You are on page 1of 4

ALIRAN FILSAFAT MASA MODERN

Rasionalisme atau gerakan rasionalis adalah doktrin filsafat yang menyatakan bahwa kebenaran
haruslah ditentukan melalui pembuktian, logika, dan analisis yang berdasarkan fakta, daripada melalui
iman, dogma, atau ajaran agama. Rasionalisme mempunyai kemiripan dari segi ideologi dan tujuan
dengan humanisme dan atheisme, dalam hal bahwa mereka bertujuan untuk menyediakan sebuah
wahana bagi diskursus sosial dan filsafat di luar kepercayaan keagamaan atau takhayul. Meskipun
begitu, ada perbedaan dengan kedua bentuk tersebut:

 Humanisme dipusatkan pada masyarakat manusia dan keberhasilannya. Rasionalisme tidak


mengklaim bahwa manusia lebih penting daripada hewan atau elemen alamiah lainnya. Ada
rasionalis-rasionalis yang dengan tegas menentang filosofi humanisme yang antroposentrik.

 Atheisme adalah suatu keadaan tanpa kepercayaan akan adanya Tuhan atau dewa-dewa;
rasionalisme tidak menyatakan pernyataan apapun mengenai adanya dewa-dewi meski ia
menolak kepercayaan apapun yang hanya berdasarkan iman. Meski ada pengaruh atheisme
yang kuat dalam rasionalisme modern, tidak seluruh rasionalis adalah atheis.

Empirisme adalah suatu aliran dalam filsafat yang menyatakan bahwa semua pengetahuan berasal dari
pengalaman manusia. Empirisme menolak anggapan bahwa manusia telah membawa fitrah
pengetahuan dalam dirinya ketika dilahirkan. Empirisme lahir di Inggris dengan tiga eksponennya adalah
David Hume, George Berkeley dan John Locke.

Filsafat Immanuel kant yakni kritisisme adalah penggabungan antara aliran filsafat sebelumnya yakni
Rasionalisme yang dipelopori oleh Rene Descartes dan empirisme yang dipelopori oleh David Hume.
Kant mempunyai tiga karya yang sangat penting yakni kritik atas rasio murni, kritik atas rasio praktis,
kritik atas pertimbangan. Beliau menjembatani pandangan rsionalisme dengan empirisme melalui
kritisisme ini

Secara harafiah kata kritik berarti “pemisahan”. Filsafat Kant bermaksud membeda-bedakan antara
pengenalan yang murni dan yang tidak murni, yang tiada kepastiannya. Ia ingin membersihkan
pengenalan dari keterikatannya kepada segala penampakan yang bersifat sementara. Jadi filsafatnya
dimaksud sebagai penyadaran atas kemampuan-kemampuan rasio secara objektif dan menentukan
batas-batas kemempuannya untuk memberi tempat kepada keyakinan.

Idealisme adalah suatu ajaran/faham atau aliran yang menganggap bahwa realitas ini terdiri atas roh-
roh (sukma) atau jiwa. ide-ide dan pikiran atau yang sejenis dengan itu.

Perkembangan Idealisme.
Aliran ini merupakan aliran yang sangat penting dalam perkembangan sejarah pikiran manusia. Mula-
mula dalam filsafat Barat kita temui dalam bentuk ajaran yang murni dari Plato. Yang menyatakan
bahwa alam, cita-cita itu adalah yang merupakan kenyataan sebenarnya. Adapun alam nyata yang
menempati ruang ini hanyalah berupa bayangan saja dari alam idea itu.
Aristoteles memberikan sifat kerohanian dengan ajarannya yang menggambarkan alam ide sebagai
sesuatu tenaga (entelechie) yang berada dalam benda-benda dan menjalankan pengaruhnya dari benda
itu. Sebenarnya dapat dikatakan sepanjang masa tidak pernah faham idealisme hilang sarna sekali. Di
masa abad pertengahan malahan satu-satunya pendapat yang disepakati oleh semua ahli pikir adalah
dasar idealisme ini.
Pada jaman Aufklarung ulama-ulama filsafat yang mengakui aliran serba dua seperti Descartes dan
Spinoza yang mengenal dua pokok yang bersifat kerohanian dan kebendaan maupun keduanya
mengakui bahwa unsur kerohanian lebih penting daripada kebendaan. Selain itu, segenap kaum agama
sekaligus dapat digolongkan kepada penganut Idealisme yang paling setia sepanjang masa, walaupun
mereka tidak memiliki dalil-dalil filsafat yang mendalam. Puncak jaman Idealiasme pada masa abad ke-
18 dan 19 ketika periode Idealisme. Jerman sedang besar sekali pengaruhnya di Eropah.

