You are on page 1of 25

BAB I

PENDAHULUAN

Setiap tahap perubahan dalam perjalanan hidup manusia senantiasa mendatangkan


perasaan tegang atau stres dalam jiwa manusia. Isi perasaan tegang itu tidak saja rasa
gembira karena mendapatkan suatu keadaan atau benda yang sejak lama telah diidamkan
atau yang sama sekali tidak dinyana, baik yang menggembirakan atau sebaliknya.
Perasaan tegang juga timbul karena kecewa mengalami situasi yang sama sekali tak
diduga dan tak diharapkan terjadi dalam hidupnya. Perasaan gembira dan sedih tertekan
(depresif) merupakan ketegangan jiwa yang sama dampaknya menjadikan jiwa manusia
bergolak gelombang tidak tenteram seperti sebelumnya satu sampai tiga bulan menurut
para ahli. Secara perlahan pergolakan gelombang rasa suka dan duka itu bergulir mulai
gelombang kecil sederhana sampai membesar kemudian melandai dan akhirnya mendatar
kembali mencapai ketenangan.
Apabila ketenangan tersebut gagal dicapai, maka manusia cenderung berpikir
negatif. Hampir setiap orang memiliki pikiran-pikiran gelap saat suasana hati mereka
sedang buruk. Bila sedang depresi, pikiran-pikiran seseorang dapat luar biasa negatifnya.
Pikiran-pikiran negatif ini juga dapat mengambil alih dan mengganggu pandangan akan
kenyataan.
Depresi sendiri merupakan suatu kondisi yang memiliki gejala baik fisik maupun
psikologis. Seringkali depresi merupakan hasil dari tekanan yang berlebihan yang terjadi
dalam jangka waktu yang cukup lama. Akhirnya timbul perasaan putus asa, nelangsa
serta tidak berharga. Kemudian timbul hambatan dalam hubungannya dengan sesama,
masalah seksual atau kesulitan dalam konsentrasi serta daya ingat. Sedangkan gejala fisik
yang timbul meliputi kelelahan serta kelemahan yang amat sangat disertai dengan
perubahan berat badan, minat dan antusiasme dalam pekerjaan, serta perubahan dalam
pola tidur.
Depresi biasanya terjadi saat stress yang dialami seseorang tidak kunjung reda,
atau dapat pula berkorelasi dengan kejadian dramatis yang baru terjadi atau menimpa
seseorang. Depresi adalah masalah yang bisa dialami oleh siapapun di dunia ini. Banyak
orang yang enggan mengaku mengalami depresi karena khawatir dianggap sakit jiwa.

1
Padahal, depresi sebagai gangguan mental yang paling banyak menimbulkan beban
disabilitas, meningkatkan morbiditas, mortalitas & risiko bunuh-diri, serta bisa
berdampak menurunkan kualitas hidup pasien dan seluruh keluarganya.
Saat ini, banyak orang yang mencari psikoterapi dengan berbagai alasan, tetapi
kebanyakan dari mereka dikarenakan kebutuhan akan bantuan untuk masalah-masalah
yang sangat berat. Kebanyakan orang membicarakan masalahnya kepada teman dan
keluarga, tetapi itu tidak mampu memperbaiki keadaan dirinya. Psikoterapi merupakan
salah satu cara yang tepat untuk membicarakan masalah dan mendapatkan
pemecahannya. Oleh karena itu psikoterapi sangatlah dibutuhkan dalam penyembuhan
pada orang-orang yang memiliki masalah terutama masalah kesehatan jiwa.
Ada banyak jenis psikoterapi yang dapat diberikan untuk berbagai masalah
pasien. Sayangnya, indikasi spesifik untuk psikoterapi spesifik umumnya tidak tersedia.
Salah satu jenis psikoterapi yang umum dikenal adalah terapi kognitif.
Terapi kognitif bisa merupakan cara yang efektif dalam meredakan pikiran-
pikiran negatif yang sering muncul saat seseorang gagal mencapai ketenangan. Saat
digunakan untuk depresi, terapi kognitif menyediakan sebuah perlengkapan atau
peralatan mental yang dapat digunakan untuk menantang pikiran-pikiran negatif. Selama
jangka waktu yang lama, terapi kognitif untuk depresi dapat merubah cara orang-orang
yang depresi dalam melihat dunia.
Penelitian-penelitian telah menunjukkan bahwa terapi kognitif bekerja, sedikitnya
sebaik obat-obat antidepresan dalam membantu orang-orang yang memiliki depresi
ringan sampai sedang. Pengobatan dengan obat-obatan dan/atau psikoterapi dapat
memperpendek lamanya depresi dan dapat membantu mengurangi gejala-gejala seperti
kelelahan dan rasa harga diri yang rendah yang menyertai depresi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

PENGERTIAN DEPRESI
Depresi adalah suatu gangguan kedaan tonus perasaan yang secara umum ditandai
oleh rasa kesedihan, apati, pesimisme, dan kesepian. Keadaan ini sering disebutkan
dengan istilah kesedihan (sadness), murung (blue), dan kesengsaraan.
Menurut Chaplin, depresi dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Pada orang normal
merupakan ganguan kemurungan (kesedihan, patah semangat) yang ditandai dengan
perasaan tidak pas, menurunnya kegiatan, dan pesimisme menghadapi masa yang
akan datang.
2. Pada kasus patologis
merupakan ketidakmauan ekstrim untuk mereaksi terhadap rangsang disertai
menurunnya nilai diri, delusi ketidakpasan, tidak mampu, dan putus asa.
Menurut PPDGJ III depresi adalah gangguan yang memiliki karakteristik:
a. Gejala utama
 Afek depresif
 Kehilangan minat dan kegembiraan
 Berkurangnya energi yang menuju pada meningkatnya keadaan mudah lelah
(rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktifitas.
b. Gejala lainnya
 Konsentrasi dan perhatian berkurang
 Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
 Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
 Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
 Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
 Tidur terganggu
 Nafsu makan berkurang 
 

