang dilakukan oleh
sistem.

Proses b-c = proses isobarik (tekanan konstan). Pada proses b-c, kalor (Q) sebanyak 800 Joule
ditambahkan ke sistem. Pada proses isobarik, sistem bisa melakukan kerja. Besarnya kerja yang
dilakukan sistem pada proses b-c (proses isobarik) adalah :

W = P(V2-V1) — tekanan konstan

W = P2 (V2-V1)

W = 4 x 105 N/m2 (4 x 10-3 m3 - 2 x 10-3 m3)

W = 4 x 105 N/m2 (2 x 10-3 m3)

W = 8 x 102 Joule

W = 800 Joule

Kalor total yang ditambahkan ke sistem pada proses a-b-c adalah :

Q total = Qab + Qbc


Q total = 600 J + 800 J

Q total = 1400 Joule

Kerja total yang dilakukan oleh sistem pada proses a-b-c adalah :

W total = Wab + Wbc

W total = 0 + Wbc

W total = 0 + 800 Joule

W total = 800 Joule

Perubahan energi dalam sistem pada proses a-b-c adalah :

Perubahan energi dalam pada proses a-b-c = 600 J

c) Kalor total yang ditambahkan pada proses a-d-c

Kalor total yang ditambahkan pada sistem bisa diketahui melalui persamaan di bawah :

Kalor total yang ditambahkan pada proses a-d-c = perubahan


energi dalam pada proses a-d-c + kerja total yang dilakukan pada proses a-d-c

Sebelum melanjutkan acara pengoprekan, baca terlebih dahulu pesan-pesan berikut ini

Kalor dan kerja terlibat dalam perpindahan energi antara sistem dengan lingkungan, sedangkan

perubahan energi dalam merupakan korban dari adanya perpindahan energi antara
sistem dan lingkungan. Karenanya perubahan energi dalam tidak bergantung pada proses
perpindahan energi. Sebaliknya, kalor dan kerja sangat bergantung pada proses. Pada proses
isokorik (volume sistem konstan), perpindahan energi hanya dalam bentuk kalor saja, sedangkan
kerja tidak. Pada proses isobarik (tekanan konstan), perpindahan energi melibatkan kalor dan
kerja…

Walaupun tidak bergantung pada proses, perubahan energi dalam bergantung pada keadaan awal
dan keadaan akhir sistem. Apabila keadaan awal dan keadaan akhir sama maka perubahan energi
dalam juga selalu sama, walaupun proses yang ditempuh berbeda-beda. Keadaan awal dan
keadaan akhir untuk proses a-b-c pada grafik di atas = keadaan awal dan keadaan akhir proses a-
d-c. Sambil lihat grafik ya… Dengan demikian, perubahan energi dalam pada proses a-d-c = 600
J

Perubahan energi dalam sudah beres. Sekarang giliran kerja yang dilakukan sistem…

Kerja (W) total yang dilakukan pada proses a-d-c = W pada proses a-d + W pada proses d-c

Proses a-d merupakan proses isobarik (tekanan konstan), sedangkan proses d-c merupakan
proses isokorik (volume konstan). Karena volume konstan maka tidak ada kerja yang dilakukan
pada proses d-c. Terlebih dahulu kita hitung kerja yang dilakukan pada proses a-d. Sambil lihat
grafik ya, biar dirimu tidak pake bingung….

Wad = P(V2-V1) — tekanan konstan

Wad = P1 (V2-V1)

Wad = 2 x 105 N/m2 (4 x 10-3 m3 - 2 x 10-3 m3)

Wad = 2 x 105 N/m2 (2 x 10-3 m3)

Wad = 4 x 102 Joule

Wad = 400 Joule

W total = W pada proses a-d + W pada proses d-c

W total = 400 Joule + 0

W total = 400 Joule

Dengan demikian, banyaknya kalor yang ditambahkan pada proses a-d-c adalah :

Contoh soal 3 :

1 liter air berubah menjadi 1671 liter uap ketika dididihkan pada tekanan 1 atm. Tentukan
perubahan energi dalam dan besarnya kerja yang dilakukan air ketika menguap… (Kalor
penguapan air = LV = 22,6 x 105 J/Kg)

Panduan jawaban :

Massa jenis air = 1000 Kg/m3


LV = 22,6 x 105 J/Kg

P = 1 atm = 1,013 x 105 Pa = 1,013 x 105 N/m2

V1 = 1 liter = 1 dm3 = 1 x 10-3 m3 (Volume air)

V2 = 1671 liter = 1671 dm3 = 1671 x 10-3 m3 (Volume uap)

a) Perubahan energi dalam

Perubahan energi dalam = Kalor yang ditambahkan pada air – Kerja yang dilakukan air ketika
menguap.

Terlebih dahulu kita hitung Kalor (Q) yang ditambahkan pada air…

Q = mLV

Massa (m) air berapa ?

Massa jenis air = massa air / volume air

Massa air (m) = (massa jenis air)(volume air)

Massa air (m) = (1000 Kg/m3)(1 x 10-3 m3)

Massa air (m) = (1000 Kg/m3)(0,001 m3)

Massa air (m) = 1 Kg

Q = (1 Kg)(22,6 x 105 J/Kg)

Q = 22,6 x 105 J

Sekarang kita hitung Kerja (W) yang dilakukan oleh air ketika menguap. Ingat ya, pendidihan air
terjadi pada tekanan tetap (proses isobarik).

W = p (V2 – V1)

W = 1,013 x 105 N/m2 (1671 x 10-3 m3 – 1 x 10-3 m3)

W = 1,013 x 105 N/m2 (1670 x 10-3 m3)

W = 1691,71 x 102 Joule

W = 1,7 x 105 Joule


Perubahan energi dalam air :

21 x 105 J kalor yang ditambahkan pada air digunakan


untuk menaikkan energi dalam (mengatasi gaya tarik antara molekul yang menjaga agar air tetap
cair). Dengan kata lain, 21 x 105 J digunakan untuk mengubah air menjadi uap. Ketika air suah
menjadi uap, 1,7 x 105 J yang tersisa dipakai untuk melakukan kerja…

Hukum Pertama Termodinamika pada manusia

Kita bisa menerapkan hukum pertama termodinamika pada manusia :

Agar bisa bertahan hidup, setiap makhluk hidup, baik manusia, hewan atau tumbuhan tentu saja

membutuhkan energi. Kita tidak bisa belajar, jalan-jalan atau pacaran kalau tubuh kita
lemas tak berdaya karena kekurangan energi. Biasanya tubuh memperoleh energi dari makanan.
Ketika menyantap makanan, kita membawa energi potensial kimia yang terkandung dalam
makanan ke dalam tubuh. Adanya tambahan energi dari makanan menyebabkan energi potensial
kimia dalam tubuh kita bertambah (delta U bertambah)…

You might also like