Professional Documents
Culture Documents
• Berat
Seperti di sebutkan pada tabel di atas, berat uterus pada keadaan
tidak hamil adalah 60 – 70 gram dan meningkat menjadi antara 1100 –
1200 gram pada minggu ke 40 (Bobak dkk, 2005 ). Pada referensi lain
disebutkan bahwa berat uterus meningkat dari 30 gram menjadi 1000
gram pada akhir kehamilan ( 40 pekan ) ( Rustam Mochtar, 1998 ).
Dari beberapa pendapat diatas, memang menunjukkan variasi angka
peningkatan berat uterus, namun keduanya sama – sama
menunjukkan adanya peningkatan berat uterus yang pesat selama
kehamilan.
• Posisi
Posisi rahim dalam kehamilan:
➢ Pada permulaan kehamilan, dalam letak antefleksi atau retrofleksi
➢ Pada empat bulan kehamilan, rahim tetap berada dalam rongga
pelvis
➢ Setelah itu, mulai memasuki rongga perut yang dalam
pembesarannya dapat mencapai batas hati
➢ Rahim wanita yang hami biasanya lebih mobi, lebih mengisi
rongga abdomen kanan atau kiri (Rustam Mochtar, 1998 )
• Bentuk pada saat konsepsi uterus berbentuk seperti buah pir
terbalik. Selama trimester kedua bentuk uterus bulat ( Bobak, dkk,
2005 ). Pada akhir kehamilan bentuk uterus seperti bujur telur
(Rustam Mochtar, 1998 ).
• Konsistensi
Selama minggu – minggu awal kehamilan, peningkatan aliran darah
uterus dan limfe mengakibatkan edema dan kongesti panggul.
Akibatnya uterus , serviks dan isthmus melunak secara progresif dan
serviks menjadi agak kebiruan ( tanda Chadwic) ( Bobak, dkk, 2005 ).
Pada minggu pertama , isthmus rahim mengadakan hipertrofi dan
bertambah panjang, sehingga bila diraba terasa lebih lunak, disebut
tanda hegar ( Rustam Mochtar, 1998 ). Fundus pada serviks mudah
fleksi ( Bobak, dkk, 2005 ).
Pada kehamilan lima bulan, rahim teraba seperti berisi cairan ketuban,
dinding rahim terasa tipis, karena itu bagian – bagian janin dapat
diraba melalui dinding perut dan dinding rahim (Rustam Mochtar, 1998
)
Serviks :
Saat kehamilan, kanalis servikalis dipenuhi oleh mukus yang kental
disebut operkulum . Selama kehamilan operkulum menghambat
masuknya bakteri ke uterus ( Hamilton, 1995 ). Selain itu, serviks melunak
( tanda goodel ) muncul akibat peningkatan vaskularisasi , hipertrofi
ringan , serta hiperplasia otot dan jaringan ikatnya yang kaya kolagen ,
yang menjadi longgar, edematosa, sangat elastis, dan mengalami
peningkatan volume ( Bobak, dkk , 2005 ). Serviks juga mengalami
peningkatan friabilitas, yakni serviks mudah berdarah bila diraba atau
disentuh. Peningkatan friabilitas menyebabkan beberapa tetes darah
keluar setelah penetrasi koitus yang dalam atau setelah pemeriksaan
dalam. Pengeluaran tetes darah ini biasanya dalam batas normal ( Bobak,
dkk , 2005 ).
Vagina dan vulva
Terjadi peningkatan vaskularisasi yang menimbulkan warna ungu kebiruan
pada serviks dan vagina ( tanda chadwick ) ( Bobak, dkk, 2005 ).
Selama kehamilan, keasaman vagina berubah dari 4 menjadi 6,5.
Peningkatan pH ini membuat wanita hamil lebih rentan terhadap infeksi
vagina, khususnya infeksi jamur. ( Bobak, dkk, 2005 ). pH sekresi vagina
menjadi lebih asam (Bobak , dkk, 2005 ). Sekresi vagina merupakan media
yang menyuburkan basilus Doderlein’s. Basilus ini merupakan garis
pertahanan terhadap Candida albicans, patogen yang tumbuh dalam
media alkali ( Hamilton, 1995 ). Dari pernyataan diatas, penulis
menyimpulkan bahwa saat kehamilan terjadi peningkatan pH vagina
menjadi lebih alkalis, yang menyebabkan wanita hamil lebih rentan
terhadap infeksi jamur. Namun, vagina juga mengeluarkan sekresi yang
sifatnya asam, yang akan mengimbangi pH vagina yang cenderung lebih
basa selama kehamilan. Hal ini akan melindungi vagina terhadap infeksi
jamur, yang rentan tumbuh dalam media alkali
Meningkatnya kongesti vaskular organ vagina dan pelvik menyebabkan
peningkatan sensitifitas yang sangat berarti ( Hamilton, 1995 ).
Peningkatan sensitifitas dapat meningkatkan keinginan dan bangkitan
seksual, khususnya selama trimester kedua kehamilan ( Bobak, dkk,
2005 ) . Hamilton, 1995 menambahkan bahwa peningkatan derajat
rangsangan seksual juga meningkat pada bulan ke tujuh kehamilan.
Struktur eksternal vulva membesar selama masa hamil akibat
peningkatan vaskulatur, hipertrofi badan perineum, dan deposisi lemak
( Bobak, dkk, 2005 )
Selama kehamilan, terjadi deskuamasi ( atau eksfoliasi ) sel – sel vagina
yang kaya glikogen terjadi akibat stimulasi estrogen. Sel – sel yang
tanggal ini membentuk rabas vagina yang kental dan berwarna keputihan
disebut leukore ( Bobak, dkk, 2005 ).
Ovarium
Menurut Rustam Mochtar ( 1998 ), perubahan yang terjadi pada ovarium
antara lain :
• Ovulasi terhenti
• Masih terdapat korpus luteum graviditas sampai terbentuknya uri yang
mengambil alih pengeluaran estrogen dan progesteron
Payudara
Rasa penuh , peningkatan sensitifitas, rasa geli, dan rasa berat di
payudara mulai timbul sejak minggu ke enam gestasi ( Bobak, dkk, 2005 ).
Puting susu dan areola menjadi lebih berpigmen, terbentuk warna merah
muda sekunder pada areola, dan puting susu menjadi lebih erektil.
Hipertrofi kelenjar sebasea ( lemak ) yang muncul di areola primer dan
disebut tuberkel montgomery . Kelenjar sebasea ini mempunyai peran
protektif sebagai pelumas puting susu ( Bobak, dkk, 2005 ).
Peningkatan suplai darah membuat pembuluh darah di bawah kulit
berdilatasi. Pembuluh darah yang sebelumnya tidak terlihat , sekarang
terlihat sebagai jalinan jaringan biru di bawah permukaan kulit. Striae
dapat terlihat di luar payudara ( Bobak, dkk, 2005 ).
