You are on page 1of 12

1

A. JUDUL
Simple Logical Framework Analysis (S-LFA) sebagai metode pengambilan
keputusan pada organisasi mahasiswa.

B. LATAR BELAKANG MASALAH

Era globalisasi sekarang membutuhkan sumberdaya manusia yang terampil dan


dapat bekerja sama dalam tim. Sehingga praktis jika kita ingin memenangkan
persaingan dan unggul dalam era sekarang tidak hanya mengandalkan
keterampilan saja. Apalagi jika kita selalu terpaku pada keterampilan otak kiri saja
yaitu keterampilan di bidang ilmu pengetahuan atau akademis. Agar menjadi
menjadi manusia yang utuh dan kapabilitas tinggi dibutuhkan juga keterampilan
otak kanan yang merupakan kemampuan abstrak untuk mengkreasi dan ekspresi.
Selain itu, yang tak kalah pentingnya adalah bagaimana mengembangkan
kemampuan softskill kita, salah satunya yaitu dengan bekerja sama dalam satu tim
dengan banyak orang.

Sejak tingkatan sekolah menengah pertama hingga bangku perkuliahan, kita pasti
mendapati adanya organisasi yang mewadahi pelajar untuk memperoleh dan
mengembangkan hal-hal yang tidak kita dapati pada bangku kelas. Dalam
organisasi tersebut kita belajar bagaimana berinteraksi dan berinteraksi dengan
orang lain. Selain itu kita juga bisa belajar bagaimana merencanakan dan
mengadakan sebuah kegiatan. Dengan pembelajaran langsung, kita memperoleh
banyak pengalaman berharga yang tidak diajarkan di bangku pengajaran.
Walaupun hanya bersifat kegiatan ekstra dan tidak diwajibkan, namun menurut
Psikolog David Mc Clelland berpendapat ”Faktor terkuat yang berkontribusi
terhadap kesuksesan para eksekutif adalah seluruhnya Faktor Soft Skill, satu-
satunya hard skill yang masuk dalam daftarnya yaitu kemampuan berpikir
analitis”. Sehingga memang softskill sesuatu yang tidak bisa kita kesampingkan.

Metode Logical Framework Approach (LFA) dikembangkan pertama kali pada


akhir 1960an. Metode pendekatan ini dikembangkan untuk keperluan US Agency
2

of International Development, badan bantuan milik pemerintah Amerika Serikat


yang memberi bantuan kepada negara-negara berkembang. Dengan metode LFA,
US Agency of International Development dapat menyusun dan mengembangkan
rencana projek bantuan yang akan diberikan beserta sistem evaluasinya (European
Commission, 2004).

Seiring perkembangan jaman, metode LFA telah diterapkan sebagai alat atau
sistem perencana kerja dan bagaimana mengelolanya oleh banyak lembaga donor
baik yang bersifat multilateral maupun bilateral. Sebagai Contoh European
Commission memakai LFA sabagai bagian dalam “Project Cycle Management
System” sejak 1993.

C. PERUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana menyerap intisari dari LFA dan membuatnya lebih simple
(Simple-LFA: SiLFA)?
2. Apakah ada keuntungan dari segi efektifitas progam dan hasil pada
perencanaan progam kerja organisasi mahasiswa menggunakan metode
SiLFA?

D. TUJUAN
Tujuan dari kegiatan PKMP ini adalah
1. Mengetahui secara mendalam intisari dari metode LFA dan
menyederhanakannya menjadi formula SiLFA.
2. Menguji dan menganalisa keuntungan dari segi efektifitas dengan
diterapkannya metode SiLFA pada kegiatan organisasi mahasiswa.

E. LUARAN YANG DIHARAPKAN


Luaran yang diharapkan dari penelitian ini yaitu artikel yang berisi tentang
perumusan ulang yang lebih sederhana metode LFA (Simple-LFA/SiLFA)
sehingga dapat diterapkan dengan mudah oleh organisasi mahasiswa.
3

F. KEGUNAAN
Kegiatan ini dapat memberikan informasi mengenai penyederhanaan metode LFA
dan keuntungan yang didapatkan jika organisasi mahasiswa menggunakannya.

