Professional Documents
Culture Documents
disusun oleh :
Dian Pramesti
(08.6.012)
Khoirunnisak Warrohmah
(08.6.032)
A. LATAR BELAKANG
Pre Eklamsia merupakan kesatuan penyakit yang langsung disebabkan oleh
kehamilan sebab terjadinya masih belum jelas di Indonesia disamping pendarahan dan
infeksi masih merupakan sebab utama kematian ibu dan sebab kematian perinatal yang
tinggi. Oleh karena diagnosa dini pre eklamsi yaitu penanganannya perlu segera
dilaksanakan untuk menurunkan angka kematian Ibu dan Anak.
B. TUJUAN
a. Tujuan umum
Mahasiswa dapat dan mampu melaksanakan Asuhan Kebidanan pada ibu nifas
dengan Pre Eklampsia berat.
b. Tujuan khusus
Setelah melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan Pre Eklmpsia berat
diharapkan mahasiswa dapat:
a. Melakukan pengkajian data pada ibu nifas dengan Pre Eklmpsia berat.
b. Menginterpretasikan data dan mendiagnosa ibu nifas dengan Pre Eklmpsia berat.
c. Menentukan ada/tidak ada diagnosa potensial ibu nifas dengan Pre Eklmpsia
berat.
d. Menentukan antisipasi sesuai diagnoosa potensial pada ibu nifas dengan Pre
Eklmpsia berat.
e. Merencanakan asuhan untuk ibu nifas dengan Pre Eklmpsia berat.
f. Melaksanakan asuhan sesuai dengan perencanaan pada ibu nifas dengan Pre
Eklmpsia berat.
g. Mengevaluasi asuhan yang telah dilakukan pada ibu nifas dengan Pre Eklmpsia
berat.
C. MANFAAT
a. Bagi Penulis
Penulis dapat menerapkan teori yang diperoleh dari pendidikan secara nyata
dilapangan dalam hal melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan Pre
Eklampsia berat.
b. Bagi Instansi
Sebagai metode untuk mengevaluasi seberapa jauh mahasiswa menerapkan teori yang
diperoleh dibangku kuliah dan mempraktekannya dilahan.
c. Bagi Masyarakat
Dapat meningkatkan pengetahuan bagi ibu nifas dengan Pre Eklampsia berat dan
memperoleh asuhan kebidanan yang optimal.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
Pre eklampsia adalah penyakit yang dengan tanda-tanda hipertensi,oedem, dan
protein urine yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi pada triwulan
ke-3 kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya, misal pada mola hidatidosa (Sarwono,
2007). Hipertensi biasanya timbul lebih dahulu dari pada tanda-tanda lain. Untuk
menegakkan diagnosis pre eklampsia, kenaikan tekanan sistolilk harus 30 mmHg atau
lebih di atas tekanan yang biasanya ditemukan. Atau mencapai 140 mmHg atau lebih.
Kenaikan tekanan diastolik sebenarnya lebih dapat dipercaya. Apabila tekanan diastolik
naik dengan 15 mmHg atau lebih, atau menjadi 90 mmHg atau lebih, maka diagnosis
maka diagnosis hipertensi dapat dibuat. Penentuan tekanan darah dapat dilakukan
minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam pada keadaan istirahat.
B. ETIOLOGI.
Apa yang menjadi penyebab pre-eklamsia sampai sekarang belum diketahui. Telah
banyak teori yang mencoba menerangkan sebab penyakit tersebut. Akan tetapi tidak ada
yang dapat memberikan jawaban yang memuaskan. Teori yang menerangkan harus
menjelaskan hal-hal berikut :
1. Sebab bertambahnya frekuensi pada primigravida, kehamilan
ganda, hidramnion dan molahidatidosa.
2. Sebab bertambahnya frekuensi dengan makin tuanya
kehamilan.