Payudara secara bertahap mengalami perbesaran karena peningkatan
pertumbuhan jaringan alveolar dan suplai darah ( Hamilton, 1995 ). Bobak,
dkk ( 2005 ) menyatakan bahwa peningkatan ukuran secara progresif
terjadi selama trimester kedua dan ketiga
a. Sistem Kardiovaskular
Menurut Bobak, dkk, 2005, adaptasi kardiovaskuler memiliki tujuan :
a. Melindungi fungsi fisiologi normal wanita
b. Memenuhi kebutuhan metabolik tubuh saat hamil
c. Menyediakan kebutuhan untuk perkembangan dan pertumbuhan janin
Jantung :
Karena diafragma terdorong ke atas, jantung terangkat ke atas dan
berotasi ke depan dan ke kiri ( Bobak, dkk, 2005 ).
Tekanan darah : Estrogen menstimulasi adrenal untuk mensekresi
aldosteron, menyebabkan retensi garam dan air. Hal ini mengarah pada
peningkatan volume darah dan edema jaringan ( Hamilton, 1995 ). Selama
pertengahan pertama masa hamil, tekana sistolik dan diastolik menurun 5
sampai 10 mm Hg. Penuruna tekanan darah ini kemungkinan disebabkan
oleh vasodilatasi perifer akibat perubahan hormonal selama masa hamil.
Selama trimester ketiga , tekanan darah ibu harus kembali ke nilai
tekanan darah selama trimester pertama ( Bobak, dkk, 2005 ). Beratnya
uterus menekan vena – vena besar yang mengaliri pelvik dan ekstremitas
bawah. Vena varikose mungkin terjadi pada tungaki, paha, vulva, dan
rektum/ hemoroid ( Hamilton, 1995 ).
Volume dan komposisi darah :
Volume darah total dan volume plasma darah naik pesat sejak akhir
trimester pertama. Volume darah akan bertambah banyak, kira – kira 25
%, dengan puncaknya pada kehamilan 32 minggu ( Rustam Mochtar, 1998
).
Sel – sel darah merah meningkat sampai 33 % dan hemoglobin sampai 15
%, tetapi karena meningkatnya volume plasma menyebabkan hemodilusi,
terjadi pseudoanemia, sehingga disebut anemia fisiologis kehamilan
( Hamilton, 1995 ).
Hitung sel darah putih total meningkat selama trimester kedua mencapai
puncak selama trimester ketiga .Peningkatan terutama terjadi pada
granulosit ( Bobak, dkk, 2005 ).
Curah jantung :
Curah jantung meningkat dari 30 % - 50 % pada minggu ke-32 gestasi,
kemudian menurun sampai sekitar 20% pada minggu ke -40. Peningkatan
curah jantung terutama disebabkan oleh peningkatan volume sekuncup
dan peningkatan ini merupakan respon terhadap peningkatan kebutuhan
oksigen jaringan ( Bobak, dkk, 2005 ).
Koagulasi : tingkat plasma fibrinogen meningkat sampai 40 % atau lebih,
dan waktu pembekuan tetap sama seperti tingkat pada sebelum
kehamilan ( Hamilton, 1995 ). Menurut Bobak, dkk, 2005 , selain
fibrinogen,juga terjadi peningkatan berbagai faktor pembekuan ( faktor
VII, VIII, IX, X ). Aktivitas fibrinolitik (pemecahan atau pelarutan bekuan
darah ) mengalami depresi selama masa hamil dan periode puerperium,
sehingga wanita lebih rentan terhadap trombosis ( Bobak, dkk, 2005 ).
a. Sistem Respirasi
Menurut Bobak , dkk ( 2005 ), perubahan fisiologis yang terjadi selama
masa kehamilan merupakan adaptasi ventilasi dan struktural yang
tujuannya menyediakan kebutuhan ibu dan janin, dimana terjadi
peningkatan kebutuhan oksigen sebagai respon terhadap percepatan laju
metabolik dan peningkatan kebutuhan oksigen jaringan uterus dan
payudara.
Bobak ( 2005 ) dan Hamilton ( 1995 ) menyatakan bahwa selama
kehamilan terjadi kenaikan diafragma. Menurut Hamilton ( 1995 ),
kenaikan diafragma ini disebabkan karena pertumbuhan janin yang
mendorong diafragma keatas. Bobak ,dkk ( 2005 ) menyatakan bahwa
tinggi diafragma bergeser sebesar 4 cm selama masa hamil.
Menurut Hamilton ( 1995 ) dan Bobak , dkk ( 2005 ) , selama kehamilan
juga terjadi perubahan berupa bengkak seperti alergi pada membran
mukosa. Bobak, dkk ( 2005 ) menyatakan bahwa bengkak ini disebabkan
karena peningkatan vaskularisasi, yang merupakan respon terhadap
peningkatan estrogen, pada traktus pernapasan atas. Vaskularisasi ini
meyebabkan pembesaran kapiler sehingga terbentuk edema dan hiperemi
di hidung, faring, laring, trakea, dan bronkus. Adanya vaskularisasi ini juga
menimbulkan kondisi sumbatan pada hidung dan sinus, epistaksis,
perubahan suara, dan respon peradangan yang mencolok bahkan terhadap
infeksi pernapasan atas yang ringan.
Pada fungsi paru, menurut Hamilton ( 1995 ) dan Bobak , dkk ( 2005 ),
terjadi peningkatan volume tidal. Hamilton ( 1995 ) juga menyatakan
bahwa selain volume tidal, juga terjadi peningkatan ambilan oksigen dan
volume ventilator.
Menurut Hamilton ( 1995 ) dan Bobak , dkk ( 2005 ), selama kehamilan,
bisa terjadi keluhan sesak napas. Hamilton ( 1995 ) menjelaskan bahwa
keluhan sesak napas ini terjadi karena perubahan bentuk dari rongga
toraks dan pernapasan yang lebih cepat. Dalam referensi lain, Bobak , dkk
( 2005 ) menyatakan bahwa keluhan sesak napas ini disebabkan
peningkatan sensitivitas pusat pernapasan terhadap karbon dioksida
akibat efek dari progesteron dan estrogen.Hal ini menyebabkan kesadaran
wanita hamil akan kebutuhan napas meningkat
b. Sistem Ginjal
Menurut Hamilton ( 1995 ) dan Bobak , dkk ( 2005 ), kehamilan
menyebabkan terjadinya dilatasi pada pelvis ginjal dan ureter. Hal ini
mengakibatkan terjadinya stasis / stagnasi urine. Urine yang mengalami
stagnasi merupakan medium yang sangat baik untuk pertumbuhan
mikroorganisme. Selain itu, urine wanita hamil mengandung nutrien dalam
jumlah yang lebih besar, termasuk glukosa. Oleh karena itu, selama hamil,
wanita lebih rentan terhadap infeksi saluran kemih ( Bobak, dkk, 2005 ).