G. TINJAUAN PUSTAKA

1. Apa itu LFA (Logical Framework Analysis)?


LFA (Logical Framework Analysis) dikenal sebagai metode atau prosedur
perencanaan yang sistematis dalam merancang progam atau tindakan yang
berkesinambungan. LFA dikenal sebagai tools perencanaan dengan efektifitas
tinggi. LFA digunakan saat perencanaan masih terlalu abstrak, tujuan akhir yang
masih terlalu luas, tidak ada pertimbangan dari segi prioritas dan belum ada
indikator objektif untuk memonitor serta mengevaluasi apakah program tesebut
sukses atau gagal. Sejak tahun 1960 diperkenalkan dan digunakan oleh USAID
untuk merancang progam bantuan di negara miskin dan berkembang. Namun
sayangnya, pemanfaatannya masih minim untuk perencanaan progam yang
disusun pemerintah Indonesia. Dengan penyederhanaan metode LFA, metode ini
coba diterapkan oleh organisasi mahasiswa di kampus dalam merancang progam
kerjanya. Sehingga pada akhirnya mampu merancang dan menentukan progam
kerja yang efektif dan sesuai kebutuhan.

LFA didesain dengan berdasar pada 3 dasar:


• Perencanaan progam yang masih terlalu abstrak, tanpa kejelasan target
yang ingin dicapai yang dapat digunakan untuk memonitor dan
mengevaluasi. Sehingga dapat ditentukan kesuksesan atau kegagalan
sebuah progam.
• Tanggung jawab pengelolaan atau pelaksaan yang masih belum jelas.
• Seringnya evaluasi dan proses yang saling tumpang tindih tak beraturan,
karena tidak adanya kesepakatan bersama apakah tujuan yang ingin
dicapai dari progam yang telah dilakukan.
4

LFA adalah sebuah proses analisa dan alat yang sering dipakai untuk mendukung
dalam tahap perencanaan maupun pada pengelolaan prosesnya. Metode ini
menyediakan konsep terencana yang mana merupakan bagian dari proses yang
beriterasi hingga menemukan titik optimumnya, yang digunakan sebagai suatu
struktur pembantubdan analisa sestematis dari sebuah projek ataupun sebatas
pewacanaan ide. LFA sering disebut sebagai bantuan untuk berpikir. Dengan
metode ini informasi-informasi yang didapat dapat dianalisa dan diatur dalam
sebuah alur perencanaan, sehingga beberapa pertanyaan mendasar terkait progam
yang direncanakan dapat terjawab, kelemahan-kelemahan di awal telah
teridentifikasi dan pengambilan keputusan dapat membuat keputusan berdasarkan
dari pemahaman komprehensif dari rasionalisasi progam yang diusulkan, target
yang dikehendaki dan nilai pentingnya target tersebut dapat tercapai.

Perlu juga diketahui perbedaan antara LFA dan LFM (Logical Framework
Matrix). LFA lebih pada metode analisa proses yang berisi analisa pihakpihak
yang berkepentingan, analisa masalah, penentuan target dan strategi. Sedangkan
LFM memerlukan analisa lebih lanjut terkait target yang ingin dicapai, bagaimana
cara mencapainya dan analisa resiko yang potensial terjadi.

Logical Framework Matriks (atau lebih dikenal sebagai Logframe) terdiri dari
matriks dengan 4 kolom dan 4 (atau lebih) baris, yang berisi kata kunci atau
ringkasan dari setiap elemen perencanaan progam.

2. Mengapa menggunakan LFA

Metode LFA telah banyak digunakan oleh lembaga-lembaga bantuan kelas dunia.
Seperti USAID (Amerika Serikat), European Commision (Uni Eropa), dan
AUSAID (Australia). LFA adalah alat yang berguna juga dalam perencanaan,
monitoring dan manajemen evaluasi dari pemgembangan sebuah projek. Metode
ini bukan hanya digunakan dalam proses perencanaan dan tidak hanya berakhir
pada tahap ini, tetapi juga digunakan sebagai bantuan berpikir secara spesifik
5

tentang bagaimana mencapai target dan apa yang harus dilakukan untuk
mencapainya.

Metode LFA adalah salah satu alternatif cara untuk menjelaskan sebuah progam
dalam cara yang lebih logis dimana memiliki kelebihan:
• Well designed
• Penjelasan secara objektif
• Dapat dievaluasi
• Struktur alur berpikir jelas. (Bond, 2003)

Metode LFA begitu penting karena kemungkinan besar kita menemui kesulitan
dalam menyusun sebuah progam yang kompleks. Hal yang perlu diingat bahwa
Logframe tidak untuk menunjukkan secara detail terkait objek dan juga batasan
ruang lingkup dari suatu progam atau projek.

3. Aplikasi penggunaan metode LFA

Metode LFA bukanlah suatu yang menawarkan solusi tiba-tiba atau keluar begitu
saja, tetapi jika dipahami dan secara cerdas diaplikasikan, metode ini dapat
menjadi alat analisis dan manajemen yang sangat efektif. Oleh karena itu metode
ini tidak hanya untuk orang-orang yang berpengalaman dan pengambil keputusan
yang profesional, metode ini seringkali juga menjadi aplikasi yang secara efektif
memasukkan input berupa partisipasi stakeholder.

