You are on page 1of 13

Bagaimana Merawat Stoma dan Luka Operasi Laparotomi

Stoma adalah lubang buatan pada dinding perut untuk mengumpulkan kotoran atau ai
r seni. Pembuatan stoma ini sering bersamaan melalui operasi pembukaan dinding p
erut (laparotomi) dengan insisi di atas garis tengah perut (midline incision). K
eberadaan stoma ini sangat penting karena merupakan pengganti lubang anus sebaga
i saluran pembuangan sementara atau bahkan permanen seumur hidup.
Pada stoma yang berfungsi dengan baik, kotoran akan keluar dari lubang stoma mas
uk ke kantong stoma (kolostomi bag). namun tidak jarang kantong stoma bocor kar
ena kurang rapat yang menyebabkan iritasi kulit di sekitar stoma bahkan sampai m
enyebabkan kontaminasi luka operasi laparotomi. Agar stoma dapat berfungsi denga
n baik dan luka operasi laparotomi dapat cepat sembuh maka perlu perawatan yang
baik dan benar paska operasi.
Perawatan stoma sama halnya dengan perawatan luka operasi lainnya. Tidak sulit n
amun perlu kesabaran dan ketekunan serta sedikit tips agar stoma dan luka operas
i dapat sembuh dengan baik. Berikut ini langkah-langkah perawatan stoma menurut
pengalaman yang saya dapatkan selama merawat pasien-pasien post operasi laparoto
mi dengan kolostomi.
1. Sebelum melakukan perawatan stoma, siapkan peralatan dan bahan-bahan yang
dibutuhkan seperti baskom bengkok (neer baken), hanscoon steril, pinset steril,
gunting steril, kassa, steril PZ (NaCl 0,9%), betadin, dan plester. Ajak seorang
asistensi perawat atau bila tidak mungkin bisa meminta pertolongan keluarga pa
sien dengan terlebih diberikan pengarahan.
2. Setelah peralatan sudah siap. Pakai hanscoon steril. Lalu buka kantong st
oma pinset terlebh dulu.
3. Dengan kassa basah bersihkan luka jahitan stoma terlebih dulu mengarah ke
lumen stoma kolostomi. Evakuasi semua kotoran (feces) hingga bersih.
4. Setelah itu buka kassa penutup luka laparotomi. Bila plester terlalu kuat
dapat dibasahi dengan alkohol agar mudah dibuka dan tidak sakit.
5. Bersihkan luka operasi dan sekitarnya dengan kassa steril yang sudah dibas
ahi dengan PZ mulai dari luka operasi ke arah tepi.
6. Dengan kassa basah lakukan penekanan pada luka agar bila ada pus dalam luk
a dapat keluar. Penekanan dilakukan karena meskipun dari luar luka operasi tampa
k kering, namun sering terdapat pus di dalamnya.
7. Apabila dirasa sudah cukup dan tidak ada pus yang keluar. Bersihkan dengan
kassa basah. Selanjutnya dikeringkan dengan memakai kassa steril.
8. Pada luka yang infeksius dan basah dapat diberikan antiseptik (Hemolok).
9. Pada luka dehisance/menggaung dan produksi pus masih banyak dapat digunaka
n kassa basah untuk menyerap pus agar cepat kering.
10.
Tutup luka operasi dengan kassa steril 2 sampai tiga lapis dan difiksasi d
engan plester. Penulis menyarankan memakai plester putih (hypafik) karena lebih
kuat daya rekatnya dan tidak menimbulkan alergi pada kulit.
11.
Selanjutkan bersihkan kembali luka sekitar stoma dan keringkan dengan kass
a. Selanjutnya kantong stoma baru dapat dipasang.
12.
Perawatan luka sebaiknya dilakukan sekali sehari. Bila luka masih tampak b
asah sekali sebaiknya dilakukan 2-3 kali sehari sesuai kondisi luka operasi.
13.
Jahitan luka laparotomi dapat diangkat pada hari ke 10 post op.

Sumber : Clinical Experience di Ruang Bedah Dahlia, RSUD Dr. Soetomo.


Penutupan Stoma (Tutup Kolostomi / Ileostomi)
a. Definisi
Suatu tindakan pembedahan yang dilakukan untuk menutup colostomi atau ileostomi
b. Ruang lingkup
- Usus halus
- Kolon
c. Indikasi operasi
Penderita dengan colostomy/ileostomi yang telah memungkinkan untuk di tutup.
d. Kontra indikasi operasi
- Umum
- Khusus (tidak ada)
e. Pemeriksaan penunjang
- Loopagrafi untuk evaluasi bagian proksimal dan distal dari stomp
Tekhnik Operasi
Sebelum dilakukan operasi penderita harus disiapkan dulu untuk menjalani operasi
penutupan stoma, yaitu dengan mengatur diet yang rendah residu dan antibiotik o
ral dan usus harus dibuat sekosong atau sebersih mungkin sebelum operasi. Selama
24 jam sebelum operasi harus dilakukan irigasi pada kedua arah stoma.
Penderita dalam posisi terlentang
Dapat dilakukan spinal atau general anesthesia
Penutupan dimulai dengan membuat incisi circumferential disekeliling stoma, term
asuk sebagian kecil dari kulit. Incisi circumferential diperdalam hingga menembu
s peritoneum dan colon/intestine dan omentum disekitarnya dapat dipisahkan dari
dinding abdomen. Kemudian stoma ditarik keluar melalui incisi tadi dan bagian s
erosanya harus tampak jelas seluruhnya.Hal ini memerlukan reseksi omentum dan ja
ringan ikat serta lemak disekeliling serosa tadi. Setelah hal ini dapat dilakuka
n maka penutupan stoma dapat segera dilakukan. Penutupan stoma yang sudah disiap
kan tadi dapat dilakukan dengan :
linier stapling device
1. Hand suture closure
2. end to end anastomosis
Komplikasi operasi
Perdarahan
Kebocoran anastomosis atau stenosis
Mortalitas (tidak ada)
Perawatan Pasca Bedah
Cairan parenteral dan antibiotik diberikan untuk beberapa hari, kemudian dilanju
tkan dengan diet cair untuk beberapa hari. Kemudian diikuti dengan diet rendah
residu. Diet reguler/biasa dapat dilakukan jika fungsi usus telah baik.

