You are on page 1of 11

c

  
   

PERKEMBANGAN SOSIAL DAN EMOSIONAL


ANAK USIA DINI
(MIDDLE ± LATE CHILDHOOD)

A. PENDAHULUAN
Masa pertengahan dan akhir kanak kanak ialah periode perkembangan yang
merentang dari usia kira kira 6 sampai 11 tahun, yang kira kira setara dengan tahun
tahun sekolah dasar ; periode ini seringkali disebut periode sekolah dasar. Ketrampilan
ketrampilan fundamendal seperti membaca , menulis, berhitung telah dikuasai. Anak
secara formal berhubungan dengan dunia yang lebih luas dan kebudayaannya.
Prestasi menjadi tema yang lebih sentral dari dunia anak dan pengendalian dirimulai
meningkat.
Bagi anak usia ini, orang tua tetap merupakan pemberi pengaruh yang penting dalam
perkembangan kehidupan mereka, namun pertumbuhan mereka juga dibentuk oleh
rangkaian teman teman yang berada di sekeliling mereka. Pada periode ini,anak anak
mengembangkan sebuah sebuah perasaan keinginan untuk membuat berbagai hal ,
dan bukan sekedar membuatnya, namun membuatnya lebih baik dan bahkan lebih
sempurna. Keinginan mereka yang kuat adalah untuk mengetahui dan memahami.
B. PERKEMBANGAN SOSIAL DAN EMOSIONAL MIDDLE ± LATE CHILDHOOD
1. PERKEMBANGAN SOSIAL
Perkembangan sosial anak-anak dapat dilihat dari tingkatan kemampuannya dalam
berhubungan dengan orang lain dan menjadi anggota masyarakat sosial yang
produktif. Hal ini mencakup bagaimana seorang anak belajar untuk memiliki suatu
kepercayaan terhadap perilakunya dan hubungan sosialnya. Perkembangan sosial
meliputi Kompetensi Sosial (kemampuan untuk bermanfaat bagi lingkungan sosialnya),
Kemampuan Sosial (perilaku yang digunakan dalam situasi sosial), Pengamatan Sosial
(memahami pikiran-pikiran, niat, dan perilaku diri sendiri maupun orang lain), Perilaku
Prososial ( sikap berbagi, menolong, bekerjasama, empati, menghibur, meyakinkan
{reassure = to make somebody feel less anxious or worried}, bertahan, dan
menguatkan orang lain ); Perolehan nilai dan moral (perkembangan standar untuk
memutuskan mana yang benar atau salah, kemampuan untuk memperhatikan
keutuhan dan kesejahteraan orang lain)

Pada tahun awal perkembangannya, seorang anak mengalami pertumbuhan yang


sangat pesat di dalam beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Pengetahuan
tentang tahap-tahap perkembangan perilaku dapat menolong kita untuk memahami
tindakan setiap anak dan memberikan pengalaman yang akan mendukung
perkembangan sosial mereka yang positif.
Perkembangan sosial meliputi perubahan peningkatan pengetahuan yang berbentuk
spiral tentang dirinya sendiri dan orang lain. Hal ini dipengaruhi baik oleh pengalaman
maupun hubungan sosial anak dengan orang dewasa dalam kehidupannya, dan oleh
tingkatan perkembangankognitifnya. 4 aspek kognisi yang berhubungan dengan
perkembangan sosial anak :
a. Perpindahan dari sikap egosentris ± melihat dunia hanya dari sudut pandangnya
sendiri ± ke perkembangan kemampuan untuk memahami bagaimana pikiran/pendapat
orang lain dan apa yang dirasakan oleh orang lain
b. Pertumbuhan dalam kemampuan untuk memahami sebab dan akibat ± untuk
melihat hubungan antra sikap seseorang dan konsekwensi yang harus dipikul.
c. Perubahan dari berpikir konkrit (kamu adalah temanku jika kamu bermain dengan
aku) ke pola piker abstrak (kamu adalah temanku walau ketika aku tidak melihat kamu
setiap hari, karena kita suka bermain bersama)
d. Perkembangan kognisi yang kompleks, seperti kemapuan untuk memahami
hubungan keluarga yang lebih luas (ibu saya adalah seorang ibu, bibi, istri dan juga
anak)
Untuk memahami orang lain berarti mengorganisir apa yang telah diketahui seseorang
menjadi suatu sistem yang memiliki arti atau kepercayaan. Pada saat mereka
bertumbuh, anak-anak menjadi lebih mampu untuk mengembangkan kemampuan
Ö
  
   

berpikir abstraknya. ± pertama-tama, dari pengalaman langsung pada phenomena


yang diamati (beberapa orang dinamakan anak laki-laki dan yang lain anak
perempuan; anak laki-laki rambutnya pendek dan anak perempuan berambut panjang)
dan kemudian pada kemampuan refleksi intelektualnya pada pengaalaman yang
dihadapi (jika kamu anak laki-laki, kamu pasti bukan anak perempuan; anak laki-laki
akan bertumbuh menjadi seorang laki-laki dewasa)
Tolak Ukur perkembangan sosial anak usia Middle dan Late Childhood :
Usia Kompetensi dan Kemampuan sosial Kognisi Sosial Perilaku Prososial : Nilai dan
Moral
6-11 ‡ Membina hubungan dengan sesama teman sebaya daripada dengan orang
dewasa
‡ Persahabatan menjadi lebih utama dan sedikit lebih pendek
‡ Terlibat dalam permainan sosiodramatik
‡ Mulai tertari pada olahraga dan games
‡ Lebih mandiri ketika berkerja dan bermain
‡ Bekerjasama dengan teman sebaya, guru dan orang tua
‡ Mengembangkan kemapuanbernegosiasi
‡ Meningkatkan kepekaan akan diri sendiri
‡ Cenderung menjadi kompetitifa dan membanding-bandingkan antara dirinya dan
orang lain.
‡ Memahami perbedaan gender
‡ Identitas gender semakin kuat pahami
‡ Condong pada kehalusan perilaku; mulai memahami bahwa tindakan tidak selalu
merefleksikan pikiran dan perasaan ‡ Kelompok adalah kekuatan yang kuat
‡ Jika aturan bermain membawa konflik, menunjukkan sikap kewajaran
‡ Menghargai otoritas karena kekuatan figure otoritas yang dilihatnya
‡ Memiliki pandangan yang tegas tentang persamaan; setiap harus orang memperoleh
jumlah yang sama ketika sesuatu dibagikan
‡ Mampu untuk mempertimbangkan faktor hubungan seperti motivasi dalam penalaran
moral

