Professional Documents
Culture Documents
Menarik Mempunyai cerita konteks yang menarik Latar Belakang Isu dan Identifikasi Isu
Penting Mengapa penelitian harus dilakukan dan apa tujuannya Motivasi Penelitian
Tujuan Penelitian
Bermanfaat Siapa dan bagaimana manfaat penelitian akan didapatkan Kontribusi Penelitian
Merancang Penelitian dengan Baik
• Menurut Kenney, Jr. (1986) salah satu faktor yang penting dalam merancang penelitian adalah faktor desain
(D).
• Faktor desain adalah D = d/s
- d adalah besaran dari treatment effect
tergantung dari struktur teori yang mendukung
- s deviasi standar dari kesalahan residu.
• Perancangan penelitian yang baik terjadi bila d tinggi dan s rendah
Tabel 1.2. Isi dari Bab 2 dan Bab 3 untuk Merancang Penelitian yang Baik
Menurunkan s Mengurangi bias yang terjadi di data dan model Bab 3 Rancangan Penelitian
empirisnya 3.1. Rancangan Sampel
3.2. Rancangan Model empiris
Cerita Konteks
• Supaya penelitian menarik, maka latar belakang permasalahan dapat ditulis dalam bentuk suatu cerita konteks
dari topik yang diteliti. Cerita konteks merupakan cerita mengenai latar belakang permasalahan yang terjadi
yang akan diteliti.
• Penelitian yang mempunyai cerita konteks yang menarik merupakan penelitian yang berkualitas. Penelitian
yang tidak mempunyai cerita konteks dicurigai sebagai suatu penelitian yang tidak mempunyai latar belakang
masalah.
• Cerita konteks yang ditulis sebaiknya menarik dan tidak berkepanjangan. Cerita konteks harus padat berisi dan
ditemukan di awal-awal latar belakang permasalahan.
• Latar belakang masalah berbeda dengan latar belakang teori.
Tabel 2 Perbedaan antara Latar Belakang Masalah dengan Latar Belakang Teori
Disajikan di Bab 1 untuk menunjukkan letak dan cerita dari Disajikan di Bab 2 untuk tujuan mengembangkan
fenomenanya. hipotesis-hipotesis penelitian
Lebih ke cerita mengenai fenomenanya apa yang Menjelaskan teori yang akan digunakan di penelitian.
menyebabkan permasalahan itu muncul.
Contoh : masalah penerapan teknologi informasi di Contoh : suatu penelitian sistem informasi yang
organisasi; dapat berupa cerita bagaimana teknologi ini mengangkat masalah penerapan teknologi informasi di
masih terbungkus dengan rapi tidak tersentuh walaupun organisasi; dapat berupa penjelasan mengenai sistem
sudah lama teknologi tersebut diimplementasikan, sehingga informasinya sendiri, macam-macam sistem informasi,
teknologi ini menjadi tidak efektif di organisasi. peran-oerannya dan lainnya.
Mengidentifikasi Permasalahan
Suatu permasalahan dari penelitian dapat berupa :
1. Permasalahan (problem) yang terjadi yang perlu solusi perbaikan;
2. Oportuniti (opportunity) atau peluang yang akan ditangkap;
3. Fenomena yang kan dijelaskan atau diverifikasi dengan suatu teori yang sudah ada;
4. Fenomena yang akan diuji untuk mendapatkan teori baru.
MOTIVASI PENELITIAN
• Mengapa penelitian dilakukan? Apa pentingnya penelitian ini. Peneliti harus dapat meyakinkan bahwa
penelitian yang dilakukannya menarik dan penting. Motivasi penelitian menunjukkan hal ini, yaitu apa yang
memotivasi peneliti melakukan penelitian ini.
• Contoh : Penelitian Davis (1989) mengenai pembuatan kuesioner penerimaan teknologi informasi oleh
pemakai-pemakai sistem informasi. Motivasi penelitian ini adalah : 1) pengukur-pengukur yang belum divalidasi
banyak digunakan di praktek di seluruih spektrum dari kegiatan-kegiatan perancangan, seleksi, implementasi
dan evaluasi sistem informasi 2) Disamping penggunaan yang subyektif mereka mendasarkan keputusan-
keputusan yang penting pada pengukur-pengukur yang tidak divalidasi akan mendapatkan informasi yang
salah; motivasi ini penting karena akan menyediakan pengukur-pengukur yang konstruk yang lebih valid
sehingga tidak mendapat informasi yang salah.
TUJUAN PENELITIAN
• Tujuan dari penelitian adalah apa yang ingin dicapai dengan melakukan penelitian. Secara umum, tujuan dari
penelitian adalah untuk mencapai sasaran dari permasalahan penelitian.
• Contoh : Penelitian Davis (1989); Tujuan dari penelitian ini adalah mencari pengukur yang lebih baik untuk
memprediksi dan menjelaskan penggunaan teknologi. Investigasi memfokuskan pada dua konstruk-konstruk
teoritis yaitu kegunaan persepsian (perceived usefulness) dan kemudahan penggunaan persepsian (perceived
ease of use) yang diteorikan sebagai penentu-penentu dasar dari penggunaan sistem.
