Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelaksanaan pendidikan nasional berlandaskan kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia. Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab. Jalur pendidikan yang terdapat pada masyarakat terdiri atas: pendidikan formal,
nonformal, dan informal. Jalur pendidikan tersebut termasuk pendidikan non formal di Indonesia mendapat
kritikan tajam sehubungan dengan ketidakmantapannya dalam pengembangan sumber daya manusia sesuai
tuntutan kebutuhan masyarakat, bangsa dan tata kehidupan kesejagatan.
Dewasa ini telah terjadi pergeseran paradigma dalam melihat kekuatan suatu bangsa, yang semula
bertumpu pada kekuatan sumberdaya alam menjadi kekuatan yang bertumpu pada sumberdaya manusia.
Bangsa yang kuat bukan lagi bangsa yang hanya mengandalkan kekayaan sumberdaya alam, melainkan bangsa
yang mampu menguasai teknologi informasi melalui kemajuan di bidang pendidikan. Pergeseran paradigma ini
telah memperoleh perhatian dari pemerintah dengan berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Diasumsikan bahwa pendidikan adalah upaya yang paling utama untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Perhatian ini juga dimaksudkan sebagai upaya mewujudkan visi Indonesia 2030 yakni menciptakan masyarakat
maju, sejahtera, mandiri, dan berdaya saing tinggi. Untuk mewujudkan masyarakat yang memiliki daya saing
tinggi dalam kancah internasional, perguruan tinggi dituntut menghasilkan lulusan yang berkualitas serta
menghasilkan produk penelitian yang bermutu untuk memecahkan berbagai masalah kemanusiaan dan
kebangsaan.
Mengelola pendidikan yang bermutu dan relevan dengan kebutuhan masyarakat tidak dapat dilakukan
oleh lembaga pendidikan itu sendiri secara eksklusif. Sebaliknya, mengelola pendidikan yang bermutu dan
relevan dengan kebutuhan masyarakat memerlukan kontribusi dari berbagai pihak.
Kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu
tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan.
Karena merupakan strategi bisnis maka keberhasilan kemitraan sangat ditentukan oleh adanya kepatuhan
diantara yang bermitra dalam menjalankan etika bisnis.
Dasar utama dalam mitra adalah keahlian, yang mana masing-masing orang yang memiliki keahlian
berbeda, bekerja bersama menjadi satu kelompok/tim dalam menyelesaikan sebuah pekerjaan. Mitra tersebut
adakalanya harus dilakukan dengan orang yang sama sekali belum dikenal, dan begitu berjumpa langsung harus
bekerja bersama dalam sebuah kelompok. Selain itu kemitraan bisa dijalin antar lembaga, baik lembaga
pemerintah maupun swasta.
1
Pada dasarnya kemitraan itu merupakan suatu kegiatan saling menguntungkan dengan pelbagai macam
bentuk kerjasama dalam menghadapi dan memperkuat satu sama lainnya. Julius Bobo menyatakan, bahwa
tujuan utama kemitraan adalah untuk mengembangkan pembangunan yang mandiri dan berkelanjutan (Self-
Propelling Growth Scheme) dengan landasan dan struktur perekonomian yang kukuh dan berkeadilan dengan
ekonomi rakyat sebagai tulang punggung utamanya.
Banyak program-program pendidikan termasuk program pendidikan non-formal, telah diluncurkan oleh
pemerintah pusat melalui Dinas Pendidikan sebagai upaya memperluas jangkauan sasaran dan terbentuknya
wadah pembinaan pendidikan nonformal sampai pada tingkat pedesaan, dengan melibatkan peranserta
masyarakat, salah satunya PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) yang menyediakan wadah kegiatan
belajar bagi masyarakat setempat dengan cara mendorong masyarakat untuk menentukan sendiri jenis
pendidikan yang mereka butuhkan sesuai dengan kondisi daerah.
PKBM sebagai pusat kegiatan belajar bagi masyarakat luas, berperan menjadi alternatif sebagai
pengganti pendidikan formal. Melalui program paket B dan C, PKBM dapat melayani warga belajar yang
karena berbagai alasan tidak dapat menyelesaikan (drop-out) pendidikan formal pada tingkat SMP dan SMA.
Demikian pula para siswa SMP dan SMU yang belum atau tidak lulus Ujian Nasional (UN) dapat dilayani
melalui program paket B dan C yang ada di PKBM. Apalagi Ujian Nasional saat ini tidak memberikan
kesempatan adanya ujian ulang, kondisi ini menunjukan bahwa PKBM semakin berperan penting dalam
membantu mengatasi masalah yang dihadapi para siswa yang tidak atau belum lulus Ujian Nasional. Bahkan
dalam perkembangannya lebih lanjut PKBM dengan segala programnya yang ada akan berperan lebih dari
sekedar penambah, pelengkap dan atau pengganti pendidikan formal. PKBM dengan segala perkembangan
programnya akan lebih berperan setara dengan pendidikan formal.
Di sisi lain, pembinaan terhadap PKBM secara kelembagaan (aspek manajerialnya) menjadi tuntutan
mendesak. Melalui upaya pembinaan ini, peran serta masyarakat luas diharapkan dapat mewujudkan
kesinambungan PKBM agar dapat mandiri sejalan dengan lembaga pendidikan nonformal lainnya.
Kesinambungan dan kemandirian PKBM tersebut diharapkan dapat mengentaskan kemiskinan, meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan masyarakat lokal, peningkatan kecakapan hidup masyarakat, yang pada
hakekatnya berkontribusi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Sekaitan dengan harapan dan kenyataan di atas, studi ini difokuskan pada kajian terhadap peran kemitraan
dalam pengembangan lembaga di PKBM jayagiri lembang.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian di atas, beberapa permasalahan yang akan diangkat adalah sebagai berikut :
1. Kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu
tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling
membesarkan. Sehingga kemitraan menjadi salah satu kebutuhan mendasar dalam upaya pengembangan
lembaga PKBM.
2
2. PKBM sebagai pusat kegiatan belajar bagi masyarakat luas, berperan menjadi alternatif sebagai
pengganti pendidikan formal.
3. Mengelola PKBM yang bermutu dan relevan dengan kebutuhan masyarakat tidak dapat dilakukan oleh
lembaga pendidikan itu sendiri secara eksklusif.
4. Mengelola PKBM yang bermutu dan relevan dengan kebutuhan masyarakat memerlukan kontribusi dari
berbagai pihak.
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar berlakang serta hasil identifikasi masalah di atas, dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut :
1. Bagaimana bentuk pelaksanaan kemitraan di PKBM Jayagiri?
2. Bagaimana peran kemitraan dalam pengembangan di PKBM Jayagiri?
3. Apakah dengan adanya kemitraan dapat mempengaruhi stabilitas pengembangan lembaga di PKBM
Jayagiri?
D. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penulisan ini adalah :
1. Untuk mengetahui bentuk pelaksanaan kemitraan yang ada di lembaga PKBM Jayagiri.
2. Untuk mendesripsikan dan menganalisis peran kemitraan terhadap pengembangan lembaga di PKBM
Jayagiri.
3. Untuk mendesripsikan dan menganalisis pengaruh stabilitas pengembangan lembaga di PKBM Jayagiri
3
F. Definisi Operasional
1. Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai
kedudukannya dalam, suatu system. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari
luar dan bersifat stabil. Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seesorang pada situasi
sosial tertentu. (Kozier Barbara, 1995:21).
2. Pengelola PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) adalah tenaga yang ada di setiap PKBM dan
bertanggung jawab terhadap keberhasilan PKBM dalam memberikan layanan pendidikan Luar Sekolah
dan Pemuda kepada masyarakat. PKBM dibentuk oleh masyarakat atas dasar kesadaran perlu adanya
lembaga yang menampung keinginan belajar masyarakat dalam berbagai pengetahuan dan keterampilan
untuk meningkatkan taraf kehidupannya
3. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) adalah suatu wadah berbagai kegiatan pembelajaran
masyarakat diarahkan pada pemberdayaan potensi untuk menggerakkan pembangunan di bidang sosial,
ekonomi dan budaya.
4. Kemitraan pada esensinya adalah dikenal dengan istilah gotong royong atau kerjasama dari berbagai
pihak, baik secar individual maupun kelompok. Menurut Notoatmodjo (2003), kemitraan adalah suatu
kerja sama formal antara individu-individu, kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi untuk
mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu.
5. Tokoh masyarakat adalah seseorang yang berpengaruh dan ditokohkan oleh lingkungannya. Penokohan
tersebut karena pengaruh posisi, kedudukan, kemampuan, dan kepiawaiannya.
G. Sistematika Penulisan
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Identifikasi Masalah
C. Perumusan Masalah
D. Tujuan Penelitian
E. Metode dan Teknik Pengumpulan Data
F. Definisi Operasional
G. Sistematika Penulisan
BAB II KAJIAN TEORITIS
A. PKBM
B. Peran Pengelola PKBM
C. Pengembangan Pola Kemitraan
D. Tokoh Masyarakat
4
BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
B. Subjek Penelitian
C. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
D. Prosedur Pengumpulan Data
E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
B. Penyajian Data Hasil Penelitian
C. Hasil Penelitian
D. Proses Kerjasama Kemitraan
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Rekomendasi
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. PKBM
a. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Sebagai Satuan Pendidikan Luar Sekolah
Terminologi “Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat”yang disingkat PKBM, memiliki makna yang
beragam tergantung dari sisi mana kita memandang. Lembaga PBB UNESCO (1993) yang membawahi bidang-
bidang pendidikan, sosial dan kebudayaan merumuskan bahwa Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (Community
Learning Center) merupakan any organized place where a people may learn yaitu wadah atau tempat dimana
orang-orang dapat mengikuti progam kegiatan belajar. Sedangkan Balai Pengembangan Kegiatan Belajar atau
5
BPKB (2003) memandang bahwa pusat kegiatan belajar masyarakat sebagai suatu kegiatan pendekatan
pendidikan (Educatiuonal Approach) terhadap masalah-masalah yang didasarkan kepada “konvergensi”
kebutuhan belajar (Learning Needs) dengan sumber belajar (Learning Resouces) yang membentuk sistem
belajar.