Deskripsi proses Penjelasan Contoh


Goal Hasil akhir dari progam ITS juara umum PIMNAS
yang kita susun, efek 2011
pasca adanya progam
Purpose / tujuan Perubahan yang terjadi ITS mendapat medali emas
jika output progam di ajang PIMNAS
tercapai.
Output Hasil spesific dari Jumlah PKM yang lolos
pelaksanaan progam. lebih dari 1000 karya.
6

Digunakan sebagai
pedoman terhadap apa
yang telah dicapai pada
tahap-tahap sepanjang
pelaksanaan progam.
Aktifitas Tindakan nyata yang Membentuk badan
dibutuhkan untuk pembinaan.
menghasilkan output. Menggencarkan publikasi
tentang PKM.
Pewajiban pembuatan
karya tulis.
Pembentukan kakak
pendamping keilmiahan.
indikator Sesuatu yang menjadi 1. Terkumpul min 1500
acuan menilai baik itu proposal PKM.
secara kualitatif maupun 2. Pihak dosen, profesor
kuantitatif dari dan akademisi
berjalannya progam serta mendukung penuh PKM.
apakah progam yang
direncanakan sudah
mencapai output, tujuan
dan goal yang
diharapkan.
Means of M.O.V berisi informasi 1. Ide karya PKM
verification atau data yang sebelumnya telah terdata.
dibutuhkan untuk 2. Kontribusi profesor dan
keperluan progam dosen pada ide karya
dengan PKM lebih dari 10 %.
mempertimbangkan 3. Kaderisasi keilmiahan
indikator dan sumber telah diberikan sejak dini
daya yang tersedia. pada mahasiswa baru.
Asumsi-asumsi Faktor-faktor eksternal 1. Budaya ilmiah telah
yang seringkali menjalar ke semua
7

berpengaruh pada jurusan di ITS.


pengerjaan progam dan 2. Besarnya perhatian
hal-hal yang harus ada birokrasi pada bidang
sebelum ke level perlombaan keilmiahan.
berikutnya pada LFA. 3. Ide PKM mahasiswa ITS
kompetitif, inovatif dan
mampu bersaing.
Super Goal Hasil jangka panjang Semua fakultas dan
yang bersifat jurusan di ITS bersaing
berkelanjutan dari dalam hal prestasi
pencapaian goal sebuah keilmiahan.
progam yang kita Nama ITS semakin
rencanakan. terdepan dalam bidang
keilmiahan.
Input Material, peralatan, Mahasiswa yang antusais
finansial/dana dan keilmiahan, dosen
sumberdaya manusia pendampingan, dana awal
yang dibutuhkan agar operasional.
aktifitas progam bisa
berjalan.
Tabel 1. Istilah-istilah dalam LFA

Satu produk standar analisa penting dari metode LFA adalah Logical Framework
Matrix (LFM). LFM adalah sebuah matrik yang terdiri dari empat kolom dan
beberapa baris yang berisi ringkasan aspek dari perencanaan kegiatan. Hal-hal
penting dalam LFM adalah:
• Kegiatan apa yang akan dilakukan dan apa yang akan didapatkan dengan
direncanakannya (Deskripsi kegiatan).
• Hirarki atau prioritas kegiatan mana dulu yang harus dikerjakan dan
perencanaan hasil yang akan dicapai (juga bagian dari Deskripsi
Kegiatan).
8

• Bagaimana mengukur tingkat keberhasilan pencapaian kegiatan yang


direncanakan, bagaimana memonitornya dan mengevaluasinya (indikator
dan Means of Verification).(AusAid, 2005)

H. METODE PELAKSANAAN

Rancangan Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan studi literatur yang merangkum dan
mengambil poin inti dari beberapa pedoman LFA. Diantaranya menggunakan
panduan dari European Commission (uni eropa), AusAid (lembaga donor
Australia), dan UsAid (lembaga donor Amerika Serikat).

1.a Studi Literatur


Study literatur berisi serangkaian kegiatan pencarian dan pengkajian sumber-
sumber yang relevan dan terpercaya dalam pengumpulan materi dan menjadi
pakem atau acuan dalam penulisan PKM ini. Literatur yang kami pakai kami
titikberatkan pada buku-buku panduan dan jurnal ilmiah tentang metode LFA,
pengembangan, aplikasi dan lain sebagainya. Kami menggunakan belasan literatur
berbeda agar dapat menghasilkan informasi yang lengkap, terarah dan terpercaya
dalam menulis serta memeberikan variasi dalam pengembangan informasi dalam
PKM ini.