KONTRIBUSI PENELITIAN
• Penelitian yang baik harus mempunyai kontribusi atau manfaat kepada pemakai hasil penelitian. Kontribusi
penelitian dapat berupa:
1. Kontribusi teori; hasil dari penelitian diharapkan dapat memperbaiki teori yang sudah ada, menjelaskan
fenomena dengan teori yang sudah ada atau menjelaskan fenomena dengan teori yang baru yang ditemukan.
2. Kontribusi praktek; menunjukkan bahwa hasil dari penelitian dapat digunakan untuk diterapkan di praktek
nyata atau paling tidak dapat digunakan untuk memperbaiki praktek yang ada dengan lebih baik.
3. Kontribusi kebajikan; berhubungan dengan manfaat bagi regulator yang mengeluarkan kebijakan untuk
kepentingan publik.
• Contoh : Penelitian Davis (1989) mempunyai kontribusi penelitian kepada penyedia-penyedia sistem informasi
untuk menilai permintaan pemakai untuk ide-ide rancangan yang baru dan kepada manajer-manajer sistem
informasi di dalam organisasi-organisasi pemakai yang akan menilai penawaran-penawaran dari penyedia-
penyedia sistem informasi tersebut.
TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
TEORI
• Teori (theory) adalah kumpulan dari konsep, definisi, dan proposisi-proposisi yang sistematis yang digunakan
untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena atau fakta.
• Kinney (1986), teori menyediakan penjelasan tentatif tentang hubungan antara fakta-fakta secara umum.
Teori digunakan di penelitian paling tidak untuk :
1. Bersama-sama dengan penjelasan logis dan hasil-hasil penelitian sebelumnya, digunakan untuk membangun
hipotesis-hipotesis.
2. Untuk menyediakan kepada pembaca hasil penelitian jika mereka ingin membaca dan mempelajari teori yang
mendasari penelitian bersangkutan.
Contoh :
• Penelitian Chau dan Hu (2002) membahas tentang penerimaan teknologi oleh profesional-profesional.
Beberapa teori dan model telah dikembangkan dan secara empiris telah diteliti di area penelitian ini. Teori-teori
yang digunakan di penelitian mereka adalah Teori Tindakan Beralasan (Theory of Reasoned Action/TRA),
Model Penerimaan Teknologi (Technology Acceptance Model/TAM) dan Teori Perilaku Rencanaan (Theory of
Planned Behavior/TPB).
• TRA, TAM dan TPB dikenalkan oleh Fishbein dan Ajzen (1975).
MODEL TEORITIS
• Hampir sebagian besar penelitian di bidang sistem informasi menggunakan model penelitian.
• Model penelitian yang dimaksud disini adalah model logika atau model teoritis yang merupakan penggambaran
dari teori yang digunakan yang menggambarkan hubungan kausal elemen-elemen (dapat berupa variabel-
variabel atau konstruk-konstruk) di dalam modelnya.
• Model teoritis dibangun dari model-model sebelumnya yang sudah ada; dapat juga dibangun dari gabungan
beberapa model teoritis yang sudah ada atau dari gabungan beberapa hasil penelitian sebelumnya.
• Model yang lainnya adalah model empiris yang menunjukkan persamaan empirisnya. Model logika atau model
teoritis digunakan untuk membangun hipotesis sedang model empiris digunakan untuk menguji hipotesisnya.
Tabel 3.1. Perbedaan antara Model Teoritis dan Model Empiris
Model teoritis di Bab 2 di laporan hasil riset yang digunakan untuk Model empiris di Bab 3 di laporan hasil riset
membangun hipotesisnya yang digunakan untuk menguji hipotesisnya.
Model teoritis menggambarkan hubungan kausal elemen-elemen Model empiris yang menunjukkan persamaan
(dapat berupa variabel-variabel atau konstruk-konstruk) di dalam empirisnya.
modelnya
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
• Hipotesis dikembangkan dengan menggunakan teori yang relevan atau dengan penjelasan-penjelasan logik
dan hasil-hasil penelitian sebelumnya.
• Hipotesis dikembangkan dengan menggunakan menggunakan teori karena akan memverifikasi teori tersebut di
fenomena yang ada.
• Hipotesis perlu dikembangkan dengan penjelasan logis jika tidak ada teori yang dapat digunakan atau tujuan
dari riset adalah untuk menemukan teori yang baru.
• Hipotesis perlu dikembangkan dengan hasil-hasil penelitian-penelitian sebelumnya karena hasil–hasil tersebut
digunakan untuk menentukan arah dari hipotesisnya.
• Hipotesis dikembangkan dengan maksud supaya tujuan dari penelitian untuk menerima hipotesisnya dapat
tercapai dengan kemungkinan yang besar.