Iritabilitas kandung kemih, nokturia, dan sering berkemih umum dilaporkan
pada awal kehamilan. Sering berkemih ini merupakan akibat peningkatan
sensitifitas kandung kemih dan pada tahap selanjutnya merupakan akibat
kmpresi pada kandung kemih ( Bobak, dkk, 2005 ).
c. Sistem Integumen
Pigmentasi
Pigmentasi timbul akibat peningkatan hormon hipofisis anterior
melanotropin selama masa hamil ( Bobak, dkk, 2005 ). Menurut Hamilton
( 1995 ) dan Bobak , dkk ( 2005 ) adanya pigmentasi ini menimbulkan
kondisi :
a. Chloasma : disebut juga topeng kehamilan, adalah bercak – bercak
kehitaman pada wajah (Hamilton, 1995 ). Menurut Bobak , dkk ( 2005 ),
Chloasma ini disebabkan adanya hiperpigmentasi terutama di daerah
tonjolan maksila dan dahi, khususnya pada wanita hamil berkulit hitam.
Chloasma yang timbul akibat kehamilan normal biasanya hilang
setelah wanita melahirkan ( Bobak, dkk, 2005).
b. Warna puting susu, areole, aksila, dan vulva menjadi lebih gelap, warna
ini menghilang setelah wanita melahirkan ( Bobak, dkk, 2005).
c. Linea nigra adalah garis pigmentasi dari simfisis pubis sampai ke bagian
atas fundus di bagian depan ( Bobak, dkk, 2005).
Striae gravidarum menurut Hamilton ( 1995 ) , striae gravidarum adalah
tanda regangan yang terbentuk akibat pembesaran dan penonjolan
uterus. Striae menunjukkan pemisahan jaringan ikat ( kolagen ) dibawah
kulit. Garis- garis yang sedikit cekung ini cenderung timbul di daerah
dengan regangan maksimum ( misalnya di abdomen, paha, dan
payudara ). Regangan kadang – kadang menimbulkan sensasi mirip rasa
gatal ( Bobak, dkk, 2005).
Perspirasi dan sekresi kelenjar lemak baik kelenjar sebasea atau
keringat menjadi lebih aktif selama masa kehamilan. Sebagai akibatnya ,
wanita hamil mungkin mengalami gangguan badan, banyak mengeluarkan
keringat ( Hamilton, 1995 ) .
a. Sistem Muskuloskeletal
Sendi pelvik pada saat kehamilan sedikit dapat bergerak. Postur tubuh
wanita secara bertahap mengalami perubahan karena janin membesar
dalam abdomen. Untuk mengkompensai penambahan berat ini, bahu lebih
tertarik ke belakang dan tulang belakang lebih melengkung, sendi tulang
belakang lebih lentur, dapat menyebabkan nyeri punggung pada beberapa
wanita ( Hamilton, 1995 ) .
Kram otot – otot tungkai dan kaki merupakan masalah umum selama
kehamilan. Penyebabnya tidak diketahui. Kram biasanya terjadi setelah
berdiri sepanjang hari dan pada malam hari setelah tubuh istirahat
( Hamilton, 1995 ) .
b. Sistem Neurologi
Menurut Bobak, dkk ( 2005 ), perubahan fisiologis spesifik akibat
kehamilan dapat menyebabkan timbulnya gejala neurologis dan
neuromuskular berikut :
a. Kompresi saraf panggul atau stasis vaskular akibat pembesaran uterus
dapat menyebabkan perubahan sensori tungkai bawah
b. Lordosis dorsolumbar dapat menyebabkan nyeri akibat tarikan pada
saraf atau kompresi akar saraf
c. Edema yang melibatkan saraf perifer dapat menyebabkan carpal tunnel
syndrome selama trimester akhir kehamilan.
d. Akroestia ( rasa baal dan gatal di tangan ) yang timbul akibat bahu
yang membungkuk. Keadaan ini berkaitan dengan tarikan pada segmen
pleksus brakialis
e. Nyeri kepala akibat ketegangan umum timbul saat ibu merasa cemas
dan tidak pasti tentang kehamilannya.
f. Nyeri kepala ringan, rasa ingin pingsan, dan sinkope sering terjadi pada
awal kehamilan.
g. Hipokalsemia dapat menyebabkan timbulnya masalah neuromuskular,
seperti kram otot dan tetani.
a. Sistem Pencernaan
a. Mulut : gigi hiperemi, berongga dan membengkak. Gusi cenderung
mudah berdarah karena kadar estrogen yang meningkat menyebabkan
peningkatan vaskularitas selektif dan proliferasi jaringan ikat ( Bobak,
dkk, 2005 )
b. Gigi : menurut Hamilton ( 1995 ), pada kehamilan, saliva yang
terbentuk bersifat asam sehingga kemungkinan karies gigi meningkat.
c. Nafsu makan : nafsu makan berubah selama ibu hamil. Pada trimester
pertama sering terjadi penurunan nafsu makan akibat nausea dan /
atau vomitus. Gejala ini muncul pada sekitar setengah jumlah
kehamilan dan merupakan akibat perubahan pada saluran cerna dan
peningkatan kadar hCG dalam darah. Pada trimester kedua, nausea dan
vomitus lebih jarang dan nafsu makan meningkat
d. Esofagus, lambung, dan usus halus :
Peningkatan produksi estrogen menyebabkan penurunan sekresi asam
hidroklorida ( Bobak, dkk, 2005 ).
Peningkatan produksi progesteron menyebabkan tonus dan motilitas
otot polos menurun, sehingga terjadi regurgitasi esofagus, peningkatan
waktu pengosongan lambung dan peristalsis balik. Akibatnya wanita “
tidak mampu mencerna asam “ atau mengalami nyeri ulu hati ( pirosis )
( Bobak, dkk, 2005 ).
Peningkatan progesteron ( yang menyebabkan kehilangan tonus otot
dan penurunan peristalsis ) menyebabkan absorsi air di usus besar
meningkat sehingga dapat terjadi konstipasi . Selain itu, konstipasi
merupakan akibat hipoperistalsis ( perlambatan usus ), pilihan makanan
yang tidak lazim, kurang cairan, distensi andomen akibat kehamilan,
dan pergeseran usus akibat kompresi ( Bobak, dkk, 2005 ).
e. Kandung empedu dan hati
Kandung empedu cukup sering distensi akibat penurunan tonus otot
selama masa hamil. Peningkatan waktu pengosongan dan pengentalan
empedu biasa terjadi ( Bobak, dkk, 2005 ).
f. Rasa tidak nyaman di abdomen
Perubahan pada abdomen yang dapat menimbulkan rasa tidak nyaman
meliputi panggul berat atau tertekan, ketegangan pada ligamentum teres
uteri, flatulen, distensi dan kram usus, serta konstraksi uterus ( Bobak,
dkk, 2005 ).