Berdasarkan beberapa rumusan diatas PKBM dapat dimaknai sebagai suatu institusi atau lembaga,
satuan, wadah, tempat dan pusat kegiatan belajar masyarakat yang di bentuk DOUM (dari, oleh, untuk,
masyarakat) melalui pendekatan partisipatif. Secara filosofis makna dari PKBM dapat dikemukakan sebagai
berikut :
Pusat bermakna pemusatan manajemen, bukan dalam pengertian pemusatan berbagai program
layanan PKBM pada suatu tempat. Pemusatan manajemen penyelenggaraan PKBM, terutama dalam hal
pemecahan masalah. Kegiatan belajar, setiap atau kegiatan layanan PKBM di selenggarakan dalam
setting pembelajaran sehingga proses dan hasil program dan kegiatan layanan diikuti dan diperoleh
warga sasaran program dan kegiatan layanan diikuti dan diperoleh warga sasaran program harus
berdampak kepada perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan masyarakat, merupakan sasaran
utama dan sasaran akhir dari setiap program/kegiatan layanan yang dirancang oleh PKBM.(BPKB
Jabar, 2003 : 2).
Berdasarkan analisis Zainudin Arif, dan penyelenggaraannya, secara garis besar ada tiga tipe/jenis
PKBM, yaitu:
1) PKBM Berbasis Masyarakat (Community Based), dengan ciri dari, oleh dan untuk masyarakat (DOUM).
2) PKBM Berbasis Kelembagaan (Institution Based). Pengelolaan PKBM ini dilaksanakan oleh pemerintah
atau swasta (yayasan/lembaga swadaya masyarakat). Masyarakat menjadi kelompok sasaran program atau
kegiatan yang dilakukan oleh lembaga tersebut. Semua sarana dan prasarana, termasuk di dalamnya biaya,
disediakan oleh lembaga. Keterlibatan masyarakat hanya sebatas mengikuti program kegiatan yang
disediakan oleh PKBM tersebut.
3) PKBM Komprehensif. PKBM ini merupakan kombinasi antara PKBM berbasis Masyarakat dan PKBM
Berbasis Kelembagaan. Ciri utama jenis PKBM ini adalah penyelenggaraan dilakukan secara bersama
antara pemerintah/swasta dengan masyarakat.
6
2. Memasyarakatkan belajar dan membelajarkan masyarakat.
c. Tujuan PKBM
Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) dibentuk bertujuan untuk memperluas kesempatan warga
masyarakat khususnya yang tidak mampu untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap mental
yang diperlukan untuk mengembangkan diri dan meningkatkan kualitas hidupnya. Secara lebih rinci, adapun
tujuan dari PKBM adalah sebagai berikut:
1) Untuk memusatkan kegiatan pembelajaran Program DIKMAS sehingga dapat dilihat wujudnya.
2) Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam mendukung program DIKMAS
3) Memudahkan pemantauan, evaluasi, pembinaan Program DIKMAS baik kepada
pengelola/penanggungjawab maupun para pelaksana dan tutor.
4) Meningkatkan koordinasi dengan semua dinas/instansi.
5) Memanfaatkan secara optimal potensi yang ada di masyarakat.
6) Memanfaatkan fasilitas gedung sekolah dasar atau gedung yang tidak
7) berfungsi sehingga dapat berguna untuk kepentingan masyarakat.
7
dapat juga digunakan untuk berbagai pertemuan bagi penyelenggaraan dan nara sumber baik intern
maupun ekstern.
6) Sebagai loka belajar yang tidak pernah berhenti, artinya PKBM merupakan suatu tempat yang secara terus
menerus digunakan untuk proses belajar mengajar (BPKB Jatim, 2000, 8).
Dengan demikian dapatlah dikatakan, bahwasanya fungsi dari PKBM dalam masyarakat sebagai
proses kegiatan belajar yang bersifat non-formal untuk memudahkan masyarakat memperoleh pengetahuan
dan keterampilan.
8
masyarakat dengan program PKBM yang akan diselenggarakan. Dalam pendekatan ini masyarakat
diperkenalkan dengan berbagai masalah serta adanya potensi yang dimiliki oleh masyarakat yang
mungkin dapat menunjang pelaksanaan program. Pendekatan terhadap tokoh-tokoh masyarakat
dengan memberikan kesempatan untuk menentukan calon penyelenggara sendiri sesuai dengan
yang diharapkan oleh warga masyarakat. Agar tugas penyelenggaraan dalam kegiatan PKBM lebih
mudah, maka susunan organisasi penyelenggaraan PKBM adalah sebagai berikut:
KETUA Pembina:
Euis Kepala P2 PNFI
Mintarsih Camat Lembang
Penilik DIKMAS
kepala Desa Jaya
Giri
SEKRETARIS
Susi Ernawati, BENDAHAR
S.Pd A
Henny Dewi S
Layanan
informasi dan
Kemitraan
KOBER PAKET A
Riany Ariesta MENJAH SABLO AEROB
IT
Anas
N IC Wahyudian
Heri Euis M a
MASYARAKAT
9
Gambar 1. Struktur Organisasi PKBM
Dari struktur organisasi PKBM tersebut, masing-masing mempunyai tugas dan fungsi sebagai berikut:
Tugas dan fungsi penyelenggara: menjadi penanggungjawab seluruh kegiatan yang ada di PKBM,
menentukan dan menetapkan kebijakan pokok yang dilakukan oleh PKBM, dan menyampaikan
laporan pertanggungjawaban kepada pembina.
Tugas dan fungsi sekretaris: melaksanakan kebijakan penyelenggaraan organisasi, mengatur
kelancaran administrasi dan laporan kegiatan, menyusun surat-menyurat, mengarsip surat menyurat,
mendistribusikan surat-surat,dan mengamankan inventaris.
Tugas dan fungsi bendahara: menerima dan membukukan keuangan, menyalurkan dana sesuai
dengan kebutuhan, mengkonsultasikan pengeluaran dana, mengarsip tanda bukti keluar masuk uang,
dan mengamankan uang kas.
Tugas dan fungsi pengelola program: penanggungjawab seluruh teknis pelaksanaan program,
mengkoordinasikan, mengelola dana, dan pembina teknis pelaksanaan program.
Tugas dan fungsi pengelola program: merencanakan program, merumuskan kebutuhan pelaksanaan
program, mengendalikan mutu program, mengevaluasi pelaksanaan dan hasil program.
Tugas dan fungsi mitra kerja: mencarikan peluang yang saling menguntungkan, menerima output
program, dan membantu mencarikan dana usaha.
Tugas dan fungsi penanggungjawab program: bertanggungjawab terhadap keberhasilan program,
mengevaluasi kegiatan, melaporkan hasil kegiatan, dan dan melaporkan pertanggungjawaban kepada
pengelola program. (BPKB Jawa Timur. 2000. 14).
2. Identifikasi Kebutuhan PKBM. Identifikasi ini dilakukan oleh calon penyelenggara dan dibantu oleh
tokoh masyarakat. Unsur-unsur yang perlu diidentifikasi dalam pelaksanan PKBM komponen-komponen
pembelajaran yang antara lain meliputi: warga belajar, nara sumber/tutor, sarana belajar, tempat belajar,
kelompok belajar, dana belajar, dan program belajar.
3. Merumuskan Hasil Identifikasi. Tujuannya adalah untuk mengetahui prioritas utama yang harus
dilakukan oleh penyelenggara bersama dengan tokoh-tokoh masyarakat sebelum kegiatan pembelajaran
PKBM dimulai.
4. Pelaksanaan Kegiatan. Dalam pelaksanaan kegiatan PKBM hendaknya dimusyawarakan lebih dahulu
dengan warga belajar untuk menentukan jadwal kegiatan belajar, sehingga pelaksanaannya tidak
mengalami hambatan.Pelaksanan kegiatan dilasanakan secara partisipatif yang melibatkan lembaga-
lembaga terkait dan masyarakat.
5. Evaluasi. Kegiatan evaluasi PKBM hendaknya dilakukan oleh penyelenggara dan tokoh-tokoh
masyarakat di sekitar PKBM. Disamping untuk mengetahui keberadaan PKBM ada hal yang paling
penting untuk dibicarakan dengan tokoh-tokoh masyarakat tentang kendala/hambatan yang ditemui
selama pelaksanaan PKBM dan sekaligus bagaimana cara pemecahannya (BPKB Jatim. 2000; 21).