NDONESIAN OSTOMY ASSOCIATION (InOA)


Apakah Ostomy itu ?
Kata "Ostomy" menunjukkan suatu jenis tindakan operasi yang diperlukan dengan me
mbuat lubang (stoma) pada bagian tubuh tertentu. Operasi ini perlu dilakukan bil
a seseorang :
* Menderita keganasan pada laring sehingga laring harus diangkat, yang berar
ti juga pengangkatan pita suara. Hal ini menyebabkan ketidakmampuan bicara. Untu
k itu perlu dibuat lubang (stoma) untuk membantu pernapasan dan kemampuan bicara
. Pada penderita ini harus dilakukan tindakan rehabilitasi berupa pelatihan bica
ra dengan menggunakan saluran pencernaan, yang disebut sebagai Bicara Esofagus.
* Menderita keganasan pada saluran cerna (usus besar) atau saluran kemih, se
hingga kehilangan kemampuan untuk buang air besar atau buang air kecil secara no
rmal. Hal ini mengakibatkan penderita ini harus menggunakan suatu alat buatan me
lalui stomanya untuk mengumpulkan hasil pembuangan tubuh.
Operasi Ostomy dapat bersifat sementara atau menetap.
Jenis operasi ostomy antara lain :
* Laryngectomy (lubang pada laring)
* Ileostomy (lubang pada usus kecil)
* Colostomy (lubang pada usus besar)
* Urostomy (lubang pada saluran kemih)
Siapakah OSTOMATE itu ?
OSTOMATE adalah orang yang pernah mengalami tindakan pembedahan untuk membuat st
oma di tubuhnya.
10 hak yang perlu Anda ketahui sebagai Ostomate
1. Konseling pre operasi
2. Konseling tentang letak stoma ("stoma sitting") yang tepat
3. Memiliki stoma yang bentuknya baik
4. Mendapat perawatan pasca operasi
5. Mendapatkan dukungan emosional
6. Mendapatkan bimbingan individu dan keluarga
7. Mendapatkan informasi tentang peralatan yang diperlukan sesuai dengan indi
kasi
8. Adanya informasi di masyarakat tentang perkumpulan bagi para ostomate
9. Mendapatkan tindak lanjut dan pengawasan dari perawat ET ("Enterostoma The
rapy") atau perawat Stoma
10. Mendapatkan manfaat dari upaya tim kesehatan yang professional
Dasar pertimbangan dibentuknya perkumpulan InOA
1. Meningkatnya jumlah kasus yang menggunakan stoma. Penyebab tersering di In
donesia adalah keganasan
2. Kurangnya perhatian terhadap para ostomate
InOA - YKI
1. Suatu organisasi yang berada di bawah naungan Yayasan Kanker Indonesia, di
dirikan pada tanggal 23 Maret 2000 untuk kepentingan para ostomate di Indonesia
2. Telah menjadi anggota dari International Ostomy Association dan mewakili o
stomate Indonesia di tingkat Internasional
3. Pengurus organisasi terdiri dari para ostomate dan profesi lain yang terka
it
4. Beranggotakan para ostomate baik secara perorangan atau kelompok yang bers
ifat lokal
5. Asosiasi ini bersifat tidak mengambil keuntungan, tidak bersifat politik d
an tidak bersifat keagamaan. Organisasi ini hanya ditujukan untuk meningkatkan k
esehatan dan kesejahteraan ostomate
Apa yang didapat Ostomate dari InOA ?
* Mendapatkan informasi tentang perawatan stoma
* Memperoleh kemudahan untuk mendapat kantong stoma, terutama bagi ostomate
yang kurang mampu
* Mendapatkan pengalaman dan ilmu pengetahuan antar sesama ostomate atau den
gan perawat ET
Siapa saja dan bagaimana menjadi anggota InOA ?
Yang dapat menjadi anggota InOA adalah para ostomate secara perorangan atau kelo
mpok yang bersifat lokal.
Kegiatan InOA - YKI
1. Mendistribusikan kantong stoma dan perlengkapannya kepada ostomate yang me
merlukan, terutama dari keluarga sosio-ekonomi rendah.
2. Mensosialisasikan keberadaan InOA dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan se
perti pertemuan antar ostomate, ceramah-ceramah/talk show di media elektronik, d
ll.
3. Melaksanakan kursus-kursus bagi perawat untuk dilatih menjadi perawat stom
a, daslam rangka meningkatkan pelayanan bagi para ostomate.
4. Menyelenggarakan klinik stoma yang ditunjang oleh dokter ahli bedah digest
if, perawat ET dan perawat stoma.
5. Membantu melaksanakan kegiatan kursus bicara bagi ostomate laryngectomy, b
ekerjasama dengan organisasi terkait.

