Professional Documents
Culture Documents
Merencanakan pelabuhan laut baru, lokasi pelabuhan sesuai dengan peta tugas
yaitu: Pelabuhan Laut KALONGAN yang terletak di Pantai Barat Salebabu.
Pembangunan pelabuhan memerlukan biaya yang sangat besar. Karena itu
diperlukan perhitungan dan pertimbangan yang masak untuk memutuskan
pembangunan suatu pelabuhan.
Keputusan pembangunan suatu pelabuhan biasanya didasarkan pada
pertimbangan:
G| Pertimbangan ekonomi.
G| Pertimbangan politik.
G| Pertimbangan teknis.
Ketiga dasar itu saling berkaitan, tetapi yang paling menentukan adalah
Pertimbangan ekonomi.
Pembangunan pelabuhan secara ekonomis harus layak, artinya: penghasilan yang
diperoleh pelabuhan harus bisa menutup biaya investasi dan operasional, maupun
biaya pemeliharaan pelabuhan untuk jangka waktu tertentu; serta untuk mendapatkan
keuntungan.
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan di dalam pembangunan suatu pelabuhan
adalah:
G| Kebutuhan akan pelabuhan dan pertimbangan ekonomi.
G| Ñolume perdagangan melalui laut.
G| Adanya hubungan dengan daerah pedalaman baik melalui darat maupun
air.
Kebutuhan akan pelabuhan timbul untuk memenuhi beberapa hal berikut:
a.| Pembangunan pelabuhan yang didasarkan pada pertimbangan politik.
Sebagai contoh adalah pelabuhan militer yang diperlukan untuk
mendukung keamanan suatu negara. Pelabuhan sebagai pangkalan militer
angkatan laut, misalnya pelabuhan Ujung di Surabaya.
Demikian juga dengan pelabuhan perintis yang dibangun untuk membuka
hubungan ekonomi dan sosial daerah yang terpencil.
b.| Pembangunan suatu pelabuhan diperlukan untuk melayani atau
meningkatkan kegiatan ekonomi daerah di belakangnya dan untuk
menunjang kelancaran perdagangan antar pulau maupun negara (eksport
dan import). Pelabuhan ini banyak mendukung perkembangan kota di
dekatnya dan daerah belakang.
Tugas Perencanaan Pelabuhan |á
David Tindas ± 03 0211 5 147
1
Bambang Triatmodjo. 1996. Y Yogyakarta: Beta Offset. Hal 25-27.
Tugas Perencanaan Pelabuhan |@
David Tindas ± 03 0211 5 147
| Y
Y
Pemilihan lokasi untuk membangun pelabuhan meliputi daerah pantai dan
daratan.
Pemilihan lokasi tergantung pada beberapa faktor seperti:
G| Kondisi tanah dan geologi.
Keadaan topografi daratan dan bawah laut harus memungkinkan
untuk membangun suatu pelabuhan dan kemungkinan untuk
pengembangan di masa mendatang.
Daerah daratan harus cukup luas untuk membangun suatu fasilitas
seperti dermaga, jalan, gudang dan juga daerah industri. Apabila
daerah daratan sempit maka pantai harus cukup luas dan dangkal
untuk memungkinkan perluasan daratan dengan melakukan
penimbunan/reklamasi pantai tersebut.
Daerah yang digunakan untuk perairan pelabuhan harus
mempunyai kedalaman yang cukup sehingga kapal-kapal bisa
masuk ke pelabuhan.
Kondisi geologi juga perlu diteliti mengenai sulit tidaknya
melakukan pengerukan daerah perairan dan kemunkinan
menggunakan hasil pengerukan tersebut untuk menimbun tempat
lain.
G| Kedalaman dan luas daerah perairan.
Tinjauan daerah perairan menyangkut luas perairan yang
diperlukan untuk alur pelayaran, kolam putar (turning basin),
penambatan dan tempat berlabuh, dan kemungkinan
pengembangan pelabuhan di masa mendatang.
G| Perlindungan pelabuhan terhadap gelombang, arus dan
sedimentasi.
G| Daerah daratan yang cukup luas untuk menampung barang yang
akan dibongkar muat.
G| alan-jalan untuk transportasi.
G| Daerah industri yang ada di belakangnya.
Tetapi biasanya faktor-faktor tersebut tidak bisa semuanya terpenuhi,
sehingga diperlukan suatu kompromi untuk mendapatkan hasil optimal. Selain
faktor di atas penentuan lokasi pelabuhan juga dipengaruhi oleh:
1)| Biaya pembangunan dan perawatan bangunan-bangunan pelabuhan,
termasuk pengerukan pertama yang harus dilakukan.
Tugas Perencanaan Pelabuhan |i
David Tindas ± 03 0211 5 147
2)| Biaya operasi dan pemeliharaan, terutama pengerukan endapan di alur dan
kolam pelabuhan.2
Pengerukan untuk mendapatkan kedalaman yang cukup bagi pelayaran di
daerah perairan pelabuhan memerlukan biaya yang cukup besar. Pengerukan
selama perawatan harus sesedikit mungkin. Karena itu pelabuhan harus dibuat
sedemikian rupa sehingga sedimentasi yang terjadi harus sedikit mungkin dan
kalau bisa tidak ada sedimentasi.3
Pelabuhan yang dibangun harus mudah dilalui kapal-kapal yang akan
menggunakannya.