Gambar 3.1. Pengembangan Hipotesis
____________________ - Teori-teori
____________________ - Penjelasan-penjelasan
____________________ logis
____________________ - Hasil-hasil penelitian
____________________ sebelumnya
H1 : ________________
________________
____________________ - Teori-teori
____________________ - Penjelasan-penjelasan
____________________ logis
____________________ - Hasil-hasil penelitian
____________________ sebelumnya
H2 : ________________
________________
.
.
. dan seterusnya
• Pengembangan hipotesis dapat dianalogikan juga sebagai riset mencari minyak di dasar bumi. Jika lokasi
penggalian ditentukan secara sembarangan, maka kemungkinan mendapatkan minyak akan sangat kecil
sekali.
• Jika lokasi penggalian ditentukan dengan sistematik, maka kemungkinan minyak ditemukan akan sangat besar.
• Oleh karena itu, lokasi penggalian harus ditentukan dengan sistematik yaitu dengan teori yang ada atau
penjelasan-penjelasan logis tentang kandungan minyak bumi atau dengan hasil pengalaman-pengalaman
sebelumnya supaya kemungkinan besar kandungan minyak akan ditemukan.
HIPOTESIS ALTERNATIF
• Hipotesis dapat ditulis dalam bentuk hipotesis nol (null hypothesis) ataupun hipotesis alternatif (alternative
hypothesis) atau keduanya.
• Hipotesis nol dicoba untuk ditolak (rejected atau refuted) dan hipotesis alternatif dicoba untuk diterima
(accepted) atau didukung (supported).
• Hipotesis nol merupakan dugaan yang menyatakan hubungan dua buah variabel adalah jelas dan tidak
terdapat perbedaan diantaranya. Hipotesis alternatif berlawanan dengan hipotesis nol, menunjukkan
terdapatnya perbedaan antara dua variabel.
• Hipotesis nol (H0) ditulis dengan arah yang berlawanan dengan hipotesis alternatif (HA).
H0 : A tidak lebih besar dari B.
HA : A lebih besar dari B.
Dilakukan dengan memanipulasi secara eksplisit Tidak dilakukan manipulasi secara eksplisit, tetapi
terhadap satu atau lebih variabel independen menipu-lasi terhadap variabel independen sudah
terjadi karena oleh suatu peristiwa yang tidak
diintervensi oleh peneliti
Data eksperimen berupa fakta yang sedang terjadi di Data berupa fakta yang sudah terjadi sebelumnya (ex-
eksperimen post facto)
Grup eksperimen dibentuk dari subyek-subyek yang Grup eksperimen dibentuk dari subyek-subyek yang
diberi treatment atau dimanipulasi dan grup kontrol sudah mendapat treatment akibat peristiwa atau
dibentuk dari subyek-subyek yang tidak diberi treatment. kejadian tertentu yang sudah terjadi dan grup kontrol
dibentuk dari subyek-subyek yang tidak mendapat
treatment peristiwa tersebut.
Metode randomisasi (randomization) digunakan untuk Menggunakan metode pair-matching untuk membentuk
mengurangi bahkan menghilangkan pengaruh variabel- grup kontrol.
variabel ekstrani (extraneous variables)
RANDOMISASI (RANDOMIZATION)
• Adalah pemilihan subyek-subyek penelitian secara random dari populasinya dan juga memberi secara random
subyek-subyek dengan kondisi-kondisi tertentu.
• Dengan cara randomisasi, grup kontrol dapat dibuat atau tidak dibuat. Randomisasi untuk sampel yang besar,
walaupun grup kontrol tidak dibuat, tetapi dapat diperoleh suatu grup eksperimen yang mirip dengan grup
kontrol.
• Grup eksperimen (treatment group) adalah sebuah grup atau sampel yang berisi item-item data hasil suatu
treatment. Sedang grup kontrol (control group) adalah sebuah grup atau sampel yang berisi item-item data
yang bukan hasil dari treatment. Dengan demikian jika kedua sampel dipilih secara acak atau random, maka
item-item data di kedua sampel tersebut diharapkan mempunyai karakteristik yang sama termasuk pengaruh
dari variabel ekstrani dan yang membedakanadalah hanya karena treatmentnya saja.
PADANAN-SEPASANG (PAIR-MATCHING)
• Adalah masing-masing item di sampel kontrol dipadankan dengan item di sampel eksperimen dengan
karakteristik yang sama (atau mendekati sama jika tidak mungkin sama persis) dengan yang berbeda hanya
kategorinya.
• Karakteristik yang sama ini misalnya harus di industri yang sama, ukuran perusahaan yang sama (atau
mendekati sama), umur perusahaan yang sama, resiko yang sama (atau hampir sama) dan lain sebagainya.
• Dengan cara randomisasi, grup kontrol dapat dibuat atau tidak dibuat. Jika grup kontrol dibuat akan lebih baik
karena hasil dari grup kontrol dapat dibandingkan dengan hasil di grup eksperimen. Untuk cara padanan-
sepasang, grup kontrol harus dibuat karena item-item di grup kontrol merupakan padanan sepasang dari item-
item di grup ekaperimen.
