Professional Documents
Culture Documents
Triwulan IV – 2010
...Penyampaian Laporan Perkembangan Pelaksanaan Tugas dan
Wewenang Bank Indonesia kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
dan Pemerintah pada setiap triwulan merupakan pemenuhan amanat
yang digariskan dalam Undang-Undang No.23 Tahun 1999 tentang
Bank Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-
Undang No.6 Tahun 2009. Penyampaian laporan tersebut pada
hakikatnya merupakan salah satu wujud dari akuntabilitas dan
transparansi atas pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia.
Laporan triwulan kali ini merupakan laporan triwulan keempat di
tahun 2010 yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang
Bank Indonesia selama periode Oktober – Desember 2010 terutama
dalam pencapaian sasaran inflasi dan sasaran moneter lainnya yang
telah ditetapkan pada awal tahun 2010...
⎜ KATA PENGANTAR ⎟
KATA PENGANTAR
i
⎜ KATA PENGANTAR ⎟
Darmin Nasution
ii
⎜ DAFTAR ISI ⎟
DAFTAR ISI
iii
⎜ DAFTAR ISI ⎟
iv
⎜ DAFTAR ISI ⎟
v
⎜ DAFTAR ISI ⎟
vi
⎜ DAFTAR TABEL ⎟
DAFTAR TABEL
vii
⎜ DAFTAR TABEL ⎟
viii
⎜ DAFTAR GRAFIK ⎟
DAFTAR GRAFIK
4.1. Pedoman Pelaksanaan Internal Capital Adequacy Assessment Process (ICAAP) ............ 34
4.2. Pertumbuhan Kredit Jenis Penggunaan....................................................................... 38
4.3. Perkembangan NPL Perbankan ................................................................................... 38
4.4. Perkembangan DPK per Komponen............................................................................ 39
4.5. Perkembangan Alat Likuid per Kelompok ................................................................... 39
4.6. Pangsa Alat Likuid per Kelompok Bank Berdasarkan Total Aset ................................... 40
4.7. Rasio Alat Likuid terhadap NCD.................................................................................. 40
4.8. L/R Perbankan (bulanan)............................................................................................. 41
4.9. Perkembangan NII (bulanan)....................................................................................... 41
4.10. Proyeksi dan Realisasi CAR ......................................................................................... 42
4.11. Perkembangan Aset, Kredit dan DPK.......................................................................... 44
ix
⎜ DAFTAR GRAFIK ⎟
x
⎜ TINJAUAN UMUM ⎟
BAB 1
TINJAUAN UMUM
1
⎜ TINJAUAN UMUM ⎟
aliran modal asing ini tidak terlepas dari pengaruh iklim investasi yang baik, perkembangan
ekonomi yang kondusif serta persepsi investor yang terjaga positif. Kinerja NPI pada triwulan
IV-2010 yang masih solid tersebut mendorong posisi cadangan devisa pada akhir 2010
mencapai 96,2 miliar dolar AS atau setara dengan 7,1 bulan impor dan pembayaran utang
luar negeri Pemerintah.
Kinerja NPI yang masih baik tersebut kemudian berkontribusi pada nilai tukar rupiah
yang masih mengalami apresiasi pada triwulan IV-2010. Pada akhir tahun 2010, rupiah
ditutup pada level Rp9.010 per dolar AS atau secara point to point di tahun 2010 mencatat
apresiasi (menguat) sebesar 4,4%. Secara triwulanan, nilai tukar rupiah pada triwulan IV-2010
secara rata-rata menguat 0,35% ke level Rp8.966,3 per dolar AS dibandingkan dengan
triwulan III-2010. Penguatan nilai tukar Rupiah tersebut diikuti juga oleh tingkat volatilitas
tahunan yang turun menjadi 0,4% dari sebelumnya 0,9%. Nilai tukar rupiah yang terapresiasi
pada tahun 2010 sejauh ini masih menyebabkan daya saing produk-produk Indonesia cukup
kompetitif di pasar internasional.
Dari perkembangan inflasi, perekonomian domestik pada triwulan IV-2010 mulai
ditandai oleh inflasi yang merambat naik. Tekanan inflasi tersebut terutama disebabkan oleh
kenaikan inflasi dari kelompok bahan pangan (volatile foods) yang pada Desember 2010
mencapai 17,74% (yoy). Tingginya inflasi dari kelompok volatile foods terkait dengan anomali
(gangguan) cuaca dan perkembangan harga pangan global. Anomali cuaca yang
berkelanjutan berdampak terhadap penurunan produksi sehingga kenaikan harga beberapa
komoditas bahan pangan tetap terus berlangsung. Meningkatnya harga pangan global juga
turut mempengaruhi tingginya harga pangan di dalam negeri. Sementara itu, inflasi kelompok
administered prices pada akhir tahun 2010 relatif moderat yang tercatat 5,40% (yoy). Tekanan
inflasi inti juga masih terkendali pada tingkat yang cukup rendah 4,28% (yoy). Inflasi inti yang
masih terkendali dipengaruhi oleh nilai tukar rupiah yang menguat, ekspektasi inflasi
masyarakat yang terjaga dan sisi penawaran yang masih memadai dalam merespon kenaikan
permintaan. Dengan pengaruh inflasi volatile food yang cukup dominan tersebut maka inflasi
IHK pada tahun 2010 tercatat sebesar 6,96% (yoy) atau berada di atas sasaran inflasi yang
ditetapkan oleh Pemerintah sebesar 5±1%.
Berbagai perkembangan di sektor riil tersebut masih dibarengi oleh transmisi kebijakan
moneter dan kondisi pasar keuangan domestik yang membaik. Suku bunga perbankan masih
menurun dan diikuti oleh pertumbuhan kredit yang yang meningkat. Perkembangan uang
beredar dalam tren meningkat dan secara umum masih terkendali sejalan dengan peningkatan
kegiatan ekonomi. Transmisi kebijakan moneter juga terjadi melalui jalur harga aset tercermin
dari peningkatan signifikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Kinerja pasar keuangan
juga membaik dimana yield Surat Berharga Negara (SBN) terus menurun. Bersamaan dengan
kondisi tersebut, nilai tukar rupiah masih mencatat apresiasi didorong pengaruh aliran masuk
modal asing, serta dibarengi oleh volatilitas yang rendah.
Stabilitas sistem keuangan yang tetap terjaga dicerminkan oleh kondisi sektor
perbankan yang tetap kuat dengan cadangan (cushion) yang memadai dalam menghadapi
berbagai risiko. Hal itu antara lain tercermin dari tingginya rasio kecukupan modal
(CAR/Capital Adequacy Ratio) perbankan yang per November 2010 mencapai 16,3%. Rasio
CAR menurun tipis dari triwulan sebelumnya 16,4% seiring dengan implementasi perhitungan
2
⎜ TINJAUAN UMUM ⎟
ATMR risiko operasional, namun CAR perbankan tersebut masih jauh di atas angka minimum
yang dipersyaratkan. Fungsi intermediasi perbankan juga berjalan dengan baik, sebagaimana
tampak pada peningkatan pertumbuhan kredit yang mencapai 22,8% (yoy) sampai dengan
akhir Desember 2010. Pertumbuhan kredit tersebut tetap diimbangi dengan kualitas kredit
yang relatif terkendali yang ditunjukkan pada rasio non-performing loan (NPL) gross yang
tetap stabil pada kisaran 3%. Dari sisi pendanaan, setelah sempat tumbuh melambat,
pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan meningkat pada triwulan IV-2010.
Meskipun demikian, pertumbuhan DPK ini masih lebih rendah daripada pertumbuhan kredit,
yaitu mencapai sebesar 12,1% (yoy). Sementara itu, risiko likuiditas bank tetap terkendali. Di
tengah pertumbuhan kredit yang cenderung lebih cepat daripada pertumbuhan DPK, jumlah
alat likuid bank justru meningkat. Sejauh ini, krisis utang yang terjadi di Eropa tidak
memberikan dampak negatif terhadap kinerja perbankan nasional. Hal ini mengingat relatif
kecilnya eksposur perbankan nasional terhadap perbankan di negara-negara Eropa.
Kinerja sistem pembayaran selama triwulan IV-2010 tetap terjaga. Di bidang
pengedaran uang, kebutuhan uang kartal pada awal triwulan IV-2010 menunjukkan
penurunan, sebelum kembali meningkat sesuai dengan pola musiman pada akhir triwulan
menjelang hari raya Natal dan Tahun Baru. Akibatnya, jumlah rata-rata uang kartal yang
diedarkan (UYD) pada triwulan IV-2010 meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya.
Sementara itu, penyelenggaraan sistem pembayaran, baik pada sistem kliring maupun Bank
Indonesia-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) tetap terjaga kehandalannya. Pelaksanaan
transfer dana tidak mengalami gangguan signifikan yang berpengaruh pada stabilitas sistem
keuangan. Secara volume, aktivitas transaksi pembayaran menunjukkan peningkatan terutama
terkait dengan masa-masa hari raya Natal dan akhir tahun. Meningkatnya aktivitas transaksi
pembayaran terjadi pada transaksi retail melalui sistem kliring, Alat Pembayaran Menggunakan
Kartu (APMK) dan uang elektronik, maupun pada sistem BI-RTGS. Sejalan dengan peningkatan
volume, terdapat peningkatan nilai transaksi yang terutama terjadi pada transaksi nilai besar
melalui sistem BI-RTGS. Peningkatan ini terutama terkait dengan transaksi pengelolaan
moneter yang meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya.
