You are on page 1of 138

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI

BALITA PADA KELUARGA PETANI DI DESA PURWOJATI


KECAMATAN KERTEK KABUPATEN WONOSOBO

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Universitas Negeri Semarang

Oleh :

Dewi Andarwati

NIM : 6450402069

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN


JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

2007

i
ABSTRAK

Dewi Andarwati. 2007. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi


Balita pada Keluarga Petani di Desa Purwojati Kecamatan Kertek
Kabupaten Wonosobo. Skripsi. Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Fakultas Ilmu Keolahragaan. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing
I: Dra. E. R. Rustiana, M.Si, II: Irwan Budiono, SKM.
Kata Kunci: Faktor-faktor, Status Gizi Balita Keluarga Petani.

Berdasarkan studi pendahuluan di Desa Purwojati diperoleh jumlah


balita pada keluarga petani yang mengalami gizi kurang sebanyak 1,89%, dan gizi
buruk sebanyak 0,96%. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka tujuan dari
penelitian adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status
gizi balita pada keluarga petani di Desa Purwojati Kecamatan Kertek Kabupaten
Wonosobo.
Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional dengan desain cross
sectional. Populasi adalah seluruh balita keluarga petani sejumlah 208. Sampel
dalam penelitian ini sebanyak 68 balita. Variabel dalam penelitian ini adalah
pendapatan keluarga, tingkat pengetahuan gizi ibu, tingkat pendidikan ibu,
besarnya keluarga, status pekerjaan ibu, pantangan makan balita, tingkat konsumsi
energi dan protein sebagai variabel bebas. Sedangkan variabel terikat adalah status
gizi balita. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) Dacin atau
timbangan balita, 2) Kuesioner, 3) Formulir recall 3X24 jam. Data dalam
penelitian ini dianalisis dengan analisis univariat dan analisis bivariat dengan
menggunakan uji Chi-square dengan α = 0,050.
Dari hasil analisis bivariat faktor-faktor yang berhubungan dengan status
gizi balita antara lain: pendapatan keluarga p = 0,002, RP=11,200, (95%
CI=1,575-79,649), tingkat pengetahuan ibu p= 0,001, RP=11,897, (95%
CI=1,672-84,658), tingkat konsumsi energi p= 0,000, RP=22,500, (95% CI=
5,720-88,501), tingkat konsumsi protein p= 0,000, RP=18,000, (95% CI=5,993-
54,059). Sedangkan faktor-faktor yang tidak berhubungan dengan status gizi
balita antara lain: tingkat pendidikan ibu p= 0,128, RP=1,630, (95% CI=0,723-
3,671), besarnya keluarga p=0,168, RP=0,431, (95% CI=0,180-1,030), status
pekerjaan ibu p= 0,470, RP=0,467, (95% CI=0,170-1,283). Saran yang dapat
penulis ajukan terkait penelitian ini adalah supaya ibu balita keluarga petani,
kader posyandu dan bidan setempat supaya lebih memperhatikan faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap status gizi balita sehingga dapat menentukan sikap
yang baik bagi status gizi balitanya.

ii
PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing I dan pembimbing II untuk diajukan
mengikuti ujian Skripsi Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu
Keolahragaan Universitas Negri Semarang.

Semarang, ….Maret 2006


Yang Mengajukan

Dewi Andarwati
NIM.6450402069

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. E. R. Rustiana M. Si Irwan Budiono, SKM


NIP. 131472346 NIP. 132308392

Mengetahui
Ketua Jurusan/ Program Studi

dr.Hj. Oktiaworo KH, M. Kes


NIP. 131695159

iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

1. Hidup adalah liku-liku dan perjuangan, setelah kita berjuang melewati liku-liku

kehidupan maka didepan kita masih menanti liku-liku yang lebih tajam lagi.

2. Keimanan, kesetiaan, kesabaran, harapan dan Do’a adalah bekal untuk

menghadapi liku-likunya hidup.

3. Allah tidak akan memberikan ujian dan cobaan diluar batas kemampuan

hamba-Nya.

PERSEMBAHAN

Dengan kerendahan hati skripsi ini

kupersembahkan kepada:

1. Bapak (Alm) dan Ibu yang tercinta.

2. Adikku Andi dan Andra

3. Teman-teman IKM ‘02

4. Bang Erwin tersayang

5. Teman-teman kost “STRAWBERY”

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat-Nya dan
berkat bimbingan Bapak dan Ibu Dosen, sehingga skripsi dengan judul “Faktor-
faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Balita pada Keluarga Petani di
Desa Purwojati Kecamatan Kertek, Kabupaten Wonosobo” dapat terselesaikan.
Skripsi ini disusun untuk melengkapi persyaratan kelulusan program studi Strata 1
jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Semarang.
Perlu disadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak dapat selesai tanpa bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati disampaikan terimakasih
kepada:
1. Pimpinan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, atas
nama (Pembantu Dekan Bidang Akademik Bapak DR. Khomsin, M.Pd) atas
ijin penelitian.
2. Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Ibu dr. Hj. Oktiaworo K.H, M.Kes,
atas persetujuan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.
3. Pembimbing I Ibu Dra. E. R. Rustiana M. Si, atas bimbingan arahan dan
masukanyna dalam penyusunan skripsi ini.
4. Pembimbing II Bapak Irwan Budiono, SKM, atas bimbingan arahan dan
masukannya dalam penyusunan skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, atas ilmu yang
diberikan selama kuliah.
6. Kepala Desa Purwojati Kecamatan Kertek Bapak Supandi, atas ijin penelitian.
7. Kepala PUSKESMAS Kertek I Ibu drg. Sri Sukampti, atas ijin penelitiannya.
8. Ibu Rini sebagai bidan Desa Purwojati, atas bantuannya dalam proses
pengambilan data.
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas bantuannya dalam
penyusunan skripsi.

v
Semoga amal baik dari semua pihak mendapatkan pahala yang berlipat
ganda dari Allah SWT, dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.

Semarang, Maret 2007

Penyusun

vi
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................... i
ABSTRAK .............................................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................... iii
MOTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................ iv
KATA PENGANTAR ............................................................................ v
DAFTAR ISI........................................................................................... vii
DAFTAR TABEL................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Permasalahan .................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................. 6
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................ 7
1.5 Keaslian Penelitian............................................................................ 8
1.6 Ruang Lingkup Penelitian................................................................. 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Status Gizi Balita .............................................................................. 13
2.2 Gizi Buruk Pada Balita...................................................................... 18
2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi................................. 29
2.4 Kerangka Teori ................................................................................. 55

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Kerangka Konsep .............................................................................. 56
3.2 Hipotesis Penelitian........................................................................... 57
3.3 Definisi Operasional.......................................................................... 59
3.4 Jenis dan Rancangan Penelitian ........................................................ 60

vii
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian ........................................................ 61
3.6 Instrument Penelitian ........................................................................ 63
3.7 Prosedur Penelitian ........................................................................... 64
3.8 Teknik Pengumpulan Data................................................................ 65
3.9 Analisis Data ..................................................................................... 67

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


4.1 Analisis umum .................................................................................. 69
4.2 Hasil Penelitian ................................................................................. 70
4.2.1 Analisis Univariat .................................................................... 70
4.2.2 Analisis Bivariat....................................................................... 78
4.3 Pembahasan....................................................................................... 85
4.4 Hambatan dan kelemahan penelitian ............................................... 92

BAB V SIMPULAN DAN SARAN


5.1 Simpulan .......................................................................................... 93
5.2 Saran ................................................................................................. 93
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 95
LAMPIRAN

viii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1. Kebutuhan Zat Gizi Balita Berdasarkan AKG rata-rata per hari ...... 17
2. Status Gizi Berdasarkan Indeks Antropometri.................................. 26
3. Energi Basal Metabolisme pada Anak-anak ..................................... 45
4. Kebutuhan Protein untuk Golongan Umur& Jenis kelamin ............. 48
5. Tabel Distribusi Pekerjaan Masyarakat Desa Purwojati................... 69
6. Hasil Pertanian Desa Purwojati......................................................... 70
7. Tabel Silang Pendapatan Keluarga dengan Status Gizi .................... 79
8. Tabel Silang Tingkat Pengetahuan Gizi Ibu dengan Status Gizi ...... 80
9. Tabel Silang Tingkat Pendidikan Ibu dengan Status Gizi ................ 81
10. Tabel Silang Besar Keluarga dengan Status Gizi ............................. 82
11. Tabel Silang Status Pekerjaan Ibu dengan Status Gizi ..................... 83
12. Tabel Silang Angka Kecukupan Energi dengan Status Gizi............. 84
13. Tabel Silang Angka Kecukupan Protein dengan Status Gizi............ 85

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1. Grafik Distribusi Frekuensi Pendapatan Keluarga............................ 71
2. Grafik Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Gizi Ibu.............. 72
3. Grafik Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Ibu ........................ 73
4. Grafik Distribusi Frekuensi Besar Keluarga ..................................... 74
5. Grafik Distribusi Frekuensi Status Pekerjaan Ibu............................. 75
6. Grafik Distribusi Frekuensi Angka Kecukupan Energi .................... 76
7. Grafik Distribusi Frekuensi Angka Kecukupan Protein ................... 77
8. Grafik Distribusi Frekuensi Status Gizi Balita.................................. 78

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1. Surat Tugas Dosen Pembimbing ...................................................... 97
2. Surat Ijin Penelitian........................................................................... 98
3. Surat Ijin Penelitian........................................................................... 99
4. Surat Ijin Penelitian........................................................................... 100
5. Surat Ijin Penelitian........................................................................... 101
6. Surat Tembusan KESBANGLINMAS ............................................. 102
7. Kuesioner Penelitian ......................................................................... 103
8. Validitas Instrumen ........................................................................... 108
9. Reliabilitas Instrumen ....................................................................... 110
10. Data Kuesioner.................................................................................. 112
11. Analisis Univariat ............................................................................. 114
12. Analisis Bivariat................................................................................ 118
13. Foto Dokumentasi ............................................................................. 126

xi
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,

kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat

kesehatan yang optimal, yang pada akhirnya meningkatkan kualitas sumber

daya manusia. Arah kebijaksanan pembangunan bidang kesehatan adalah

untuk mempertinggi derajat kesehatan, termasuk di dalamnya keadaan gizi

masyarakat dalam rangka meningkatkan kualitas hidup serta kecerdasan dan

kesejahteraan pada umumnya (Suhardjo, 2003: 3).

Gizi kurang dan gizi buruk pada balita berakibat terganggunya

pertumbuhan jasmani dan kesehatan. Secara tidak langsung gizi kurang dan

gizi buruk dapat menyebabkan anak balita mengalami defisiensi zat gizi yang

dapat berakibat panjang, yaitu berkaitan dengan kesehatan anak, pertumbuhan

anak, penyakit infeksi dan kecerdasan anak seperti halnya karena serangan

penyakit tertentu. Apabila hal ini dibiarkan tentunya balita sulit sekali

berkembang. Dengan demikian jelaslah masalah gizi merupakan masalah

bersama dan semua keluarga harus bertindak atau berbuat untuk melakukan

perbaikan gizi (Sajogyo,dkk. 1994: 2).

Ditinjau dari sudut masalah kesehatan dan gizi, maka balita termasuk

dalam golongan masyarakat kelompok rentan gizi, yaitu kelompok

masyarakat yang paling mudah menderita kelainan gizi, sedangkan pada saat

1
2

ini mereka sedang mengalami proses pertumbuhan yang relatif pesat

(Soegeng Santoso dan Anne Lies. 2003 : 88).

Secara umum terdapat 4 masalah gizi pada balita di Indonesia yaitu

KEP (Kekurangan Energi Protein), KVA (Kurang Vit A), Kurang yodium

(Gondok Endemik), dan kurang zat besi (Anemia Gizi Besi). Akibat dari

kurang gizi ini kerentanan terhadap penyakit-penyakit infeksi dapat

menyebabkan meningkatnya angka kematian balita (Soegeng Santoso dan

Anne Lies Ranti, 2003: 72).

Di Jawa Tengah tahun 2003 menunjukkan data jumlah balita sejumlah

2.816.499, dari jumlah tersebut yang ditimbang di Posyandu sebanyak

70,77 %, dengan rincian yang naik berat badannya sebanyak 1.575.486 anak

(79,03 %) dan anak balita yang berada di bawah garis merah (BGM) sebanyak

46.679 anak (2,34 %). Dari data tersebut dapat diketahui bahwa di Jawa

Tengah masih banyak balita yang status gizinya berada di bawah garis gizi

cukup (BPS, 2003: 42).

Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo,

tercatat gizi kurang pada tahun 2004 sebanyak 18,85 %, dan kasus gizi kurang

menurun menjadi 8,73 % pada tahun 2005. Sedangkan untuk kasus gizi buruk

masih perlu diperhatikan. Dimana pada tahun 2004 kasus gizi buruk sebanyak

0,63 % dan bertambah menjadi 1,66 % pada tahun 2005 (Dinkes Kabupaten

Wonosobo, tahun 2005).

Berdasarkan data Puskesmas Kertek I tahun 2005 yang meliputi 13

desa. Desa yang status gizi buruknya paling tinggi adalah Desa Purwojati.
3

Dari jumlah total penderita gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas Kertek I

27,27% adalah balita dari desa Purwojati, dan dari jumlah total penderita gizi

kurang di wilayah kerja Puskesmas Kertek I 9,58% adalah balita desa

Purwojati (Puskesmas Kertek I, tahun 2005).

Menurut profil BPS Kabupaten Wonosobo Kecamatan Kertek tahun

2005 jumlah penduduk Desa Purwojati sebanyak 3767 jiwa dengan 940 kepala

keluarga. Sebagian besar penduduk bermata pencaharian sebagai petani

(63.09%). Data yang diperoleh dari Puskesmas I Kertek jumlah petani yang

mempunyai balita sebanyak 35.08%. Adapun jumlah keseluruhan balita anak

petani yang mengalami gizi kurang sebanyak 1.89% dan 0.96% mengalami

gizi buruk (BPS dan Puskesmas Kertek I tahun 2006).

Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi pada balita banyak sekali

diantaranya adalah pendapatan atau anggaran belanja keluarga, menurut

Sajogya, dkk (1994 : 7) pendapatan yang rendah menyebabkan orang tidak

mampu membeli pangan dalam jumlah yang diperlukan. Rendahnya

pendapatan mungkin disebabkan karena menganggur atau karena susahnya

memperoleh lapangan kerja. Berlainan dengan faktor pendapatan ternyata ada

penduduk atau masyarakat yang berpendapatan cukup dan lebih dari cukup

(baik di kota maupun di desa, seperti petani pemilik tanah, penggarap dan

sebagainya) dalam penyediaan makanan keluarga banyak yang tidak

memanfaatkan bahan makanan yang bergizi, hal ini disebabkan oleh faktor

lain. Faktor yang lainnya yaitu kurangnya pengetahuan tentang gizi atau

kemampuan untuk menerapkan informasi tersebut dalam kehidupan sehari-

hari. Besarnya keluarga juga termasuk salah satu faktor yang mempengaruhi
4

status gizi balita, dimana jumlah pangan yang tersedia untuk suatu keluarga

besar mungkin cukup untuk keluarga yang besarnya setengah dari keluarga

tersebut, tetapi tidak cukup untuk mencegah gangguan gizi pada keluarga

besar tersebut. Selain itu pantangan makan juga termasuk didalamnya, dimana

sikap yang tidak menyukai suatu makanan tertentu untuk dikonsumsi, hal ini

juga dapat menjadi kendala dalam memperbaiki pola pemberian makanan

terhadap anggota keluarga dengan makanan yang bergizi (Suhardjo, dkk.

1986:31).

Puffer dan Seranno (dalam Sri Kardjati, dkk, 1985: 54) melaporkan

bahwa gizi kurang dan infeksi merupakan masalah kesehatan yang penting

pada anak-anak. Gizi kurang dan infeksi kedua-duanya dapat bermula dari

kemiskinan dan lingkungan yang tidak sehat dengan sanitasi buruk. Selain itu

juga diketahui infeksi menghambat reaksi Imunologis yang normal dengan

menghasilkan sumber-sumber energi dan protein di tubuh

Balita masih dalam proses pertumbuhan dan perkembangan tubuh.

Oleh karena itu untuk memperoleh energi serta dapat melakukan kegiatan

fisiknya sehari-hari, maka tubuh harus dipenuhi kebutuhan zat-zat gizinya.

Zat-zat makanan yang diperlukan itu dapat dikelompokkan menjadi 6 macam,

yaitu air, protein, lemak, vitamin, mineral dan karbohidrat (G Kartasapoetra

dan Marsetyo, 2001:4).

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis mengambil judul

“Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Balita pada Keluarga

Petani di Desa Purwojati Kecamatan Kertek Kabupaten Wonosobo”.


5

1.2 PERMASALAHAN

Berdasarkan data dari Puskesmas Kertek I tahun 2005, di Desa

Purwojati terdapat balita dari keluarga petani dengan status gizi buruk

sebanyak 0,96 % dan gizi kurang sebanyak 1,89 %. Berdasarkan uraian

tersebut dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1.2.1. Permasalahan Umum

Faktor-faktor apa sajakah yang berhubungan dengan status gizi

balita pada keluarga petani di Desa Purwojati Kecamatan Kertek

Kabupaten Wonosobo tahun 2007 ?

1.2.2. Permasalahan Khusus

1. Adakah hubungan antara pendapatan keluarga dengan status gizi

balita pada keluarga petani di Desa Purwojati Kecamatan Kertek

Kabupaten Wonosobo tahun 2007 ?

2. Adakah hubungan antara tingkat pengetahuan gizi ibu dengan status

gizi balita pada keluarga petani di Desa Purwojati Kecamatan Kertek

Kabupaten Wonosobo tahun 2007 ?

3. Adakah hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan status gizi

balita pada keluarga petani di Desa Purwojati Kecamatan Kertek

Kabupaten Wonosobo tahun 2007 ?

4. Adakah hubungan antara besarnya keluarga dengan status gizi balita

pada keluarga petani di Desa Purwojati Kecamatan Kertek Kabupaten

Wonosobo tahun 2007 ?


6

5. Adakah hubungan antara status pekerjaan ibu dengan status gizi

balita pada keluarga petani di Desa Purwojati Kecamatan Kertek

Kabupaten Wonosobo tahun 2007 ?

6. Adakah hubungan antara pantangan makan balita dengan status gizi

balita pada keluarga petani di Desa Purwojati Kecamatan Kertek

Kabupaten Wonosobo tahun 2007 ?

7. Adakah hubungan antara tingkat konsumsi energi dengan status gizi

balita pada keluarga petani di Desa Purwojati Kecamatan Kertek

Kabupaten Wonosobo tahun 2007 ?

8. Adakah hubungan antara tingkat konsumsi protein dengan status gizi

balita pada keluarga petani di Desa Purwojati Kecamatan Kertek

Kabupaten Wonosobo tahun 2007 ?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi balita

keluarga petani di desa Purwojati Kecamatan Kertek Kabupaten Wonosobo.

1.3.2 Tujuan Khusus

1) Untuk mengetahui hubungan antara pendapatan keluarga dengan status

gizi balita pada keluarga petani di desa Purwojati Kecamatan Kertek

Kabupaten Wonosobo.

2) Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan gizi ibu dengan

status gizi balita pada keluarga petani di Desa Purwojati Kecamatan

Kertek Kabupaten Wonosobo.


7

3) Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan

status gizi balita pada keluarga petani di Desa Purwojati Kecamatan

Kertek Kabupaten Wonosobo.

4) Untuk mengetahui hubungan antara besarnya keluarga dengan status

gizi balita pada keluarga petani di Desa Purwojati Kecamatan Kertek

Kabupaten Wonosobo.

5) Untuk mengetahui hubungan antara status pekerjaan ibu dengan status

gizi balita pada keluarga petani di Desa Purwojati Kecamatan Kertek

Kabupaten Wonosobo.

6) Untuk mengetahui hubungan antara pantangan makan balita dengan

status gizi balita pada keluarga petani di Desa Purwojati Kecamatan

Kertek Kabupaten Wonosobo.

7) Untuk mengetahui hubungan antara tingkat konsumsi energi dengan

status gizi balita pada keluarga petani di Desa Purwojati Kecamatan

Kertek Kabupaten Wonosobo.

8) Untuk mengetahui hubungan antara tingkat konsumsi protein dengan

status gizi balita pada keluarga petani di Desa Purwojati Kecamatan

Kertek Kabupaten Wonosobo.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman dan wawasan

ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang ilmu gizi, serta dapat

menyampaikan pada masyarakat tentang cara-cara untuk meningkatkan

status gizi balita agar lebih baik.


8

2. Bagi Petugas Kesehatan dan Pemerintah

Sebagai referensi untuk dapat memberikan informasi, tentang program

pendidikan gizi kepada masyarakat khususnya ibu-ibu untuk

memperhatikan status gizi balitanya.

3. Bagi Masyarakat

a. Dengan dipublikasikan skripsi ini diharapkan masyarakat mempunyai

pengetahuan gizi yang baik, sehingga berusaha untuk selalu

meningkatkan status gizi keluarga terutama pada balitanya.

b. Dapat mengetahui apa saja yang dapat mempengaruhi status gizi balita

dan dapat memacu diri untuk berusaha untuk meningkatkan status gizi

balitanya.

4. Bagi Kader Posyandu

Sebagai sumbangan pemikiran dalam meningkatkan pelayanan kesehatan

terhadap masyarakat yang memiliki balita, mengingat status gizi

merupakan sumber daya yang unggul.