Enterostomal Therapy Nurse atau ETN merupakan spesialisasi keperawatan dalam bid
ang enterostomal therapy, expert dalam melakukan asuhan keperawatan stoma, perawat
an luka dan inkontinensia. Atau yang dikenal dengan nama lainnya adalah Wound St
oma and Continence Nurse Specialist atau WOCNS. Pertama kalinya Enterostomal Ther
apist dikenalkan oleh Dr. Rupert Turnbull, dari Cleveland clinic, USA pada tahun
1958. Beliau bersama dengan salah satu pasien ileostominya, Mrs. Norma Gill, me
ngadakan training program untuk para profesional pertama kali tentang bagaimana
membantu pasien stoma dalam menjalani kehidupannya yang baru.
Mrs. Norma Gill adalah seorang penderita pyoderma gangrenosum dan ulcerative col
itis. Diusianya yang ke 34 tahun ia harus menjalani pembedahan ileoustomi. Sepan
jang hidupnya ia dikenal, sebagai orang yang selalu memberikan konseling, dorong
an dan semangat kepada orang-orang yang akan dilakukan pembedahan urostomi, ileo
ustomi maupun kolostomi. Gill juga sebagai pelopor berdirinya United Ostomy Asso
ciation yang sekarang bernama International Ostomy association (IOA ) sebagai wa
dah dari para ostomate sedunia untuk bertemu dan berbagi pengalaman hidup tentan
g stoma dan World Council of Enterostomal Therapists ( WCET ) yang merupakan wad
ah dari profesi ETN di dunia.
Suatu hari sewaktu saya mendapat kesempatan bertemu dengan beliau di HongKong (
saat pendidikan ) 1995, Beliau hadir di kelas dan memberikan kuliah yang sangat
luar biasa. Ia mengatakan bahwa, sebagai seorang Enterostomal Therapy Nurse, sud
ah seharusnya ia akan merubah dunia ostomate yang sebelumnya gelap menjadi teran
g benderang. Hal yang paling menggembirakan buat Norma Gill adalah ia dapat bert
emu dengan ET-nurses baru di seluruh dunia, yang akan membantu para ostomate unt
uk meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik. Norma Gill wafat pada tahun 1998
, tepat pada saat saya menyadari bahwa saya ingin membuat Gill Gill yang lain.
Sejak training pertama di Cleveland clinic, USA, tanggung jawab keilmuan Enteros
tomal Therapist semakin berkembang, kemudian berdirilah sekolah perawatan Entero
stomal Therapist dibawah World Council of Enterostomal Therapist (WCET) atau yan
g dikenal dengan ETNEP ( Enterostomal Therapy Nurse Education Programme ) .
Di akhir tahun 1970, Enterostomal Therapist mengembangkan diri pada bidang spesi
alisasi managemen perawatan luka kronik. Awalnya adalah karena keberhasilan dala
m merawat komplikasi kulit disekitar stoma. Saat ini, hampir sebagian team Enter
ostomal Therapist melakukan perawatan luka kronik yang meliputi pressure ulcer,
dehisensi luka operasi, fistula, malignant wound, vascular ulcer dan luka diabet
ikum.
Perawatan klien dengan inkontinensia dikembangkan dalam Enterostomal Therapist d
imulai dengan melindungi kulit akibat inkontinensia fekal atau urin sebagai akib
at dari pembedahan. Manajemen perawatan dilakukan dengan menggunakan aplikasi ka
ntong untuk menampung urine atau feses. Saat ini managemen perawatan inkontinens
ia meliputi pengkajian penyebab serta intervensi untuk mengatasi pengeluaran yan
g terus-menerus.
Demikianlah sekilas tentang ETN di dunia dan perkembangannya dari awal hingga ki
ni. ETN dalam wadah WCET sebagai lembaga non profit internasional telah mengemba
ngkan sayapnya diseluruh penjuru eropa, america dan asia pasific. Keberadaan org
anisasi ini telah diakui secara international sebagai profesi keperawatan yang p
rofesional. Pengembangan profesi dilakukan dengan mengadakan kongres 2 tahunan d
an ETNEP. Di lima tahun terakhir ini, WCET telah membuka diri dengan konsep twin
ning program edukasi untuk lebih memperluas bidang keilmuan enterostomal therapy
nurse terutama di asia, untuk mempermudah adanya kesulitan dalam bahasa .
Peran ETN adalah untuk memberikan perawatan secara langsung dan konseling pada o
stomate selama berada di RS dan di rumah.Memfasilitasi rehabilitasi bagi ostomat
e untuk berhubungan dengan dokter, ahli gizi atau sosial worker. Merancang progr
am edukasi bagi ostomate dan keluarganya dalam bentuk grup / kelompok. Berpartis
ipasi dalam pendidikan keperawatan dalam hal pembelajaran tentang perawatan osto
mi, wound dan inkontinensia Melakukan uji coba produk dan melakukan penelitian y
ang berhubungan dengan pemakaiannya untuk meningkatkan kualitas pelayanan. Melak
ukan pencatatan data, statistik dan yang berhubungan dengan pelayanan Enterostom
al Therapy.
Stoma, Anus Buatan di Perut
Stoma adalah lubang buatan pada dinding perut untuk mengumpulkan kotoran atau ai
r seni. Stoma yang digunakan untuk mengumpulkan kotoran terhubung ke usus sedang
kan stoma untuk mengumpulkan urin terhubung ke ureter (saluran yang membawa air
seni dari kandung kemih ke ginjal). Kotoran atau air seni ini dikumpulkan dalam
kantong di luar tubuh.
Setiap operasi untuk membuat sebuah stoma diakhiri dengan -Ostomi . Misalnya, kolos
tomi melibatkan usus besar (kolon), ileostomi melibatkan usus kecil (ileum) dan
urostomi melibatkan saluran kemih.
Stoma dapat bersifat sementara atau permanen, tergantung pada jenis operasi dan
berapa banyak usus atau saluran kemih telah dipotong. Ukuran dan bentuk stoma ju
ga akan tergantung pada jenis operasi dilakukan.
Stoma dibuat jika pengobatan melibatkan operasi untuk memotong semua atau sebagi
an dari usus atau saluran kemih. Kondisi yang memerlukan pengobatan jenis ini da
pat termasuk:
* penyakit radang usus seperti kolitis ulserativa atau penyakit Crohn
* beberapa jenis kanker usus atau kandung kemih
* cedera usus
* masalah dengan ginjal, di mana air kencing tidak bisa keluar (jarang terja
di)
Tipe stoma menurut fungsinya dibagi menjadi dua yaitu untuk dekompresi dan diver
si feses. Stoma dekompresi dibuat paling sering untuk lesi obstruksi distal yang
menyebabkan pelebaran (dilatasi) besar kolon proksimal tanpa nekrosis iskemik,
divertikulitis sigmoid berat dengan phlegmon, dan untuk pasien dengan megacolon
toksik.
Kolostomi diversi dibuat untuk tujuan pengalihan/diversi isi usus. Hal ini dilak
ukan karena segmen distal usus telah sepenuhnya direseksi/dipotong (selama resek
si abdomino perineal), karena diketahui atau dicurigai perforasi atau obstruksi
usus distal (misalnya, karsinoma, divertikulitis, anastomosis yang bocor, atau
trauma), atau karena kerusakan atau infeksi distal kolon, rektum, atau anus (mis
alnya, penyakit crohn atau rekonstruksi sphincter anal yang gagal).

