You are on page 1of 6

Merangkum Buku Ilmu

Pengetahuan Populer

D
I
S
U
S
U
N
Oleh:
Zakiyuddin

Guru Pembimbing:
Yulinar

SEKOLAH MENENGAH
PERTAMA NEGERI 3
BANDA ACEH
Keterangan tentang buku:
Buku yang berjudul kiat menulis cerpen ini merupakan
buku hasil karangan dari Harris effendi thahar. Buku ini terbagi
menjadi 5 bab. Buku ini memiliki 178 lembar halaman
ditambah dengan V111 lembar.

Bab pertama pada buku ini berjudul pendahuluan. Bab


pertama membahas tentang apa sebenarnya yang dimaksud
dengan cerpen. Terdapat tiga macam jenis prosa yaitu novel,
novelet, dan cerpen.
Cerita pendek, atau yang lebih dikenal dengan akronim
cerpen, merupakan salah satu jenis fiksi yang paling banyak
ditulis orang. Selain itu menulis cerpen juga merupakan lahan
pekerjaan produktif dan memiliki prospek masa depan cerah.
Jadi sesuai sifatnya itu cerpen biasanya dapat dibaca dimana
pun kapanpun, maka tak heran kalau banyak dari anggota
remaja kita yang menyisihkan uang jajan sekedar untuk
membeli buku-buku kumpulan cerpen. Jadi dapat disimpulkan
selain memiliki “nilai” komersial cerpen juga memiliki nilai
estetika.
Cerpen novel dan novelet sama-sama tergolong prosa
fiksi. Ketiga prosa tersebut mempunyai unsur-unsur yang
sama, namun ketiganya dapat dilihat dari segi panjangnya
teks. Sesuai dengan namanya cerpen tentulah pendek,
sedangkan dalam novel peristiwa demi peristiwa seperti
bersambung-sambung yang dialami oleh tokoh utama,
sedangkan novelet merupakan nama lain dari novel pendek.
Sejak maraknya penerbitan majalah wanita di Indonesia,
novelet menjadi populer. Tentang muatan novelet sebenarnya
tiada beda dengan novel biasa, kecuali karena
“kependekannya” itu.
Jika ada majalah sastra memuat cerpen, maka dapat
dipastikan hampir semua orang menilai bahwa cerpen yang
termuat dalam majalah itu tergolong karya (cerpan) sastra.
Penilaian tersebut merupakan penilaian yang paling subjektif,
penilaian yang berada dalam tingkat paling awal dari seorang
pembaca. Media massa cetak dijual kepada masyarakat luas
yang berbeda latar belakang pengetahuannya status sosial
dan usianya. Oleh karena itu, cerpen-cerpen yang dimuat
merupakan jenis-jenis cerpen yang layak dibaca oleh seluruh
lapisan masyarakat pembacanya atau sekurang-kurangnya
setengah dari masyarakat pembacanya.
Berangkat dari anggapan bahwa karya sastra
merupakan refleksi dari dunia nyataatau realita, maka cerpen
yang merupakan salah satu bentuk fiksi juga berangkat dari
pelabuhan yang sama. Semua realita merupakan fakta yang
terjadi disetiap saat, dimana saja. Semua fakta yang kita
temukan suatu saat berubahlah ia menjadi suatu catatan
sejarah yang nyata. Manusia merupakan makhluk peniru,
dengan daya imajinasinya manusia dapat manusia dapat
menciptakan sesuatu yang lain dari “kepeniruannya” itu
menjadi sesuatu yang berharga. Karena manusia tidak dapat
tanpa melepaskan imajinasi dalam kesehariannya, maka fiksi
akan selalu kita jumpai di mana saja.

Bab 2, berjudul dorongan menulis cerpen. Bab ini berisi


tentang cara-cara menulis cerpen, yaitu: merekam objek,
pelatuk, dan rekayasa imajinasi.
1. Merekam obyek
Sebenarnya untuk merekam obyek yang akan dijadikan
bahan tulisan cerpen tidak perlu pergi jauh-jauh. Cukup
mengamati hal-hal yang menarik untuk diamati secara intens.
2. Pelatuk
Pelatuk dapat dikatakan sebagai momen-momen puncak
inspirasi menulis disebabkan oleh suatu sebab. Sekecil apapun
sebab itu, tapi mampu membuat seorang pengarang yang
telah terbiasa mengasuh imajinasinya untuk menulis.
3. Rekayasa imajinasi
Menyiasati menulis dengan merekayasa imajinasi,
pengarang berurusan dunia “mungkin”. Imajinasi tidak
mungkin lahir begitu saja tanpa pengalaman, baik nyata mau
pun batin. Para ahli sastra mengatakan bahwa karya seni tidak
berangkat dari kekosongan. Artinya, cikal bakal karya seni itu,
termasuk sastra merupakan refleksi dari kenyataan.