1.5 KEASLIAN PENELITIAN

NO Nama Judul Tahun& Rancangan Variabel Hasil Penelitian


Peneliti Penelitian Tempat Penelitian Penelitian
Penelitian
1. Ninik Asri Hubungan 2005/ Cross Variabel Dari hasil uji Chi Squer
Rokhana antara Demak sectional terikat: sebesar 5.577 dengan
pendapatan Status Gizi signifikan 1% diperoleh
keluarga dan Variabel nilai kritik sebesar 13.28
pola asuh bebas : Pola yang artinya tidak ada
gizi dengan asuh gizi hubungan antara
status gizi pendapatan dengan status
anak balita di gizi. Dari data pola asuh
Betokan dan status gizi ditunjukkan
Demak dari hasil Chi Squer
016/IKM/06 18.379 dengan signifikan
1% diperoleh nilai kritik
9.21 berarti ada hubungan
yang signifikan antara pola
asuh gizi dan status gizi.
9

2. Ina Hubungan 2003/ Cross Variabel - Tingkat pendidikan ibu


Wijayanti tingkat Semarang sectional terikat: dan pola konsumsi anak
pendidikan Status gizi rs=0.441 p=0.012, sig 5%
ibu dan dan Variabel ada hubungan yang
pola bebas: signifikan antara
konsumsi Pendidikan pendidikan ibu dan pola
pangan anak ibu dan Pola konsumsi anak.
terhadap konsumsi - Pola konsumsi pangan
status gizi pangan anak dengan status gizi
baduta di rs=o.649, p<0.01, sangat
Tambak signifikan pada p<1%
Rejo Kel. yang berarti ada hubungan
Tanjung Mas yang signifikan.
Kec. - Pendidikan ibu dan status
Semarang gizi, rs=0.649, p=0.01
Utara sangat signifikan pada
JATENG p=1%, yang berarti ada
001/BOG/04 hubungan yang signifikan
antar pendidikan ibu dan
status gizi.
3. Halym Faktor-faktor 2006/ Cross Variabel Dari hasil analisis bivariat
Surasih yang Banjarnegara sectional terikat: diperoleh: jumlah
berhubungan Status Gizi konsumsi energi {p=0,000
dengan Variabel CC=0,390 OR=9,793(95%
keadaan bebas: CI=2,967-32,320}, usia
KEK pada konsumsi ibu hamil{p=0,015
ibu hamil di energi, usia CC=0,239 ) OR=
kabupaten ibu hamil, 3,298(95% CI= 1,225-
Banjarnegara beban kerja 8,879)}, beban kerja ibu
ibu hamil, hamil{p=0,001 Cc=0,329
pendapatan OR=6,545(95% CI=2,054-
keluarga, 20,861)},pendapatan
pengetahuan keluarga{p=0,000
ibu tentang CC=0,340 OR=5,12(95%
gizi, paritas, CI=2,010-13,040)}
jarak pengetahuan ibu tentang
kelahiran, gizi(p=0,007),
penyakit paritas(p=0,375), jarak
infeksi. kelahiran
(p=0,900),penyakit
infeksi(p=0,123).
4. Priyanto Faktor-faktor 2005/ Cross Variabel 1. ada hub.(+) antara
yang Semarang sectional terikat: tingkat konsumsi energi
berhubungan Status gizi dgn status gizi dengan
dengan Variabel probabilitas
status gizi bebas: 0,012(<0,05)dgnCC+0,473
penderita Konsumsi 2. ada hub(+) antara
KEP berat energi, kecukupan protein dengan
Pasca rawat konsumsi status gizi. Probabilitas
inap dirumah protein, 0,010(<0,05)dgn
sakit dokter penyakit CC+0,489
Karyadi infeksi, 3. ada hub(-)yg signifikan
Semarang pendapatan antara penyakit infeksi,
keluarga, Probabilitas 0,012(<0,05)
jumlah dengan CC-0,495
anak, 4. tidak ada hub. yang
pengetahuan signifikan antara tingkat
ibu tentang pendapatan dengan status
gizi, gizi , Probabilitas
pendidikan 0,344(>0,05)
ibu.
10

5. Tidak hub. yang


signifikan antara jumlah
anak dengan status gizi,
Probabilitas 0,113(>0,05)
6. Tidak ada hub.yang
signifikan antara tingkat
pengetahuan ibu tentang
gizi, Probabilitas 0,244
(>0,05)
7. Ada hub.(+)yang
signifikan antara
pendidikan ibu dengan
status gizi, probabilitas
0,045(<0,05) dengan
CC+0,375

5. Dewi Faktor-faktor 2007/ Cross Variabel 1. Ada hubungan antara


Andarwati yang Wonosobo sectional terikat: pendapatan keluarga
Berhubungan Status gizi dengan status gizi balita
dengan Variabel pada keluarga petani
Status Gizi bebas: Desa Purwojati,
Balita pada pendapatan Kecamatan Kertek,
Keluarga keluarga, Kabupaten Wonosobo
Petani di tingkat tahun 2007.
Desa pengetahuan 2. Ada hubungan antara
Purwojati gizi ibu, tingkat pengetahuan gizi
Kecamatan tingkat ibu dengan status gizi
Kertek pendidikan balita pada keluarga
Kabupaten ibu, petani Desa Purwojati,
Wonosobo besarnya Kecamatan Kertek,
keluarga, Kabupaten wonosobo
status tahun 2007.
pekerjaan 3. Tidak ada hubungan
ibu, antara tingkat
pantangan pendidikan ibu dengan
makan status gizi balita pada
balita, keluarga petani Desa
tingkat Purwojati, Kecamatan
konsumsi Kertek, Kabupaten
energi, Wonosobo tahun 2007.
tingkat 4. Tidak ada hubungan
konsumsi antara besar keluarga
protein. dengan status gizi balita
pada keluarga petani
Desa Purwojati, 92
Kecamatan Kertek,
Kabupaten Wonosobo
tahun 2007.
5. Tidak ada hubungan
antara status pekerjaan
ibu dengan status gizi
balita pada keluarga
petani Desa Purwojati,
Kecamatan Kertek,
Kabupaten Wonosobo
tahun 2007.
6. Tidak ada hubungan
antara pantangan makan
balita dengan status gizi
balita keluarga petani
Desa Purwojati,
Kecamatan Kertek,
11

Kabupaten Wonosobo
tahun 2007, sebab 100%
balita responden tidak
mempunyai pantangan
makan.
7. Ada hubungan antara
tingkat konsumsi energi
dengan status gizi balita
keluarga petani Desa
Purwojati, Kecamatan
Kertek, Kabupaten
Wonosobo tahun 2007.
8. Ada hubungan antara
tingkat konsumsi protein
dengan status gizi balita
keluarga petani Desa
Purwojati, Kecamatan
Kertek, Kabupaten
Wonosobo tahun 2007.

Keterangan :

Dari penelitian yang sudah dilakukan, terdapat perbedaan yaitu objek

dari penelitian adalah balita keluarga petani,dan tempat penelitian yaitu di desa

Purwojati kecamatan Kertek Kabupaten Wonosobo.

1.6 RUANG LINGKUP PENELITIAN

1.6.1 Ruang Lingkup Tempat

Tempat yang akan dijadikan penelitian adalah Desa Purwojati

Kecamatan Kertek Kabupaten Wonosobo. Desa Purwojati dibagi

menjadi 4 dusun yaitu Sibendo, Dalangan, Prumbanan dan Ngariman.

1.6.2 Ruang Lingkup Waktu

Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai Februari 2007,

dan pengambilan data yang menyangkut variabel terikat dilaksanakan

pada saat yang bersamaan.


12

1.6.3 Ruang Lingkup Materi

Penelitian ini termasuk dalam lingkup ilmu kesehatan masyarakat

khususnya bidang gizi kesehatan masyarakat yang meneliti tentang

pendapatan keluarga, tingkat pengetahuan gizi ibu, tingkat pendidikan

ibu, besarnya keluarga, status pekerjaan ibu, pantangan makan balita dan

tingkat konsumsi energi dan tingkat konsumsi protein.


13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Status Gizi Balita

Masa balita merupakan proses pertumbuhan yang pesat dimana

memerlukan perhatian dan kasih sayang dari orang tua dan lingkungannya.

Disamping itu balita membutuhkan zat gizi yang seimbang agar status gizinya

baik, serta proses pertumbuhan tidak terhambat, karena balita merupakan

kelompok umur yang paling sering menderita akibat kekurangan gizi.

(Soegeng Santoso dan Anne Lies, 2004 : 71).

2.1.1 Pengertian Status Gizi

Status gizi merupakan salah satu faktor yang menentukan

sumberdaya manusia dan kualitas hidup. Untuk itu, program perbaikan

gizi bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi konsumsi pangan, agar

terjadi perbaikan status gizi masyarakat (Deddy Muchtadi, 2002: 95).

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat dari pemakaian,

penyerapan, dan penggunaan makanan (Suhardjo,dkk. 2003: 256).

2.1.2 Zat Gizi

Balita dalam proses tumbuh kembang, sehingga makanan sehari-

hari harus mencukupi kebutuhan gizi. Zat gizi atau zat makanan

merupakan bahan dasar penyusun bahan makanan. Zat gizi terdiri atas :

13
14

2.1.2.1 Karbohidrat

Karbohidrat sebagai zat gizi merupakan kelompok zat-zat

organik yang mempunyai struktur molekul yang berbeda-beda,

meski terdapat persamaan dari sudut dan fungsinya. Karbohidrat

yang terkandung dalam makanan pada umumnya hanya ada 3 jenis

yaitu: Polisakarida, Disakarida, dan Monosakarida (Soegeng

Santoso dan Anne Lies, 2004 : 108).

Karbohidrat terdapat dalam bahan makanan yang berasal dari

tumbuh-tumbuhan dan hanya sedikit yang termasuk bahan makanan

hewani.

Fungsi utama karbohirat yaitu:

a. Sumber utama energi yang murah.

b. Memberikan rangsangan mekanik.

c. Melancarkan gerakan peristaltik yang melancarkan aliran bubur

makanan serta memudahkan pembuangan tinja.

2.1.2.2 Protein

Protein merupakan zat gizi yang sangat penting karena yang

paling erat hubungannya dengan kehidupan. Protein mengandung

unsur C, H, O dan unsur khusus yang tidak terdapat pada karbohidrat

maupun lemak yaitu nitrogen. Protein nabati dapat diperoleh dari

tumbuh-tumbuhan, sedangkan protein hewani didapat dari hewan.

Protein berfungsi:

a. Membangun sel-sel yang rusak.

b. Membentuk zat-zat pengatur seperti enzim dan hormon.


15

c. Membentuk zat anti energi, dalam hal ini tiap protein

menghasilkan sekitar 4,1 kalori (Soegeng Santoso dan Anne Lies,

2004: 112).

2.1.2.3 Lemak

Merupakan senyawa organik yang majemuk, terdiri dari

unsur-unsur C, H, O yang membentuk senyawa asam lemak dan

gliserol, apabila bergabung dengan zat lain akan membentuk lipoid,

fosfolipoid dan sterol. Fungsi lemak antara lain :

a. Sumber utama energi atau cadangan dalam jaringan tubuh dan

bantalan bagi organ tertentu dari tubuh.

b. Sebagai sumber asam lemak yaitu zat gizi yang esensial bagi

kesehatan kulit dan rambut.

c. Sebagai pelarut vitamin-vitamin (A, D, E, K) yang larut dalam

lemak (Soegeng Santoso dan Anne Lies, 2004: 114).

2.1.2.4 Vitamin

Vitamin berasal dari kata Vitamine oleh Vladimin Funk

karena disangka suatu ikatan organic amine dan merupakan zat

vitamin yang dibutuhkan untuk kehidupan. Ternyata zat ini bukan

merupakan amine, sehingga diubah menjadi vitamin.

Fungsi vitamin sebagai berikut:

a. Vitamin A : fungsi dalam proses melihat, metabolisme umum, dan

reproduksi.
16

b. Vitamin D : calciferol, berfungsi sebagai prohormon transport

calsium ke dalam sel. Bahan makanan yang kaya vitamin D adalah

susu.

c. Vitamin E : alpha tocoperol, berfungsi sebagai antioksida alamiah

dan metabolisme selenium. Umumnya bahan makanan kacang-

kacangan atau biji-bijian khususnya bentuk kecambah,

mengandung vitamin E yang baik.

d. Vitamin K : menadion, berfungsi di dalam proses sintesis

prothrombine yang diperlukan dalam pembekuan darah. Vitamin K

terdapat dalam konsentrasi tinggi di dalam ginjal. Paru-paru dan

sumsum tulang. Pada penyerapan vitamin K diperlukan garam

empedu dan lemak.

(Soegeng Santoso dan Anne Lies, 2004 : 116).

2.1.2.5 Mineral

Mineral merupakan zat gizi yang diperlukan tubuh dalam

jumlah yang sedikit. Mineral mempunyai fungsi :

a. Sebagai pembentuk berbagai jaringan tubuh, tulang, hormon, dan

enzim.

b. Sebagai zat pengatur

1) Berbagai proses metabolisme.

2) Keseimbangan cairan tubuh.

3) Proses pembekuan darah.

4) Kepekaan saraf dan untuk kontraksi otot.


17

2.1.3 Jumlah Makanan yang dibutuhkan

Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi rata-rata yang dianjurkan

Oleh Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi ke IV (LIPI, 1988) adalah

sebagai berikut:

Tabel 1. Kebutuhan Zat Gizi Balita Berdasarkan Angka Kecukupan


Gizi (AKG) rata-rata perhari
Golongan Berat Tinggi Energi Protein Lemak Vitamin Vitamin
Umur Badan Badan (Kkal) (g) (g) A (mg) C (mg)
Balita (Kg) (cm)

0-6 bln 5.5 60 560 12 13 350 30


7-12 bln 8.5 71 800 15 19 350 35
1-3 thn 12 90 1250 23 28 350 40
4-6 thn 18 110 1750 32 39 460 45
Sumber: Solihin Pudjiadi (2003 : 30)

2.1.4 Dampak yang diakibatkan oleh kekurangan gizi

Keadaan gizi kurang pada anak-anak mempunyai dampak pada

kelambatan pertumbuhan dan perkembangannya yang sulit

disembuhkan. Oleh karena itu anak yang bergizi kurang tersebut

kemampuannya untuk belajar dan bekerja serta bersikap akan lebih

terbatas dibandingkan dengan anak yang normal (Soegeng Santoso dan

Anne Lies, 2004: 72).

Dampak yang mungkin muncul dalam pembangunan bangsa di

masa depan karena masalah gizi antara lain :

a. Kekurangan gizi adalah penyebab utama kematian bayi dan anak-

anak. Hal ini berarti berkurangnya kuantitas sumber daya manusia di

masa depan.
18

b. Kekurangan gizi berakibat meningkatnya angka kesakitan dan

menurunnya produktivitas kerja manusia. Hal ini berarti akan

menambah beban pemerintah untuk meningkatkan fasilitas kesehatan.

c. Kekurangan gizi berakibat menurunnya tingkat kecerdasan anak-

anak. Akibatnya diduga tidak dapat diperbaiki bila terjadi kekurangan

gizi semasa anak dikandung sampai umur kira-kira tiga tahun.

Menurunnya kualitas manusia usia muda ini, berarti hilangnya

sebagian besar potensi cerdik pandai yang sangat dibutuhkan bagi

pembangunan bangsa.

d. Kekurangan gizi berakibat menurunnya daya tahan manusia untuk

bekerja, yang berarti menurunnya prestasi dan produktivitas kerja

manusia (Suhardjo, 2003 : 15).

Kekurangan gizi pada umumya adalah menurunnya tingkat

kesehatan masyarakat. Masalah gizi masyarakat pada dasarnya adalah

masalah konsumsi makanan rakyat. Karena itulah program peningkatan

gizi memerlukan pendekatan dan penggarapan diberbagai disiplin, baik

teknis kesehatan, teknis produksi, sosial budaya dan lain sebagainya

(Suhardjo, 2003:17).

2.2 Gizi Buruk Pada Balita

Keadaan gizi kurang tingkat berat pada masa bayi dan balita ditandai

dengan dua macam sindrom yang jelas yaitu Kwashiorkor, karena kurang

konsumsi protein dan Marasmus karena kurang konsumsi energi dan protein.

Kwarsiorkor banyak dijumpai pada bayi dan balita pada keluarga


19

berpenghasilan rendah, dan umumnya kurang sekali pendidikannya.

Sedangkan Marasmus banyak terjadi pada bayi dibawah usia 1 tahun, yang

disebabkan karena tidak mendapatkan ASI atau penggantinya (Suhardjo,

2003:2).

Kekurangan energi yang kronis pada anak-anak dapat menyebabkan

anak balita lemah, pertumbuhan jasmaninya terlambat, dan perkembangan

selanjutnya terganggu. Pada orang dewasa ditandai dengan menurunnya berat

badan dan menurunnya produktifitas kerja. Kekurangan gizi pada semua umur

dapat menyebabkan mudahnya terkena serangan infeksi dan penyakit lainnya

serta lambatnya proses regenerasi sel tubuh (Suhardjo, 2003 : 8).

2.2.1 Kekurangan Energi Protein

Kekurangan Energi Protein adalah keadaan kurang gizi yang

disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan

sehari-hari sehingga tidak memenuhi angka kecukupan gizi (I Dewa Nyoman

Supariasa, 2002: 131).

Orang yang mengidap gejala klinis KEP ringan dan sedang pada

pemeriksaan hanya nampak kurus. Namun gejala klinis KEP berat secara garis

besar dapat dibedakan menjadi 3 yaitu Marasmus, Kwasiorkor, atau

Marasmic-Kwasiorkor.

Tanda-tanda Marasmus :

a. Anak tampak sangat kurus, tinggal tulang terbungkus kulit.

b. Wajah seperti orang tua.

c. Cengeng, rewel.
20

d. Kulit keriput, jaringan lemak subkitis sangat sedikit, bahkan sampai

tidak ada.

e. Sering disertai diare kronik atau konstipasi susah buang air, serta

penyakit kronik.

f. Tekanan darah, detak jantung dan pernapasan berkurang (I Dewa

Nyoman Supariasa, 2002: 131).

Tanda-tanda Kwasiorkor :

a. Oedema, umumnya seluruh tubuh terutama pada punggung kaki.

b. Wajah membulat dan sembab.

c. Pandangan mata sayu.

d. Rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung, mudah dicabut

tanpa rasa sakit, rontok.

e. Perubahan status mental, apatis dan rewel.

f. Pembesaran hati.

g. Otot mengecil (hipotrofi) lebih nyata bila diperiksa pada posisi

berdiri atau duduk.

h. Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang luas dan berubah

menjadi coklat kehitaman dan terkelupas.

i. Sering disertai penyakit infeksi, umumnya akut, anemia dan diare

(I Dewa Nyoman Supriasa, 2001 : 131).

Tanda-tanda Marasmic-Kwasiorkor :

Gambaran klinik merupakan campuran dari beberapa gejala

klinik Kwasiorkor dan Marasmus, dengan BB/U<60% baku median


21

WHO_NCHS disertai oedema yang tidak mencolok (I Dewa Nyoman

Supriasa, 2001 : 131).

2.2.2 Pencegahan KEP

a. Meningkatkan hasil produksi pertanian, supaya persediaan bahan

makanan semakin banyak, sekaligus merupakan tambahan

penghasilan rakyat.

b. Penyediaan makanan formula yang mengandung tinggi protein dan

energi untuk anak-anak yang disapih.

c. Memperbaiki infrastruktur pemasaran.

d. Subsidi harga bahan makanan. Bertujuan untuk membantu mereka

yang sangat terbatas penghasilannya.

e. Pemberian makanan suplementer. Makanan diberikan secara cuma-

cuma atau dijual dengan harga minim, makanan semacam ini

ditujukan untuk anak-anak yang termasuk golongan umur rawan

akan penyakit KEP.

f. Pendidikan gizi. Tujuan pendidikan adalah untuk mengajar rakyat

mengubah kebiasaan mereka dalam menanam bahan makanan dan

cara menghidangkan makanan supaya mereka dan anak-anaknya

mendapat makanan yang lebih baik mutunya.

g. Pendidikan dan pemeliharaan kesehatan.

h. Peningkatan kapasitas kerja manusia.

i. Peningkatan kesejahteraan rakyat.

1) Pemerataan pendapatan yang lebih baik (Solihin Pudjiadi, 2003:

129-131).
22

2.2.3 Pengobatan KEP

a. Pengobatan KEP ringan

Perbaikan gizi akan tercapai dengan mengubah menu makanan,

setiap harinya harus dapat 2-3 gram protein dan 100-150 kkal untuk

tiap kg berat badannya. Sumber protein dan energi diperoleh dari :

1) Makanan pokok setempat, seperti beras, jagung dan sebagainya.

2) Suplementasi untuk mencapai jumlah protein yang dianjurkan

dengan bahan makanan yang mengandung banyak protein dan

tidak mahal harganya. Dapat dibeli atau dibagi-bagikan secara

cuma-cuma oleh pemerintah melalui Puskesmas atau Posyandu.

3) Perubahan menu makanan harus diusahakan sedemikian hingga

dapat diterima oleh ibunya dan tradisi penduduk dimana anak itu

berada (Solihin Pudjiadi, 2003 : 132).

b. Pengobatan KEP berat

Tujuan pengobatan KEP berat adalah untuk menurunkan

mortalitas dan memulihkan kesehatan secepatnya.

1) Penderita KEP berat seyogyanya dirawat di rumah sakit,

walaupun memisahkan penderita dari ibunya.

2) Rumah sakit yang merawat penderita harus dilengkapi dengan

cukup perawat dan di tempatkan diruangan yang terpisah dari

ruangan ruangan lain yang ditempati oleh anak-anak yang

yang sedang menderita penyakit infeksi.

3) Dilakukan pemeriksaan secara rutin, dicari ada tidaknya

kekurangan zat gizi lain dan infeksi. Dengan demikian maka


23

bukan hanya diberikan terapi dietetik, melainkan juga terapi

terhadap penyakit penyertanya (Solihin Pudjiadi, 2003 : 132).

2.2.4 Penilaian Status Gizi

Penilaian status gizi dibagi menjadi 2 yaitu penilaian status gizi

secara langsung dan penilaian status gizi secara tidak langsung.