Materialisme merupakan faham atau aliran yang menganggap bahwa dunia ini tidak ada selain materi
atau nature (alam) dan dunia fisik adalah satu.
Perkembangan Materialisme.
Pada abad pertama masehi faham Materialisme tidak mendapat tanggapan yang serius, bahkan pada
abad pertengahan, orang menganggap asing terhadap faham Materialisme ini. Baru pada jaman
Aufklarung (pencerahan), Materialisme mendapat tanggapan dan penganut yang penting di Eropah
Barat.

Pada abad ke-19 pertengahan, aliran Materialisme tumbuh subur di Barat. Faktir yang menyebabkannya
adalah bahwa orang merasa dengan faham Materialisme mempunyai harapan-harapan yang besar atas
hasil-hasil ilmu pengetahuan alam. Selain itu, faham Materialisme ini praktis tidak memerlukan dalildalil
yang muluk-muluk dan abstrak, juga teorinya jelas berpegang pada kenyataankenyataan yang jelas dan
mudah dimengerti.

Positivisme

Positivisme adalah suatu aliran filsafat yang menyatakan ilmu alam sebagai satu-satunya sumber
pengetahuan yang benar dan menolak aktifitas yang berkenaan dengan metafisik. Tidak mengenal
adanya spekulasi, semua didasarkan pada data empiris.

Sesungguhnya aliran ini menolak adanya spekulasi teoritis sebagai suatu sarana untuk memperoleh
pengetahuan (seperti yang diusung oleh kaum idealisme khususnya idealisme Jerman Klasik).

Positivisme merupakan empirisme, yang dalam segi-segi tertentu sampai kepada kesimpulan logis
ekstrim karena pengetahuan apa saja merupakan pengetahuan empiris dalam satu atau lain bentuk,
maka tidak ada spekulasi dapat menjadi pengetahuan. Terdapat tiga tahap dalam perkembangan
positivisme, yaitu:

1. Tempat utama dalam positivisme pertama diberikan pada Sosiologi, walaupun perhatiannya juga
diberikan pada teori pengetahuan yang diungkapkan oleh Comte dan tentang Logika yang dikemukakan
oleh Mill. Tokoh-tokohnya Auguste Comte, E. Littre, P. Laffitte, JS. Mill dan Spencer.

2. Munculnya tahap kedua dalam positivisme – empirio-positivisme – berawal pada tahun 1870-1890-an
dan berpautan dengan Mach dan Avenarius. Keduanya meninggalkan pengetahuan formal tentang
obyek-obyek nyata obyektif, yang merupakan suatu ciri positivisme awal. Dalam Machisme, masalah-
masalah pengenalan ditafsirkan dari sudut pandang psikologisme ekstrim, yang bergabung dengan
subyektivisme.
3. Perkembangan positivisme tahap terakhir berkaitan dengan lingkaran Wina dengan tokoh-tokohnya
O.Neurath, Carnap, Schlick, Frank, dan lain-lain. Serta kelompok yang turut berpengaruh pada
perkembangan tahap ketiga ini adalah Masyarakat Filsafat Ilmiah Berlin. Kedua kelompok ini
menggabungkan sejumlah aliran seperti atomisme logis, positivisme logis, serta semantika. Pokok
bahasan positivisme tahap ketiga ini diantaranya tentang bahasa, logika simbolis, struktur penyelidikan
ilmiah dan lain-lain.