Apa itu ETN ?


Enterostomal Therapy Nurse (ETN) merupakan spesialisasi keperawatan dalam bidang
enterostomal therapy, expert dalam melakukan asuhan keperawatan stoma, luka dan i
nkontinensia.
Pertama kali Enterostomal Therapist dikenalkan oleh Dr. Rupert Turnbull, Cleveland
Clinic, USA pada tahun 1958. Beliau bersama dengan salah satu klien ileostominy
a, Norma Gill, mengadakan training program untuk profesional mengenai bagaimana
membantu pasien stoma dalam menjalani kehidupan yang baru.
Norma Gill adalah penderita pyoderma gangrenosum dan ulcerative colitis diusiany
a yang ke 34 tahun dan harus dilakukan pembedahan ileoustomi. Sepanjang hidupnya
ia dikenal selalu memberikan konseling, dorongan dan semangat kepada orang-oran
g yang akan dilakukan pembedahan urostomi, ileoustomi maupun kolostomi. Gill jug
a sebagai pelopor berdirinya United Ostomy Association dan World Council of Ente
rostomal Therapists (WCET).
Ia mengatakan bahwa, sebagai seorang Enterostomal Therapy seharusnya mengubah du
nia ostomate menjadi lebih bersinar. Hal yang paling menggembirakan buat Norma G
ill adalah bertemu dengan ET-Nurse baru yang akan membantu ostomate. Norma Gill
wafat pada tahun 1998. Sejak itu training pertama diadakan di Cleveland Clinic,
USA. Tanggung jawab Enterostomal Therapist semakin berkembang, terutama dengan b
erdirinya sekolah perawatan Enterostomal Therapy dibawah World Council of Entero
stomal Therapist (WCET) .
Di akhir tahun 1970, Enterostomal Therapy mengembangkan diri pada bidang spesial
isasi managemen perawatan luka kronik. Awalnya adalah karena keberhasilan dalam
merawat komplikasi kulit disekitar stoma. Saat ini hampir sebagian team Enterost
omal Therapist melakukan perawatan luka kronik yang meliputi pressure ulcer, deh
isensi luka operasi, fistula, malignant wound, vascular ulcer dan luka diabetiku
m.
Apa Peran ETN ?
Memberikan perawatan secara langsung dan konseling pada ostomate selama berada d
i RS dan di rumah.
Mem-fasilitasi rehabilitasi bagi ostomate untuk berhubungan dengan dokter, ahli
gizi atau pekerja sosial.
Merancang program pelayanan pendidikan bagi ostomate dan keluarganya dalam bentu
k grup / kelompok.
Berpartisipasi dalam pendidikan keperawatan dalam hal pembelajaran tentang peraw
atan luka, ostomi dan inkontinensia
Melakukan uji coba produk dan melakukan penelitian yang berhubungan dengan pemak
aiannya untuk meningkatkan kualitas pelayanan.
Melakukan pencatatan data statistik dan yang berhubungan dengan pelayanan Entero
stomal Thetapy.