2.2.4.1 Penilaian Status Gizi Secara Langsung

Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi 4

penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Tetapi dalam

penilaian ini menggunakan penilaian Antopometri.

2.2.4.1.1 Antropometri

a. Pengertian

Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh

manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka

antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam

pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari

berbagai tingkat umur dan tingkat gizi (I Dewa Nyoman,

2001 : 19).

b. Penggunaan

Antropometri secara umum digunakan untuk

melihat ketidakseimbangan protein dan energi.

Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik

dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah

air dalam tubuh (I Dewa Nyoman, 2001 : 19).


24

c. Indeks Antropometri

1) Berat badan menurut umur (BB/U)

Berat badan adalah salah satu parameter yang

memberikan gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat

sensitif terhadap perubahan-perubahan yang mendadak,

misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya

nafsu makan atau menurunnya jumlah makanan jumlah

makanan yang dikonsumsi. Dalam keadaan normal,

dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara

konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, maka berat

badan berkembang mengikuti pertambahan umur.

Sebaliknya dalam keadaan abnormal, terdapat 2

kemungkinan perkembangan berat badan yaitu dapat

berkembang cepat atau lebih lambat dari keadaan normal

(I Dewa Nyoman, 2001 : 56-57).

Berdasarkan karakteristik berat badan ini, maka

indeks berat badan menurut umur digunakan sebagai

salah satu cara pengukuran status gizi. Mengingat

karakteristik berat badan yang labil, maka indeks BB/U

lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini

(I Dewa Nyoman, 2001 : 56-57).

2) Tinggi badan menurut umur (TB/U)

Tinggi badan merupakan antropometri yang

menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada

keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan


25

pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak

seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap

masalah kekurangan gizi dalam waktu pendek. Pengaruh

defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan nampak

dalam waktu yang relatif lama (I Dewa Nyoman, 2001 :

57).

3) Berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)

Berat badan memiliki hubungan yang linier

dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal,

perkembangan berat badan akan searah dengan

pertumbuhan berat badan dengan kecepatan tertentu.

Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk

menilai status gizi saat ini (I Dewa Nyoman, 2001: 58).

Dari berbagai jenis indeks tersebut, untuk

menginterpretasikan dibutuhkan ambang batas,

penentuan ambang batas diperlukan kesepakatan para

ahli gizi. Ambang batas dapat disajikan kedalam 3 cara

yaitu persen terhadap median, persentil, dan standar

deviasi unit.

4) Persen Terhadap Median

Median adalah nilai tengah dari suatu populasi.

Dalam antropometri gizi median sama dengan persentil

50.
26

Rumus persen terhadap median :

nilai individu subjek


% Median = X 100%
nilai median baku rujukan

(I Dewa Nyoman Supriasa, 2001 : 59).

Tabel 2. Status Gizi berdasarkan indeks antropometri


Status Gizi BB/U TB/U BB/TB
Gizi Baik > 80% > 90% > 90%
Gizi Sedang 71% - 80% 81% - 90% 81% - 90%
Gizi Kurang 61% - 70% 71% - 80% 71% - 80%
Gizi buruk ≤ 60% ≤ 70% ≤ 70%
Sumber: Yayah K. Husaini. Antropometri sebagai indeks gizi dan
kesehatan masyarakat. Jakarta: medika (1997: 60).
Catatan: persen dinyatakan terhadap baku NCHS.

5) Persentil

Para pakar merasa kurang puas dengan

menggunakan persen terhadap median, akhirnya memilih

cara persentil. Persentil 50 sama dengan median atau

nilai tengah dari jumlah populasi berada diatasnya dan

setengahnya berada dibawahnya (I Dewa Nyoman

Supriasa, 2001 : 70).

National Center for Health Statistics (NCHS)

merekomendasikan persentil ke 5 sebagai batas gizi baik

dan kurang, serta persentil 95 sebagai batas gizi lebih dan

gizi baik.

6) Standar deviasi Unit (SD)

Standar deviasi unit disebut juga Z-skor. WHO

menyarankan menggunakan cara ini untuk meneliti dan

untuk memantau pertumbuhan (I Dewa Nyoman

Supriasa, 2001 : 71).


27

Rumus perhitungan Z skor adalah

nilai individu s ubjek - nilai median baku rujukan


Z Skor =
nilai simpang baku rujukan

Sumber: gizi Indonesia, Vol XV No 2 Tahun 1990.

2.2.4.2 Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung

Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga

yaitu : survey konsumsi makanan, statistik vital dan faktor

ekologi. Dalam penelitian ini menggunakan survey konsumsi

dengan metode kuantitatif recall 24 jam.

2.2.4.2.1 Survei Konsumsi

a. Pengertian

Survei Konsumsi pangan adalah metode penentuan

status gizi secara tidak langsung dengan melihat

jumlah dan zat gizi yang dikonsumsi (I Dewa

Nyoman Supriasa, 2001:20).

b. Penggunaan

Pengumpulan data konsumsi makanan dapat

memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai

zat gizi pada masyarakat, keluarga, dan individu.

Survei ini dapat mengidentifikasi kelebihan dan

kekurangan zat gizi (I Dewa Nyoman Supriasa,

2001 : 20).
28

c. Metode Recall 24 jam

Untuk dapat melakukan recall, makanan dengan baik

terlebih dahulu harus mempelajari jenis bahan

makanan yang biasa dikonsumsi oleh kelompok

sasaran survey. Oleh karena itu kadang-kadang perlu

dilakukan survey pasar. Tujuannya adalah

mengetahui sasaran berat dari tiap jenis bahan

makanan yang biasa dikonsumsi.

Berikut langkah-langkah kerjanya:

1) Masing-masing kelompok menyiapkan bahan

makanan, misal: Bahan makanan pokok: nasi

biasa, nasi tim, bubur (masing-masing kelompok

membawa satu porsi makanan yang biasa

dikonsumsi). Lauk hewani: bahan yang sudah

dimasak seperti telur, ikan goreng, ayam goreng,

dan lain-lain. Lauk nabati: bahan yang sudah

dimasak yang berasal dari tumbuhan seperti tahu,

tempe dan lain-lain. Sayuran : sayur bayam,

kacang panjang, dan lain-lain. Buah-buahan:

pisang, jeruk, apel dan lain-lain.


29

2) Lakukan penimbangan terhadap masing-masing

bahan makanan untuk setiap ukuran rumah tangga

yang dipakai.

3) Catat hasil penimbangan dalam suatu daftar

ukuran rumah tangga (I Dewa Nyoman Supriasa,

2001 : 94).

2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Balita

2.3.1 Pendapatan Keluarga

2.3.1.1 Pengertian Pendapatan

Dalam kehidupan sehari-hari pendapatan erat kaitannya

dengan gaji, upah, serta pendapatan lainnya yang diterima

seseorang setelah orang itu melakukan pekerjaan dalam kurun

waktu tertentu (Mulyanto Sumardi dan Hans Pieter Evers, 1984

: 322).

Ada beberapa definisi pengertian pendapatan, menurut

Badan Pusat Statistik sesuai dengan konsep dan definisi (1999:

8) pengertian pendapatan keluarga adalah seluruh pendapatan

dan penerimaan yang diterima oleh seluruh anggota Rumah

Tangga Ekonomi (ARTE). Sedangkan menurut Mulyanto

Sumardi dan Hans Dieter Evers ( 1984: 322), pendapatan adalah

jumlah penghasilan riil dari seluruh anggota rumah tangga yang

disumbangkan untuk memenuhi kebutuhan bersama maupun

perseorangan dalam rumah tangga.


30

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pendapatan

adalah segala bentuk penghasilan atau penerimaan yang nyata

dari seluruh anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan

rumah tangga.

Mulyanto Sumardi dan Hans Dieter Evers (1984: 323)

menyebutkan pendapatan rumah tangga merupakan jumlah

keseluruhan dari pendapatan formal, pendapatan informal dan

pendapatan subsistem.

Pendapatan formal, informal, dan pendapatan subsistem

yang dimaksud dalam konsep diatas dijelaskan sebagai berikut :

1) Pendapatan formal adalah pendapatan yang diperoleh dari

hasil pekerjaan pokok.

2) Pendapatan informal adalah pendapatan yang diperoleh dari

pekerjaan di luar pekerjaan pokok.

3) Pendapatan Subsistem yaitu pendapatan yang diperoleh dari

sektor produksi yang di nilai dengan uang.

Jadi yang dimaksud dengan pendapatan keluarga adalah

seluruh penghasilan yang diperoleh dari semua anggota keluarga

yang bekerja.

2.3.1.2 Sumber Pendapatan Keluarga

Pendapatan keluarga atau rumah tangga menurut biaya hidup

tahun 1968-1989 dari Badan Pusat Statistik yang dikutip oleh

Mulyanto Sumardi dan Hans Dieter Evers (1984: 92-94).


31

Pada dasarnya dapat dibedakan menjadi 2 dan sumbernya

dapat dirinci sebagai berikut :

2.3.1.2.1 Pendapatan berupa Uang

a. Dari gaji dan upah yang diperoleh dari :

1) Kerja pokok

2) Kerja sampingan

3) Kerja lembur

4) Kerja kadang-kadang

b. Dari usaha sendiri :

1) Hasil bersih dari usaha sendiri

2) Komisi

3) Penjualan dan kerajinan rumah

c. Dari hasil investasi, yakni pendapatan yang diperoleh

dari hak milik tanah.

d. Dari keuntungan sosial yakni pendapatan yang

diperoleh dari kerja sosial.

2.3.1.2.2 Pendapatan berupa barang yaitu pendapatan berupa :

a. Bagian pembayaran upah dan gaji yang dibentukkan :

1) Beras

2) Pengobatan

3) Transportasi

4) Perumahan

5) Barang
32

b. Barang yang diproduksi dan dikonsumsi dirumah

antara lain:

1) Pemakaian barang yang diproduksi di rumah.

2) Sewa yang seharusnya dikeluarkan terhadap rumah

sendiri yang ditempati.

Dalam penelitian ini, pendapatan yang dimaksud

adalah kerja pokok dan kerja sampingan. Pendapatan

menurut perolehannya dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :

Pendapatan kotor yaitu pendapatan yang diperoleh belum

dikurangi pengeluaran dan biaya-biaya lainnya.

Pendapatan bersih, yaitu pendapatan yang diperoleh

setelah dikurangi pengeluaran dan biaya-biaya lainnya.

2.3.1.3 Hubungan antara pendapatan keluarga dengan status gizi

balita

Umumnya, jika pendapatan naik, jumlah dan jenis makanan

cenderung ikut membaik juga. Akan tetapi, mutu makanan tidak

selalu membaik kalau diterapkan tanaman perdagangan.

Tanaman perdagangan menggantikan produksi pangan untuk

rumah tangga dan pendapatan yang diperoleh dari tanaman

perdagangan itu atau upaya peningkatan pendapatan yang lain

tidak dicanangkan untuk membeli pangan atau bahan-bahan

pangan berkualitas gizi tinggi (Suhardjo, 1986 : 25).

Tingkat penghasilan ikut menentukan jenis pangan apa

yang akan dibeli dengan adanya tambahan uang. Semakin tinggi

penghasilan, semakin besar pula persentase dari penghasilan


33

tersebut dipergunakan untuk membeli buah, sayur mayur dan

berbagai jenis bahan pangan lainnya. Jadi penghasilan

merupakan faktor penting bagi kuantitas dan kualitas.

Antara penghasilan dan gizi, jelas ada hubungan yang

menguntungkan. Pengaruh peningkatan penghasilan terhadap

perbaikan kesehatan dan kondisi keluarga lain yang

mengadakan interaksi dengan status gizi yang berlawanan

hampir universal (Achmad Djaeni Sediaoetama. 1985 : 50).

Ahli ekonomi berpendapat bahwa dengan perbaikan taraf

ekonomi maka tingkat gizi pendukung akan meningkat. Namun

ahli gizi dapat menerima dengan catatan, bila hanya faktor

ekonomi saja yang merupakan penentu status gizi.

Kenyataannya masalah gizi bersifat multikompleks karena tidak

hanya faktor ekonomi yang berperan tetapi faktor-faktor lain

ikut menentukan. Oleh karena itu perbaikan gizi dapat dianggap

sebagai alat maupun sebagai sasaran daripada pembangunan

(Suhardjo, 2003 : 8).

2.3.2 Tingkat Pengetahuan Gizi ibu

Suatu hal yang meyakinkan tentang pentingnya pengetahuan gizi

didasarkan pada tiga kenyataan yaitu:

a. Status gizi cukup adalah penting bagi kesehatan dan kesejahteraan.

b. Setiap orang hanya akan cukup gizi jika makanan yang dimakannya

mampu menyediakan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan

tubuh yang optimal.


34

c. Ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang perlu sehingga penduduk

dapat belajar menggunakan pangan dengan baik bagi perbaikan gizi.

(Suhardjo, 2003 : 25).

2.3.2.1 Pengetahuan

Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif

mempunyai 6 tingkatan, yaitu :

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari

seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah

diterima (Soekidjo Notoatmodjo, 1997 : 128).

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterprestasi materi tersebut secara benar (Soekidjo

Notoatmodjo, 1997 : 129).

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil

(sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau

penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan


35

sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain (Soekidjo

Notoatmodjo, 1997 : 129).

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi

masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih

ada kaitannya satu sama lain (SoekidjoNotoatmodjo, 1997 :

129).

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam

suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain

sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi

baru dari formulasi-formulasi yang ada (Soekidjo

Notoatmodjo, 1997 : 129).

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang

ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang

telah ada (Soekidjo Notoatmodjo, 1997 : 130).


36

2.3.2.2 Hubungan Antara Pengetahuan Gizi Ibu Dengan Status Gizi

Balita

Pengetahuan gizi yang baik akan menyebabkan seseorang

mampu menyusun menu yang baik untuk dikonsumsi. Semakin

banyak pengetahuan gizi seseorang, maka ia akan semakin

memperhitungkan jenis dan jumlah makanan yang diperolehnya

untuk dikonsumsi (Achmad Djaeni Sediaoetama, 2000: 12-13).

Semakin bertambah pengetahuan ibu maka seorang ibu

akan semakin mengerti jenis dan jumlah makanan untuk

dikonsumsi seluruh anggota keluarganya termasuk pada anak

balitanya. Hal ini dapat meningkatkan kesejahteraan anggota

keluarga, sehingga dapat mengurangi atau mencegah gangguan

gizi pada keluarga (Suhardjo, 1986: 32).

Kurangnya pengetahuan dan salah konsepsi tentang

kebutuhan pangan dan nilai pangan adalah umum dijumpai

setiap Negara di dunia. Kemiskinan dan kekurangan persediaan

pangan yang bergizi merupakan faktor penting dalam masalah

kurang gizi, penyebab lain yang penting dari gangguan gizi

adalah kurangnya pengetahuan tentang dan mengetahui

kemampuan untuk menerapkan informasi tersebut dalam

kehidupan sehari-hari (Suhardjo, 2003: 25).


37

2.3.3 Tingkat Pendidikan Ibu

2.3.3.1 Pendidikan

Pendidikan mempunyai tujuan memberikan bantuan

terhadap perkembangan anak seutuhnya. Berarti

mengembangkan potensi fisik, emosi, sikap moral, pengetahuan

dan ketrampilan semaksimal mungkin agar dapat menjadi

manusia dewasa. Jadi pendidikan merupakan suatu usaha yang

dilakukan atas dasar suatu perencanaan yang telah dipikirkan

secara matang, rasional, logis dan bukan usaha coba-coba.

(R. Tillar dan Sardin Pabbadja, 1979: 13).

Pendidikan mempunyai fungsi untuk membantu secara

sadar perkembangan rohani dan jasmani anak didik serta sebagai

alat perkembangan pribadi warga negara, masyarakat dan

sebagai pembentuk keluarga. Dalam pencapaian tujuan

pendidikan, dapat ditempuh melalui tiga jenis pendidikan yaitu

pendidikan informal, pendidikan non formal, dan pendidikan

formal, baik secara terpisah maupun gabungan diantara dua atau

tiga jenis pendidikan tersebut.

a. Pendidikan Informal

Jenis pendidikan ini meliputi ketrampilan, pengetahuan,

sikap, nilai dan cara hidup pada umumnya, berlangsung

sepanjang umur dan cara berlangsungnya paling wajar.

Berlangsung tidak terikat jam, hari, bulan dan tahun tetapi

bisa terjadi setiap saat pada insan yang berinteraksi secara


38

sadar dan bermakna. Jenis pendidikan ini memang tidak diatur

dalam suatu organisasi secara struktural dan sama sekali tidak

mengenal perjenjangan secara kronologis menurut tingkatan

umur maupun tingkatan ketrampilan dan pengetahuan.

Adapun suasananya tidak hanya kategori sosial tertentu dari

kelompok tertentu, tetapi semua kategori sosial dan kelompok

usia (R. Tillar dan Sardin Pabbadja, 1979: 6-7).

b. Pendidikan Non Formal

Tujuan dari pendidikan ini selalu berorientasikan

langsung pada hal-hal yang penting bagi kehidupan,

tergantung pada taraf hidup orang yang bersangkutan secara

ekonomis, keadaan budaya, maka ditentukan pada kebutuhan-

kebutuhan praktis ekonomis sesuai dengan keadaan sosial

budaya serta lingkungan sekitar. Pendidikan jenis ini perlu

diorganisasikan dan isi pendidikan diprogram secara khusus,

misalnya praktek kerja lapangan atau magang (R. Tillar dan

Sardin Pabbadja, 1979: 8-9).

c. Pendidikan Formal

Ciri pendidikan formal yang sampai saat ini tidak

dimiliki oleh pendidikan non formal dan informal adalah

adanya penjenjangan kronologis yang ketat untuk tingkat-

tingkat umur populasi sasarannya dan menurut tingkat

pengetahuan dan ketrampilan. Hal ini jelas tercermin pada

penjenjangan yang mengatur sistem penyampaian dari taman


39

kanak-kanak sampai sarjana di perguruan tinggi. Yang

masing-masing jenjang menerima kelompok umur tertentu

dan memberikan pengetahuan serta ketrampilan tertentu. Ciri

lain yang membedakan secara menyolok yaitu ada

pengorganisasian lebih ketat, program lebih formal, perurutan

lebih sistematis, adanya sanksi legal dan berlaku untuk semua

bidang pada semua lembaga (R. Tillar dan Sardin Pabbadja,

1979: 9).

2.3.3.2 Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Ibu Dengan Status

Gizi Balita

Pendidikan ibu merupakan faktor yang sangat penting.

Tinggi rendahnya tingkat pendidikan ibu erat kaitannya dengan

tingkat pengetahuan terhadap perawatan kesehatan, higiene

pemeriksaan kehamilan dan pasca persalinan, serta kesadaran

terhadap kesehatan dan gizi anak-anak dan keluarganya.

Disamping itu pendidikan berpengaruh pula pada faktor sosial

ekonomi lainya seperti pendapatan, pekerjaan, kebiasaan hidup,

makanan, perumahan dan tempat tinggal (Sri Kardjati, dkk.

1985: 9).

Tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya

seseorang menyerap dan memahami pengetahuan gizi yang

mereka peroleh. Hal ini bisa dijadikan landasan untuk

membedakan metode penyuluhan yang tepat. Dari kepentingan

gizi keluarga, pendidikan diperlukan agar seseorang lebih


40

tanggap terhadap adanya masalah gizi didalam keluarga dan bisa

mengambil tindakan secepatnya (Suhardjo, 2003 : 113).

Secara biologis ibu adalah sumber hidup anak. Tingkat

pendidikan ibu banyak menentukan sikap dan tindak-tanduk

menghadapi berbagai masalah, misal memintakan vaksinasi

untuk anaknya, memberikan oralit waktu diare, atau kesediaan

menjadi peserta KB. Anak-anak dari ibu yang mempunyai latar

pendidikan lebih tinggi akan mendapat kesempatan hidup serta

tumbuh lebih baik. Keterbukaan mereka untuk menerima

perubahan atau hal baru guna pemeliharaan kesehatan anak

maupun salah satu penjelasannya (Sri Kardjati, dkk. 1985: 186).

2.3.4 Besarnya Keluarga

Hubungan antara laju kelahiran yang tinggi dan kurang gizi,

sangat nyata pada masing-masing keluarga. Sumber pangan keluarga,

terutama mereka yang sangat miskin, akan lebih mudah memenuhi

kebutuhan makanannya jika yang harus diberi makanan jumlahnya

sedikit. Pangan yang tersedia untuk suatu keluarga yang besar mungkin

cukup untuk keluarga yang besarnya setengah dari keluarga tersebut,

tetapi tidak cukup untuk mencegah gangguan gizi pada keluarga yang

besar tersebut (Suhardjo, 2003 : 23).

Anak-anak yang tumbuh dalam suatu keluarga miskin paling

rawan terhadap kurang gizi diantara seluruh anggota keluarga dan anak

yang paling kecil biasanya paling terpengaruh oleh kekurangan pangan.

Sebab seandainya besar keluarga bertambah maka pangan untuk setiap


41

anak berkurang dan banyak orang tua tidak menyadari bahwa anak-anak

yang sangat muda memerlukan pangan relatif lebih banyak daripada

anak-anak yang lebih tua. Dengan demikian anak-anak yang muda

mungkin tidak diberi cukup makan (Suhardjo, 2003: 23).

2.3.4.1 Hubungan antara besar keluarga dengan status gizi balita

Anak-anak, wanita yang sedang hamil dan menyusui

merupakan kelompok yang rawan akan kekurangan gizi. Apabila

mereka hidup dalam keluarga dengan jumlah yang besar dan

kesulitan dalam persediaan pangan tentunya masalah gizi atau

gangguan gizi akan timbul (Suhardjo, 1986: 28).