3. Sebab dapat terjadinya eklamsia pada kehamilan berikutnya.
4. Sebab timbulnya hipertensi, oedem protein uria, kejang dan
koma.
Teori yang dewasa ini banyak dikemukan sebagai sebab pre-eklamsia ialah iskemia
plasenta. Akan tetapi dengan teori ini tidak dapat diterangkan senua hal yang berkaitan
dengan penyakit itu. (Sarwono, 2007).
C. PATOFISIOLOGI
Pada pre-eklamsia terjadi spasme pembuluh darah yang disertai dengan refensi
garam dan iaringan. Pada biopsy ginjal ditemukan spasme hebat arteriol glomerulus. Pada
beberapa kasus lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilalui oleh
satu sel darah merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme. Maka
tekanan darah akan naik sehingga usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan ferifer agar
oksigenasi jaringan tercukupi.
Sedangkan kenaikan berat badan dengan oedem yang disebabkan oleh penimbunan
air yang berlebihan dalam ruangan interstisial belum diketahui sebabnya, mungkin karena
retensi air dan garam protein dapat disebabkan oleh spasme arteriol sehingga terjadi
perubahan pada glomerulus.
D. FREKUENSI
Frekuensi pre eklampsi untuk setiap negara berbeda-beda karena banyak faktor
yang mempengaruhinya, yaitu jumlah primigravida, keadaan sosial ekonomi, perbedaan
kriteria dalam penentuan diagnosis, dan lain-lain. Dalam kepustakaan frekuensi
dilaporkan berkisar antara 3-10%. Pada primigravida frekuensi pre eklampsi lebih tinggi
bila dibandingkan dengan multigravida, terutama primigravida muda. Diabetes mellitus,
mola hidatidosa, kehamilan ganda, hidrops fetalis, umur lebih dari 35 tahun, dan obesitas
merupakan faktor predisposisi untuk kejadian pre eklampsi.
E. KLASIFIKASI
Pre-eklamsia dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :
1. Pre-eklamsia ringan, bila disertai keadaan berikut :
a. Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi terbaring
terlentang atau kenaikan diastolic 15 mmHg atau lebih atau keadaan sistolk 30
mmHg atau lebih. Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan
dengan jarak periksa 1 jam, sebaiknya 6 jam.
b. Oedem umum, kaki, jari tangan dan muka atau kenaikan berat badan 1 kg
atau lebih per minggu.
c. Protein urin kuantitaf 0,3 gr atau lebih per liter kualitatif 1 + atau 2 + pada
urin kaleter atau mindstreem.
2. Pre-eklamsia berat, bila disertai keadaan berikut :
a. Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.
b. Protein urin 5 gr atau lebih per liter.
c. Oligouria yaitu jumlah urin kurang dari 500cc per 24 jam.
d. Adanya gangguan serebial, gangguan visus dan rasa nyeri epigastrik.
e. Terdapat oedem paru dan sianosis.
F. PENATALAKSANAAN
1. Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan pre gejala-
gajala PEB selama perawatan maka perawatan dibagi menjadi
a. Perawatan aktif yaitu kehamilan
segera di akhiri atau diterminasi ditambah pengobatan medisinal.
b. Perawatan konservatif yaitu
kehamilan tetap dipertahankan ditambah medisinal.
2. Perawatan aktif sedapat mungkin sebelum perawatan aktif pada
setiap penderita dilakukan pemeriksaan fetal assasement (NST dan USG).
Indikasinya:
a. Ibu
1) Usia kehamilan 37 minggu atu lebih
2) Adanya tanda-tanda adanya impending eklamsi, kegagalan terapi konservatif
yaitu setelah 6 jam pengobatan meditasi terjadi kenaikan desakan darah. Atau
setelah 24 jam perawatan medisinal, ada gejala-gejala status quo (tidak ada
perbaikan).
b. Janin
1) Hasil fetal assasement jelek.