Peningkatan berat badan
Peningkatan berat badan selama kehamilan juga mencakup produk
konsepsi ( janin, plasenta, dan cairan amniotik ), dan hipertrofi beberapa
jaringan maternal ( uterus, payudara, darah, cadangan lemak, cairan
ekstra seluler dan ekstravaskular ) (Fraser dan Cooper, 2009 )
a. Sistem endokrin
a. Ovarium dan plasenta
Ovarium merupakan sumber estrogen dan progesteron pada wanita
tidak hamil. Pada saat konsepsi, perubahan dramatis terjadi. Korpus
luteum tampat ovum berasal mulai menghasilkan estrogen dan
progesteron. Segera setelah plasenta terbentuk dengan baik, ia menjadi
sumber utama kedua hormon tersebut. Plasenta juga membentuk
steroid dan tiga jenis hormon lainnya : human chorionic gonadotropin
(hCG ), human plasental lactogen (hPL ), dan human chorionic
thyrotropin ( hCT ) ( Hamilton, 1995 )
b. Kelenjar tiroid
Menurut Hamilton ( 1995 ), selama masa kehamilan, Basal Metabolic
Rate meningkat hampir 20 % karena adanya peningkatan penggunaan
oksigen. Terjadi pembesaran kelenjar tiroid karena pertumbuhan sel –
sel acinar. Dalam referensi lain, Bobak, dkk ( 2005 ) mengutip dari
Cummingham, dkk ( 1993 ) dan Scott, dkk ( 1990 ) menyatakan bahwa
pembesaran kelenjar tiroid juga karena adanya peningkatan
vaskularitas. Bobak, dkk ( 2005 ) juga menyatakan bahwa peningkatan
konsumsi oksigen dan BMR akibat aktivitas metabolik janin.
c. Kelenjar paratiroid
Kehamilan menginduksi hiperparatiroidisme sekunder ringan, suatu
refleksi peningkatan kebutuhan kalsium dan Vitamin D. Saat kebutuhan
untuk pertumbuhan rangka janin mencapai puncak ( pertengahan
kedua kehamilan ), kadar parathormon plasma meningkat, kadar
puncak terjadi antara minggu ke- 15 dan minggu ke – 35 gestasi
( Bobak, dkk, 2005 ).
d. Pankreas
Menurut Hamilton ( 1995 ), selama kehamilan, pankreas tumbuh dan
menghasilkan lebih banyak insulin untuk memenuhi kebutuhan yang
meningkat.
Walaupun demikian, karena keterbatasan penyimpanan glikogen,
wanita sehat yang hamil kurang mampu untuk mengatasi jumlah gula
yang banyak, sehingga beberapa dari mereka mengeluarkannya ke
dalam urine
e. Kelenjar pituitari
Lobus anterior dari kelenjar pituitari mengalami sedikit pembesaran
selama kehamilan dan terus menghasilkan semua hormon tropik ,
tetapi dengan jumlah yang sedikit berbeda. FSH ditekan oleh chorionic
gonadotropin ( hCG ) yang dihasilkan dalam plasenta. Hormon
pertumbuhan berkurang dan hormon melanotropik meningkat.
Menyebabkan peningkatan pigmentasi puting susu, wajah, dan
abdomen. Pembentukan prolaktin meningkat dan berlanjut setelah
persalinan selama menyusui( Hamilton, 1995 ).
f. Kelenjar adrenal
Ukuran kelenjar adrenal meningkat selama kehamilan , terutama
bagian kortikal yang membentuk kortin ( Hamilton, 1995 ).
1.10Perubahan Psikologis selama kehamilan
Menurut Hamilton ( 1995 ), perubahan psikologis selama kehamilan dibagi
menjadi :
a. Trimester pertama ( 1 sampai 3 bulan )
Setelah krisis pada awal kehamilan teratasi, sebagian besar wanita
mengalami kegembiraan tertentu karena sudah dapat menyesuaikan
diri dengan rencana membentuk hidup baru ( Hamilton, 1995 ). Menurut
Hamilton ( 1995 ), akibat adanya perubahan fisik , peningkatan kadar
estrogen dan progesteron, morning sickness, kelemahan, keletihan
pada wanita hamil, dapat menyebabkan wanita hamil merasa tidak
sehat dan umumnya mengalami depresi.
b. Trimester kedua ( 4 sampai 6 bulan )
Pada trimester kedua, tubuh wanita telah terbiasa dengan tingkat
hormon yang tinggi, morning sickness telah hilang, ia telah menerima
kehamilannya dan ia menggunakan pikiran dan energinya lebih
konstruktif ( Hamilton, 1995 ). Menurut Hamilton ( 1995 ), pada
trimester ini, wanita hamil mulai dapat merasakan gerakan bayinya,
dan hal ini sering menimbulkan dorongan psikologis yang besar dari
calon ibu
c. Trimester ketiga ( 7 sampai 9 bulan )
Trimester ketiga ditandai dengan klimaks kegembiraan emosi karena
kelahiran bayi. Sekitar bulan ke – 8 mungkin terdapat periode tidak
semangat dan depresi, ketika bayi membesar dan ketidaknyamanan
bertambah. Sekitar dua minggu sebelum melahirkan, sebagian besar
wanita mulai mengalami perasaan senang. Reaksi calon ibu terhadap
persalinan ini secara umum tergantung pada persiapannya dan
persepsinya terhadap kejadian ini ( Hamilton, 1995 )
gambar 2.1
gambar 2.2
Variasi menurut budin : menentukan letak punggung dengan satu
tangan menekan di fundus
a. Leopold III :
Menentukan bagian terbawah janin
Apakah bagian terbawah tersebut sudah masuk atau masih goyang
gambar 2.3
gambar 2.4
KOMPLIKASI
• Pengaruh kehamilan terhadap penyakit jantung dan merupakan saat yang
berbaahaya adalah :
1. Pada kehmilan 2- 36 minggu, dimana volume darah mencapai puncaknya
2. Pada kala II, dimana ibu mengarahkan tenaga untuk meneran dan
memerlukan kerja jantung yang berat
3. Pada pasca perslaiana , dimana darah dari ruang intervilus plasenta yang
sudah lahir , sekarang masuk sirkulasi ibu
4. Pada masa nifas ada kemungkinan infeksi.
Pengaruh penyakit jantung pada kehamilan :
1. Pada ibu dapat terjadi gagal jantung congestive edema paru hingga kematian.
2. Pada janin dapat terjadi abortus, prematuritas / lahir tidak cukup bulan
3. Dismtur (cukup bulan kurang berat badan lahir )
4. Lahir mati, intrautari hipoksia, fetai growth retardasi, birth aspeksia
5. IUFD (kematian janin dalam rahim)
6. Pertumbuhan ,janin terhambat
PENANGANAN
1. Konseling prakonsepsi
Untuk menurunkan morbiditas dan mortlitas ibu hamil sebaiknya wanita
enyakit jantung dalam kehamilan , persalinana dan nifas perlu dilakukan
konseling prakonsepsi denagna mmperhatikan resiko masing – masing
penyakit. Klien dengan kelinan jantung kelas 3 dan 4 sebaiknya tidaak hamil
dan dapat memilih alat kontrasepsi AKDR, tubektomi atau vasektomi pada
suaminya.