Pembagian pangan yang tepat kepada setiap anggota

keluarga sangat penting untuk mencapai gizi yang baik. Pangan

harus dibagikan untuk memenuhi kebutuhan gizi setiap orang

dalam keluarga. Anak, wanita hamil dan menyusui harus

memperoleh sebagian besar pangan yang kaya akan protein.

Semua anggota keluarga sesuai dengan kebutuhan perorangan,

harus mendapat bagian energi, protein dan zat-zat gizi lain yang

cukup setiap harinya untuk memenuhi kebutuhan tubuh

(Suhardjo, dkk. 1986: 112).

Semua keluarga tanpa memandang pendapatannya,

harus mengetahui batas tertinggi persediaan pangan yang

tersedia dihubungkan dengan pertumbuhan penduduk. Banyak

sumber daya yang diperlukan untuk pengembangan dan


42

pemeliharaan manusia, salah satunya adalah pangan, sangat

terbatas. Oleh karena itu, semua program masyarakat terutama

dalam pertanian, perlu menekankan pentingnya keluarga

berencana dan pembatasan penduduk, sehingga petani dapat

menanam cukup pangan guna menyediakan zat gizi yang

diperlukan untuk pertumbuhan dan kesehatan keluarganya.

Selain itu juga menyediakan kebutuhan keluarga dan pendapatan

melalui tanaman perdagangan yang dihasilkan (Suhardjo, dkk.

1986: 29).

2.3.5 Status Pekerjaan Ibu

Lama seseorang bekerja sehari-hari yang baik pada umumnya 6-

8 jam, siasanya (16-18 jam) dipergunakan untuk kehidupan dalam

keluarga masyarakat, istirahat, tidur, dan lain-lain. Dalam seminggu,

seseorang biasanya dapat bekerja dengan baik selama 40-50 jam. Ini

dibuat 5-6 hari kerja dalam seminggu, sesuai dengan pasal 12 ayat 1

Undang-Undang Kerja No 14 Tahun 1969 (Sumakmur, 1996: 310).

Wanita sebagai pekerja mempunyai potensi dan hal ini sudah

dibuktikan dalam dunia kerja yang tidak kalah dengan pria. Sebagai

pekerja, masalah yang dihadapi wanita lebih berat dibandingkan pria.

Karena dalam diri wanita lebih dahulu harus mengatasi urusan keluarga,

suami, anak dan hal-hal lain yang menyangkut tetek bengek rumah

tangganya (Pandji Anoraga, 2005 : 121).


43

Pada kenyataannya cukup banyak wanita yang tidak cukup

mengatasi masalah itu, sekalipun mempunyai kemampuan teknis cukup

tinggi. Kalau wanita tidak pandai menyeimbangkan peran ganda tersebut

akhirnya balita akan terlantar (Pandji Anoraga, 2005: 121).

2.3.5.1Hubungan antara status pekerjaan ibu dengan status gizi

balita

Ibu yang sudah mempunyai pekerjaan penuh tidak lagi

dapat memberikan perhatian penuh terhadap anak balitanya,

apalagi untuk mengurusnya. Meskipun tidak semua ibu bekerja

tidak mengurus anaknya, akan tetapi kesibukan dan beban kerja

yang ditanggungnya dapat menyebabkan kurangnya perhatian

ibu dalam menyiapkan hidangan yang sesuai untuk balitanya.

Karena itu didalam sebuah penelitian menunjukkan bahwa

seringkali terjadi ketidaksesuaian antara konsumsi zat gizi

terutama Energi dan Protein dengan kebutuhan tubuh pada

kelompok anak yang berusia diatas 1 tahun (Sjahmien Moehji,

1995 : 35).

Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya KEP

adalah para ibu yang menerima pekerjaan tetap sehingga harus

meninggalkan balitanya dari pagi sampai sore, anak-anak

terpaksa ditinggalkan dirumah sehingga jatuh sakit dan tidak

mendapatkan perhatian, dan pemberian makanan tidak

dilakukan dengan semestinya. Alangkah baiknya bila badan

yang bergerak dibidang sosial menampung bayi dan anak-anak


44

kecil yang ditinggal bekerja seharian penuh di balai desa,

masjid, gereja, atau tempat lain untuk dirawat dan diberi

makanan yang cukup baik (Solihin Pudjiadi, 2003 : 104 – 105).

2.3.6 Pantangan Makan Balita

Suatu pantangan makanan berarti suatu sikap negatif yang lebih

kuat terhadap penggunaan makanan atau makanan yang tidak dapat

diterima. Pelanggaran peraturan yang telah tertanam kuat mengenai

pantangan makanan (beberapa makanan) biasanya mengakibatkan

adanya hukuman secara keagamaan atau gaib (Suhardjo, 2003: 36).

2.3.6.1 Hubungan antara pantangan makan dengan status gizi

Sehubungan dengan pangan yang biasanya dipandang

pantas untuk dimakan, dijumpai banyak pantangan, takhayul,

dan larangan pada beberapa kebudayaan dan daerah yang

berlainan di dunia. Beberapa pantangan dianut oleh golongan

masyarakat atau oleh bagian besar dari penduduk. Meskipun

hanya sebagian atau sekelompok tertentu, tetapi tidak menutup

kemungkinan masalah gizi atau kekurangan gizi akan timbul.

Misalnya pada waktu persediaan pangan kurang, pantangan

makan akan merugikan status gizi buruh tani sewaktu kerja

keras, ibu hamil dan menyusui serta anak-anak yang sedang

tumbuh kembang (G.Kartasapoetra dan H. Marsetyo. 2001: 12).

Pantangan-pantangan makan setahap demi setahap telah

dapat dihilangkan berkat adanya penyuluhan-penyuluhan dan


45

penyebaran informasi serta anjuran-anjuran untuk

mengutamakan makanan yang bergizi. Sudah banyak rumah

tangga dan keluarga yang telah mempraktekkannya. Adanya

Posyandu sampai di tempat-tempat yang jauh di pedalaman

sangat menunjang perbaikan pemberian makanan kepada anak-

anak, ibu hamil dan menyusui (G.Kartasapoetra dan H.

Marsetyo. 2001: 13).

2.3.7 Tingkat Konsumsi Energi

Manusia membutuhkan makanan untuk kelangsungan hidupnya.

Makanan merupakan sumber energi untuk menunjang semua kegiatan

atau aktifitas manusia. Energi dalam tubuh manusia dapat timbul

dikarenakan adanya pembakaran karbohidrat, protein dan lemak.

Dengan demikian agar manusia selalu tercukupi energinya diperlukan

pemasukan zat-zat makanan yang cukup pula kedalam tubuhnya.

Manusia yang kurang makanan akan lemah baik daya kegiatan,

pekerjaan fisik atau daya pemikirannya karena kurangnya zat-zat

makanan yang diterima tubuhnya yang dapat menghasilkan energi.

Seseorang tidak dapat menghasilkan energi yang melebihi dari apa yang

diperoleh dari makanan kecuali jika meminjam atau menggunakan

cadangan energi dalam tubuh, namun kebiasaan meminjam ini akan

dapat mengakibatkan keadaan yang gawat, yaitu kekurangan gizi

khususnya energi (Suhardjo, 2003: 16).


46

Dalam usaha menciptakan manusia-manusia yang sehat

pertumbuhannya, penuh semangat dan penuh kegairahan dalam kerja,

serta tinggi daya cipta dan kreatifitasnya, maka sejak anak-anak harus

dipersiapkan. Untuk itu energi harus benar-benar diperhatikan, tetap

selalu berada dalam serba kecukupan (G. Kartasapoetra dan Narsetyo,

2001 : 33).

Tabel. 3. Energi basal metabolisme pada anak-anak


(Kalori/Kg Berat Badan per Jam)
Umur anak-anak(Tahun) Laki-laki Perempuan
1 2,33 2,33
2 2,29 2,29
3 2,13 2,00
4 1,96 1,83
5 1,88 1,75
Sumber : G. Kartasapoetra dan Marsetyo (2001 : 33).

Pada bayi BMR mencapai tingkatan tertinggi pada umur 1-2

tahun. Hal ini sehubungan dengan kerja internalnya yaitu denyut

jantung, gerak mengembang dan mengempisnya paru-paru, dan proses

oksidasi dalam jaringan yang serba lebih cepat daripada orang-orang

dewasa, namun demikian BMR tadi masih dapat dikatakan relatif tinggi

sampai periode pubernya baik pada laki-laki atau perempuan

(G. Kartasapoetra dan Marsetyo, 2001 : 34).

Untuk menghitung berapa besar Basal metabolisme seorang

anak, dewasa atau orang tua, laki-laki atau perempuan, sesuai umur yang

telah dicapai, dapat pula dengan cara yang lebih mudah dan praktis,

meski oleh sebelah pihak cara ini dianggap wajar. Yaitu BMR = 1

kalori/Kg berat badan/jam (G. Kartasapoetra dan Marsetyo, 2001 : 34).


47

Setelah hasilnya ditemukan, baru dapat dilakukan kekurangan

energi yang semestinya tersedia pada seseorang untuk melangsungkan

kerja internal dan eksternal atau kebutuhan energi totalnya

(G Kartasapoetra dan Marsetyo,2001: 34).

2.3.8 Tingkat Konsumsi Protein

Protein merupakan zat gizi yang paling banyak terdapat dalam

tubuh. Protein merupakan bagian dari semua sel-sel hidup, hampir

setengah jumlah protein terdapat di otot, 1/5 terdapat di tulang, 1/10

terdapat di kulit, sisanya terdapat dalam jaringan lain dan cairan tubuh.

Protein mempunyai fungsi sebagai berikut :

1) Membentuk jaringan baru dalam masa pertumbuhan dan

perkembangan tubuh.

2) Memelihara jaringan tubuh, memperbaiki serta mengganti jaringan

yang rusak atau mati.

3) Menyediakan asam amino yang diperlukan untuk membentuk

enzim pencernaan dan metabolisme serta antibodi yang diperlukan.

4) Mengatur keseimbangan air yang terdapat dalam tiga kompartemen

yaitu Intraseluler, Ekstraseluler dan Intravaskuler.

5) Mempertahankan kenetralan (asam basa) tubuh (Yayuk Farida

Baliwati, 2004: 52).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan protein yang

perlu ditelaah antara lain :


48

1. Berat badan

2. Umur dan jenis kelamin

3. Mutu protein

4. Pertumbuhan

Berat badan sangat menentukan banyaknya protein yang

diperlukan. Berat badan erat sekali hubungannya dengan jumlah jaringan

yang aktif yang selalu memerlukan protein lebih banyak untuk

pembentukan, pemeliharaan, dan pengaturan dibandingkan dengan

jaringan tidak aktif. Oleh karena itu orang yang beratnya lebih tinggi

memerlukan protein yang lebih banyak daripada orang yang lebih

ringan.

Umur merupakan faktor yang sangat menentukan banyaknya

kebutuhan protein terutama pada golongan muda yang masih dalam

masa pertumbuhan. Anak kecil memerlukan protein 2- 4 kali lebih

banyak daripada orang dewasa bila dihitung per satuan berat badan.

Pada orang dewasa tidak terdapat lagi pertumbuhan seperti

halnya pada anak-anak melainkan hanya untuk pemeliharaan, reparasi

dan pengaturan proses-proses tubuh.

Kebutuhan protein laki-laki berbeda dengan perempuan. Hal ini

terutama disebabkan perbedaan jumlah jaringan aktif dan perbedaan

perkembangan-perkembangan fisiologis.

Mutu protein sangat menentukan besar kecilnya kebutuhan

protein. Mutu protein erat hubungannya dengan nilai cerna dan nilai
49

serap daripada protein yang bersangkutan. Makin tinggi mutu protein,

makin sedikit protein yang diperlukan, sebaliknya makin jelek mutunya

makin banyak protein yang diperlukan (Suhardjo dan Clara M.

Kusiharto, 1992 : 150).

Tabel 4. Kebutuhan Protein Untuk Berbagai Golongan


Umur Dan Jenis Kelamin
Golongan Umur Berat Badan (Kg) Kecukupan Protein Baku
Per Kg Orang/Hari (Gr)
BB/hari (Gr)
Bayi
6-11 bulan 9,0 1,53 14
Anak-anak
1-3 tahun 13,4 1,19 16
4-6 tahun 20,2 1,01 20
Sumber : FAO/WHO, 1973. Energi dan Protein Requerment Geneva.
Suhardjo dan Clara M. Kusiharto (1992: 150).

2.3.7.1 Hubungan antara tingkat konsumsi zat gizi (Energi dan

Protein) dengan status gizi balita

Keadaan kesehatan gizi tergantung dari tingkat konsumsi

zat gizi yang terdapat pada makanan sehari-hari. Tingkat

konsumsi ditentukan oleh kualitas hidangan. Kualitas hidangan

menunjukkan adanya semua zat gizi yang diperlukan tubuh

didalam suatu susunan hidangan dan perbandingan yang satu

terhadap yang lain. Kualitas menunjukkan jumlah masing-

masing zat gizi terhadap kebutuhan tubuh. Kalau susunan

hidangan memenuhi kebutuhan tubuh, baik dari segi kuantitas

maupun kualitasnya, maka tubuh akan mendapatkan kondisi

kesehatan gizi yang sebaik-baiknya, disebut konsumsi adekuat.

Kalau konsumsi baik dari kuantitas dan kualitasnya melebihi

kebutuhan tubuh, dinamakan konsumsi berlebih, maka akan


50

terjadi suatu keadaan gizi lebih. Sebaliknya konsumsi yang

kurang baik kualitas dan kuantitasnya akan memberikan kondisi

kesehatan gizi kurang atau kondisi defisit (Achmad Djaeni

Sediaoetama, 2000 : 25).

Tingkat kesehatan gizi sesuai dengan konsumsi, tingkat

kesehatan gizi terbaik adalah kesehatan gizi optimum. Dalam

kondisi ini jaringan jenuh oleh zat gizi tersebut. Tubuh terbebas

dari penyakit dan mempunyai daya kerja dan efisiensi yang

sebaik-baiknya, serta mempunyai daya tahan setinggi-tingginya.

(Achmad Djaeni Sediaoetama, 2000 : 25).

Status gizi atau tingkat konsumsi pangan merupakan bagian

terpenting dari status kesehatan seseorang. Tidak hanya status

gizi yang mempengaruhi kesehatan seseorang, tetapi status

kesehatan juga mempengaruhi status gizi (Suhardjo, 2003 : 26).

2.3.9 Akses Kesehatan

Sistem akses kesehatan mencakup pelayanan kedokteran

(medical service) dan pelayanan kesehatan masyarakat (public health

service). Secara umum akses kesehatan masyarakat adalah merupakan

sub sistem akses kesehatan, yang tujuan utamanya adalah pelayanan

preventif (pencegahan) dan promotif (peningkatan kesehatan) dengan

sasaran masyarakat. Meskipun demikian, tidak berarti bahwa akses

kesehatan masyarakat tidak melakukan pelayanan kuratif (pengobatan)

dan rehabilitatif (pemulihan) (Soekidjo Notoatmodjo, 1997 : 89).

Akses kesehatan dibedakan menjadi 3 bentuk pelayanan yaitu:


51

1) Pelayanan kesehatan tingkat pertama (primary health care)

Pelayanan jenis ini diperlukan untuk masyarakat yang sakit ringan

dan masyarakat yang sehat untuk meningkatkan kesehatan mereka

atau promosi kesehatan. Bentuk pelayanan ini misalnya,

Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling, dan

Balkesmas (Soekidjo Notoatmodjo, 1997 : 91).

2) Pelayanan kesehatan tingkat kedua (secondary health service)

Pelayanan kesehatan jenis ini diperlukan oleh kelompok

masyarakat yang memerlukan perawatan menginap, yang sudah

tidak bisa ditangani oleh pelayanan kesehatan primer. Bentuk

pelayanan ini misalnya, rumah sakit tipe C dan D.

(Soekidjo Notoatmodjo, 1997 : 91).

3) Pelayanan kesehatan tingkat ketiga (tertiary health service)

Pelayanan kesehatan ini diperlukan oleh sekelompok masyarakat

atau pasien yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan

kesehatan sekunder. Pelayanan yang sudah kompleks, misalnya

rumah sakit tipe A dan B (Soekidjo Notoatmodjo, 1997 : 91).

Dalam suatu sistem akses kesehatan, ketiga strata atau jenis

pelayanan tersebut tidak berdiri sendiri, namun berada dalam suatu

sistem, dan saling berhubungan. Apabila akses kesehatan primer tidak

dapat melakukan tindakan medis tingkat primer, maka menyerahkan

tanggungjawab tersebut kepada pelayanan diatasnya. Penyerahan

tanggungjawab dari suatu akses kesehatan ke akses kesehatan yang lain


52

ini disebut rujukan, ialah suatu sistem penyelenggaraan akses kesehatan

yang melaksanakan pelimpahan tanggungjawab timbal balik terhadap

suatu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal (dari unit

yang lebih mampu menangani, atau secara horizontal antar unit-unit

yang setingkat kemampuannya (Soekidjo Notoatmodjo, 1997: 87).

2.3.9.1 Hubungan Akses Kesehatan dengan Status Gizi Balita

Upaya akses kesehatan dasar diarahkan kepada peningkatan

kesehatan dan status gizi pada golongan rawan gizi seperti pada

wanita hamil, ibu menyusui, bayi dan anak-anak kecil, sehingga

dapat menurunkan angka kematian. Pusat kesehatan yang paling

sering melayani masyarakat, membantu mengatasi dan

mencegah gizi kurang melalui program-program pendidikan gizi

dalam masyarakat. Akses kesehatan yang selalu siap dan dekat

dengan masyarakat akan sangat membantu meningkatkan

derajat kesehatan. Dengan akses kesehatan masyarakat yang

optimal kebutuhan kesehatan dan pengetahuan gizi masyarakat

akan terpenuhi (Suhardjo, dkk. 1986: 195).

2.3.10 Status Kesehatan

Gizi kurang menghambat reaksi imunologis dan berhubungan

dengan tingginya prevalensi dan beratnya penyakit infeksi. Penyakit

infeksi pada anak-anak yaitu Kwashiorkor atau Marasmus sering

didapatkan pada taraf yang sangat berat. Infeksi sendiri mengakibatkan

penderita kehilangan bahan makanan melalui muntah-muntah dan diare.

Gizi kurang dan diare sering dihubungkan satu sama lain, walaupun
53

diakui sulit menentukan kelainan yang mana terjadi lebih dulu, gizi

kurang, diare atau sebaliknya (Soegeng Santoso, 2004 : 84).

2.3.10.1. Hubungan Antara Status Kesehatan Dengan Status Gizi

Balita

Gangguan gizi dan infeksi sering saling bekerja sama,

dan bila bekerja bersama-sama akan memberikan prognosis

yang lebih buruk dibandingkan bila kedua faktor tersebut

masing-masing bekerja sendiri-sendiri. Infeksi memperburuk

taraf gizi dan sebaliknya, gangguan gizi memperburuk

kemampuan anak untuk mengatasi penyakit infeksi. Kuman-

kuman yang tidak terlalu berbahaya pada anak-anak dengan

gizi baik, akan bisa menyebabkan kematian pada anak-anak

dengan gizi buruk (Soegeng Santoso dan Anne Lies,

2004:83).

Status gizi atau tingkat konsumsi pangan maupun

bagian penting dari status kesehatan seseorang. Tidak hanya

status gizi yang mempengaruhi kesehatan, tetapi status

kesehatan juga mempengaruhi status gizi (Soehardjo,

2003:26).

Gangguan gizi dan rawan infeksi merupakan suatu

pasangan yang erat. Infeksi bisa berhubungan dengan

gangguan gizi melalui beberapa cara yaitu: mempengaruhi

nafsu makan, dapat juga menyebabkan kehilangan bahan

makanan karena diare atau muntah-muntah, atau


54

mempengaruhi metabolisme dan banyak cara lagi. Secara

umum defisiensi gizi sering merupakan awal dari gangguan

dari defisiensi sistem kekebalan. Infeksi memperburuk taraf

gizi dan sebaliknya, gangguan gangguan gizi memperburuk

kemampuan anak untuk mengatasi penyakit infeksi. Puffer

dan Serrano(dalam Sri Kardjati dkk1985: 53-55) melaporkan

bahwa gizi kurang dan infeksi merupakan masalah kesehatan

yang penting pada anak-anak Infeksi dan demam dapat

menyebabkan merosotnya nafsu makan atau menimbulkan

kesulitan menelan dan mencernakan makanan. Parasit dalam

usus, seperti cacing gelang dan cacing pita bersaing dengan

tubuh dalam memperoleh makanan dan dengan demikian

menghalangi zat gizi kedalam arus darah. Keadaan seperti

ini sangat mempengaruhi terjangkitnya kekurangan gizi

(Soehardjo, 2003:26).
55

2.4 Kerangka Teori

Status
Pekerjaan Ibu
Status Status
Pendapatan Kesehatan Gizi
Keluarga Akses
Kesehatan

Intake
Tingkat Nutrisi
Tingkat Pengetahuan
Pendidikan Ibu Gizi Ibu

Besar Keluarga

Pantangan Makan

Sumber: Sajogyo, dkk. 1994. Gizi yang Merata.Yogyakarta: UGM Press. Soegeng

Santoso dan Anne Lies. 2004. Kesehatan dan Gizi. Jakarta: Rineka Cipta.

Soehardjo, dkk. 1986. Pangan Gizi dan Pertanian. Jakarta: UI Press.


56

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat


Pendapatan
keluarga

Tingkat
Pengetahuan
Gizi Ibu

Tingkat
Pendidikan
Ibu

Besarnya
keluarga

Status
Pekerjaan Status Gizi
Ibu

Pantangan
makan
Balita

Tingkat
Konsumsi
Energi

Tingkat
Konsumsi
Protein

56
57

Keterangan :

Dalam penelitian ini ada 8 faktor yang diteliti yaitu pendapatan

keluarga, tingkat pengetahuan gizi ibu, tingkat pendidikan ibu, besarnya

keluarga, status pekerjaan ibu, pantangan makan balita, tingkat konsumsi

energi dan tingkat konsumsi protein. Pada kerangka konsep diatas tidak

dicantumkan penyakit infeksi karena sudah dikendalikan, dan juga tidak

dicantumkan akses kesehatan karena diasumsikan setiap balita mendapatkan

akses kesehatan yang sama (seimbang).