VALIDITAS INTERNAL (INTERNAL VALIDITY)
• Adalah pengukur seberapa benar atau valid kausalitas yang terjadi, yaitu seberapa benar variasi di variabel
dependen diakibatkan oleh variasi dari variabel-variabel independennya.
• Desain penelitian yang baik harus mempunyai validitas internal yang kuat.
ANCAMAN TERHADAP VALIDITAS INTERNAL
• Histori (history)
• Maturasi (maturation)
• Pengujian (testing)
• Instrumentasi (instrumentation)
• Seleksi (selection)
• Regresi (regression)
• Mortaliti Eksperimen (experiment mortality)
HISTORI
• Adalah peristiwa-peristiwa yang terjadi antara periode sebelum tes dengan sesudah tes yang dapat
mempengaruhi hasil penelitian.
• Misalnya, eksperimen dilakukan untuk melihat efek dari obat peninggi badan. Tes untuk mengetahui tinggi
badan awal dilakukan terlebih dahulu sebelum eksperimen dimulai disebut pretest, hasilnya P1. Subyek
kemudian diberi treatment (X) berupa pemberian obat peninggi badan. Setelah satu bulan, subyek diukur
kembali tinggi badannya P2, disebut posttest. Efek dari obat adalah P2-P1.
• Pertanyaannya adalah apakah selama periode antara pretest dengan posttest tidak terjadi peristiwa lain yang
disebut dengan histori yang dapat mempengaruhi P2. Misalnya : subyek memakan makanan yang sangat
bergizi, subyek melakukan olahraga renang, sehingga pertambahan tinggi badan diragukan akibat obat
peninggi badan.
MATURASI
• Adalah efek waktu yang dapat mempengaruhi hasil eksperimen. Karena waktu yang berlalu, maka subyek
dapat berubah.
• Untuk contoh obat peninggi badan, dengan berlalunya waktu, tinggi badan subyek dapat meningkat tidak hanya
karena obat tinggi badannya tetapi juga secara alamiah karena waktu.
PENGUJIAN
• Efek dari sebuah testing atau manipulasi dapat mempengaruhi hasil dari pengujian berikutnya karena adanya
proses pembelajaran. Subyek akan lebih memahami dengan belajar dari pengujian sebelumnya dan akan
berpengaruh pada hasil pengujian berikutnya.
INSTRUMENTASI
• Adalah efek dari penggantian instrumen pengukur atau pengamat di eksperimen yang dapat memberikan hasil
penelitian yang berbeda.
• Pergantian pengamat (observer) dapat mengganggu hasil penelitian, karena pengamat yang berbeda dapat
memberikan hasil pengamatan yang berbeda yang tidak konsisten.
• Sebaliknya, pengamat yang tidak pernah diganti juga dapat mengganggu hasil penelitian karena pengamat
tersebut dapat bosan, lelah dan penurunan mental lainnya.
SELEKSI
• Terjadi jika subyek yang dipilih mempunyai karakteristik yang berbeda di sampel eksperimen dengan yang ada
di sampel kontrol.
• Untuk memenuhi validitas internal, sampel eksperimen dan sampel kontrol harus mempunyai karakteristik yang
ekuivalen dan yang berbeda hanya kategori atau treatmentnya saja.
• Randomisasi dan pair-matching dapat mengatasi seleksi ini.
REGRESI
• Ancaman validitas internal dapat terjadi jika subyek di sampel-sampel dipilih berdasarkan nilai-nilai ekstrim
mereka.
• Validitas internal akan terancam karena nilai-nilai subyek yang kecil akan cenderung bergeser naik menjadi
nilai yang membesar dan sebaliknya subyek dengan nilai yang besar akan cenderung bergeser ke nilai yang
kecil.
MORTALITI EKSPERIMEN
• Terjadi jika komposisi dari subyek di sampel eksperimen yang diteliti berubah selama pengujian.
• Akibat dari ini adalah anggota sampel dapat keluar dari grup. Efek ini biasanya hanya terjadi di sampel atau
grup eksperimen yang diberi manipulasi tetapi tidak terjadi di grup kontrol yang tidak mendapat treatment.
DESAIN EKSPERIMEN
• Desain eksperimen menunjukkan bentuk eksperimen yang akan dilakukan. Tujuan dari desain eksperimen
adalah untuk mendapatkan bentuk eksperimen yang diinginkan sesuai dengan kondisi lingkungan yang ada
sehingga didapatkan bentuk eksperimen yang tepat untuk mengontrol kontaminasi yang terjadi di hubungan
kausal antara varibel-variabel independen terhadap varibel dependen.
• Contoh : one-shot case study, pretest-posttest control group dan randomized block design.
ONE-SHOT CASE STUDY
T ® P
PRESTEST-POSTTEST CONTROL GROUP
Treatmen R P1 ® T ® P2
t
Kontrol R P3 ® P4
RANDOMIZED BLOCK DESIGN
Grup Faktor Blokan-Jender
berdasark
an Faktor
Laki-Laki Perempuan
Aktif-bea
siswa
Randomisasi
variabel dependen
treatment an di an n
Pengukuran di
Pengukuran
(YP)
independen dependen
(XL) (YL) variabel
independ
en (XP)
TEKNIK WAWANCARA
PENDEKATAN KOMUNIKASI
• Pendekatan Komunikasi (Communication Approach) adalah pendekatan yang berhubungan langsung dengan
sumber data dan terjadi proses komunikasi untuk mendapatkan datanya.