2) Adanya tanda IUGR.
c. Laboratorium
Adanya heart sindrom
3. Pengobatan Medisinal
Pengobatan medisinal pasien PEB yaitu:
1. Segera masuk RS.
2. Tirah baring miring ke satu sisi. Tanda vital diperiksa tiap 30 menit, reflek patella
tiap sejam.
3. Infus D5% dimana setiap 1 liter diselingi dengan infus RL (60-125 CC/jam) 500
CC.
4. Antasid
5. Diet cukup protein, rendah karbohidrat, rendah lemak, rendah garam.
6. Pemberian obat anti kejang: magnesium sulfat.
7. Diuetik pun tidak diberikan kecuali bila da tanda-tanda oedema paru, payah
jantung kongestif. Diberikan furesemik injeksi 40 mg/im.
8. Anti hipertensi diberikan bila:
a. Dosis anti hipertensi sama dengan dosis anti hipertensi pada umumnya.
b. Bila dibutuhkan penurunan tekanan darah secepatnya, dapat diberikan obat-
obat anti hipertensi parenteral (tetesan kontinyu), katapres injeksi. Dosis yang
biasa dipake adalah 5 ampul dalam 500 cc cairan infus atau disesuaikan
dengan tekanan darah.
c. Bila tidak tersedia anti hipertensi parenteral dapat diberikan tablet anti
hipertensi secara sublingual diulang selang 1 jam, maksimal 4-5 kali. Bersama
dengan awal pemberian sublingual maka obat yang sama mulai diberikan
secara oral.
9. Lain-lain
- Konsul bagian penyakit dalam
- Obat-obat anti piretik diberikan bila suhu rektal >38,50CC dapat dibantu
dengan pemberian kompres dingin atau alkohol.
- Antibiotik diberikan atas indikasi.
- Anti nyeri bila penderita kesakitan atau gelisah karena kotraksi uterus.
dapat diberikan petidin HCL 50-75 mg sekali saja, selambat-lambatnya 2
jam sebelum janin lahir.
4. Cara pemberian MgSO4
a. Dosis awal sekitar 4 g MgS04 (20% dalam 20cc). Selama 1 g/menit kemasan 20%
dalam 20 cc larutan MgSO4 (dalam 3-5 menit). Diikuti segera 4 gr di bokong kiri
dan 4 gr bokong kanan (40% dalam 10 cc). Untuk mengurangi nyeri dapat
diberikan 1 cc xylocain 2% yang tidak mengandung adrenalin pada suntikan IM.
b. Dosis ulangan: diberikan 4 gr Im 40 % setelah 6 jam pemberian dosis awal, lalu
dosis ulangan diberikan 4 gr IM setiap 6 jam dimana pemberian MgSO4 tidak
melebihi >2-3 hari.
c. Syarat-syarat pemberian MgSO4
1) Pemberian anti dotum MgSO4 yaitu kalsium gluconas 10%, 1 g (10% dalam
10 cc) diberikan intra vena dalam 3 menit.
2) Reflek patella positif kuat. Frekuensi pernafasan >16 kali permenit.
3) Produksi urine >100 cc dalam 4 jam sebelumnya (0,5 cc/kgBB/jam).
d. MgSO4 dihentikan bila
1) Ada tanda-tanda keracunan yaitu kelemahan otot, hipotensi, reflek fisiologis
menurun, fungsi jantung terganggu, depresi SSP, kelumpuhan dan selanjutnya
dapat menyebabkan kematian karena kelumpuhan otot-otot pernafasan.
2) Bila timbul tanda-tanda keracunan magnesium sulfat
- Hentikan pemberian magnesium sulfat
- Berikan kalsium glukonase 10 % 1 gram (10% dalam 10 cc) secara IV
dalam waktu 3 menit.
- Berikan oksigen.
- Lakukan pernafasan buatan.
3) Magnesium sulfat dihentikan juga setelah 4 jam pasaca persalinan sudah
terjadi perbaikan (normotensif).