3.2 Hipotesis Penelitian

Sesuai dengan landasan teori yang telah dikemukakan, maka dapat

diajukan hipotesis sebagai berikut :

1) Ada hubungan antara pendapatan keluarga dengan status gizi balita

pada keluarga petani di Desa Purwojati Kecamatan Kertek

Kabupaten Wonosobo.

2) Ada hubungan antara tingkat pengetahuan gizi ibu dengan status

gizi balita pada keluarga petani di Desa Purwojati Kecamatan

Kertek Kabupaten Wonosobo.

3) Ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan status gizi

balita pada keluarga petani di Desa Purwojati Kecamatan Kertek

Kabupaten Wonosobo.
58

4) Ada hubungan antara besarnya keluarga dengan status gizi balita

pada keluarga petani di Desa Purwojati Kecamatan Kertek

Kabupaten Wonosobo.

5) Ada hubungan antara status pekerjaan ibu dengan status gizi balita

pada keluarga petani di Desa Purwojati Kecamatan Kertek

Kabupaten Wonosobo.

6) Ada hubungan antara pantangan makan balita dengan status gizi

balita pada keluarga petani di Desa Purwojati kecamatan Kertek

Kabupaten Wonosobo.

7) Ada hubungan antara tingkat konsumsi energi dengan status gizi

balita pada keluarga petani di Desa Purwojati Kecamatan Kertek

Kabupaten Wonosobo.

8) Ada hubungan antara tingkat konsumsi protein dengan status gizi

balita pada keluarga petani di Desa Purwojati Kecamatan Kertek

Kabupaten Wonosobo.
59

3.3 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat ukur Kategori Skala


3.3.1 Status Gizi Status Gizi adalah Timbangan Antropometri Nominal
Balita keadaan tubuh Dacin dengan untuk balita
sebagai akibat dari ketelitian berdasarkan
pemakaian, 0,1kg. BB/U
penyerapan, dan 1.Gizi baik
penggunaan BB/U ≥80%
makanan. 2.Gizi kurang
BB/U <80%
3.3.2 Pendapatan Pendapatan Keluarga Kuesioner 1. Pendapatan Nominal
Keluarga adalah segala bentuk tinggi
penghasilan atau ≥578.000
penerimaan seluruh 2. Pendapatan
anggota keluarga rendah
dalam bentuk rupiah <578.000
yang diterima setiap
bulannya.

3.3.3 Tingkat adalah segala sesuatu Kuesioner 1. Pengetahuan Nominal


Pengetahuan yang diketahui oleh gizi ibu baik,
Gizi Ibu ibu tentang makanan jika ≥12
yang bergizi(ada 8 jawaban
pertanyaan); cara benar.
pengolahan bahan 2. Pengetahuan
makanan yang benar gizi ibu
(5 pertanyaan); dan kurang, jika
pengetahuan ibu <12jawaban
tentang zat gizi yang benar.
diperlukan oleh tubuh
balita(5 pertanyaan),
jawaban diberi skor
yaitu jika jawaban
benar diberi skor 1
dan jika jawaban
salah diberi skor 0.

3.3.4 Tingkat Tingkat Pendidikan Kuesioner 1. Tidak Nominal


Pendidikan Ibu Ibu adalah jenjang Sekolah, jika
pendidikan formal termasuk
yang pernah dalam
ditempuh atau golongan
dialami seorang ibu buta aksara
dan berijazah. total dan
tingkat
madya (tidak
lulus SD).
2. Sekolah, jika
telah
melampaui
pendididkan
minimal
lulus SD dan
sederajat.
60

3.3.5 Besarnya Jumlah orang yang Kuesioner 1. Kecil jika Nominal


Keluarga menjadi tanggungan anggota
dalam suatu keluarga. keluarga ≤ 4
orang
2. Besar jika
jumlah
anggota
keluarga > 4

3.3.6 Status Status Pekerjaan Ibu Kuesioner 1. Tidak Nominal


Pekerjaan Ibu adalah kondisi Bekerja
dimana ibu 2. Bekerja
melakukan kegiatan/
bekerja untuk
memenuhi kebutuhan
hidup keluarganya.

3.3.7 Pantangan Pantangan Makan Kuesioner 1. Tidak ada Nominal


Makan Balita adalah sikap dan makanan
perilaku yang tidak pantangan
boleh memakan suatu 2. Ada
bahan makanan makanan
tertentu pada balita, pantangan
walaupun makanan
tersebut disukai dan
baik bagi status
gizinya.

3.3.8 Tingkat Prosentase antara Metode 1. Konsumsi Nominal


Konsumsi tingkat konsumsi Recall 3X24 baik, bila
Energi energi dibagi dengan jam ≥100% AKE
angka kecukupan 2. Konsumsi,
energi. kurang
<100%.

3.3.9 Tingkat Prosentase antara Metode 1. Konsumsi Nominal


Konsumsi tingkat konsumsi Recall 3X24 baik, bila
Protein protein dibagi dengan jam ≥100% AKP
angka kecukupan 2. Konsumsi
protein. kurang, bila
<100% AKP.

3.4 Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey

analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu penelitian untuk

menentukan faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi balita pada


61

keluarga petani, dimana data yang menyangkut variabel dependent dan

independent akan dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan dan secara

langsung (Soekidjo Notoatmodjo, 2002: 27).

3.4.1 Variabel Penelitian

3.4.1.1 Variabel bebas : pendapatan keluarga, pengetahuan gizi,

pendidikan ibu, besarnya keluarga, ibu bekerja, pantangan

makan balita tingkat konsumsi energi dan protein.

3.4.1.2 Variabel terikat : status gizi balita.

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian

3.5.1 Populasi

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini seluruh balita pada

keluarga petani di desa Purwojati Kecamatan Kertek Kabupaten Wonosobo

berjumlah 208 berdasarkan data desa Purwojati Kecamatan Kertek.

3.5.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari balita keluarga

petani. Berikut cara penghitungan sampel :

Keterangan :

N: Ukuran Populasi

n: Ukuran Sampel

d: Tingkat Kepercayaan yaitu 0,1/10%


N
n= 1 + N (
2
)
d
62

208
n=
1 + 208(0.1) 2

208
n=
1 + 2.08

208
n=
3.08

n = 67.5

Berdasarkan penghitungan diatas, maka sampel yang digunakan adalah

68 balita.

Dalam penelitian ini digunakan teknik Simple Random Sampling,

yaitu setiap anggota atau unit dari populasi mempunyai kesempatan yang

sama untuk diseleksi sebagai sampel.

Adapun teknik pengambilan sampel secara acak sederhana ini

dilakukan dengan bantuan tabel bilangan atau angka acak (random number).

Dalam penelitian ini menggunakan kriteria inklusi dan eksklusi.

Kriteria inklusi dari peneliti :

1. Balita yang bertempat tinggal tetap di Desa Purwojati.

Kriteria eksklusi dari peneliti:

1. Subyek tidak bersedia berpartisipasi dalam penelitian.

2. Balita yang sedang sakit atau sedang terinfeksi suatu penyakit kronis

(Diare, TBC, DB, Malaria, Campak, Polio, DPT). Kriteria ini dapat

diketahui melalui pertanyaan penyaring pada saat yang bersamaan

dengan pengambilan data dengan kuesioner.


63

3.6 Instrumen Penelitian

Instrument penelitian adalah alat yang digunakan untuk pengumpulan

data dalam penelitian. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah

1. Dacin atau timbangan balita

Alat yang dianjurkan untuk menimbang balita dengan ukuran

minimum 20 kg dan maksimum 25 kg dengan ketelitian 0,1 kg.

2. Kuesioner

Berupa pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh data

atau informasi tentang pendapatan keluarga, tingkat pengetahuan gizi ibu,

tingkat pendidikan ibu, besarnya keluarga, status pekerjaan ibu, pantangan

makan balita.

3. Formulir Recall 3x24 jam konsumsi makanan

Prinsip dari recall 24 jam dilakukan dengan mencatat jenis dan bahan

makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu. Dalam recall ini

ibu sebagai responden menceritakan semua yang dimakan dan diminum

selama 24 jam yang lalu (kemarin).

3.6.1 Validitas Instrumen

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan alat ukur itu

benar-benar mengukur apa yang diukur. Dalam penelitian ini yang akan

diukur validitasnya adalah butir soal tentang pengetahuan gizi ibu.

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah product moment

(Soekidjo Notoatmodjo, 2002: 131).


64

Dari tabel “r” diketahui pada interval kepercayaan 95% untuk

df=8, nilai r = 0.707. Butir soal tingkat pengetahuan gizi ibu dikatakan

valid apabila nilai Corrected Item-Total Correlation lebih besar

daripada nilai “r” dari tabel.

Dapat dilihat pada lampiran (uji validitas instrument) bahwa

dari 18 butir soal tingkat pengetahuan gizi ibu mempunyai nilai

Corrected Item-Total Correlation lebih besar daripada nilai “r” dari

tabel, yang berarti bahwa 18 butir soal tingkat pengetahuan gizi ibu

tersebut valid.

3.6.2 Reliabilitas Instrumen

Dari tabel “r” diketahui pada interval kepercayaan 95% untuk

df=8, nilai r=0.707. Butir soal tingkat pengetahuan gizi ibu dikatakan

reliabel apabila nilai alpha lebih besar daripada nilai “r” dari tabel.

Dapat dilihat pada lampiran (reliabilitas instrument) bahwa dari

18 butir soal mempunyai nilai alpha lebih besar daripada nilai “r” tabel

(0.9870>0.707), yang berarti bahwa 18 butir soal tersebut reliabel.

3.7 Prosedur penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah Desa Purwojati Kecamatan Kertek

Kabupaten Wonosobo dan telah mendapatkan ijin penelitian oleh pihak yang

terkait seperti Kesbanglinmas, Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo,

Puskesmas sebagai wilayah kerja, kader Posyandu dan bidan desa Purwojati

yang digunakan untuk pengambilan data dalam penelitian.


65

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu balita dari keluarga

petani sebanyak 68 balita. Proses dalam penelitian ini, status gizi balita

diukur dengan penimbangan berat badan yang kemudian dikaitkan dengan

data umur balita. Data ini dicari dengan persen terhadap median berdasarkan

baku BB/U standar WHO NCHS yang kemudian diklasifikasikan status gizi

berdasarkan persen terhadap median. Penimbangan dilakukan pada saat

Posyandu dengan alat penimbangan yang telah disediakan.

Untuk mengetahui tingkat pendapatan keluarga, tingkat pengetahuan

gizi ibu, tingkat pendidikan ibu, besarnya keluarga, status pekerjaan ibu,

pantangan makan balita di Desa Purwojati Kecamatan Kertek Kabupaten

Wonosobo menggunakan kuesioner yang telah disediakan. Sedangkan untuk

mengetahui tingkat konsumsi energi dan protein menggunakan formulir

recall 3x24 jam konsumsi makanan. Untuk mengisi kuesioner dilakukan di

Posyandu dan masuk pada tiap rumah keluarga petani. Setelah data

terkumpul kemudian data dianalisis dengan menggunakan metode statistik.

3.8 Teknik Pengumpulan Data

3.8.1 Metode Dokumentasi

Adalah metode pengumpulan data dengan menggunakan

berbagai sumber tulisan yang berkenaan dengan objek penelitian.

Metode dokumentasi digunakan untuk mendapatkan umur balita, tingkat

pendidikan orang tua, jumlah anggota keluarga, jumlah balita, mata


66

pencaharian, pendapatan keluarga, serta data pendukung seperti

monografi desa.

3.8.2 Metode Wawancara

Adalah suatu metode yang digunakan untuk pengumpulan data

terhadap objek yang diteliti dengan acuan kuesioner. Dalam penelitian

ini wawancara dilakukan untuk mengetahui sosial ekonomi keluarga

yang terdiri dari pendapatan keluarga, tingkat pengetahuan gizi ibu,

tingkat pendidikan ibu, besarnya keluarga, status pekerjaan ibu,

pantangan makan balita.

3.8.3 Metode Pengukuran Langsung

Metode ini dilakukan untuk mendapatkan data pertumbuhan

balita yang berupa berat badan yang diukur dengan timbangan dacin

dengan tingkat ketelitian 0,1 kg, kemudian dibandingkan dengan standar

BB/U WHO NCHS.

3.8.4 Metode Recall 24 jam

Adalah metode yang digunakan oleh peneliti untuk mengetahui

jenis dan jumlah bahan pangan yang telah dikonsumsi selama 3 hari

oleh balita di desa Purwojati. Pewawancara mempersiapkan kuesioner

yang dapat mengarahkan responden menyusun urutan waktu makan

dalam sehari (makan pagi, makan siang, makan malam, serta makanan

selingan).

Satuan yang dipergunakan untuk mengukur banyaknya pangan

yang dikonsumsi yaitu dengan Ukuran Rumah Tangga (URT) seperti,

berapa sendok, gelas, butir dan yang lainnya. Jumlah makanan tersebut
67

kemudian dikonversikan kedalam satuan berat (gram) dengan

menggunakan URT yang berlaku. Data yang diperoleh berdasarkan

penaksiran konsumsi pangan tersebut kemudian dijumlahkan dan dibagi

dua untuk mengetahui rata-rata konsumsi energi dan protein dalam

sehari.

3.9 Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode sebagai

berikut :

3.9.1 Analisis Univariat

Analisis ini dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil

penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan

distribusi dan presentase dari tiap variabel (Soekidjo Notoatmodjo,

2002: 188).

Data hasil penelitian dideskripsikan dalam bentuk tabel, grafik

dan narasi untuk megevaluasi besarnya proporsi masing-masing faktor

yang meningkatkan yang ditemukan pada sampel untuk masing-

masing variabel yang diteliti.

Analisis univariat bermanfaat untuk melihat apakah data sudah

layak untuk dilakukan analisis, melihat gambaran data yang

dikumpulkan dan apakah data optimal untuk analisis lebih lanjut.

3.9.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk mencari hubungan dan

membuktikan hipotesis dua variabel. Dalam penelitian ini digunakan


68

uji Chi-Square dengan Coefficient Contingency untuk menghubungkan

variabel terikat dengan variabel bebas.

Adapun rumus sebagai berikut :

X2
C=
N+X2

Harga Chi-Kuadrat dicari dengan :

r k (OP1 j + E1 j ) 2
X = ∑∑
2

i =l j =l EP1 j

Keterangan :

OP1j : Jumlah observasi yang dikategorikan pada baris ke 1 dan kolom

ke “j”.

E1j : Frekuensi harapan (expected value) untuk kategori baris ke 1 dan

kolom ke “j”.
r k

∑∑ : Menyatakan bahwa kita menjumlahkan semua baris r dan semua


i =l j =l

kolom k (Sugiyono, 2002: 224).


69

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1.Gambaran Umum.

Desa Purwojati Kecamatan Kertek Kabupaten Wonosobo terbagi

menjadi 4 Dusun yaitu: Dusun Prumbanan, Dalangan, Ngariman, dan

Sibendo. Jumlah penduduk desa Purwojati sebanyak 3767 jiwa. Dari jumlah

tersebut 63,09% bermata pencaharian sebagai petani. Dari jumlah penduduk

yang bermatapencaharian sebagai petani, mayoritas bertempat tinggal di

dusun Ngariman dan Sibendo.

Tabel 5. Tabel Distribusi Pekerjaan Masyarakat Desa


Purwojati
NO Jenis Pekerjaan Jumlah (Orang)
1. Petani 421
2. Buruh Tani 172
3. Penggalian 16
4. Industri 371
5. Bangunan 130
6. Pedagang 342
7. Angkutan 46
8. PNS/Honorer 24
9. TNI 1
10. Pensiunan 9
Sumber: Data Kecamatan Kertek (2005: 35-38).

Hasil pertanian petani di Desa Purwojati Kecamatan Kertek

Kabupaten Wonosobo adalah padi, jagung, ubi-ubian dan sayur-mayur dan

lain sebagainya. Dapat dirincikan menurut luas lahan dan produktifitas hasil

pertanian sebagai berikut:

69
70

Tabel 6. Tabel Distribusi Hasil Pertanian dengan Luas Lahan dan


Produktivitasnya.
No Jenis Hasil Pertanian Luas Lahan (ha) Produktivitas (ton)
1 Padi Sawah 226 1053,1
2 Jagung 42 163,8
3 Ubi Kayu 3 45
4 Ketela Rambat 8 120
5 Buncis 9 63
7 Cabe 9 135
8 Bawang Daun 3 45
9 Kobis 6 120
10 Sawi 4 80
Sumber: Data Kecamatan Kertek (2005: 82-87).

Hasil panen biasanya berjangka waktu 6 bulan sekali.

Keluarga petani adalah suatu keluarga dimana salah satu atau lebih

dari anggota keluarga aktivitasnya bercocok tanam. Keluarga petani dapat

digolongkan menjadi dua kriteria, dimana yang bercocok tanam pada lahan

sendiri disebut sebagai petani berjumlah 421 (70,99%), sedangkan mereka

yang bercocok tanam pada lahan orang lain disebut buruh tani berjumlah 172

(29,01%). Dari jumlah petani di Desa Purwojati Kecamatan Kertek Kabupaten

Wonosobo, baik petani maupun buruh tani, 35,08% mempunyai balita.

4.2.Hasil Penelitian

4.2.1 Analisis Univariat

1) Pendapatan Keluarga

Berdasarkan penelitian diperoleh data tentang

pendapatan keluarga petani yang mempunyai anak balita di Desa

Purwojati Kecamatan Kertek Kabupaten Wonosobo bahwa

rentang tertingi pendapatan adalah Rp 2.000.000 dan terendah


71

adalah Rp 210.000, dengan rata-rata pendapatan Rp 806.323,53,

dengan standar deviasi Rp 488.653.

pendapatan keluarga

70,00% 67,60%
p 60,00%
r
o 50,00%

s
40,00%
e 32,40%
n 30,00%
t
a 20,00%
s
e 10,00%

0,00%
Rendah tinggi

kategori pendapatan

Gambar 1. Grafik Distribusi Frekuensi Pendapatan Keluarga.

Grafik 1 diatas menunjukkan bahwa dari 68 keluarga

petani Desa Purwojati Kecamatan Kertek Kabupaten Wonosobo

yang menjadi responden dalam penelitian ini 67,60%

berpenghasilan rendah (<Rp 578.000). Data tersebut

menunjukkan bahwa keluaraga petani di Desa Purwojati sebagian

besar masih berpenghasilan rendah.

2) Tingkat Pengetahuan Gizi Ibu

Berdasarkan penelitian diperoleh data tentang skor

pengetahuan tentang gizi pada ibu balita di Desa Purwojati

Kecamatan Kertek Kabupaten Wonosobo bahwa rentang

tertinggi skor pengetahuan gizi ibu adalah 15, dan terendah

adalah 4, dengan rata-rata tingkat pengetahuan gizi ibu 10,49,

dengan standar deviasi 3,321.


72

Pengetahuan Gizi Ibu

60,00% 57,40%
p
50,00%
r
o
42,60%
40,00%
s
e
30,00%
n
t 20,00%
a
s 10,00%
e
0,00%
Kurang Tinggi

kategori pengetahuan

Gambar 2. Grafik Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Gizi


Ibu.

Grafik 2 diatas menunjukkan bahwa dari 68 ibu balita

keluarga petani Desa Purwojati Kecamatan Kertek Kabupaten

Wonosobo yang menjadi responden dalam penelitian ini 57,40%

ibu berpengetahuan gizi kurang (skor jawaban benar <12).

3) Tingkat Pendidikan Ibu

Berdasarkan penelitian diperoleh data tentang

pendidikan ibu balita di Desa Purwojati Kecamatan Kertek

Kabupaten Wonosobo bahwa ibu balita yang tidak sekolah

35,30% dan yang sekolah 64,70%. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat rincian pada grafik berikut.


73

Pendidikan ibu

70,00% 64,70%
p 60,00%
r
o 50,00%
s
40,00% 35,30%
e
n 30,00%
t
a 20,00%
s
10,00%
e
0,00%
Tidak sekolah Sekolah

kategori pendidikan

Gambar 3. Grafik Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Ibu.

Grafik 3. tersebut diatas menunjukkan bahwa sebagian

besar latar belakang pendidikan ibu balita keluarga petani Desa

Purwojati Kecamatan Kertek Kabupaten Wonosobo yang

menjadi sampel dalam penelitian ini adalah 64,70% sekolah.

4) Besar Keluarga

Berdasarkan penelitian diperoleh data tentang besar

keluarga dilihat dari jumlah anggota keluarga dalam satu rumah

pada keluarga petani di Desa Purwojati Kecamatan Kertek

Kabupaten Wonosobo bahwa rentang terendah jumlah anggota

keluarga adalah 3 orang, dan tertinggi adalah 8 orang.


74

Besar Keluarga
52,90%
53,00%

p 52,00%

r 51,00%
o
50,00%
s
e 49,00%

n 48,00%
t
47,10%
47,00%
a
s 46,00%

e 45,00%

44,00%
Kecil Besar

kategori besar keluarga

Gambar 4. Grafik Distribusi Frekuensi Besar Keluarga.

Grafik 4 diatas menunjukkan bahwa dari 68 keluarga

petani Desa Purwojati Kecamatan Kertek Kabupaten Wonosobo

yang menjadi responden dalam penelitian ini 52,90% mempunyai

keluarga kecil (≤4 orang).