2. PERKEMBANGAN EMOSIONAL
Setiap tahap perkembangan emosional anak memiliki karakteristik yang berbeda yang
mempengaruhi bagaimana anak bereaksi pada pengalaman yang mereka hadapi.
Pengetahuan akan tahap-tahap perkembangan ini dapat menolong kita untuk
beinteraksi dengan anak-anak dengan cara yang terbaik yang dapat menunjang
perkembangan emosional mereka yang sehat; dapat memperlengkapi kita untuk
menciptakan suatu hubungan yang hangat dan konsisten dengan anak; dengan cara
yang sama, mengetahui bahwa anak usia 6-12 tahun (primary age-children)
mendefinisikan harga dirinya dengan apa yang mereka percaya dapat mereka ketahui
dan lakukan, maka kita akan menyediakan aktifitas/kegiatan yang menunjang bagi
anak usia ini sehingga mereka menagalami pencapaian penguasaan dan pemenuhan
perkembangannya
Tolak Ukur Perkembangan Emosi Anak usia 6 ± 11 tahun :
‡ Cenderung aktif, lebih yakin dan ramah dalam bergaul, tegas
‡ Tertarik dan senang dengan hal-hal yang baru, seperti : keterampilan baru atau
pelajaran baru
‡ Menunjukkan ketegasan, dan jika diberi kesempatan dapat menjadi bertahan
(defensif) serta berbantah (argumentatif)
‡ Lebih mandiri, tetapi sewaktu-waktu mungkin merasa tidak aman
‡ Menolak untuk mengekspresikan kebutuhan akan kasih sayang dan persetujuan.
‡ Mampu mengekspresikan bermacam jenis emosi
‡ Mampu mengenali campuran emosi
:
  
   

C. KAJIAN TEORI-TEORI DALAM PERKEMBANGAN SOSIAL DAN EMOSIONAL


1. TEORI PSIKOANALISA
TEORI PSIKOANALISA SIGMUND FREUD (1856-1939)
2 Konsep besar teori Freud mencakup tentang :
- Tahap tahap awal perkembangan kepribadian menurut Freud:
a. Tahap mulut/oral (usia 0-18 bulan)
a. Tahap oral pertama (0-6 bulan)
b. Tahap oral kedua (6-18 bulan)
b. Tahap anal (usia 1-3 tahun)
c. Tahap phallic/Odiphal (usia 3-6 tahun)
d. Tahap laten/tersembunyi (usia 6-11 tahun)
Ialah tahap keempat kepribadian Freud, yang berlangsung kira kira usia 6 tahun dan
masa pubertas, anak menekan semua minat terhadap seks, dan mengembangkan
ketrampilan social dan intelektual. Kegiatan ini menyalurkan banyak energI anak
kedalam bidang bidang yang aman secara emosional dan menolong anak melupakan
konflik pada tahap phallic yang sangat menekan.
Dengan terciptanya pertahanan yang kuat terhadap perasaan-perasaan odipal, anak
memasuki periode latensi yang bertahan sampai sekitar usia 11 tahun. Fantasi-fantasi
seksual dan agresifitas tersembunyi dalam-dalam (laten) ± dijaga rapat-rapat dibawah
didalam ketaksadaran. Freud melihat bahwa represi seksualitas dititik ini cukup luas,
karena tidak hanya mencakup perasaan dan memori odipal, namun juga perasaan
serta memori oral dan anak (Freud, 1905 dalam Crain, 2007). Karena impuls dan
fantasi yang berbahaya sekarang sudah disimpan dibawah tanah anak tidak begitu
terganggu dengan hal-hal ini, dan periode laten relative berjalan lembut. Anak
sekarang bebas mengarahkan kembali energinya pada pengejaran-pengejaran konkrit
yang bias diterima secara social seperti olah raga, permainan dan aktivitas intelektual.
Namun, beberapa pengikut Freud berpendapat bahwa, fantasi seksual dan agresif
ditahap ini tidak akan hilang sepenuhnya seperti yang dikatakan Freud (Blos, 1962
dalam Crain, 2007). Contohnya, anak laki-laki berusia 8 tahun masih tertarik terhadap
tubuh anak perempuan dan secara khas dia menemukan fakta-fakta hidup yang real
diusia ini. Meskipun demikian, kebanyakan pengikut freud setuju kalau perhatian
seksual kehilangan karakternya yang menakutkan dan membahayakan. Secara umum,
anak diperiode latensi memiliki ketenangan dan pengendalian diri yang baru.
e. Tahap genital ± Tahap Kemaluan (11 tahun s.d seterusnya)
Tahap kelima dan terakhir dari kepribadian Freud, yang berawal dari masa pubertas
dan seterusnya. Tahap kemaluan ialah suatu masa kebangkitan
seksual; Freud mengatakan tugas terbesar individu adalah ´ membebaskan diri dari
perwalian orang tua´. Bagi remaja laki-laki, ini artinya membebaskan ikatan dengan ibu
dan menemukan wanita yang disukainya. Remaja pria juga harus menyelesaikan
persaingannya dengan ayahnya dan membebaskan diri dari dominasi ayah atas
dirinya. Untuk remaja putri, tugasnya sama ± dia harus bisa memisahkan diri dari
perwalian orangtuanya dan membangun hidupnya sendiri. Namun Freud mencatat
bahaw independensi tidak pernah datang dengan mudah. Karena selama bertahun-
tahun sebelumnya kita sudah membangun kebergantungan yang kuat dengan
orangtua, dan sangat menyakitkan jika kita harus memisahkan diri secara emosional
dan sosial dari mereka. Oleh karena itu, untuk sebagian besar dari kita, tujuan
independensi yang sejati tidak pernah bisa diraih seutuhnya.

