Professional Documents
Culture Documents
DASAR TEORI
Asphalt
Asphaltenes Maltenes
Resins Oils
4
5
b. Aspal Buatan
Aspal buatan merupakan residu penyulingan minyak bumi, dengan
karakteristiknya sangat bergantung dari jenis minyak bumi yang disuling (dikilang),
apakah minyak bumi berbasis aspal (asphaltic base), parafin (parafine base) atau
berbasis campuran (mixes base), sehingga agar diketahui mutu aspal yang dapat
digunakan sesuai fungsinya, perlu dilakukan suatu pengujian, untuk :
6
1. Aspal minyak
Pengujian nilai penetrasi
Pengujian titik lembek
Pengujian titik nyala
Pengujian kehilangan berat
Pengujian kelarutan dalam CCL4
Pengujian daktilitas
Pengujian berat jenis
Pengujian viskositas
2. Aspal cair cutback dan aspal emulsi
Kekentalan
Pengendapan (khusus aspal emulsi)
Pemeriksaan muatan listrik (khusus aspal emulsi)
Analisa saringan (khusus aspal emulsi)
Pemeriksaan hasil penyulingan
(Puslitbang Jalan dan Jembatan, 2007)
2.1.2 Agregat
Agregat yaitu sekumpulan butir-butir batu pecah, kerikil, pasir atau mineral
lainnya, baik merupakan hasil alam ataupun buatan. Agregat dapat dibagi dengan
istilah yang umum yaitu agregat kasar, agregat halus dan filler. Dimana pada setiap
jenis agregat ini mempunyai spesifikasi gradasi yang sudah ditetapkan untuk
campuran aspal panas Indonesia.
Untuk memperoleh kinerja campuran aspal yang stabil, kuat dan awet,
proporsi agregat kasar dalam campuran harus mencukupi terbentuknya suatu
kerangka susunan batuan yang dapat saling mengunci antara butiran agregatnya,
8
sehingga campuran aspal ini mampu menahan pergeraksan butiran agregat disaat
campuran itu mendapat beban luar (akibat lalu lintas jalan bertonase berat). Untuk
itu, pemilihan jenis gradasi dan penetapan proporsi agregat kasar dalam campuran
total agregat sangat berpengaruh terhadap kekuatan, stabilitas, maupun daya tahan
campuran aspal terhadap deformasi permanent (Sukirman, 2007).
A. Klasifikasi Agregat
a. Ditinjau dari proses terbentuknya suatu mineral batuan, agregat batuan dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Batuan beku,
2. Batuan sedimen,
3. Batuan metamorf,
b. Ditinjau dari proses pengolahannya, agregat dapat diklasfikasikan sebagai
berikut:
1. Agregat alam
2. Agregat yang melalui proses pengolahan
3. Agregat buatan
c. Ditinjau dari ukuran partikel, agregat kasar dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
1. Agregat kasar
Ukuran partikelnya lebih besar dari 2.36 mm atau tertahan di atas
saringan no. 8
2. Agregat halus
Ukuran partikelnya lebih kecil dari 2.36 mm yaitu lolos saringan no. 8
dan lebih besar dari 0.075 mm atau tertahan di atas saringan no. 200
3. Abu batu/ mineral filler, agregat halus yang lolos saringan no. 200 dengan
ukuran partikelnya lebih kecil dari 0.075 mm.
9
B. Sifat agregat
Agregat yaitu sekumpulan butir-butir batu pecah, kerikil, pasir atau mineral
lainnya, baik merupakan hasil alam ataupun buatan. Agregat dapat dibagi dengan
istilah yang umum yaitu agregat kasar, agregat halus dan filler. Sifat agregat
merupakan salah satu faktor penentu kemampuan perkerasan jalan memikul beban
lalu lintas dan daya tahan terhadap cuaca. Adapun Sifat agregat yang menentukan
kualitasnya sebagai bahan konstruksi perkerasan jalan dapat dikelompokkan menjadi
5 yaitu :
1. Kekuatan dan keawetan (strength and surability) lapisan perkerasan dipengaruhi
oleh :
a. Gradasi adalah susunan butir agregat sesuai ukurannya. Gradasi agregat
menentukan besarnya rongga atau pori yang mungkin terjadi dalam agregat
campuran. Gradasi dibagi atas 3 jenis, yaitu:
Gradasi rapat/ gradasi menerus (dense graded)
Untuk tipikal campuran ini, semua ukuran material mulai dari ukuran
terkecil, partikel debu (mineral pengisi/filler) sampai agregat terbesar
(diameter maksimum agregat) memperoleh proporsi masing-masing fraksi
dalam campuran total agregat.