• Pendekatan Komunikasi baik digunakan untuk mengumpulkan data sikap, motivasi, opini, ekspektasi atau niat
dari respondennya
WAWANCARA
• Wawancara (Interview) adalah komunikasi dua arah untuk mendapatkan data dari responden.
• Wawancara dapat berupa Wawancara Personal (Personal Interview), Wawancara Intersep (Intercept Interview)
dan Wawancara Telepon (Telephone Interview).
WAWANCARA PERSONAL
• Wawancara Personal adalah wawancara dengan melakukan tatap muka langsung dengan responden
• Beberapa faktor sukses dalam wawancara personal adalah sebagai berikut :
1. Responden yang dipilih harus mempunyai informasi yang diinginkan.
2. Responden harus mau bekerjasama dengan baik sehingga mau memberikan informasi yang dibutuhkan oleh
pewawancara.
KESALAHAN RESPONDEN (RESPONDEN ERROR)
1. Pewawancara gagal membuat responden bekerjasama dengan baik yang akibatnya responden memberikan
jawaban yang bias.
2. Pewawancara gagal melakukan wawancara dengan prosedur yang benar dan konsisten.
3. Pewawancara gagal menciptakan lingkungan wawancara yang menyenangkan.
4. Pewawancara gagal menangkap jawaban yang tidak jujur dari responden.
5. Pewawancara gagal mempengaruhi perilaku responden dengan tidak tepat.
6. Pewawancara gagal mencatat jawaban dengan lengkap dan akurat.
7. Bias karena kehadiran fisik. Kehadiran pewawancara dapat membuat cemas responden.
8. Bias akibat responden tidak mempunyai pengetahuan yang akan diwawancarainya.
9. Bias karena pertanyaan menyangkut daerah pribadi responden seperti umur, masalah-masalah pribadi,
kekayaan dan lain sebagainya.
WAWANCARA INTERSEP
• Wawancara intersep adalah wawancara dengan responden-responden dipilih di lokasi-lokasi umum, misalnya
dilakukan di Mall.
PROBING
• Probing adalah teknik untuk menstimulasi responden menjawab lebih banyak dan lebih relevan
BEBERAPA CARA PROBING
1. Pewawancara (Interviewer) memberikan kesan mengerti dan mendengarkan.
2. Memberi waktu responden untuk berbicara lagi setelah responden mengakhiri kalimatnya.
3. Mengulangi pertanyaan jika responden ragu-ragu atau tidak mengerti dengan pertanyaannya.
4. Mengulang jawaban responden.
5. Memberi pertanyaan netral seperti “Apa yang Anda maksud?”, “terus bagaimana?”.
6. Memberikan pertanyaan klarifikasi jika jawaban melenceng atau tidak jelas.
7. Meyakinkan bahwa topik wawancara penting.
8. Membuat situasi wawancara menyenangkan.
9. Meyakinkan bahwa responden adalah orang yang suka membantu.
10. Menghindari mempermalukan responden.
11. Menghindari isi wawancara yang tidak disukai responden.
12. Menghindari rasa takut responden untuk berpartisipasi.
KEBAIKAN-KEBAIKAN WAWANCARA
1. Kerjasama yang baik dari responden dapat dilakukan.
2. Pewawancara dapat melakukan probing untuk mengurangi jawaban bias.
3. Bantuan visual khusus atau alat penilai lainnya dapat dilakukan.
4. Responden yang tidak mempunyai pengetahuan dapat diidentifikasi.
5. Pewawancara dapat menyaring responden sesuai dengan yang dibutuhkan.
KELEMAHAN-KELEMAHAN WAWANCARA
1. Biaya mahal jika responden tidak dapat mudah diakses.
2. Membutuhkan pewawancara yang terlatih.
3. Waktu pengumpulan data lama.
4. Beberapa responden tidak mau berbicara dengan orang yang tidak dikenal di rumahnya.
5. Beberapa area pemukiman sulit untuk dijangkau.
6. Responden dapat diatur atau dilatih oleh pewawancara untuk menjawab sesuai kehendak pewawancara.
WAWANCARA TELEPON
• Wawancara telepon adalah wawancara yang dilakukan lewat telepon.
• Wawancara lewat telepon mulai banyak dilakukan terutama jika respondennya cukup banyak dan menyebar,
dan tidak dapat didatangi satu persatu.
• Wawancara lewat telepon juga dapat diprogramkan lewat komputer. Sistem ini disebut CATI (Computer
Administered Telephone Interview) yaitu komputer akan menelepon nomor telepon yang sudah diprogramkan,
menanyakan pertanyaan dan responden menjawab dengan penekanan tombol-tombol di telepon, dan jawaban
dapat langsung disimpan oleh komputer.