3
KLASIFIKASI DEPRESI
Menurut DSM IV Gangguan depresi terbagi dalam 3 kategori, yaitu:
1. Gangguan depresi berat (mayor depressive disorder).
Mensyaratkan kehadiran 5 atau lebih simptom depresi menurut kriteria DSM-IV
selama 2 minggu. Kriteria terebut adalah:
a. Suasana perasaan depresif hampir sepanjang hari yang diakui sendiri oleh subjek
ataupun observasi orang lain. Pada anak-anak dan remaja perilaku yang biasa
muncul adalah mudah terpancing amarahnya.
b. Kehilangan minat atau perasaan senang yang sangat signifikan dalam menjalani
sebagian besar aktivitas sehari-hari.
c. Berat badan turun secara siginifkan tanpa ada program diet atau justru ada
kenaikan berat badan yang drastis.
d. Insomnia atau hipersomnia berkelanjutan.
e. Agitasi atau retadasi psikomotorik.
f. Letih atau kehilangan energi.
g. Perasaan tak berharga atau perasaan bersalah yang eksesif.
h. Kemampuan berpikir atau konsentrasi yang menurun.
i. Pikiran-pikiran mengenai mati, bunuh diri, atau usaha bunuh diri yang muncul
berulang kali.
j. Distres dan hendaya yang signifikan secara klinis.
k. Tidak berhubungan dengan belasungkawa karena kehilangan seseorang.

2. Gangguan distimik (dysthymic disorder)


Suatu bentuk depresi yang lebih kronis tanpa ada bukti suatu episode depresi berat.
Dahulu disebut depresi neurosis. Kriteria DSM-IV untuk gangguan distimik:
a. Perasaan depresi selama beberapa hari, paling sedikit selama 2 tahun (atau 1
tahun pada anak-anak dan remaja)
b. Selama depresi, paling tidak ada dua hal berikut yang hadir: tidak nafsu makan
atau makan berlebihan, insomnia atau hipersomnia, lemah atau keletihan, self
esteem rendah, daya konsentrasi rendah, atau sulit membuat keputusan, perasaan
putus asa.

4
c. Selama 2 tahun atau lebih mengalami gangguan, orang itu tanpa gejala-gejala
selama 2 bulan.
d. Tidak ada episode manik yang terjadi dan kriteria gangguan siklotimia tidak
ditemukan.
e. Gejala-gejala ini tidak disebabkan oleh efek psikologis langsung dari kondisi obat
atau medis.
f. Signifikansi klinis distress (hendaya) atau ketidaksempurnaan dalam fungsi.

3. Gangguan afektif bipolar atau siklotimik (Bipolar affective illness or cyclothymic


disorder). Kriteria menurut DSM-IV:
a. Kemunculan (atau memiliki riwayat pernah mengalami) sebuah sebuah episode
depresi berat atau lebih.
b. Kemunculan (atau memiliki riwayat pernah mengalami) paling tidak satu episode
hipomania.
c. Tidak ada riwayat episode manik penuh atau episode campuran.
d. Gejala-gejala suasana perasaan bukan karena skizofrenia atau menjadi gejala yang
menutupi gangguan lain seprti skizofrenia.
e. Gejala-gejalanya tidak disebabkan oleh efek-efek fisiologis dari substansi tertentu
atau kondisi medis secara umum.
f. Distres atau hendaya dalam fungsi yang signifikan secara klinis.

 Menurut PPDGJ klasifikasi depresi adalah sebagai berikut:


1. Episode depresif ringan
 Minimal harus ada dua dari tiga gejala utama depresi seperti kriteria PPDGJ
 Ditambah sekurang- kurangnya dua gejala sampingan (yang tidak boleh ada
gejala berat diantaranya)
 Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2 minggu
 Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa
dilakukannya.

5
2. Episode depresif sedang
 Minimal harus ada dua dari 3 gejala utama
 Ditambah sekurang- kurangnya 3 (dan sebaiknya empat) dari gejala lainnya
 Seluruh episode berlangsung minimal 2 minggu
 Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan dan
urusan rumah tangga.
 Tanpa gejala somatik atau dengan gejala somatik.
3. Episode depresif berat tanpa gejala psikotik
 Semua gejala utama harus ada.
 Ditambah minimal 4 dari gejala lainnya dan beberapa diantaranya harus
berintensitas berat.
 Episode depresi terjadi minimal 2 minggu, namun dibenarkan dalam kurung
waktu yang lebih singkat apabila gejala luar biasa beratnya dan berlangsung
cepat.
 Sangat tidak mungkin pasien untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan, atau
urusan rumah tangga kecuali pada taraf yang sangat terbatas.
4. Episode depresif berat dengan gejala psikotik
 Memenuhi seluruh kriteria episode depresif berat tanpa gejala psikotik
 Disertai waham, halusinasi, atau stupor depresif

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB DEPRESI


Secara umum orang mengalami depresi karena salah satu kejadian atau situasi
sebagai berikut:
1. Kehilangan orang yang dicintai, mungkin karena kematian.
2. Peristiwa traumatis atau stressfull, misalnya mengalami kekerasan, deprifasi sosial
yang kronik atau penolakan sosial.
3. Penyakit fisik yang kronis.
4. Obat-obatan atau narkoba.
5. Adanya penyakit mental lain.
6. Seseorang yang mempunyai orang tua atau saudara kandung yang mengalami depresi
akan mengalami peningkatan resiko mengalami depresi juga.

6
Secara khusus faktor- faktor yang menyebabkan depresi adalah sebagai berikut:
a. Faktor genetik
Bukti penelitian pada orang kembar menunjukkan bahwa jika salah satu kembar
identik didiagnosis menderita manik depresif, kemungkinan 72% saudara kembarnya
akan menderita gangguan yang sama. Angka kesesuaian yang menderita depresi
(40%) juga lebih tinggi dari angka untuk kembar fraternal (11%), tetapi perbedaan
antara kedua angka itu jauh lebih kecil jika dibandingkan perbedaan untuk kembar
manik depresif.
Meskipun penyebab depresif secara pasti tidak dapat ditentukan, faktor genetik
mempunyai peran terbesar. Gangguan alam perasaan cenderung terdapat dalam suatu
keluarga tertentu. Bila suatu keluarga salah satu orang tuanya menderita depresi,
maka anaknya beresiko dua kali lipat akan menderita depresi juga. Apabila kedua
orang tuanya menderita depresi, maka resiko untuk mendapatkan gangguan alam
perasaan sebelum usia 18 tahun menjadi 4 kali lipat.
Pada kembar monozigot, 75% akan mengalami gangguan afektif sedangkan
apabila kembar dizigot hanya 19%. Pricer (1968) dan Bertelsen et al (1977),
melaporkan hasil yang hampir sama. Bagaimana proses gen diwariskan, belum
diketahui secara pasti. Bahwa kembar monozigot tidak 100% menunjukkan
gangguan afektif, kemungkinan ada faktor non-genetik yang turut berperan.

