Professional Documents
Culture Documents
A. PENDAHULUAN
Masa pertengahan dan akhir kanak kanak ialah periode perkembangan yang
merentang dari usia kira kira 6 sampai 11 tahun, yang kira kira setara dengan tahun
tahun sekolah dasar ; periode ini seringkali disebut periode sekolah dasar. Ketrampilan
ketrampilan fundamendal seperti membaca , menulis, berhitung telah dikuasai. Anak
secara formal berhubungan dengan dunia yang lebih luas dan kebudayaannya.
Prestasi menjadi tema yang lebih sentral dari dunia anak dan pengendalian dirimulai
meningkat.
Bagi anak usia ini, orang tua tetap merupakan pemberi pengaruh yang penting dalam
perkembangan kehidupan mereka, namun pertumbuhan mereka juga dibentuk oleh
rangkaian teman teman yang berada di sekeliling mereka. Pada periode ini,anak anak
mengembangkan sebuah sebuah perasaan keinginan untuk membuat berbagai hal ,
dan bukan sekedar membuatnya, namun membuatnya lebih baik dan bahkan lebih
sempurna. Keinginan mereka yang kuat adalah untuk mengetahui dan memahami.
B. PERKEMBANGAN SOSIAL DAN EMOSIONAL MIDDLE ± LATE CHILDHOOD
1. PERKEMBANGAN SOSIAL
Perkembangan sosial anak-anak dapat dilihat dari tingkatan kemampuannya dalam
berhubungan dengan orang lain dan menjadi anggota masyarakat sosial yang
produktif. Hal ini mencakup bagaimana seorang anak belajar untuk memiliki suatu
kepercayaan terhadap perilakunya dan hubungan sosialnya. Perkembangan sosial
meliputi Kompetensi Sosial (kemampuan untuk bermanfaat bagi lingkungan sosialnya),
Kemampuan Sosial (perilaku yang digunakan dalam situasi sosial), Pengamatan Sosial
(memahami pikiran-pikiran, niat, dan perilaku diri sendiri maupun orang lain), Perilaku
Prososial ( sikap berbagi, menolong, bekerjasama, empati, menghibur, meyakinkan
{reassure = to make somebody feel less anxious or worried}, bertahan, dan
menguatkan orang lain ); Perolehan nilai dan moral (perkembangan standar untuk
memutuskan mana yang benar atau salah, kemampuan untuk memperhatikan
keutuhan dan kesejahteraan orang lain)
2. PERKEMBANGAN EMOSIONAL
Setiap tahap perkembangan emosional anak memiliki karakteristik yang berbeda yang
mempengaruhi bagaimana anak bereaksi pada pengalaman yang mereka hadapi.
Pengetahuan akan tahap-tahap perkembangan ini dapat menolong kita untuk
beinteraksi dengan anak-anak dengan cara yang terbaik yang dapat menunjang
perkembangan emosional mereka yang sehat; dapat memperlengkapi kita untuk
menciptakan suatu hubungan yang hangat dan konsisten dengan anak; dengan cara
yang sama, mengetahui bahwa anak usia 6-12 tahun (primary age-children)
mendefinisikan harga dirinya dengan apa yang mereka percaya dapat mereka ketahui
dan lakukan, maka kita akan menyediakan aktifitas/kegiatan yang menunjang bagi
anak usia ini sehingga mereka menagalami pencapaian penguasaan dan pemenuhan
perkembangannya
Tolak Ukur Perkembangan Emosi Anak usia 6 ± 11 tahun :
Cenderung aktif, lebih yakin dan ramah dalam bergaul, tegas
Tertarik dan senang dengan hal-hal yang baru, seperti : keterampilan baru atau
pelajaran baru
Menunjukkan ketegasan, dan jika diberi kesempatan dapat menjadi bertahan
(defensif) serta berbantah (argumentatif)
Lebih mandiri, tetapi sewaktu-waktu mungkin merasa tidak aman
Menolak untuk mengekspresikan kebutuhan akan kasih sayang dan persetujuan.