KEBAIKAN WAWANCARA TELEPON
1. Biaya lebih murah dibandingkan dengan wawancara personal.
2. Letak geografi responden dapat lebih luas dan menyebar tanpa peningkatan biaya yang tinggi.
3. Hanya membutuhkan sedikit atau tidak membutuhkan pewawancara sama sekali.
4. Mengurangi bias dari pewawancara.
5. Waktu penyelesaian yang cepat.
6. Akses yang lebih baik ke responden karena dapat di telepon berkali-kali jika belum tersambung.
7. Dapat digunakan komputer untuk menelepon dengan nomor telepon yang acak.
8. Dapat menggunakan CATI sehingga data dapat langsung direkam di komputer.
KELEMAHAN WAWANCARA TELEPON
1. Tingkat respon lebih rendah dibandingkan dengan wawancara personil.
2. Biaya pulsa telepon mahal jika area menyebar secara geografik.
3. Banyak nomor telepon yang tidak tercatat.
4. Respon dapat tidak selesai jika sambungan telepon terputus di tengah.
5. Ilustrasi tidak dapat digunakan sewaktu wawancara.
TEKNIK SURVEI
• Survei (survey) atau lengkapnya self-administered survey adalah metode pengumpulan data primer dengan
memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada responden individu.
• Survei dapat dikelompokkan ke dalam mail survey, computer-delivered survey dan intercept studies.
• Survei pos (mail survey) merupakan survei yang pertanyaan-pertanyaannya dikirimkan kepada responden
lewat pos atau fax atau cara pengiriman lainnya.
• Survei dikirimkan lewat komputer (computer-delivered survey) menggunakan komputer, misalnya intranet, dan
internet, untuk mengirimkan pertanyaan-pertanyaan.
• Survei intersep (intercept study) adalah memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada responden yang dilakukan
di tempat-tempat umum.
PERMASALAHAN SURVEI
• Permasalahan utama di survei adalah terletak di pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan dan tidak
meresponnya responden.
• Permasalahan yang timbul di pertanyaan survei umumnya adalah jumlah pertanyaan yang terlalu banyak yang
membuat responden enggan untuk menjawabnya dan ketidak-jelasan pertanyaan yang membuat responden
tidak mengerti atau tidak yakin menjawabnya.
• Akibatnya adalah responden tidak mengembalikan survei atau tidak meresponnya. Bias ini disebut dengan bias
tidak merespon (nonresponse bias). Survei yang dikirimkan lewat pos yang mendapatkan tingkat respon
sebesar 30% sudah dianggap baik.
CARA MENGATASI
1. Pemberitahuan awal
Pembertahuan awal merupakan pemberitahuan terlebih dahulu kepada responden, biasanya lewat telepon
atau e-mail, sebelum pertanyaan-pertanyaan dikirimkan. Pemberitahuan ini akan mengingatkan responden
tentang adanya survei.
2. Isi dari survei
Isi dari survei dapat meningkatkan kualitas survei sekaligus meningkatkan tingkat respon dalam mengirimkan
pertanyaan-pertanyaan kepada responden dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Panjang pertanyaan-pertanyaan
Pertanyaan-pertanyaan yang terlalu panjang membuat responden enggan untuk menjawabnya. Panjang
pertanyaan yang melebihi 10 menit untuk menjawabnya dianggap terlalu panjang.
b. Sponsor survei
Survei yang disponsori oleh institusi cenderung lebih direspon dibandingkan dengan survei individual tanpa
sponsor.
c. Amplop kembalian
Amplop kembalian yang sudah dituliskan alamat balasannya dan sudah dilekati dengan perangko balasan akan
membuat responden mudah mengirimkan balik jawaban-jawabannya.
d. Cara mengirim
Mengirim dengan menggunakan jasa ekspedisi atau diantarkan sendiri secara pribadi (drop-off delivery) jika
dimungkinkan akan membuat responden dihargai, sehingga akan meningkatkan tingkat respon.
e. Personalisasi
Personalisasi dapat dilakukan dengan menandatangani satu-persatu secara pribadi tidak menggunakan cap
secara massal akan membuat responden dihargai.
f. Surat pengantar
Surat pengantar yang diberikan bersama-sama dengan pertanyaan-pertanyaan akan membuat responden
merasa dihargai juga.
g. Tanpa nama
Pengembalian survei yang tanpa nama responden untuk mencegah identitas akan meningkatkan tingkat
respon.
h. Insentif uang
Pemberian uang insentif yang dikirimkan bersama-sama dengan survei atau dikirimkan setelah responden
merespon akan meningkatkan tingkat respon.
i. Tanggal jatuh tempo
Menyebutkan tanggal terakhir survei harus direspon mungkin tidak meningkatkan tingkat respon tetapi
mempercepat respon.
3. Tindak lanjut
Tindak lanjut (follow-ups) adalah pengiriman kembali pertanyaan atau sekedar mengingatkan kepada
responden setelah beberapa waktu responden telah menerima pertanyaan-pertanyaan sebelumnya tetapi
belum membalasnya. Tindak lanjut ini baik untuk meningkatkan tingkat respon.