1.b Perumusan Ringkasan Metode LFA yang Sederhana dan Mudah


Dipahami.
Identifikasi keuntungan dan kefektifan metode ini telah lama dikenal oleh
lembaga internasional. Metode ini memberi kita alur berpikir yang sistematis dan
terencana tentang perencanaan sebuah progam. Metode ini juga bukan tidak
mungkin diterapkan dalam organisasi kemahasiswaan yang setiap kepengurusan
awal selalu merencanakan agenda kegiatan setahun kepengurusannya. Dengan
metode ini, diharapkan pemilihan kegiatan lebih terncana dan melibatkan banyak
aspek.

3. Studi Kasus dan Aplikasi Dilapangan.


9

Setelah perumusan ulang ini selesai, akan kami coba publikasikan artikel ini
sehingga penggunaannya lebih meluas, khususnya sebagai percontohan adalah
organisasi di Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

I. JADWAL KEGIATAN
1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Program

Tahap minggu pertama, kedua, ketiga dan keempat pada bulan I dilakukan
pencarian dari literatur maupun pedoman metode LFA, pencarian didapat dari
internet dan kunjungan langsung ke Konsulat Jenderal atau perwakilan negara
yang disana terdapat lembaga donor yang kami tuju. Bulan I digunakan sebagai
masa pengajuan proposal ijin studi dan kunjungan ke Konsulat Jenderal dan
dinas-dinas terkait. Bulan II dan III adalah tindak lanjut dari proposal berupa
kunjungan langsung agar mendapat data yang lebih primer dan terbaru. Setelah itu
di minggu kedua bulan III hingga minggu keempat bulan IV dilakukan
pendalaman literatur dengan konsultasi kepada dosen yang memiliki lembaga
yang juga menggunakan metode LFA.

Kemudian di minggu keempat bulan IV hingga minggu kedua bulan V melakukan


studi aplikasi penerapan pada organisasi mahasiswa ditingkat jurusan melalui
sosialisai dan pendampingan menyusun progam kerja menggunakan metode
SiLFA. Minggu ke ketiga hingga minggu keempat bulan V adalah uji coba
kegiatan pertama yang diinisiasi menggunakan metode SiLFA.
10

No. Kegiatan Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4 Bulan 5


1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Pencarian
Literatur
dan
Perijinan
Kunjungan
2. Pelaksanaan
Kunjungan
dan
Pencarian
bahan
pendukung
3. Pendalaman
Literatur
4. Study
Aplikasi
Penerapan
5. Uji Coba
Kegiatan
Pertama
7. Penyusunan
Laporan
dan Poster
Tabel 2. Jadwal pelaksanaan program

Adapun pelaksanaan pengujian secara keseluruhan dilakukan di lingkungan


Himpunan Mahasiswa Jurusan Teknik Kelautan dan BEM ITS dengan dibantu
beberapa pengurus organisasi mahasiswa tersebut.

J. RANCANGAN BIAYA
11

No Keterangan Jumlah (Rp) Total


Bahan Habis :

1. Pembuatan proposal perijinan @Rp 200.000,00 x Rp 600.000,00


kunjungan ke Kedutaan Besar tiga tujuan
dua negara dan satu Kantor
Perwakilan Uni Eropa
2. Pembuatan proposal perijinan Rp 150.000 Rp 150.000,00
untuk perusahaan milik dosen
yang telah menerapkan metode
serupa.
3. Biaya pengiriman proposal @Rp 30.000,00 x Rp 120.000,00
empat tujuan
Sub Total Rp 870.000,00

Peralatan Penunjang :
Pembelian tiga jurnal resmi @Rp 250.000,00 x Rp 750.000,00
tiga jurnal
Sub Total Rp 750.000,00

Perjalanan :
1. Transportasi Pulang Pergi @Rp 900.000,00 x
Surabaya-Jakarta untuk empat empat orang Rp 3.600.000,00
orang. @Rp 500.000,00 x
2. Biaya Penginapan dan empat orang x dua Rp 4.000.000,00
akomodasi dua hari hari

Sub Total Rp 7.600.000,00


.
ATK :
Kertas A4 2 rim Rp 60.000,00 Rp 60.000,00
1. Tinta Rp 70.000,00 Rp 70.000,00
2. Alat Tulis Rp 20.000,00 Rp 20.000,00
12

3. Penggandaan Laporan Rp 400.000,00 Rp 400.000,00


4. Pembuatan Poster Laporan Rp 40.000,00 Rp 40.000,00
5. Sub Total Rp 580.000,00
Total Rp 9.800.000,00

You might also like