4) Pengobatan obstetrik.
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. PENGKAJIAN I
A. Data Subyektif
1. Identitas
Nama : Ny.C Nama : Tn. J
Umur : 30 th Umur : 35 th
Suku : jawa Suku : Jawa
Bangsa : Indonesia Bangsa : Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh
Status : Nikah Status : Nikah
Alamat : Ampel gading-Pemalang.
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan merasa pusing dan sakit kepala setelah melahirkan, merasa
kembung pada perut dan nyeri di luka jahitan.
3. Riwayat Persalinan
Jam 07.05 WIB Ibu merasa kencang-kencang dan keluar air dari jalan lahir,
diantar ke rumah sakit dengan diagnosa: Ny. C umur 30 th G2P1A0 hamil 42
minggu 3 hari, janin tunggal, hidup letak membujur, PUKA, Preskep, Inpartu kala
1 fase laten dengan AK rembes, PEB, Serotinus.
Kala I tanggal 29/12/2010 pukul 04.00 WIB pembukaan 2 cm dengan TD 170/110
mmHg. Pukul 12.00 WIB pembukaan lengkap 10 cm.
Kala II tanggal 29/12/2010 pukul 12.10 WIB bayi lahir hidup dengan jenis
kelamin perempuan, BB 3200 gram, PB 50 cm, anus (+), tidak cacat.
Kala III tanggal 29/12/2010 pukul 12.15 WIB plasenta lahir lengkap, bentuk bulat,
kotiledon utuh, diameter ± 15 cm, berat ± 500 gr, tebal ± 30 cm.
Kala VI tanggal 29/12/2010 pengawasan di mulai dari pukul 12.15 WIB sampai
14.00 WIB.
4. Riwayat Menstruasi
a. Menarche : 12 tahun
b. Lama : 5-6 hari.
c. Warna : merah.
d. Siklus : 28 hari.
e. Jumlah : ganti pembalut ± 2 kali per hari.
f. Keluhan : tidak nyeri.
g. HPHT : 4-3-2010
5. Riwayat Perkawinan.
a. Umur waktu nikah : 19 tahun.
b. Lama perkawinan : 11 tahun.
c. Perkawinan ke :1
6. Riwayat kesehatan
a. Dahulu
Ibu tidak pernah menderita penyakit menular seperti hepatitis, TBC, AIDS.
Ibu tidak pernah menderita penyakit menurun seperti asma, DM
Ibu tidak pernah menderita penyakit menahun seperti ginjal, jantung, malaria.
b. Sekarang
Ibu tidak sedang menderita penyakit menular seperti hepatitis, TBC, AIDS.
Ibu tidak sedang menderita penyakit menurun seperti asma, DM
Ibu tidak sedang menderita penyakit menahun seperti ginjal, jantung, malaria.
c. Keluarga
Keluarga suami/istri tidak ada yang menderita penyakit menular seperti PMS,
TBC, AIDS
Keluarga suami/istri tidak ada yang menderita penyakit menurun seperti asma,
DM
Keluarga suami/istri tidak ada yang menderita penyakit menahun seperti
ginjal, jantung, hipertensi, malaria.
Keluarga suami/istri tidak ada yang pernah hamil kembar atau lahir cacat.
d. Riwayat kehamilan sekarang
G2 P1 A0
HPL : 11/12/2010
Umur kehamilan : 42 mg 3 hari
BB sebelum hamil : 55 kg
Trimester I Trimester II Trimester III
7x (1/9/10, 7/10/10, 3/11/10,
ANC - - 9/11/10, 23/11/10, 2/12/10,
11/12/10).
TT - -
Keluhan - - Pusing
Cukup istirahat, makan sedikit
tapi sering, mengurangi
Saran Nakes
konsumsi garam, mengurangi
aktifitas berat.