Di tengah berbagai capaian ekonomi pada tahun 2010 ini cukup menjanjikan tersebut,
tantangan bagi Bank Indonesia ke depan dalam pengelolaan kebijakan moneter dan
perbankan masih tetap tidak ringan. Di bidang moneter, pengelolaan kebijakan moneter
menghadapi tantangan dalam mengelola ekses likuiditas, di tengah derasnya aliran masuk
modal asing, terbatasnya daya serap perekonomian dan tekanan inflasi yang mulai meningkat.
Sementara di bidang perbankan, tantangan yang dihadapi dari sisi eksternal berupa liberalisasi
sektor keuangan di kawasan ASEAN dan reformasi keuangan global. Dari sisi domestik, masih
diperlukan upaya untuk peningkatan efisiensi perbankan, penguatan tata kelola bank,
peningkatan peran pembiayaan UMKM dan perbankan syariah, serta perluasan akses
masyarakat kecil terhadap jasa keuangan (financial inclusion).
Menghadapi berbagai tantangan tersebut, Bank Indonesia akan memberikan respon
melalui kombinasi berbagai kebijakan dan instrumen yang tersedia secara tepat. Bauran
kebijakan moneter dan makroprudensial (policy mix) yang mengombinasikan berbagai
instrumen antara lain telah diumumkan dalam paket kebijakan pada tanggal 16 Juni 2010
yang lalu. Sebagai langkah penguatan lanjutan maka pada akhir triwulan IV-2010, selain
3
⎜ TINJAUAN UMUM ⎟
mempertahankan BI Rate pada level 6,5%, Bank Indonesia juga mengeluarkan kebijakan
lanjutan di bidang moneter dan perbankan. Kebijakan ini bertujuan untuk memperkuat
stabilitas moneter dan sistem keuangan guna mendukung pertumbuhan ekonomi secara
berkelanjutan, dan pada saat bersamaan memperkuat ketahanan dalam menghadapi
kemungkinan terjadinya gejolak perekonomian. Kebijakan ini mencakup 5 (lima) aspek
penting, yaitu kebijakan penguatan stabilitas moneter, kebijakan mendorong intermediasi
perbankan, kebijakan meningkatkan ketahanan perbankan, penguatan kebijakan
makroprudensial, dan penguatan fungsi pengawasan perbankan.
Bank Indonesia juga memberikan perhatian khusus bagi beberapa daerah yang
mengalami bencana dengan memberikan perlakuan khusus bagi kredit di daerah bencana.
Kebijakan ini diharapkan dapat mendukung pemulihan kondisi perekonomian di daerah-
daerah yang terkena bencana, yakni letusan Gunung Merapi, bencana banjir bandang di
Wasior, dan bencana tsunami di kepulauan Mentawai.
Di bidang sistem pembayaran, kebijakan Bank Indonesia selama triwulan IV-2010
tetap ditujukan untuk mengoptimalkan pelayanan sistem pembayaran yang dapat mendukung
seluruh aspek perekonomian. Pada instrumen pembayaran tunai, strategi kebijakan difokuskan
pada upaya untuk memenuhi permintaan uang kartal masyarakat, baik dalam jumlah maupun
pecahan yang tepat, terutama menjelang Natal dan Tahun Baru. Selain itu, Bank Indonesia
juga meningkatkan layanan kas, mengotimalkan pengiriman uang ke seluruh wilayah Kantor
Bank Indonsia serta menanggulangi penyebaran uang palsu. Pada instrumen pembayaran
nontunai, kebijakan diarahkan untuk menciptakan efisiensi sistem pembayaran, dan
meningkatkan kehandalan serta kemampuan mitigasi risiko sistem pembayaran sebagai
saluran utama transmisi kebijakan moneter. Sebagai upaya peningkatan kehandalan sistem
pembayaran, Bank Indonesia melanjutkan pengembangan BI-RTGS dan Bank Indonesia
Scripless Securities Settlement System (BI-SSSS) Generasi II, serta penyempurnaan Sistem
Kliring Bank Indonesia (SKNBI). Selain itu, dalam upaya untuk meningkatkan efisiensi sistem
pembayaran yang diselenggarakan di luar Bank Indonesia, Bank Indonesia terus memfasilitasi
pelaku industri sistem pembayaran untuk saling interoperable sehingga dapat memperluas
jangkauan pelayanan kepada masyarakat dan meminimalkan biaya investasi infrastruktur
pengembangan sistem secara nasional. Sementara upaya peningkatan keamanan dilakukan
dengan mendorong pelaku industri kartu ATM/kartu debet untuk menggunakan teknologi
chip untuk mencegah terjadinya fraud pada kartu ATM dan kartu debet.
Ke depan, dengan dukungan berbagai pihak dan konsistensi kebijakan yang akan
ditempuh Pemerintah dan Bank Indonesia, prospek ekonomi domestik diperkirakan akan terus
membaik didukung oleh pertumbuhan ekonomi dunia yang tinggi, disertai kondisi stabilitas
makroekonomi yang tetap terjaga. Pertumbuhan ekonomi domestik pada tahun 2011
diperkirakan terakselerasi dan dapat mencapai kisaran 6,0%-6,5% dan pada tahun 2012
diperkirakan mencapai kisaran 6,1%-6,6%. Pertumbuhan tersebut didukung oleh konsumsi
rumah tangga yang tetap kuat, investasi yang membaik, serta kinerja ekspor yang masih solid.
Konsumsi rumah tangga diprakirakan masih tetap tumbuh tinggi sejalan dengan
meningkatnya pendapatan dari upah, hasil ekspor, dan dukungan pembiayaan kredit dari
perbankan. Sementara peningkatan investasi didorong oleh berbagai faktor positif seperti
potensi pencapaian investment grade serta perbaikan iklim investasi dan birokrasi. Adapun
4
⎜ TINJAUAN UMUM ⎟
kinerja ekspor tetap solid seiring dengan masih kuatnya pertumbuhan di negara mitra dagang,
terutama di kawasan Asia.
Di sisi harga, tekanan inflasi 2011 bersumber dari sisi eksternal maupun domestik. Dari
sisi eksternal, sumber tekanan inflasi diperkirakan berasal dari inflasi mitra dagang yang
meningkat seiring membaiknya perekonomian global. Di sisi domestik, tekanan inflasi
diperkirakan bersumber dari peningkatan permintaan sejalan dengan perekonomian domestik
yang membaik. Sementara itu, gangguan produksi dan distribusi diharapkan dapat
diminimalisir pada tahun 2011. Selanjutnya, tekanan inflasi tersebut dapat dikendalikan
sehingga dapat menurun pada tahun 2012. Konsistensi kebijakan moneter diperkirakan dapat
membawa ekspektasi inflasi masyarakat untuk cenderung menurun. Sementara produksi dan
distribusi pangan tetap memadai. Demikian pula Pemerintah diperkirakan dapat memperbaiki
permasalahan struktural sehingga faktor-faktor pendorong tekanan inflasi lainnya dapat
ditekan. Dengan berbagai upaya tersebut, inflasi diperkirakan dapat diarahkan pada kisaran
sasarannya, yaitu 5%±1% pada tahun 2011 dan 4,5%±1% pada tahun 2012.
Prospek pertumbuhan ekonomi dan inflasi ke depan memiliki beberapa risiko yang
patut dicermati. Risiko tersebut antara lain masih tingginya ketidakpastian pemulihan ekonomi
global, kenaikan harga komoditas internasional, dan derasnya aliran modal asing masuk yang
memicu currency war. Dari sisi domestik, risiko antara lain terkait dengan meningkatnya ekses
likuiditas di sektor keuangan dan kemungkinan gangguan produksi serta distribusi bahan
kebutuhan pokok.
Berbagai risiko tersebut menyebabkan respon kebijakan makroekonomi dan moneter
menjadi semakin kompleks. Untuk itu, kebijakan yang akan ditempuh Bank Indonesia tetap
diarahkan untuk menjaga stabilitas moneter, sistem keuangan dan mendorong peran
perbankan untuk mendukung perekonomian nasional. Secara operasional, Bank Indonesia
memutuskan untuk mempertahankan BI Rate pada level 6,5% pada tanggal 5 Januari 2011.
Selain itu, Bank Indonesia juga senantiasa melakukan penguatan koordinasi kebijakan dengan
Pemerintah. Koordinasi kebijakan tersebut khususnya untuk pengendalian inflasi, pengelolaan
capital inflows ke arah penanaman dana yang lebih panjang serta memperkuat respon sisi
penawaran khususnya mendorong investasi pada infrastruktur dan peningkatan kapasitas
produksi.
