You are on page 1of 19

VII.

OBLIGASI
A. Pendahuluan
Jika kita membaca surat kabar bisnis, hampir pasti kita akan menemukan berita
dan tabel mengenai obligasi.
Setiap hari di harian bisnis Indonesia, misalnya, kita bisa membaca tabel
obligasi yang diperdagangkan di bursa efek (Jakarta atau Surabaya) lengkap
dengan harga penutupan, jatuh tempo, kupon atau bunga, dan peringkat
(rating).
Setiap hari juga kita menemukan begitu banyak judul berita mengenai obligasi
seperti:
“Pemerintah jual obligasi Rp.1,7 trilyun”
“Tahun depan liquiditas pasar obligasi tetap tinggi”
“Obligasi belum dapat geser kredit bank”
Memahami konsep dan perhitungan mengenai obligasi sangat penting
mengingat obligasi, selain saham, dewasa ini adalah alternative investasi yang
utama untuk para investor sekaligus alternatif pembiayaan yang penting jika
dilihat dari pihak emiten.
Ketika sebuah perusahaan memerlukan sejumlah uang yang cukup besar untuk
jangka panjang seperti untuk pembangunan gedung baru, pembelian mesin
baru, perluasan pabrik, dan lainnya, perusahaan dahulu hanya mempunyai
pilihan meminjam uang dari bank.
Uang yang diberikan bankpun sebagian besar bukan miliknya, tetapi milik para
penabung dan deposan.
Jadi sebenarnya bank lebih berperan sebagai perantara keuangan (financial
intermediary) yang memungkinkan pihak yang kekurangan uang (cash deficit)
dapat menggunakan dana pihak yang kelebihan uang (cash surplus).

2
Pembiayaan dengan cara ini disebut pembiayaan tidak langsung (indirect
financing).
Tabungan/
deposito
Pinjaman
Perantara Kas Surplus
Kas defisit
keuangan
14% 7%

Dari skema di atas, untuk jasanya sebagai perantara keuangan,


bank mendapatkan spread atau net interest margin sebesar 7%
(14% - 7%). Selama pembiayaan ini tidak bisa dilakukan langsung
oleh mereka yang membutuhkan kas dan mereka yang memiliki
kas, pinjaman bank menjadi satu-satunya pilihan seperti keadaan
Indonesia sekitar 30 tahun lalu.
3
Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin efisien dengan
semakin banyak pilihan, peminjam berusaha untuk meminimumkan
biaya bunga yang dibayarkan. Mereka yang memiliki uangpun
berusaha untuk mendapatkan bunga yang lebih tinggi.
Kedua keinginan ini dapat dipenuhi pada saat yang sama jika
peranan bank sebagai perantara keuangan dihilangkan, sehingga
pihak yang kelebihan uang dapat berhubungan langsung dengan
pihak yang kekurangan uang.

Dana
Kas Surplus
Kas defisit

Obligasi
berbunga 10%
4
Sebagai bukti utang, peminjam mengeluarkan surat utang yang
disebut obligasi untuk diberikan kepada pemberi pinjaman atau
investor.
Pembiayaan tanpa melalui perantara seperti ini disebut
pembiayaan langsung (direct financing).
Keunggulan utama pembiayaan langsung ini adalah kedua pihak
diuntungkan dengan bunga obligasi (dalam skema diatas sebesar
(10%). Peminjam lebih suka membayar 10% dari pada 14% dan
investor lebih suka menerima 10% dari pada 7%.

5
Berdasarkan pemahaman ini, maka Obligasi didefinisikan sebagai
surat utang jangka panjang yang dikeluarkan peminjam (emiten)
kepada pemberi pinjaman (investor).
Emiten dapat berupa sebuah perusahaan/korporat, pemerintah
setempat atau pemerintah asing.
Khusus untuk obligasi dalam rupiah yang dikeluarkan pemerintah
RI disebut Surat utang Negara (SUN).
Investor obligasi umumnya adalah investor pendapatan tetap
seperti perusahaan asuransi, dana pensiun dan perusahaan lain atau
investor pribadi/individu.

6
Ada 2 macam obligasi:
a. Obligasi berbunga
b. Obligasi tak berbunga.

B. Obligasi Berbunga (Coupon Bond)


Obligasi berbunga memuat:
1. Nilai nominal, yaitu besarnya utang yang akan dilunasi pada saat
jatuh tempo.
2. Tanggal jatuh tempo, yaitu tanggal pelunasan utang obligasi
3. Tingkat bunga obligasi atau kupon yang biasanya dinyatakan per
tahun (p.a.)

7
4. Tanggal pembayaran bunga yang menjelaskan apakah bunga
obligasi dibayarkan setahun sekali atau setahun dua kali

Daya tarik lain obligasi sebagai surat utang adalah sifatnya yang
cukup likuid yaitu dapat diperjual belikan di bursa efek setiap
harinya.
Investor obligasi mengharapkan mendapatkan imbal hasil (return)
atas investasinya dalam obligasi. Imbal hasil ini sering disebut
yield.
Harga obligasi yang diperdagangkan biasanya dinyatakan dengan
angka persentase (tanpa %).