Syarat agregat disebut bergradasi baik atau menerus harus memenuhi:
P = 100 (d/D)^0.4
Dengan :
P = persen lolos saringan dalam bukaan d mm
d = ukuran aggregat yang sedang diperhitungkan
D = ukuran maksimum partikel dalam gradasi tersebut
Agregat dengan gradasi ini akan menghasilkan lapisan perkerasan
dengan kepadatan maksimum, stabilitas tinggi, kedap air, dan berat volume
besar.
10
2. Kadar Lempung
Tingginya kadar lempung pada agregat akan membuat ikatan antara
agregat aspal berkurang, karena aspal tidak langsung berikatan dengan agregat
melainkan dengan lempung. Selain itu tipisnya lapisan aspal sebagai dampak dari
luasnya daerah agregat yang harus diselimuti aspal, serta hancurnya lapisan aspal
karena lempung cenderung bersifat menyerap air. Oleh sebab itu, kadar lumpur
yang diberikan sebagai syarat dalam agregat adalah lebih kecil dari 1% terhadap
agregat (Puslitbang, 2003).
3. Daya Tahan Agregat
Daya tahan agregat termasuk ketahanan butiran agregat batuan tersebut
terhadap terjadinya degradasi butiran tatkala memperoleh beban-beban luar
dan/atau benturan maupun tekanan antar butiran. Sehingga agregat yang dipilih
untuk bahan pembentuk lapisan perkerasan harus tahan terhadap degradasi yang
timbul selama proses pencampuran, pemadatan, repetisi beban lalu lintas dan
selama masa pelayanan jalan. Ketahanan agregat diperiksa dengan alat Abrasi
Los Angeles, dimana ketahanan agregat dinyatakan dalam besarnya persentase
agregat yang mengalami abrasi. Perlu diketahui bahwa untuk lapisan perkerasan
nilai abrasi harus <40% dari berat agregat (Puslitbang, 2003).
4. Bentuk dan Tekstur Agregat
a. Bulat (rounded)
Partikel agregat bulat yang berasal dari alam (sungai) umumnya halus karena
telah mengalami pengikisan oleh air. Saling bersentuhan dengan luas bidang
yang lebih kecil sehingga gaya gesek antara agregat menjadi lebih kecil, licin
dan mudah tergelincir.
b. Lonjong (elongated)
Sama halnya dengan point sebelumnya, gaya gesek yang dihasilkan lebih
kecil, tetapi lebih mudah pecah bila dibandingkan dengan agregat yang
bentuknya bulat.
12
c. Kubus (cubical)
Merupakan agregat hasil pengolahan dari mesin pemecah batu dengan
permukaan bidang retak >2 sehingga bidang kontak lebih luas sehingga
kestabilan yang dihasilkan akan tinggi. Bentuk kubus inilah yang paling ideal
digunakan dalam konstruksi perkerasan jalan.
d. Pipih (flaky)
Merupakan hasil produksi dari mesin pemecah batu, dan biasanya agregat ini
memang cenderung pecah dengan bentuk pipih. Agregat pipih, yaitu agregat
yang ketebalannya lebih tipis dari 0,6 kali diameter rata-rata. Agregat
berbentuk pipih mudah pecah pada saat pencampuran, pemadatan ataupun
dalam menahan menahan beban lalu lintas.
e. Tak beraturan (irregular)
Merupakan bentuk partikel yang tidak mengikuti salah satu bentuk partikel
yang disebutkan di atas (Sukirman, 1995)
5. Kemampuan dilapisi aspal dengan baik, dipengaruhi oleh:
a. Kemungkinan basah
b. Jenis agregat
Kemudahan dalam pelaksanaan, yang dipengaruhi oleh jenis, ukuran agregat
serta besarnya kadar aspal dalam campuran (Sukirman, 1995).
(penghamparan dan pemadatan). Oleh karena itu, suhu ideal untuk pencampuran dan
proses pemadatan harus dicapai agar pembangunan fisik konstruksi dilapangan
menghasilkan produk akhir berupa perkerasan jalan yang berkinerja prima
(Wahyudi, 2003).