Mampu mengekspresikan bermacam jenis emosi
Mampu mengenali campuran emosi
:
- Bagian-bagian Jiwa
Konsep utama Freud tentang bagian-bagian jiwa adalah mengenai id, ego dan
superego :
Id
±
Ego
Jika kita akan hidup lama, maka kikta tidka dapat hidup diatur hanya wilayah tidak logis
seperti Id. Kita harus belajar menghadapi realitas. Contoh, seorang anak laki-laki
segera belajar bahwa ia tidak bisa mengambil makanan hanya karena terdorong
secara impulsif dimanapun dia melihat makanan. Jika dia mengambil makanan itu dari
seorang anak yang lebih besar, maka dia akan kena pukul. Dia harus belajar
memahami realitas sebelum bertindak. Bagian jiwa yang menunda impuls secara
langsung dan memahami realitas seperti ini ada pad wilayah logis yang disebut Ego.
Freud mengatakan bahwa jika Id berisi ´ hasrat-hasrat yang tak terjinakan maka Ego
berisi ´penalaran dan pemahaman yang tepat´ Cara kerja Ego mengikuti prinsip realitas
dan sering disebut sebagai proses berpikir sekunder, mencakup apa yang kita sebut
proses kognisi atau perseptual. Ego dalam teori ini harus dibedakan dengan ego yang
berarti melebih-lebihkan citra diri. Yang jelas Ego mengacu pada seperangkat fungsi ±
menilai realitas secara akurat, mengatur impuls-impuls dan seterusnya. Hubungan Ego
dan Id seperti penunggang dan kudanya.
Superego
Ego kadang disebut sebagai satu di antara sejumlah ´ sistem kontrol ´ kepribadian. Ego
mrngontrol hasrat yang buta dai Id untuk melindungi organisme dari luka. Di atas telh
disbeutkan tentang anak laki-laki yang belajar menahan impuls untuk mengambil
makanan sampai dia bisa menentukan apakah tindakan ini aman untuk dilakukan di
dalam realitas. Namun kita juga mnegontrol tindakan itu karena alasan-alasan lain. Kita
menahan diri dari tindakan mengambil barang milik orang lain karena kita percaya
tindakan seperti itu keliru secara moral. Standar kita tentang benar atau salah
mendasari sistem kontrol kepribadian yang kedua, disebut Superego. Menurt Freud
Superego memiliki 2 bagian; Pertama, disebut suara hati , bagian Superego yang
bersifat menghukum, negatif dan kritis yang mengatakan kepada kita apa yang tidka
boleh dilakukan dan menghukum kita dengan rasa bersalah jika kita melanggar
tuntutannya. Kedua, disebut ego ideal , karena terdiri dari aspirasi-aspirasi positif.
Contoh, ketika anak laki-laki ingin menjadi seperti pemain basket terkenal, maka atlet
adalah ego idealnya. Tapi ego ideal bisa juga lebih abstrak, seperti keinginan iuntuk
lebih murah hati, berani, atau berdedikasi tinggi.
Berikut ini sketsa Freud tentang struktur kepribadian yang berusaha ditunjukkan lewat
diagram berikut ini :
Ò
Delapan Tahap Perkembangan Manusia. Dalam teori Erikson (1968), delapan tahap
perkembangan akan dilalui oleh orang disepanjang rentang kehidupannya (lihat
gambar 3.2). Masing-masing tahap terdiri dari tugas perkembangan yang dihadapi oleh
individu yang mengalami krisis. Menurut Erikson, masing-masing krisis tidak bersifat
katastropik, tetapi merupakan titik balik dari kerawanan dan penguatan potensi.
Semakin sukses seseorang mengatasi krisisnya, semakin sehat psikologi individu
tersebut. Masing-masing tahap punya sisi positif dan negatif.