10
f. Pengelolaan PKBM
PKBM merupakan sarana untuk mengintensifkan dan mengkoordinasikan berbagai kegiatan
pembelajaran masyarakat yang pelaksanaannya dipusatkan di suatu tempat yang status pengelolaan dan
kepemilikannya dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat. Pembentukan PKBM dimaksudkan untuk
memperluas pelayanan kebutuhan belajar masyarakat, dengan memperhatikan kebutuhan dan sumber-sumber
potensi yang terdapat di sekitarnya terutama jumlah kelompok sasaran, jenis usaha/keterampilan yang
dibutuhkan secara ekonomi, sosial dan budaya. PKBM akan berhasil apabila pengelolaannya melaksanakan
fungsi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi/penilaian. Langkah-langkah perencanaan PKBM adalah sebagai
berikut:
1) Identifikasi pembentukan PKBM
2) Konsultasi dengan jajaran Depdikbud
3) Koordinasi dengan instansi terkait
4) Penyusunan usulan/proposal pembentukan PKBM
5) Sosialisasi PKBM
6) Menyusun struktur organisasi
7) Mekanisme kerja
8) Uraian tugas pengelola
9) Menyusun program kegiatan belajar
Dalam pelaksanaanya PKBM berupaya mengembangkan berbagai macam program mulai dari program
Pengembangan Anak Dini Usia (PADU), program Pendidikan Wanita, program Pemberantasan Buta Aksara
Fungsional, program Pendidikan Dasar untuk menunjang wajib belaja pendidikan dasar 9 tahun yaitu program
paket A dan program paket B setara SLTP serta pendidikan berkelanjutan seperti kelompok belajar usaha
(KBU), beasiswa/magang, dan kursus-kursus keterampilan yang pelaksanaanya tersebar ke seluruh pelosok
tanah air.
g. Komponen PKBM
1. Komunitas Binaan/Sasaran
Setiap PKBM memiliki komunitas yang menjadi tujuan atau sasaran pengembangannya. Komunitas ini
dapat dibatasi oleh wilayah geografis tertentu ataupun komunitas dengan permasalahan dan kondisi sosial
ekonomi tertentu. Misalnya komunitas warga kelurahan Cirangrang, Kecamatan Babakan Ciparay Kota
Bandung, komunitas anak-anak jalanan di Kecamatan Babakan Ciparay Kota Bandung , dan lain-lain.
2. Warga Belajar
Warga belajar adalah sebagaian dari komunitas binaan atau dari komunitas tetangga yang dengan suatu
kesadaran yang tinggi mengikuti satu atau lebih program pembelajaran yang ada.
11
3. Pendidik/Tutor/Instruktur/Narasumber Teknis
Pendidik/tutor/instruktur/narasumber teknis adalah sebagian dari warga komunitas tersebut ataupun dari
luar yang bertanggungjawab langsung atas proses-proses pembelajaran yang ada.
4. Penyelenggara dan Pengelola
Penyelenggara dan pengelola PKBM adalah satu atau beberapa warga masyarakat setempat yang
bertanggungjawab atas kelancaran dan pengembangan PKBM serta bertanggungjawab untuk memelihara
dan mengembangkannya. Didalamnya termasuk penyelenggara kelembagaan PKBM, pengelola operasional
lembaga PKBM dan pengelola suatu program tertentu yang diselenggarakan oleh PKBM tersebut.
5. Mitra PKBM
Adalah pihak-pihak dari luar komunitas maupun lembaga-lembaga yang memiliki agen atau perwakilan
atau aktivitas atau kepentingan atau kegiatan dalam komunitas tersebut yang dengan suatu kesadaran dan
kerelaan telah turut berpartisipasi dan berkontribusi bagi keberlangsungan dan pengembangan suatu PKBM.
h. Parameter PKBM
1. Partisipasi masyarakat (Community participation)
Salah satu ukuran kemajuan suatu PKBM adalah kualitas dan kuantitas partisipasi masyarakat dalam
perencanaan, pendirian, penyelenggaraan maupun pengembangan PKBM. Semakin tinggi jumlah
anggota masyarakat yang berpartisipasi dalam suatu PKBM maka semakin tinggi pula dianggap
keberhasilan dan kemajuan PKBM tersebut. Demikian juga semakin tinggi mutu keterlibatan
masyarakat setempat dalam suatu PKBM menggambarkan semakin tinggi kemajuan suatu PKBM.
Semakin tinggi tingkat partisipasi masyarakat dalam suatu PKBM, akan terlihat dalam setiap proses
manajemen yang ada. Baik dalam perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian
maupun dalam berbagai kegiatan dan permasalahan yang ada di PKBM tersebut. Partisipasi masyarakat
juga dapat ditunjukkan dalam dukungan dalam penyediaan sarana dan prasarana, dana, tenaga
personalia, ide dan gagasan, dan sebagainya.
2. Manfaat bagi masyarakat (Impact)
Parameter berikutnya untuk mengukur tingkat kemajuan suatu PKBM adalah manfaat bagi masyarakat.
Yang dimaksud dengan manfaat (impact) adalah seberapa besar PKBM tersebut telah memberikan
sumbangan yang berarti bagi peningkatan mutu kehidupan komunitas tersebut. Sumbangan ini dapat
berupa peningkatan pengetahuan anggota masyarakat, peningkatan keterampilan, perbaikan perilaku,
peningkatan pendapatan, penciptaan lapangan kerja, penciptaan keharmonisan dan lain-lain.
3. Mutu dan relevansi program
Mutu dan relevansi program yang diselenggarakan oleh PKBM merupakan parameter berikutnya bagi
kemajuan suatu PKBM. Untuk menilai mutu dan relevansi program yang diselenggarakan, perlu
memperhatikan input, proses dan output dalam pelaksanaan program. Untuk mengukur mutu dan
12
relevansi program-program pembelajaran yang diselenggarakan telah banyak dikembangkan model-
model pengukuran dan evaluasi pendidikan maupun model-model pengukuran dan evaluasi mutu yang
lebih general, misalnya Manajemen Mutu Total (Total Quality Management atau TQM), seri
International Standard Organization (ISO) dan lain-lain.
4. Kemandirian dan Keberlanjutan lembaga (Sustainability)
Yang dimaksud kemandirian di sini adalah kemampuan PKBM untuk tetap berjalan dengan baik
melaksanakan berbagai programnya tanpa harus bergantung kepada berbagai pihak lain di luar dirinya.
Sedangkan yang dimaksud dengan keberlanjutan lembaga di sini adalah kemampuan PKBM untuk tetap
bertahan terus menerus melaksanakan seluruh programnya sesuai dengan dinamika kebutuhan yang ada
di komunitas tersebut. Untuk meningkatkan kemandirian dan keberlanjutan lembaga perlu
dikembangkan sistem pendanaan yang lebih mandiri dan berkelanjutan, meningkatkan kemampuan
lembaga dalam melakukan inovasi program, membangun system manajemen yang baik, melakukan
pelatihan dan pengembangan personalia yang baik dan melakukan sistem kaderisasi kepemimpinan
yang baik.
i. Karakter PKBM
Karakter merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari PKBM. Karakter PKBM menunjukkan nilai-nilai
yang harus selalu menjiwai seluruh kegiatan PKBM. Untuk membangun PKBM yang baik maka harus juga
dibentuk dan diperkuat terus karakter PKBM. Tanpa memiliki karakter, PKBM akan sulit bertahan dan
berkembang dengan baik dalam mencapai tujuan-tujuannya. Setidaknya ada 7 karakter yang harus dimiliki
dan dikembangkan dalam suatu PKBM yaitu :
1. Keperdulian terhadap yang lebih berkekurangan
2. Kemandirian dalam penyelenggaraan
3. Kebersamaan dalam kemajuan
4. Kebermaknaan setiap program dan kegiatan
5. Kemitraan dengan semua pihak yang ingin berpartisipasi dan berkontribusi
6. Fleksibilitas program dan penyelenggaraan
7. Pembaharuan diri yang terus menerus (continuous improvemen).
Kegiatan tersebut dipasarkan mulai dari pasar lokal / tradisional, jaringan penjualan antar PKBM,
pasar swalayan dan beberapa PKBM sudah memasuki dunia eksport. Begitu luasnya dan beragamnya
kegiatan di PKBM yang basis komunitasnya juga bermacam-macam seperti antara lain :
1. PKBM di pedesaan.
2. PKBM di perkotaan.
3. PKBM di daerah padat penduduk.
4. PKBM di daerah petani / perambah hutan.
5. PKBM di daerah nelayan.
13
6. PKBM di daerah pesantren.
7. PKBM di daerah industri rumah tangga.
8. PKBM di daerah industri.
9. PKBM di Lembaga Pemasyarakatan
10. PKBM di lokalisasi Wanita Tuna Susila
Sudah barang tentu guna mempertahankan kelangsungan penyelenggaraan progrm-progrm di PKBM
tidaklah mudah hal ini ditandai banyaknya PKBM yang jatuh, bangun bahkan ada yang kolaps. Dalam
rangka mempertahankan kesinambungan penyelenggaraan program dan menuju pemandirian PKBM
diperlukan upaya menumbuhkembangkan partisipasi masyarakat, baik partisipasi dalam proses manajemen
(perencanaan, pengelolaan, pelaksanaan dan pengendalian) juga partisipasi dalam hal penyediaan sumber
daya, tenaga, sarana prasarana, dana dan sumber daya lainnya. Partisipasi masyarakat tersebut dapat
dilakukan dalam bentuk pola kemitraan. Kemitraan antara masyarakat, pemerintah dan dunia usaha / dunia
industri yang mencakup mulai dari kegiatan merancang, merencanakan, melaksanakan, melembagakan dan
mengembangkan PKBM yang dijalin dengan kesejajaran saling mengisi, membantu sesuai potensi masing-
masing.