Pergerakan
- 20 minggu
Janin
Tablet Fe - - ± 60 tablet
Kenaikan BB - - 12 g
9. Riwayat KB.
Jenis Lama penggunaan Keluhan Alasan berhenti Rencana Selanjutnya
Suntik 3 bl 5 tahun - Ingin punya anak -
B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : sedang
b. Kesadaran : composmentis
c. Status emosional : baik
d. TTV
T : 150/110mmHg N : 100x/mnt
RR : 24 X/mnt TB : 155 cm
S : 37,1 C Lila : 25 cm
e. Status present
Kepala : kulit kepala bersih, rambut tidak mudah rontok.
Muka : oedem, sedikit pucat.
Mata : conjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik
Hidung : bersih, tidak ada discharge, tidak ada polip.
Mulut : bersih, tidak ada stomatitis, gigi tidak berlubang, tidak ada
caries gigi, bibir tidak pecah-pecah.
Telinga : bersih, tidak ada discharge.
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis
Dada : simetris, tidak ada benjolan abnormal pada payudara, tidak
ada pembesaran kelenjar limfe pada axila.
Abdomen : tidak ada nyeri tekan pada perut bagian kanan atas, tidak ada
luka bekas operasi
Ekstremitas :
Atas : tidak ada varices, kuku tidak pucat, kulit tidak pecah-pecah,
tangan kanan dipasang infus RL, tetesaan 20 mnt.
Bawah : oedem, tidak ada varices, kuku tidak pucat, kulit tidak pecah-
pecah.
Punggung : normal.
Genetalia : bersih, tidak ada condiloma akuminata, kondilomalata
Anus : tidak ada hemoroid.
Reflek platella : kanan/kiri (+)
2. Pemeriksaan Obstetri
Mamae : Puting bersih dan menonjol, colostrum sudah keluar.
Perut : TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi baik
Genetalia : Ada pengeluaran pervaginam. Terpasang DK, tapi tidak di kunci
sehingga lepas sendiri, jumlah urine 80 cc.
Perineum : Ada robekan perineum, terdapat jahitan, luka masih basah, tidak ada
tanda-tanda infeksi
3. Pemeriksaan Penunjang
WBC 15,7 10³/mm³
RBC 4,14 10 /mm³
HGB 11,4 g/dl
HCT 33,7 q
MCH 27,5 pg
MCHC 33,8 g/dl
RDW 13,5 q
PLT 239 10³/mm³
MPV 7,4 ym³
PCT 0,177 q
PDW 12,3 q
BT 2’30
CT’ 3’
Gol Darah O, rh(+)
Urea UV 20,3 mg/dl
Creatinin 0,7 mg/dl
SGOT 19 u/l
SGPT 14 < u/l
Urin Protein Post 1(+)
4. Terapi
Injeksi : Cefotaxime 1gr/iv
Infus : RL 20 tetes/mnt
Per oral : Amoxilin3x1 dosis 500mg; SF 2x1; Vit.C 2x1; Asam mafenamat 3x1
dosis 500mg
Diit : makanan seperti biasa(nasi, lauk, pauk, sayur) tetapi rendah garam.
V. PERENCANAAN
1. Beritahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan.
2. Observasi KU dan TTV.
3. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum.
4. Menganjurkan ibu untuk istirahat.
5. Memberikan terapi obat kepada ibu.
VI. PELAKSANAAN
1. Memberitahu ibu dan keluarga bahwa ibu harus di rawat inap
dan keluarga telah setuju ibu dirawat inap.
2. Memantau KU dan TTV
Keadaan umum : sedang
Kesadaran : composmentis
Status emosional : baik
TTV: TD: 150/110mmHg; RR: 24 X/mnt; S : 37,10; N: 100x/mnt
3. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum.