Kepercayaan versus ketidakpercayaan adalah tahap psikososial pertama menurut
Erikson. Perkembangan keprecayaan (trust) membutuhkan pengasuhan yang hangat
dan bersahabat hasil positifnya adalah rasa nyaman dan berkurangnya ketakutan
sampai pada titik minimal. Ketidakpercayaan akan tumbuh jika bayi diperlakukan terlalu
negatif atau diabaikan.
Otonomi versus malu dan ragu adalah tahap psikologis Erikson kedua tahap ini terjadi
pada masi bayi akhir (late infancy) dan masa belajar berjalan (toddler). Setelah
mempercayai pengasuhnya, sang bayi mulai menemukan bahwa tindakannya adalah
tindakannya sendiri. Mereka menegaskan independensi dan menyadari kehendaknya
sendiri. Jika bayi dibatasi terlalu banyak atau dihukum terlalu keras, mereka akan
mengembangkan rasa malu dan ragu.
Inisiatif versus rasa bersalah adalah tahap psikologis Erikson ketiga. Tahap ini
berhubungan dengan masa kanak-kanak awal, sekitar usia tiga hingga lima tahun.
Saat anak merasakan dunia sosial yang lebih luas, mereka mendapat lebih banyak
tantangan saat bayi. Untuk mengatasi tantangan ini, mereka harus aktif dan
tindakannya mempunyai tujuan. Dalam tahap ini, orang dewasa berharap anak lebih
bertanggungjawab dan menyuruh anak mengemban beberapa tanggung jawab untuk
menjaga tubuh dan milik mereka. Memunculkan rasa tanggung jawab membutuhkan
inisiatif. Anak mengembangkan rasa bersalah apabila mereka tidak bertanggung jawab
atau merasa terlalu cemas.
Upaya versus inferioritas(Middle-Late Childhood) adalah tahap psikologis Erikson
keempat. Tahap ini terjadi kira-kira pada masa sekolah dasar, dari usia enam tahun
hingga usia puber atau remaja awal. Pada tahap ini anak siap untuk menerima
tantangan akan suatu ide yang baru dan menarik, dan tantangan untuk menerima
pengetahuan yang baru. Mereka memerlukan kesempatan untuk pemenuhan fisik,
intelektual, dan sosial mereka. Mereka memerlukan banyak variasi interaksi dengan
orang lain. Kesuksesan dan perasaan ´ Saya dapat melakukannya´ meningkatkan rasa
percaya dirinya. Inisiatif anak membuat mereka berhubungan dengan banyak
pengalaman baru. Saat mereka masuk sekolah dasar, mereka menggunakan
energinya untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan intelektual. Masa kanak-
kanak akhir adalah masa dimana anak paling bersemangat untuk belajar, saat
imajinasi mereka berkembang. Bahaya di masa sekolah dasar ini adalah munculnya
perasaan rendah diri (Inferioritas), ketidakproduktivan dan inkompetensi.
Identitas versus kebingungan identitas adalah tahap psikologi Erikson kelima. Tahap ini
terjadi di masa remaja. Remaja berusaha untuk mencari tahu jatidirinya apa makna
dirinya, dan kemana mereka akan menuju. Mereka berhadapan dengan banyak peran
baru dan status dewasa (seperti pekerjaan dan pengacara). Remaja perlu diberi
kesempatan untuk mengeksplorasi berbagai cara untuk memahami identitas dirinya.
Apabila remaja tidak cukup mengeksplorasi peran yang berbeda dan tidak merancang
jalan ke masa depan yang positif, mereka bisa tetap bingung akan identitas diri
mereka.
Intimasi versus Isolasi adalah tahap psikologi Erikson keenam. Tahap ini terjadi pada
masa dewasa awal. Tugas perkembangannya adalah membentuk hubungan yang
positif dengan orang lain. Erikson mendeskripsikan intimasi sebagai penemuan diri
þ
sendiri tetapi kehilangan diri sendiri dalam diri orang lain. Bahaya pada tahap ini adalah
orang bisa gagal membangun hubungan dekat dengan pacar atau kawannya dan
terisolasi secara sosial. Bagi individu seperti ini, kesepian bisa membayangi seluruh
hidup mereka.