b. Faktor biokimia
Bukti-bukti yang ada menyatakan bahwa mood kita diregulasi oleh
neurotransmitter yang mengirimkan impuls syaraf dari satu neuron ke neuron lain.
Sejumlah zat kimia berfungsi sebagai neurotransmitter di berbagai sistem syaraf
yang berbeda, dan perilaku normal memerlukan keseimbangan yang cermat
diantaranya. Tiga neurotransmitter yang diyakini memiliki peranan penting dalam
gangguan mood adalah norepinefrin, dopamin, dan serotonin. Suatu hipotesis yang
diterima secara luas adalah depresi berkaitan dengan defisiensi salah satu atau ketiga
neurotransmitter itu dan mania berkaitan dengan kelebihan salah satu atau ketiganya.
Hormon pertumbuhan juga diperkirakan sebagai penyebab patogenesis dari
depresi. Tingginya hormon pertumbuhan basal pada malam hari ditemukan pada

7
remaja yang depresi dan juga pada anak-anak yang depresi dibandingkan dengan
anak-anak yang tidak mempunyai gangguan tersebut.
Hipotesis lain menyatakan bahwa depresi yang terjadi erat hubungannya dengan
perubahan keseimbangan adrenergik-asetikolin yang ditandai dengan meningkatnya
kolinergik, sementara dopamin secara fungsional menurun.

c. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan seperti kehilangan sesuatu, stress, mungkin bisa jadi variabel
penyebab yang terpenting. Karena depresi dapat timbul pada keluarga, anak-anak
yang depresi lebih sering ditemukan pada keluarga atau orang tua yang mengalami
depresi (lebih sering pada ibu). Interaksi ibu-ibu yang depresi pada anak-anaknya
bisa berakibat negatif.
Pengalaman awal (hilangnya kasih sayang orang tua atau ketidakmampuan
mendapatkan kepuasan melalui hasil keringat sendiri) mungkin juga menjadikan
seseorang rentan terhadap depresi di kemudian hari.
Dilaporkan bahwa orang tua dengan gangguan afektif cenderung akan selalu
menganiaya atau menelantarkan anaknya dan tidak mengetahui bahwa anaknya
menderita depresi sehingga tidak berusaha untuk mengobatinya. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa status perkawinan orang tua, jumlah sanak saudara, status sosial
keluarga, perpisahan orang tua, perceraian, fungsi perkawinan, atau struktur keluarga
banyak berperan dalam terjadinya gangguan depresi pada anak. Ibu yang menderita
depresi lebih besar pengaruhnya terhadap kemungkinan gangguan psikopatologi
anak dibandingkan ayah yang mengalami depresi. Ada hubungan yang siginifikan
antara riwayat penganiayaan fisik atau seksual dengan depresi, tetapi mekanismenya
belum diketahui secara pasti.
Depresi juga bisa muncul karena salah asuh di rumah. Anak yang mendapat
perlakuan tidak mengenakan dari orangtua cendrung mudah marah dan tidak puas.
Tapi anak tidak tahu cara pelampiasannya sehingga mereka melampiaskan ke dirinya
sendiri.
Di antara contoh perlakuan orangtua yang tidak mengenakan adalah terlalu
menuntut, selalu menyalahkan, tidak menghargai, atau sering berkata/berlaku kasar.

8
Jika perlakuan seperti ini terus menerus diterima anak sementara lingkungan sosial
maupun sekolah juga menyudutkannya, maka anak bisa mengalami depresi.
Di sekolah maupun lingkungan pergaulan lainnya anak-anak juga bisa mengalami
berbagai kekecewaan misalnya anak sebaya di umumnya sudah bisa melakukan
sesuatu. Apabila ternyata anak tersebut tidak mampu, maka ia akan diejek oleh
teman-temannya. Hal ini akan menimbulkan kekesalan terhadap dirinya sendiri. Ia
akan bertanya-tanya kenapa dirinya tidak mampu melakukan seperti yang orang lain
lakukan. Akibatnya si anak menjadi tidak percaya diri dan akhirnya depresi.

TERAPI KOGNITIF
Terapi kognitif merupakan suatu psikoterapi yang dikembangkan oleh psikiatris
Amerika, Aaron T. Beck. Terapi ini bertujuan untuk membantu pasien mengatasi
kesulitan dengan mengidentifikasi dan mengubah cara berpikir disfungsional, perilaku,
dan tanggapan emosional. Hal ini mencakup dalam hal membantu pasien
mengembangkan keterampilan untuk mengubah keyakinan, mengidentifikasi pemikiran
yang menyimpang, berhubungan dengan orang lain dengan cara yang berbeda, dan
perubahan perilaku.
Terapi kognitif, menurut Aaron Beck- adalah suatu teori yang berlandaskan
pemikiran “berdasarkan alasan teoritis dimana afek dan perilaku individual sangat
ditentukan oleh cara dimana seseorang menyusun dunia”. Penyusunan dunia seseorang
didasarkan pada kognisi (ide verbal atau gambaran yang ada bagi alam sadar), yang
didasarkan pada asumsi (skema yang dikembangkan dari pengalaman sebelumnya).
Menurut Beck, jika seseorang menginterpretasikan pengalaman dalam hal apakah ia
kompeten dan adekuat, pikirannya mungkin didominasi oleh skema,”Jika saya tidak
melakukan segalanya dengan sempurna, saya adalah gagal.” Sebagai akibatnya, ia
bereaksi terhadap situasi dalam hal keadekuatan kendatipun hal tersebut tidak
berhubungan dengan apakah ia adalah kompeten secara pribadi atau tidak.
Terapi kognitif merupakan terapi terstruktur jangka pendek yang menggunakan
kerja sama aktif antara pasien dan ahli terapi untuk mencapai tujuan terapetik. Terapi ini
berorientasi terhadap masalah sekarang dan pemecahannya. Terapi biasanya dilakukan

9
atas dasar individual, walaupun metoda kelompok juga digunakan. Terapi juga dapat
digunakan bersama-sama dengan obat.
Terapi kognitif telah diterapkan terutama untuk gangguan depresif (dengan atau
tanpa gagasan bunuh diri); tetapi, terapi ini juga telah digunakan pada kondisi lain,
seperti gangguan panik, gangguan obsesif-kompulsif, dan gangguan kepribadian
paranoid, dan gangguan somatoform. Terapi depresi dapat berperan sebagai paradigma
pendekatan kognitif.