2.1.4 Jenis Campuran Aspal Panas
2.1.4.1 Lapis aspal beton (Laston)
Laston atau dikenal pula dengan nama AC (Asphalt Concrete) memiliki
tingkat kekakuan yang tinggi, oleh sebab itu penempatannya langsung diatas lapisan
yang fleksibel seperti penetrasi sangatlah tidak cocok. Jenis lapisan bawah, tipe
lalulintas dan temperatur yang tinggi membuat lapisan jenis ini rentan terhadap
kerusakan. Tipe kerusakan umum yang dialami campuran laston adalah retak dan
pelepasan butir.
Sesuai fungsinya Laston mempunyai 3 macam campuran yaitu :
a. Laston sebagai lapisan aus, dikenal dengan nama AC-WC (Asphalt Concrete-
Wearing Course). Tebal nominal minimum AC-WC adalah 4 cm.
b. Laston sebagai lapisan pengikat agregat, dikenal dengan nama AC-BC (Asphalt
Concrete-Binder Course). Tebal minimum AC-BC adalah 5 cm.
c. Laston sebagai lapisan pondasi, dikenal dengan nama AC-base (Asphalt
Concrete-Base). Tebal nominal minimum AC-base adalah 6 cm.
2.1.4.2 Lapisan tipis aspal beton (Lataston)
Lataston adalah beton aspal bergradasi senjang, lataston biasa pula disebut
dengan HRS (Hot Rolled Sheet). Karakteristik beton aspal yang terpenting pada
campuran ini adalah durabilitas dan fleksibilitas. Sesuai fungsinya Lataston
mempunyai 2 macam campuran yaitu :
a. Lataston sebagai lapisan aus, dikenal dengan nama HRS-WC (Hot Rolled Sheet-
Wearing Course). Tebal nominal minimum HRS-WC adalah 3 cm.
b. Lataston sebagai lapisan pondasi, dikenal dengan nama HRS-Base (Hot Rolled
Sheet-Base). Tebal nominal minimum HRS-Base adalah 3,5 cm.
14
ulang ini dilatar belakangi karena semakin menipisnya ketersediaan material agregat
(bahan tambang), yang walaupun ada namun harganya semakin lama semakin
meningkat tinggi dan untuk memperolehnya cenderung merusak lingkungan. Selain
itu, penggunaan material daur ulang ini juga dilatar belakangi karena material yang
tertanam di badan jalan sudah cukup tebal dan tidak perlu dipertebal lagi untuk
sekedar memperbaiki lapisan permukaannya. Prinsip dari proses ini adalah
memanfaatkan material jalan yang ada yang sudah tidak memiliki nilai struktur untuk
diolah dan ditambah bahan additive sehingga dapat dipergunakan kembali dengan
nilai struktural yang lebih tinggi.
Daur ulang dibagi menjadi 2 jenis yaitu :
1. Daur ulang campuran dingin (cold mix recycling)
CTRB (Cement Treated Recycling Base)
CTRSB (Cement Treated Recycling Sub Base)
Cold mix recycling bisa dengan menambah semen dan pengikat aspal emulsi atau
foam bitumen biasa disebut CMRFB (Cold Mix Recycling by Foam Bitumen)
Base.