Kapal yang berlayar dipengaruhi oleh faktor-faktor alam seperti
yang dapat menimbulkan gaya-gaya yang bekerja pada
badan kapal. Faktor tersebut semakin besar apabila pelabuhan terletak di
pantai yang terbuka ke laut, sebaliknya pengaruhnya berkurang pada
pelabuhan yang terletak di daerah yang terlindung secara alam.
Y
Diharapkan bahwa kapal-kapal yang sedang memasuki pelabuhan tidak
mengalami dorongan arus pada arah tegak lurus sisi kapal. Demikian juga,
sedapat mungkin kapal-kapal harus memasuki pelabuhan pada arah sejajar
dengan arah angin dominan
Y
seperti pemecah gelombang, dermaga, pelampung penambat,
kedalaman alur pelayaran dan perairan pelabuhan dan sebagainya.
didasarkan pada elevasi muka air pasang.
pelabuhan berdasar pada muka air surut.
ditetapkan berdasar pengukuran pasang surut
dalam periode waktu yang panjang.
Gelombang yang menyerang bangunan pantai akan menimbulkan gaya-
gaya yang bekerja pada bangunan tersebut. Selain itu gelombang juga akan
berpengaruh pada ketenangan di perairan pelabuhan.4
2
Bambang Triatmodjo. 1996. Y Yogyakarta: Beta Offset. Hal 30.
3
Bambang Triatmodjo. 1996. Y Yogyakarta: Beta Offset. Hal 32-33.
4
Bambang Triatmodjo. 1996. Y Yogyakarta: Beta Offset. Hal 43.
Tugas Perencanaan Pelabuhan |R
David Tindas ± 03 0211 5 147
Y
adalah sirkulasi udara yang kurang lebih sejajar dengan
permukaan bumi. Gerakan udara inidisebabkan oleh perubahan temperatur
atmosfer. Pada waktu udara dipanasi, rapat massanya berkurang, yang
berakibat naiknya udara tersebut yang kemudian diganti oleh udara yang
lebih dingin disekitarnya.
Perubahan temperatur di atmosfer disebabkan oleh perbedaan
penyerapan panas oleh tanah dan air, atau perbedaan panas di gunung dan
lembah, atau perbedaan yang disebabkan oleh siang dan malam, atau
perbedaan suhu pada belahan bumi bagian utara dan slatan karena adanya
perbedaan musim dingin dan panas.
Daratan lebih cepat menerima panas daripada air (laut) dan
sebaliknya daratan lebih cepat melepaskan panas. Oleh karena itu pada
waktu siang hari daratan lebih panas daripada laut. Udara di atas daratan
akan naik dan diganti oleh udara dari laut, sehingga terjadi
Sebaliknya, pada malam hari daratan lebih dingin daripada laut, udara di
atas laut akan diganti oleh udara dari daratan sehingga terjadi angin darat.
Indonesia mengalami angin musim, yaitu angin yang berhembus
secara mantap dalam satu arah dalam periode dalam satu tahun. Pada
periode yang lain angin berlawanan dengan angin pada periode
sebelumnya.5
Seperti yang kita ketahui bahwa perencanaan pelabuhan harus
memperhatikan berbagai faktor yang akan berpengaruh pada bangunan-
bangunan pelabuhan dan kapal-kapal yang berlabuh. Tiga faktor yang
harus diperhitungkan yaitu
Pengetahuan tentang angin sangat penting karena angin
menimbulkan arus dan gelombang; dan angin menimbulkan tekanan pada
kapal dan bangunan pelabuhan.6
Kecepatan angin di ukur dengan anemometer.
Apabila tidak tersedia anemometer, kecepatan angin dapat
diperkirakan berdasar keadaan lingkungan dengan menggunakkan skala
Beaufort.7
5
Bambang Triatmodjo. 1996. Y Yogyakarta: Beta Offset. Hal 44.
6
Bambang Triatmodjo. 1996. Y Yogyakarta: Beta Offset. Hal 43.
7
Bambang Triatmodjo. 1996. Y Yogyakarta: Beta Offset. Hal 46.
Tugas Perencanaan Pelabuhan |
David Tindas ± 03 0211 5 147
1 knot adalah panjang 1 menit garis bujur melalui khatulistiwa yang
ditempuh dalam 1 jam.
áR
diukur terhadap arah utara (0o)9
G| Arah = 270O
G| Durasi = 4 jam
G| Kecepatan = 60 Km/ jam = 32, 397 Knots
8
Bambang Triatmodjo. 1996. Y Yogyakarta: Beta Offset. Hal 46.
9
Bambang Triatmodjo. 1996. Y Yogyakarta: Beta Offset. Hal 48.
10
Bambang Triatmodjo. 1996. Y Yogyakarta: Beta Offset. Hal 48.
Tugas Perencanaan Pelabuhan |
David Tindas ± 03 0211 5 147
á| Y
Gelombang yang sangat sering terjadi di laut dan yang cukup penting
adalah gelombang yang dibangkitkan oleh angin.