5
⎜ TINJAUAN UMUM ⎟
Tabel 1.1
Indikator Ekonomi Makro & Perbankan
2009 2010
Indikator
Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV
a)
IHK (%)
Triwulanan (quarter to quarter ) 0,36 -0,15 2,07 0,49 0,99 1,41 2,79 1,59
Tahunan (year on year ) 7,92 3,65 2,83 2,78 3,43 5,05 5,8 6,96
* * * * ** ** ** 1)
P DB (% pertumbuhan, tahunan) a) 4,5 4,1 4,2 5,4 5,7 6,2 5,8 6,1
* * * * ** ** ** 1)
Konsumsi Total 7,3 6,3 5,4 5,9 2,5 3,1 4,9 4,8
* * * * ** ** ** 1)
Pemben tukan Modal Tetap Domestik Bruto 3,5 2,4 3,2 4,2 7,8 7,9 8,9 9,3
* * * * ** ** ** 1)
Ekspor - 18,7 -15,5 -7,8 3,7 20,0 14,5 11,3 9,2
S ektor Eksternal
b) * * * * ** ** **
Ekspor non migas, fob (%, yoy) -22,2 -14,8 -11,1 17,5 38,9 27,6 27,0 na
b) * * * * ** ** **
Impor non migas, c&f (%, yoy) -28,8 -27,0 -24,3 -8,4 42,8 35,9 33,7 na
b) * * * *
Transaksi berjalan (juta USD) 2.507 2.480 2.146 3.610 2.007 1.804 1.308 na
2)
Posisi utang LN (miliar USD) 151,0 153,7 168,0 172,9 180,8 183,3 194,3 198,2
c)
S uku bunga (%)
BI Rate 7,75 7,00 6,50 6,50 6,50 6,50 6,50 6,50
PUAB (overnight ) 8,04 6,96 6,30 6,28 6,17 6,19 6,19 5,58
3)
Deposito 1 bulan (weighted average) 9,42 8,52 7,43 6,87 6,77 6,79 6,23 6,78
3)
Kredit modal kerja 14,99 14,52 14,17 13,69 13,54 13,17 13,06 12,96
3)
Kredit investasi 14,05 13,78 13,20 12,96 12,72 12,7 12,41 12,35
K urs (Rp/USD), nominal a khir periode 11.555 10.208 9.645 9.4 25 9.090 9.060 8.925 9.010
Kurs rata-rata 11.578 10.578 9.973 9.4 59 9.254 9.110 8.998 8.966
Indikator Perbankan
3)
DPK (triliun Rp) 1.786,2 1.824,3 1.857,3 1.973,0 1.982,2 2.096,0 2.144,1 2.212,2
3)
K redit (triliun RP ) – termasuk cha nneling 1.342,1 1.368,9 1.399,9 1.470,8 1.485,9 1.615,8 1.689,1 1.736,1
3)
ROA (%) 2,8 2,7 2,6 2,6 3,0 2,9 2,8 2,8
3)
NPL Gross (% ) 4,5 4,5 4,3 3,8 3,8 3,3 3,3 3,4
3)
LDR (Kredit/DPK) (%) 75,1 75,0 75,4 74 ,5 75,0 77,1 78,8 78,5
3)
CAR (%) 17,4 17,0 17,7 17 ,4 19,1 17,4 16,4 16,3
a) Sumber : BPS *
Angka sementara
b) Sumber: BOP **
Angka sanga t sementara
c) Rata-rata tertimbang akhir periode 1)
Angka Prakiraan
2)
Data s.d Oktober 2010
3)
Data s.d November 2010
6
⎜ PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI TERKINI ⎟
BAB 2
PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI TERKINI
1. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-2010 diperkirakan mencapai 6,1% (yoy) atau
lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan III-2010 sebesar 5,8% (yoy). Dari sisi penggunaan,
sumber pertumbuhan triwulan IV-2010 terutama berasal dari peningkatan investasi,
khususnya investasi bukan bangunan. Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan ekonomi
ditopang oleh sektor Perdagangan Hotel dan Restoran (PHR), Pengangkutan dan Komunikasi,
serta Industri. Geliat di sektor PHR tidak terlepas dari kegiatan domestik. Peningkatan di sektor
pengangkutan dan transportasi ditopang oleh tingginya penggunaan jasa telekomunikasi dan
meningkatnya angkutan penumpang dan kargo. Di sektor industri, beberapa indikator seperti
penjualan mobil dan motor, konsumsi listrik industri yang meningkat dan peningkatan kredit
di sektor ini menunjukkan adanya peningkatan kinerja yang masih cukup tinggi di sektor
industri.
Dengan perkembangan sampai triwulan IV-2010 ini maka pertumbuhan ekonomi
Indonesia pada tahun 2010 diprakirakan mencapai 6,0%, atau meningkat dari pencapaian
tahun sebelumnya sebesar 4,5%. Kinerja investasi dan ekspor yang ditopang oleh menguatnya
peran konsumsi rumah tangga menjadi kontributor utama pertumbuhan ekonomi 2010.
Membaiknya kondisi perekonomian domestik dan global mendorong peningkatan ekspor dan
pertumbuhan investasi. Sementara kinerja konsumsi rumah tangga yang kuat didukung oleh
daya beli konsumen yang memadai, peningkatan pembiayaan dari lembaga keuangan, serta
meningkatnya optimisme konsumen. Di sisi permintaan eksternal, secara keseluruhan tahun
ekspor mengalami kenaikan, meski pada semester II-2010 pertumbuhannya melambat sejalan
dengan perkembangan ekonomi negara tujuan utama ekspor. Di sisi impor, merespon
peningkatan permintaan domestik dan tingginya ekspor, kinerja impor tahun 2010 tumbuh
lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya dan diperkirakan melebihi pertumbuhan ekspor.
7
⎜ PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI TERKINI ⎟
% y-o-y
8.0
7.0
6.1
6.0
5.0
4.0
3.0
2.0
1.0
0.0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV*
Grafik 2.1
Perkembangan PDB
Konsumsi Pemerintah 3.6 5.3 14.1 16.4 10.4 19.2 17.0 10.3 17.0 15.7 -8.8 -8.9 3.0 2.7 -2.3
Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 13.9 12.2 12.3 9.4 11.9 3.5 2.4 3.2 4.2 3.3 7.8 7.9 8.9 9.3 8.5
Ekspor Barang dan Jasa 13.6 12.4 10.6 2.0 9.5 -18.7 -15.5 -7.8 3.7 -9.7 20.0 14.5 11.3 9.2 13.4
Impor Barang dan Jasa 18.0 16.1 11.1 -3.7 10.0 -24.4 -21.0 -14.7 1.6 -15.0 22.6 18.4 11.0 10.7 15.2
PDB 6.2 6.3 6.2 5.3 6.0 4.5 4.1 4.2 5.4 4.5 5.7 6.2 5.8 6.1 6.0
= Angka Proyeksi
Pertumbuhan konsumsi rumah tangga sampai dengan triwulan IV- 2010 masih dalam
tren yang meningkat, ditopang oleh masih kuatnya daya beli masyarakat, peningkatan
pembiayaan dari lembaga keuangan, penguatan nilai tukar Rupiah, dan optimisnya keyakinan
konsumen akan kondisi perekonomian. Sebagian besar pertumbuhan konsumsi rumah tangga
disumbang konsumsi non makanan. Hal ini terindikasi dari meningkatnya penjualan kendaraan
bermotor (Grafik 2.2) dan penjualan eceran beberapa kelompok komoditas hingga November
2010 (Grafik 2.3). Perkembangan subsektor perdagangan, hotel dan restoran yang terus
meningkat sejak awal tahun juga mendukung tendensi konsumsi rumah tangga yang
meningkat pada triwulan IV- 2010.
Berlanjutnya tren pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan IV-2010 juga
didukung oleh sisi pembiayaan. Pembiayaan konsumsi rumah tangga yang terus meningkat
terutama tercermin dari penyaluran kredit konsumsi oleh perbankan yang masih memadai.
Pertumbuhan nilai transaksi kartu kredit dan kartu debit juga menunjukkan arah yang positif
hingga memasuki triwulan IV-2010.
8
⎜ PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI TERKINI ⎟
150 400
1,500
300
100
1,000
200
50
100
500
0
0
0
‐50
‐100
9
⎜ PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI TERKINI ⎟
Perkiraan membaiknya investasi pada triwulan IV-2010 juga didukung oleh beberapa
indikator dan hasil survei. Realisasi investasi baru dan investasi perusahaan yang sudah
mendapat ijin usaha (PMA dan PMDN) menunjukkan adanya peningkatan dari realisasi
investasi PMA (Grafik 2.7). Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia (SKDU-BI) juga
menunjukkan rencana investasi perusahaan pada semester II-2010 yang masih tinggi (Grafik
2.8). Berdasakan hasil survei, sebagian besar investasi diperuntukkan bagi investasi baru dan
penggantian dalam bentuk mesin dan bangunan. Hal ini sejalan dengan hasil Survei Indeks
Tendensi Bisnis BPS yang menunjukkan kondisi bisnis pada triwulan IV-2010 masih kondusif,
meskipun sedikit lebih pesimis jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (Grafik 2.9).
Kinerja investasi yang meningkat tidak terlepas dari pengaruh persepsi positif
mengenai prospek makroekonomi Indonesia. Pada satu sisi hal ini terkait dengan
perkembangan peringkat utang sovereign Indonesia yang terus membaik. Pada sisi lain,
sentimen positif juga berasal dari kenaikan peringkat daya saing Indonesia dari posisi ke-54
(2009) menjadi posisi ke-44 (2010) berdasarkan survei Global Competitiveness Index,
September 2010. Hasil survei tersebut juga sejalan dengan survei yang dilakukan oleh UK
Trade and Investment, yang menaikkan peringkat Indonesia sebagai negara tujuan investasi
selain negara-negara Brazil, Rusia, India dan China (BRIC) dari posisi ke-6 menjadi posisi ke-2.
Pertumbuhan ekspor pada triwulan IV-2010 cenderung mulai melambat.