Generativitas versus stagnasi adalah tahap psikologi Erikson ketujuh. Tahap ini terjadi
pada masa dewasa pertengahan, sekitar usia 40-an dan 50-an. Generativitas
(generativity) berati mentransmisikan sesuatu yang positif kepada generasi
selanjutnya. Ini bisa berkaitan dengan peran seperti parenting dan pengajaran. Melalui
peran itu orang dewasa membantu generasi selanjutnya untuk mengembangkan hidup
yang berguna. Eriksin mendeskripsikan stagnasi sebagai perasaan tidak bisa
melakukan apa-apa untuk membantu generasi selanjutnya.
Integritas versus putus asa adalah tahap psikologi Erikson yang kedelapan dan
terakhir. Tahap ini berhubungan dengan masa dewasa akhir, sekitar usia 60-an sampai
meninggal. Orangtua merenungi kembali hidupnya, memikirkan apa-apa yang telah
mereka lakukan. Jika evaluasi retrospektif ini positif, mereka akan mengembangkan
rasa integritas. Yakni, mereka memandang hidup mereka sebagai hidup yang utuh dan
positif dan layak dijalani sebaliknya, orangtua akan putus asa jika renungan mereka
kebanyakan negatif.
TAHAP ERIKSON PERIODE PERKEMBANGAN
Integritas vs putus asa Dewasa akhir (usia 60 tahun ke atas)
Generatif vs. stagnasi Dewasa petengahan (usia 40-an ± 50-an)
Intimasi vs. isolasi Dewasa awal (usia 20-an, 50-an)
Identitas vs. kebingungan identitas Remaja (10 sampai 20 tahun)
Usaha vs. inferioritas Kanak-kanak pertengahan dan akhir (SD, 6 sampai puber)
Inisaitif Vs. rasa bersalah Kanak-kanak awal (prasekolah, 3,5 tahun)
Otonomi vs. malu dan ragu Masa bayi (tahun kedua)
Percaya vs. tidak percaya Bayi (tahun pertama)
Gambar 3.2 Tahap Rentang Hidup Erikson
yang terlalu tinggi. Anak kecil selalu banyak membuat kesalahan dan suka mengobrak-
abrik barang. Mereka perlu diberi contoh yang baik, bukan kritik keras. Tata aktivitas
dan lingkungan mereka untuk membantu kesusksesannya, bukan untuk menghambat
beri mereka tugas-tugas yang tepat untuk perkembangan mereka. Misalnya, jangan
bikin kesal anak dengan menyuruh mereka duduk dalam waktu yang lama untuk
mengerjakan tugas menulis.
b. Mempromosikan usaha belajar untuk anak-anak sekolah dasar. Guru
bertanggungjawab atas perkembangan usaha belajar anak. Erikson berharap agar
guru bisa menyediakan suasana dimana anak bisa bersemangat untuk belajar.
Meminjam kalimat Erikson guru harus memaksa dengan lembut si anak agar berusaha
menyadari bahwa mereka bisa belajar menyelesaikan sesuatu sendiri. Di masa
sekolah dasar, anak sangat haus akan pengetahuan. Kebanyakan anak SD punya rasa
ingin tahu yang tinggi dan punya motivasi untuk mengerjakan tugas. Menurut Erikson
adalah penting bagi guru untuk memupuk motivasi untuk menguasai pengetahuan dan
rasa ingin tahu ini. Beri murid tantangan, namun jangan terlalu memberatkan mereka.