Sejarah ETN di Indonesia


Di Indonesia, pelayanan yang diberikan oleh enterostomal therapy dimulai tahun 1
993 di RS Dr. Soetomo, Surabaya oleh Sumiatun, yang mendapat sertifikat Enterost
omal Therapy Nurse (ETN) dari training di Australia dan bekerja sebagai provider
dalam perawatan stoma.
Pada tahun 1994, Dyah Setyorini, SKp mengikuti program pendidikan enterostoma th
erapy di Singapura, ia bekerja di ruang bedah rumah sakit Cipto Mangunkusumo Jak
arta. Kemudian pada awal tahun 1995, Dyah bersama dengan Convatec (sponsor produ
k ostomi) atas dukungan Prof. Dr. Sjamsuhidayat dan dr. Aryono Pusponegoro, meng
adakan pelatihan singkat selama tiga hari mengenai perawatan stoma yang diadakan
di RSCM Jakarta dan dihadiri oleh wakil dari organisasi dunia Enterostomal Ther
apist (WCET),
Sejak pelatihan tersebut dan kunjungan dari organisasi dunia yang melihat kondis
i ostomate di Indonesia belum tertangani dengan baik, pada tahun 1995, Widasari
SG, SKp dikirim untuk menyelesaikan program Enterostomal Therapy Nurse di Hongko
ng. Widasari bekerja di ruang perawatan onkologi Rumah Sakit Kanker Dharmais Jak
arta.
Perkembangan spesialisasi perawatan Enterostomal Therapist pada awalnya mendapat
kendala, terutama terhadap perubahan pandangan dalam perawatan luka dan stoma.
Di Indonesia sendiri keperawatan sedang mengembangkan diri sebagai menjadi profe
si. Pro dan kontra di lalui dengan semangat dan senang hati serta terus melakuka
n komunikasi bersama antara RSUP dr. Soetomo, RSUP Cipto Mangunkusumo dan RS Kan
ker Dharmais .
Pada tahun 1997 RS Kanker Dharmais kembali mengirim Ns. Christina Asmi, SKep dan N
s. Iik Lolita, SKep untuk menyelesaikan program pendidikan ETN di Kuala Lumpur M
alaysia. Setelah itu ET nurse berkembang pesat dengan mengikuti kegiatan berbaga
i even dunia seperti Kongres, Registrasi pada WCET, APETNA dan lain sebagainya.
Pada tanggal 10 Oktober 2000, bersama dengan RS Kanker Dharmais , RSUP dr. Cipto Ma
ngunkusuma, Yayasan Kanker Indonesia (YKI) dan BBraun (sponsor produk ostomi), k
elompok ETN Indonesia mengukuhkan perhimpunan perawat Enterostomal Therapist den
gan nama Indonesian Council of Enterostomal Therapist (ICET) yang kemudian berga
nti nama menjadi InETNA tahun 2001
Tahun 2001 Indonesia kembali memberangkatkan perawat untuk mengikuti program pen
didikan enterostomal therapy nurse di Kuala Lumpur Malaysia yaitu Hardian dari R
S Kanker Dharmais Jakarta dan Nunung Nurhayati dari RS Hasan Sadikin Bandung.
InETNA dengan support dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), World Co
uncil of Enterostomal Therapist ( WCET) dan Fakultas Keperawatan Universitas Ind
onesia serta rumah sakit besar di Indonesia yaitu: RS Kanker Dharmais, RSUP Hasa
n Sadikin, RSUPN dr. Ciptomangunkusumo, RSUP Fatmawati, RSAB Harapan Kita dan Ya
yasan Kanker Indonesia telah menghasilkan tenaga professional dari kursus tentan
g enterostomal therapy dengan sertifikasi internasional dari WCET pada tahun 200
7. Kursus ini dikenal sebagai Indonesian Enterostomal Therapy Nurse Education Pr
ogram ( InETNEP) dengan meluluskan 21 perawat ETN / WOCN. Kemudian di lanjutkan
InETNEP 2 dan 3, sehingga sampai saat ini jumlah ET nurse di Indonesia berjumlah
41 orang yang tersebar di beberapa kota/kab di Indonesia.
sumber:http://aminetn.wordpress.com/

STOMA (LUBANG BUATAN)