SURVEI DIKIRIMKAN LEWAT KOMPUTER
• Survei dikirimkan lewat konputer (computer-delivered survei), misalnya menggunakan internet untuk
menyebarkan pertanyaan-pertanyaan survei mulai banyak digunakan. Biasanya pertanyaan-pertanyaan survei
ini disebarkan ke grup-grup diskusi yang relevan dengan survei yang dilakukan. Penyebaran ini dapat
dilakukan lewat e-mail atau dapat lewat situs jaringan (website).
• Alasan utama menggunakan komputer untuk melakukan survei adalah biayanya yang murah karena
menghemat biaya pengiriman lewat pos atau lewat ekspedisi. Alasan lainnya adalah dapat menjangkau subyek
yang lebih luas, pertanyaan-pertanyaan dapat dikirimkan dengan cepat dan hasilnya juga dapat diterima
dengan cepat.
TEKNIK PENGUMPULAN DATA ARSIP
• Pengumpulan data arsip (archival) dapat berupadata primer atau data sekunder. Untuk mendapatkan data
primer, teknik pengumpulan data yang dapat digunakan adalah teknik pengumpulan data analisis isi (content
analysis). Untuk mendapatkan data sekunder, teknik pengumpulan data yang dapat digunakan adalah teknik
pengumpulan data di basis data.
PERANCANGAN KUESTIONER
KONSTRUK
• Konstruk (construct) atau variabel laten adalah variabel yang masih belum dapat diukur.
• Kuestioner diperlukan untuk membentuk konstruk-konstruk.
• Kuestioner biasanya berisi dengan banyak item yang dijadikan sebagai pertanyaan-pertanyaan kuestioner.
Kumpulan dari beberapa item pertanyaan membentuk suatu konstruk.
ELEMEN-ELEMEN KUESTIONER
• Jika masih berupa suatu konstruk yang belum dapat diukur secara langsung, maka konstruk ini harus
didefinisikan secara naratif terlebih dahulu. Definisi naratif dari konstruk disebut konsep (concept).
• Untuk dapat didefinisikan secara operasional, maka konstruk ini harus diuraikan sedemikian rupa menjadi
dimensi-dimensi dan elemen-elemen data yang dapat diukur.
• Pengukuran (measurement) adalah pemberian nilai properti dari suatu obyek. Obyek dapat berupa
perusahaan, manusia, karyawan dan lainnya.
• Properti (property) adalah karakteristik dari obyek. Properti dapat berupa properti fisik, psikologi dan sosial.
• Properti fisik misalnya tinggi badan, warna rambut, umur dan lainnya (manusia); ukuran perusahaan, lokasi dan
lainnya (perusahaan).
• Properti psikologis misalnya adalah sikap manusia, kepintaran, motivasi dan lainnya.
• Properti sosial misalnya adalah status sosial, persepsi masyarakat dan lainnya.
• Pengukuran properti psikologi dan sosial lebih sulit diukur karena tidak mudah diobservasi disebabkan properti
tersebut masih bersifat konstruk dan abstrak. Misalnya adalah pengukuran konstruk belajar (learning). Teknik
yang dapat digunakan untuk mengukurnya adalah memecah konstruk ini kedalam beberapa karakteristik
perilaku yang dapat diobservasi.
• Dimensi (dimension) dari sutu konstruk adalah bagian-bagian dari properti yang menunjukkan karakteristik-
karakteristik utama dari properti konstruk tersebut.
• Dimensi masih belum dapat diukur, sehingga perlu dipecah kembali menjadi elemen-elemen.
• Elemen-elemen (elements) merupakan perilaku yang dapat diobservasi dan diukur dari suatu konstruk atau
dimensi.
• Contoh : Konstruk belajar ; Sekaran (2003)
• Dimensi memahami (understanding) dapat diukur dengan elemen-elemen : dapat menjawab pertanyaan-
pertanyaan dengan benar; dapat memberikan contoh-contoh yang tepat.
• Dimensi retensi (retention) dapat diukur dengan elemen : dapat memanggil materi dari otak setelah beberapa
waktu lamanya.
• Dimensi aplikasi (application) dapat diukur dengan elemen-elemen : mampu memecahkan masalah dengan
menerapkan konsep-konsep yang dipahami; mampu mengintegrasikan dengan semua materi-materi lainnya
yang relevan.
SKALA PENGUKURAN Tabel 9.1. Karakteristik-Karakteristik Skala
3. Skala komparatif
Skala ini membandingkan dengan standar atau benchmark. Tipe data yang digunakan adalah ordinal.
Contoh : Dibandingkan dengan kinerja manajer periode kemarin, kinerja manajer sekarang:
Inferior hampir sama Superior
1 2 3 4 5
MEMBANGUN SENDIRI ITEM-ITEM KUESTIONER
1. Melakukan pembentukan item-item
2. Melakukan sebelum tes (pretest)
Adalah tes atau uji untuk meyakinkan bahwa item-item pertanyaan awal dapat dimengerti oleh calon partisipan
atau responden survei
Validitas isi (content validity) menunjukkan tingkat seberapa besar item-item di instrumen mewakili konsep yang
diukur.