Dalam bidang ilmu sosiologi, antropologi, dan bidang ilmu sosial lainnya, istilah positivisme sangat
berkaitan erat dengan istilah naturalisme dan dapat dirunut asalnya ke pemikiran Auguste Comte pada
abad ke-19. Comte berpendapat, positivisme adalah cara pandang dalam memahami dunia dengan
berdasarkan sains. Penganut paham positivisme meyakini bahwa hanya ada sedikit perbedaan (jika ada)
antara ilmu sosial dan ilmu alam, karena masyarakat dan kehidupan sosial berjalan berdasarkan aturan-
aturan, demikian juga alam.

Idealisme voluntarisme dikembangkan oleh Fouilee dalam suatu sistim yang melibatkan tenaga
pemikiran.Voluntarisme adalah teori bahwa yang baik ialah berupa perasaan puas karena keinginan
terpenuhi dan yang tidak baik adalah berupa perasaan frustasi, kecewa karena keinginan tidak
terpenuhi.Tkohnya De Witt H Parker : Keinginan adalah satu-satunya dasar nilai :nilai sendiri tidak ada
sebelum keinginan terpenuhi.

Fenomenologi adalah sebuah studi dalam bidang filsafat yang mempelajari manusia sebagai sebuah
fenomena. Ilmu fenomonologi dalam filsafat biasa dihubungkan dengan ilmu hermeneutik, yaitu ilmu
yang mempelajari arti daripada fenomena ini.

Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Johann Heinrich Lambert (1728 - 1777), seorang filsuf Jerman.
Dalam bukunya Neues Organon (1764). ditulisnya tentang ilmu yang tak nyata.

Dalam pendekatan sastra, fenomenologi memanfaatkan pengalaman intuitif atas fenomena, sesuatu
yang hadir dalam refleksi fenomenologis, sebagai titik awal dan usaha untuk mendapatkan fitur-hakekat
dari pengalaman dan hakekat dari apa yang kita alami. G.W.F. Hegel dan Edmund Husserl adalah dua
tokoh penting dalam pengembangan pendekatan filosofis ini.

Eksistensialisme adalah aliran filsafat yg pahamnya berpusat pada manusia individu yang bertanggung
jawab atas kemauannya yang bebas tanpa memikirkan secara mendalam mana yang benar dan mana
yang tidak benar. Sebenarnya bukannya tidak mengetahui mana yang benar dan mana yang tidak benar,
tetapi seorang eksistensialis sadar bahwa kebenaran bersifat relatif, dan karenanya masing-masing
individu bebas menentukan sesuatu yang menurutnya benar.

Eksistensialisme adalah salah satu aliran besar dalam filsafat, khususnya tradisi filsafat Barat.
Eksistensialisme mempersoalkan keber-Ada-an manusia, dan keber-Ada-an itu dihadirkan lewat
kebebasan. Pertanyaan utama yang berhubungan dengan eksistensialisme adalah melulu soal
kebebasan. Apakah kebebasan itu? bagaimanakah manusia yang bebas itu? dan sesuai dengan doktrin
utamanya yaitu kebebasan, eksistensialisme menolak mentah-mentah bentuk determinasi terhadap
kebebasan kecuali kebebasan itu sendiri.

Dalam studi sekolahan filsafat eksistensialisme paling dikenal hadir lewat Jean-Paul Sartre, yang terkenal
dengan diktumnya "human is condemned to be free", manusia dikutuk untuk bebas, maka dengan
kebebasannya itulah kemudian manusia bertindak. Pertanyaan yang paling sering muncul sebagai
derivasi kebebasan eksistensialis adalah, sejauh mana kebebasan tersebut bebas? atau "dalam istilah
orde baru", apakah eksistensialisme mengenal "kebebasan yang bertanggung jawab"? Bagi
eksistensialis, ketika kebebasan adalah satu-satunya universalitas manusia, maka batasan dari
kebebasan dari setiap individu adalah kebebasan individu lain.