2. Daur ulang campuran panas (hot mix recycling)
Daur ulang bahan garukan yang dipanaskan kembali di AMP (Ashpalt Mixing
Plant)
3. Daur ulang campuran hangat (Warm Mix)
Gambar 2.2 (a) : limbah Plastik Gambar 2.2 (b) : Cairan Limbah Plastik
B
a b c d
a b c d (2.2)
ov a ov b ov c ov d
dengan :
B = Berat jenis bulk total agregat
a,b,c,d = Persentase masing-masing fraksi agregat
( ov)n = Berat jenis bulk masing-masing fraksi agregat
20
Gmb xPs
VMA 100 (2.5)
Gsb
21
dengan :
VMA = Volume pori diantara agregat dalam campuran
Gsb = Berat jenis bulk agregat
Gmb = Berat jenis bulk campuran padat
Ps = Kandungan agregat, persen terhadap total campuran
2. Rongga pori dalam campuran beraspal (VIM)
Rongga dalam campuran beraspal (VIM) adalah kantung-kantung udara di
antara partikel agregat yang terselimuti aspal. VIM dapat dihitung
menggunakan rumusan berikut :
G mm Gmb
VIM 100( ) (2.6)
Gmm
dengan :
VIM = Volume pori dalam campuran aspal padat
Gmm = Berat jenis maksimum dari campuran aspal yang belum
dipadatkan
Gmb = Berat jenis bulk campuran padat
3. Rongga pori yang terisi aspal (VFB)
100(VMA Va ) (2.7)
VFB
VMA
dengan :
VFB = Volume pori yang terisi aspal, persen dari VMA
VMA = Volume pori diantara mineral agregat, persen dari volume
bulk campuran
Va = Rongga didalam campuran, persen total campuran
22
12.7 mm
12.7 mm 50 mm
20 mm
110 mm
50 mm
130 mm
Gambar 2.4 dimensi plat penumpu uji tegangan tarik tidak langsung
23
2.Pmaks
tarik maks (2.8)
.t.d
dan regangan tarik ( tarik ) yang muncul akibat pembebanan luar dapat dihitung
dengan rumusan :
d
tarik (2.9)
d
i S mix . t (2.10)
24
dimana :
S mix = kekakuan elastis campuran , dalam MPa
t = regangan tarik, mm
3. Pengujian Marshall
Tolak ukur kinerja campuran aspal yang lain adalah sifat-sifat fundamental
campuran aspal yang berupa karakteristik mekanis benda uji padat campuran aspal.
Pada dasarnya sifat-sifat mekanik ini diperoleh dari hasil pengujian laboratorium,
yang menggunkaan peralatan mekanis dan alat-alat ukur yang berakurasi tinggi
(tingkat ketelitian bacaan 0,01)
1. Stabilitas Campuran Aspal
Kekuatan campuran terhadap beban luar merupakan sifat fundamental
campuran aspal yang paling berpengaruh pada nilai stabilitas. ketahanan geser
dalam hal ini sangat tergantung pada kualitas agregat dan aspal. Pemakaian aspal
bermutu tinggi, dapat meningkatkan stabilitas campuran yang berasal dari
konstribusi tegangan kohesi aspal. Kekuatan kohesi ini tergantung kepada luas
permukaan agregat, kadar kelekatan aspal, tingkat kekasaran agregat, maupun
nilai kekentalan aspal. Tegangan kohesif aspal ini meningkat, seiring dengan
bertambahnya luas permukaan agregat yang dilapisi seluruhnya oleh aspal, dan
hal ini juga dapat ditingkatkan lebih lanjut dengan penambahan bahan pengisi
(Mineral Filler).
Modifikasi porporsi agregat kasar menjadi sekitar 60-80% campuran total
agregat bergradasi menerus, dapat memperbaiki kekurangan kinerja campuran
perkerasan. Nilai kandungan rongga pori juga berpengaruh terhadap nilai
stabilitas, terutama sesuai pemadatan. Nilai stabilitas menurun dengan penurunan
kandungan pori udara dibatasi minimum 3% dan maksimum 6% dari total
volume.
25
2. Kelelehan (Flow)
Kelelehan (Flow) suatu campuran aspal sebagai bahan pembentuk lapis
struktur perkerasan jalan, diakibatkan oleh perubahan bentuk plastis atau
deformasi permanen yang terjadi akibat beban lalu lintas sampai pada batas
keruntuhan. Lendutan berulang akibat tekanan roda kendaraan dan relaksasi pada
saat beban tersebut tidak ada lapis perkerasan yang lama kelamaan dapat
menimbulkan kerusakan struktur lapisan perkerasan yang biasanya disebut alur
jejak roda (rutting).
3. Marshall Qoutient
Parameter Marshall Qoutient (MQ) dapat digunakan untuk mengetahui
penurunan dini, apakah suatu campuran aspal terus dipertahankan sebagai
campuran rencana atau perlu direvisi dalam rangka pembuatan rancangan aspal
prima. Perhitungan nilai MQ dapat dilakukan dengan menggunakan rumusan
berikut:
M
P=
N
(2.11)
Dimana :
P = Marshall Qoutient (Kg/mm)
M = Stabilitas (Kg)
N = kelelehan (mm)