Contoh suatu hasil pencatatan gelombang angin pada suatu lokasi dapat di
ihat pada gambar berikut ini:
á
11
Ir. Nur Yuwono. 1982. c
Y Yogyakarta: Biro Penerbit Keluarga Mahasiswa Teknik sipil
Fakultas Teknik UGM. Hal 39.
Tugas Perencanaan Pelabuhan |
David Tindas ± 03 0211 5 147
áá
á
G| ika td > , gelombang akan mengikuti lengkung OAB dan
m
sifat-sifat gelombang pada kahir fetch akan tergantung pada F dan
U.
G| ika td dan F mempunyai nilai cukup besar, lengkung OAB akan
menjadi datar dan keadaan ini disebut µFully Developed Sea¶
(F.D.S).
ika td < , gelombang tidak dapat tumbuh mengkuti lengkung
m
min
OAB melainkan OAC. Dalam hal ini td = dan disebut
m
µduration limited¶.
Untuk menentukan tinggi ataupun periode gelombang dengan cara
ini sudah dibuatkan grafik:
12
Ir. Nur Yuwono. 1982. c
Y Yogyakarta: Biro Penerbit Keluarga Mahasiswa Teknik sipil
Fakultas Teknik UGM. Hal 40.
T u g a s P e r e n c a n a a n P e l a b u h a n |
David Tindas ± 03 0211 5 147
á@
13
Ir. Nur Yuwono. 1982. c
Y Yogyakarta: Biro Penerbit Keluarga Mahasiswa Teknik sipil
Fakultas Teknik UGM. Hal 71.
T u g a s P e r e n c a n a a n P e l a b u h a n |
David Tindas ± 03 0211 5 147
@i
14
Ir. Nur Yuwono. 1982. c
Y Yogyakarta: Biro Penerbit Keluarga Mahasiswa Teknik sipil
Fakultas Teknik UGM. Hal 72.
T u g a s P e r e n c a n a a n P e l a b u h a n | á
David Tindas ± 03 0211 5 147
á|
á Y
R
Angin yang berhembus di atas permukaan air yang semula
tenang. Akan menyebabkan gangguan pada permukaan tersebut, dengan
timbulnya riak gelombang kecil di atas permukaan air. Apabila
kecepatan angin bertambah, riak tersebut semakin besar, dan apabila
angin berhembus terus akhirnya akan terbentuk gelombang. Semakin
lama dan semakin kuat angin berhembus, semakin besar gelombang
yang terbentuk. Tinggi dan periode gelombang yang dibangkitkan
dipengaruhi oleh kecepatan angin
, lama hembus angin
dan fetch
á@
15
Bambang Triatmodjo. 1996. Y Yogyakarta: Beta Offset. Hal 98-99.
16
Bambang Triatmodjo. 1996. Y Yogyakarta: Beta Offset. Hal 99.
T u g a s P e r e n c a n a a n P e l a b u h a n | @
David Tindas ± 03 0211 5 147
á
Di dalam tinjauan pembangkitan gelombang di laut, fetch
dibatasi oleh bentuk daratan yang mengelilingi laut. Di daerah
pembentukan gelombang, gelombang tidak hanya dibangkitkan dalam
arah yang sama dengan arah angin tetapi juga dalam berbagai sudut
terhadap arah angin. Gambar 2.4. menunjukkan cara untuk mendapatkan
fetch efektif. Fetch rerata efektif diberikan oleh persamaan berikut:
X cos [
ºº A
cos [
Dengan :
F ºº
= fetch rerata efektif
Xi = panjang segmen fetch yang diukur dari titik obesrvasi
gelombang ke ujung akhir fetch.
Į = deviasi pada kedua sisi dari arah angin, dengan
menggunakan pertambahan 6o sampai sudut sebesar 42o
pada kedua sisi dari arah angin.
17
Bambang Triatmodjo. 1996. Y Yogyakarta: Beta Offset. Hal 100.
18
Bambang Triatmodjo. 1996. Y Yogyakarta: Beta Offset. Hal 99 -100.
T u g a s P e r e n c a n a a n P e l a b u h a n | i
David Tindas ± 03 0211 5 147
19
Bambang Triatmodjo. 1996. Y Yogyakarta: Beta Offset. Hal 101.
T u g a s P e r e n c a n a a n P e l a b u h a n | R
David Tindas ± 03 0211 5 147
Arah Angin = 20O
Durasi = 4 jam
Kecepatan = 60 km/jam = 32,397 knots
ĺ1 knot = 0,514 m/det = 1 mil/jam = 1852 m/jam
= 60 km/jam = 32,397 mil/jam
FETCH =?
Y
Karena Lokasi Pelabuhan Kalongan berhadapan dengan laut lepas, maka
digunakan grafik lampiran 12 è
c
Y
Y
c
c
.
Grafik hubungan antara Durasi, Kecepatan dan Fetch.
Dari grafik tersebut di dapat:
F = 31 miles ĺ1 mil = 1,609 km
= 49,879 km
T u g a s P e r e n c a n a a n P e l a b u h a n |
David Tindas ± 03 0211 5 147
áá
20
Ir. Nur Yuwono. 1982. c
Y Yogyakarta: Biro Penerbit Keluarga Mahasiswa Teknik sipil
Fakultas Teknik UGM. Hal 71.