- Bagian-bagian Jiwa

Konsep utama Freud tentang bagian-bagian jiwa adalah mengenai id, ego dan
superego :

Id
±
  
   

Id adalah bagian dari kepribadian yang disebut ¶ ketaksadaran ´. Id adlah bagian


kepribadian yang paling primitif, mengandung refleks-refleks dan dorongan-dorongan
biologis dasariah. Id digambarkan sebagai lubang yang ´ penuh kesenangan yang
menggelegak ´ semuanya saling mendesak untuk menyembul keluar. Tujuannya
adalah untuk memaksimalkan kesenangan dan meminimalkan rasa sakit. Kesenangan
bertugas untuk meminimalkan tekanan. Prinsip dasar Id adalah meredakan
ketegangan. Di dalam Id. Bayangan apapun yang diasosiasikan dengan rasa sakit atau
tegangan mestinya langsung dihancurkan. Id tidak memusingkan apakah kita memang
mengharapkan penghancuran bayangan orang-orang yang dibutuhkan dann dicintai.
Sebagai apa yang disebut wilayah tidak logis, Id hanya ingin tegangan-tegangan yang
mengganggunya reda secepat mungkin.

Ego
Jika kita akan hidup lama, maka kikta tidka dapat hidup diatur hanya wilayah tidak logis
seperti Id. Kita harus belajar menghadapi realitas. Contoh, seorang anak laki-laki
segera belajar bahwa ia tidak bisa mengambil makanan hanya karena terdorong
secara impulsif dimanapun dia melihat makanan. Jika dia mengambil makanan itu dari
seorang anak yang lebih besar, maka dia akan kena pukul. Dia harus belajar
memahami realitas sebelum bertindak. Bagian jiwa yang menunda impuls secara
langsung dan memahami realitas seperti ini ada pad wilayah logis yang disebut Ego.
Freud mengatakan bahwa jika Id berisi ´ hasrat-hasrat yang tak terjinakan maka Ego
berisi ´penalaran dan pemahaman yang tepat´ Cara kerja Ego mengikuti prinsip realitas
dan sering disebut sebagai proses berpikir sekunder, mencakup apa yang kita sebut
proses kognisi atau perseptual. Ego dalam teori ini harus dibedakan dengan ego yang
berarti melebih-lebihkan citra diri. Yang jelas Ego mengacu pada seperangkat fungsi ±
menilai realitas secara akurat, mengatur impuls-impuls dan seterusnya. Hubungan Ego
dan Id seperti penunggang dan kudanya.

Superego
Ego kadang disebut sebagai satu di antara sejumlah ´ sistem kontrol ´ kepribadian. Ego
mrngontrol hasrat yang buta dai Id untuk melindungi organisme dari luka. Di atas telh
disbeutkan tentang anak laki-laki yang belajar menahan impuls untuk mengambil
makanan sampai dia bisa menentukan apakah tindakan ini aman untuk dilakukan di
dalam realitas. Namun kita juga mnegontrol tindakan itu karena alasan-alasan lain. Kita
menahan diri dari tindakan mengambil barang milik orang lain karena kita percaya
tindakan seperti itu keliru secara moral. Standar kita tentang benar atau salah
mendasari sistem kontrol kepribadian yang kedua, disebut Superego. Menurt Freud
Superego memiliki 2 bagian; Pertama, disebut suara hati , bagian Superego yang
bersifat menghukum, negatif dan kritis yang mengatakan kepada kita apa yang tidka
boleh dilakukan dan menghukum kita dengan rasa bersalah jika kita melanggar
tuntutannya. Kedua, disebut ego ideal , karena terdiri dari aspirasi-aspirasi positif.
Contoh, ketika anak laki-laki ingin menjadi seperti pemain basket terkenal, maka atlet
adalah ego idealnya. Tapi ego ideal bisa juga lebih abstrak, seperti keinginan iuntuk
lebih murah hati, berani, atau berdedikasi tinggi.

Berikut ini sketsa Freud tentang struktur kepribadian yang berusaha ditunjukkan lewat
diagram berikut ini :
Ò
  
   

TEORI PSIKOANALISA ERICK ERICSON


Teori Erikson melengkapi analisis Broofenbrenner terhadap konteks sosial dimana
anak tumbuh dan orang-orang yang penting bagi kehidupan anak. Erikson (1902 ±
1994) mengemukakan teori tentang perkembangan seseorang melalui tahapan. Mari
kita ikuti perjalanan Erikson melewati rentang kehidupan manusia.