5) Status Pekerjaan Ibu

Berdasarkan penelitian diperoleh data tentang status

pekerjaan ibu balita pada keluarga petani di Desa Purwojati

Kecamatan Kertek Kabupaten Wonosobo bahwa sebagian besar

ibu balita keluarga petani berstatus bekerja sebagai petani.


75

Status Pekerjaan ibu


51,50%
51,50%

p 51,00%
r 50,50%
o
50,00%
s
e 49,50%

n 49,00%
t
48,50%
48,50%
a
48,00%
s
e 47,50%

47,00%
Tdk Bekerja Bekerja

kategori status pekerjaan

Gambar 5. Grafik Distribusi Frekuensi Status Pekerjaan Ibu.

Dari grafik 5 diatas dapat diketahui bahwa proporsi

status ibu balita yang tidak bekerja sebanyak 33 orang (48,5%),

dan yang berstatus bekerja sebanyak 35 orang (51,5%).

6) Pantangan Makan Balita

Berdasarkan penelitian diperoleh data tentang

pantangan makan balita pada keluarga petani di Desa Purwojati

Kecamatan Kertek Kabupaten Wonosobo bahwa dari 68 balita

yang dijadikan sampel tidak satupun yang memiliki pantangan

makan.

7) Tingkat Konsumsi Energi

Berdasarkan penelitian diperoleh data tentang angka

kecukupan energi (AKE) balita keluarga petani di Desa

Purwojati Kecamatan Kertek Kabupaten Wonosobo bahwa

rentang terendah angka kecukupan energi adalah 35% AKE, dan


76

tertinggi adalah 249% AKE, dengan rata-rata 109,41% AKE,

dengan standar deviasi 35,594% AKE.

AKE
80,00% 75,00%
p 70,00%
r
60,00%
o
s 50,00%
e
40,00%
n
t 30,00% 25,00%
a 20,00%
s
10,00%
e
0,00%
Kurang Baik

kategori AKE

Gambar 7.Grafik Distribusi Frekuensi Angka Kecukupan Energi

Dari grafik 7 diatas dapat diketahui proporsi angka

kecukupan energi balita anak petani Desa Purwojati Kecamatan

Kertek Kabupaten Wonosobo tahun 2007 yang didapat dari

recall 3x24 jam. Dari data tersebut dapat diketahui kategori

angka kecukupan energi (AKE) balita kurang (25%), dan

kategori AKE baik (75%).

8) Tingkat Konsumsi Protein

Berdasarkan penelitian diperoleh data tentang angka

kecukupan protein (AKP) balita keluarga petani di Desa

Purwojati Kecamatan Kertek Kabupaten Wonosobo bahwa

rentang terendah angka kecukupan protein adalah 61% AKP, dan

tertinggi adalah 293% AKP, dengan rata-rata 117,02% AKP,

dengan standar deviasi 55,464% AKP.


77

AKP
79,40%
80,00%

p 70,00%

r
60,00%
o
s 50,00%

e
40,00%
n
t 30,00%

a 20,60%
20,00%
s
e 10,00%

0,00%
Kurang Baik

kategori AKP

Gambar 8.Grafik Distribusi Frekuensi Angka Kecukupan Protein

Dari grafik 8 diatas dapat diketahui proporsi angka

kecukupan energi balita anak petani Desa Purwojati Kecamatan

Kertek Kabupaten Wonosobo tahun 2007 yang didapat dari

recall 3x24 jam. Dari data tersebut dapat diketahui kategori AKP

balita kurang (20,60%), dan kategori AKP baik (79,40%).

9) Status Gizi Balita

Berdasarkan penelitian didapat hasil bahwa status gizi

balita keluarga petani di Desa Purwojati Kecamatan Kertek

Kabupaten Wonosobo tahun 2007, yang dihitung menggunakan

rumus persen terhadap median (BB/U), masih ada anak balita

yang mengalami gizi buruk dan gizi kurang. Rentang terendah

status gizi balita adalah 57%, dan tertinggi adalah 116%, dengan

rata-rata 88,74%, dan standar deviasi 11,866%.


78

STATUS GIZI
80,00% 75,00%
p 70,00%

r 60,00%
o
s 50,00%

e
40,00%
n
t 30,00% 25,00%
a
20,00%
s
e 10,00%

0,00%
Kurang Baik

kategori Status Gizi

Gambar 9. Grafik Distribusi Frekuensi Status Gizi Balita.

Dari grafik 9 diatas dapat diketahui bahwa dari 68 balita

keluarga petani Desa Purwojati Kecamatan Kertek Kabupaten

Wonosobo tahun 2007 yang menjadi sampel dalam penelitian ini

75% mempunyai status gizi baik (BB/U ≥80%).

4.2.2 Analisis Bivariat

Uji bivariat dalam penelitian ini menggunakan rumus Chi-

square, dimana uji tersebut digunakan untuk mengetahui faktor-

faktor yang berhubungan dengan status gizi balita keluarga petani

Desa Purwojati Kecamatan Kertek Kabupaten Wonosobo tahun

2007.

1) Hubungan Pendapatan Keluarga dengan Status Gizi Balita

Keluarga Petani

Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa balita

responden yang memiliki status gizi kurang berasal dari keluarga

yang berpenghasilan rendah, sedangkan yang memiliki status gizi


79

baik berasal dari keluarga yang berpenghasilan tinggi. Lebih

jelasnya hubungan antara status gizi balita keluarga petani

dengan pendapatan keluarga dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 7.
Tabel Silang Pendapatan Keluarga dengan Status Gizi Balita
Keluarga Petani
Pendapatan Status Gizi Balita (BB/U)
Total
Keluarga Kurang (<80%) Baik (≥80%)
Rendah F 16 24 40
(%) (23.5) (35.3) (58.8)
F 1 27 28
Tinggi
(%) (1.5) (39.7) (41.2)
F 17 51 68
Total
(%) (25) (75) (100)
Sumber : Data Penelitian 2007

Berdasarkan tabel 7 tersebut diatas menunjukkan bahwa

dari 75% balita yang berstatus gizi baik, berasal dari keluarga

berpenghasilan tinggi 39,7%, dan dari analisis bivariat diperoleh

p = 0,002, RP=11,200, (95% CI=1,575-79,649) yang berarti ada

hubungan antara pendapatan keluarga dengan status gizi balita

keluarga petani.

2) Hubungan Tingkat Pengetahuan Gizi Ibu dengan Status

Gizi Balita Keluarga Petani

Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa balita

responden yang memiliki status gizi kurang sebagian besar

tingkat pengetahuan gizi ibu kurang, sedangkan yang memiliki

status gizi baik sebagian besar tingkat pengetahuan gizi ibu baik.

Lebih jelasnya hubungan antara status gizi balita keluarga petani

dengan tingkat pengetahuan gizi ibu dilihat pada tabel berikut ini:
80

Tabel 8.
Tabel Silang Tingkat Pengetahuan Gizi Ibu dengan Status Gizi
Balita Keluarga Petani
Status Gizi Balita (BB/U)
Pengetahuan Gizi Ibu Total
Kurang(<80%) Baik(≥80%)
Kurang F 16 1 17
(%) (23.5) (1.5) (25.0)
F 23 28 51
Baik
(%) (33.8) (41.2) (75)
F 39 29 68
Total
(%) (57.4) (42.6) (100)
Sumber : Data Penelitian 2007

Berdasarkan tabel 8 tersebut diatas menunjukkan bahwa

dari 75% balita yang berstatus gizi baik, 41,2% tingkat

pengetahuan gizi ibu baik, dan dari analisis bivariat diperoleh

p=0,001, RP=11,897, (95% CI=1,672-84,658) berarti ada

hubungan antara tingkat pengetahuan gizi ibu dengan status gizi

balita keluarga petani.

3) Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu dengan Status Gizi

Balita Keluarga Petani

Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa balita

responden yang memiliki status gizi baik sebagian besar ibunya

sekolah. Lebih jelasnya hubungan antara status gizi balita

keluarga petani dengan tingkat pendidikan ibu dilihat pada tabel

berikut ini:
81

Tabel 9.
Tabel Silang Tingkat Pendidikan Ibu dengan Status Gizi Balita
Keluarga Petani
Tingkat Status Gizi Balita (BB/U)
Total
Pendidikan Ibu Kurang (<80%) Baik (≥80%)
Tdk Sekolah F 8 9 17
(%) (11.8) (13.2) (25.0)
F 16 35 51
Sekolah
(%) (23.5) (51.5) (75)
Total F 24 44 68
(%) (35.3) (64.7) (100)
Sumber : Data Penelitian 2007

Berdasarkan tabel 9 tersebut diatas menunjukkan bahwa

dari 75% balita yang berstatus gizi baik, 51,5% tingkat

pendidikan bersekolah, dan dari analisis bivariat diperoleh

p=0,379, RP=1,630, (95% CI=0,723-3,671) berarti tidak ada

hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan status gizi balita

keluarga petani.

4) Hubungan Besar Keluarga dengan Status Gizi Balita

Keluarga Petani

Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa balita

responden yang memiliki status gizi baik sebagian besar berasal

dari keluarga kecil. Lebih jelasnya hubungan antara status gizi

balita keluarga petani dengan besar keluarga dapat dilihat pada

tabel berikut ini:


82

Tabel 10.
Tabel Silang Besar Keluarga dengan Status Gizi Balita Keluarga
Petani
Status Gizi Balita (BB/U)
Besar Keluarga Total
Kurang (<80%) Baik (≥80%)
Kecil F 6 11 17
(%) (8.8) (16.2) (25)
F 32 19 51
Besar
(%) (47.1) (27.9) (75)
F 38 30 68
Total
(%) (55.9) (44.1) (100)
Sumber : Data Penelitian 2007

Berdasarkan tabel 10 tersebut diatas menunjukkan

bahwa dari 75% balita yang berstatus gizi baik, 47,1% berasal

dari keluarga kecil, dan dari analisis bivariat diperoleh p=0,091,

RP=0,431, (95% CI=0,180-1,030) berarti tidak ada hubungan

antara besar keluarga dengan status gizi balita keluarga petani.

5) Hubungan Status Pekerjaan Ibu dengan Status Gizi Balita

Keluarga Petani

Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa balita

responden yang memiliki status gizi baik sebagian besar ibunya

bekerja. Lebih jelasnya hubungan antara status gizi balita

keluarga petani dengan status pekerjaan ibu dapat dilihat pada

tabel berikut ini:


83

Tabel 11.
Tabel Silang Status Pekerjaan Ibu dengan Status Gizi Balita
Keluarga Petani
Status Pekerjaan Status Gizi Balita (BB/U)
Total
Ibu Kurang (<80%) Baik (≥80%)
Tdk Kerja F 4 13 17
(%) (5.9) (19.1) (25)
F 23 28 51
Bekerja
(%) (33.8) (41.2) (75)
F 27 41 68
Total
(%) (39.7) (60.3) (100)
Sumber : Data Penelitian 2007

Berdasarkan tabel 11 tersebut diatas menunjukkan

bahwa dari 75% balita yang berstatus gizi baik, 41,2% ibunya

bekerja, dan dari analisis bivariat diperoleh p=0,198, RP=0,

467, (95% CI=0,170-1,283) berarti tidak ada hubungan antara

status pekerjaan ibu dengan status gizi balita keluarga petani.

6) Hubungan Pantangan Makan Balita dengan Status Gizi

Balita Keluarga Petani

Variabel pantangan makan pada balita tersebut diatas

tidak mempunyai variabilitas, sebab dari seluruh responden tidak

ada yang memiliki pantangan makan. Oleh sebab itu maka

variabel pantangan makan pada balita tidak dapat dianalisis.

7) Hubungan Tingkat Konsumsi Energi dengan Status Gizi

Balita Keluarga Petani

Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa balita

responden yang memiliki status gizi kurang sebagian besar

tingkat konsumsi energinya kurang, sedangkan yang memiliki

status gizi baik sebagian besar tingkat konsumsi energinya baik.


84

Lebih jelasnya hubungan antara status gizi balita keluarga petani

dengan tingkat konsumsi energi dapat dilihat pada tabel berikut

ini:

Tabel 12.
Tabel Silang Tingkat Konsumsi Energi dengan Status Gizi Balita
Keluarga Petani
Status Gizi Balita (BB/U)
Konsumsi energi Total
Kurang (<80%) Baik (≥80%)
Kurang F 15 2 17
(%) (22.1) (2.9) (25)
F 2 49 51
Baik
(%) (2.9) (72.1) (75)
F 17 51 68
Total
(%) (25) (75) (100)
Sumber : Data Penelitian 2007

Berdasarkan tabel 12 tersebut diatas menunjukkan

bahwa dari 75% balita yang berstatus gizi baik, 72.1% tingkat

konsumsi energinya baik, dan dari analisis bivariat diperoleh p=

0,000 RP=22,500, (95% CI=5,720-88,501) berarti ada hubungan

antara konsumsi energi dengan status gizi balita keluarga petani.

8) Hubungan Tingkat Konsumsi Protein dengan Status Gizi

Balita Keluarga Petani

Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa balita

responden yang memiliki status gizi kurang sebagian besar

tingkat konsumsi proteinnya kurang, sedangkan yang memiliki

status gizi baik sebagian besar tingkat konsumsi proteinnya baik.

Lebih jelasnya hubungan antara status gizi balita keluarga petani

dengan tingkat konsumsi protein dapat dilihat pada tabel berikut

ini:
85

Tabel 13.
Tabel Silang Tingkat Konsumsi Protein dengan Status Gizi
Balita Keluarga Petani
Status Gizi Balita (BB/U)
Konsumsi Protein Total
Kurang (<80%) Baik (≥80%)
Kurang F 14 3 17
(%) (20.6) (4.4) (25)
F 0 51 51
Baik
(%) (0) (75) (75)
F 14 54 68
Total
(%) (20.6) (79.4) (100)
Sumber : Data Penelitian 2007

Berdasarkan tabel 13 tersebut diatas menunjukkan

bahwa dari 75% balita yang berstatus gizi baik, 75% tingkat

konsumsi proteinnya baik, dan dari analisis bivariat diperoleh

p=0,000, RP=18,000, (95% CI=5,993-54,059) berarti ada

hubungan antara konsumsi protein dengan status gizi balita

keluarga petani.

4.3.Pembahasan

4.3.1 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Balita

Faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi balita

keluarga petani di Desa Purwojati Kecamatan Kertek Kabupaten

Wonosobo tahun 2007 diantaranya adalah pendapatan keluarga,

tingkat pengetahuan gizi ibu, tingkat konsumsi energi dan tingkat

konsumsi protein.

1) Hubungan Pendapatan Keluarga dengan Status Gizi Balita

Keluarga Petani

Pendapatan keluarga sangat mempengaruhi terhadap

konsumsi makan sehari-hari. Apabila pendapatan rendah maka


86

makanan yang dikonsumsi tidak mempertimbangkan nilai gizi,

tetapi nilai materi lebih menjadi pertimbangan. Namun demikian

tidak menutup kemungkinan bahwa keluarga yang

berpenghasilan rendah dapat mengkonsumsi makanan yang

mempunyai nilai gizi baik.

Secara nyata kondisi tersebut dibuktikan dari penelitian

dimana status gizi balita keluarga petani di Desa Purwojati

Kecamatan Kertek Kabupaten Wonosobo berhubungan dengan

pendapatan keluarga. Dari analisis bivariat diperoleh p=0,002,

RP=11,200, (95% CI=1,575-79,649). Hal tersebut membuktikan

kevalidan data hasil penelitian bahwa pendapatan keluarga yang

rendah mempengaruhi buruknya status gizi balita keluarga

petani di Desa Purwojati Kecamatan Kertek Kabupaten

Wonosobo tahun 2007.

Hasil penelitian sejalan dengan pendapat Achmad

Djaeni Sediaoetama (1985 : 50) yang menyatakan bahwa antara

penghasilan dan gizi, jelas ada hubungan yang menguntungkan.

Pengaruh peningkatan penghasilan terhadap perbaikan kesehatan

dan kondisi keluarga lain yang mengadakan interaksi dengan

status gizi yang berlawanan hampir universal. Ahli ekonomi

berpendapat bahwa dengan perbaikan taraf ekonomi maka

tingkat gizi pendukung akan meningkat. Namun ahli gizi dapat

menerima dengan catatan, bila hanya faktor ekonomi saja yang


87

merupakan penentu status gizi. Kenyataannya masalah gizi

bersifat multikompleks karena tidak hanya faktor ekonomi yang

berperan tetapi faktor-faktor lain ikut menentukan.

2) Hubungan Tingkat Pengetahuan Gizi Ibu dengan Status Gizi

Balita Keluarga Petani

Berdasarkan data hasil penelitian menunjukkan bahwa

ada hubungan antara tingkat pengetahuan gizi ibu dengan status

gizi balita keluarga petani Desa Purwojati, Kecamatan Kertek,

Kabupaten wonosobo tahun 2007. Dari hasil analisis bivariat

diperoleh p=0,001, RP=11,897, (95% CI=1,672-84,658). Dari

hasil tersebut berarti bahwa tingkat pengetahuan gizi ibu yang

rendah berakibat buruknya status gizi pada balita keluarga petani

Desa Purwojati Kecamatan Kertek Kabupaten Wonosobo tahun

2007.

Hasil penelitian sejalan dengan pendapat Achmad

Djaeni Sediaoetama (2000: 12-13) yang menyatakan bahwa

pengetahuan gizi yang baik akan menyebabkan seseorang

mampu menyusun menu yang baik untuk dikonsumsi. Semakin

banyak pengetahuan gizi seseorang, maka ia akan semakin

memperhitungkan jenis dan jumlah makanan yang diperolehnya

untuk dikonsumsi. Suhardjo (2003: 25) juga berpendapat bahwa

kemiskinan dan kekurangan persediaan pangan yang bergizi

merupakan faktor penting dalam masalah kurang gizi, penyebab


88

lain yang penting dari gangguan gizi adalah kurangnya

pengetahuan tentang dan mengetahui kemampuan untuk

menerapkan informasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

3) Hubungan Tingkat Konsumsi Energi dengan Status Gizi

Balita Keluarga Petani

Konsumsi energi merupakan faktor yang berkorelasi

langsung dengan status gizi balita. Berdasarkan analisis bivariat

diperoleh nilai p= 0,000, RP=22,500, (95% CI=5,720-88,501).

Hal ini menunjukkan adanya hubungan antara tingkat konsumsi

energi dengan status gizi balita keluarga petani Desa Purwojati

Kecamatan Kertek Kabupaten Wonosobo tahun 2007.

Hasil penelitian sejalan dengan Suhardjo (2003: 16)

yang berpendapat bahwa seseorang tidak dapat menghasilkan

energi yang melebihi dari apa yang diperoleh dari makanan

kecuali jika meminjam atau menggunakan cadangan energi

dalam tubuh, namun kebiasaan meminjam ini akan dapat

mengakibatkan keadaan yang gawat, yaitu kekurangan gizi

khususnya energi. G. Kartasapoetra dan Marsetyo (2001 : 33)

juga berpendapat bahwa dalam usaha menciptakan manusia-

manusia yang sehat pertumbuhannya, penuh semangat dan penuh

kegairahan dalam kerja, serta tinggi daya cipta dan kreatifitasnya,

maka sejak anak-anak harus dipersiapkan. Untuk itu energi harus


89

benar-benar diperhatikan, harus tetap selalu berada dalam serba

kecukupan.

4) Hubungan Tingkat Konsumsi Protein dengan Status Gizi

Balita Keluarga Petani

Konsumsi protein merupakan faktor yang berkorelasi

langsung dengan status gizi balita. Berdasarkan analisis bivariat

diperoleh nilai p=0.000, RP=18,000, (95% CI=5,993-54,059).

Hal ini menunjukkan adanya hubungan antara tingkat konsumsi

protein dengan status gizi balita keluarga petani Desa Purwojati

Kecamatan Kertek Kabupaten Wonosobo tahun 2007.

Hasil penelitian sejalan dengan pendapat Suhardjo

(2003 : 26) yang menyatakan bahwa status gizi atau tingkat

konsumsi pangan merupakan bagian terpenting dari status

kesehatan seseorang. Tidak hanya status gizi yang

mempengaruhi kesehatan seseorang, tetapi status kesehatan juga

mempengaruhi status gizi. Achmad Djaeni Sediaoetama (2000 :

25) juga berpendapat bahwa tingkat kesehatan gizi sesuai dengan

konsumsi pangan, tingkat kesehatan gizi terbaik adalah kesehatan

gizi optimum. Tubuh terbebas dari penyakit dan mempunyai

daya kerja dan efisiensi yang sebaik-baiknya, serta mempunyai

daya tahan setinggi-tingginya.


90

4.3.2 .Faktor-faktor yang Tidak Berhubungan dengan Status Gizi

Balita

Faktor-faktor yang tidak berhubungan dengan status gizi

balita keluarga petani Desa Purwojati Kecamatan Kertek Kabupaten

Wonosobo tahun 2007 adalah tingkat pendidikan ibu, status

pekerjaan ibu, besar keluarga dan pantangan makan balita.

1. Tingkat Pendidikan Ibu.

Berdasarkan data hasil penelitian menunjukkan bahwa

tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan status

gizi balita keluarga petani di Desa Purwojati, Kecamatan Kertek,

Kabupaten Wonosobo tahun 2007. Dari hasil analisis bivariat

diperoleh p=0,379, RP=1,630, (95% CI=0,723-3,671). Dari

hasil tersebut berarti bahwa taraf signifikasi terlalu besar,

sehingga dapat dikatakan tingkat pendidikan ibu tidak ada

hubungannya dengan status gizi balita keluarga petani.

Hasil penelitian tersebut tidak sejalan dengan pendapat

(Suhardjo, 2003 : 113) yang menyatakan bahwa tingkat

pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang

menyerap dan memahami pengetahuan gizi yang mereka peroleh.

Hal ini bisa dijadikan landasan untuk membedakan metode

penyuluhan yang tepat. Dari kepentingan gizi keluarga,

pendidikan diperlukan agar seseorang lebih tanggap terhadap


91

adanya masalah gizi didalam keluarga dan bisa mengambil

tindakan secepatnya.