T u g a s P e r e n c a n a a n P e l a b u h a n |
David Tindas ± 03 0211 5 147
áá
á
ika gelombang menjalar dari tempat yang dalam menuju ke tempat
yang makin lama makin dangkal, pada suatu lokasi tertentu gelombang
tersebut akan pecah. Kondisi gelombang pecah tergantung pada
kemiringan dasar pantai dan kecuraman gelombang. Tinggi gelombang
pecah dapat dihitung dengan rumus:
1
A
'0 3,3( '0 / )1 / 3
Dengan:
Hb = tinggi gelombang pecah
H¶0 = tinggi gelombang laut dalam ekivalen
L0 = panjang gelombang di laut dalam
db = kedalaman air pada saat gelombang pecah
m = kemiringan dasar laut
g = percepatan gravitasi
T = periode gelombang
Tinggi Gelombang (Ho) = 5m
Periode (T) = 10 second
Analisis refraksi memberikan nilai koefisien refraksi = 1,05 pada titik
di mana gelombang pecah diharapkan terjadi.
Koefisien difraksi dianggap 1.
Kemiringan dasar laut di dapat secara grafis dari :
21
Bambang Triatmodjo. 1996. Y Yogyakarta: Beta Offset. Hal 90-91.
T u g a s P e r e n c a n a a n P e l a b u h a n |
David Tindas ± 03 0211 5 147
O = 20 m
Y A 2,2m4 A 2,2m4 25000m4 A 55.000m4 A 5504
O 20
sehingga m = A = 0,0364 § 0,04
P 550
Hitung tinggi dan kedalaman gelombang pecah!
Y
Tinggi gelombang laut dalam ekivalen dihitung dengan persamaan
berikut (koefisien difraksi dianggap satu):
' 0 A A 1,05 5 A 5,254
'0 5,25
2
A A 0,00535
c 9,81 10 2
Dari Gambar 2.6. Tinggi gelombang pecah22 untuk nilai m = 0,04 dan
'0
A 0,00535 , didapat:
c2
Hb
A 1,1875 1,19 A 1,19 5 A 5,954
H' o
22
Bambang Triatmodjo. 1996. Y Yogyakarta: Beta Offset. Hal 92.
T u g a s P e r e n c a n a a n P e l a b u h a n |
David Tindas ± 03 0211 5 147
A 5,954
A 6,4264
23
Bambang Triatmodjo. 1996. Y Yogyakarta: Beta Offset. Hal 93.
T u g a s P e r e n c a n a a n P e l a b u h a n | á
David Tindas ± 03 0211 5 147
ái
24
Bambang Triatmodjo. 1996. Y Yogyakarta: Beta Offset. Hal 92.
T u g a s P e r e n c a n a a n P e l a b u h a n | á
David Tindas ± 03 0211 5 147
25
Bambang Triatmodjo. 1996. Y Yogyakarta: Beta Offset. Hal 93.
T u g a s P e r e n c a n a a n P e l a b u h a n | áá
David Tindas ± 03 0211 5 147
á@
26
Energi total gelombang adalah jumlah dari energi kinetik dan energi
potensial gelombang.energi kinetik adalah energi yang disebabkan oleh
kecepatan partikel air karena adanya gerak gelombang. Energi potensial
adalah energi yang dihasilkan oleh perpindahan muka air karena adanya
gelombang. Tenaga gelombang adalah energi gelombang tiap satu satuan
waktu yang menjalar dalam arah penjalaran gelombang.
Tinggi Gelombang (Ho) = 5cm
Periode (T) = 10 second
2
A A 1,56c 2 A 1,56 10 2 A 156 det 2
16
1000( / 4 3 ) 9,81(4 / det 2 ) 5 2 (4) 156(det 2 )
A
16
A 2.391.187,5
2
A
16
1000( / 4 3 ) 9,81(4 / det 2 ) 5 2 (4) 156(det 2 )
A
16
A 2.391.187,5
A A 4.782.375
YA
c
1 2 2 2
A (1 ) A A A 0,0403
2 sinh 2 156
1 2 0,0403 5 1 0,403
A (1 ) A (1 )
2 sinh 2 0,0403 5 2 0,007
A 29,286
26
Bambang Triatmodjo. 1996. Y Yogyakarta: Beta Offset. Hal 67.
T u g a s P e r e n c a n a a n P e l a b u h a n | á@
David Tindas ± 03 0211 5 147
Dimana :
E = Energi rata-rata ( Kg )
det 2
ȡ = kerapatan massa air laut = 1000 ( Kg )
m3
g = percepatan gravitasi ( m )
det 2
Ho = Tinggi Gelombang (m)
L = Panjang gelombang.
d = kedalaman air
T u g a s P e r e n c a n a a n P e l a b u h a n | ái
David Tindas ± 03 0211 5 147
@| $
Menurut Bambang Triatmodjo:
adalah bangunan yang
digunakan untuk melindungi daerah perairan pelabuhan dari gangguan
gelombang. Bangunan ini memisahkan daerah perairan pelabuhan dari laut
bebas, sehingga pelabuhan tidak banyak dipengaruhi oleh gelombang besar di
laut. Dengan adanya pemecah gelombang daerah pelabuhan menjadi tenang
dan kapal bias melakukan bongkar muat barang dengan mudah.27
Menurut Soedjono Kramadibrata: pemecah gelombang merupakan
pelindung utama bagi pelabuhan buatan. Maksud dari pemecah gelombang
adalah melidungi daerah
pedalaman perairan pelabuhan,
yaitu 4 4
4
, sehingga kapal
dapat berlabuh dengan tenang
dan melakukan bongkar muat.