Namun, menjadi eksistensialis, bukan melulu harus menjadi seorang yang lain-daripada-yang-lain, sadar
bahwa keberadaan dunia merupakan sesuatu yang berada diluar kendali manusia, tetapi bukan
membuat sesuatu yang unik ataupun yang baru yang menjadi esensi dari eksistensialisme. Membuat
sebuah pilihan atas dasar keinginan sendiri, dan sadar akan tanggung jawabnya dimasa depan adalah
inti dari eksistensialisme. Sebagai contoh, mau tidak mau kita akan terjun ke berbagai profesi seperti
dokter, desainer, insinyur, pebisnis dan sebagainya, tetapi yang dipersoalkan oleh eksistensialisme
adalah, apakah kita menjadi dokter atas keinginan orang tua, atau keinginan sendiri.

Strukturlism dalam bahasa Inggris dari latin Struere dengan arti membangun. Struktura berarti bentuk
bangunan. Jadi strukturalisme merupakan aliran yang lebih mementingkan sebuah sistem yang menjadi
latar belakang adanya Linguistik Sausure Prancis. Yang menjadi ajaran pokoknya adalah masyarakat dan
kebudayaan memiliki suatu struktur yang sama dan tetap. F. Sausure yang mendominasi munculnya
strukturalisme dengan beberapa penemuan-penemuan (pengkajian) diantaranya mengenai Sigbifiant
(penanda) dan segnifie (yang ditandakan), Langue (bahasa milik bersama) dan Parol (bahasa individual),
serta sinkroni (peninjauan ahistoris) dan diakroni (peninjauan historis).

Strukturalisme merupakan suatu gerakan pemikiran filsafat yang mempunyai pokok pikiran bahwa
semua masyarakat dan kebudayaan mempunyai suatu struktur yang sama dan tetap.

Istilah Pragmatisme berasal dari bahasa Yunani “ Pragma” yang berarti perbuatan ( action) atau tindakan
(practice). Isme sendiri berarti ajaran atau paham. Dengan demikian Pragmatisme itu berarti ajaran yang
menekankan bahwa pemikran itu menuruti tindakan. Pragmatisme telah membawa perubahan yang
besar tehadap budaya Amerika dari lewat abad ke 19 hingga kini. Fasafah ini telah dipengaruhi oleh
Charles Darwin dengan teori evolusinya dan Albert Estein dengan teori relativitasnya. Falsafah ini
cenderung kepada falsafah Epistemologi (cabang dari filsafat yang menyelidiki sumber-sumber serta
kebenaran pengetahuan) dan aksiologi (penyelidikan terhadap nilai atau martabat dan tindakan
manusia) dan sedikit perhatian terhadap metafisik.
Pada awal perkembangannya, Pragmatisme lebih merupakan suatu usaha-usaha untuk menyatukan
ilmu pengatahuan dan filsafat agar filsafat menjadi ilmiah dan berguna bagi kehidupan praktis manusia.

Dikatakan bahwa subjek manusia tidak memiliki kesadaran yang utuh, tetapi distruktur oleh bahasa.
Poststrukturalisme melibatkan kritik metafisika, konsep kausalitas, identitas, subjek, dan kebenaran.
Poststrukturalisme memiliki lebih banyak kontinuitas dengan strukturalisme daripada dengan
fenomenologi dan strukturalisme. Tetapi terdapat sejumlah kejutan dan kontradiksi di antara keduanya.
Para pemikir poststrukturalis utama seperti: Lacan, Derrida, dan Foucault. Mereka memiliki posisi filsafat
khas yang bertentangan dengan konsep struktur, tetapi juga secara cukup radikal anti-keilmuan. Mereka
mempersoalkan status ilmu itu sendiri, serta kemungkinan objektivitas bahasa deskripsi atau analisis.
Mereka menolak asumsi implisit model linguistik Saussurean, yang merupakan landasan strukturalisme.

You might also like