14
pengelola PKBM memiliki kemampuan-kemampuan profesional yang dibutuhkan dalam pelaksanaan
tugasnya sebagai pimpinan dan penanggung jawab kegiatan PKBM, maka hal ini memungkinkan
tercapainya tujuan-tujuan yang diharapkan secara efektif. Setiap peran ataupun tugas yang harus
dilaksanakan pengelola PKBM sebagai pimpinan dan penanggung jawab lembaga menuntut sejumlah
kemampuan khusus yang memungkinkan pengelola PKBM dapat melaksanakan tugas atau peranannya
secara efektif.
15
b. Tujuan khusus
Panduan Pengembangan dan Pengelolaan Kemitraan di PKBM diharapkan dapat digunakan oleh
masyarakat penyelenggara / pengelola PKBM, Dudi, pemerintah (Dinas / Instansi terkait) dan
petugas di jajaran Pendidikan Non formal agar :
2) Memiliki pemahaman dan persepsi yang sama tentang Panduan dan Pengelolaan Kemitraan
di PKBM.
3) Mempersiapkan, melengkapi berbagai perangkat dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
pengendalian pola kemitraan di berbagai bidang.
4) Mempersiapkan, melengkapi berbagai perangkat dalam hal pengembangan dan pengelolaan
kemitraan.
5) Memperluas dan meningkatkan pelayanan pendidikan / pembelajaran.
6) Kebutuhan pendidikan dan pembelajaran masyarakat melalui pola kemitraan di PKBM
terkoordinir dengan baik, terarah dan terkendali.
k. Langkah- Langkah
1. Identifikasi kebutuhan
Dalam penyelenggaraan program kegiatan di PKBM baik yang berupa program pendidikan dan
pembelajaran maupun layanan informasi perlu dikembangkan kerjasama / kemitraan baik dengan
sesama PKBM, lembaga / organisasi kemasyarakatan, lembaga pemerintah / swasta, dunia usaha dan
dunia industri (DUDI) bahkan orang perorangan.
Pengembangan kegiatan kerjasama / kemitraan tersebut dilakukan dengan tetap memperhatikan data
dasar yang ada dalam rangka mengidentifikasi kebutuhan kemitraan yang langkah-langkahnya sebagai
berikut :
a. Melakukan identifikasi dan seleksi masalah-masalah yang perlu dipecahkan, dicarikan jalan keluar
dengan pihak lain, mitra.
b. Masalah yang sudah teridentifikasi didiskusikan dan dikelompok-kelompokkan seperti misalnya :
16
1) Masalah yang terkait dengan usaha
Masalah jenis usaha.
Produktifitas, pendapatan.
Pedagang.
Makelar, dan sebagainya.
2) Masalah dengan kesehatan
Wabah penyakit.
Rendahnya pengetahuan dan pemahaman tentang kesehatan.
Puskesmas dan sebagainya.
3) Masalah yang berhubungan dengan pendidikan
Buta Aksara.
Kesempatan memperoleh pendidikan.
Informasi tentang jenis pendidikan.
4) Masalah lingkungan
Perumahan / tempat tinggal.
Sarana angkutan.
Iklim.
Air dan sebagainya.
5) Masalah yang berkenaan dengan pemerintahan
Keamanan.
Keselamatan.
Kepemimpinan dan sebagainya.
c. Menganalisa masalah dan kebutuhan
1) Menemukan akar masalah dan mencari pemecahannya.
2) Memahami mengapa masalah tersebut muncul.
3) Seberapa besar dampak masalah.
4) Berkenaan dengan siapa masalah tersebut.
d. Cara pemecahan masalah
1. Masalah yang dapat dipecahkan oleh penyelenggara PKBM sendiri.
2. Masalah yang perlu dipecahkan melalui kerjasama dengan pihak-pihak lain.
3. Masalah yang hanya dapat dipecahkan melalui dukungan dari pihak luar.
2. Menyusun perencanaan
a. Jenis perencanaan
1) Perencanaan swadaya, adalah rencana kerja yang akan dilaksanakan sendiri oleh penyelenggara
PKBM
17
2) Rencana, perencanaan bantuan kerjasama/kemitraan merupakan rencana kerja yang disusun
bekerjasama dengan pihak mitra PKBM, bisa sesama PKBM, Lembaga masyarakat, Lembaga
pemerintah/swasta, pihak DUDI, dan orang perorangan yang dikerjasamakan bisa nara sumber
teknis, sarana prasarana dan dana
3) Perencanaan bantuan donor, merupakan bentuk perencanaan untuk yang sangat penting bagi
peningkatan kesejahteraan masyarakat namun PKBM tidak dapat melaksanakan sendiri tanpa
dukungan dari pihak lain seperti pihak pemerintah dan DUDI.
3. Menumbuhkan Kemitraan
1. Bagaimana kemitraan terjadi
a. Kepedulian pihak luar PKBM terhadap kegiatan yang akan dilaksanakan
dalam bentuk kemitraan seperti, pengentasan kemiskinan, peluang kerja, pembangunan
kebutuhan masyarakat dan lain sebagainya
b. Kepedulian pihak luar PKBM terhadap masalah misalnya, ketergantungan
narkoba, lingkungan kumuh, dan masalah lainnya
c. Hasil musyawarah bersama untuk melakukan kegiatan pembangunan
masyarakat di PKBM
2. Langkah-langkah kegiatan melalui kemitraan
a. Pengambilan keputusan bersama
18
b. Pembagian tugas
c. Bertanggung jawab terhadap hasil pekerjaan yang dilakukan bersama
d. Melakukan evaluasi bersama
4. Bentuk-Bentuk Kemitraan
1. PKBM melakukan identifikasi dan seleksi calon peserta didik sedang pihak luar melakukan
bimbingan dan alat guna melakukan identifikasi dan seleksi peserta didik
2. PKBM menyediakan calon peserta didik, tutor/nara sumber teknis/fasilitator, pihak luar dapat
melakukan bimbingan teknis, pelatihan, penambahan kesejahteraan dan lain-lain
3. PKBM menyediakan calon penyelenggara / pengelola / tenaga kependidikan, pihak luar melakukan
bimbingan teknis, pelatihan, penambahan usaha, pemberian kesejahteraan dan lain-lain
4. PKBM mengatur/merencanakan kegiatan pembangunan masyarakat, pihak luar membantu dana,
tenaga, sarana dan prasarana
5. PKBM menyiapkan tenaga siap bekerja, pihak luar membantu menyalurkan dan menempatkan
6. PKBM memiliki unit usaha, pihak luar membantu sehingga unit usaha bisa berkembang sebagai
penopang pemandirian.
19
peserta didik dengan dukungan sarana dan prasarana, dana agar kualitas dan kuantitas kegiatan di
PKBM dapat terwujud sebagaimana yang diharapkan
3 Bertanggung jawab terhadap hasil pembelajaran yang dilakukan atas perencanaan bersama
4 Melakukan evaluasi bersama
Setiap kegiatan yang sudah dilaksanakan perlu dievaluasi yang bermanfaat guna melihat hasil
kegiatan dan masukan serta perbaikan bagi kegiatan selanjutnya.
20
a. PKBM lain
b. LSM
c. Organisasi, sosial, keagamaan organisasi kemasyarakatan lainnya seperti PKK, Darma wanita,
Pramuka
d. Dinas/Instansi seperti, Dinas Pendidikan, Dinas Pertanian, Dinas Peternakan, Dinas Kehutanan
dan Dinas instansi lainnya
e. Puskesmas, BKIA, Klinik
f. Partai Politik
g. Pengusaha
h. Lembaga Pendidikan Formal
2. PKBM dapat juga bermitra dengan sejumlah lembaga informal seperti antara lain:
a. Kelompok Budaya
b. Stasiun Radio
c. Stasiun Televisi
3. Pemilihan kegiatan yang dilakukan dengan pola kemitraan antara lain:
a. Penyebaran informasi
b. Pendanaan bersama
c. Penyebarluasan materi pembelajaran
d. Data dasar
e. Membangun kesadaran
f. Sistem pendidikan non formal dengan pendidikan formal
g. Monitoring program, dan lain-lain.
D. TOKOH MASYARAKAT
1. Pengertian Tokoh Masyarakat
Masyarakat yang ideal adalah yang meski mereka memiliki sub jati diri yang berbeda-beda tetapi
mereka menyatu dalam satu identitas masyarakat, mematuhi peraturan yang disepakati bersama dan
bekerjasama dalam mencapai tujuan bersama. Sosok tokoh masyarakat berpengaruh besar terhadap
perkembangan masyarakat. Dengan kata lain dapat di katakan bahwa maju mundurnya suatu masyarakat salah
satunya di pengaruhi oleh keterlibatan atau partisipasi tokoh masyarakat pada setiap aktivitas kegiatan
pembangunan. Pentingnya eksisitensi tokoh masyarakat ini di jelaskan oleh Rogers dalam Abdilah Hanafi
(1987:11) bahwa :
Di dalam suatu masyarakat ada orang-orang tertentu yang menjadi tempat bertanya dan tempat meminta
nasehat anggota masyarakat lainnya mengenai urusan-urusan tertentu, mereka ini seringkali memiliki
kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk bertindak dalam cara-cara tertentu. Mungkin mereka itu
menduduki jabatan formal, tetapi pengaruh itu berlaku secara informal; pengaruh itu tumbuh bukan karena
21
ditunjang oleh kekuatan atau birokrasi formal. Jadi kepemimpinan mereka itu bukan diperoleh karena jabatan
resminya, melainkan karena kemampuan dan hubungan antar pribadi mereka dengan anggota masyarakat.