Perkembangan ekspor yang mulai melambat ini antara lain dipengaruhi oleh menurunnya
produksi minyak dan melambatnya harga komoditas industri dan pertanian. Meskipun
melambat pada triwulan terakhir 2010 ini, kinerja ekspor untuk keseluruhan tahun 2010
10
⎜ PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI TERKINI ⎟
masih mencatat pertumbuhan yang cukup tinggi. Pencapaian ini didukung oleh pertumbuhan
ekonomi negara mitra dagang yang secara umum masih positif dan harga komoditas yang
cenderung naik. Ekspor tahun 2010 diprakirakan akan tumbuh 13,4%, atau merupakan
pertumbuhan tertinggi dalam 10 tahun terakhir (kecuali tahun 2005). Peningkatan ekspor
tahun 2010 terjadi baik pada komoditas migas maupun nonmigas (Grafik 2.10). Peningkatan
ekspor migas terutama ditopang oleh ekspor gas, sementara peningkatan ekspor nonmigas
terutama ditopang oleh komoditas berbasis sumber daya alam (SDA) seperti batubara, nikel,
alumunium, tembakau, dan karet (Grafik 2.11).
% yoy % yoy % yoy, vol % yoy, vol
80% 100% 120% 100%
60% 80% 100%
80%
40% 60% 80%
20% 40%
60%
60%
0% 20% 40% 40%
‐20% 0% 20% 20%
‐40% ‐20%
0%
0%
‐60% ‐40%
‐20% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
‐20%
‐40% 2008 2009 2010
2008 2009 2010
‐60% ‐40%
Total Non‐Oil & Gas Oil & Gas (rhs) Total (rhs) Non SDA SDA
60%
50%
100% 50%
40%
30% 20%
50% 0%
0%
10%
‐20% ‐50%
0%
‐10% ‐40%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
‐50% ‐60% ‐100%
‐30%
2008 2009 2010 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
‐100% ‐50%
2008 2009 2010
Import Non Oil and Gas (rhs) Consumption Goods Raw Materials & Auxiliary Goods Capital Goods
Total Non‐Oil & Gas Oil & Gas (rhs)
11
⎜ PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI TERKINI ⎟
Industri Pengolahan 4.7 4.3 4.2 4.3 1.8 3.7 1.5 1.5 1.3 4.2 2.1 3.7 4.4 4.1 4.0 4.0
Listrik, Gas, dan Air Bersih 10.3 12.3 11.8 10.4 9.3 10.9 11.2 15.3 14.5 14.0 13.8 8.2 4.7 3.2 3.5 4.8
Bangunan 8.6 8.2 8.3 7.8 5.9 7.5 6.2 6.1 7.7 8.0 7.1 7.1 6.9 6.4 6.5 6.7
Perdagangan, Hotel, dan Restoran 8.4 6.7 7.7 7.6 5.5 6.9 0.6 0.0 -0.2 4.2 1.1 9.4 9.7 8.8 8.6 9.1
Pengangkutan dan Komunikasi 14.0 18.1 16.6 15.6 16.1 16.6 16.8 17.0 16.4 12.2 15.5 11.9 12.9 13.3 13.6 13.0
Keuangan, Persewaan, dan Jasa 8.0 8.3 8.7 8.6 7.4 8.2 6.3 5.3 4.9 3.8 5.0 5.3 6.0 6.3 6.7 6.1
Jasa-Jasa 6.6 5.5 6.5 7.0 5.9 6.2 6.7 7.2 6.0 5.7 6.4 4.6 5.3 6.4 6.5 5.7
PDB 6.3 6.2 6.3 6.2 5.3 6.0 4.5 4.1 4.2 5.4 4.5 5.7 6.2 5.8 6.1 6.0
= Angka Proyeksi
12
⎜ PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI TERKINI ⎟
Kinerja sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR) pada triwulan IV-2010
diperkirakan masih tumbuh tinggi. Kondisi ini ditunjukkan oleh indikator penuntun sektor
perdagangan yang masih mengalami ekspansi (Grafik 2.15). Sementara itu, perkembangan
subsektor hotel dan restoran menunjukkan perbaikan sebagaimana terindikasi pada
meningkatnya tingkat hunian hotel serta kunjungan wisatawan mancanegara sampai dengan
Oktober 2010. Pertumbuhan sektor perdagangan juga didukung oleh perkembangan di sisi
pembiayaan dari perbankan yang masih menunjukkan pertumbuhan yang relatif stabil pada
Oktober 2010.
Kinerja sektor pertanian pada triwulan IV-2010 diperkirakan akan tumbuh melambat
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Perlambatan ini terutama karena menurunnya
kinerja subsektor tanaman bahan pangan (tabama). Berdasarkan Angka Ramalan (ARAM) III
BPS 2010, pertumbuhan produksi padi secara keseluruhan akan mengalami perlambatan.
Menurunnya produktivitas dan luas lahan, gangguan anomali cuaca yang berdampak pada
meluasnya banjir serta serangan hama menyebabkan penurunan kinerja subsektor tersebut.
Selain subsektor tabama, gangguan anomali cuaca juga berpengaruh terhadap melambatnya
pertumbuhan subsektor perkebunan sebagaimana terlihat pada perkembangan ekspornya.
Perlambatan sektor pertanian yang lebih dalam tertahan dengan imbangan kinerja subsektor
perikanan yang masih cukup baik. Dari sisi pembiayaan, kredit perbankan yang disalurkan ke
sektor pertanian tumbuh stabil hingga Oktober 2010.
Sektor pertambangan pada triwulan IV-2010 diperkirakan tumbuh membaik.
Membaiknya kinerja lifting minyak mentah hingga November 2010 menopang perbaikan
pertumbuhan pada sektor pertambangan. Sementara kinerja pertambangan nonmigas
cenderung stabil. Di sisi pembiayaan, kredit perbankan yang disalurkan ke sektor
pertambangan tumbuh relatif stabil hingga pertengahan triwulan IV-2010.
Sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan IV-2010 diperkirakan tumbuh
membaik. Dari sisi subsektor pengangkutan, potensi membaiknya pertumbuhan terlihat dari
pertumbuhan pengangkutan udara yang meningkat sampai dengan Oktober 2010.
Pertumbuhan angkutan kargo kereta api dan angkutan kargo domestik dari lima pelabuhan
utama, serta impor alat transportasi juga menunjukkan peningkatan pada bulan yang sama.
Sementara dari sisi subsektor komunikasi berpotensi membaik sebagaimana terindikasi dari
pertumbuhan jumlah pelanggan telepon seluler yang meningkat. Indikasi membaiknya
13
⎜ PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI TERKINI ⎟
pertumbuhan subsektor komunikasi juga didorong oleh pertumbuhan layanan data yang
meningkat seiring dengan gencarnya promosi operator seluler yang menawarkan paket
internet dengan tarif yang terjangkau. Di sisi pembiayaan, pertumbuhan kredit perbankan
yang disalurkan ke sektor ini menunjukkan perkembangan yang relatif stabil.
Kinerja sektor bangunan pada triwulan IV-2010 diperkirakan masih tumbuh membaik.
Hal ini tercermin dari masih tingginya pertumbuhan penjualan semen. Selain itu, perbaikan
tersebut juga terlihat dari dimulainya proyek rekonstruksi pada daerah yang mengalami
bencana seperti proyek rekonstruksi tahap II atas bangunan yang terkena gempa Padang. Dari
sisi pembiayaaan, kredit perbankan yang disalurkan ke sektor ini tumbuh stabil sampai dengan
Oktober 2010.
14
⎜ PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI TERKINI ⎟
global sehingga sempat menekan aliran masuk dana asing ke Indonesia dalam bentuk
portofolio. Beberapa faktor yang meningkatkan ketidakpastian ekonomi global tersebut
diantaranya masih berlanjutnya krisis fiskal yang melanda negara-negara Eropa, eskalasi
konflik Korea, serta faktor membaiknya indikator ekonomi Amerika Serikat.
15
⎜ PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI TERKINI ⎟
16
⎜ PERKEMBANGAN DAN KEBIJAKAN MONETER ⎟
BAB 3
PERKEMBANGAN DAN KEBIJAKAN MONETER
Perkembangan kondisi moneter pada triwulan IV-2010 masih stabil dan dibarengi oleh
transmisi kebijakan moneter yang membaik. Suku bunga perbankan masih menurun dan
diikuti oleh pertumbuhan kredit yang yang meningkat. Transmisi kebijakan moneter juga
terjadi melalui jalur harga aset tercermin dari peningkatan signifikan Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG). Kinerja pasar keuangan juga membaik dimana yield Surat Berharga Negara
(SBN) terus menurun. Bersamaan dengan kondisi tersebut, nilai tukar rupiah masih mencatat
apresiasi didorong pengaruh aliran masuk modal asing, serta dibarengi oleh volatilitas yang
rendah.
Di tengah kondisi moneter yang cukup stabil tersebut, perekonomian domestik pada
triwulan IV-2010 mulai ditandai oleh tekanan inflasi yang merambat naik. Tekanan inflasi
tersebut terutama disebabkan oleh kenaikan inflasi dari kelompok bahan pangan (volatile
food) yang pada Desember 2010 mencapai 17,74% (yoy). Sementara itu, inflasi kelompok
administered prices pada akhir tahun 2010 relatif moderat yang tercatat 5,40% (yoy). Tekanan
inflasi inti juga masih terkendali pada tingkat yang cukup rendah yaitu 1,04% (qtq) atau
4,28% (yoy). Dengan pengaruh inflasi volatile food yang cukup dominan tersebut maka inflasi
IHK pada tahun 2010 tercatat sebesar 6,96% (yoy) atau berada di atas sasaran inflasi yang
ditetapkan oleh Pemerintah sebesar 5±1%.