DEPRESI DARI TINJAUAN TERAPI KOGNITIF


Teori kognitif tentang depresi menyatakan bahwa disfungsi kognitif adalah inti
dari depresi dan bahwa perubahan afektif dan fisik dan ciri penyerta lainnya dari depresi
adalah akibat dari disfungsi kognitif. Sebagai contohnya, apati dan energi yang rendah
adalah akibat harapan seseorang tentang kegagalan pada semua bidang. Demikian juga,
paralisis kemauan berasal dari pesimisme dan perasaan putus asa seseorang.
Konsep ini dikenal dengan istilah ’segi tiga kognitif dari depresi’ (cognitive triad
of depression). Aspek dari segi tiga tersebut adalah:
1. Pandangan negatif tentang diri sendiri
Memandang sendiri sebagai tidak berharga, penuh kekurangan, tidak adequate, tidak
dapat dicintai, dan kurang memiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk mencapai
kebahagiaan.
2. Pandangan negatif tentang lingkungan
Memandang lingkungan sebagai pemaksa tuntutan yang berlebihan dan/atau
memberikan hambatan yang tidak mungkin diatasi sehingga terus-menerus
menyebabkan kegagalan dan kehilangan.
3. Pandangan negatif tentang masa depan
Memandang masa depan tanpa harapan dan meyakini bahwa dirinya tidak
mempunyai kekuatan untuk mengubah hal itu menjadi lebih baik. Pandangan orang
ini terhadap masa depan hanyalah kegagalan dan kesedihan yang berkelanjutan serta
kesulitan yang tidak pernah selesai.

10
Berbagai jenis distorsi kognitif yang diasosiasikan dengan depresi:
a. Cara berpikir ”semua atau tidak sama sekali” (all or nothing thinking).
Memandang kejadian secara hitam-putih (hanya benar-salah atau baik-buruk).
b. Generalisasi yang berlebihan.
Mempercayai bahwa bila suatu peristiwa negatif terjadi, maka hal itu cenderung
akan terjadi lagi pada situasi yang serupa di masa depan.
c. Filter mental.
Berfokus hanya pada detail-detail negatif dari suatu peristiwa dan dengan sendirinya
menolak unsur-unsur positif dari semua yang pernah dialami.
d. Mendiskualifikasikan hal-hal positif.
Mengacu pada kecenderungan untuk memilih kalah dari kemenangan yang hampir
terjadi dengan menetralisasi atau tidak mengakui pencapaian yang diraih.
e. Tergesa-gesa membuat kesimpulan.
Membentuk interpretasi negatif mengenai suatu peristiwa meskipun kurang bukti.
f. Membesar-besarkan dan mengecilkan (catastrophic thinking).
Membesar-besarkan atau mengkatastrofikan mengacu pada kecenderungan untuk
membuat gunung dari kerikil-kerikil, untuk membesar-besarkan pentingnya
peristiwa-peristiwa negatif ketakutan atau kesalahan. Mengecilkan adalah suatu tipe
dari distorsi kognitif dimana seorang memandang rendah kebaikan-kebaikannya.
g. Penalaran emosional.
Menginterpretasikan perasaan dan peristiwa berdasarkan emosi dan bukan pada
pertimbangan-pertimbangan rasional berdasarkan bukti yang ada.
h. Pernyataan-pernyataan keharusan.
Menciptakan perintah personal atau self-commandments (keharusan-keharusan atau
semesti-semesti). Dengan menciptakan harapan yang tidak realistis (musterbation)
dapat menyebabkan seseorang menjadi depresi saat gagal mencapainya.
i. Memberi label dan salah melabel.
Meletakkan label negatif pada diri sendiri dan orang lain.
j. Melakukan personalisasi.
Kecenderungan untuk mengasumsikan bahwa diri kita bertanggung jawab atas
masalah dan perilaku orang lain.

11
Terapi dilakukan untuk menghilangkan depresi dan mencegah rekurensinya
dengan membantu pasien untuk :
1. mengidentifikasi dan menguji kognisi negatif
2. mengembangkan skema alternatif dan lebih fleksibel
3. mengulangi respon kognitif yang baru dan respon perilaku yang baru

Tujuannya adalah untuk mengubah cara seseorang berpikir dan, selanjutnya,


untuk menghilangkan gangguan depresif. Pada tabel berikut tampak contoh pikiran
depresif yang tipikal (dinamakan pikiran primitif [primitive thinking] oleh Beck),
dibandingkan dengan pikiran adaptif (matur) yang diupayakan dicapai oleh terapi
kognitif.

Pikiran Primitif Pikiran Matur

Nondimensional dan global Multidimensional


Saya agak takut, sangat bermurah hati, dan
Saya ketakutan
cukup cerdas.
Absolutistik dan moralistik Relativistik dan tidak menghakimi
Saya lebih takut dari sebagian orang yang saya
Saya seorang pengecut hina
kenal.
Tidak bervariasi Bervariasi
Saya selalu menjadi dan akan Rasa takut saya adalah berlainan dari waktu ke
selalu menjadi pengecut. waktu dan dari situasi ke situasi.
Diagnosis karakter Diagnosis perilaku
Saya memiliki cacat dalam Saya terlalu banyak menghindari situasi, dan
karakter saya. saya mengalami banyak ketakutan.
Ireversibilitas Reversibilitas
Karena saya pada dasarnya lemah, Saya dapat mempelajari cara menghadapi
tidak ada yang dapat dilakukan. situasi dan mengatasi ketakutan saya.