2. Pada kehamilan :
Menganjurkan ibu pengawasan antenatal secara teratur sesuai jadwal
Pencegahan terhadap kenaikan berat dan retensi air yang berlebihan
Kunjunngan 2 minggu sekali menjelang s/d 28 minggu dan 1 mingnggu
setelahnya
7. Kehamilan resiko tinggi karena adanya komplikasi dari kehamilan
a. Preeklamsi
• Definisi
Preeklamsi merupakan suatu kondisi spesifik kehamilan dimana
hipertensi terjadi setelah minggu ke 20 pada wanita yang sebelumnya
memiliki tekanan darah normal.
• Epidemiologi
Penyakit hipertensi pada kehamilan berperan besar dalam morbiditas
dan mortalitas maternal dan perinatal. Hipertensi diperkirakan menjadi
komplikasi sekitar 7-10 % seluruh kehamilan. Dari seluruh ibu yang
mengalami hipertensi selama masa hamil, setengah sampai duapertiganya
didiagnosa mengalami preeklamsi atau eklamsi (Brown, 1991). Hal ini lebih
sering terjadi pada kehamilan pertama, dan dapat menyebabkan kelahiran
prematur, kematian pada kelahiran, dan bayi yang lahir lebih kecil daripada
rata-rata. Sebanyak 20 ibu pada kehamilan pertama mengalami
preeklampsia, sementara sekira 20 perempuan meninggal setiap tahunnya
dari kondisi yang terkait dengan tekanan darah tinggi. Diperkirakan untuk
kehidupan 600 bayi setahun.
• Faktor Resiko
Faktor – faktor yang dapat memperparah keadaan ibu hamil yang
mengalami penyakit jantung yaitu:
a. Pada kehamilan 32-36 minggu dimana volume darah mencapai
puncaknya.
b. Pada kala II wanita mengerahkan tenaganya untuk mengedan dan
memerlukan tenaga jantung yang erat.
c. post partum,dimana darah dari ruang internilus plasenta yang sudah
lahir, sekarang masuk dalam sirkulasi darah ibu.
d. Pada masa nifas, karena kemungkinan adanya infeksi.
Pengaruh penyakit jantung terhadap kehamilan :
a. Dapat terjadi abortus
b. Prematuritas : lahir tidak cukup bulan.
c. Dismaturitis : lahir cukup bulan namun dengan berat badan rendah.
d. Lahir dengan apgar rendah atau lahir mati.
e. Kematian jani dalam lahir ( KJDL )
• Manifestasi Klinis
Menurut Anwar T. Bahri (2004), tanda dan gejala yang terdapa pada
ibu hamil dengan peyakit jantung antara lain:
– Aritmia
– Pembesaran jantung
– Mudah lelah
– Dispenea
– Peningkatan denyut nadi, Nadi tidak teratur
– Edema pulmonal
– Sianosis
– Sesak napas
– Odem ekstrimitas
– sinkop
– hemoptisis dan nyeri dada
– murmur ejeksi sistolik dan murmur pansistolik parah, harus dirujuk
pada ahli jantung
– edem perifer
– bunyi jantung mengeras,
– terdengar adanya bising jantung ringan
• Diagnosis preeklampsia ditegakkan berdasarkan adanya dua dari tiga
gejala yaitu:
1. Pre eklampsia ringan
– Tekanan darah ≥140/90mmHg, kenaikan tekanan diastolic 15
mmHg atau lebih dari 90 mmHg dalam dua pengukuran berjarak 1
jam atau tekanan diastolik sampai 110 mmHg.
– Penambahan berat badan (terjadi kenaikan 1 kg seminggu).
– Edema pada kaki, jari tangan dan muka. Jika ada edema,
merupakan suatu akumulasi cairan interstisial umum setelah 12
jam tirah baring atau peningkatan berat lebih dari 2 kg perminggu.
Pada keadaan ada hipertensi dan atau proteinuria, edema harus
dievaluasi sebagai refleksi edema organ akhir dan kemungkinan
hipoksia organ.
– Kehamilan lebih dari 20 minggu
– Pada specimen urine 24 jam proteinuria didefinisikan sebagai suatu
konsentrasi protein 0,3 g per 24 jam.
1. Preeklampsia berat didiagnosis pada kasus dengan salah satu gejala
berikut:
– Tekanan sistolik >160mmHg dan tekanan diastolic > 110 mmHg.
– Proteinuria + ≥ 5g./24 jam atau ≥ 3 pada tes celup.
– Oliguria < 400 ml per 24 jam.
– Edema paru: nafas pendek, ronkhi +, sianosis.
– Nyeri daerah epigastrium atau kuadran atas kanan.
– Gangguan penglihatan, skotoma atau penglihatan berkabut.
– Nyeri kepala hebat, tidak berkurang dengan analgesic biasa.
– Hiperfleksia.
– Mata: spasme arteriolar, edema, ablasio retina.
– Koagulasi: koagulasi intravascular disseminate, sindrom HELLP.
– Pertumbuhan janin terhambat
– Otak: edema serebri.
– Jantung: gagal jantung.
– Trombositopenia
1. Gejala klinis Eklamsi adalah sebagai berikut:
– Terjadi pada kehamilan 20 minggu atau lebih
– Terdapat tanda-tanda pre eklamsi ( hipertensi, edema, proteinuri,
sakit kepala yang berat, penglihatan kabur, nyeri ulu hati,
kegelisahan atu hiperefleksi)
– Kejang dapat terjadi tidak tergantung dari beratnya hipertensi.
– Kejang bersifat toksik tonik-klonik menyerupai kejang pada epilepsi
grand mal.
– Koma terjadi sesudah kejang, dapat berlangsung lama (berjam-
jam)
• Patofisiologi
(lampiran)
• Pemeriksaan Diagnostik
Evaluasi status kardiovaskular pada wanita hamil lebih baik hanya
dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Adakalanya diperlukan
pemeriksaan lain yang harus dilakukan dengan mempertimbangkan
resikonya terhadap wanita hamil dan janin yang dikandungnya.