Arus modal asing yang cukup besar di tengah masih berlimpahnya likuiditas domestik,
serta tekanan inflasi yang mulai meningkat memberikan tantangan bagi kebijakan moneter.
Merespon tantangan tersebut, Bank Indonesia telah menempuh kebijakan yang tidak hanya
terfokus pada satu instrumen kebijakan tetapi mengombinasikan berbagai instrumen yang
tersedia secara tepat. Bauran kebijakan moneter dan makroprudensial (policy mix) yang
mengombinasikan berbagai instrumen antara lain telah diumumkan dalam paket kebijakan
pada tanggal 16 Juni 2010 yang lalu. Di akhir tahun 2010, Bank Indonesia mengeluarkan
kebijakan lanjutan di bidang moneter dan perbankan yang bertujuan untuk memperkuat
stabilitas moneter dan sistem keuangan guna mendukung pertumbuhan ekonomi secara
berkelanjutan, dan pada saat bersamaan memperkuat ketahanan dalam menghadapi
kemungkinan terjadinya gejolak perekonomian.
17
⎜ PERKEMBANGAN DAN KEBIJAKAN MONETER ⎟
bunga PUAB O/N tertinggi dan terendah di tahun 2010 menurun menjadi 24bps dari rata-rata
tahun sebelumnya sebesar 43bps. Suku bunga PUAB O/N yang terus menurun juga diiringi
dengan penurunan suku bunga PUAB bertenor lebih panjang. Rata-rata suku bunga PUAB
bertenor lebih panjang dari O/N selama tahun 2010 berada pada kisaran 6,10% – 6,55%.
Penurunan suku bunga PUAB ini kembali diikuti penurunan di suku bunga perbankan.
Sampai dengan November 2010, rata-rata suku bunga deposito 1 bulan menurun sebesar
3bps dibandingkan dengan bulan sebelumnya menjadi 6.78% (Tabel 3.1). Apabila
dibandingkan dengan akhir tahun 2009, suku bunga deposito mengalami penurunan sebesar
9bps dari 6.87% menjadi 6,78%. Suku bunga kredit juga mengalami penurunan di bulan
November 2010. Suku bunga Kredit Modal Kerja (KMK), Kredit Investasi (KI) dan Kredit
Konsumsi (KK) pada November 2010 masing-masing tercatat sebesar 12,96%, 12,35% dan
14,53%. Dibandingkan dengan akhir tahun 2009, secara keseluruhan tahun 2010 suku bunga
untuk seluruh jenis kredit mengalami penurunan.
Tabel 3.1
Perkembangan Suku Bunga Perbankan
2009 2010
Suku Bunga (%)
Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov
BI Rate 6,50 6,50 6.50 6.50 6.50 6.50 6.50 6.50 6.50 6.50 6.50 6.50 6.50
Penjaminan Deposito 7,00 7,00 7.00 7.00 7.00 7.00 7.00 7.00 7.00 7.00 7.00 7.00 7.00
Dep 1 bulan (Weighted Average ) 7,16 6,87 7.09 6.93 6.77 6.89 6.76 6.79 6.79 6.75 6.72 6.81 6.78
Base Lending Rate 12,94 12,83 12.65 12.66 12.58 12.62 12.58 12.50 12.39 12.38 12.21 12.07 11.98
Kredit Modal Kerja (KMK) 13,96 13,69 13.75 13.68 13.54 13.42 13.26 13.17 13.21 13.19 13.00 13.01 12.96
Kredit Investasi (KI) 13,03 12,96 13.24 13.21 12.72 12.62 12.59 12.70 12.60 12.40 12.41 12.38 12.35
Kredit Konsumsi (KK) 16,47 16,42 16.32 16.36 15.42 15.34 15.23 14.99 14.92 14.83 14.75 14.65 14.53
18
⎜ PERKEMBANGAN DAN KEBIJAKAN MONETER ⎟
Y-o-Y % %
28
24
20
16.9
16
12
14.7
8
4 M1 M2
0
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 123 5 7 9 11
Grafik 3.1.
Pertumbuhan Uang Beredar
19
⎜ PERKEMBANGAN DAN KEBIJAKAN MONETER ⎟
Kinerja pasar surat Berharga Negara (SBN) juga masih menunjukkan tren meningkat
seperti tercemin pas yield SBN yang masih dalam tren menurun. Perkembangan yield jangka
pendek, menengah dan panjang masing-masing turun sebesar 175bps, 217bps, dan 153bps
sehingga secara umum yield SBN turun 189bps dan ditutup pada level 7,39% (Grafik 3.4).
Penurunan yield tersebut menunjukkan SBN masih sangat diminati oleh investor asing karena
memiliki yield yang cukup menarik dengan didukung kondisi fundamental perekonomian
domestik yang cukup kuat serta kondisi fiskal yang sehat. Meskipun sudah menurun sangat
besar, yield SBN Indonesia relatif menarik bila dibandingkan dengan negara kawasan, seperti
Thailand, Malaysia dan Philipina.
Penurunan yield SBN juga didorong oleh semakin bertambahnya investor yang
menanamkan dananya pada jenis instrumen ini, terutama sejak diterapkannya kebijakan
minimum one month holding period SBI pada Juni 2010. Jumlah investor yang meningkat
terindikasi pada kelompok investor kecil yang cenderung aktif melakukan transaksi trading,
sementara perilaku kelompok investor besar relatif tidak banyak berubah yakni masih
cenderung melakukan investasi hold to maturity. Perkembangan peningkatan investor ini
kemudian berkontribusi pada peningkatan volume perdagangan harian SBN (Grafik 3.5).
% Rp,T per Hari
18 10,0
Volume Perdagangan
(Rata‐Rata) ‐ RHS 9,0
16
Yield (Rata‐Rata) 8,0
14 7,0
12 6,0
5,0
10 4,0
8 3,0
2,0
6
1,0
4 ‐
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9101112
2008 2009 2010
20
⎜ PERKEMBANGAN DAN KEBIJAKAN MONETER ⎟
Aug‐08
Aug‐09
Aug‐10
Apr‐08
Jun‐08
Apr‐09
Jun‐09
Apr‐10
Jun‐10
Feb‐08
Dec‐08
Feb‐09
Dec‐09
Feb‐10
Dec‐10
May‐08
May‐09
May‐10
Oct‐08
Oct‐09
Oct‐10
Nov‐08
Nov‐09
Nov‐10
Jan‐08
Jul‐08
Sep‐08
Jan‐09
Jul‐09
Sep‐09
Jan‐10
Jul‐10
Sep‐10
Mar‐08
Mar‐09
Mar‐10
Grafik 3.6 Grafik 3.7
Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Volatilitas Nilai Tukar Rupiah
Tren apresiasi rupiah ini masih tidak terlepas oleh pengaruh aliran masuk modal asing
sejalan dengan kinerja positif ekonomi domestik berupa ekspansi ekonomi domestik dan
surplus neraca pembayaran. Selain itu, meningkatnya cadangan devisa mampu menjaga
perspektif positif investor terhadap kemampuan pembiayaan eksternal Indonesia. Capaian
positif ini kemudian menurunkan persepsi risiko berinvestasi di Indonesia seperti ditunjukkan
beberapa indikator. Indikator Credit Default Swap (CDS) Indonesia bergerak di kisaran 132bps,
membaik dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang berada di kisaran 137bps (Grafik 3.8).
Searah dengan pergerakan CDS, indikator risiko lainnya yaitu yield spread antara Government
Bond Indonesia dan US T-Note juga mengalami penurunan. Sementara itu, premi swap yang
merupakan salah satu indikator ekspektasi arah pergerakan Rupiah, tetap bergerak stabil
untuk semua tenor (1, 3, 6 dan 12 bulan) (Grafik 3.9).
8.5 850
Yield Spread
19%
7.0 700 Premi 1 M Premi 3 M
CDS Ind (RHS)
14% Premi 6 M Premi 12 M
5.5 EMBIG Spread (RHS) 550
4.0 400 9%
Aug‐10
Mar‐09
Apr‐09
Jun‐09
Jul‐09
Mar‐10
Apr‐10
Jun‐10
Jul‐10
Nov‐08
Dec‐08
Jan‐09
Feb‐09
May‐09
Sep‐09
Nov‐09
Dec‐09
Jan‐10
Feb‐10
May‐10
Sep‐10
Nov‐10
Dec‐10
Oct‐08
Oct‐09
Oct‐10
1.0 100
Jan‐09
May‐09
Jan‐10
May‐10
Jul‐09
Jul‐10
Mar‐09
Nov‐09
Mar‐10
Nov‐10
Sep‐09
Sep‐10
21
⎜ PERKEMBANGAN DAN KEBIJAKAN MONETER ⎟
%
11.0
Indonesia
9.0
7.0
5.0 Filipina
3.0
Korea
1.0
‐1.0
Malaysia
‐3.0
Jan‐05
May‐05
Oct‐05
Oct‐06
Oct‐07
Oct‐08
Oct‐09
Oct‐10
Jun‐06
Jun‐07
Jun‐08
Jun‐09
Jun‐10
Feb‐06
Feb‐07
Feb‐08
Feb‐09
Feb‐10
Grafik 3.10
UIP (Uncovered Interest Parity)
3. Perkembangan Inflasi
3.1. Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK)
Perekonomian domestik pada triwulan IV-2010 mulai ditandai oleh meningkatnya
tekanan inflasi IHK. Peningkatan tekanan inflasi IHK terutama disebabkan oleh kenaikan inflasi
dari kelompok bahan pangan (volatile food). Kenaikan inflasi volatile food ini didorong oleh
kenaikan harga beberapa komoditas bahan pangan akibat berlanjutnya gangguan cuaca.