STRATEGI DAN TEKNIK

12
Secara keseluruhan, terapi relatif singkat, berlangsung sampai kira-kira 25
minggu. Jika pasien tidak membaik pada waktu tersebut, diagnosis harus diperiksa ulang.
Terapi pemeliharaan dapat dilakukan selama periode beberapa tahun.
Seperti pada psikoterapi lainnya, peranan ahli terapi penting untuk keberhasilan
terapi. Ahli terapi harus mampu memancarkan pengalaman hidup yang hangat dan
dimengerti dari masing-masing pasien, dan benar-benar murni dan jujur dengan dirinya
sendiri dan dengan pasiennya. Ahli terapi harus mampu berhubungan secara terampil dan
interaktif dengan pasiennya.
Ahli terapi kognitif membuat agenda pada awal masing-masing sesi, menyusun
tugas rumah yang harus dikerjakan di antara sesi, dan mengajarkan keterampilan baru.
Ahli terapi dan pasien secara aktif bekerja sama. Terapi kognitif memiliki tiga
komponen: aspek didaktik, teknik kognitif, dan teknik perilaku,

I. Aspek Didaktik
Aspek didaktik termasuk penjelasan kepada pasien tentang trias kognitif,
skema dan logika yang salah. Ahli terapi harus mengatakan kepada pasien bahwa
mereka akan menyusun hipotesis bersama-sama dan mengujinya selama perjalanan
terapi. Terapi kognitif mengharuskan penjelasan lengkap tentang hubungan antara
depresi dan pikiran, afek, dan perilaku, dan juga alasan semua aspek terapi.
Penjelasan bertentangan dengan ahli terapi berorientasi analitik, yang memerlukan
sedikit penjelasan.

II. Teknik Kognitif


Pendekatan kognitif terdiri dari empat proses, yaitu: mendapatkan pikiran
otomatis, menguji pikiran otomatis, mengidentifikasi anggapan dasar yang
maladaptif, dan menguji keabsahan anggapan maladaptif.

1. Mendapatkan pikiran otomatis

13
Pikiran otomatis adalah kognisi yang menghalangi antara peristiwa eksternal
dan reaksi emosional orang terhadap peristiwa. Suatu contoh dari pikiran otomatis
adalah keyakinan bahwa “setiap orang akan mentertawakan saya jika mereka
mengetahui betapa buruknya permainan”-suatu pikiran yang terjadi pada
seseorang yang diminta untuk bermain bowling dan berespon secara negatif.
Contoh lain adalah pikiran seseorang bahwa “ia tidak menyukai saya”, jika
seseorang berjalan di hadapan orang tersebut tanpa menyapa.
Pikiran otomatis juga dinamakan distorsi kognitif. Tiap gangguan
psikopatologis memiliki sifat kognitif spesifiknya sendiri dari pikiran yang
terganggu, di mana, jika diketahui, memberikan kerangka kerja unuk intervensi
kognitif spesifik. Berikut adalah sifat kognitif gangguan psikiatrik:
- Gangguan depresif  pandangan negatif tentang diri sendiri, pengalaman
dan masa depan.
- Episode hipomanik  pandangan yang melambung tentang diri sendiri,
pengalaman dan masa depan.
- Gangguan kecemasan  rasa takut akan bahaya fisik atau psikologis.
- Gangguan panik  misinterpretasi menakutkan pengalaman tubuh dan
mental.
- Fobia  bahaya dalam situasi tertentu dan dapat dihindari.
- Gangguan kepribadian paranoid  bias negatif, gangguan dan sebagainya
oleh orang lain.
- Gangguan konversi  konsep kelainan motorik atau sensorik.
- Gangguan obsesif-kompulsif  peringatan atau keraguan berulang tentang
keamanan dan tindakan berulang untuk menangkis ancaman.
- Perilaku bunuh diri  keputusasaan dan defisit dalam pemecahan masalah.
- Anoreksia nervosa  rasa takut menjadi gemuk atau tidak berbentuk.
- Hipokondriasis  menderita gangguan medis yang serius.

2. Menguji pikiran otomatis

14
Dengan berperan sebagai guru, ahli terapi membantu pasien menguji
keabsahan pikiran otomatis. Tujuannya adalah untuk mendorong pasien menolak
pikiran otomatis yang tidak akurat atau berlebih-lebihan setelah pemeriksaan yang
cermat.
Pasien seringkali menyalahkan dirinya sendiri untuk hal-hal buruk yang
mungkin memang ada di luar kendali mereka. Ahli terapi bersama-sama dengan
pasien meninjau situasi keseluruhan dan membantu menghubungkan kembali
kesalahan atau penyebab peristiwa yang tidak menyenangkan. Menciptakan
penjelasan alternatif untuk peristiwa adalah cara lain untuk menggali pikiran
otomatis yang tidak akurat dan menyimpang.

3. Mengidentifikasi asumsi maladaptif


Saat pasien dan ahli terapi terus berusaha mengidentifikasi pikiran otomatis,
pola biasanya menjadi tampak. Pola mewakili aturan atau anggapan umum yang
maladaptif yang menuntun kehidupan pasien. Contohdari aturan tersebut adalah
“Supaya gembira, saya harus sempurna” dan “Jika setiap orang tidak menyukai
saya, saya tidak dicintai”. Aturan tersebut akan menyebabkan kekecewaan dan
kegagalan dan akhirnya depresi.

ASUMSI Jika saya baik (Menderita bagi orang lain, tampak senang dan cantik) hal yang
buruk (perceraian, anak yang tidak dapat dikendalikan) tidak akan terjadi pada
PRIMER diri saya

ASUMSI Adalah kesalahan saya jika terjadi hal Hidup tidak adil (karena saya baik
SEKUNDER yang buruk (karena saya tidak baik) dan hal yang buruk terjadi)

PIKIRAN - Saya disebabkan oleh suami saya


- Mengapa saya memiliki suami
OTOMATIS untuk berkelakuan buruk.
- Tuhan tidak adil pada saya
- Saya dikacaukan oleh kehidupan
- Mengapa anak-anak saya
anak-anak dengan bercerai.
nakal?
- Saya tidak pernah mendapatkan
- Atasan saya tidak seharusnya
waktu yang baik.
mengkritik saya
- Ini karena saya tidak baik.