Burwell dan Mercalfe mengajukan 4 kriteria, satu diantaranya sudah
cukup untuk membuat diagnosis penyakit jantung dalam kehamilan :
1. bising diastolic, presistolik, atau bising jantung terus menerus ;
2. pembesaran jantung yang jelas;
3. bising jantung yang nyaring;
4. aritmia yang berat
Adapun pemeriksaan penunjang menurut Anwar T. Bahri (2004) yang
dapat
dilakukan untuk mendukung diagnosis peyakit jantung pada ibu hamil
yaitu:
- Pemeriksaan ekokardiografi
Pemeriksaan ekokardiografi, termasuk Doppler sangat aman dan
tanpa resiko terhadap ibu dan janin. Pemeriksaan tranesofageal
ekokardiografi pada wanita hamil tidak dianjurkan karena resiko
anestesi selama prosedur pemeriksaan radiografi.
- Pemeriksaan elektrokardiografi
Pemeriksaan EKG sangat aman dan dapat membantu menjawab
pertanyaan rang spesifik. Kehamilan dapat menyebabkan interpretasi
dari variasi gelombang ST-T lebih sulit dari yang biasa, Depresi segmen
ST inferior sering didapati pada wanita hamil normal. Pergeseran aksis
QRS kekiri sering didapati, tetapi deviasi aksis kekiri yang nyata (-30°)
menyatakan adanya kelainan jantung.
- Pemeriksaan radionuklide.
Beberapa pemeriksaan radionuklide akan mengikat albumin dan
tidak akan mencapai fetus, pemisahan akan terjadidan eksposure
terhadap janin mungkin terjadi. Sebaiknya pemeriksaan ini
dihindarkan. Adakalanya pemeriksaan ventilasi pulmonal/perfusi scan
atau scan perfusi miokard thallium diperlukan saat kehamilan.
Diperkirakan eksposur terhadap fetua rendah.
- Magnetic resonance imaging
Meskipun tidak tersedia informasi mengenai keamanan prosedur
MRI pada evaluasi wanita hamil dengan kehamilan, dilaporkan tidak
didapati efek fetal yang merugikan bila digunakan pada tujuan yang
lain. Pemeriksaan ini mesti dihindarkan pada wanita dengan implantasi
pacu jantung atau defibrillator.
- Menilai resiko pada pasien yang berpenyakit jantung
Bila memungkinkan wanita yang mempunyai kelainan jantung
harus mendapat nasihat sebelum hamil, termasuk membicarakan
kontrasepsi, resiko maternal dan janin yang dikandungnya saat hamil,
kemungkinan jangka panjang mengenai morbidity dan mortalitas.
Fungsional klas dari The New York Heart Association (NYHA) selalu
digunakan sebagai tolok ukur untuk meramalkan akibat dari penyakit
jantung yang diderita pasien.
Pemeriksaan diagnostik untuk preeklamsi dan eklamsi yaitu:
1. Pemeriksaan baku pada perawatan antenatal
a. Tekanan darah
Gambaran klinik yang khas pada hipertensi dalam kehamilan (HDK)
yaitu ditemukannya kenaikan tekanan darah yang tinggi. Kenaikan
tekanan diastolik mempunyai arti prognostik yang lebih bermakna dari
pada perubahan sistolik. Pengukuran dilakukan setelah penderita
beristirahat sedikitnya 10 menit dan diulang sedikitnya 2 kali
pemeriksaan.
Dinyatakan hipertensi bila:
a. Terdapat kenaikan tekanan sistolik > 30 mmHg atau tekanan
sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih.
b. Bila didapatkan kenaikan tekanan diastolik > 15 mmHg atau
tekanan diastolik mencapai 90 mmHg atau lebih.
c. Kenaikan berat badan.
Seringkali gejala pertama yang mencurigakan adanya HDK ialah terjadi
kenaikan berat badan yang melonjak tinggi dan dalam waktu singkat.
Kenaikan berat badan 0,5 kg setiap minggu dianggap masih dalam
batas wajar, tetapi bila kenaikan berat badan mencapai 1 kg perminggu
atau 3 kg perbulan maka harus diwaspadai kemungkinan timbulnya
HDK. Ciri khas kenaikan berat badan penderita HDK ialah kenaikan yang
berlebihan dalam waktu singkat, bukan kenaikan berat badan yang
merata sepanjang kehamilan, karena berat badan yang berlebihan
tersebut merupakan refleksi dari pada edema.
2. Pemeriksaan sistim vaskuler
a. Tes tidur miring (TTM)
Tes ini dikenal dengar nama Roll-over test pertama kali diperkenalkan
oleh Gant dan dilakukan pada usia kehamilan 28-32 minggu. Pasien
berbaring dalam sikap miring ke kiri, kemudian tekanan darah diukur,
dicatat dan diulangi sampai tekanan darah tidak berubah. Kemudian
penderita tidur terlentang kemudian diukur dan dicatat kembali tekanan
darahnya. Tes dianggap positif bila selisih tekanan darah diastolic
antara posisi baring ke kiri dan terlentang menunjukkan 20 mmHg atau
lebih. Tes ini mempunyai sensitivitas 88%, spesifitas 95%, nilai prediksi
positif 93% dan nilai prediksi negatif 91%.
b. Tes latihan isometrik (Isometric exercise test)
Tes ini dapat digunakan untuk deteksi hiperaktivitas vaskuler dan untuk
prediksi preeklampsia. Tes dilakukan dengan cara penderita baring
kesisi lateral kiri, ukur tekanan darah, kemudian penderita memijit bola
karet tensimeter yang dipasang pada lengan lain, sampai kontraksi
maksimal untuk 30 detik dalam waktu 3 menit. Tes dikatakan positif
bila terdapat kenaikan tekanan diastolik lebih dari 20 mmHg.
3. Pemeriksaan Biokimia
Pada penderita preeklampsia konsentrasi dari sejumlah zat yang
terdapat dalam darah dan urin termasuk hormon-hormon mengalami
perubahan-perubahan.
a. Kadar asam urat
Pada HDK terjadi perubahan sistim hemodinamik seperti penurunan
volume darah, peningkatan hematokrit dan viskositas darah. Akibat
dari perubahan-perubahan tersebut akan terjadi perubahan fungsi
ginjal, aliran darah ginjal menurun, kecepatan filtrasi glomerulus
menurun yang mengakibatkan menurunnya klirens asam urat dan
akhirnya terjadi peningkatan kadar asam urat serum. Rata-rata kadar
asam urat mulai meningkat 6 minggu sebelum preeklampsia menjadi
berat.
Konsentrasi asam urat > 350 umol/l merupakan pertanda suatu
preeklampsia berat dan berhubungan dengan angka kematian
perinatal yang tinggi khususnya pada umur kehamilan 28-36 minggu.
Pada penderita yang sudah terbukti preeclampsia maka kadar asam
urat serum menggambarkan beratnya proses penyakit.
b. Kadar kalsium
Beberapa peneliti melaporkan adanya hipokalsiuria dan perubahan
fungsi ginjal pada pasien preeklampsia. Hal ini terlihat dari perubahan
hasil tes fungsi ginjal.
