Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Kita menyadari bahwa Bali memiliki beragam kebudayaan, mulai dari seni tari, seni
tabuh, seni rupa dan seni bangunan. Bali terkenal memiliki bangunan tradisional yang
bernafaskan agama, yang telah diikat dalam suatu aturan-aturan tertentu, yang kemudian
dijadikan pedoman dalam membangun Bali ke depan. Kita menyadari pula bahwa arsitektur
di daerah Bali mengalami perkembangan yang sangat pesat. Terbukti dari banyaknya
Dengan adanya era globalisasi sekarang ini, perlu diperhitungkan dampak positif dan
negatif yang ditimbulkan bagi kebudayaan tradisional yang ada di desa adat tersebut, dalam
hal ini juga termasuk arsitektur tradisional Bali di dalamnya. Dari hal inilah kini arsitektur
khas Bali yang ada telah banyak berkurang seiring berkembangannya zaman. Untuk itulah
perlu diadakan suatu studi untuk lebih mengenal ciri khas arsitektur tradisional Bali agar di
masa depan bangunan tradisional Bali yang telah ada tetap lestari dan dapat menjadi simbol
daerah Bali.
Kami mengambil contoh di daerah Bali selatan, tepatnya di Desa Adat Jimbaran. Di
daerah ini kami telah mengadakan observasi singkat untuk mengetahui perkembangan
1.3. Tujuan
1.4. Manfaat
• Mahasiswa dapat mengenal ciri khas arsitektur suatu daerah khususnya Desa
Adat Jimbaran.
• Mahasiswa dapat memahami citra dan identitas arsitektur tradisional Bali.
Metode yang kami gunakan dalam pembuatan paper ini adalah metode observasi,
wawancara dan dengan menggunakan buku-buku yang berkaitan dengan topik yang
diberikan.
BAB II
2.1. Pengertian
Arsitektur memiliki definisi yang sangat beragam tergantunjg dari sudt mana kita
memandang arsitektur tersebut, apakah sebagai ilmu, sebagai seni, ruang, bentuk, gaya,
fungsi dan lainnya. Arsitektur merupakan seni dan ilmu merancang serta membuat
konstruksi bangunan atau metode dan gaya rancangan suatu konstruksi bangunan. Arsitektur
adalah seni dan teknik bangunan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan praktis dan
ungkapan manusia beradab.
Dari sudut kebudayaan, maka arsitektur merupakan hasil karya manusia atau
perwujudan gagasan manusia berupa benda budaya yang digunakan untuk memnuhi
kebutuhan akan kehidupannya baik jasmani maupun rohani.
Jadi, kesimpulannya arsitektur tradisional Bali dapat dipandang sebagai arsitektur
yang diturunkan dari generasi ke generasi, serta tetap dipakai dan diterima oloeh masyarakat
Bali khususnya karena masih dianggap baik dan benar. Arsitektur tradisional Bali yang
mengakar dalam masyarakat Bali yang memberikan identitas dan citra Bali yang kuat dan
dapat dilihat dari proses, produk, dan penerimaan oleh masyarakat.
Segala sesuatu yang hidup di dunia ini, pasti mempunyai sejarah masing-masing.
Begitu pula Desa Adat Jimbaran ini, juga mempunyai sejarah. Desa Adat Jimbaran, berasal
dari kata ”Jimbar” yang artinya luas. Jika dilihat dari keadeaannya sekarang, sesungguhnya
mempunyai kata di atas, karena Desa Adat Jimbaran ini mempunyai wilayah yang sangat
luas. Mengenai wilayah ini selengkapnya dimuat dalam ”Palemahan”. Menurut sejarah,
desa Adat Jimbaran, ada yang dimuat dalam Babad Jimbaran yang ditulis dalam Aksara Bali
di lontar hingga saat ini masih disungsung di Pura Dukuh Jimbaran. Prasasti yang ditulis di
Tembaga berada di Griya Satria Denpasar. Juga terdapat prasasti yang berupa lontar dalam
bentuk tulisan aksara Bali yang sekarang disimpan di Jeroan Mangku Nyoman Kusuma, di
Banjar Tampuagan, Karangasem.
Karena itulah, sampai sekarang yang menjadi Mangku di pura-pura tersebut di atas,
masih dilanjutkan seperti yang ditulis di lontar di atas.
Juga terdapat piagam yang tersurat di lontar dengan aksara Bali, bertempat di
Kahyangan Jagad Pura Ulun Swi, seperti : ”Sunya Rasa Sudhaning Wong”, jika kalimat
diartikan, Sunya = 0 ; Rasa = 6 ; Sudha = 0 ; Wong = 1. Jadinya kalimat ini berarti 1060
(dibaca dari belakang) tahun : 1060 Saka = Tahun 1138 Masehi. Selanjutnya makna piagam
itu menyimpulkan Desa Adat Jimbaran ini sudah ada sejak tahun 1138 masehi hingga
sekarang.