MACAM-MACAM STOMA
1. Colostomy (Lubang buatan di usus besar)
2. Tracheostomy (Lubang buatan di tenggorok)
3. Urostomy (Lubang buatan di kandung kemih)
YANG HARUS DIKERJAKAN
A. TRACHEOSTOMY
1. Pada saat bicara tutuplah dengan kasa atau kertas
2. Siapkan selalu pelebar trachea, termometer
3. Hisaplah bila sudah mulai banyak sekret
4. Jangan sampai kemasukan air saat mandi
5. Bila memungkinkan menggunakan pakaian yang bisa melindungi lubang tetapi u
dara bebas keluar masuk
B. UROSTOMY DAN COLOSTOMY
1. Bersihkan kulit sekitar stoma dengan air hangat setiap hari
2. Setelah itu keringkan bagian yang basah
3. Lubang yang kotor bisa disemprot pelan-pelan
4. Berikan pasta sekitar lubang sebelum memasang bag
5. Bila kantung terisi 1/3 mulai kosongkan
6. Untuk colostomy kantung diganti 1-2 kali sehari
7. Untuk urostomy kantung diganti 3-5 hari sekali
YANG TIDAK BOLEH DIKERJAKAN
A. TRACHEOSTOMY
1. Berenang, sebab bahaya kemasukan air
2. Pergi tanpa pelebar trachea serta termometer
3. Memakai pakaian yang dapat menutup stoma
B. UROSTOMY DAN COLOSTOMY
1. Menyemprot langsung dengan shower ke stoma;
2. Menunggu kantung sampai penuh
3. Menunggu kantung sampai lepas dari kulit
4. Menunggu kantung sampai sobek
5. Membuka stoma
SEGERA MENGHUBUNGI DOKTER
A. TRACHEOSTOMY
1. Terasa sesak nafas dan batuk
2. Dada tertarik saat bernafas
3. Terdengar suara sekret dalam paru
4. Ada demam
B. UROSTOMY DAN COLOSTOMY
1. Sekitar stoma merah dan bengkak
2. Sekitar stoma gatal, panas dan nyeri
3. Stoma berdarah
4. Ada perdarahan keluar dari stoma
5. Ada benjolan sekitar stoma
6. Kencing sedikit
7. Tidak buang air besar
8. Kencing sangat berbau dan keruh
(InfoKanker.com)