Jadi dapat di simpulkan bahwa seorang tokoh masyarakat itu ialah anggota masyarakat yang biasanya
dimintai tolong oleh anggota masyarakat lainnya untuk membantu menyelesaikan permasalahannya serta
mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi orang lain ( anggota masyarakat lainnya ) dalam melakukan
sesuatu.
22
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik Sosiometri untuk mengenali tokoh masyarakat di lokasi
penelitian yang akan dijadikan responden dalam penelitian.
23
3) PKBM Komprehensif. PKBM ini merupakan kombinasi antara PKBM berbasis Masyarakat dan PKBM
Berbasis Kelembagaan. Ciri utama jenis PKBM ini adalah penyelenggaraan dilakukan secara bersama
antara pemerintah/swasta dengan masyarakat.
Berkaitan dengan penjelasan diatas tentang Partisipasi Tokoh Masyarakat terhadap Pusat Kegiatan
Belajar Masyarakat jelas sangat penting sekali ini dikarenakan bahwa objek yang diamati atau ditafsirkan disini
yang di maksud yaitu pusat kegiatan belajar masyarakat melalui komponen kognisi. Melalui komponen kognisi
ini akan timbul ide, kemudian konsep mengenai apa yang dilihat. Berdasarkan nilai dan norma yang dimiliki
oleh tokoh masyarakat akan terjadi kayakinan terhadap pusat kegiatan belajar masyarakat. Selanjutnya sesudah
keyakinan itu tumbuh di tokoh masyarakat tentang apa yang dilihat atau diamati itu bernilai positif atau
bermanfaat maka tokoh masyarakat tersebut ikut serta atau terlibat dalam pusat kegiatan belajar masyarakat.
Selain itu juga pentingnya partisipasi tokoh masyarakat terhadap PKBM di teliti oleh peneliti diantaranya :
1. Bahwa tokoh masyarakat di harapkan dapat merubah paradigma masyarakat tentang profil PKBM
sebagai suatu wadah satuan pendidikan luar sekolah yang dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat
yang minimalnya setara dengan pendidikan sekolah
2. Bahwa tokoh masyarakat di harapkan ikut serta dalam mensosialisasikan dan memberikan pemaknaan
tentang PKBM kepada masyarakat.
24
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode dapat diartikan sebagai teknik atau cara kerja untuk mencapai suatu tujuan. Sebagaimana
dikemukakan oleh Winarno Surakhmad (1990: 131) bahwa:
“Metode adalah cara utama yang digunakan untuk mencapai tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian
hipotesa dengan mempergunakan teknik serta alat-alat tertentu”.
Secara etimologis penelitian merupakan suatu metode studi melalui penyelidikan yang hati-hati dan
sempurna terhadap suatu masalah sehingga diperoleh pemecahan yang tepat terhadap masalah tersebut
(Sumarsono, 2004: 1).
Dalam suatu penelitian, peneliti harus menentukan metode yang akan dipergunakan, dengan
ditentukannya metode penelitian, maka akan memandu seorang peneliti mengenai urutan-urutan bagaimana
penelitian dilakukan (Nazir, 1983: 51). Metode penelitian adalah cara-cara berfikir dan berbuat yang
dipersiapkan dengan baik-baik untuk mengadakan penelitian dan untuk mencapai suatu tujuan penelitian
(Kartono, 1990: 20) berdasarkan kecenderungan data yang didapat dari studi penjajagan ke lapangan dan
kesesuaian dengan tujuan penelitian, maka pendekatan yang diambil oleh penulis adalah pendekatan kualitatif
dengan metode yang tepat digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.
Hadari Nawawi (1983: 63) mengemukakan pengertian metode deskriptif sebagai berikut:
“Metode deskriptif adalah prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/
melukiskan keadaan subjek/ objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang
berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya”.
Selanjutnya Winarno Surakhmad (1985: 140) mengemukakan ciri-ciri metode deskriptif sebagai berikut:
1) Memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang, pada masalah-
masalah yang aktual.
2) Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan kemudian dianalisa (karena itu metode ini sering
disebut metode analitik).
Dalam penelitian ini peneliti mempergunakan pendekatan kualitatif karena pada hakekatnya ingin
memahami dan mengungkapkan secara mendalam atau menurut bahasa peneliti yaitu memotret bagaimana
25
gambaran peranan pengelola PKBM Jayagiri dalam membangun kemitraan dengan tokoh masyarakat di sekitar
Jayagiri. Menurut Kirk dan Miller (1986: 9):
“Penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental
tergantung kepada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dalam bahasannya dan dalam
peristilahannya”.
Berdasarkan ciri-ciri tersebut di atas peneliti dapat berkomunikasi secara langsung dengan subjek yang
diteliti serta dapat mengamati mereka sejak awal sampai akhir proses penelitian. Fakta atau data itulah yang
nantinya diberi makna sesuai dengan teori-teori yang terkait dengan fokus masalah yang diteliti.
B. Subjek Penelitian
Menurut Arikunto (1992: 102) subjek penelitian adalah benda, hal, atau orang dan tempat dimana data
yang dipermasalahkan melekat. Responden penelitian adalah orang yang dapat merespon, memberikan
informasi tentang data penelitian. Sedangkan sumber data adalah benda, hal, atau orang dan tempat dimana
peneliti mengamati, membaca, atau bertanya tentang data. Sedangkan yang menjadi subjek dalam penelitian ini
adalah para pengelola PKBM Jayagiri dan tokoh masyarakat di sekitar Jayagiri.
Sampling dalam subjek penelitian dilakukan secara terus menerus dan sifatnya tergantung pada tujuan
penelitian setiap saat. Nasution (1996: 29) mengemukakan bahwa tidak ada pengertian populasi dalam
penelitian ini, sampling berbeda tafsirannya. Sampling adalah pilihan peneliti, aspek apa, dari peristiwa apa,
26
dan siapa yang dijadikan fokus pada saat dan situasi tertentu dank arena itu dilaksanakan terus menerus
sepanjang penelitian. Sampling bersifat purposive yakni tergantung pada tujuan fokus pada suatu saat.
Selanjutnya pada bagian lain Nasution (1996: 95-96) menambahkan bahwa sampling dalam penelitian
naturalistik ialah pengambilan keputusan untuk mengadakan pilihan dari populasi manusia non manusia.
Maka berdasarkan pertimbangan diatas, untuk memperoleh data yang diperlukan, peneliti melakukan
penggalian informasi maka penentuan sampel dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan teknik total
sampling. Pemilihan subjek penelitian terdiri dari pihak pengelola PKBM dan tokoh masyarakat. Dengan
demikian diharapkan dapat mengungkap informasi-informasi yang lengkap dan terperinci tentang peran
pengelola PKBM Jayagiri dalam membangun kemitraan dengan tokoh masyarakat di sekitar desa Jayagiri.
27
Pedoman wawancara ini berguna bagi peneliti untuk mencari data pelengkap utama. Kartini Kartono
(1983: 171) member pengertian sebagai berikut:
“Wawancara adalah suatu percakapan yang diarahkan pada suatu masalah tertentu, merupakan proses tanya
jawab lisan, dimana dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik”.
4) Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan suatu usaha penelaahan terhadap beberapa dokumen (barang-barang
tertulis) atau arsip. Suharsimi Arikunto 91993 :207) mengemukakan bahwa:
Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip,
buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya. Tujuan penggunaan
studi dokumentasi ini adalah untuk memperoleh data tertulis yang diperlukan untuk melengkapi data
penelitian, yaitu dengan jalan membaca, menelaah, mengkaji berbagai dokumen yang sekiranya
berhubungan dengan permasalahan yang sedang diteliti.
Teknik ini peneliti gunakan untuk mengumpulkan data tentang peran pengelola PKBM dalam
membangun kemitraan dengan tokoh masyarakat di lingkungan desa Jayagiri Lembang.
28
Kegiatan penyusunan kisi-kisi penelitian dilakukan sebagai acuan dalam pembuatan alat
pengumpul data berupa pedoman wawancara dan pedoman observasi sesuai dengan pertanyaan
penelitian yang sudah ditetapkan. Kisi-kisi instrumen penelitian ini berisikan kolom-kolom, aspek,
indikator, sub indikator, item, instrumen, sumber data, dan kode narasumber.
2) Tahap Pelaksanaan
Tahap ini merupakan kegiatan penggalian informasi data secara mendalam dengan mengenal lebih dekat
kepada subjek penelitian, mengadakan pengamatan permulaan terhadap lingkungan subjek penelitian,
kemudian diadakan kegiatan partisipatif bersama subjek penelitian dengan melakukan wawancara bersama
pihak PKBM Jayagiri, Pemerintah Desa, dan dengan tokoh masyarakat . Kegiatan-kegiatan tersebut diatas
dimaksudkan untuk memudahkan dalam pengumpulan data dan melakukan analisis data terhadap hasil
pengumpulan data tersebut.
3) Pelaporan
Dalam tahap ini peneliti melakukan kegiatan sebagai berikut:
Triangulasi
Yakni pengecekan, pemeriksaan dari data yang telah diperoleh dilapangan terutama untuk memperoleh
keabsahan data. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan Maleong bahwa tahap pemeriksaan
keabsahan data yang diperoleh memanfaatkan sesuatu yang lain untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding dengan data ini. Pada tahap ini dilakukan kegiatan membandingkan hasil observasi,
wawancara dan angket.