Sesudah dikenai masalah sejarah desa tersebut, dan sudah semakin berkembang
mengikuti jaman dan swadharma, lalu dibagi menjadi 14Banjar Adat :
1. Banjar Ubung
2. Banjar Pantai Sari
3. Banjar Menega
4. Banjar Pesalakan
5. Banjar Teba
6. Banjar Jero Kuta
7. Banjar Kalanganyar
8. Banjar Tegal
9. Banjar Angga Suara
10. Banjar Pantai Sari
11. Banjar Buana Gubug
2.3. Parahyangan
Selain pura-pura tersebut di atas, ada juga pura-pura yang disungsung oleh warga
Desa Adat Jimbaran, tapi pangemponnya sudah diambil oleh keluarga, menurut dresta sejak
2.4. Pawongan
Pawongan yaitu ikatan atau aturan-aturan kita dalam hidup bermasyarakat yang
didasari saling asah, asih, dan asuh paras-paros sarpanaya, dan salunglung sabayantaka
melakukan berbagai kegiatan di Desa Pekraman. Semua itu diwujudkan dalam suatu piranti
yaitu :
• Awig-awig Desa Adat dan Parerem desa Adat dan Banjar
• Bale Desa, Wantilan dan Bale banjar
• Parahyangan Desa dan Parahyangan Banjar
• Prajuru Desa adat dan Prajuru Banjar
Disebutkan bahwa daerah Bali ini sebagai Wisata Mandala Utama, tentu akan
didatangi oleh para wisatawan dari manca negara, dan tentu akan menyebabkan ikatan krama
desa dengan para wisatawan tersebut, mengingat lokasi Desa adat Jimbaran ini yang terletak
di pesisir yang berpasir putih sebagai salah satu pra sarana dalam membangun pariwisata di
Desa Adat Jimbaran. Di pesisir pantai Desa Adat Jimbaran pula telah dilengkapi dengan
sarana-sarana lainnya, seperti hotel, warung-warung ikan bakar yang dibangun oleh
penduduk di pesisir, warung-warung kerajinan dan lainnya, terutama di saat hari menjelang
sore para wisatawan.
Semua itu telah memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat desa, seperti :
1. Sebagai tempat untuk bekerja, atau membuka lapangan pekerjaan bagi warga desa.
2. Sebagai sarana dalam pembelajaran bahasa asing.
3. Sebagai alat pengikat antara masyarakat dengan para wisatawan.
4. Adanya rasa bahagia karena adat dan budaya yang berdasarkan kepada agama Hindu
yang dikagumi oleh wisatawan asing.
5. Menumbuhkan keinginan untuk meningkatkan seni budaya Bali.
2.5. Palemahan
Luas wilayah Desa Adat Jimbaran, yaitu kurang lebih 2073 ha dengan batas-batas,
yaitu :
• Utara : Desa Adat Kedonganan
• Timur : Laut / Desa Adat Bualu
• Selatan: Desa Adat Ungasan, Desa Adat Kutuh, Desa Adat Kutuh
• Barat: Laut Selat Bali
Seperti juga yang ada di rumah tinggal masing-masing warga desa sudah mengikuti
aturan-aturan Tri Mandala, yaitu :
• Utamaning Mandala, perwujudan dari Parahyangan seperti sanggah atau pemerajaan.
• Madya mandala, adalah tempat bangunan keluarga, yang mengikuti aturan atau
konsep Asta Kosala-Kosali. Di natah pekarangan juga sudah ditanami pohon plawa
dan yang lainnya.
• Nista Mandala, digunakan sebagai teba, sebagai tempat untuk membuang sampah,
juga sebagai tempat untuk menanam pisang, nagka dan lainnya.
2.5.5. Setra
Setra yang ada di wilayah Desa Adat Jimbaran :
• Setra Bebajangan, yaitu Setra di Lingkungan Desa Adat Jimbaran sebagai tempat
khusus untuk mengubur bayi yang meninggal sebelum kepus puser.
• Setra Agung, yaitu Setra di lingkungan desa adat Jimbaran sebagai tempat untuk
mengubur maupun upacara ngaben bagi krama Desa yang telah kepus puser.
Keluarga Anak Agung Januraga dan Anak Agung Merta merupakan keturunan dari
Keluarga Puri Pemecutan dan kawitannya di Kubontingguh Tabanan.
3.1. Kesimpulan
Jadi, dari penjelasan di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa suatu Desa Adat yang
ada di Bali sudah memiliki suatu aturan, perangkat yang mengatur adanya desa tersebut.
Adanya perkembangan zaman ini pun memberikan perubahan sedikit banyak dalam
perkembangan arsitektur tradisional Bali yang ada di daerah tersebut. Oleh karena itu, bahan
ajaran yang telah didapatkan baik di kampus (pada saat perkuliahan) maupun di masyarkat
hendaknya dipergunakan sebaik-baiknya demi kelestarian arsitektur tradisional Bali
khususnya, dan budaya Bali pada umumnya.