Professional Documents
Culture Documents
Cooperative colaborative
Effective communication
Information processing
Complex thinking
Konstruktivistik Behavioristik
Pengtahuan adalah non-objective, bersifat Pengetahuan adalah objektif, pasti, dan
temporer, selalu berubah dan tidak tetap , tidak berubah. Pengetahuan telah
menentu. terstruktur dengan rapi.
Belajar adalah penyusunan pengetahuan Belajar adalah perolehan pengetahuan,
dari pengalaman konkrit, aktivitas sedangkan mengajar adalah memindahkan
kolaboratif, dan refleksi serta interpretasi. pengetahuan ke orang yang belajar.
Mengajar adalah menata lingkungan agar si
belajar termotivasi dalam menggali makna
seta menghargai ketidakmenentuan.
Si belajar akan memiliki pemahaman yang Si belajar akan memiliki pemahaman yang
berbeda terhadap pengetahuan tergantung sama terhadap pengetahuan yang diajarkan.
pada pengalamannya, dan perspektif yang Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar
dipakai dalam menginterpretasikannya. itulah yang harus dipahami oleh si belajar.
Mind berfungsi sebagai alat untuk Fungsi mind adalah menjiplak struktur
menginterpretasi peristiwa, objek, atau pengetahuan melalui proses berpikir yang
perspektif yang ada dalam dunia nyata dapat dianalisis dan dipilah sehingga
sehingga makna yang dihasilkan bersifat makna yang dihasilkan dari proses berpikir
unik dan individualistic. seperti ini ditentukan oleh karakteristik
struktur pengetahuan.
Table 3
Pandangan Konstruktivistik dan Behavioristik tentang
Penataan Lingkungan Belajar
Konstruktivistik Behavioristik
Ketidakteraturan, ketidakpastian, Keteraturan, kepastian, ketertiban
kesemrawutan,
Si belajar harus bebas. Kebebasan menjadi Si belajar harus dihadapkan pada aturan-
unsure yang esensial dalam lingkungna aturan yang jelas dan ditetapkan lebih
belajar. dahulu secara ketat. Pembiasaan dan
disiplin menjadi sangat esensial.
Pembelajaran lebih banyak dikaitkan
dengan penegakan disiplin.
Kegagalan atau keberhasilan, kemampuan Kegagalan atau ketidakmampuan dalam
atau ketidakmampuan dilihat sebagai penambahan pengetahuan dikategorikan
interpretasi yang berbeda yang perlu sebagai kesalahan yang perlu dihukum, dan
dihargai. keberhasilan atau kemampuan
dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang
pantas diberi hadiah.
Kebebasan dipandang sebagai penentu Ketaatan pada aturan dipandang sebagai
keberhasilan belajar. Si belajar adalah penentu keberhasilan belajar. Si belajar
subjek yang harus memapu menggunakan adalah objek yang harus berperilaku sesuai
kebebasan untuk melakukan pengaturan dengan aturan.
diri dalam belajar.
Control belajar dipegang oleh si belajar. Control belajar dipegang oleh system yang
berada di luar diri si belajar.
Aktivitas belajar lebih banyak didasarkan Aktivitas belajar lebih banyak didasarkan
pada data primer dan bahan manipulatif pada buku teks dengan penekanan pada
dengan penekanan pada keterampilan keterampilan mengungkapkan kembali isi
berpikir kritis. buku teks.
Konstruktivistik Behavioristik
Evaluasi menekankan pada penyusunan Evaluasi menekankan pada respon pasif,
makna secara aktif yang melibatkan keterampilan secara terpisah, dan biasanya
keterampilan terintegrasi, dengan menggunakan ‘paper and pencil test’
menggunakan masalah dalam konsteks
nyata.
Evaluasi yang menggali munculnya Evaluasi yang menuntu satu jawaban benar.
berpikir divergent, pemecahan ganda, Jawaban benar menunjukkan bahwa si-
bukan hanya satu jawaban benar belajar telah menyelesaikan tugas belajar.
Evaluasi merupakan bagian utuh dari Evaluasi belajar dipandang sebagai bagian
belajar dengan cara memberikan tugas- terpisah dari kegiatan pembelajaran, dan
tugas yang menuntut aktivitas belajar yang biasnaya dilakukan setelah kegiatan belajar
bermkana serta menerapkan apa yang dengan penekanan pada evaluasi
dipelajari dalam konteks nyata. evaluasi individual.
menekankan pad aketerampilan proses
dalam kelompok.
5. Penutup
Berdasarkan uraian di atas maka untuk mengatasi beraneka ragam persoalan dalam
pembelajaran yang semakin rumit, maka pembelajaran behavioristik yang selama ini
telah digunakan selama bertahun-tahun, tampaknya tidak mampu lagi menjawab
semua persoalan pembelajaran, maka perlu mencari alternatif pembelajaran yang
lebih mampu mengatasi semua persoalan pembelajaran yang ada, salah satunya
adalah pendekatan konstruktivistik yang telah diuraikan. Pendekatan ini menghargai
perbedaan, menghargai keunikan invidu, menghargai keberagaman dalam menerima
dan memaknai pengetahuan.
Alkitab seringkali menyebutkan berbagai cara Tuhan Yesus mengajar, ada
khotbah di bukit, berdialog dengan para ahli taurat di dalam bait Allah pada usia 12
tahun, berjalan bersama dua orang murid ke Emaus, pada peristiwa perempuan yang
melacurkan diri dan banyak lagi, semua itu merupakan pembelajaran yang merupakan
perwujudan dari pembelajaran konstruktivistik. Pembelajaran yang membuat
pebelajarnya membangun maknanya sendiri, bukan mentranfer makna/pengetahuan.