2. Status Pekerjaan ibu.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada

hubungan antara status pekerjaan ibu dengan status gizi balita

keluarga petani di Desa Purwojati, Kecamatan Kertek,

Kabupaten Wonosobo tahun 2007. Dari hasil analisis bivariat

diperoleh p=0,198, RP=0,467, (95% CI=0,170-1,283). Dari

hasil tersebut berarti bahwa taraf signifikasi terlalu besar,

sehingga dapat dikatakan status pekerjaan ibu tidak ada

hubungannya dengan status gizi balita keluarga petani.

Hasil penelitian tersebut tidak sesuai dengan pendapat

(Solihin Pudjiadi, 2003 : 104 – 105) yang berpendapat bahwa

salah satu faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya KEP

adalah para ibu yang menerima pekerjaan tetap sehingga harus

meninggalkan balitanya dari pagi sampai sore, anak-anak

terpaksa ditinggalkan dirumah sehingga jatuh sakit dan tidak

mendapatkan perhatian, dan pemberian makanan tidak dilakukan

dengan semestinya.

3. Besar Keluarga.

Berdasarkan data hasil penelitian menunjukkan bahwa

tidak ada hubungan antara besar keluarga dengan status gizi

balita keluarga petani Desa Purwojati, Kecamatan Kertek,


92

Kabupaten Wonosobo tahun 2007. Dari hasil analisis bivariat

diperoleh p=0,091, RP=0,431, (95% CI=0,180-1,030). Dari

hasil tersebut berarti bahwa besar keluarga tidak ada

hubungannya dengan status gizi balita keluarga petani.

Hasil penelitian tersebut tidak sesuai dengan pendapat

(Suhardjo, 1986: 28) yang mengatakan bahwa anak-anak, wanita

yang sedang hamil dan menyusui merupakan kelompok yang

rawan akan kekurangan gizi. Apabila mereka hidup dalam

keluarga dengan jumlah yang besar dan kesulitan dalam

persediaan pangan tentunya masalah gizi atau gangguan gizi

akan timbul.

4.4.Hambatan dan Kelemahan Penelitian

Penelitian ini terdapat banyak hambatan dan kelemahan, antara lain:

1) Penelitian ini menggunakan desain cross sectional, maka tidak bisa

menggambarkan kondisi status gizi, insiden, maupun prognosis karena

hanya dilakukan satu kali pengukuran, sehingga kemungkinan juga

terjadi bias prevalen atau bias insiden.

2) Dalam pengambilan data penelitian ini menggunakan recall 3x24 jam

sehingga kemungkinan terjadi bias recall, sebab responden belum

tentu ingat makanan yang dikonsumsi diwaktu lampau.


93

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1.Simpulan

5.1.1. Faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi balita

Dari data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan

antara pendapatan keluarga, tingkat pengetahuan gizi ibu, tingkat

konsumsi energi, dan tingkat konsumsi protein dengan status gizi

balita pada keluarga petani Desa Purwojati, Kecamatan Kertek,

Kabupaten Wonosobo tahun 2007.

5.1.2. Faktor-faktor yang tidak berhubungan dengan status gizi balita

Dari data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa tidak ada

hubungan antara tingkat pendidikan ibu, besar keluarga, status

pekerjaan ibu, dan pantangan makan balita dengan status gizi balita

pada keluarga petani Desa Purwojati, Kecamatan Kertek, Kabupaten

Wonosobo tahun 2007.

5.2. Saran

Dari data yang diperoleh melalui penelitian dengan 68 sampel

dengan delapan faktor yang berpengaruh terhadap status gizi balita didapat

hasil bahwa diantara kedelapan faktor yang diteliti, empat faktor erat

kaitanya dengan status gizi. Keempat faktor tersebut adalah pendapatan

keluarga, tingkat pengetahuan gizi ibu, tingkat konsumsi energi, dan tingkat

konsumsi protein. Oleh karena itu diharapkan bagi para ibu balita supaya

93
94

dapat memberikan kepada anak balitanya konsumsi makanan yang sesuai

dengan kebutuhan protein dan energi menurut umur balita.

Pendapatan keluarga juga merupakan faktor yang sangat

berpengaruh terhadap status gizi balita, maka diharapkan bagi pemerintah

daerah setempat untuk lebih meningkatkan kemakmuran rakyatnya, terlebih

pada penduduk yang bermatapencaharian petani, sebab pada umumnya

rakyat golongan petani berada pada ekonomi menengah kebawah.

Faktor status pengetahuan gizi ibu juga sangat berpengaruh

terhadap status gizi balita, oleh karenanya diharapkan bagi para kader

posyandu dan Puskesmas setempat untuk memberikan penyuluhan dan

pengetahuan tentang gizi kepada ibu balita, sebab pada umumnya ibu-ibu

dari keluarga petani memiliki pengetahuan tentang gizi yang sangat minim.
95

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Djaeni Sediaoetama. 1985. Faktor Gizi. Jakarta: Bhatara Karya Akbar.

Ahmad Djaeni Sediaoetama. 2000. ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi Jilid
I. Jakarta: Bhatara Karya Akbar.

Badan Pusat statistik tahun 2003 tentang Profil Kesehatan Propinsi Jawa
Tengah. 2003. Semarang.

Badan Pusat Statistik tahun 2005 tentang Kecamatan Kertek Kabupaten


Wonosobo dalam Angka. 2006. Wonosobo.

Deddy Muchtadi. 1996. Gizi Untuk Bayi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo tahun 2005/2006 tentang Grafik


Perkembangan Status Gizi Balita Kabupaten Wonosobo.
2006.Wonosobo.

I Dewa Nyoman Supariasa. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.

Kartasapoetra, G dan Marsetyo. 2001. Ilmu Gizi. Jakarta: Rineka Cipta.

Mulyanto Sumardi dan Hans Dieter Evers. 1984.Kemiskinan dan Kebutuhan


pokok. Jakarta: Rajawali.

Pandji Anoraga. 2005. Psikologi Kerja. Jakarta: Rineka Cipta.

Sajogyo, dkk. 1994. Gizi yang Merata. Yogyakarta: UGM Press.

Sjahmien Moehji. 1995. Pemeliharaan Gizi Bayi dan Balita. Jakarta: Bharata.

Soegeng Santoso dan Anne Lies. 2004. Kesehatan dan Gizi. Jakarta: Rineka cipta.

Soekidjo Notoatmodjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:


PT Rineka Cipta.

---------------------------. 1997. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: PT Rineka


Cipta.

Solihin Pujdjiadi. 2003. Ilmu Gizi klinis Pada anak. Jakarta: Gaya baru.

Sri kardjati, dkk. 1985. Aspek Kesehatan dan Gizi Anak Balita. Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia.
96

Sugiyono. 2002. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta.

Suhardjo dan Clara M.Kusharto .1992. Prinsip Ilmu Gizi. Yogyakarta: Kanisius
IKAPI.

Suhardjo. 2003. Perencanaan Pangan dan Gizi. Jakarta: Bumi Aksara.

------------2003. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Jakarta: Bumi Aksara.

Suhardjo,dkk. 1986. Pangan, Gizi dan Pertanian. Jakarta: UI Press.

Suma’mur. 1996. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT Toko


Gunung Agung.

Tillar, R dan Sardin Pabbadja. 1979. Pendidikan dan Pengembangan Masyarakat.


Jakarta: PT Rora Karya.

Yayuk Farida Baliwati, dkk. 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Lampiran 1. Surat tugas Dosen Pembimbing

97
Lampiran 2. Permohonan ijin Penelitian

98
Lampiran 3. Permohonan ijin Penelitian

99
Lampiran 4. Permohonan ijin Penelitian

100
Lampiran 5. Permohonan ijin Penelitian

101
Lampiran 6. Surat Tembusan KESBANGLINMAS

102
Lampiran 7. Kuesioner Penelitian
103

KUESIONER PENELITIAN
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI
BALITA KELUARGA PETANI DESA PURWOJATI KECAMATAN
KERTEK KABUPATEN WONOSOBO

Pelaksanaan Pengambilan Data : Tgl…..Bln…..Thn…..


A. Identitas Keluarga Responden
1. Identitas Kepala Keluarga
a. Nomor Responden :
b. Nama Ayah :
c. Alamat :
Rt…….Rw…….
Desa…………………….
Kecamatan………………
Kab/Kota ……………….
d. Umur Ayah :…………Tahun
e. Pekerjaan Ayah :
1) Tidak Bekerja
2) Buruh Tani
3) Petani
4) PNS/ABRI
5) Berdagang/Wiraswasta
6) Buruh Pabrik
7) Lain-lain, Sebutkan……………………………….

2. Identitas Ibu
a. Nama Ibu :
b. Umur Ibu : Tahun
c. Pekerjaan Ibu :
1) Tidak Bekerja
2) Buruh Tani
3) Petani
104

4) PNS/ABRI
5) Berdagang/Wiraswasta
6) Buruh Pabrik
7) Lain-lain, Sebutkan………………………………
d. Tingkat Pendidikan Ibu :
1) Tidak Sekolah
2) SD
3) SMP
4) SMA
5) Perguruan Tinggi
6) Lain-lain, Sebutkan……………………………….

3. Identitas Balita
a. Nama Balita :
b. Jenis Kelamin :
c. Umur : Tahun
d. Anak ke :

B. Status Gizi
1. Berat Badan Balita : kg
2. % BB riil terhadap :
BB/U WHO NCHS: (diisi peneliti)…………………………
105

C. Pendapatan Keluarga
NO Sumber pendapatan Keterangan Pendapatan Nilai
dalam rupiah/ pendapatan
satuan waktu dalam
rupiah/bulan
1. Panen Hasil Pertanian
a. Padi
b. Sayur-sayuran
c. Buah-buahan
d. lain-lain
1) ………………
2) ……………..
3) ………………
4) ………………
5) ………………
2. Pekerjaan sampingan
a. Ojek
b. Berdagang/Wiraswasta
c. Buruh pabrik
d. Lain-lain
1)
2)
3)
4)
5)
Total Rp.

D. Tingkat Pengetahuan Gizi Ibu


Berilah tanda ceklis( ) pada jawaban yang dipilih!
NO Pernyataan B S Skor
1. Telur, tempe dan daging termasuk contoh bahan
makanan yang mengandung protein.
2. ASI dan makanan tambahan sebaiknya diberikan pada
bayi berusia 0-6 bulan.
3. Wortel adalah sumber vitamin A.

4. Minyak dan keju adalah bahan makanan yang


mengandung lemak.
5. Makanan yang bergizi adalah makanan yang enak dan
mengenyangkan.
6. Balita hanya memerlukan ASI untuk pertumbuhan
dan perkembangannya.
7. Nasi, sayur, lauk dan buah sudah memenuhi kriteria 4
sehat 5 sempurna
106

8. Kacang-kacangan dan biji-bijian merupakan bahan


makanan sumber mineral.
9. Cara mencuci beras yang benar yaitu dicuci sampai
airnya bening.
10. Cara memasak sayur yang benar yaitu dimasak tidak
terlalu lama sehingga sayur masih segar dan vitamin
tidak banyak yang hilang.
11. Sebelum dimasak sayuran dicuci pada air yang
mengalir sampai bersih baru kemudian dipotong.
12. Sesudah sayuran dicuci kemudian direndam dengan
air garam sambil diiris-iris atau dipotong.
13. Cara menyimpan makanan dan minuman yang benar
yaitu dalam wadah atau tempat yang bersih dan tidak
tertutup.
14. Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan
pertumbuhan dan perkembangan tubuh terganggu.
15. Vitamin A sangat penting bagi pertumbuhan dan
kekuatan tulang balita untuk mencegah kelumpuhan.
16. Karbohidrat dan lemak merupakan sumber
pembangun.
17. Lemak berfungsi untuk menjaga pertumbuhan dan
kesehatan mata.
18. Protein merupakan sumber pembangun untuk
pertumbuhan dan perkembangan tubuh.

E. Besarnya Keluarga

1. Jumlah anggota keluarga :………………….


2. Jumlah anak :…………………

F. Pantangan Makanan Bagi Balita


1. Apakah dalam pemberian makanan pada balita terdapat pantangan?
a. Tidak
b. Ya
Jika Ya Sebutkan……………………………………………………….
107

¾ Metode Recall 24 Jam


Nama Responden :………………………………….
Hari : ………………………………….
Ukuran
Nama Jumlah kalori dan zat gizi
Banyaknya
Waktu Makan Masakan Jenis
URT GR Kalori Protein
Pagi

Makanan selingan

Siang

Makanan selingan

Malam

Makanan selingan

Total
Lampiran 8. Validitas Instrumen
108

Validitas Instrumen

R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)

Mean Std Dev Cases

1. BUTIR_1 ,5000 ,5270 10,0


2. BUTIR_2 ,4000 ,5164 10,0
3. BUTIR_3 ,5000 ,5270 10,0
4. BUTIR_4 ,4000 ,5164 10,0
5. BUTIR_5 ,5000 ,5270 10,0
6. BUTIR_6 ,5000 ,5270 10,0
7. BUTIR_7 ,5000 ,5270 10,0
8. BUTIR_8 ,6000 ,5164 10,0
9. BUTIR_9 ,5000 ,5270 10,0
10. BUTIR_10 ,5000 ,5270 10,0
11. BUTIR_11 ,4000 ,5164 10,0
12. BUTIR_12 ,5000 ,5270 10,0
13. BUTIR_13 ,5000 ,5270 10,0
14. BUTIR_14 ,6000 ,5164 10,0
15. BUTIR_15 ,4000 ,5164 10,0
16. BUTIR_16 ,5000 ,5270 10,0
17. BUTIR_17 ,4000 ,5164 10,0
18. BUTIR_18 ,6000 ,5164 10,0

N of
Statistics for Mean Variance Std Dev Variables
SCALE 8,8000 72,4000 8,5088 18
_

R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)

Item-total Statistics

Scale Scale Corrected


Mean Variance Item- Alpha
if Item if Item Total if Item
Deleted Deleted Correlation Deleted

BUTIR_1 8,3000 64,4556 ,9059 ,9861


BUTIR_2 8,4000 64,4889 ,9217 ,9860
BUTIR_3 8,3000 64,4556 ,9059 ,9861
BUTIR_4 8,4000 64,4889 ,9217 ,9860
BUTIR_5 8,3000 64,9000 ,8505 ,9866
BUTIR_6 8,3000 64,4556 ,9059 ,9861
BUTIR_7 8,3000 64,4556 ,9059 ,9861
BUTIR_8 8,2000 64,8444 ,8764 ,9864
BUTIR_9 8,3000 64,9000 ,8505 ,9866
BUTIR_10 8,3000 64,9000 ,8505 ,9866
BUTIR_11 8,4000 64,4889 ,9217 ,9860
BUTIR_12 8,3000 64,9000 ,8505 ,9866
BUTIR_13 8,3000 64,4556 ,9059 ,9861
BUTIR_14 8,2000 64,8444 ,8764 ,9864
BUTIR_15 8,4000 64,4889 ,9217 ,9860
BUTIR_16 8,3000 64,4556 ,9059 ,9861
BUTIR_17 8,4000 64,4889 ,9217 ,9860
BUTIR_18 8,2000 64,8444 ,8764 ,9864
109

Reliability Coefficients

N of Cases = 10,0 N of Items = 18

Alpha = ,9870

df = N of cases-2

= 10-2

= 8

Dari tabel “r” diketahui pada interval kepercayaan 95% untuk

df=8, nilai r=0.707

Butir soal dikatakan valid apabila nilai Corrected Item-Total

Correlation lebih besar daripada nilai “r” dari tabel

Dapat dilihat diatas bahwa dari 18 butir soal mempunyai nilai

Corrected Item-Total Correlation lebih besar daripada nilai

“r” dari tabel, yang berarti bahwa 18 butir soal tersebut

valid
Lampiran 9. Reliabilitas Instrumen
110

Reliability

R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)

Mean Std Dev Cases

1. BUTIR_1 ,5000 ,5270 10,0


2. BUTIR_2 ,4000 ,5164 10,0
3. BUTIR_3 ,5000 ,5270 10,0
4. BUTIR_4 ,4000 ,5164 10,0
5. BUTIR_5 ,5000 ,5270 10,0
6. BUTIR_6 ,5000 ,5270 10,0
7. BUTIR_7 ,5000 ,5270 10,0
8. BUTIR_8 ,6000 ,5164 10,0
9. BUTIR_9 ,5000 ,5270 10,0
10. BUTIR_10 ,5000 ,5270 10,0
11. BUTIR_11 ,4000 ,5164 10,0
12. BUTIR_12 ,5000 ,5270 10,0
13. BUTIR_13 ,5000 ,5270 10,0
14. BUTIR_14 ,6000 ,5164 10,0
15. BUTIR_15 ,4000 ,5164 10,0
16. BUTIR_16 ,5000 ,5270 10,0
17. BUTIR_17 ,4000 ,5164 10,0
18. BUTIR_18 ,6000 ,5164 10,0

N of
Statistics for Mean Variance Std Dev Variables
SCALE 8,8000 72,4000 8,5088 18
_

R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)

Item-total Statistics

Scale Scale Corrected


Mean Variance Item- Alpha
if Item if Item Total if Item
Deleted Deleted Correlation Deleted

BUTIR_1 8,3000 64,4556 ,9059 ,9861


BUTIR_2 8,4000 64,4889 ,9217 ,9860
BUTIR_3 8,3000 64,4556 ,9059 ,9861
BUTIR_4 8,4000 64,4889 ,9217 ,9860
BUTIR_5 8,3000 64,9000 ,8505 ,9866
BUTIR_6 8,3000 64,4556 ,9059 ,9861
BUTIR_7 8,3000 64,4556 ,9059 ,9861
BUTIR_8 8,2000 64,8444 ,8764 ,9864
BUTIR_9 8,3000 64,9000 ,8505 ,9866
BUTIR_10 8,3000 64,9000 ,8505 ,9866
BUTIR_11 8,4000 64,4889 ,9217 ,9860
BUTIR_12 8,3000 64,9000 ,8505 ,9866
BUTIR_13 8,3000 64,4556 ,9059 ,9861
BUTIR_14 8,2000 64,8444 ,8764 ,9864
BUTIR_15 8,4000 64,4889 ,9217 ,9860
BUTIR_16 8,3000 64,4556 ,9059 ,9861
BUTIR_17 8,4000 64,4889 ,9217 ,9860
BUTIR_18 8,2000 64,8444 ,8764 ,9864
111

Reliability Coefficients

N of Cases = 10,0 N of Items = 18

Alpha = ,9870

Dari tabel “r” diketahui pada interval kepercayaan 95% untuk

df=8, nilai r=0.707

Butir soal dikatakan reliabel apabila nilai alpha lebih besar

daripada nilai “r” dari tabel

Dapat dilihat diatas bahwa dari 18 butir soal mempunyai nilai

alpha lebih besar daripada nilai “r” tabel (0.9870>0.707),

yang berarti bahwa 18 butir soal tersebut reliabel.