Sementara itu, inflasi inti selama triwulan IV-2010 terkendali pada tingkat yang cukup rendah
didukung oleh penguatan nilai tukar rupiah, relatif terjaganya ekspektasi inflasi masyarakat,
dan sisi penawaran yang masih memadai dalam merespon kenaikan permintaan. Di kelompok
administered prices, tidak adanya kebijakan strategis Pemerintah pasca kenaikan Tarif Dasar
Listrik (TDL) pada bulan Juli 2010, menyebabkan inflasi kelompok administered price pada
akhir tahun 2010 relatif moderat. Secara keseluruhan, pengaruh inflasi volatile food yang
cukup dominan tersebut menyebabkan inflasi IHK pada tahun 2010 tercatat sebesar 6,96%
(yoy) (Grafik 3.11) atau berada di atas sasaran inflasi yang ditetapkan oleh Pemerintah sebesar
5±1% (Boks: Akuntabilitas Pencapaian Sasaran Inflasi Tahun 2010).
24%, yoy
CPI
Core
Volatile Food
18 Administered Prices
17.74
12
6.96
6 5.40
4.28
-1
11
11
11
11
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
12
10
12
10
12
10
12
Grafik 3.11
Perkembangan Inflasi IHK
22
⎜ PERKEMBANGAN DAN KEBIJAKAN MONETER ⎟
1
5.00 2.00
0.5
0.00 0.00 0
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
‐5.00
2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010
23
⎜ PERKEMBANGAN DAN KEBIJAKAN MONETER ⎟
itu, penguatan nilai tukar rupiah secara umum juga dapat memitigasi dampak eksternal
terhadap perkembangan harga di dalam negeri.
Inflasi inti yang masih terkendali juga ditopang terjaganya ekspektasi inflasi
masyarakat. Meskipun sempat meningkat saat hari raya, ekspektasi inflasi pada triwulan IV-
2010 terlihat kembali membaik. Kembali normalnya permintaan masyarakat paska hari raya
yang diikuti koreksi harga beberapa bahan pangan berkontribusi pada perbaikan ekspektasi
inflasi masyarakat (Grafik 3.14). Selain itu, perbaikan ekspektasi inflasi juga dipengaruhi oleh
rendahnya inflasi inti dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini ditunjukkan oleh penurunan
inflasi inti jasa, yang secara umum merepresentasikan ekspektasi inflasi masyarakat (Grafik
3.15).
190 20.0
185 18.0
7.50 Core Ekspektasi (jasa berupa upah exc.pendidikan dan
180 16.0
6.50
perumahan)
175 14.0
170 12.0
165 10.0 5.50
160 8.0
155 6.0 4.50
150 4.0
145 2.0 3.50
140 0.0
2.50
1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10
1.50
2006 2007 2008 2009 2010
0.50
Ekspektasi Harga Konsumen 3 bln yad
Apr‐09
Sep‐09
Feb‐10
Jun‐08
Jul‐10
Dec‐10
Jan‐08
Nov‐08
Ekspektasi Harga Konsumen 6 bln yad
Inflasi IHK (%, yoy)‐RHS
Faktor terakhir yang berperan mendorong inflasi inti yang terkendali ialah masih
respon sisi penawaran yang masih memadai menopang kenaikan permintaan. Pada satu sisi,
kondisi permintaan masyarakat menunjukkan peningkatan yang berlanjut, sebagaimana
tercermin dari penjualan riil berbagai macam kelompok barang (kecuali bahan konstruksi).
Namun pada sisi lain, penguatan permintaan tersebut belum memicu tekanan yang berarti
pada inflasi, karena respon penawaran yang masih cukup memadai, meskipun ke depan
tekanan sisi permintaan perlu diwaspadai mengingat level kapasitas utilisasi saat ini telah
mendekati titik tertinggi historisnya (Grafik 3.16).
% Kapasitas Produksi Terpakai Industri Pengolahan
100 130
Indeks Produksi Sektor Industri Pengolahan, RHS
120
90
110
100
80
90
80
70
70
60 60
12345678910
11
1212345678910
11
1212345678910
11
1212345678910
11
1212345678910
11
1212345678910
11
1212345678910
11
Grafik 3.16
Pertumbuhan Kapasitas Produksi
24
⎜ PERKEMBANGAN DAN KEBIJAKAN MONETER ⎟
4. Strategi Kebijakan
Strategi kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia diarahkan untuk menghadapi
tantangan yang tidak ringan dan bersifat multidimensi. Kondisi tersebut harus dihadapi di
tengah ketidakpastian ekonomi global dan derasnya aliran modal asing. Untuk mendukung
tetap terjaganya stabilitas makroekonomi dan tercapainya pertumbuhan ekonomi yang
berkesinambungan, Bank Indonesia mengedepankan pengelolaan kebijakan moneter dan
perbankan secara berhati-hati yang dijalankan secara konsisten. Langkah tersebut diwujudkan
dalam bentuk bauran kebijakan moneter dan makroprudensial yang diarahkan untuk menjaga
stabilitas eksternal dan stabilitas internal domestik perekonomian.
Dalam implementasinya, bauran kebijakan moneter dan makroprudensial tersebut
diwujudkan dalam 5 (lima) kebijakan, yaitu (1) kebijakan BI Rate diarahkan untuk pencapaian
sasaran inflasi, namun tetap kondusif bagi pertumbuhan ekonomi dan stabilitas sistem
keuangan; (2) kebijakan nilai tukar yang fleksibel melalui intervensi valas untuk menjaga
rupiah tidak fluktuatif dan konsisten dengan perkembangan makroekonomi; (3) Kebijakan
memperkuat ketahanan perekonomian menghadapi pembalikan modal asing (self insurance);
(4) kebijakan makroprudensial terhadap aliran modal masuk yang berjangka pendek dan
spekulatif, yang antara lain dilakukan dengan kebijakan one month holding period (OMHP)
terhadap SBI; dan (5) kebijakan makroprudensial untuk pengelolaan likuiditas domestik
dilakukan antara lain dengan menaikkan GWM dan menerbitkan Term Deposit Rupiah.
Dalam kerangka bauran kebijakan tersebut, selain mempertahankan BI Rate pada level
6,5% sepanjang tahun 2010, pada tanggal 16 Juni 2010, Bank Indonesia memperkuat
efektivitas transmisi kebijakan moneter dan penguatan stabilitas makroekonomi dengan
beberapa kebijakan yakni: (i). Pelebaran koridor suku bunga PUAB O/N; (ii). Penerapan one
month minimum holding period SBI; (iii). Penambahan instrumen moneter non-securities
dalam bentuk term deposit; (iv). Penyempurnaan ketentuan mengenai Posisi Devisa Netto
(PDN); (v). Penerbitan SBI berjangka waktu 9 dan 12 bulan; (vi). Penerapan mekanisme triparty
repurchase (repo) Surat Berharga Negara (SBN) yang akan diimplementasikan pada tahun
2011.
Selanjutnya dengan mempertimbangkan prospek dan tantangan perekonomian di
masa mendatang, pada tanggal 29 Desember 2010, Bank Indonesia kembali mengeluarkan
paket kebijakan yang mencakup 5 (lima) aspek penting yaitu:
25
⎜ PERKEMBANGAN DAN KEBIJAKAN MONETER ⎟
26
⎜ PERKEMBANGAN DAN KEBIJAKAN MONETER ⎟
27
⎜ PERKEMBANGAN DAN KEBIJAKAN MONETER ⎟
Sasaran inflasi 2010 ditetapkan Pemerintah sebesar 5%±1%. Sasaran inflasi 2010 yang
menjadi acuan pelaksanaan kebijakan Bank Indonesia tersebut ditetapkan berdasarkan
Keputusan Menteri Keuangan (KMK) RI No.1/KMK.011/2008 tanggal 3 Januari 2008 tentang
Sasaran Inflasi Tahun 2008, 2009 dan 2010, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Menteri Keuangan (PMK) RI No.143/PMK.011/2010, tanggal 24 Agustus 2010 tentang
Sasaran Inflasi Tahun 2010, 2011 dan 2012. Dalam PMK tersebut, sasaran inflasi untuk tiga
tahun ke depan ditetapkan dengan tren menurun yakni sebesar 5% untuk 2010 dan 2011,
dan 4,5% untuk tahun 2012, masing-masing dengan batas toleransi (point with deviation)
sebesar ±1% dari angka inflasi tersebut.
Penetapan sasaran inflasi 2010 didasari beberapa asumsi pokok (Tabel). Beberapa asumsi
penting yang mendasari penetapan sasaran inflasi 2010 adalah nilai tukar rupiah yang relatif
stabil pada kisaran Rp10.000 per dolar AS, harga minyak dunia pada kisaran $78 per barel,
pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 5,2%. Selain itu, gangguan pasokan
bahan makanan diasumsikan minimal sehingga perkiraan inflasi kelompok volatile food berada
pada tingkat yang normal yakni sekitar 8%.