STOMA
Stoma adalah lubang buatan pada abdomen utnuk mengalirkan urine atau faeces kelu
ar dari tubuh.
Macam-macam Stoma :
1. Colostomy (Lubang buatan di usus besar)
2. Tracheostomy (Lubang buatan di tenggorok)
3. Urostomy (Lubang buatan di kandung kemih)
A. Gastrointestinal Stoma
Pada umumnya dibuat untuk ileum (ileostomy) atau colon (colostomy). Tedapat 2 je
nis gastrointestinal Stoma :
1. Temporary (de-functioning) stomas : meliputi ileostomy atau colostomy yang di
buat untuk melindungi suatu anastomosis atau dekompresi atau penyembuhan segmen
usus bagian distalnya. Stoma mempunyai 2 lubang yaitu lubang proksimal adalah te
mpat keluarnya faeces dan lubang distal tempat keluarnya mukus dari usus bagian
distalnya.
2. Permanent stomas : lubang dinding abdomen yang dibuat secara permanen tempat
menempelkan bagian akhir dari usus pada permukaan kulit. Terdapat beberapa bentu
k permanent stoma antara lain:
a. Panproctocolectomy : ileostomy permanent yang dibuat dari ileum terminalis, s
eluruh colon rectum dan anus diangkat.
b. Total colectomy: ileostomy dibuat tetapi ujung rectum tetap dan disalurkan ke
dinding abdomen sebagai mucus fistula.
c. Abdomenoperineal (A-P) excision : colostoly pada fossa iliaca sinistra, rectu
m dan anus diangkat, sering disertai dengan pengangkatan 1/3 bagian atas dinding
posterior vagina
d. Hartmarn s procedure, eksisi dari sigmoid atau atas rectum colostomy dibuat dan
ujung rectum ditutup dan dibiarkan didalam pelvis.
e. Pelvis exenteration: operasi radikal untuk pengangkatan organ pelvis; dibuat
colostoly dan urostomy.
a) Kelainan pada organ Pencernaan yang menimbulkan indikasi tindakan gastrointes
tinal Stoma :
1. Esafagus : Kanker pada bagian ini akan menyebabkan gangguan menelan, dimulai
sulit menelan dan bila tidak cepat diangkat akan tersumbat total sehingga tidak
bisa menelan sama sekali.
2. Lambung : Seperti di Esophagus kanker di lambung juga akan menyebabkan tersum
batnya saluran cerna, tetapi tergantung lokasi, kanker pada lokasi tertentu tida
k akan menyebabkan tersumbatnya saluran cerna sampai pada stadium lanjut.
3. Usus Besar : Kanker usus besar awalnya menimbulkan gejala gangguan pola defik
asi artinya secara berangsur angsur penderita merasa tidak nyaman diperut kemudi
an mulas yang sukar diterangkan sebabnya dilanjutkan dengan diare / mencret bera
k darah lender ini terutama untuk kanker rectum dan obstruksi saluran cerna kare
na tersumbatnya usus besar akhirnya perut kembung karena kotoran menumpuk dalam
usus karena tidak bisa keluar.
Untuk kanker rektum, jenis operasinya tergantung pada seberapa jauh jarak kanker
ini dari anus dan seberapa dalam dia tumbuh ke dalam dinding rektum. Pengangkat
an seluruh rektum dan anus mengharuskan penderita menjalani kolostomi menetap (p
embuatan hubungan antara dinding perut dengan kolon). Dengan kolostomi, isi usus
besar dikosongkan melalui lubang di dinding perut ke dalam suatu kantung, yang
disebut kantung kolostomi.
4. Usus Halus : Kebanyakan tumor usus halus adalah jinak. Kebanyakan tumor jinak
tidak menyebabkan gejala. Tetapi tumor yang berukuran besar bisa menyebabkan te
rdapatnya darah dalam tinja, penyumbatan usus (sebagian atau total), atau penjer
atan usus bila satu bagian usus masuk ke usus yang berada di depannya (intususep
si).
5. Pangkreas : Kanker pangkreas karena letaknya sangat sulit terdiagnosis, biasa
nya diketahui setelah ada komplikasi ikterus atau penyumbatan pada usus 12 jari.
6. Hati : Kanker primer yang terletak ditepi pada keadaan dini bila cepat diketa
hui dan segera diambil tindakan operasi akan menyembuhkan penyakitnya. Pada hati
sering dijumpai kanker sekunder yang berasal dari penyebaran kanker alat tubuh
lain seperti usus, paru, payudara, genitalia, interna.
b) Kolostomi
Dari kata kolon yang artinya usus besar dan stoma yang artinya mulut diartikan d
isini sebagai mulut yang dibuat dari usus besar dan lebih dikenal sebagai anus b
uatan.
Kapan kolostomi dikerjakan ?
Kolostomi dikerjakan / dibuat pada keadaan :
1) Kanker usus besar terletak pada kolon rectum distal (kurang 5 cm dari batas a
nus)
2) Kanker genitalia yang sudah mengenai otot anus
3) Kanker usus besar yang terlambat dioperasi walaupun terletak dari 5 cm diatas
anus
Perawatan Colostomy
1. Penjelasan yang baik pada penderita maupun keluarga baik sebelum dan sesudah
operasi.
2. Kosongkan pouch (kantong) beberapa kali sehari dan ganti setiap 1-3 hari atau
bila terjadi perembesan, cara :
a. Persiapkan pouch pengganti
b. Lepas / angkat pouch yang diganti
c. Perhatikan keadaan kulit sekitar stoma (adakah luka, iritasi, atau radang), b
ersihkan kulit dengan air hangat tanpa sabun atau alcohol atau desinfektans
d. Pasang pouch yang baru.
B. Urinary Stoma :
Pada umumnya merupakan prosedur yang permanent baik menggunakan saluran intestin
al (dapat menggunakan ileum atau colon) maupun ureterostomy dan keduanya disebut
urostomy. Istilah ileostomy hanya digunakan untuk faecal stoma. Ureterostomy da
pat dibuat dari salah satu atau ke 2 ureter.
Terdapat beberapa jenis urostomy:
a. Urostomy dengan total cyctectomy, merupakan urostomy permanent, biasanya meng
gunakan saluran ileum
b. Urostomy tanpa pengangkatan bladder, sering menggunakan saluran ileum.
c. Percutaneus nephrostomy adalah pemasangan catheter pada sistem pelviocaliceal
melalui dinding abdomen.
1) Kelainan pada organ perkemihan yang menimbulkan indikasi tindakan urinary Sto
ma sebagian besar diakibatkan oleh keganasan sel pada organ tersebut, adapun kel
ainan tersebut antara lain :
a) Blader : Pada Blader Neoplasma sering terjadi hematuri disertai nyeri merupak
an tanda pertama kanker blader, biasanya intermittent yang mana sering menyebabk
an hambatan dalam mencari pelayanan diagnostik. Akibat perkembangan penyakit kli
en mengalami iritable blader dengan disuria. Akhirnya gross hematuria, obstruksi
atau vistula mendorong klien mencari pengobatan.
b) Saluran Kemih : Seorang yang menderita penyakit batu saluran kemih jika terda
pat faktor predisposisi, kurang minum sehingga konsentrasi zat pembentuk dalam a