Pembuatan laporan
Setelah kegiatan triangulasi, kemudian pada tahap ini dilakukan penyusunan laporan hasil pengumpulan
data. Kegiatan selanjutnya yang dilakukan yaitu menggandakan laporan yang telah disusun.
29
tema atau polanya. Jadi laporan lapangan sebagai bahan mentah disingkatkan, direduksi, disusun lebih
sistematis, sehingga lebih mudah dikendalikan.
30
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
31
Dampak dari kondisi di atas, berimbas kepada sector pendidikan, sosial budaya, ekonomi, yaitu
banyak ketinggalan apabila dibandingkan dengan daerah lain yang ada di Kabupaten Bandung Barat.
Sedangkan potensi yang nampak berasal dari sumber daya alam baik pertanian maupun peternakan
cukup memberikan harapan terutama peternakan sapi perah dan peternakan kelinci. Namun di satu
pihak Drop Out dari pendidikan sekolah cukup memprihatinkan, sehingga munculnya tingkat
pengangguran dan permasalahan ekonomi dan sosial lainnya.
Beranjak dari gambaran di atas, sebagai insan yang peduli terhadap pendidikan luar sekolah
merasa prihatin dan tertantang untuk melaksanakan program-program Pendidikan Luar Sekolah (PLS)
yang dilaksanakan. Kebutuhan dan harapan masyarakat sehingga mereka bisa memecahkan
permasalahan yang dirasakan serta memberikan perubahan pada pola pengetahuan dan sikap warga
masyarakat ke arah yang lebih baik. Program-program yang dilaksanakan adalah program pendidikan
yang terintegrasi dengan mata pencaharian berkaitan erat dengan sumber daya alam yang ada.
2. Keadaan Penduduk
Berdasarkan catatan terakhir di kantor Desa Jayagiri Kecamatan Lembang pada tahun 2009
dinyatakan bahwa jumlah penduduk yang ada sebanyak 16.714 jiwa yang terdiri dari 8.347 laki-laki,
dan 8.367 perempuan, dengan jumlah KK sebanyak 4.286 dengan jumlah kepadatan penduduk
480/KM.
Tabel I
Keadaan Penduduk Menurut Usia
32
Sumber : Monografi Desa Jayagiri tahun 2009
`Sedangkan keadaan penduduk Desa Jayagiri berdasarkan kelompok dalam tingkat pendidikan dapat
dilihat pada table berikut ini :
Table 2
Penggolongan penduduk berdasarkan tingkat pendidikan
Desa Jayagiri Kecamatan Lembang
TINGKAT PENDIDIKAN LAKI-LAKI PEREMPUAN
Usia 3-6 tahun yang belum masuk TK 57 orang 47 orang
Usia 3-6 tahu yang sedang TK/playgroup 300 orang 429 orang
Usia 7-18 tahun yang tidak pernah sekolah 15 orang 10 orang
Usia 7-18 tahun yang sedang sekolah 1954 orang 2269 orang
Usia 18-56 tahun yang tidak pernah sekolah 15 orang 10 orang
Usia 18-56 tahun yang pernah SD tapi tdk tamat 275 orang 263 orang
Tamat SD/sederajat 2636 orang 2852 orang
Usia 12-56 tahun tidak tamat SMP 141 orang 148 orang
Usia 18-56 tahun tidak tamat SMA 77 orang 73 orang
Tamat SMP/sederajat 2357 orang 2197 orang
Tamat SMA/sederajat 1705 orang 1753 orang
Tamat D-1/sederajat 250 orang 245 orang
Tamat D-2/sederajat 153 orang 129 orang
Tamat S-1/sederajat 63 orang 76 orang
Tamat S-2/sederajat 19 orang 17 orang
Tamat S-3/sederajat 16 orang 18 orang
Tamat SLB A 3 orang 1 orang
Tamat SLB B 2 orang 4 orang
Tamat SLB C 2 orang 2 orang
Sedangkan keadaan penduduk Desa Jayagiri berdasarkan kelompok tenaga kerja dapat dilihat dari tabel
berikut ini :
Table 3
Penggolongan penduduk berdasarkan tenaga kerja
Desa Jayagiri Kecamatan Lembang
Tenaga Kerja Laki-laki Perempuan
Penduduk usia 18-56 tahun 4949 orang 4956 orang
Penduduk usia 18-56 tahun yang bekerja 3464 orang 3469 orang
Penduduk usia 18-56 tahun yang tidak/belum 1485 orang 1487 orang
bekerja
Penduduk usia 0-6 tahun 934 orang 774 orang
Penduduk masih sekolah 7-18 tahun 1954 orang 2269 orang
Penduduk usia 56 tahun ke atas 667 orang 543 orang
33
Angkatan kerja 4949 orang 4956 orang
34
Pemberian pengetahuan dan penyadaran kepada masyarakat kea rah yang lebih maju dengan
mengedepankan pendidikan dan pengetahuan
Mempertahankan nilai-nilai lama yang baik dan membangkitkan nilai-nilai baru yang lebih
baik
Menselaraskan antara isi ajaran agama islam dan mengaplikasikan ke dalam bentuk yang lebih
rill. Menjaga dan meningkatkan kualitas generasi muda yang sadar akan tantangan dan tuntutan
ke masa depan.
c) Keluaran
Terinformasikannya situasi dan kondisi Desa Jayagiri sebelum dan sesudah adanya wadah PKBM
Jayagiri, sehingga keberadaannya dapat bermanfaat khususnya di lingkungan Desa Jayagiri.
2. Pelaksana Program
Sebagai insulator terbentuknya wadah PKBM Jayagiri, sehingga dapat melayani warga masyarakat,
telah mengadakan musyawarah bersama untuk pembentukan PKBM Jayagiri di Desa Jayagiri di bawah
naungan:
P2 PNFI Regional I Jayagiri
Pemerintah Kecamatan Lembang
UPTD Pendidikan TK/SD dan PNF Kecamatan Lembang
Pemerintah Desa Jayagiri
Sebagai hasil pertemuan maka tersusunlah pengurus sebagai berikut:
1. Pengurus
Pembina : Kepala P2 PNFI Regional I Jayagiri
Ketua PKBM : Euis Mintarsih
Sekretaris : Susi Ernawati, S. Pd
Bendahara : Henny Dewi Sartika
KETUA Pembina:
EuisKepala P2 PNFI
A. Mitra Kerja PKBM Jayagiri Camat Lembang
Mintarsih
a) Rotary Internasional Penilik DIKMAS
kepala Desa Jaya Giri
Bantuan buku perpustakaan/Taman Bacaan Masyarakat (TBM)
SEKRETARIS
Pelatihan keterampilan
Susi Ernawati, BENDAHAR
S.Pd A 35
Henny Dewi
Layanan S
informasi dan
Kemitraan
Bid. Penddkn Bid. Bid. Bid.
Usia Dini dan
Narasumber Pnddkn Penddkn Pendidikan
Penddkn Agama
b) P2 PNFI RegionalKeterampilan
I Jayagiri Olahraga dan Kesetaraan
dan Usaha Kesehatan
Konsultan Manajemen Pengelolaan PKBM
Narasumber/Fasilitator
KOBER PAKET A
Riany MENJAHI SABLON AEROBI
Bantuan fasilitas
Ariesta T gedung Heri C
Wahyudian
Anas Euis M
a) UPTD Pendidikan TK/SD dan FNP a
TPA
Konsultasi
SALON KECANTIKA TAEKWOND PAKET
Opan N O B
PelaporanIndra
dan pembinaan teknis/sertifikasi
Euis M Dadan
Henny
b) Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bandung Barat
MAJELIS KBU TBM PAKET C
Bantuan Dana
TA’LIM Operasional
Yani PKBM
Ika T.,S.Pd Euis M
Nani. S
c) POLBAN
Kursus-kursus Otomotif dan Pelistrikan
MASYARAKAT
d) Subdin PLS Dinas Pendidikan Jawa Barat
4. Fasilitas pendukung
Fasilitas pendukung yang digunakan untuk pembelajaran dan pelayanan informasi antara lain:
Pembelajaran : bangunan PKBM Jayagiri menggunakan pnjaman dari P2 PNFI Regional
I Jayagiri
Keterampilan : rumah penduduk dan tempat lainnya
5. Sumber Pembiayaan
37
Sumber dana diperoleh dari swadaya masyarakat masyarakat yang peduli, bantuan yang bersifat tidak
mengikat, P2 PNFI Regional I Jayagiri, Dinas Pendidiakan provinsi, Diknas Kabupaten Bandung Barat
melalui Pendidikan Luar Sekolah, UPTD Kecamatan Lembnag dan Donatur lainnya.
C. Hasil Penelitian
a. Gambaran Umum Responden
1) Menurut Pengelola PKBM Jayagiri
Menurut pengelola PKBM jayagiri yang bernama ibu Euis Miintarsih, bahwasannya PKBM ini
sudah berdiri sejak tahun ….. dari mulai PKBM ini berdiri sudah ada kerjasama atau membangun
mitra dengan tokoh masyarakat yang berada di sekitar PKBM, hal ini guna untuk melibatkan peran
serta masyarakat dalam penyelenggaraan PKBM.