Delapan Tahap Perkembangan Manusia. Dalam teori Erikson (1968), delapan tahap
perkembangan akan dilalui oleh orang disepanjang rentang kehidupannya (lihat
gambar 3.2). Masing-masing tahap terdiri dari tugas perkembangan yang dihadapi oleh
individu yang mengalami krisis. Menurut Erikson, masing-masing krisis tidak bersifat
katastropik, tetapi merupakan titik balik dari kerawanan dan penguatan potensi.
Semakin sukses seseorang mengatasi krisisnya, semakin sehat psikologi individu
tersebut. Masing-masing tahap punya sisi positif dan negatif.
Kepercayaan versus ketidakpercayaan adalah tahap psikososial pertama menurut
Erikson. Perkembangan keprecayaan (trust) membutuhkan pengasuhan yang hangat
dan bersahabat hasil positifnya adalah rasa nyaman dan berkurangnya ketakutan
sampai pada titik minimal. Ketidakpercayaan akan tumbuh jika bayi diperlakukan terlalu
negatif atau diabaikan.
Otonomi versus malu dan ragu adalah tahap psikologis Erikson kedua tahap ini terjadi
pada masi bayi akhir (late infancy) dan masa belajar berjalan (toddler). Setelah
mempercayai pengasuhnya, sang bayi mulai menemukan bahwa tindakannya adalah
tindakannya sendiri. Mereka menegaskan independensi dan menyadari kehendaknya
sendiri. Jika bayi dibatasi terlalu banyak atau dihukum terlalu keras, mereka akan
mengembangkan rasa malu dan ragu.
Inisiatif versus rasa bersalah adalah tahap psikologis Erikson ketiga. Tahap ini
berhubungan dengan masa kanak-kanak awal, sekitar usia tiga hingga lima tahun.
Saat anak merasakan dunia sosial yang lebih luas, mereka mendapat lebih banyak
tantangan saat bayi. Untuk mengatasi tantangan ini, mereka harus aktif dan
tindakannya mempunyai tujuan. Dalam tahap ini, orang dewasa berharap anak lebih
bertanggungjawab dan menyuruh anak mengemban beberapa tanggung jawab untuk
menjaga tubuh dan milik mereka. Memunculkan rasa tanggung jawab membutuhkan
inisiatif. Anak mengembangkan rasa bersalah apabila mereka tidak bertanggung jawab
atau merasa terlalu cemas.
Upaya versus inferioritas(Middle-Late Childhood) adalah tahap psikologis Erikson
keempat. Tahap ini terjadi kira-kira pada masa sekolah dasar, dari usia enam tahun
hingga usia puber atau remaja awal. Pada tahap ini anak siap untuk menerima
tantangan akan suatu ide yang baru dan menarik, dan tantangan untuk menerima
pengetahuan yang baru. Mereka memerlukan kesempatan untuk pemenuhan fisik,
intelektual, dan sosial mereka. Mereka memerlukan banyak variasi interaksi dengan
orang lain. Kesuksesan dan perasaan ´ Saya dapat melakukannya´ meningkatkan rasa
percaya dirinya. Inisiatif anak membuat mereka berhubungan dengan banyak
pengalaman baru. Saat mereka masuk sekolah dasar, mereka menggunakan
energinya untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan intelektual. Masa kanak-
kanak akhir adalah masa dimana anak paling bersemangat untuk belajar, saat
imajinasi mereka berkembang. Bahaya di masa sekolah dasar ini adalah munculnya
perasaan rendah diri (Inferioritas), ketidakproduktivan dan inkompetensi.
Identitas versus kebingungan identitas adalah tahap psikologi Erikson kelima. Tahap ini
terjadi di masa remaja. Remaja berusaha untuk mencari tahu jatidirinya apa makna
dirinya, dan kemana mereka akan menuju. Mereka berhadapan dengan banyak peran
baru dan status dewasa (seperti pekerjaan dan pengacara). Remaja perlu diberi
kesempatan untuk mengeksplorasi berbagai cara untuk memahami identitas dirinya.
Apabila remaja tidak cukup mengeksplorasi peran yang berbeda dan tidak merancang
jalan ke masa depan yang positif, mereka bisa tetap bingung akan identitas diri
mereka.
Intimasi versus Isolasi adalah tahap psikologi Erikson keenam. Tahap ini terjadi pada
masa dewasa awal. Tugas perkembangannya adalah membentuk hubungan yang
positif dengan orang lain. Erikson mendeskripsikan intimasi sebagai penemuan diri
þ
  
   

sendiri tetapi kehilangan diri sendiri dalam diri orang lain. Bahaya pada tahap ini adalah
orang bisa gagal membangun hubungan dekat dengan pacar atau kawannya dan
terisolasi secara sosial. Bagi individu seperti ini, kesepian bisa membayangi seluruh
hidup mereka.
Generativitas versus stagnasi adalah tahap psikologi Erikson ketujuh. Tahap ini terjadi
pada masa dewasa pertengahan, sekitar usia 40-an dan 50-an. Generativitas
(generativity) berati mentransmisikan sesuatu yang positif kepada generasi
selanjutnya. Ini bisa berkaitan dengan peran seperti parenting dan pengajaran. Melalui
peran itu orang dewasa membantu generasi selanjutnya untuk mengembangkan hidup
yang berguna. Eriksin mendeskripsikan stagnasi sebagai perasaan tidak bisa
melakukan apa-apa untuk membantu generasi selanjutnya.
Integritas versus putus asa adalah tahap psikologi Erikson yang kedelapan dan
terakhir. Tahap ini berhubungan dengan masa dewasa akhir, sekitar usia 60-an sampai
meninggal. Orangtua merenungi kembali hidupnya, memikirkan apa-apa yang telah
mereka lakukan. Jika evaluasi retrospektif ini positif, mereka akan mengembangkan
rasa integritas. Yakni, mereka memandang hidup mereka sebagai hidup yang utuh dan
positif dan layak dijalani sebaliknya, orangtua akan putus asa jika renungan mereka
kebanyakan negatif.
TAHAP ERIKSON PERIODE PERKEMBANGAN
Integritas vs putus asa Dewasa akhir (usia 60 tahun ke atas)
Generatif vs. stagnasi Dewasa petengahan (usia 40-an ± 50-an)
Intimasi vs. isolasi Dewasa awal (usia 20-an, 50-an)
Identitas vs. kebingungan identitas Remaja (10 sampai 20 tahun)
Usaha vs. inferioritas Kanak-kanak pertengahan dan akhir (SD, 6 sampai puber)
Inisaitif Vs. rasa bersalah Kanak-kanak awal (prasekolah, 3,5 tahun)
Otonomi vs. malu dan ragu Masa bayi (tahun kedua)
Percaya vs. tidak percaya Bayi (tahun pertama)
Gambar 3.2 Tahap Rentang Hidup Erikson