Rondriquez mendapatkan bahwa pada umur kehamilan 24-34
minggu bila didapatkan mikroalbumniuria dan hipoklasiuria ini
dideteksi dengan pemeriksaan tera radioimunologik.
c. Kadar human chorionic gonadotrophin (hCG)
Beberapa peneliti melaporkan bahwa kadar -hCG meningkat pada
penderita preeklampsia. Sorensen dkk melaporkan bahwa wanita
hamil trimester 11 dengan kadar hCG > 2
4. Pemeriksaan Hematologi
a. Volume plasma
Pada keadaan HDK terjadinya penurunan volume plasma sebesar
30%-40% dari nilai normal, bahkan ada beberapa peneliti yang
melaporkan terjadinya penurunan volume plasma jauh sebelum
munculnya manifestasi klinik HDK.
b. Kadar hemoglobin dan hematokrit
Pengurangan volume plasma pada preeklampsia tampak pada
kenaikan kadar hemoglobin dan hematokrit. Murphy dkk menunjukkan
bahwa pada wanita hamil terdapat korelasi yang tinggi antara
terjadinya preeklampsia dan kadar Hb. Mereka mendapatkan pada
primigravida frekuensi terjadinya HDK 7% bila kadar Hb < 10.5 gr%
sampai 42% bila kadar Hb > 14.5% gr%.
c. Kadar trombosit dan fibronectin
Redman menyatakan bahwa HDK didahului oleh menurunnya
trombosit sebelum tekanan darah meningkat, dan trombositopeni
merupakan tanda awal HDK. Dikatakan trombositopenia bila kadar
trombosit < 150.000/mm3. Kelainan hemostatik yang paling sering
ditemukan pada penderita preeklampsia adalah kenaikan kadar faktor
VIII dan penurunan kadar anti trombin III. Pada penderita HDK
didapatkan peningkatan kadar fibronectin. Fibronectin merupakan
glikoprotein pada permukaan sel dengan berat molekul 450.000,
disentesis oleh endotel dan histiosit. Kadar normalnya dalam darah
250-420 ug/ml, biasanya berkonsentrasi pada permukaan pembuluh
darah. Fibronectin akan dilepaskan ke dalam sirkulasi bila terjadi
kerusakan endotel pembuluh darah. Bellenger melaporkan
peningkatan kadar fibronectin sebagai tanda awal preeklampsia pada
31 dari 32 wanita dengan usia kehamilan antara 25-36 minggu. Kadar
fibronectin meningkat antara 3,6 – 1,9 minggu lebih awal dari
kenaikan tekanan darah atau proteinuria.
1. Ultrasonografi
Ultrasonografi dapat digunakan sebagai alat untuk pemeriksaan
wanita hamil dengan risiko tinggi sebab cara ini aman, mudah
dilakukan, tidak invasif dan dapat dilakukan pada kehamilan muda.
pada gestasi minggu ke-20 sampai ke-26 dan di ulang 6-10 minggu
kemudian, menentukan usia gestasi dan mendeteksi retardasi
pertumbuhan intrauterus (IUGR).
• Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan Ibu Hamil Dengan Penyakit Jantung
Penanganan wanita hamil dengan penyakit jantung sebaiknya
dilakukan kolaborasi dengan ahli penyakit dalam atau kardiolog. Kelainan
penyerta sebagai faktor predisposisi yang dapat memperburuk penyakit
jantung adalah :
1) Peningkatan usia penderita dengan penyakit jantung hipertensi dan
superimposed preeklamsia atau eklamsia
2) Aritmia jantung atau hipertrofi ventrikel kiri
3) Riwayat dekompensasi kordis
4) Anemia
5) Hipotensi, terutama pada wanita dengan septum terbuka.
Apabila hal-hal tersebut di atas tidak dicegah, maka penderita akan
masuk ke dalam tingkat yang lebih tinggi. Selain itu, perlu juga
diperhatikan adanya kenaikan berat badan yang berlebihan, infeksi,
serta retensi air. Pengobatan dan penatalaksanaan penyakit jantung
dalam kehamilan tergantung pada derajat fungsionilnya.
Para penderita kelas I dan terbanyak penderita kelas II dapat
meneruskan kehamilan sampai cukup bulan dan melahirkan per
vaginam. Selama persalinan dan nifas penderita harus dalam
pengawasan yang ketat. Pencegahan timbulnya dekompensasi kordis
harus dalam pengawasan yang ketat. Pencegahan timbulnya
dekompensasi kordis harus diusahakan sebaik-bakinya. Dekompensasi
kordis biasanya terjadi terjadi perlahan-lahan dan dapat dikenal apabila
perhatian secara terus menerus ditujukan kepada beberapa gejala
tertentu. Mackanzie menyatakan bahwa terdengarnya ronki tetap di
dasar paru-paru yang tidak hilang setelah penderita menarik napas
dalam sebanyak dua atau tiga kali, merupakan gejala permulaan dari
gagal jantung. Tanda-tanda lain bagi gagal jantung yang berat ialah
kurangnya kemampuan penderita secara mendadak untuk melakukan
kegiatan sehari-hari, dispnea, serangan sesak napas dengan batuk-batuk
dan hemoptoe, juga edema yang progresif dan takikardi.
Apabila timbul gejala dekompensasi kordis, wanita harus segera
dirawat dan digolongkan ke dalam kelas satu tingkat lebih tinggi.
Penderita harus istirahat dengan berbaring dan diberi pengobatan
dengan digitalis. Dalam persalinan diperlukan pengawasan khusus dan
sedapat-dapatnya diusahakan partus pervaginam. Dari berbagai
penelitian, dinyatakan bahwa partus pervaginam menunjukkan angka
mortilitas dan morbiditas ibu yang lebih rendah. Seksio sesarea hanya
dilakukan atas indikasi obstetrik seperti plasenta previa dan disproporsio
sefalo-pelvik.
Kala persalinan biasanya tidak berbahaya. Rasa nyeri dan
penderitaan harus dikurangi, lebih-lebih apabila diduga persalinan akan
berlangsung lama. Pemberian sedasi dan analgesik dengan derivat
morfin dapat menguntungkan ibu. Ibu ditidurkan setengah duduk apabila
posisi ini lebih nyaman. Untuk mencegah timbulnya dekompensasi
kordis sebaiknya dibuat daftar pengawasan khusus untuk pencatatan
nadi dan pernafasan secara berkala: dalam kala I setiap 10 sampai 15
menit dan kala II setiap 10 menit. Apabila nadi menjadi lebih dari 100
permenit dan pernafasan lebih dari 28 per menit, lebih-lebih apabila
disertai sesak nafas, maka keadaan sangat berbahaya (dekompensasi
kordis berpotensi) dan wanita harus diobati dengan digitalis. Biasanya
wanita disuntik intravena perlahan-lahan dengan delanosid (cedilanid)
1,2 mg sampai 1,6 mg dengan dosis permulaan 0,8 mg. Jika perlu,
suntikan dapat diulang 1 atau 2 kali lagi dengan selang waktu 1 sampai
2 jam. Di samping itu pemberian oksigen, morfin(10-15 mg), dan
diuretikum, seperti furosemid (lasix), bermanfaat pula. Apabila sungguh-
sungguh sudah terjadi dekompensasi, maka terapinya sama seperti
tersebut di atas.