Untuk memperkecil
gelombang pada perairan dalam,
tergantung pada tinggi
gelombang (H), lebar muara (b),
lebar perairan pelabuhan (B) dan panjang perairan pelabuhan (L), mengikuti
rumus empiris THOMAS STEÑENSON. 28
Hdl = tinggi gelombang pada perairan
pelabuhan.
Hlr = tinggi gelombang laut.
b = lebar muara.
B = lebar perairan pelabuhan.
L = panjang perairan pelabuhan.
Gambar di atas memberikan gambaran dasar dalam menentukan bentuk-
bentuk pemecah gelombang.
4
A â 0.0269 þ ö
ö
Pemecah gelombang bisa dibuat dari tumpukan batu, blok beton, beton
massa, turap dan sebagainya.29
27
Bambang Triatmodjo. 1996. Y Yogyakarta: Beta Offset. Hal 125.
28
Soedjono Kramadibrata. 1985. Y m
Y Bandung: Ganeca Exact. Hal 181.
29
Bambang Triatmodjo. 1996. Y Yogyakarta: Beta Offset. Hal 126..
T u g a s P e r e n c a n a a n P e l a b u h a n | áR
David Tindas ± 03 0211 5 147
"
4 º
m
Pemakaian batu-batu
buatan (artificial stones) ini digunakan bila pada lokasi yang
diinginkan sukar didapatkan batu alam yang sesuai beratnya dengan
kebutuhan untuk memecahkan gelombang atau pertimbangan-
petimbangan teknis lainnya.
30
Soedjono Kramadibrata. 1985. Y m
Y Bandung: Ganeca Exact. Hal 182.
31
Bambang Triatmodjo. 1996. Y Yogyakarta: Beta Offset. Hal 127 - 128.
32
Bambang Triatmodjo. 1996. Y Yogyakarta: Beta Offset. Hal 127.
T u g a s P e r e n c a n a a n P e l a b u h a n | á
David Tindas ± 03 0211 5 147
33
Bambang Triatmodjo. 1996. Y Yogyakarta: Beta Offset. Hal 128.
34
Bambang Triatmodjo. 1996. Y Yogyakarta: Beta Offset. Hal 128.
T u g a s P e r e n c a n a a n P e l a b u h a n | á
David Tindas ± 03 0211 5 147
35
Bambang Triatmodjo. 1996. Y Yogyakarta: Beta Offset. Hal 128.
36
Bambang Triatmodjo. 1996. Y Yogyakarta: Beta Offset. Hal 132.
37
Bambang Triatmodjo. 1996. Y Yogyakarta: Beta Offset. Hal 131.
T u g a s P e r e n c a n a a n P e l a b u h a n | á
David Tindas ± 03 0211 5 147
@
@
@
38
Soedjono Kramadibrata. 1985. Y m
Y Bandung: Ganeca Exact. Hal 184.
39
Bambang Triatmodjo. 1996. Y Yogyakarta: Beta Offset. Hal 130.
T u g a s P e r e n c a n a a n P e l a b u h a n | á
David Tindas ± 03 0211 5 147
40
Bambang Triatmodjo. 1996. Y Yogyakarta: Beta Offset. Hal 130.
41
Bambang Triatmodjo. 1996. Y Yogyakarta: Beta Offset. Hal 131.
T u g a s P e r e n c a n a a n P e l a b u h a n | @
David Tindas ± 03 0211 5 147
LWSmax
Tetrapods
LWSmin
Batu Alam
Batu Alam
4
è
Y
' "#
140.15243
W = = 28,006 lbs
7,0 (2,19 â 1)3 1,5
W1 = 28,006.Fk = 28,006.1,5 = 42,009 lbs
W1 = 19,055 Kg
''
1 42,009
W2 = = = 4,201 lbs
10 10
W2 = 1,9055 Kg
'''
1 42,009
W3 = = = 0,07 lbs
600 600
W3 = 0,032 Kg
Bilangan Irribaren: A
( / 0 ) 0,5
1/ 2
A A 2,795
(0,0320) 0, 5
Dari Grafik Runup gelombang è4
c 4#
$
Y
%ºº
&
RU
Diperoleh /H = 0,76
R = 0,76 .H = 0,76 . 5 = 3,8 m
42
Bambang Triatmodjo. 1996. Y Yogyakarta: Beta Offset. Hal 141.
T u g a s P e r e n c a n a a n P e l a b u h a n | @i
David Tindas ± 03 0211 5 147
G| !
)
Y *
1
Cotg ș = 1,5 = 1,5
(
)
tg ș = 0,6667 maka ș = 33,69Û
(2).c .
B = + Lebar Crest Lapis I
.(33,69)
(2).(34)
= + 0,636 m
(33,69)
= 102,64 m
0,3091 â 0,079
G| d = = 0,115 m
2
0,636 â 0,3091
G| f = = 0,163 m
2
Lapisan I Tetrapod
Luas = A1 + A2 + A3
0,425
= [(0,636 + 0,3091 + (2 .0,8)) x ] + [20,957 x (0,8 .