Lampiran 10.Data Kuesioner

112
No status pendptan keluarga penget ibu
L/P BB umur BB/U pendd ibu
resp gizi nominal kategori skor kategori
1 L 15 2,5thn 111,11% baik 210000 kurang 9 sedang SD
2 P 8 18bln 74,07% sedang 600000 sedang 10 sedang SD
3 L 7 15bln 64,22% kurang 600000 sedang 11 sedang SD
4 L 12 3thn 82,19% baik 300000 kurang 9 sedang tdk sekolah
5 L 11 3thn 75,34% sedang 600000 sedang 8 sedang tdk sekolah
6 L 10 2thn 81,30,% baik 510000 sedang 13 tinggi SD
7 L 7 9bln 76,08% sedang 300000 kurang 10 sedang tdk sekolah
8 P 11 2thn 93,22% baik 300000 kurang 7 sedang tdk sekolah
9 L 8,5 13bln 81,73% baik 1000000 sedang 9 sedang SD
10 P 8 1bln 97,56% baik 510000 sedang 14 tinggi SD
11 L 3 1bln 69,76% kurang 600000 sedang 9 sedang SD
12 L 7,1 6bln 91,02% baik 600000 sedang 9 sedang SD
13 P 10 3,5thn 66,22% kurang 750000 sedang 14 tinggi SD
14 P 6,75 2thn 57,20% buruk 750000 sedang 5 kurang tdk sekolah
15 L 5,8 6bln 74,35% sedang 240000 sedang 10 sedang SD
16 L 14,5 3thn 99,30% baik 540000 sedang 7 sedang SD
17 P 10,5 3thn 74,47% sedang 510000 sedang 6 sedang tdk sekolah
18 L 11 2thn 89,43% baik 900000 sedang 14 tinggi SD
19 P 7,75 1thn 81,57% baik 600000 sedang 7 sedang SD
20 P 15 3,5thn 99,33% baik 660000 sedang 8 sedang SD
21 P 13 3thn 92,19% baik 600000 sedang 15 tinggi SD
22 L 10,5 13bln 100,96% baik 200000 kurang 15 tinggi SD
23 P 7,5 1thn 78,94% sedang 510000 sedang 5 kurang tdk sekolah
24 P 10,5 2thn 88,98% baik 1050000 tinggi 10 sedang SD
25 L 15 3thn 102,74% baik 1200000 tinggi 8 sedang SD
26 L 7 5bln 95,89% baik 600000 sedang 14 tinggi SD
27 L 9,3 10bln 97,89% baik 240000 kurang 12 sedang SD
28 P 7,5 8bln 91,46% baik 1800000 tinggi 13 tinggi SMP
29 P 10 2thn 87,74% baik 150000 kurang 8 sedang tdk sekolah
30 L 9,3 10bln 97,89% baik 240000 kurang 15 tinggi SD
31 P 7,5 1thn 78,94% sedang 240000 kurang 5 kurang tdk sekolah
32 P 7,5 13bln 76,53% sedang 300000 kurang 12 sedang SD
33 P 11 3,5thn 72,84% sedang 750000 sedang 10 sedang SD
34 P 12 3thn 85,10% baik 210000 kurang 5 kurang tdk sekolah
35 P 9,2 9bln 106,97% baik 240000 kurang 14 tinggi SD
36 L 5,4 3bln 90,00% baik 900000 sedang 10 sedang SD
37 L 12 2,5thn 88,88% baik 300000 kurang 11 sedang SD
38 P 10 9bln 116,27% baik 600000 sedang 13 tinggi SMP
39 P 11 3thn 78,01% sedang 300000 kurang 9 sedang tdk sekolah
40 P 5,6 3bln 103,70% baik 300000 kurang 10 sedang tdk sekolah
41 L 15 3thn 102,74% baik 600000 sedang 7 sedang tdk sekolah
42 L 12 3thn 82,19% baik 750000 sedang 5 kurang tdk sekolah
43 L 9,2 1thn 90,19% baik 240000 kurang 8 sedang tdk sekolah
44 L 16 4thn 95,80% baik 540000 sedang 5 kurang tdk sekolah
45 L 10 19bln 85,47% baik 1800000 tinggi 14 tinggi SMP
46 P 8 7bln 90,90% baik 1350000 tinggi 12 sedang SD
47 L 14 3thn 95,89% baik 300000 kurang 5 kurang tdk sekolah
48 P 15 4thn 93,75% baik 300000 kurang 5 kurang tdk sekolah
49 P 10 2,5thn 76,92% sedang 300000 kurang 7 sedang tdk sekolah
50 P 8 8bln 97,56% baik 1050000 tinggi 10 sedang SD
51 L 10 20bln 84,74% baik 1050000 tinggi 14 tinggi SD
52 L 13 2thn 105,69% baik 1000000 sedang 13 tinggi SMP
53 P 12 3thn 85,10% baik 51000 sedang 5 kurang tdk sekolah
54 P 6,7 10bln 75,28% sedang 300000 kurang 9 sedang SD
55 L 9,3 13bln 89,42% baik 750000 sedang 10 sedang SD
56 P 11,5 2,5thn 88,46% baik 300000 kurang 8 sedang SD
57 P 15,5 4,5thn 92,26% baik 240000 kurang 13 tinggi SD
58 L 15,5 4thn 92,81% baik 600000 sedang 8 sedang SD
59 P 16 4thn 100,00% baik 300000 kurang 4 kurang tdk sekolah
60 P 10 2thn 84,74% baik 300000 kurang 5 kurang tdk sekolah
61 L 12,8 26bln 98,46% baik 750000 sedang 10 sedang SD
62 P 12 3thn 85,10% baik 300000 kurang 7 sedang tdk sekolah
63 L 12,5 3thn 85,62% baik 300000 kurang 14 tinggi SD
64 P 7,2 6bln 100,00% baik 300000 sedang 8 sedang SD
65 P 12 2thn 101,69% baik 600000 sedang 4 kurang tdk sekolah
66 P 11 3thn 78,01% sedang 300000 kurang 8 sedang SD
67 P 17 3,5thn 112,58% baik 300000 kurang 11 sedang SD
68 P 15 4thn 93,75% baik 540000 sedang 7 sedang SD
113
Angka kecukupan Intake Nutrisi
No bsr Keluarga status pekrj Rata-rata Kategori
L/P pantangan mkn
resp jml kategori ibu prot energi prot energi
1 L 4 kecil bekerja tidak ada 181,7567 93,75667 baik sedang
2 P 5 besar tdk bekerja tidak ada 94,05333 82,74 sedang sedang
3 L 3 kecil tdk bekerja tidak ada 74,37188 72,82675 kurang kurang
4 L 5 besar bekerja tidak ada 214,2386 146,3065 baik baik
5 L 5 besar bekerja tidak ada 94,79855 77,43251 sedang kurang
6 L 6 besar bekerja tidak ada 237,9022 105,301 baik baik
7 L 4 kecil tdk bekerja tidak ada 89,48044 85,50396 sedang sedang
8 P 7 besar bekerja tidak ada 193,7778 101,9975 baik baik
9 L 3 kecil tdk bekerja tidak ada 191,0847 113,2164 baik baik
10 P 5 besar bekerja tidak ada 201,3689 100,1632 baik baik
11 L 4 kecil tdk bekerja tidak ada 214,9306 193,2976 baik baik
12 L 4 kecil tdk bekerja tidak ada 260,7639 248,7753 baik baik
13 P 8 besar bekerja tidak ada 79,35604 69,3149 kurang defisit
14 P 4 kecil bekerja tidak ada 61,26244 34,57625 defisit defisit
15 L 5 besar bekerja tidak ada 119,3639 89,55339 baik sedang
16 L 4 kecil bekerja tidak ada 192,5197 105,2529 baik baik
17 P 6 besar bekerja tidak ada 84,92101 82,31267 sedang sedang
18 L 4 kecil tdk bekerja tidak ada 183,0419 107,5921 baik baik
19 P 5 besar tdk bekerja tidak ada 293,4393 148,768 baik baik
20 P 6 besar bekerja tidak ada 191,5064 97,4433 baik sedang
21 P 6 besar tdk bekerja tidak ada 191,9558 104,2208 baik baik
22 L 3 kecil tdk bekerja tidak ada 159,0704 103,6047 baik baik
23 P 5 besar bekerja tidak ada 89,01725 82,23033 sedang sedang
24 P 4 kecil bekerja tidak ada 186,2243 102,9277 baik baik
25 L 4 kecil bekerja tidak ada 223,787 125,2203 baik baik
26 L 4 kecil tdk bekerja tidak ada 164,4928 107,6085 baik baik
27 L 5 besar bekerja tidak ada 230,0662 110,2723 baik baik
28 P 6 besar tdk bekerja tidak ada 149,7813 106,8749 baik baik
29 P 5 besar bekerja tidak ada 204,0201 106,3864 baik baik
30 L 3 kecil tdk bekerja tidak ada 174,4022 104,5038 baik baik
31 P 5 besar bekerja tidak ada 92,2 83,19413 sedang sedang
32 P 3 kecil bekerja tidak ada 94,05333 82,74 sedang sedang
33 P 4 kecil bekerja tidak ada 93,51208 81,61966 sedang sedang
34 P 6 besar bekerja tidak ada 199,0588 106,5998 baik baik
35 P 3 kecil tdk bekerja tidak ada 183,8018 104,1112 baik baik
36 L 6 besar tdk bekerja tidak ada 192,4306 188,8052 baik baik
37 L 4 kecil bekerja tidak ada 265,4752 111,3393 baik baik
38 P 5 besar bekerja tidak ada 157,236 107,9938 baik baik
39 P 5 besar bekerja tidak ada 207,6397 103,0877 baik baik
40 P 4 kecil tdk bekerja tidak ada 231,0417 213,2634 baik baik
41 L 5 besar bekerja tidak ada 201,2892 103,0945 baik baik
42 L 5 besar bekerja tidak ada 243,7717 121,5251 baik baik
43 L 4 kecil tdk bekerja tidak ada 222,64 109,7914 baik baik
44 L 4 kecil bekerja tidak ada 227,0583 108,1128 baik baik
45 L 3 kecil tdk bekerja tidak ada 205,8209 107,4481 baik baik
46 P 4 kecil bekerja tidak ada 154,9533 107,4477 baik baik
47 L 6 besar bekerja tidak ada 194,4022 106,841 baik baik
48 P 5 besar bekerja tidak ada 191,1969 103,2165 baik baik
49 P 3 kecil bekerja tidak ada 84,92101 82,31267 sedang sedang
50 P 7 besar tdk bekerja tidak ada 149,7813 106,8749 baik baik
51 L 4 kecil tdk bekerja tidak ada 168,7196 102,0594 baik baik
52 L 4 kecil tdk bekerja tidak ada 204,2013 109,425 baik baik
53 P 6 besar bekerja tidak ada 191,5999 102,0279 baik baik
54 P 4 kecil tdk bekerja tidak ada 92,2 83,19413 sedang sedang
55 L 4 kecil bekerja tidak ada 204,7006 107,807 baik baik
56 P 5 besar bekerja tidak ada 192,4399 103,6359 baik baik
57 P 3 kecil tdk bekerja tidak ada 195,3866 102,9652 baik baik
58 L 4 kecil bekerja tidak ada 227,0583 106,6097 baik baik
59 P 7 besar bekerja tidak ada 119,7621 102,4578 baik baik
60 P 4 kecil bekerja tidak ada 265,4752 111,3393 baik baik
61 L 4 kecil bekerja tidak ada 183,0419 107,5921 baik baik
62 P 8 besar bekerja tidak ada 199,0588 106,5998 baik baik
63 L 3 kecil tdk bekerja tidak ada 191,9558 104,2208 baik baik
64 P 8 besar tdk bekerja tidak ada 260,7639 248,7753 baik baik
65 P 4 kecil bekerja tidak ada 204,0201 106,3864 baik baik
66 P 4 kecil bekerja tidak ada 94,79855 77,43251 sedang kurang
67 P 6 besar bekerja tidak ada 195,8814 101,4814 baik baik
68 P 4 kecil bekerja tidak ada 227,0583 106,6097 baik baik
114
Lampiran 11. Analisis Univariat

114

Analisis Univariat
Statistics

pendapatan keluarga
N Valid 68
Missing 40
Mean 806323.53
Median 600000.00
Mode 600000
Std. Deviation 488653.1
Minimum 210000
Maximum 2000000

pendapatan keluarga

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid rendah 46 67,6 67,6 67,6
tinggi 22 32,4 32,4 100,0
Total 68 100,0 100,0

Statistics

pengetahuan ibu
N Valid 68
Missing 40
Mean 10.49
Median 10.50
Mode 13a
Std. Deviation 3.321
Minimum 4
Maximum 15
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown

pengetahuan ibu

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid rendah 39 57,4 57,4 57,4
tinggi 29 42,6 42,6 100,0
Total 68 100,0 100,0

Statistics

pendidikan ibu
N Valid 68
Missing 0
Mean 1,71
Median 2,00
Mode 2
Std. Deviation ,575
Minimum 1
Maximum 3
115

pendidikan ibu

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak sekolah 24 35,3 35,3 35,3
sekolah 44 64,7 64,7 100,0
Total 68 100,0 100,0

Statistics

besar keluarga
N Valid 68
Missing 40
Mean 4.66
Median 4.00
Mode 4
Std. Deviation 1.241
Minimum 3
Maximum 8

besar keluarga

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kecil 38 55,9 55,9 55,9
besar 30 44,1 44,1 100,0
Total 68 100,0 100,0

Statistics

status pekerjaan ibu


N Valid 68
Missing 0
Mean 1,51
Median 2,00
Mode 2
Std. Deviation ,503
Minimum 1
Maximum 2

status pekerjaan ibu

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak bekerja 33 48,5 48,5 48,5
bekerja 35 51,5 51,5 100,0
Total 68 100,0 100,0
116

Statistics

pantangan makan
N Valid 68
Missing 0
Mean 1,00
Median 1,00
Mode 1
Std. Deviation ,000
Minimum 1
Maximum 1

pantangan makan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak ada 68 100,0 100,0 100,0

Statistics

ake
N Valid 68
Missing 40
Mean 109.41
Median 104.88
Mode 77a
Std. Deviation 35.594
Minimum 35
Maximum 249
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown

ake

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang 17 25,0 25,0 25,0
baik 51 75,0 75,0 100,0
Total 68 100,0 100,0

Statistics

akp
N Valid 68
Missing 40
Mean 177.02
Median 191.96
Mode 227
Std. Deviation 55.464
Minimum 61
Maximum 293
117

akp

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang 14 20,6 20,6 20,6
baik 54 79,4 79,4 100,0
Total 68 100,0 100,0

Statistics

status gizi
N Valid 68
Missing 0
Mean 88.74
Median 89.43
Mode 85
Std. Deviation 11.866
Minimum 57
Maximum 116
Percentiles 25 79.53
50 89.43
75 97.56

status gizi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid buruk 17 25,0 25,0 25,0
baik 51 75,0 75,0 100,0
Total 68 100,0 100,0
Lampiran 12. Analisis Bivariat

118

Analisis Bivariat

Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
pendapatan
68 100,0% 0 ,0% 68 100,0%
keluarga * status gizi

pendapatan keluarga * status gizi Crosstabulation

status gizi
buruk baik Total
pendapatan rendah Count 16 24 40
keluarga % within pendapatan
40,0% 60,0% 100,0%
keluarga
% within status gizi 94,1% 47,1% 58,8%
% of Total 23,5% 35,3% 58,8%
tinggi Count 1 27 28
% within pendapatan
3,6% 96,4% 100,0%
keluarga
% within status gizi 5,9% 52,9% 41,2%
% of Total 1,5% 39,7% 41,2%
Total Count 17 51 68
% within pendapatan
25,0% 75,0% 100,0%
keluarga
% within status gizi 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 25,0% 75,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 11,657b 1 ,001
Continuity Correction a 9,795 1 ,002
Likelihood Ratio 14,008 1 ,000
Fisher's Exact Test ,001 ,000
Linear-by-Linear
11,486 1 ,001
Association
N of Valid Cases 68
a. Computed only for a 2x2 table
b. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
7,00.

Risk Estimate

95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for
pendapatan keluarga 18,000 2,218 146,079
(rendah / tinggi)
For cohort status gizi
11,200 1,575 79,649
= buruk
For cohort status gizi
,622 ,478 ,809
= baik
N of Valid Cases 68
119

Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
pengetahuan
68 100,0% 0 ,0% 68 100,0%
ibu * status gizi

pengetahuan ibu * status gizi Crosstabulation

status gizi
buruk baik Total
pengetahuan rendah Count 16 23 39
ibu % within pengetahuan ibu 41,0% 59,0% 100,0%
% within status gizi 94,1% 45,1% 57,4%
% of Total 23,5% 33,8% 57,4%
tinggi Count 1 28 29
% within pengetahuan ibu 3,4% 96,6% 100,0%
% within status gizi 5,9% 54,9% 42,6%
% of Total 1,5% 41,2% 42,6%
Total Count 17 51 68
% within pengetahuan ibu 25,0% 75,0% 100,0%
% within status gizi 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 25,0% 75,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 12,526b 1 ,000
a
Continuity Correction 10,602 1 ,001
Likelihood Ratio 14,976 1 ,000
Fisher's Exact Test ,000 ,000
Linear-by-Linear
12,342 1 ,000
Association
N of Valid Cases 68
a. Computed only for a 2x2 table
b. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
7,25.

Risk Estimate

95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for
pengetahuan ibu 19,478 2,399 158,146
(rendah / tinggi)
For cohort status
11,897 1,672 84,658
gizi = buruk
For cohort status
,611 ,466 ,801
gizi = baik
N of Valid Cases 68
120

Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
pendidikan ibu
68 100,0% 0 ,0% 68 100,0%
* status gizi

pendidikan ibu * status gizi Crosstabulation

status gizi
buruk baik Total
pendidikan tidak sekolah Count 8 16 24
ibu % within pendidikan ibu 33,3% 66,7% 100,0%
% within status gizi 47,1% 31,4% 35,3%
% of Total 11,8% 23,5% 35,3%
sekolah Count 9 35 44
% within pendidikan ibu 20,5% 79,5% 100,0%
% within status gizi 52,9% 68,6% 64,7%
% of Total 13,2% 51,5% 64,7%
Total Count 17 51 68
% within pendidikan ibu 25,0% 75,0% 100,0%
% within status gizi 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 25,0% 75,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 1,374b 1 ,241
Continuity Correctiona ,773 1 ,379
Likelihood Ratio 1,341 1 ,247
Fisher's Exact Test ,257 ,189
Linear-by-Linear
1,354 1 ,245
Association
N of Valid Cases 68
a. Computed only for a 2x2 table
b. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
6,00.

Risk Estimate

95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for
pendidikan ibu (tidak 1,944 ,634 5,966
sekolah / sekolah)
For cohort status gizi
1,630 ,723 3,671
= buruk
For cohort status gizi
,838 ,609 1,154
= baik
N of Valid Cases 68
121

Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
besar keluarga
68 100,0% 0 ,0% 68 100,0%
* status gizi

besar keluarga * status gizi Crosstabulation

status gizi
buruk baik Total
besar keluarga kecil Count 6 32 38
% within besar keluarga 15,8% 84,2% 100,0%
% within status gizi 35,3% 62,7% 55,9%
% of Total 8,8% 47,1% 55,9%
besar Count 11 19 30
% within besar keluarga 36,7% 63,3% 100,0%
% within status gizi 64,7% 37,3% 44,1%
% of Total 16,2% 27,9% 44,1%
Total Count 17 51 68
% within besar keluarga 25,0% 75,0% 100,0%
% within status gizi 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 25,0% 75,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 3,897b 1 ,048
Continuity Correctiona 2,863 1 ,091
Likelihood Ratio 3,900 1 ,048
Fisher's Exact Test ,089 ,045
Linear-by-Linear
3,840 1 ,050
Association
N of Valid Cases 68
a. Computed only for a 2x2 table
b. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
7,50.

Risk Estimate

95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for besar
,324 ,103 1,018
keluarga (kecil / besar)
For cohort status gizi =
,431 ,180 1,030
buruk
For cohort status gizi =
1,330 ,980 1,804
baik
N of Valid Cases 68
122

Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
status pekerjaan
68 100,0% 0 ,0% 68 100,0%
ibu * status gizi

status pekerjaan ibu * status gizi Crosstabulation

status gizi
buruk baik Total
status pekerjaan tidak bekerja Count 4 23 27
ibu % within status
14,8% 85,2% 100,0%
pekerjaan ibu
% within status gizi 23,5% 45,1% 39,7%
% of Total 5,9% 33,8% 39,7%
bekerja Count 13 28 41
% within status
31,7% 68,3% 100,0%
pekerjaan ibu
% within status gizi 76,5% 54,9% 60,3%
% of Total 19,1% 41,2% 60,3%
Total Count 17 51 68
% within status
25,0% 75,0% 100,0%
pekerjaan ibu
% within status gizi 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 25,0% 75,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 2,478b 1 ,115
Continuity Correction a 1,659 1 ,198
Likelihood Ratio 2,605 1 ,107
Fisher's Exact Test ,156 ,097
Linear-by-Linear
2,441 1 ,118
Association
N of Valid Cases 68
a. Computed only for a 2x2 table
b. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
6,75.

Risk Estimate

95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for status
pekerjaan ibu (tidak ,375 ,107 1,306
bekerja / bekerja)
For cohort status gizi
,467 ,170 1,283
= buruk
For cohort status gizi
1,247 ,961 1,620
= baik
N of Valid Cases 68
123

Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
pantangan makan
68 100,0% 0 ,0% 68 100,0%
* status gizi

pantangan makan * status gizi Crosstabulation

status gizi
buruk baik Total
pantangan makan tidak ada Count 17 51 68
% within
25,0% 75,0% 100,0%
pantangan makan
% within status gizi 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 25,0% 75,0% 100,0%
Total Count 17 51 68
% within
25,0% 75,0% 100,0%
pantangan makan
% within status gizi 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 25,0% 75,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Value
Pearson Chi-Square ,a
N of Valid Cases 68
a. No statistics are computed because
pantangan makan is a constant.

Risk Estimate

Value
Odds Ratio for pantangan a
,
makan (tidak ada / ,)
a. No statistics are computed because
pantangan makan is a constant.
124

Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
ake * status gizi 68 100,0% 0 ,0% 68 100,0%

ake * status gizi Crosstabulation

status gizi
buruk baik Total
ake kurang Count 15 2 17
% within ake 88,2% 11,8% 100,0%
% within status gizi 88,2% 3,9% 25,0%
% of Total 22,1% 2,9% 25,0%
baik Count 2 49 51
% within ake 3,9% 96,1% 100,0%
% within status gizi 11,8% 96,1% 75,0%
% of Total 2,9% 72,1% 75,0%
Total Count 17 51 68
% within ake 25,0% 75,0% 100,0%
% within status gizi 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 25,0% 75,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 48,340b 1 ,000
a
Continuity Correction 43,948 1 ,000
Likelihood Ratio 47,287 1 ,000
Fisher's Exact Test ,000 ,000
Linear-by-Linear
47,629 1 ,000
Association
N of Valid Cases 68
a. Computed only for a 2x2 table
b. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
4,25.

Risk Estimate

95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for ake
183,750 23,809 1418,125
(kurang / baik)
For cohort status
22,500 5,720 88,501
gizi = buruk
For cohort status
,122 ,033 ,451
gizi = baik
N of Valid Cases 68
125

Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
akp * status gizi 68 100,0% 0 ,0% 68 100,0%

akp * status gizi Crosstabulation

status gizi
buruk baik Total
akp kurang Count 14 14
% within akp 100,0% 100,0%
% within status gizi 82,4% 20,6%
% of Total 20,6% 20,6%
baik Count 3 51 54
% within akp 5,6% 94,4% 100,0%
% within status gizi 17,6% 100,0% 79,4%
% of Total 4,4% 75,0% 79,4%
Total Count 17 51 68
% within akp 25,0% 75,0% 100,0%
% within status gizi 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 25,0% 75,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 52,889b 1 ,000
a
Continuity Correction 47,972 1 ,000
Likelihood Ratio 53,305 1 ,000
Fisher's Exact Test ,000 ,000
Linear-by-Linear
52,111 1 ,000
Association
N of Valid Cases 68
a. Computed only for a 2x2 table
b. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
3,50.

Risk Estimate

95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
For cohort status
18,000 5,993 54,059
gizi = buruk
N of Valid Cases 68
Lampiran 13. Foto Dokumentasi
126

Wawancara dengan responden

Imunisasi Balita pada Kegiatan Posyandu di Desa Purwojati

Penimbangan Balita pada Kegiatan Posyandu di Desa Purwojati

You might also like