Mengevaluasi Teori Erikson. Teori Erikson memaparkan beberapa tugas


sosioemosional penting dan meletakkannya dalam kerangka perkembangan. Konsep
identitasnya terutama membantu untuk memahami masa remaja akhir dan masa
mahasiswa. Secara keseluruhan teorinya merupakan faktor penting dalam membentuk
pandangan kita sekarang tentang perkembangan manusia sebagai perkembangan
sepanjang hayat, bukas sekadar perkembangan di masa kanak-kanak.
Teori Erikson tidak luput dari kritik. Beberapa pakar percaya bahwa tahapannya terlalu
kaku. Bernice Neugarten (1998) megatakan bahwa identitas, intimasi, independensi,
dan banyak aspek perkembangan sosioemosional lainnya tidak muncul secara
berurutan secara rapi dalam interval usia tertentu. Aspek-aspek itu merupakan isu
penting yang ada disepanjang hidup kita. Meskipun banyak riset telah dilakukan
terhadap tahap-tahap Erikson (seperti identitas), seluruh cakupan teorinya (seperti
apakah delapan tahap itu selalu terjadi secara berurutan seperti yang dipaparkannya)
belum didokumentasikan secara ilmiah. Misalnya, bagi beberapa individu (terutama
wanita), intimasi mendahului identitas, atau berkembang secara bersamaan.
Mendidik Anak Berdasarkan Teori Erikson
a. Dorong anak untuk berinisiatif. Anak-anak di usia prasekolah dan di program
pendidikan untuk kanak-kanak awal harus diberi banyak kebebasan untuk
mengeksplorasi dunia mereka. Mereka seharusnya diijinkan untuk memilih beberapa
aktivitas sendiri. Jika mereka meminta melakukan aktivitas tertentu yang masuk akal,
permintaan itu harus dituruti. Beri materi menarik yang akan memicu imajinasi mereka.
Anak- anak pada tahap ini suka bermain. Bermain bukan hanya bermanfaat bagi
perkembangan sosioemosionalnya, tetapi juga merupakan medium penting untuk
pertumbuhan kognitif mereka. Secara khusus ajak mereka bermain dengan rekan
seusianya dan lakukan permainan berfantasi. Bantu anak untuk bertanggung jawab
dalam merapikan kembali mainan dan materi yang mereka pakai. Anak- anak bisa
diberi tanaman atau bunga untuk dirawat dan dibantu untuk merawatnya. Kritik harus
minimum sehingga si anak tidak akan mengembangkan rasa bersalah dan kecemasan
m
  
   

yang terlalu tinggi. Anak kecil selalu banyak membuat kesalahan dan suka mengobrak-
abrik barang. Mereka perlu diberi contoh yang baik, bukan kritik keras. Tata aktivitas
dan lingkungan mereka untuk membantu kesusksesannya, bukan untuk menghambat
beri mereka tugas-tugas yang tepat untuk perkembangan mereka. Misalnya, jangan
bikin kesal anak dengan menyuruh mereka duduk dalam waktu yang lama untuk
mengerjakan tugas menulis.
b. Mempromosikan usaha belajar untuk anak-anak sekolah dasar. Guru
bertanggungjawab atas perkembangan usaha belajar anak. Erikson berharap agar
guru bisa menyediakan suasana dimana anak bisa bersemangat untuk belajar.
Meminjam kalimat Erikson guru harus memaksa dengan lembut si anak agar berusaha
menyadari bahwa mereka bisa belajar menyelesaikan sesuatu sendiri. Di masa
sekolah dasar, anak sangat haus akan pengetahuan. Kebanyakan anak SD punya rasa
ingin tahu yang tinggi dan punya motivasi untuk mengerjakan tugas. Menurut Erikson
adalah penting bagi guru untuk memupuk motivasi untuk menguasai pengetahuan dan
rasa ingin tahu ini. Beri murid tantangan, namun jangan terlalu memberatkan mereka.
Berusahalah sekuat Tenaga agar murid jadi produktif, tetapi jangan terlalu kritis kepada
mereka. Bersikaplah toleran kepada kesalahan yang wajar dan pastikan bahwa setiap
murid punya peluang meraih keberhasilan.
c. Ajak remaja mengeksplorasi identitas dirinya. Sadarilah bahwa identitas murid
bersifat multidimensional. Aspek identitas mencakup tujuan untuk mencari kerja,
prestasi intelektual, minat pada hobi, olahraga, musik, dan area lainnya. Suruh remaja
untuk menulis esai tentang dimensi-dimensi ini, mengeksplorasi siapa diri mereka dan
apa yang ingin mereka lakukan dalam hidup mereka. Ini akan menstimulasi upaya
eksplorasi diri. Juga dorong murid remaja untuk mendengar debat tentang agama,
politik, dan isu ideologi, ini akan memicu mereka untuk meneliti perspektif yang
berbeda-beda.
Ketahuilah bahwa beberapa peran yang dilakukan remaja adalah tidak permanen.
Mereka mencoba banyak hal saat mereka mencari jati drinya. Juga sadarilah bahwa
penemuan jati diri tercapai sedikit demi sedikit selama beberapa tahun. Banyak remaja
sekolah menengah baru saja mulai mengeksplorasi jati dirinya, disaat-saat ini akan
bermanfaat jika mereka dikenalkan dengan berbagai pilihan karir dan kehidupan. Ajak
remaja untuk bicara dengan penasihat sekolah (guru BP) tentang opsi karir dan
beragam aspek dari identitas mereka. Undang orang dari beragam karir yang berbeda
dan mintalah mereka berbicara dengan murid-murid Anda tentang pekerjaan mereka
terlepas dari kelas yang Anda ajar.
d. Kaji diri Anda sebagai seorang guru dengan lensa delapan tahap Erikson (Gratz &
Boulton, 1996). Misalnya, Anda mungkin berada di usia dimana erikson mengatakan
bahwa isu yang paling penting dalam usia Anda saat ini adalah identitas versus
kebingungan identitas atau intimasi versus isolasi. Erikson percaya bahwa satu
demensi identitas paling penting adalah pekerjaan. Kesusksesan karir Anda sebagai
guru dapat merupakan aspek terpenting dalam identitas diri Anda. Aspek penting lain
dalam perkembangan masa dewasa awal adalah hubungan dekat yang positif dengan
orang lain. Identitas Anda akan mendapat manfaat dari hubungan yang positif dengan
partner dan dengan satu atau lebih kawan. Banyak guru mengembangkan
persahabatan erat dengan guru lain atau mentornya, dan hubungan ini bisa sangat
berguna.
e. Ambil karakteristik yang bermanfaat dari tahap Erikson lainnya. Guru yang kompeten
harus dapat dipercaya, menunjukkan inisiatif, mau berusaha dan menjadi model untuk
menguasai suatu pelajaran, serta punya motivasi untuk memberi kontribusi sesuatu
yang bermakna bagi generasi selanjutnya. Dalam peran Anda sebagai guru, Anda
akan secara aktif memenuhi kriteria konsep generativitas Erikson.

2. TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF


Perkembangan kognitif adalah salah satu aspek perkembangan manusia yang
berkaitan dengan pengertian (pengetahuan), yaitu semua proses psikologis yang
berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya.
Menurut Myers (1996), ³Cognition refers to all the mental activities associated with

  
   

thinking, knowing, and remembering. ³Pengertian yang hampir senada juga diberikan
oleh Margaret W. Matlin (1994), yaitu : ³cognition, or mental activity, involves the
acquisition, storage, retrieval, and use of konwledge. ³Dalam Dictionary of Psychology
karya Drever, dijelaskan bahwa ³kognisi adalah istilah umum yang mencakup segenap
model pemahaman, yakni persepsi, imajinasi, penangkapan makna, penilaian dan
penalaran.
Perlu diketahui dua titik penting teori Piaget. Pertama, Piaget menyadari bahwa anak-
anak melewati tahapan ini dengan kecepatan yang berbeda-beda, oleh karena itu dia
mengingatkan pentingnya pendekatan pada usia-usia yang terkait dengan mereka.
Bagaimanapun dia menekankan bahwa anak-anak berpindah melalui tahap-tahap ini
dalam suatu urutan yang tidak berubah, dalam urutan sama.
Asimilasi adalah proses menambahkan informasi baru ke dalam skema yang sudah
ada. Proses ini bersifat subjektif, karena seseorang akan cenderung memodifikasi
pengalaman atau informasi yang diperolehnya agar bisa masuk ke dalam skema yang
sudah ada sebelumnya. Dalam contoh di atas, melihat burung kenari dan memberi
label ³burung´ adalah contoh mengasimilasi binatang itu pada skema burung si anak.
Akomodasi adalah bentuk penyesuaian lain yang melibatkan pengubahan atau
penggantian skema akibat adanya informasi baru yang tidak sesuai dengan skema
yang sudah ada. Dalam proses ini dapat pula terjadi pemunculan skema yang baru
sama sekali. Dalam contoh di atas, melihat burung unta dan mengubah skemanya
tentang burung sebelum memberinya label ³burung´ adalah contoh mengakomodasi
binatang itu pada skema burung si anak .
Melalui kedua proses penyesuaian tersebut, sistim kognisi seseorang berubah dan
berkembang sehingga bisa meningkat dari satu tahap ke tahap berikutnya. Proses
penyesuaian tersebut dilakukan seorang individu karena ia ingin mencapai keadaan
equilibrium, yaitu berupa keadaan seimbang antara struktur kognisi dengan
pengalamannya di lingkungan. Seseorang akan selalu berupaya agar keadaan
seimbang tersebut selalu tercapai dengan menggunakan kedua proses penyesuaian di
atas (http://id.wikipedia.org).
Tahap Perkembangan Kognitif Piaget
Tahap Masa Umur Karakteristik
I Sensori Motor 0 - 2 tahun - Perkembangan skema melalui refleks-refleks untuk
mengetahui dunianya.
- Mencapai kemampuan dalam memersepsikan ketetapan dalam objek
II Praoperasional 2 - 7 tahun - Anak-anak berfikir menggunakan simbol dan bayangan
internal, tetapi berfikir mereka tidak sistematis dan tidak logis. Amat berbeda dengan
berfikirnya orang dewasa.
III Konkret Operasional 7 - 11 tahun - Mencapai kemampuan berfikir sistematik tapi
hanya apabila mereka dapat mengacu pada objek dan aktivitas konkret
- Mencapai kemampuan mengkonservasikan.
IV Formal Operasional 11 ± Dewasa - Mencapai kemampuan untuk berfikir sistematis
terhadap hal-hal yang abstrak dan hipotesis
(Sumber: Yuliani Sujiono, 2006)

Tahap Operasional Konkret (Concrete Operational Stage) usia 7 ± 11 tahun


Pada tahap ini, anak-anak dapat melaksanakan operasi, dan penalaran logis
menggantikan pemikiran intiutif sejauh pemikiran dapat diterapkan ke dalam contoh-
contoh yang spesifik atau kongkret. Proses-proses penting selama tahapan ini adalah :
1. Pengurutan
Kemampuan untuk pengurutan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya.
Contoh; bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda
yang paling besar ke yang paling kecil.
2. Klasifikasi
Kemampuan untuk memberi nama dan mengindentikasi serangkaian benda menurut
tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lainnya, termasuk gagasan bahwa
serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian
tersebut. Anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika berupa animisme (anggapan
Š
  
   

bahwa semua benda hidup dan berperasaan).