2
sin33,69)] + [28,619 x (0,8 . sin33,69)]
= 0,541 m² + 9,299 m² + 12,699 m²
= 22,539 m²
Berat = 22,539 m² x (140 . 0,016) ton/m³
= 50,4836 t/m
4
c.
Fw = W . A . K dimana: W = tekanan angin = c.v2
c = koef. Angin = 0,00256
v = kec. Angin = 30 Knots
A = luas penampang Break Water
K = 1,3 (ºm
4)
Tekanan Angin (W) = cv² = (0,00256) x (30)² = 2,304
0,636
X1
X2
1
= (0,636 + (0,636 + 2 . 15 . 15,05)). 10,05 = 315,791 m²
2
Fw = 2,304 x 315,791 x 1,3
= 945,857 t/m
adi,
Total Gaya Ñertikal :
ȈÑ = Akibat Berat Sendiri Break Water
= 4615,058 t/m
c
' . tan
Syarat : 1,5
4615,058 tan 33,69
1,5
2330,734
1,5333 1,5 . . . . . OK !!
|c
Syarat : > 2
M guling = ȈH . (34/2)
ȈH = 2330,374 x 17
13,931 m = 39616,358 ton m
ȈÑ
M lawan guling = ȈÑ . (102,64/2)
= 4615,058 x 51,32
= 236844,777 ton m
42,31 m
236844,777
» = 5,978 > 2 . . . . . OK!!
39616,358
m| c
B
|e| = /2 - x
102,64
|e| = ( ) - 42,736 = 8,584 m
2
|e| = 8,584 m < ē = 17,107 m «.. OK!!
d.|c
c
'
ı12 = z ıtanah
F = Bx1m = 102,64 m2
M = ȈÑ . e = 4615,058 x 8,584 = 39615,658 ton/m²
2
W = 1/6 . 1 . B = 1/6 x 1 x (102,64)² = 1755,828 m3
4615,058 39615,658
ı12 = z ı pasir
102,64 1755,828
@|
Refraksi terjadi karena adanya pengaruh penambahan kedalaman laut.
Didaerah dimana kedalaman air lebih besar dari setengah panjang
gelombang, yaitu di laut dalam. Gelombang menjalar tanpa dipengaruhi
dasar laut. Tetapi di laut transisi dan dangkal, dasar laut mempengaruhi
gelombang. Di daerah ini apabila ditinjau suatu garis puncak gelombang
yang berada di air yang lebih dangkal akan menjalar dengan kecepatan
yang lebih kecil dari pada bagian air yang lebih dalam. Akibatnya garis
puncak gelombang akan membelok dan berusaha sejajar dengan garis
kedalaman laut. Garis orthogonal gelombang yaitu gais yang tegak lurus
dengan garis puncak gelombang dan menunjukan arah penjalaran
gelombang, juga akan membelok dan berusaha untuk menuju tegak
lurus dengan garis kontur dasar laut.
@á|
Apabila gelombang datang terhalang oleh suatu rintangan, seperti
pemecah gelombang atau pulau maka gelombang tersebut akan
membelok disekitar ujung rintangan dan masuk di daerah terlindung
dibelakangnya. Dalam difraksi gelombang ini terjadi transfer energi
dalam arah tegak lurus penjalaran gelombang menuju daerh terlindung.
Apabila tidak terjadi difraksi daerah belakang rintangan akan tenang.
Tetapi karena proses difraksi maka daerah tersebut terpengaruh oleh
gelombang datang, transfer energi ke daerah belakang rintangan
menyebabkan terbentuknya gelombang di daerah tersebut. Meskipun
tidak sebesar diluar daerah terlindung.
@@ %
Gelombang yang membentur atau mengenai suatu bangunan akan
dipantulkan sebagian atau seluruhnya. Refleksi gelombang di dalam
pelabuhan akan menyebabkan ketidaktenangan di dalam perairan
pelabuhan. Fluktuasi muka air ini akan menyebabkan gerakan kapal
yang dihambat dan dapat menimbulkan tegangan yang besar pada tali
penambat. Untuk mendapatkan ketenangan di kolam maka bangunan-
bangunan yang ada di pelabuhan harus bias menyerap / menghancurkan
gelombang. Suatu bangunan yang mempunyai sisi miring dan terbuat
dari kumpulan batu akan bisa menyerap energi gelombang lebih banyak
dibanding bangunan tegak.