Uji validitas tampang (face validity) untuk meyakinkan bahwa item-item pertanyaan masuk akal dan benar dan biasanya
dilakukan dengan meminta pendapat ahli-ahli.
Hakim-hakim (judges) adalah pakar-pakar yang digunakan untuk mengkonfirmasi kebenaran item-item yang membentuk
konstruk-konstruk.
Gangguan interpretasional (interpretational confounding) adalah bias karena memberikan nama konstruk kepada hakim-
hakim.
3. Melakukan uji instrumen
a. Uji pilot (pilot test)
b. Uji lapangan (field test)
KESIMPULAN DAN SARAN
PENDAHULUAN
• Bab akhir dari penelitian ilmiah adalah kesimpulan, keterbatasan dan saran-saran.
• Setelah didapatkan hasil penelitian dari pengujian hipotesis, kesimpulan (summary) dari hasil penelitian perlu
dibuat. Tujuannya adalah untuk pembaca hasil penelitian yang ingin melihat langsung hasil akhir dari pengujian
hipotesis, apakah hipotesis-hipotesis alternatif diterima atau tidak dapat diterima tanpa melihat proses
pengujiannya.
• Hasil dari penelitian perlu didiskusikan. Mendiskusikan penelitian berarti menjelaskan mengapa hasilnya dapat
seperti itu. Jika hipotesis alternatif diterima, diskusi penelitian berarti menjelaskan mengapa hipotesis alternatif
tersebut diterima. Jika hipotesis dikembangkan dengan teori atau logika, maka hipotesis alternatif yang diterima
dapat didiskusikan sesuai dengan dengan teori atau logika yang mendukungnya.
• Penelitian yang baik tidak hanya berhenti sampai dihasilnya saja dan menyerahkan kepada pembaca penelitian
untuk mengartikan sendiri apa hasilnya. Diskusi untuk hasil hipotesis alternatif yang diterima dapat
menggunakan teori atau logika yang digunakan. Diskusi akan menjadi sulit jika hipotesis alternatif tidak
diterima. Ini berarti diskusi tidak dapat didasarkan oleh teori atau logika yang digunakan yang ternyata tidak
mendukung hasil dari penelitian. Mengapa hasil hipotesis alternatif tidak dapat diterima? Diskusi menjelaskan
pertanyaan ini. Statistik deskriptif (descriptive statistics) dan pengalaman peneliti mengenai fenomenanya dapat
berguna untuk mendiskusikan hasil.
KESIMPULAN
• Setelah hasil penelitian menunjukkan seluruh hasil pengujian hipotesis-hipotesisnya dan mendiskusikannya,
selanjutnya peneliti perlu menarik kesimpulan dari hasil-hasil tersebut.
• Kesimpulan berhubungan dengan tujuan dari penelitian yang sudah ditulis di bab 1.
• Kesimpulan menjawab apakah tujuan dari penelitian tercapai atau tidak.
KETERBATASAN
• Tidak ada penelitian yang sempurna. Semua penelitian pasti mempunyai keterbatasan-keterbatasan. Peneliti
yang berpengalaman memahami keterbatasan yang terjadi. Keterbatasan penelitian perlu disebutkan untuk
diperbaiki di penelitian-penelitian mendatang.
• Keterbatasan penelitian berhubungan dengan sesuatu yang tidak dapat dilakukan di penelitian yang
seharusnya dilakukan karena adanya faktor-faktor yang tidak dapat diatasi oleh peneliti. Keterbatasan ini
misalnya adalah keterbatasan dana, keterbatasan waktu dan keterbatasan tidak tersedianya data.
• Beberapa penelitian mengaburkan antara keterbatasan dengan ketidakmauan atau kemalasan. Beberapa
penelitian menyebutkan bahwa data yang digunakan hanya 2 tahun dan memberikan alasan sebagai
keterbatasan penelitian. Padahal, data yang tersedia lebih dari 12 tahun dan dapat diakses dengan mudah dan
murah. Alasan keterbatasan hanya menggunakan data 2 tahun ini adalah alasan yang tidak dapat diterima. Hal
seperti ini bukan keterbatasan tetapi kemalasan.
SARAN-SARAN
• Keterbatasan-keterbatasan yang ada membuat peneliti tidak dapat melakukannya di penelitiannya, tetapi
mungkin dapat dilakukan di penelitian-penelitian mendatang jika keterbatasan-keterbatasan tersebut sudah
tidak menjadi lagi keterbatasan-keterbatasan. Keterbatasan ini dapat dijadikan sebagai saran-saran untuk
penelitian mendatang.
• Saran-saran untuk penelitian mendatang adalah sesuatu yang penting yang tidak dapat dilakukan oleh peneliti
sekarang karena adanya keterbatasan dan dengan berbedanya waktu, tempat atau lingkungan dapat dilakukan
oleh peneliti lainnya.