3. Decentering
Anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahn untuk bisa
memecahkannya. Sebagai contoh: anak tidak akan lagi menganggap cangkir lebar tapi
pendek lebih sedikit isinya dibanding cangkir kecil yang tinggi.
4. Reversibility
Anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian
kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4 +
4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya.
5. Konservatif
Memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak
berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut.
Contoh, bila anak diberi cangkir yang seukuran dan isisnya sama banyak, mereka akan
tahu bila air dituangkan ke gelas yang lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu
akan tetap sama banyak dengan isi cangkir lain.
6. Penghilangan Sifat Egosentrisme
Kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang
tersebut berpikir dengan cara yang salah). Sebagai contoh, tunjukkan komik yang
memperlihatkan Siti menyimpan boneka di dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan,
kemudian ujang memindahkan boneka itu dalam laci, setelah itu baru Siti kembali ke
ruangan. Anak dalam tahap operasi kongkret akan mengatakan bahwa Siti akan tetap
menganggap boneka itu ada di dalam kotak walau anak itu tahu bahwa boneka itu
sudah dipindahkan ke dalam laci oleh Ujang (http://id.wikipedia.org).
Karakteristik Utama dari Tahap Konkrit Operasional
Karakteristik Deskripsi Contoh
Konservasi Anak pada tahap ini mengakui karakteristik fisik tertentu dari suatu objek
adalah sama walaupun saat tampilannya berubah Setelah menjatuhkan ke lantai 10
uang logam yang semula tersusun di meja, Lizizie menunduk mencari uang tsb. ´saya
tahu uangnya ada sepuluh,´ ujarnya, ´karena itu adalah jumlah uang yang saya susun
di atas meja kemarin.
Decentration Pada tahap ini anak mampu mengkoordinasikan sejumlah tugas penting
dan bukan hanya berpusat pada satu persepsi yang dominan Setelah mendapatkan
dua gelas jus jeruk dari dapur, satu untuk adiknya dan satu lagi untuk dirinya, Lizzie
berkata,´ jangan khawatir, saya memberimu jus jeruk yang sama banyaknya. Gelas
saya tinggi tapi kurus sedangkan gelasmu pendek tapi lebar.
Keterbalikan Pada tahap ini anak mampu berpikir secara bertahap dan kemudian
kembali lagi ke tahap awal dalam mengatasi masalah Lizzie memahami dengan baik
operasi keterbalikan dari penjumlahan dan pengurangan. Dengan kata lain, saat kamu
menjumlahkan 7 dengan 8 maka hasilnya adalah 15. ini juga berarti bahwa 15
dikurangi 8 pasti hasilnya 7.
Klasifikasi berjenjang Pada tahap ini anak dapat secara fleksibel mengelompokkan dan
mengelompokan ulang benda-benda ke dalam jenjang kelas dan sub kelas. Lizzie
berdiskusi dengan Marina tentang bagaimana menampilkan koleksi batunya. Marina
menyarankan agar ia membedakannya berdasarkan ukuran kemudian warna, atau
berdasarkan benuk dan warna.

Rangkaian Pada tahap ini anak dibimbing dengan keseluruhan rencana saat mengatur
serangkaian item Lizzie memutuskan untuk mengatur batu-batunya berdasarkan
ukuran. Ia dengan cepat menyusun 20 batu pada setiap baris, mulai dari yang kecil
kemudian yang terkecil dari tumpukan sampai susunannya selesai.
Kesimpulan lengkap Pada tahap ini anak mampu secara mental (seriate mentally).
Setelah membandingkan A dengan B dan B dengan C, mereka mampu menemukan
hubungan antara A dengan C. ´saya melihat kotak makan Tina yang baru dan ternyata
lebih besar dari punya saya ´kata Marina saat makan roti isi dengan Lizzie. ´pastinya,
kotak makannya lebih besar dari punya saya juga, karena lihat- kotak makan saya tidak
lebih besar dari punyamu.´ kata Lizzie
Operasi keruangan Pada tahap ini anak sudah memahami tentang jarak; paham
c
  
   

tentang hubungan antara jarak, waktu dan kecepatan; serta membentuk peta kognitif
yang teratur dari lingkungan yang dikenalnya. Lizzie sadar bahwa sebuah truk yang
menghalangi jalan setapak tidak mengubah jaraknya. Ia juga tahu bahwa jika ia berlari
lebih cepat dari Marina dengan waktu tempuh yang sama maka ia akan cepat sampai.
Selanjutnya ia dapat menggambarkan peta yang menggambarkan rute dari rumahnya
ke rumah Marina lengkap dengan penanda utama yang bisa ditemui selama
perjalanan.
Horizontal decalage Konsep logis sudah mampu dikuasai secara umum Lizzie
memahami tentang konservasi angka dan cairan sebelum ia mengusai pembicaraan
mengenai area dan bobot.
(Sumber: Berk, 1989)