T u g a s P e r e n c a n a a n P e l a b u h a n | i
David Tindas ± 03 0211 5 147
Diketahui :
Tinggi gelombang = 5 m
Periode Gelombang = 10 detik
Arah Gelombang = 45Û
Arah datang gelombang pada salah satu titik misalnya : 3 m
Lo = 1,56 . (10)² = 156 m
156
Co = = = 15,6 4
c 10
3
= = 0,192
15,6
Untuk nilai diatas dari tabel A-1 è4
c 4#
$
Y
%ºº
didapat :
3
= 0,192 L= = 13,737 m
0,21839
13,737
C1 = = = 1,734 4
c 10
-1 1,734
sin a1 = ( ) sin ao = x sin 45Û
- 15,6
a1 = 3,57Û
adi, koofisien refraksi :
G| º
4
%ºº
diperoleh :
20
= 0,96001 L= = 20,833 m
0,96001
arak ke titik A ke ujung rintangan : r = 150 m
T u g a s P e r e n c a n a a n P e l a b u h a n | i
David Tindas ± 03 0211 5 147
150
= = 7,20 § 5
20,833
Dengan menggunakan tabel 3.5 è4
c 4#
$
Y
%ºº
untuk nilai = 5
ș = 45Û dan ȕ = 15Û , sehingga koofisien refraksi k¶ = 0,20
G| º
4
x = dimana : Hr = Tinggi Gelombang refleksi
Hi = Tinggi Gelombang datang = 0,38 m
x = koofisien refleksi = 0,5
Hr = x. Hi
= 0,5 . 5 m
= 2,5 m
Tipe Bangunan x
m
4
Y
Panjang = 313 m
Lebar = 44,5 m
Sarat = 18,0 m
Kedalaman perairan : h = tinggi kapal (sarat) + clearance + pasang
surut + 1/3 ombak
= 18,0 + 1,0 + 2,5 + 1/3.(5)
= 23,17 m
Tinggi Taraf Kapal :H = h + 1,5 m
= 23,17 + 1,5 m
= 24,67 m
| -
())))
c
Panjang = 313 m
Lebar = 44,5 m
Sarat = 18,0 m
Kedalaman perairan : h = tinggi kapal (sarat) + clearance + pasang
surut + 1/3 ombak
= 18,0 + 1,0 + 2,5 + 1/3.(5)
= 23,17 m
Tinggi Taraf Kapal :H = h + 1,5 m
= 23,17 + 1,5 m
= 24,67 m
T u g a s P e r e n c a n a a n P e l a b u h a n | i@
David Tindas ± 03 0211 5 147
@| c
)))))
c
Panjang = 275 m
Lebar = 42 m
Sarat = 16,1 m
Kedalaman perairan : h = tinggi kapal (sarat) + clearance + pasang
surut + 1/3 ombak
= 16,1 + 1,0 + 2,5 + 1/3.(5)
= 21,27 m
Tinggi Taraf Kapal :H = h + 1,5 m
= 21,27 + 1,5 m
= 22,77 m
&| %
-
)))))
c
Panjang = 275 m
Lebar = 42 m
Sarat = 16,1 m
Kedalaman perairan : h = tinggi kapal (sarat) + clearance + pasang
surut + 1/3 ombak
= 16,1 + 1,0 + 2,5 + 1/3.(5)
= 21,27 m
Tinggi Taraf Kapal :H = h + 1,5 m
= 21,27 + 1,5 m
= 22,77 m
Keterangan :
G| Untuk kedalaman perairan bagi Cargo Ship, Container Ship, Tanker Ship,
dan Ore Carrier Ship diambil yang terbesar yaitu 23,17 m dengan tinggi
taraf kapal sebesar 24,67 m.
T u g a s P e r e n c a n a a n P e l a b u h a n | ii
David Tindas ± 03 0211 5 147
0,5 ± 1,5
MHW
MLW
DRAFT
SARAT KAPAL
d = n x L + (n-1) x 15 + 2 x 25
( %
Tonage kapal yang diramalkan adalah :
140.000
a.| jumlah kapal yang berkunjung pertahun = =20 buah
7.000
20
b.| jumlah kapal perhari = = 0,055 § 1 kapal /hari
365
Dari hasil tersebut, diperlukan 1 buah tambatan.
Uk Panjang Dermaga : d = n . L + ( n ± 1 ) . 15 + 2 . 25
d = 1 x 126 + ( 1 - 1 ) . 15 + 50 = 176 m
T u g a s P e r e n c a n a a n P e l a b u h a n | iR
David Tindas ± 03 0211 5 147
á
(%,',
Tonnage yang diramalkan :
60.000
a.| jumlah kapal yang berkunjung pertahun = =3 buah
20.000
3
b.| jumlah kapal perhari = = 0,0082 § 1 kapal /hari
365
Dari hasil tersebut, diperlukan 1 buah tambatan.
Uk Panjang Dermaga : d = n . L + ( n ± 1 ) . 15 + 2 . 25
d = 1 x 201 + ( 1 - 1 ) . 15 + 50 = 251 m
@ ,
100.000
a.| jumlah kapal yang berkunjung pertahun = =25 buah
4.000
25
b.| jumlah kapal perhari = = 0,068 § 1 kapal /hari
365
Dari hasil tersebut, diperlukan 1 buah tambatan.
Uk Panjang Dermaga : d = n . L + ( n ± 1 ) . 15 + 2 . 25
d = 1 x 92,0 + ( 1 - 1 ) . 15 + 50 = 142 m
i
% ( '
Tonnage yang diramalkan :
140.000
a.| jumlah kapal yang berkunjung pertahun = =20 buah
7.000
20
b.| jumlah kapal perhari = = 0,055 § 1 kapal /hari
365
Dari hasil tersebut, diperlukan 1 buah tambatan.