ir seni menjadi lebih pekat mengakibatkan mudah terbentuk batu. Faktior predispo
sisi lainnya : faktor batu saluran kemih/infeksi saluran kemih sebelumnya, riway
at keluarga yang menderita batu saluran kemih, penyakit gout (peningkatan kadar
asam urat darah yang tinggi), mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung kalsiu
m atau oxalat (coklat, cola, kacang, teh) dan sumbatan saluran kemih.
c) Ginjal : Pada stadium dini, kanker ginjal jarang menimbulkan gejala. Pada sta
dium lanjut, gejala yang paling banyak ditemukan adalah hematuria (adanya darah
di dalam air kemih). Hematuria bisa diketahui dari air kemih yang tampak kemerah
an atau diketahui melalui analisa air kemih. Tekanan darah tinggi terjadi akibat
tidak adekuatnya aliran darah ke beberapa bagian atau seluruh ginjal, sehingga
memicu dilepaskannya zat kimia pembawa pesan untuk meningkatkan tekanan darah.
Polisitemia sekunder terjadi akibat tingginya kadar hormon eritropoietin, yang m
erangsang sumsum tulang untuk meningkatkan pembentukan sel darah merah. Gejala l
ainnya yang mungkin terjadi berupa nyeri pada sisi ginjal yang terkena, penuruna
n berat badan.
d) Kandung kemih : Gejala pada pasien yang menderita Ca Kandung Kemih dapat beru
pa hematuria (adanya darah dalam air kemih), rasa terbakar atau rasa nyeri ketik
a berkemih, desakan untuk berkemih, sering berkemih. Gejala dari kanker kandung
kemih menyerupai gejala infeksi kandung kemih (sistitis) dan kedua penyakit ini
bisa terjadi secara bersamaan. Patut dicurigai suatu kanker jika dengan pengobat
an standar untuk infeksi,k gejalanya tidak menghilang.
e) Pelvis Renalis dan Ureter : Kanker pada pelvis renalis dan ureter dapat terja
di pada sel-sel yang melapisi pelvis renalis dan ureter. Kanker pada sel-sel yan
g melapisi pelvis renalis disebut karsinoma sel transisional. Pelvis renalis ada
lah bagian ginjal yang berfungsi sebagai corong yang mengalirkan air kemih ke ur
eter. Ureter adalah tabung / saluran yang menghubungkan ginjal dengan kandung ke
mih. Gejala awal biasanya berupa hematuria (darah di dalam air kemih). Jika alir
an air kemih tersumbat, bisa terjadi nyeri kram di daerah antara tulang rusuk da
n tulang pinggul, atau di perut bagian bawah.
f) Uretra : Kanker Uretra adalah suatu keganasan yang jarang terjadi, yang ditem
ukan di dalam uretra. Uretra merupakan saluran tempat keluarnya air kemih dari k
andung kemih. Pada wanita, panjang uretra adalah sekitar 3,75 cm dan ujungnya ad
alah berupa lubang yang terletak diatas vagina. Pada pria, panjang uretra adalah
sekitar 20 cm, menembus kelenjar prostat dan berakhir sebagai sebuah lubang di
ujung penis.
Gejala pertama biasanya adanya darah di dalam air kemih (hematuria), yang mungki
n hanya dapat diketahui dengan pemeriksaan mikroskopik atau bisa juga tampak seb
agai air kemih yang berwarna kemerahan. Aliran air kemih bisa tersumbat, sehingg
a penderita mengalami kesulitan dalam berkemih atau aliran air kemih menjadi lam
bat dan sedikit.
C. Tracheostomy
Adalah lubang buatan pada dinding anterior trachea untuk membuat saluran udara.
Terdapat 2 macam tracheostomy :
a. Tracheal stoma post laryngectomy : merupakan tracheostomy permanen. Tracheal
cartilage diarahkan kepermukaan kulit, dilekatkan pada leher. Rigiditas cartilag
e mempertahankan stoma tetap terbuka sehingga tidak diperlukan tracheostomy tube
(canule).
b. Tracheal stoma without laryngectomy : merupakan tracheostomy temporer. Trache
a dan jalan nafas bagian atas masih intak tetapi terdapat obstruksi. Digunakan t
racheostomy tube (canule) terbuat dari metal atau Non metal (terutama pada pende
rita yang sedang mendapat radiasi dan selama pelaksanaan MRI Scanning.
Perawatan Trachestomy :
a. Tracheostomy tube terdiri dari iner tube (canule) dan outer tube
b. Iner tube harus diganti tiap 7-14 hari (maksimal 30 hari)
c. Iner tube harus dikeluarkan minimal sekali sehari untuk melihat adanya kerak
dan bersihkan dengan sabun cair dan air hangat yang mengalir (jangan menggunakan
sikat, cleaner atau spong). Bila sekret kental dan timbul kerak bersihkan denga
n Natrium bicarbonat kemudian bilas dengan air hangat yang mengalir.
d. Outer tube harus diganti tiap 30 hari.
e. Suctioning: gunakan suction catheter dengan ukuran lebih kecil dari separuh u
kuran lubang tube.
f. Bersihkan daerah sekitar tracheostomy dengan normal saline dan usahakan tetap
kering untuk mencegah infeksi.
g. Humidifikasi dengan saline Nebulizer (melalui tracheal stoma).
Yang harus diperatikan pada pasien dengan menggunakan Stoma
A. Tracheostomy
1) Pada saat bicara tutuplah dengan kasa atau kertas
2) Siapkan selalu pelebar trachea, termometer
3) Hisaplah bila sudah mulai banyak sekret
4) Jangan sampai kemasukan air saat mandi
5) Bila memungkinkan menggunakan pakaian yang bisa melindungi lubang tetapi udar
a bebas keluar masuk
B. Urostomy dan Colostomy
1) Bersihkan kulit sekitar stoma dengan air hangat setiap hari
2) Setelah itu keringkan bagian yang basah
3) Lubang yang kotor bisa disemprot pelan-pelan
4) Berikan pasta sekitar lubang sebelum memasang bag
5) Bila kantung terisi 1/3 mulai kosongkan
6) Untuk colostomy kantung diganti 1-2 kali sehari
7) Untuk urostomy kantung diganti 3-5 hari sekali
Yang harus dihindari pada pasien yang menggunakan Stoma :
A. Tracheostomy
1) Berenang, sebab bahaya kemasukan air
2) Pergi tanpa pelebar trachea serta termometer
3) Memakai pakaian yang dapat menutup stoma
B. Urostomy dan Colostomy
1) Menyemprot langsung dengan shower ke stoma;
2) Menunggu kantung sampai penuh
3) Menunggu kantung sampai lepas dari kulit
4) Menunggu kantung sampai sobek
5) Membuka stoma
DAFTAR PUSTAKA
Georgina Casey, stoma wound. Nursing Standard, 2000. Proquest Nursing & Allied H
ealth Search
Kathleen Osborn, Nursing Burn Injuries. Nursing Management; 2003. Proquest Nursi
ng & Allied Health Search
Maureen Benbow, Healing and stoma wound Classification. Journal of Community Nur
sing; 2007, Proquest Nursing & Allied Health Search

You might also like