3. TEORI BEHAVIOR: TEORI BELAJAR SOSIAL oleh ALBERT BANDURA (1925-...)


Pembelajaran lewat Pengamatan merupakan konsep dasar dari teori belajar sosial
yang dikembangkan oleh Albert Bandura. Menurut Bandura, sebagian besar manusia
belajar melalui pengamatan secara selektif dan mengingat tingkah laku orang lain
(Arends, 1997 dalam Trianto, 2007).
Seseorang belajar menurut teori ini dilakukan dengan mengamati tingkah laku orang
lain (model), hasil pengamatan itu kemudian dimantapkan dengan cara
menghubungkan pengalaman baru dengan pengalaman sebelumnya atau mengulang-
ulang kembali. Dengan jalan ini memberi kesempatan kepada orang tersebut untuk
mengekspresikan tingkah laku yang yang dipelajarinya. Kekuatan dari pembelajaran
lewat pengamatan ini terdokumentasikan dengan baik dalam literatur-literatur
antropologis. Di salah satu sub kultur Guatemala, anak-anak gadis belajar menenun
dari melihat model bekerja. Guru tenun menunjukkan mengoperaskan mesin tekstil
sementara si Gadis Kecil mengamati saja. Kemudian, ketika si anak merasa siap, dia
mulai mengoperaiskan mesin dan biasanya langsung mampu mengoperasikannya
dengan penuh kecakapan. Dalam teori Bandura, si gadis kecil menunjukkan apa yang
disebut dengan pembelajaran tanpa coba-coba (no-trial learning) - memperoleh tingkah
laku yang baru seluruhnya dalam sekejap hanya dengan mengamati. Dia tidak perlu
jatuh bangun lewat proses belajar trial and error yang sangat menyakitkan. Dan harus
didampingi oleh penguatan yang berbeda-beda di tiap respon kecilnya.
Pengamatan juga mengajarkan kita sejumlah konsekwensi yang emungkinkan dari
sebuah tingkah laku baru ± proses ini disebut vicarious reinforcement ( penguatan lewa
pegamatan yang empatik, merasa seolah-olah kita yang melakukannya)
Berdasarkan pola perilaku tersebut, selanjutnya Bandura mengklasifikasi empat
komponen pembelajaran operasional :
a. Proses Atensi (Proses Perhatian)
Fase pertama dalam belajar permodelan adalah memberikan perhatian pada suatu
model. Pada umumnya seseorang memberikan perhatian pada model-model yang
menarik, popular, atau yang dikagumi. Dalam pembelajaran guru yang bertindak
sebagai model bagi siswanya harus dapat menjamin agar siswa memberikan perhatian
kepada bagian-bagian penting dari pelajaran.
b. Proses Retensi ( Proses Retensi)
Menurut Gredler (dalam Sudibyo, 2001) yang diadaptasi oleh Trianto, 2007, fase ini
bertanggung jawab atas pengkodean tingkah laku model dan menyimpan kode-kode itu
di dalam ingatan (memori jangka panjang). Pengkodean adalah proses pengubahan
pengalaman yang diamati menjadi kode memori. Arti penting dari fase ini adalah
bahwa si pengamat tidak akan dapat memperoleh manfaat dari tingkah laku yang
diamati ketika model tidak hadir, kecuali apabila tingkah laku itu dikode dan disimpan
dalam ingatan untuk digunakan pada waktu kemudian.
c. Proses Reproduksi Motorik
Dalam fase ini kode-kode dalam memori membimbing penampilan yang sebenarnya
dari tingkah laku yang baru diamati. Derajat ketelitian yang tertinggi dalam belajar
mengamati adalah apabila tindakan terbuka mengikuti penglangan secara mental.
Fase reproduksi dipengaruhi oleh tingkat perkembangan individu.
d. Proses peguatan dan motivasi
cc
  
   

Pada fase ini si pengamat akan termotivasi untuk meniru model, sebab mereka merasa
bahwa dengan berbuat seperti model, mereka akan memperoleh penguatan.
Memberikan penguatan untuk suatu tingkah laku tertentu akan memotivasi pengamat
(pembelajar) untuk berunjuk perbuatan. Aplikasi fase motivasi di dalam kelas dalam
pembelajaran permodelan sering berupa pujian atau pemberian nilai.
Implikasi-Implikasi Praktis
Penelitian Bandura meningkatkan kesadaran kita akan pentingnya permodelan dalam
mengasuh dan mendidik anak. Meskipun orangtua dan guru sudah menyadari fakta
bahwa mereka mengajar anak lewat contoh-contoh tindakan, namun terkadang mereka
lupa kalau permodelan mereka bisa sangat mempengaruhi anak.
Para teorisi belajar sosial juga menunjukkan kalau tingkah laku dipengaruhi bukan
hanya oleh pribadi-pribadi tertentu atau model-model hidup, namun juga oleh modek-
model yang disajikan oleh media masa, salah satunya yang paling berpengaruh kuat
adalah televisi (model-model yang difilmkan). Para ahli menemukan bahwa efek-efek
kekerasan yan ditelevisikan dapat mempengaruhi agresivitas anak-anak dalam hidup
mereka sehari-hari.
D. KESIMPULAN
Jhon Locke mengemukakan bahwa pengalaman dan lingkungan anak merupakan
faktor yang paling menentukan dalam perkembangan sosial dan emosional anak.
Perkebangan sosial dan emsional adalah perkembangan perilaku anak dalam
pengendalian dan penyesuaian diri dengan aturan-aturan masyarakat di mana anak itu
berada. Perkembangan sosial dan emosional bukan hanya sekedar hasil kematangan,
tetapi sebagian besar merupakan hasil belajar. Oleh karena itu menyediakan kondisi
yang kondusif sangat penting dilakukan agar meningkatkan kematangan dan
kesempatan belajar. Pengkondisian yang baik akan menjadikan fungsi sosial
emosional anak menjadi semakin berkembang. Pengendalian emosi dan tatanan sosial
yang baik serta sehat akan dapat membantu anak dalam mengembangkan konsep diri
yang positif dan akan menjadikan perkembangan sosial emosional anak lebih optimal.
Faktor pematangan dan faktor belajar keduanya mempengaruhi perkembangan emosi
dan sosial anak. Adapun arah pematangan dan belajar, keduanya sama. Dari sisi
emosi, arah pematangan belajar ingin mengantarkan anak pada kestabilan, sedangkan
dari sisi sosial, ingin mengantarkan anak pada kematangan bersosialisasi. Beberapa
teori yang telah diuraikan di atas diharap dapat membantu para pendidik untuk
menerapkan impliksinya dalam proses mengasuh dan mendidik anak.

E. DAFTAR PUSAKA
1. Santrock, Jhon , W., Life Span
2. Crain, Wlliam, Teori Perkembangan, Konsep dan Aplikasi- edisi 3 , Pustaka
Belajar, 2007
3. Sujiono, Yuliani, M.Pd, Dr., Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Bahan
Ajar Universitas Negeri Jakarta, 2007
4. Rachmawati, Yeni & Nugraha, Ali, Metode Perkembangan Sosial Emosional,
Universitas Terbuka.

You might also like