Kesedihan Kemarahan
AFEK
Depresi
4. Menguji keabsahan asumsi maladaptif

15
Mirip dengan pengujian keabsahan pikiran otomatis. Satu tes yang cukup
efektif adalah bagi ahli terapi untuk meminta pasien mempertahankan keabsahan
suatu asumsi. Sebagai contohnya, jika pasien menyatakan bahwa ia harus selalu
membangun kemampuannya, ahli terapi dapat bertanya,”Mengapa hal tersebut
sangat penting bagi anda?”
Dalam tabel berikut dapat dilihat contoh beberapa intervensi yang dirancang untuk
mendapatkan, mengidentifikasi, menguji dan memperbaiki penyimpangan kognitif
yang menyebabkan depresi dan afek menyakitkan lainnya.
Asumsi Intervensi
Generalisasi Berlebihan (overgeneralization)
Pemaparan dengan logika yang salah.
Jika hal ini berlaku pada satu kasus, ini berlaku
Menegakkan kriteria kasus mana yang serupa dan
pada semua kasus walaupun sedikit kemiripannya.
sampai berapa besar.
Abstraksi selektif
Kejadian satu-satunya yang menjadi masalah
Menggunakan buku harian untuk mencatat
adalah kegagalan, kekurangan, dll. Harus mengukur
keberhasilan yang dilupakan pasien.
diri sendiri dari kesalahan, kelemahan, dll.
Tanggung jawab berlebihan (menanggung kecelakaan pribadi)
Saya bertanggung jawab atas semua hal yang
Teknik melepaskan pertalian (disattribution)
buruk, kegagalan, dll.
Menanggung kecelakaan temporal (meramalkan tanpa bukti yang cukup)
Menunjukkan logika yang salah. Faktor khusus lain
Jika benar di masa lalu, maka akan selalu benar. yg dapat mempengaruhi akibat selain dari kejadian
masa lalu.
Referensi diri
Saya merupakan pusat perhatian semua orang, Menegakkan kriteria untuk menentukan kapan pasien
terutama prestasi buruk saya. Saya penyebab nasib merupakan pusat perhatian dan juga kemungkinan
buruk. fakta yang menyebabkan pengalaman buruk.
Membahayakan
Selalu berpikir tentang hal yang buruk. Ini Menghitung kemungkinan nyata. Memusatkan pada
kemungkinan besar terjadi pada anda. bukti-bukti bahwa tidak terjadi hal yang buruk.
Pikiran bercabang dua (dikotomi)
Semuanya adalah bertentangan (hitam atau putih, Menunjukkan bahwa kejadian dapat dinilai dalam
baik atau jahat). rangkaian.
III. Teknik Perilaku
Teknik perilaku bekerja sama dengan teknik kognitif: Teknik perilaku
digunakan untuk menguji dan mengubah kognisi maladaptif dan tidak akurat. Tujuan
keseluruhan teknik adalah untuk membantu pasien mengerti ketidakakuratan asumsi
kognitifnya dan mempelajari strategi dan cara baru menghadapi masalah tersebut.

16
Di antara teknik perilaku yang digunakan dalam terapi adalah menjadwalkan
aktivitas, penguasaan dan kesenangan, menyusun tugas bertahap, latihan kognitif,
latihan kepercayaan diri, permainan peran (role playing), dan teknik pengalihan.

1. Menjadwalkan aktivitas
Merupakan salah sau hal pertama yang dilakukan dalam terapi atas dasar tiap
jam. Pencatatan aktivitas dilakukan dan ditinjau bersama ahli terapi.

2. Penguasaan dan kesenangan


Pasien diminta untuk menghitung jumlah penguasaan dan kesenangan yang
diberikan oleh aktivitas tersebut. Pasien seringkali terkejut karena betapa lebih
menguasai dan menyenangkanyang mereka dapatkan dari aktivitas dibandingkan
yang sebelumnya dipercaya.

3. Penyusunan tugas bertahap


Untuk menyederhanakan situasi dan memungkinkan pencapaian kecil, ahli
terapi seringkali memecah tugas-tugas menjadi tugas-tugas yang kecil, seperti
dalam penyusunan tugas bertahap, untuk menunjukkan pada pasien bahwa
mereka dapat berhasil.

Berikut adalah gambaran inti dari penyusunan tugas bertahap, seperti yang
digambarkan oleh Beck.
- Definisi masalah - sebagai contohnya, keyakinan pasien bahwa mereka tidak
mampu mencapai tujuan yang penting bagi dirinya.
- Perumusan proyek. Penyerahan tugas bertahap dari sederhana sampai sulit.

17
- Pengawasan segera dan langsung oleh pasien bahwa mereka berhasil dalam
mencapai tujuan tertentu (melakukan tugas yang diserahkan). Umpan balik
konkret terus menerus memberikan pasien informasi korektif baru mengenai
kapasitas fungsional mereka.
- Pengungkapan keraguan pasien, reaksi mengolok-olok, dan mengecilkan
pencapaian mereka.
- Mendorong penilaian realistik oleh pasien tentang prestasi mereka
sesungguhnya.
- Menekankan kenyataan bahwa pasien mencapai tujuan sebagai akibat dari
usaha dan kemampuan mereka sendiri.
- Merencanakan tugas yang baru dan kompleks bersama dengan pasien.

4. Latihan kognitif
Pasien diminta membayangkan berbagai langkah dalam menemui dan
menguasai suatu tantangan dan melatih berbagai aspek darinya.

5. Latihan kepercayaan diri


Pasien, khususnya pasien rawat inap, didorong untuk mempercayai dirinya
sendiri dengan melakukan hal-hal sederhana sepeti merapikan tempat tidurnya
sendiri, berbelanja sendiri, dan mempersiapkan makanannya sendiri, bukannya
menyerahkan kepada orang lain.

6. Permainan peran (role playing)


Merupakan suatu teknik yang kuat dan bermanfaat untuk mendapatkan pikiran
otomatis dan mempelajari perilaku baru.