Berusahalah sekuat Tenaga agar murid jadi produktif, tetapi jangan terlalu kritis kepada
mereka. Bersikaplah toleran kepada kesalahan yang wajar dan pastikan bahwa setiap
murid punya peluang meraih keberhasilan.
c. Ajak remaja mengeksplorasi identitas dirinya. Sadarilah bahwa identitas murid
bersifat multidimensional. Aspek identitas mencakup tujuan untuk mencari kerja,
prestasi intelektual, minat pada hobi, olahraga, musik, dan area lainnya. Suruh remaja
untuk menulis esai tentang dimensi-dimensi ini, mengeksplorasi siapa diri mereka dan
apa yang ingin mereka lakukan dalam hidup mereka. Ini akan menstimulasi upaya
eksplorasi diri. Juga dorong murid remaja untuk mendengar debat tentang agama,
politik, dan isu ideologi, ini akan memicu mereka untuk meneliti perspektif yang
berbeda-beda.
Ketahuilah bahwa beberapa peran yang dilakukan remaja adalah tidak permanen.
Mereka mencoba banyak hal saat mereka mencari jati drinya. Juga sadarilah bahwa
penemuan jati diri tercapai sedikit demi sedikit selama beberapa tahun. Banyak remaja
sekolah menengah baru saja mulai mengeksplorasi jati dirinya, disaat-saat ini akan
bermanfaat jika mereka dikenalkan dengan berbagai pilihan karir dan kehidupan. Ajak
remaja untuk bicara dengan penasihat sekolah (guru BP) tentang opsi karir dan
beragam aspek dari identitas mereka. Undang orang dari beragam karir yang berbeda
dan mintalah mereka berbicara dengan murid-murid Anda tentang pekerjaan mereka
terlepas dari kelas yang Anda ajar.
d. Kaji diri Anda sebagai seorang guru dengan lensa delapan tahap Erikson (Gratz &
Boulton, 1996). Misalnya, Anda mungkin berada di usia dimana erikson mengatakan
bahwa isu yang paling penting dalam usia Anda saat ini adalah identitas versus
kebingungan identitas atau intimasi versus isolasi. Erikson percaya bahwa satu
demensi identitas paling penting adalah pekerjaan. Kesusksesan karir Anda sebagai
guru dapat merupakan aspek terpenting dalam identitas diri Anda. Aspek penting lain
dalam perkembangan masa dewasa awal adalah hubungan dekat yang positif dengan
orang lain. Identitas Anda akan mendapat manfaat dari hubungan yang positif dengan
partner dan dengan satu atau lebih kawan. Banyak guru mengembangkan
persahabatan erat dengan guru lain atau mentornya, dan hubungan ini bisa sangat
berguna.
e. Ambil karakteristik yang bermanfaat dari tahap Erikson lainnya. Guru yang kompeten
harus dapat dipercaya, menunjukkan inisiatif, mau berusaha dan menjadi model untuk
menguasai suatu pelajaran, serta punya motivasi untuk memberi kontribusi sesuatu
yang bermakna bagi generasi selanjutnya. Dalam peran Anda sebagai guru, Anda
akan secara aktif memenuhi kriteria konsep generativitas Erikson.
thinking, knowing, and remembering. ³Pengertian yang hampir senada juga diberikan
oleh Margaret W. Matlin (1994), yaitu : ³cognition, or mental activity, involves the
acquisition, storage, retrieval, and use of konwledge. ³Dalam Dictionary of Psychology
karya Drever, dijelaskan bahwa ³kognisi adalah istilah umum yang mencakup segenap
model pemahaman, yakni persepsi, imajinasi, penangkapan makna, penilaian dan
penalaran.
Perlu diketahui dua titik penting teori Piaget. Pertama, Piaget menyadari bahwa anak-
anak melewati tahapan ini dengan kecepatan yang berbeda-beda, oleh karena itu dia
mengingatkan pentingnya pendekatan pada usia-usia yang terkait dengan mereka.
Bagaimanapun dia menekankan bahwa anak-anak berpindah melalui tahap-tahap ini
dalam suatu urutan yang tidak berubah, dalam urutan sama.