PKBM Jayagiri ini memiliki struktur yang jelas, namun mengenai tugas pokok dan fungsinya
belum seperti yang diharapkan karena beberapa hal masih ada yang dilakukan atau dikerjakan oleh
ketua PKBM meskipun sudah terbagi masing-masing tugasnya. Dalam struktur PKBM ini ada
beberapa yang dari warga sekitar namun tidak secara keseluruhan dari warga sekitar PKBM karena
hal ini berkaitan dengan kompetensi dari para pengelola PKBM.
Dalam pelaksanaannya pembagian kinerja dari struktur yang ada disesuaikan dengan
kemampuan masing-masing yang ada dalam struktur tersebut, hal seperti ini bisa dikatakan masih
subjektif tapi memang kondisi yang membuat seperti ini sehingga walaupun tidak sesuai dengan apa
yang diharapkan akan tetapi tetap berjalan demi kemjuan PKBM.
b. Identitas Responden
Data yang didapat dari responden dalam penelitian ini banyak didapatkan secara verbal melalui
wawancara dengan beberapa responden. Responden yang diwawancarai berkaitan dengan penelitian ini
sebanyak 4 orang, yaitu satu pengelola, satu orang dari pemerintah Desa, dan dua orang dari tokoh
masyarakat.
Data mengenai latar belakang responden tersebut secara lengkap, ada pada tabel berikut ini :
Identitas Responden Pengelola PKBM
No Nama Tempat, Tanggal Lahir Pendidikan Jabatan Alamat
Jl. Jayagiri RT
1. Euis Mintarsih Bandung, 06-09-1967 D1 Sekretaris Ketua PKBM
04/13 Lembang
Jl. Murhadi No. 45
Sekretaris
2. Susi Ernawati Bandung, 13-09-1983 S1 RT 02/02
PKBM
Lembang
Bendahara Jl. Jayagiri RT
3. Henny Dwi Sartika Cimahi, 12-04-1968 D1 Sekretaris
PKBM 03/08 Lembang
38
Identitas Responden Tokoh Masyrakat
No Nama Jenis Kelamin Jabatan
1 Deni Iskandar Laki-laki Kaur Pemerintahan Desa Jayagiri
2 Dedi Laki-laki Kaur KESRA Desa Jayagiri
c. Hasil Wawancara
Dalam menghadapi era globalisasi sesuai dengan kemajuan teknologi yang semakin pesat,
tentunya PKBM seyogyanya melakukan penyesuaian dan antisipasi pengembangannya dengan
melakukan kerjasama atau bermitra demi menguatkan bargaining position, karena keberhasilan hanya
dapat diraih secara bersama untuk kepentingan yang sama, saat ini momentum untuk mewujudkan
kekuatan serta potensi yang dimiliki PKBM Jayagiri melalui kerjasama kemitraan.
PKBM Jayagiri ini bermitra dengan berbagai pihak demi mempertahankan eksistensinya dalam
mengembangkan potensi masyarakat yang ada di sekitar PKBM. Dalam menjalin kemitraan perlu
dilaksanakan secara sungguh-sungguh agar PKBM ini dapat dan mampu memajukan ranah pendidikan
nonformal yang saat ini maish dipandang miring oleh masyarakat, jika dibandingkan dengan
pendidikan formal karena masyarakat cenderung banyak yang lebih memilih pendidikan formal
dibandingkan pendidikan formal. Kemitraan juga dilakukan dengan sungguh-sungguh agar dapat
secara bersama-sama membangun lembaga PKBM Jayagiri ini untuk lebih maju lagi.
Belajar dari pengalaman beraneka ragam implementasi pola kemitraan yang biasa dilakukan
oleh PKBM lain, permasalahan terbesar terletak pada bagaimana membuat agar inisiatif atau
kemitraan yang ada dapat secara kontinyu bertahan dan berkesinambungan (sustainable) tanpa harus
bergantung pada kekuatan anggaran yang turun dari pemerintah atau yang biasa disebut dalam
pendidikan nonformal adalah dana block grand saja. Meskipun dalam pelaksanaannya kemitraan yang
dijalin oleh PKBM Jayagiri ini masih ada beberapa hal yang perlu diperbaiki misalnya dalam
melaksanakan atau menjalin mitra dengan pihak lain ini tidak menggunakan MOU untuk lebih
memperjelas baik itu keuntungan ataupun hal lain antara kedua belah pihak.
Kunci dalam menjalin kemitraan adalah terjalinnya hubungan kemitraan yang strategis antara
kedua belah pihak atau dapat dikenal dengan istilah “Public-Private partnership”. Namun dalam
mengembangkan pola kemitraan yang dimaksud tidaklah semudah memablikan telapak tangan atau
semudah menelurkan konsepnya. Kerap kali dalam menjalin kemitraan yang terjadi hanya bertahan
seumur jagung alias hanya mampu diterapkan dalam jangka waktu yang sangat pendek dan kemudian
secara alami atau terpaksa berangsur-angsur berhenti.
Jika berkaca dari keberhasilan sejumlah Negara dalam mengenbangkan teknomogi informasinya,
maka terlihat selalu adanya kemitraan yang solid antara tiga unsure utama yaitu pemerintah, swasta,
dan perguruan tinggi (dimana msyarakat dan komunitas akan menjadi stakeholder dari kerjasama
tersebut). “The Golden Triangle” hanya akan berhasil diterapkan apabila pemrakarsa kemitraan benar-
39
benar mengerti hal-hal apa saja yang akan jadi pemicu atau perangsang terjadinya kerjasama yang
solid dan saling menguntungkan anatara kedua belah pihak yang melakukan kerjasama.
Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) pada saat ini menjadi penting dan memiliki posisi
yang sangat strategis dalam penyelenggaraan pendidikan/pembelajaran dan layanan informasi yang
dibutuhkan, namun hal dalam kenyatannya PKBM belum diimbangin dengan adanya peningkatan
kualitas/mutu baik itu mutu kelembagaan, mutu layanan pendidikan maupun mutu layanan informasi.
Upaya agar penyelenggaraan layanan pendidikan / pembelajaran berkualitas dan
berkesinambungan serta PKBM memiliki unit ussha guna pemandirian serta diperlukan langkah
meningkatkan peran serta dan partisipasi atau bekerjasama dengan masyarakat, termasuk masyarakat
dunia usaha dan dunia industry. Peran serta dan partisipasi masyarakat tersebut secara sukarela
membantu dan turut memikirkan perkembangan dan peningkatan mutu PKBM sangat diperkukan.
Pada umumnya kerjasama atau kemitraan dilakukan dengan tujuan untuk dikenal dan
selanjutnya untuk mendapatkan keuntungan yang didapat dari kerjasama yang dilakukan oleh kedua
belah pihak. PKBM ini di dalamnya ada beberapa macam program untuk melayani masyarakat yang
membutuhkan akan pendidikan. Program yang ada di PKBM Jayagiri ini diantaranya adalah
Pendidikan Kesetaraan, PAUD, Life Skill, TPA, Keaksaraan fungsional, TBM, Kursus Komputer,
kursus Bahasa Inggris, Kursus Menjahit, Tata rias pengantin, dan kursus salon potong rambut.
Begitu luas dan beragamnya kegiatan yang dilakukan oleh PKBM dan basis komunitasnya pun
bermacam ragamnya ada yang daerah perkotaan, pedesaan, wilayah pesisir dan lain sebagainya. Untuk
itu sudah barang tentu guna mempertahankan kelangsungan penyelenggaraan PKBM tidaklah mudah.
Dalam rangka mempertahankan kesinambungan penyelenggaraan program dan menuju
pemandirian tentunya PKBM pun memerlukan upaya partisipasi dari masyarakat, baik pastisipasi
dalam proses manajemen (perencanaan, pengelolaan, pelaksanaan dan pengendalian) juga pastisipasi
dalam hal penyediaan sumber daya, tenaga, sarana prasarana, dana dan sumber daya lainnya.
Partisipasi masyarakat tersebut dapat dilakukan dalam bentuk pola kemitraan. Baik itu kemitraan
antara masyarakat, pemerintah dan dunia usaha/industry yang mencakup mulai dari kegiatan
merancang, merencanakan, melaksanakan, melembagakan dan mengembangkan PKBM yang dijalin
dengan kesejajaran saling mengisi, membantu sesuai dengan potensinya masing-masing.
PKBM yang menjalin mitra atau kerjasama dengan berbegai pihak ini tentunya mempunyai
tujuan, yaitu untuk :
Meningkatkan kualitas PKBM
Menumbuhkembangkan peran serta semua pihak dalam penyelenggaraan PKBM
Mendorong PKBM untuk mandiri (tidak bergantung pada dana block grand saja).
PKBM Jayagiri ini melakukan hubungan kemitraan dengan para tokoh masyarakat sekitar untuk
mempermudah setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh PKBM. Namun pada pelaksanaannya dalam
struktur organisasi yang ada di PKBM Jayagiri tidak ada yang bertanggung jawab penuh terhadap
40
bagian kemitraan. Dalam menjalin kemitraan ketua PKBM yang bertanggung jawab secara penuh
berkordinasi dengan pihak-pihak yang menjadi mitra PKBM. Hal ini tentunya tidak sesuai dengan apa
yang menjadi tugas pokok dan fungsi dari masing-masing yang ada dalam struktur organisasi tersebut.
Dalam menjalin kemitraan dengan para tokoh masyarakat sekitar, pengelola PKBM hanya
berkomunikasi secara langsung dengan para tokoh masyarakat ataupun pemerintah desa. Tidak ada
perjanjian secara formal dalam menjalin kemitraan tersebut, karena masyarakat pun mendukung
kegiatan apa pun yang sifatnya positif dan memajukan wilayah yang ada disekitar PKBM.