7. Teknik pengalihan
Berguna dalam membantu pasien melalui waktu yang cukup sulit dan termasuk
aktivitas fisik, kontak sosial, pekerjaan, bermain dan pengkhayalan visual.
Pengkhayalan (imagery) adalah fenomena yang mempengaruhi perilaku,
seperti yang dibicarakan pertama kali oleh Paul Schilder dalam bukunya The Image
and Appearance of the Human Body, di mana ia menggambarkan citra (image)
sebagai sesuatu yang memiliki komponen psikologis. Menurut Schilder,
memvisualisasikan diri sendiri melakukan aktivitas mengagungkan otot yang sama

18
dalam melakukan aktivitas, yang dapat diukur dengan elektromiografi. Fenomena
tersebut digunakan dalam latihan olah raga, di mana atlet memvisualisasikan setiap
peristiwa yang dapat dibayangkan dalam suatu kinerja dan mengembangkan ingatan
otot terhadap aktivitas. Teknik ini juga dapat digunakan untuk menguasai kecemasan
atau menghadapi situasi yang menakutkan dengan mengkombinasikan teori perilaku
dan kognitif.
Perilaku impulsif atau obsesif telah diobati dengan penghentian pikiran
(thought stoppage). Sebagai contohnya, pasien mengkhayalkan tanda berhenti
dengan petugas polisi di dekatnya atau khayalan lain yang menimbulkan inhibisi
pada waktu yang sama saat mereka mengakui suatu impuls atau obsesi yang asing
bagi ego. Demikian juga, obesitas dapat diobati dengan meminta pasien
memvisualisasikan dirinya sebagai kurus, atletik, ramping, dan memiliki otot yang
baik dan selanjutnya melatih mereka untuk menimbulkan citra tersebut bilamana
mereka memiliki dorongan untuk makan. Pengkhayalan tersebut dapat diperkuat
dengan hipnosis atau latihan autogenik. Dalam teknik yang dinamakan
pengkhayalan yang terpimpin (guided imagery), pasien didorong untuk memiliki
khayalan yang dapat diinterpretasikan sebagai pemenuhan keinginan atau usaha
untuk menguasai afek atau impulsyang mengganggu.

MANFAAT
Terapi kognitif dapat digunakan sendiri dalam terapi gangguan depresif ringan
sampai sedang atau bersama-sama dengan medikasi antidepresan untuk gangguan
depresif berat. Penelitian telah menunjukkan bahwa terapi kognitif adalah efektif dan
pada beberapa kasus adalah lebih unggul atau sama dibandingkan medikasi saja. Ini
adalah salah satu intervensi psikoterapetik yang paling berguna yang sekarang tersedia
untuk gangguan depresif dan menjanjikan pengobatan untuk gangguan lain.
Terapi kognitif juga telah dipelajari dalam hubungannya meningkatkan kepatuhan
dengan lithium (Eskalith) pada pasien gangguan bipolar I dan sebagai tambahan dalam
pengobatan putus heroin.
Berikut adalah ringkasan sejumlah kognisi negatif yang sering menimbulkan
kepatuhan buruk terhadap anjuran medis:

19
- Kognisi tentang medikasi (sebelum menggunakannya)
- Adalah menimbulkan kecanduan
- Saya lebih kuat jika saya tidak memerlukan obat
- Saya lemah jika menggunakannya (sebuah tongkat)
- Obat tidak bekerja pada diri saya
- Jika saya tidak menggunakan obat, saya tidak gila
- Saya tidak pernah dapat berhenti dari obat jika sekali memulainya
- Saya hanya perlumakan obat pada hari buruk
- Kognisi tentang medikasi (saat menggunakannya)
- Karena saya tidak sehat sempurna (ada perbaikan) setelah beberapa hari atau
minggu,obat tidak berguna
- Saya harus merasa sehat sekarang juga
- Obat akan memecahkan semua masalah saya
- Obat tidak akan memecahkan masalah, sehingga bagimana obat dapat menolong?
- Saya tidak dapat menahan pusing (atau pening) atau efek samping lain
- Obat mengubah saya menjadi mayat hidup
- Kognisi tentang depresi
- Saya tidak sakit sama sekali (saya tidak membutuhkan bantuan)
- Hanya orang lemah yang mengalami depresi
- Saya layak menjadi depresi, karena saya beban bagi semua orang
- Bukankah depresi merupakan reaksi normal terhadap keadaan buruk?
- Depresi tidak dapat disembuhkan
- Saya hanya sebagian kecil orang yang tidak berespon terhadap terapi apapun
- Hidup bukan sesuatu yang berharga, lalu mengapa saya harus mencoba mengatasi
depresi saya?

Indikasi untuk terapi kognitif :

- Kriteria yang membenarkan terapi kognitif saja :


o Kegagalan berespon terhadap uji coba adekuat dengan dua antidepresan

20
o Respon parsial terhadap dosis adekuat antidepresan
o Kegagalan berespon atau hanya respon parsial terhadap psikoterapi lain
o Diagnosis gangguan distimik
o Mood reaktif yang bervariasi terhadap kejadian lingkungan
o Gangguan somatoform ringan (tidur, nafsu makan, berat badan, libido)
o Tes realitas yang adekuat (yaitu, tidak ada halusinasi atau waham), rentang
konsentrasi, dan fungsi daya ingat.
o Tidak mampu mentoleransi efek samping medikasi atau tanda-tanda
bahwa ada resiko yang besar yang berhubungan dengan farmakoterapi

- Ciri yang menyatakan terapi kognitif saja tidak diindikasikan :


o Tanda-tanda adanya skizofrenia, demensia, gangguan berhubungan zat,
retardasi mental yang menyertai
o Pasien memiliki penyakit medis atau sedang menggunakan medikasi yang
kemungkinan menyebabkan depresi
o Gangguan daya ingat yang jelas atau tes realitas yang buruk (halusinasi,
waham)
o Riwayat episode manik (gangguan bipolar I)
o Riwayat ada anggota keluarga yang berespon terhadap antidepresan
o Riwayat ada anggota keluarga dengan gangguan bipolar I
o Tidak adanya stress lingkungan yang mencetuskan atau mengeksaserbasi
o Sedikit tanda penyimpangan kognitif
o Adanya gangguan somatoform yang berat (misalnya, gangguan nyeri)

- Indikasi terapi kombinasi (medikasi tambah terapi kognitif)


o Respon parsial atau tidak ada respon terhadap uji coba terapi kognitif saja
o Respon parsial dan tidak lengkap terhadap farmakoterapi adekuat saja

21
o Kepatuhan buruk terhadap regimen medikasi
o Riwayat adanya fungsi maladaptif kronis pada sindroma depresif atas
dasar intermiten
o Adanya gangguan somatoform berat dan penyimpangan yang jelas
(misalnya, rasa putus asa)
o Gangguan daya ingat dan konsentrasi dan kesulitan psikomotor yang jelas
o Gangguan depresif berat dengan bahaya bunuh diri
o Riwayat sanak saudara derajat pertama yang berespon terhadap
antidepresan
o Riwayat episode manik pada sanak saudara atau pasien