Bab 3, berjudul kiat menulis cerpen. Salah satu cara


menulis cerpen adalah merekayasa rangkaian cerita menjadi
unik, baru dan tentu saja tidak ada duanya. Kedengarannya
sulit sekali, Karena karena setiap pemula hampir selalu ingin
menuliskan cinta sebagai temannya. Di antara kiat-kiat
menulis cerpen itu adalah paragraf pertama,
mempertimbangkan pembaca, menggali suasana, kalimat
efektif, bumbu-bumbu, menggerakkan tokoh, fokus cerita,
sentakan akhir, menyunting, memberi judul.
1. Paragraf pertama
Selain judul, paragraf utama adalah etalase sebuah
cerpen. Ketika paragraf pertamanya mulai dibaca, tidak
menarik, maka lantas kemungkinan pembaca tidak
melanjutkan sampai tamat. Mungkin karena terlau biasa
(klise), atau terkesan menggurui pembaca dengan filsafat-
filsafat basi dan tak mengundang selera.
2. Mempertimbangkan pembaca
Pembaca adalah konsumen, sedangkan pengarang
merupakan produsen. Produsen harus senantiasa
mempertimbangkan mutu produknya untu dipasarkan. Apalagi
mengingat persaingan pasar yang semakin taja. Pembaca
sebagai konsumen jelas memerlukan bacaan yang baru, segar,
unik, menarik, dan menyentuh rasa kemanusiawian.
3. Menggali suasana
Melukiskan susana suatu latar kadang-kadang
memerlukan detail yang jelimet. Suasana alam sebagai suatu
latar cerita dapat lebih menarik ketimbang disaksikan sendiri.
Seorang penulis cerpen dituntut menjadi seorang esensialis,
artinya orang yang mampu menangkap esensi dari suatu
kenyataan.
4. Kalimat efektif
Kalimat-kalimat dalam cerpen adalah kalimat yang
berkategori kalimat efektif. Bagaimanapun bagusnya isi
sebuah cerpen, tidak akan menarik apabila diantarkan oleh
kalimat-kalimat yang tidak bagus. Bagaimana mungkin
seorang pembaca dapat menyukai suatu cerpen yang
bahasanya sulit dimengerti.
5. Bumbu-bumbu
Dalam sebuah cerpen yang memang terbatas dalam satu
fokus cerita dan panjangnya karangan, bumbu seks atau
bumbu humor sebenarnya berperan sebagai lebih
menghidupkan suasana, tidak lebih.
6. Menggerakkan tokoh (karakter)
Cerita pendek bukan mrupakan realitas obyektif, atau
suatu peristiwa benar-benar terjadi. Karakter tokaoh menjadi
kuat apabila tokohnya “hidup”, artinya bukan tokoh seperti
bukan buah catur atau semut yamg berbaris dan berfungsi
sebagai pajangan.
7. Fokus cerita
Cerpen juga memerlukan fokus seperti halnya sebuah
karya foto yang baik. Jika fokusnya kabur atau obyeknya
tenggelam dalam obyek di sekelilingnya, makakarya foto itu
bukan merupakan foto yang bagus. Sedangkan foto yang
bagus adalah foto yang fokusnya tajam, sedangkan obyek di
luarnya merupakan faktor pendukung obyek utama sehingga
tampak wajar, artistik dan boleh jadi mengagumkan.
8. Sentakan akhir
Akhir cerpen merupakan sentakan yang membuat
pembaca terkesan. Kesan yang ditimbulkannya mungkin
macam-macam, senyum-senyum, menarik nafas panjang atau
merenung dalam karena terharu tanpa harus menuliskan kata-
kata “sedih”. Kuncinya adalah sentakan akhir kalimat terakhir
dari paragraf terakhir.
9. Menyunting
Menyunting artinya membenahi hasil pekerjaan yang
baru saja selesai. Langkah awal penyuntingan adalah
membaca ulang kembali secara keseluruhan dengan teliti di
layar komputer atau hasil ketikan jika memakai mesin ketik.
Pekerjaan menyunting merupakan pekerjaan yang tidak
menarik dan diluar proses kreatif, namun proses penyuntingan
merupakan keharusan.
10. Memberi judul
Memberi judul pada suatu cerpen merupakan sesuatu
yang gampang-gampang susah. Karena judul merupakan daya
tarik tersendiri bagi pembaca. Mengingat judul merupakan
cerminan dari isi, sebaiknya judul ditulis belakangan, meskipun
sebelum mulai menulis anda telah menyiapkan sebuah judul,
danberangkat dari judul itu.

Bab 4 Visi dan gaya. Tiap pengarang memiliki visi


(pandangan) dan gaya (style) masing-masing Visi dan gaya itu
menjadi milik pribadi pengarang atau pencipta karya kreatif,
dalam hal ini sastra prosa. Untuk hadir memikat, maka
wajarlah pengarang mempunyai siasat sendiri, sikap dan gaya
tersendiri pula. Secara garis besar visi dan gaya pengarang
dibagi atas dua yaitu: gaya pengarang ternama dan gaya
pengarang muda. Beberapa contoh pengarang ternama ialah:
Putu wijayya Budi darma
Ahmad tohari Danarto
Seno gumira ajidarma Hamsad rangkuti

Bab 5 proses kreatif. Menurut pengalaman pengarang,


dari sekian banyak pengalaman pengarang fiksi termasuk fiksi
cerpen, kegemaran membaca merupakan salah satu modal
dasar kepengarangannya. Seorang penulis cerpen atau
pengarang fiksi bekerja sendiri dan tak terbatas waktu, kecuali
kalau sudah capai. Ada beberapa cara menuju proses kreatif,
seperti: memikirkan sumber karangan dan memikirkan cara
menciptakan konflik.
1. Sumber karangan
Sumber karangan bagi para penulis tidak hanya
merupakan pengalaman batin yang pernah mereka alami. Bisa
saja inspirassi karangannya diperoleh dari membaca artikel-
artikel, pergi ke perpustakaan, dan lain-lain.
2. Menciptakan konflik
Dalam cerpen hanya ada satu permasalahan pokok,
karna itu konflik yang tercipta hanyalah satu. Permasalahan
utama dalam menciptakan konflik adalah bagaimana mencari
model tokoh sebuah cerpen sehingga tercipta persoalan dan
konflik di dalamnya.

You might also like