Asimilasi adalah proses menambahkan informasi baru ke dalam skema yang sudah
ada. Proses ini bersifat subjektif, karena seseorang akan cenderung memodifikasi
pengalaman atau informasi yang diperolehnya agar bisa masuk ke dalam skema yang
sudah ada sebelumnya. Dalam contoh di atas, melihat burung kenari dan memberi
label ³burung´ adalah contoh mengasimilasi binatang itu pada skema burung si anak.
Akomodasi adalah bentuk penyesuaian lain yang melibatkan pengubahan atau
penggantian skema akibat adanya informasi baru yang tidak sesuai dengan skema
yang sudah ada. Dalam proses ini dapat pula terjadi pemunculan skema yang baru
sama sekali. Dalam contoh di atas, melihat burung unta dan mengubah skemanya
tentang burung sebelum memberinya label ³burung´ adalah contoh mengakomodasi
binatang itu pada skema burung si anak .
Melalui kedua proses penyesuaian tersebut, sistim kognisi seseorang berubah dan
berkembang sehingga bisa meningkat dari satu tahap ke tahap berikutnya. Proses
penyesuaian tersebut dilakukan seorang individu karena ia ingin mencapai keadaan
equilibrium, yaitu berupa keadaan seimbang antara struktur kognisi dengan
pengalamannya di lingkungan. Seseorang akan selalu berupaya agar keadaan
seimbang tersebut selalu tercapai dengan menggunakan kedua proses penyesuaian di
atas (http://id.wikipedia.org).
Tahap Perkembangan Kognitif Piaget
Tahap Masa Umur Karakteristik
I Sensori Motor 0 - 2 tahun - Perkembangan skema melalui refleks-refleks untuk
mengetahui dunianya.
- Mencapai kemampuan dalam memersepsikan ketetapan dalam objek
II Praoperasional 2 - 7 tahun - Anak-anak berfikir menggunakan simbol dan bayangan
internal, tetapi berfikir mereka tidak sistematis dan tidak logis. Amat berbeda dengan
berfikirnya orang dewasa.
III Konkret Operasional 7 - 11 tahun - Mencapai kemampuan berfikir sistematik tapi
hanya apabila mereka dapat mengacu pada objek dan aktivitas konkret
- Mencapai kemampuan mengkonservasikan.
IV Formal Operasional 11 ± Dewasa - Mencapai kemampuan untuk berfikir sistematis
terhadap hal-hal yang abstrak dan hipotesis
(Sumber: Yuliani Sujiono, 2006)
Rangkaian Pada tahap ini anak dibimbing dengan keseluruhan rencana saat mengatur
serangkaian item Lizzie memutuskan untuk mengatur batu-batunya berdasarkan
ukuran. Ia dengan cepat menyusun 20 batu pada setiap baris, mulai dari yang kecil
kemudian yang terkecil dari tumpukan sampai susunannya selesai.
Kesimpulan lengkap Pada tahap ini anak mampu secara mental (seriate mentally).
Setelah membandingkan A dengan B dan B dengan C, mereka mampu menemukan
hubungan antara A dengan C. ´saya melihat kotak makan Tina yang baru dan ternyata
lebih besar dari punya saya ´kata Marina saat makan roti isi dengan Lizzie. ´pastinya,
kotak makannya lebih besar dari punya saya juga, karena lihat- kotak makan saya tidak
lebih besar dari punyamu.´ kata Lizzie
Operasi keruangan Pada tahap ini anak sudah memahami tentang jarak; paham
c
tentang hubungan antara jarak, waktu dan kecepatan; serta membentuk peta kognitif
yang teratur dari lingkungan yang dikenalnya. Lizzie sadar bahwa sebuah truk yang
menghalangi jalan setapak tidak mengubah jaraknya. Ia juga tahu bahwa jika ia berlari
lebih cepat dari Marina dengan waktu tempuh yang sama maka ia akan cepat sampai.