Dalam perkembangannya, kondisi aktual yang terjadi selama tahun 2010 jauh berbeda
dengan yang diasumsikan. Variabel yang relatif sama dengan asumsi hanya tercatat pada
harga minyak dunia yang secara rata-rata sebesar $81,2 per barel. Sementara itu, asumsi
lainnya mencatat deviasi cukup besar, seperti nilai tukar rupiah yang mencatat apresiasi akibat
derasnya inflows menjadi Rp9,080 per dolar AS, PDB yang mencatat pertumbuhan lebih
tinggi menjadi sekitar 6%, dan inflasi volatile food yang tercatat sangat tinggi 17,74% (yoy),
atau dua kali lebih tinggi dari asumsi.
Perkembangan beberapa variabel yang cukup jauh berbeda dibandingkan dengan dengan
asumsi yang digunakan, terutama pada inflasi volatile food, berkontribusi besar pada realisasi
inflasi IHK tahun 2010 yang mencapai 6,96% atau berada di atas sasaran inflasi yang
ditetapkan oleh pemerintah sebesar 5%±1%. Peran inflasi volatile food yang cukup dominan
ini berbeda dengan inflasi pada kelompok administered dan inflasi inti. Tekanan inflasi yang
bersumber dari kelompok barang yang harganya dikendalikan pemerintah (administered
prices) terlihat masih moderat, sedangkan inflasi inti yang mencerminkan pengaruh interaksi
permintaan dan penawaran agregat masih terkendali pada tingkat yang cukup rendah.
Tingginya inflasi kelompok volatile food banyak dipengaruhi oleh gejolak harga bahan pangan
yang rentan terhadap gangguan iklim. Anomali iklim La Nina (curah hujan tinggi)
menyebabkan sejumlah komoditas pangan domestik seperti beras, aneka bumbu dan aneka
sayur mengalami gangguan pasokan yang pada gilirannya mendorong kenaikan harga yang
sangat tinggi. Kenaikan inflasi volatile food yang cukup tajam tersebut juga dialami oleh
beberapa negara di kawasan. Selain itu, kenaikan harga pangan global yang cukup signifikan
di semester II-2010 sebagaimana terjadi pada komoditas CPO, gandum, dan jagung turut
mendorong tekanan inflasi pangan domestik, meskipun pengaruhnya diminimalkan oleh
apresiasi nilai tukar rupiah. Secara keseluruhan, inflasi kelompok volatile food mencapai
17,74% (yoy) atau memberikan sumbangan inflasi IHK sebesar 3,13%. Inflasi kelompok
28
⎜ PERKEMBANGAN DAN KEBIJAKAN MONETER ⎟
volatile food tersebut jauh lebih tinggi dari rata-ratanya dalam sepuluh tahun terakhir yang
mencapai sekitar 9% (yoy).
Kebijakan administered prices pada komoditas strategis berupa kenaikan Tarif Dasar Listrik
(TDL) memberikan dampak moderat pada tekanan inflasi tahun 2010. Kebijakan pemerintah
terkait kenaikan TDL kelompok rumah tangga (golongan > 900 kVA) dan bisnis telah
diantisipasi dunia usaha sehingga dampak kenaikan TDL ke inflasi cukup moderat yaitu
memberikan sumbangan langsung ke inflasi sebesar 0,38% dan tidak memberikan second-
round effect pada ekspektasi inflasi secara signifikan. Sumber tekanan inflasi yang cukup besar
pada kelompok administered prices di 2010 berasal dari kebijakan pemerintah untuk
menaikkan jasa pembuatan Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (STNK) dan Surat Izin
Mengemudi (SIM) yang cukup besar masing-masing sekitar 75% (yoy) dan 48% (yoy),
sehingga memberikan sumbangan ke inflasi IHK sebesar 0,24%. Untuk keseluruhan tahun
2010, tekanan inflasi kelompok administered prices mencapai 5,40% (yoy), atau memberikan
sumbangan inflasi 0,99%. Angka realisasi inflasi kelompok administered price tersebut cukup
rendah mengingat rata-ratanya dalam sepuluh tahun terakhir mencapai sekitar 13%.
Sejalan dengan perkembangan inflasi administered, inflasi inti masih lebih rendah
dibandingkan dengan perkiraan di awal tahun. Kondisi ini mencerminkan bahwa
keseimbangan makroekonomi dapat dijaga dengan cukup baik sehingga akselerasi di sisi sisi
permintaan dapat dikendalikan sesuai dengan kemampuan di sisi suplai serta terjaganya
ekspektasi inflasi. Selain itu, faktor penting yang turut mendukung terkendalinya tekanan
inflasi inti antara lain penguatan nilai tukar rupiah disertai volatilitas yang menurun. Nilai tukar
rupiah di 2010 secara point to point mengalami apresiasi sebesar 4,4%,. Apresiasi Rupiah
tersebut meminimalkan dampak kenaikan harga komoditas global (imported inflation) dan
menjaga ekspektasi inflasi pelaku ekonomi. Dengan perkembangan tersebut, di akhir 2010
inflasi inti tercatat 4,28% (yoy) atau memberikan sumbangan inflasi IHK sebesar 2,8%. Angka
realisasi inflasi inti tersebut sudah cukup rendah dibandingkan rata-ratanya dalam sepuluh
tahun terakhir yang mencapai sekitar 7,5%.
29
⎜ PERKEMBANGAN DAN KEBIJAKAN MONETER ⎟
Tabel 3.2
Perbandingan Asumsi dan Realisasi Inflasi Tahun 2010
Asumsi/Perkiraaan
INDIKATOR Saat Penetapan Sasaran Realisasi
*)
Asumsi • Nilai Tukar Rupiah (Rp/USD) 10,024 9,080
• Harga Minyak Minas (USD/barel) 78.1 812
• PDB (%, yoy) 5.2 6.0**)
Proyeksi • Inflasi IHK (%, yoy) 5.70 6.96
• Inflasi Inti (%, yoy) 5.60 4.28
• Inflasi Volatile Food (%, yoy) 7.90 17.74
• Inflasi Administered Prices (%, yoy) 4.30 5.40
Faktor yg Fundamental
Mempengaruhi • Nilai Tukar Menguat tipis dari th 2009 Menguat signifikan
• Ekspektasi Inflasi Tren membaik Tren membaik
• Output Gap Relatif meningkat Relatif meningkat
Non-fundamental
• Volatile food Normal (±8%, yoy), sesuai Tinggi (±15%, yoy), anomali
prognosa pasokan cukup iklim dan pasokan bbrp
dan distribusi lancar komoditas tidak cukup
• Administered Price Moderat (TDL) Moderat (TDL & STNK)
*) Asumsi didasarkan pada awal tahun 2010 ketik a usulan sas aran akan dis ampaikan k epada pemerintah (Februari 2010)
**) Perkiraan terkini
30
⎜ PERKEMBANGAN DAN KEBIJAKAN MONETER ⎟
intensif jika kenaikan harga beras melampaui 10%. Selain itu, Pemerintah juga menyalurkan
RASKIN sebanyak 2 kali di bulan Agustus dalam rangka membantu menstabilkan harga beras,
sehingga total penyaluran RASKIN selama 2010 menjadi 13 kali dari rencana semula 12 kali.
Sebagai langkah pengamanan stok beras, pemerintah memberikan ijin impor beras kepada
BULOG di triwulan terakhir 2010. Melengkapi kebijakan tersebut, pemerintah memanfaatkan
instrumen kebijakan fiskal seperti pengaturan bea masuk atau keluar sejumlah komoditi
seperti CPO, gula dan beras untuk menjamin kecukupan pasokan domestik.
Ke depan, berbagai langkah yang telah ditempuh tersebut diharapkan semakin intensif
dilakukan terutama untuk memperkuat respon sisi suplai ditengah kecenderungan
meningkatnya aktivitas ekonomi, sehingga tidak menimbulkan tekanan inflasi yang
berlebihan. Dalam konteks ini, kerjasama dengan pemerintah melalui Tim Pengendalian Inflasi
di tingkat pusat (TPI) maupun daerah (TPID) perlu terus diperkuat dengan mempertajam
program-program untuk meningkatkan sisi pasokan dan perbaikan distribusi terutama
komoditas pangan yang bersifat strategis. Berbagai upaya dan langkah tersebut di atas
diyakini akan membawa inflasi pada sasarannya yaitu 5%±1% pada tahun 2011 dan
4,5%±1% pada tahun 2012.
31
⎜ PERKEMBANGAN DAN KEBIJAKAN MONETER ⎟
32
⎜ PERKEMBANGAN DAN EVALUASI KEBIJAKAN PERBANKAN ⎟
BAB 4
PERKEMBANGAN DAN EVALUASI
KEBIJAKAN PERBANKAN
Di tengah peningkatan tekanan inflasi dan derasnya capital inflows asing ke pasar
keuangan dalam negeri, kinerja sektor keuangan sampai dengan triwulan IV-2010 relatif
stabil. Perbankan, sebagai pemegang pangsa terbesar pasar keuangan dalam negeri, masih
mencatat mencatat kinerja yang cukup menggembirakan. Fungsi intermediasi perbankan terus
membaik dengan angka pertumbuhan yang mampu mendekati target sesuai Rencana Bisnis
Bank (RBB) 2010. Sementara itu, hasil stress test mengindikasikan bahwa permodalan bank
masih cukup tahan terhadap berbagai risiko, terutama risiko kredit, risiko pasar, dan risiko
likuiditas. Tekanan ekonomi global menyusul krisis di beberapa negara Eropa yang terjadi pada
tahun 2010 yang lalu, sejauh ini belum memberikan dampak negatif terhadap stabilitas sistem
keuangan, khususnya perbankan.