Uk Panjang Dermaga : d = n . L + ( n ± 1 ) . 15 + 2 . 25
d = 1 x 126 + ( 1 - 1 ) . 15 + 50 = 176 m
T u g a s P e r e n c a n a a n P e l a b u h a n | i
David Tindas ± 03 0211 5 147
Kesimpulan :
G| Untuk dermaga bagi cargo ship, container ship, dan Ore Carrier boat akan
digabung menjadi satu dermaga yang memanjang searah garis pantai
sehingga panjang total dermaga yang akan dibangun adalah :
= 176 m + 251 m + 176 m = 603 m
G| Sedangkan dermaga untuk Tanker dibuat terpisah dari dermaga utama
= 142 m
R|
$
(
Dredging, Borrow, dan Dumping Area adalah alur pelayaran yang dalam hal ini
menggunakan dua jalur untuk melayani kapal yang akan masuk ke kolam
pelabuhan.
Direncanakan kapal akan memutar dengan buritan menghadap laut lepas ke dalam
kolam dekat Break Water dengan bantuan arus dan angin, kemudian kapal ditarik
dengan kapal tunda untuk merapat ke dermaga.
=| Untuk lebar arus pelayaran dipakai rumus :
Pengerukan
Pengerukan diperlukan bila kedalaman perairan dilokasi perairan lebih kecil atau
kurang dari kedalaman perairan rencana sesuai dengan ukuran kapal yang akan
berlabuh. Dari data/peta, lokasi pelabuhan yang direncanakan memiliki
kedalaman 0-7 m, sedangkan kedalaman perairan yang dibutuhkan/ direncanakan
untuk jenis kapal terbesar = 14,227 m.
adi perlu diadakan pengerukan.
T u g a s P e r e n c a n a a n P e l a b u h a n | i
David Tindas ± 03 0211 5 147
Gudang yang digunakan untuk menyimpan barang dalam jangka waktu yang
lama.
c
Y
4
4
%
Kapasitas
Penyebutan L W H A B
(ton)
40 ft 40¶0¶¶ 8¶0´ 39¶4 18 ´ 8¶0´ 7¶5´ 35
30 ft 29¶11¾´ 8¶0´ 8¶0´ 29¶3¾´ 7¶5´ 25
20 ft 19¶10½´ 8¶0´ 8¶0´ 19¶2½´ 7¶5´ 20
10 ft 9¶9¼´ 8¶0´ 9¶4 118 ´ 8¶0´ 7¶5´ 10
Y
L
Y
Y
4
Y Y
',
" #
Kelas 5 1-(0,9x0,75) -
Kelas 4 1,5-(1,12x0,91) -
Y Kelas 3 2-(1,37x1,12) -
Kelas 2 2,5-(2,24x1,37) -
Kelas 1 3-(2,75x2,24) -
PK uk.5 feet - 5-(2,24x1,46x2,44)
PK uk.7 feet - 7-(2,44x1,97x2,44)
Y PK uk.10 feet - 10-(2,44x2,99x2,44)
PK uk.20 feet - 20-(2,24x6,06x2,44)
PK uk.30 feet - 25-(2,24x9,13x2,44)
PK uk.40 feet - 30-(2,44x12,19x2,44)
T u g a s P e r e n c a n a a n P e l a b u h a n | R
David Tindas ± 03 0211 5 147
Rencana alan
Pada perencanaan penempatan jalan, intersection dari setiap jalur jalan dibuat
minimal, baik untuk jenis kendaraan yang sama maupun yang berbeda, misalnya
untuk tipe II dan Forklit.
alan untuk masuk kepelabuhan dibuat 2 jalur agar arus lalu lintas tetap lancer
dalam pelayanan penumpang maupun pengangkutan barang-barang yang keluar
masuk pelabuhan. Apabila dalam pelabuhan terdapat rencana jalan kereta api,
diusahakan tidak mangganggu jalur lalu-lintas yang lain.
Perlangkapan Dermaga
Untuk seluruh pelabuhan, baik pelabuhan umum, pelabuhan cargo, container
maupun pelabuhan lainnya, diperlukan perlengkapan, baik untuk usaha pengawasan
maupun pemeliharaaan. Guna keperluan itu, maka perlu adanya :
A.| Kantor- kantor yang meliputi :
a.| Kantor Syahbandar
b.| Kantor Bea Cukai
c.| Kantor Kesehatan
d.| Kantor Imigrasi
e.| Kantor Buruh Pelabuhan
f.| Kantor Pelabuhan
B.| Fasilitas-fasilitas pendukung, yang meliputi :
a.| Suplai Air Bersih
b.| Suplai Listrik
c.| aringan Telekomunikasi
d.| Suplai Bahan Bakar Minyak
e.| Fasilitas Pemadam Kebakaran
f.| Drainase dan Pembuangan Sampah
C.| Prasarana pendukung lainnya :
a.| aringan alan Raya dan alan Kereta Api
b.| Kapal-kapal Kerja
c.| Fasilitas Perbaikan Kapal
d.| Dll
T u g a s P e r e n c a n a a n P e l a b u h a n | R
David Tindas ± 03 0211 5 147
T u g a s P e r e n c a n a a n P e l a b u h a n | Rá
David Tindas ± 03 0211 5 147
T u g a s P e r e n c a n a a n P e l a b u h a n | R@
David Tindas ± 03 0211 5 147
T u g a s P e r e n c a n a a n P e l a b u h a n | Ri
David Tindas ± 03 0211 5 147
Y''