Selanjutnya ia dapat menggambarkan peta yang menggambarkan rute dari rumahnya
ke rumah Marina lengkap dengan penanda utama yang bisa ditemui selama
perjalanan.
Horizontal decalage Konsep logis sudah mampu dikuasai secara umum Lizzie
memahami tentang konservasi angka dan cairan sebelum ia mengusai pembicaraan
mengenai area dan bobot.
(Sumber: Berk, 1989)
Pada fase ini si pengamat akan termotivasi untuk meniru model, sebab mereka merasa
bahwa dengan berbuat seperti model, mereka akan memperoleh penguatan.
Memberikan penguatan untuk suatu tingkah laku tertentu akan memotivasi pengamat
(pembelajar) untuk berunjuk perbuatan. Aplikasi fase motivasi di dalam kelas dalam
pembelajaran permodelan sering berupa pujian atau pemberian nilai.
Implikasi-Implikasi Praktis
Penelitian Bandura meningkatkan kesadaran kita akan pentingnya permodelan dalam
mengasuh dan mendidik anak. Meskipun orangtua dan guru sudah menyadari fakta
bahwa mereka mengajar anak lewat contoh-contoh tindakan, namun terkadang mereka
lupa kalau permodelan mereka bisa sangat mempengaruhi anak.
Para teorisi belajar sosial juga menunjukkan kalau tingkah laku dipengaruhi bukan
hanya oleh pribadi-pribadi tertentu atau model-model hidup, namun juga oleh modek-
model yang disajikan oleh media masa, salah satunya yang paling berpengaruh kuat
adalah televisi (model-model yang difilmkan). Para ahli menemukan bahwa efek-efek
kekerasan yan ditelevisikan dapat mempengaruhi agresivitas anak-anak dalam hidup
mereka sehari-hari.
D. KESIMPULAN
Jhon Locke mengemukakan bahwa pengalaman dan lingkungan anak merupakan
faktor yang paling menentukan dalam perkembangan sosial dan emosional anak.
Perkebangan sosial dan emsional adalah perkembangan perilaku anak dalam
pengendalian dan penyesuaian diri dengan aturan-aturan masyarakat di mana anak itu
berada. Perkembangan sosial dan emosional bukan hanya sekedar hasil kematangan,
tetapi sebagian besar merupakan hasil belajar. Oleh karena itu menyediakan kondisi
yang kondusif sangat penting dilakukan agar meningkatkan kematangan dan
kesempatan belajar. Pengkondisian yang baik akan menjadikan fungsi sosial
emosional anak menjadi semakin berkembang. Pengendalian emosi dan tatanan sosial
yang baik serta sehat akan dapat membantu anak dalam mengembangkan konsep diri
yang positif dan akan menjadikan perkembangan sosial emosional anak lebih optimal.
Faktor pematangan dan faktor belajar keduanya mempengaruhi perkembangan emosi
dan sosial anak. Adapun arah pematangan dan belajar, keduanya sama. Dari sisi
emosi, arah pematangan belajar ingin mengantarkan anak pada kestabilan, sedangkan
dari sisi sosial, ingin mengantarkan anak pada kematangan bersosialisasi. Beberapa
teori yang telah diuraikan di atas diharap dapat membantu para pendidik untuk
menerapkan impliksinya dalam proses mengasuh dan mendidik anak.
E. DAFTAR PUSAKA
1. Santrock, Jhon , W., Life Span
2. Crain, Wlliam, Teori Perkembangan, Konsep dan Aplikasi- edisi 3 , Pustaka
Belajar, 2007
3. Sujiono, Yuliani, M.Pd, Dr., Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Bahan
Ajar Universitas Negeri Jakarta, 2007
4. Rachmawati, Yeni & Nugraha, Ali, Metode Perkembangan Sosial Emosional,
Universitas Terbuka.