8
Jika harga penutupan sebuah obligasi adalah 105 bermakna
obligasi itu diperdagangkan pada 105% dari harga nominal.
Sebagai ilustrasi, misalkan sebuah obligasi Rp.1 milyar yang jatuh
tempo 5 tahun lagi membayar bunga 10% p.a. dan bunga dibayar
setiap 6 bulan . Berapa yield yang diperoleh investor
tergantung pada harga pembelian yang dibayarkan investor.
Jika investor membayar Rp. 1 milyar, maka dia menerima sebesar
5% Rp.1 milyar = Rp.50.000.000 / 6 bulan,
sehingga yield tepat

9
Jika jumlah yang dibayar investor lebih besar dari Rp.1 milyar
maka yield kurang dari 10% karena bunga obligasi tetap
Rp.50.000.000 / 6 bulan.
Sebaliknya jika jumlah yang dibayar investor kurang dari Rp.1
milyar, maka yield menjadi lebih besar dari 10% p.a.

Notasi-notasi yang akan digunakan:


F = Nilai nominal atau nilai pari obligasi
c = tingkat bunga (kupon) obligasi per periode
C = pembayaran bunga per periode
i = yield per periode

10
n = jumlah periode
P = harga wajar obligasi
Rumus untuk harga wajar obligasi adalah sbb.:

Dengan kata lain, harga wajar obligasi adalah jumlah nilai sekarang
(present value) dari anuitas bunga yang dibayarkan dan nilai
sekarang dari nilai nominalnya.
Dalam pembahasan ini diasumsikan bahwa periode perhitungan
yield adalah sama dengan periode pembayaran bunga
11
Contoh 1: Sebuah obligasi bernilai nominal Rp.100 juta dengan
bunga jatuh tempo dalam 10 tahun. Tentukan harga
wajar obligasi jika investor mengharapkan yield:
a. 14% p.a
b. 10% p.a
Jawab:
%
a. Diketahui: F = 100.000.000,

12
, . .
, ,

%
b. ?

Persamaan lain yang juga dapat digunakan untuk menghitung harga


wajar adalah:

13
C. Obligasi Dapat Ditebus (Callable Bond)
Pada umumnya, obligasi akan dilunasi pada saat jatuh tempo.
Namun ada juga yang dapat ditebus oleh emiten sebelum jatuh
tempo. Obligasi yang dapat ditebus sebelum jatuh tempo disebut
sebagai callable bond.
Hak penebusan sebelum jatuh tempo ini akan digunakan oleh
emiten jika menguntungkan, misalnya dalam keadaan tingkat
bunga pasar sudah turun dan lebih rendah dari tingkat bunga
obligasi.

14
Sebaliknya hak penebusan tidak akan digunakan jika tingkat bunga
pasar lebih tinggi dari tingkat bunga obligasi. Karena itu, callable
bond menguntungkan emiten dan merugikan investor.
Callable bond menimbulkan masalah dalam perhitungan harga
wajar karena jangka waktu obligasi hingga dilunasi menjadi tidak
pasti. Dengan adanya hak tebus ini, emiten yang menentukan kapan
obligasinya dilunasi. Oleh karenanya, investor harus menghitung
harga obligasi yang menjamin yield yang diinginkan dapat tercapai
dengan atau tanpa digunakannya hak penebusan oleh emiten.

15
Contoh: Obligasi PT. B dengan nilai nominal Rp. 10 milyar
berjangka waktu 20 tahun dengan kupon tetapi dapat
ditebus pada nilai pari setelah 15 tahun. Hitunglah harga pembelian
yang menjamin investor mendapatkan yield minimum

Jawab:
F=10 milyar, n = 20 tahun = 40 semester,
15 tahun = 30 semester
c = 11% p.a = 5,5% per semester
C = 5,5% 10 milyar = Rp. 550.000.000
i = 13% p.a. = 6,5% per semester
16
Jika obligasi ditebus setelah 15 tahun, maka harga wajar:

Jika obligasi dilunasi saat jatuh tempo setelah 20 tahun, maka harga
wajar:

17
Harga pembelian yang menjamin yield adalah yang
lebih rendah antara dua harga di atas, yaitu
Dengan membayar sebesar ini dan obligasi dilunasi pada saat jatuh
tempo, yield investor akan tepat Jika ternyata obligasi
ditebus setelah 15 tahun, yield yang diterima investor lebih besar
dari
Jika investor membayar maka dia akan
memperoleh yield hanya jika obligasi ditebus setelah 15

18
tahun. Jika obligasi dilunasi pada saat jatuh tempo, yield akan lebih
rendah dari

19

You might also like