22
Ciri utama tiga pendekatan psikoterapetik untuk depresi :
Ciri Pendekatan Psikodinamika Pendekatan Kognitif Pendekatan Interpersonal
Ahli teori utama Freud, Abraham, Jacobson, Kohut Plato, Adler, Beck, Rush Meyer, Sullivan, Klerman, Weissman
Konsep patologi Regresi ego: harga diri yang terluka dan Pikiran terdistorsi: disforia yang disebabkan Gangguan hubungan interpersonal; tidak adanya

dan penyebab konflik yang tidak terpecahkan yang oleh pandangan negatif tentang diri sendiri, atau ikatan sosial penting yang tidak memuaskan
disebabkan oleh kehilangan objek dan orang lain, dan dunia yang dipelajari
kekecewaan pada masa anak-anak
Tujuan utama dan Untuk mempermudah perubahan kepribadian Untuk memberikan peredaan simtomatik Untuk memberikan peredaan simtomatik melalui

mekanisme melalui pengertian konflik masa lalu; untuk melalui perubahan saaran pikiran; untuk pemecahan masalah interpersonal saat ini; untuk
mencapai tilikan ke dalam pertahanan, mengenali kognisi yang merusak diri sendiri; menurunkan stres yang ada pada keluarga atau
perubahan
penyimpangan ego, dan defek superego; untuk memodifikasi asumsi salah yang pekerjaan; untuk meningkatkan keterampilan
untuk memberikan model peran; untuk spesifik; untuk mempermudah pengendalian komunikasi pribadi.
memungkinkan pelepasan katartik dari agresi diri atas pola pikiran
Teknik dan praktek Ekpresif, empatik; secara penuh atau sebagian Kognitif perilaku: mencatat dan memonitor Komunikatif, lingkungan: memperjelas dan

primer menganalisis transferensi dan resistensi; kognisi; mengkoreksi tema yang menangani hubungan maladaptif dan mempelajari
menentang pertahanan; menjelaskan menyimpang dengan uji logika dan yang baru melalui latihan keterampilan
penyimpangan ego dan superego. percobaan; memberikan isi pikiran alternatif; komunikatif dan sosial; memberikan informasi
pekerjaan rumah tentang penyakit
Peranan ahli terapi, Interpreter, reflektor; menegakkan dan Edukator, pembentuk: hubungan positif Penggali, penganjur: hubungan positif,

hubungan terapetik eksplorasi transferensi; ikatan terapetik untuk bukannya tranferensi; empirikisme kerja transferensi tanpa interpretasi; peranan aktif ahli
ketergantungan ringan dan pengertian sama sebagai dasar untuk tugas ilmiah terapi untuk mempengaruhi dan memberi saran
empatik. (logika) bersama
Peranan Kerahasiaan individual lengkap: tidak Menggunakan pasangan sebagai pelapor Peranan integral pasangan dalam terapi;
melibatkan orang lain kecuali dalam situasi objektif; terapi pasangan untuk kognisi memeriksa peran pasangan dalm predisposisi
perkawinan,
yang membahayakan hidup. terganggu yang ada dalam hubungan pasien terhadap depresi dan efek penyakit pada
keluarga perkawinan perkawinan.
BAB III
PENUTUP

Hampir setiap orang memiliki pikiran-pikiran gelap saat suasana hati mereka
sedang buruk. Bila sedang depresi, pikiran-pikiran seseorang dapat luar biasa negatifnya.
Pikiran-pikiran negatif ini juga dapat mengambil alih dan mengganggu pandangan anda
akan kenyataan.
Terapi kognitif bisa merupakan cara yang efektif dalam meredakan pikiran-
pikiran seperti itu. Saat digunakan untuk depresi, terapi kognitif menyediakan sebuah
perlengkapan atau peralatan mental yang dapat digunakan untuk menantang pikiran-
pikiran negatif. Selama jangka waktu yang lama, terapi kognitif untuk depresi dapat
merubah cara orang-orang yang depresi dalam melihat dunia.
Dasar dari terapi kognitif adalah pemikiran bahwa persepsi dan pengalaman pada
umumnya adalah proses aktif yang melibatkan data inspektif dan introspektif. Kognisi
pasien merupakan suatu sintesis stimuli internal dan eksternal. Bagaimana orang
menghargai situasi biasanya terlihat dalam kognisi mereka (pikiran dan citra visual).
Kognisi tersebut mempengaruhi aliran kesadaran mereka atau lapangan fenomena, yang
mencerminkan konfigurasi mereka tentang diri mereka sendiri, dunia mereka, dan masa
lalu serta masa depan mereka.
Perubahan isi struktur kognitif dasar mereka mempengaruhi keadaan afektif dan
pola perilaku mereka. Melalui terapi psikologis, pasien dapat menyadari penyimpangan
kognitif mereka. Koreksi konstruksi disfungsional yang salah tersebut dapat
menyebabkan perbaikan klinis.
Penelitian-penelitian telah menunjukkan bahwa terapi kognitif bekerja, sedikitnya
sebaik obat-obat antidepresi dalam membantu orang-orang yang memiliki depresi ringan
sampai sedang. Pengobatan dengan obat-obatan dan/atau psikoterapi dapat
memperpendek lamanya depresi dan dapat membantu mengurangi gejala-gejala seperti
kelelahan dan rasa harga diri yang rendah yang menyertai depresi.
DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan, Sadock: Kaplan dan Sadock Synopsis of Psychiatry Behavioral Science/


Clinical Psychiatry, Tenth Edition, Philadelphia: Lippincott Wiliams & Wilkins,
2003.
2. Kaplan H.I, Sadock B.J, Greb J.A: Sinopsis Psikiatri. Ilmu Pengetahuan Perilaku
Psikiatri Klinis. Edisi ke-7, Bina rupa Aksara, 1997.
3. DSM – IV. Diagnostic And Statistical Manual of Mental Disorder, Fourth Edition.
American Psychiatric Association. Washington. DC. 1994.
4. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III, cetakan ke-
1, 1993.
5. Nancy C, Anderson, M.D., Ph.D, Intoductory Textbook of PSYCHIATRY, Third
Edition.
6. Tomb, David A. Buku Saku Psikiatri. Edisi VI, Jakarta, EGC, 2000.
7. Prochaska, James O. Systems of Psychhotherapy. Illinois: The Dorsey Press, 1979.
8. http://en.wikipedia.org/wiki/Cognitive_therapy
9. http://olapsyche.multiply.com/journal/item/21

You might also like