4. Menganjurkan ibu untuk istirahat.
5. Memberikan terapi kepada ibu.
VII. EVALUASI
1. Ibu dan keluarga mengetahui keadaannya dan sudah
dirawat inap
2. KU dan TTV sudah terpantau
3. ibu bersedia untuk makan dan minum
4. ibu bersedia untuk istirahat
5. ibu sudah diberikan terapy:
a. Amoxilin : 3x1 dosis 500mg
b. SF : 2x1
c. Vit.C : 2x1
d. Asam mafenamat : 3x1 dosis 500mg
e. Injeksi Cefotaxime : 1gr/iv
f. Infus RL : 20 tetes/mnt
BAB IV
PEMBAHASAN
V. Perencanaan.
Dalam perencanaan PEB tidak ditemukan kesenjangan antara teori dengan praktik.
Karena dalam perencanaan di lahan telah melaksanakan pengobatan sesuai teori yang
telah diberikan di ruang dahlia.
VI. Pelaksanaan.
Pada dasarnya pelaksanaan yang telah dilakukan merupakan kelanjutan dari rencana
yang sudah ditentukan sebelumnya, sehingga tidak terdapat kesenjangan antara teori
dan praktek.
VII. Evaluasi.
Pada tahap ini dilakukan evaluasi dari asuhan kebidanan yang telah diberikan untuk
mengetahui sejauh mana keberhasilan asuhan kebidanan ibu Nifas pada Ny C dengan
PEB. Hasil yang diperoleh adalah Ny. C sudah diberi terapi yaitu: Amoxilin: 3x1
dosis 500mg, SF: 2x1, Vit.C: 2x1, Asam mafenamat: 3x1 dosis 500mg, Injeksi
Cefotaxime: 1gr/iv, Infus RL: 20 tetes/mnt
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pada akhir penyusunan laporan panjang patologi yang berjudul Asuhan Kebidanan
Ibu nifas pada Ny. C dengan PEB di RSUD Kraton maka dapat disimpulkan :
1. Pengkajian pada Ny. C diperoleh hasil anammesa bahwa Ibu
mengeluh pusing dan penglihatan kabur. Pada pemeriksaan fisik tensi 150/110 mmHg
dan terdapat oedem pada muka dan ekstremitas
2. Berdasarkan hasil pengkajian penulis menginterpretasikan data
bahwa Ny. C. P2A0 umur 30 tahun postpartum dengan PEB.
3. Diagnosa potensial pada Ny. C tidak muncul.
4. Tindakan segera pada Ny. C adalah kolaborasi dengan dr.
SPOG.
5. Merencanakan asuhan yang dilakukan pada Ibu nifas dengan
PEB
6. Pelaksanaan asuhan kebidanan pada Ibu hamil dengan PEB
sesuai apa yang telah direncanakan.
7. Penulis mengevaluasi asuhan yang telah diberikan pada Ny. C
sehingga dapat ditangani dengan tepat.
B. SARAN
1. Bagi Tenaga Kesehatan.
a. Perlu adanya peningkatan pengetahuan dan pemahaman
dalam deteksi ibu nifas yang mengalami pusing, penglihatan kabur dan terdapat
oedem pada ekstremitas dan muka.
b. Perlu adanya peningkatan pelayanan yang mengacu
pada asuhan ibu nifas dengan PEB.
2. Bagi Institusi.
Di harapkan dalam pembuatan laporan panjang patologi asuhan kebidanan ini dapat
dijadikan masukan bagi pendidikan khususnya prodi kebidanan yang berguna untuk
yang akan datang.
3. Bagi Masyarakat
a. Di harapkan bagi Ibu hamil, bersalin dan nifas untuk
periksa secara rutin agar bila terjadi komplikasi dapat dideteksi secara dini.
b. Di harapkan bagi Ibu hamil, bersalin dan nifas untuk
mengenali tanda bahaya pada Ibu hamil, ibu bersalin dan nifas agar dapat
mendeteksi sedini mungkin untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Varney, Helen, dkk. 2002. Buku Saku Bidan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.