Dalam kala II, apabila tidak timbul gejala-gejala dekompensasi,
anak boleh lahir spontan, hanya ibu sedapat-dapatnya dilarang
meneran. Apabila janin belum lahir setelah persalinan kala II
berlangsung 20 menit, atau ibu tidak dapat dilarang meneran kuat,
maka sebaiknya persalinan diakhiri dengan forseps atau ekstraktor
vakum. Dekompensasi dalam kala II, memerlukan pengakhiran partus
dengan segera.
Penderita dalam kelas III dan IV tidak boleh hamil karena bahaya
terlampau besar. Apabila ia hamil juga, maka pada kehamilan kurang
dari 12 minggu, abortus terapetik perlu dipertimbangkan. Pada
kehamilan yang berjalan terus, untuk mencegah timbulnya
dekompensasi, sebaiknya ia harus berbaring terus selama kehamilan
dan nifas. Hal itu sukar dilaksanakan bagi kebanyakkan wanita. Sekali
terjadi dekompensasi dalam jalannya kehamilan penderita mutlak harus
dirawat dan berbaring terus sampai setelah anak lahir. Dengan digitalis,
istirahat baring, diuretikum biasanya gejla-gejala gawat jantung
biasanya lekas hilang.(Samil, 2007)
Penatalaksanaan Ibu Hamil Dengan Hipertensi
Penanganan Umum
• Segera rawat.
• Lakukan penilaian klinik terhadap keadaan umum sambil mencari
riwayat penyakit sekarang dan terdahulu dari pasien atau
keluarganya.
• Jika pasien tidak bernafas:
– Bebaskan jalan nafas.
– Beri oksigen dengan masker.
– Intubasi jika perlu.
• Jika pasien tidak sadar/koma:
– Bebaskan jalan nafas.
– Baringkan pada satu sisi.
– Ukur suhu.
– Periksa apakah ada kaku tengkuk.
• Jika pasien syok → lihat penanganan syok.
• Jika ada perdarahan → lihat penanganan perdarahan.
Jika Kejang
• Baringkan pada satu sisi, tempat tidur arah kepala ditinggikan sedikit
untuk mengurangi kemungkinan aspirasi sekret, muntahan atau
darah.
• Bebaskan jalan nafas.
• Pasang spatel lidah untuk menghindari tergigitnya lidah.
• Fiksasi untuk menghindari jatuhnya pasien dari tempat tidur.
Hipertensi Karena Kehamilan Tanpa Proteinuria
Jika kehamilan < 37 minggu, tangani secara rawat jalan :
• Pantau tekanan darah, proteinuria, dan kondisi janin tiap minggi.
• Jika tekanan darah meningkat, tangani sebagai preeclampsia.
• Jika kondisi janin memburuk, atau terjadi pertumbuhan janin
terhambat, rawat dan pertimbangkan terminasi kehamilan
Preeklampsia Ringan
Jika kehamilan < 37 minggu, dan tidak ada tanda-tanda perbaikan,
lakukan penilaian dua kali seminggu secara rawat jalan :
• Pantau tekanan darah, proteinuria, reflex, dan kondisi janin.
• Anjurkan istirahat baring selama 2 jam siang hari dan tidur >8 jam
pada malam hari
• Diet biasa.
• Tidak perlu diberi obat-obatan.
• Jika rawat jalan tidak mungkin, rawat di rumah sakit :
– Diet biasa;
– Pantau tekanan darah 2x sehari, proteinuria 1x sehari;
– Tidak perlu obat-obatan
– Tidak perlu diuretic, kecuali jika terdapat edema paru,
dekompensasi kordis atau gagal ginjal akut.
– Jika tekanan diastolic turun sampai normal pasien dapat
dipulangkan
• Nasehatkan untuk istirahat dan perhatikan tanda-tanda preeclampsia
berat.
• Kontrol 2 x seminggu.
• Jika tekanan diastolic naik lagi → rawat kembali.
– Jika tidak ada tanda-tanda perbaikan → tetap rawat.
– Jika terdapat tanda-tanda pertumbuhan janin terhambat,
pertimbangkan terminasi kehamilan.
– Jika proteinuria meningkat, tangani sebagai preeklampsia berat.
• Jika serviks matang, lakukan induksi dengan oksitosin 5 IU dalam 500
ml dekstrose IV 10 tetes/manit atau dengan prostaglandin.
• Jika serviks belum matang, berikan prostaglandin, misoprostol atau
kateter foley, atau terminasi dengan seksio sesarea.
Preeklampsia Berat Dan Eklampsia
Penanganan preeclampsia berat dan eklampsia sama, kecuali
bahwa persalinan harus berlangsung 12 jam setelah timbulnya kejang dan
eklampsia.
Penanganan Kejang :
• Beri obat antikonvulsan.
• Perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan nafas, sedotan, masker
oksigen, oksigen).
• Lindungi pasien dari kemungkinan trauma.
• Aspirasi mulut dan tenggorokan.
• Baringkan pasien pada sisi kiri, posisi untuk mengurangi resiko
aspirasi.
• Beri oksigen 2-4 liter/menit.
Penanganan Umum:
• Jika tekanan diastolic > 110 mmHg, berikan antihipertensi, sampai
tekanan diastolic di antara 90-100 mmHg.
• Pasang infuse Ringer Laktat dengan jarum besar (16 gauge atau >).
• Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi overload.
• Kateterisasi urine untuk pengeluaran volume dan proteinuria.
• Jika jumlah urin < 30 ml per jam:
• Infuse cairan dipertahankan 1 1/8 jam .
• Pantau kemungkinan edema paru.
• Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi dapat
mengakibatkan kematian ibu dan janin.
• Observasi tanda-tanda vital, reflex dan denyut jantung janin setiap
jam.
• Auskultasi paru untuk mencari tanda-tanda edema paru.
• Krepitasi merupakan tanda edema paru. Jika ada edema paru, stop
pemberian cairan, dan berikan diuretik misalnya furosemide 40 mg IV.
• Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan bedside. Jika
pembekuan tidak terjadi sesudah 7 menit, kemungkinan terdapat
koagulopati.
Antikonvulsan
Magnesium sulfat merupakan obat pilihan untuk mencegah dan mengatasi
kejang pada preeklampsia dan eklampsia.
DAFTAR PUSTAKA
Oleh :
Army Khoirunnisa
NIM . 0810720015
JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2010