Masyarakat membutuhkan PKBM sehingga dalam melakukan kemitraan dengan para tokoh
masyarakat merasa tidak memerlukan perjanjian khusus antara kedua belah pihak, walaupun hal
seperti ini dapat dikatakan tidak sepenuhnya benar dalam menjalin kemitraan.
Kemitraan yang dilakukan dengan pihak pemerintah desa biasanya berupa sarana dan prasarana
apabila PKBM sedang ada kegiatan atau bisa dikatakan sebagai proyek tahunan dari pemerintah,
pemerintah desa membantu dalam hal sarana dan prasarana.
Walaupun hubungan kemitraan dengan tokoh masyarakat hanya sebatas lisan, namun kerjasama
ini selalu berlangsung sesuai dengan harapan dengan bukti bahwa program-program yang dilaksankan
PKBM Jayagiri ini berjalan sesuai rencana. Hal ini Karena bantuan sosialisasi dari para tokoh
masyarakat yang mempromosikan kegiatan yang ada di PKBM ini.
D. Proses Kerjasama/Kemitraan
Kerjasama yang dilakukan oleh pihak PKBM dilakukan pada saat di PKBM tersebut akan
mengadakan program. Kerjasama yang dilakukan antara lain dengan pihak pemrintah Desa Jayagiri, pihak
swasta serta tokoh masyarakat sekitra Jayagiri.
Proses kerjasama yang dilakukan dengan pihak Desa Jayagiri berbeda dengan yang dilakukan
dengan pihak swasta. Jika dengan pihak pemerintah maupun dengan tokoh masyarakat kerjasama yang
dilakukan terbatas pada warga belajar di sekitar lingkungan Desa Jayagiri. Baik pada saat perekrutan
maupun partisipasi warga lingkungan dalam kegiatan PKBM.
Berbeda hanlnya dengan kerjasama yang dilakukan dengan pihak swasta, jika mengadakan
kerjasama dengan pihak swasta ada pembuatan rancangan kerjasama yang selanjutnya diajukan kepada
lembaga yang akan dijadikan sasaran kerjasama.
Berikut adalah uraian kerjasama dengan beberapa pihak :
a. Pemerintah Desa Jayagiri
Perizinan
Peminjaman aula desa
Pemberian daftar nama sasaran program PKBM
b. Tokoh Masyarakat Jayagiri
Memotivasi warga untuk ikut serta dalam program PKBM
41
Mencari sasaran program PKBM
c. P2 PNFI Regional I Bandung
Konsultan Manajemen Pengelolaan PKBM
Nara Sumber / Fasilitator
Bantuan Fasilitas Gedung
d. Rotary Internasional
Bantuan buku perpustakaan / Taman Bacaan Masyarakat
Pelatihan keterampilan
Nara Sumber
e. UPTD Pendidikan TK/SD dan PNF
Konsultasi
Pelaporan dan pembinaan teknis / sertifikasi
42
BAB V
PENUTUP
Pada bab V akan dikemukakan beberapa kesimpulan dari hasil penelitian. Kesimpulan ini berdasarkan
hasil pengolahan wawancara dan observasi yang merupakan kristalisasi hasil penelitian yang berkaitan dengan
peran pengelola PKBM Jayagiri dalam mengembangkan kemitraan dengan tokoh masyarakat di sekitar desa
Jayagiri. Kesimpulan hasil penelitian ini sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai yang menggambarkan dan
mengungkapkan data tentang bagaimana proses membangun kemitraan dengan tokoh masyarakat yang
dilakukan oleh pengelola PKBM. Selanjutnya akan mengemukakan pula beberapa rekomendasi saran yang
berkaitan dengan pengembangan kemitraan PKBM dengan tokoh masyarakat melalui peran pengelola PKBM.
A. Kesimpulan
43
PKBM dapat dimaknai sebagai suatu institusi atau lembaga, satuan, wadah, tempat dan pusat kegiatan
belajar masyarakat yang di bentuk DOUM (dari, oleh, untuk, masyarakat) melalui pendekatan partisipatif.
Dalam pelaksanaanya PKBM berupaya mengembangkan berbagai macam program mulai dari program
Pengembangan Anak Dini Usia (PADU), program Pendidikan Wanita, program Pemberantasan Buta Aksara
Fungsional, program Pendidikan Dasar untuk menunjang wajib belaja pendidikan dasar 9 tahun yaitu program
paket A dan program paket B setara SLTP serta pendidikan berkelanjutan seperti kelompok belajar usaha
(KBU), beasiswa/magang, dan kursus-kursus keterampilan yang pelaksanaanya tersebar ke seluruh pelosok
tanah air
Salah satu ukuran kemajuan suatu PKBM adalah kualitas dan kuantitas partisipasi masyarakat dalam
perencanaan, pendirian, penyelenggaraan maupun pengembangan PKBM. Semakin tinggi jumlah anggota
masyarakat yang berpartisipasi dalam suatu PKBM maka semakin tinggi pula dianggap keberhasilan dan
kemajuan PKBM tersebut. Partisipasi masyarakat tersebut dapat dilakukan dalam bentuk pola kemitraan.
Kemitraan antara masyarakat, pemerintah dan dunia usaha / dunia industri yang mencakup mulai dari kegiatan
merancang, merencanakan, melaksanakan, melembagakan dan mengembangkan PKBM yang dijalin dengan
kesejajaran saling mengisi, membantu sesuai potensi masing-masing.
PKBM yang menjalin mitra atau kerjasama dengan berbegai pihak ini tentunya mempunyai tujuan, yaitu
untuk :
Meningkatkan kualitas PKBM
Menumbuhkembangkan peran serta semua pihak dalam penyelenggaraan PKBM
Mendorong PKBM untuk mandiri (tidak bergantung pada dana blokc grand saja).
PKBM Jayagiri ini melakukan hubungan kemitraan dengan para tokoh masyarakat sekitar untuk
mempermudah setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh PKBM. Namun pada pelaksanaannya dalam struktur
organisasi yang ada di PKBM Jayagiri tidak ada yang bertanggung jawab penuh terhadap bagian kemitraan.
Dalam menjalin kemitraan ketua PKBM yang bertanggung jawab secara penuh berkordinasi dengan pihak-
pihak yang menjadi mitra PKBM. Hal ini tentunya tidak sesuai dengan apa yang menjadi tugas pokok dan
fungsi dari masing-masing yang ada dalam struktur organisasi tersebut.
Dalam menjalin kemitraan dengan para tokoh masyarakat sekitar, pengelola PKBM hanya berkomunikasi
secara langsung dengan para tokoh masyarakat ataupun pemerintah desa. Tidak ada perjanjian secara formal
dalam menjalin kemitraan tersebut, karena masyarakat pun mendukung kegiatan apa pun yang sifatnya positif
dan memajukan wilayah yang ada disekitar PKBM. Kerjasama yang dilakukan oleh pihak PKBM dilakukan
pada saat di PKBM tersebut akan mengadakan program. Kerjasama yang dilakukan antara lain dengan pihak
pemerintah Desa Jayagiri, pihak swasta serta tokoh masyarakat sekitra Jayagiri
Proses kerjasama yang dilakukan dengan pihak Desa Jayagiri berbeda dengan yang dilakukan dengan
pihak swasta. Jika dengan pihak pemerintah maupun dengan tokoh masyarakat kerjasama yang dilakukan
terbatas pada warga belajar di sekitar lingkungan Desa Jayagiri. Baik pada saat perekrutan maupun partisipasi
warga lingkungan dalam kegiatan PKBM.
44
Kesimpulan dari penelitian ini mengungkapkan bahwa peran pengelola PKBM sangat penting dalam
membangun kemitraan dengan tokoh masyarakat. Begitu pun proses kemitraan di PKBM Jayagiri yang secara
umum dapat dikatakan sudah terlaksana, sehingga mampu meningkatkan jalinan kemitraan serta pengembangan
program yang diselenggarakan oleh PKBM Jayagiri.
B. Rekomendasi
Dengan berdasarkan pada hasil penelitian maka berikut ini peneliti mengemukakan beberapa rekomendasi
kepada berbagai pihak yang berkepentingan yaitu Pengelola PKBM dan Tokoh Masyarakat, dan Penelitian
selanjutnya.
1. Hendaknya pengelola PKBM melakukan kesepakatan atau perjanjian tertulis tentang kerjasama yang
akan dilakukan oleh pihak-pihak yang terkait agar kerjasama yang terjalin lebih jelas dan tidak ada yang
merasa dirugikan.
2. Hendaknya dalam struktur organigram PKBM terdapat koordinator khusus dalam membangun
kemitraan dengan pihak lain. Jadi dalam membangun kemitraan tidak hanya ketua PKBM yang
berperan penting dalam menjalin kemitraan tersebut, akan tetapi harus ada pembagian tugas yang jelas,
agar semua pengelola PKBM terlibat langsung dalam proses membangun kemitraan.
DAFTAR PUSTAKA
45
Prasetyo, Iis. (2009). PENGEMBANGAN PKBM. Tersedia: www. blogspot.com/2009/06/pengembangan-
pkbm.html. 4 November 2010.
Sukmana, Cucu. (2008). Partisipasi dan Persepsi Tokoh Masyarakat terhadap PKBM. Bandung : Jurusan
Pendidikan Luar Sekolah.
46