Guna menyikapi potensi adanya tekanan inflasi ke depan, tingginya capital inflows,
besarnya ekses likuiditas perbankan, serta dengan mempertimbangkan tantangan baik
eksternal maupun internal kedepan, Bank Indonesia telah mengeluarkan berbagai kebijakan
baik dibidang moneter maupun perbankan. Adapun prioritas kebijakan yang dikeluarkan
meliputi beberapa aspek penting, yang meliputi kebijakan penguatan stabilitas moneter,
kebijakan mendorong peran intermediasi perbankan, kebijakan meningkatkan ketahanan
perbankan, penguatan kebijakan makroprudensial, dan penguatan fungsi pengawasan.
33
⎜ PERKEMBANGAN DAN EVALUASI KEBIJAKAN PERBANKAN ⎟
GWM Loan to Deposit Ratio (LDR) bagi GWM Rupiah yang akan diimplementasikan pada
Maret 2011, serta peningkatan GWM valas yang akan dilakukan secara bertahap pada tahun
2011.
1
Upstream:
2
Definition of Quantification
risk strategy and aggregation
Risk self- of risk
assessment
Definition of:
3
• Risk policy 7
principles
• Risk appetite
• Corner stones of 6 Quality assurance
Internal capital
and ICAAP
the limit system Operational process and risk
review process
• etc. bearing
capacity calculation
Risk monitoring
and reporting
5 Capital allocation
and limit system
Grafik 4.1
Pedoman Pelaksanaan Internal Capital Adequacy Assessment Process (ICAAP)
34
⎜ PERKEMBANGAN DAN EVALUASI KEBIJAKAN PERBANKAN ⎟
35
⎜ PERKEMBANGAN DAN EVALUASI KEBIJAKAN PERBANKAN ⎟
segala bentuk hambatan baik yang bersifat harga maupun non harga, terhadap akses
masyarakat dalam menggunakan dan/atau memanfaatkan layanan jasa keuangan.
Kebijakan keuangan inklusif juga telah menjadi salah satu agenda penting dalam
dunia internasional demi meningkatkan keikutsertaan seluruh lapisan masayarakat dalam
pembangunan. Dengan terbukanya akses masyarakat terhadap jasa keuangan, berarti
membuka kesempatan kepada masyarakat luas untuk turut berpastisipasi dalam
pertumbuhan, meningkatkan distribusi pendapatan, dan mengurangi angka kemiskinan.
1
Menggunakan data LBU posisi sementara November 2010, kecuali dinyatakan lain.
2 Angka sementara berdasarkan Laporan Harian Bank Umum (LHBU)
36
⎜ PERKEMBANGAN DAN EVALUASI KEBIJAKAN PERBANKAN ⎟
Tabel 4.1
Indikator Utama Perbankan3
Des-06 Des-07 Des-08 Des-09 Mar-10 Jun-10 Sep-10 Okt-10 Nop-10 (+/-) (%) (+/-) (%) (+/-) (%)
Indikator Utama 6) 6) 6) 6)
Des'09 - Nov'10 Okt'10 - Nov'10 Nov'09 - Nov'10
8) 8) 8) 8)
Total Aset (T Rp) 1.693,5 1.986,5 2.310,6 2.534,1 2.563,7 2.678,3 2.758,1 2.796,4 2.856,3 322,2 12,7 59,9 2,1 416,5 17,1
DPK (T Rp) 1.287,0 1.510,7 1.753,3 1.973,0 1.982,2 2.096,0 2.144,1 2.173,9 2.212,2 239,2 12,1 38,3 1,8 315,3 16,6
- Giro 338,0 405,5 430,0 465,9 471,1 522,2 504,2 497,8 511,9 46,0 9,9 14,2 2,8 47,6 10,2
- Tabungan 333,9 438,5 498,6 605,4 576,2 610,8 653,6 659,7 674,3 68,8 11,4 14,5 2,2 119,7 21,6
- Deposito 615,1 666,7 824,7 901,7 934,9 963,1 986,2 1.016,4 1.026,0 124,3 13,8 9,6 0,9 148,0 16,9
Aktiva Produktif (T Rp) 1.556,2 1.792,0 2.170,9 2.385,1 2.416,4 2.528,5 2.591,3 2.647,9 2.643,1 258,0 10,8 (4,8) (0,2) 340,1 14,8
7) 7) 7) 7)
- Kredit (T Rp) * 832,9 1.045,7 1.353,6 1.470,8 1.485,9 1.615,8 1.689,1 1.705,8 1.736,1 265,3 18,0 30,3 1,8 305,2 21,3
- S B I (T Rp) 179,0 203,9 166,5 212,1 221,5 224,3 176,3 147,3 142,6 (69,5) (32,8) (4,7) (3,2) (56,9) (28,5)
- FASBI (T Rp) 38,6 46,8 71,9 84,4 82,5 97,0 132,2 218,1 178,4 94,0 111,3 (39,7) (18,2) 127,8 252,8
- SSB + Tagihan Lainnya 342,9 350,2 358,5 346,2 350,6 327,1 326,4 320,7 342,9 (3,3) (0,9) 22,2 6,9 (6,6) (1,9)
- Antar Bank Aktiva 156,8 139,8 213,8 261,5 264,9 252,9 256,2 244,7 231,8 (29,7) (11,4) (12,9) (5,3) (30,8) (11,7)
- Penyertaan 5,9 5,6 6,6 10,0 11,0 11,4 11,1 11,3 11,3 1,3 12,7 (0,0) (0,3) 1,3 13,4
7) 7) 7) 7)
Kredit Tanpa Chan (T Rp) 792,2 1.002,0 1.307,7 1.437,9 1.456,0 1.586,5 1.659,0 1.675,6 1.706,4 268,5 18,7 30,8 1,8 308,8 22,1
NII bulanan (T Rp) 7,7 8,9 10,8 11,9 12,0 12,7 12,5 12,9 13,1 1,2 10,1 0,2 1,4 2,0 18,2
NII Akum.thn buku (T Rp) 83,1 96,4 113,1 129,3 36,1 73,1 110,6 123,5 136,6 7,3 5,7 13,1 10,6 19,2 16,4
3
CAR (%) 20,5 19,3 16,2 17,4 19,1 17,4 16,4 16,4 16,3 (1,1) (0,1) (0,7)
NPLs + Chan (T Rp) 58,1 48,6 50,9 55,8 56,3 54,0 55,9 60,9 59,5 3,7 (1,3) (2,7)
NPLs Tanpa Chan (T Rp) 48,1 40,8 41,9 47,5 48,9 47,3 49,2 54,2 52,2 4,7 (2,0) (1,2)
PPAP (T Rp) 39,2 41,3 47,5 60,2 60,0 60,9 64,5 66,0 63,9 3,8 (2,1) 3,1
NPLs Gross (%) 7,0 4,6 3,8 3,8 3,8 3,3 3,3 3,6 3,4 (0,4) (0,1) (0,9)
NPLs Gross Tanpa Chan (%) 6,1 4,1 3,2 3,3 3,4 3,0 3,0 3,2 3,1 (0,2) (0,2) (0,8)
NPLs net (%) 3,6 1,9 1,5 0,9 1,0 0,8 0,7 0,9 1,0 0,0 0,0 (0,4)
NPLs Net Tanpa Chan (%) 2,5 1,2 0,8 0,3 0,5 0,4 0,29 0,50 0,51 0,2 0,0 (0,2)
3
ROA (%) 2,6 2,8 2,3 2,6 3,0 2,9 2,8 2,9 2,8 0,2 (0,1) 0,2
3
BOPO (%) 86,4 78,8 84,1 81,6 83,6 84,8 78,9 79,8 79,4 (2,1) (0,3) (2,3)
LDR (%)* 64,7 69,2 77,2 74,5 75,0 77,1 78,8 78,5 78,5 3,9 0,0 3,0
Jumlah Bank 130 130 124 121 121 121 122 122 122
*) termasuk chanelling
4
2.2. Perkembangan Kredit
Menjelang akhir tahun, fungsi intermediasi perbankan terus menunjukkan kinerja yang
positif. Sampai dengan November 2010, total kredit perbankan mencapai Rp1.706,4 triliun
atau naik Rp47,4 triliun (2,9%) dalam triwulan terakhir. Dengan pertumbuhan tersebut, maka
secara ytd (s.d November 2010) kredit berhasil mencatatkan peningkatan sebesar 18,7%.
Sementara berdasarkan pemantauan pada data LHBU, pertumbuhan kredit secara yoy sampai
dengan tanggal 31 Desember 2010 adalah sebesar 22,8%, hanya sedikit dibawah target
pertumbuhan sesuai RBB 2010 sebesar 23,3%.
Salah satu faktor yang turut mempengaruhi angka pertumbuhan kredit 2010 adalah
penguatan nilai tukar Rupiah terhadap USD sepanjang tahun sehingga mempengaruhi
pertumbuhan kredit valas. Selama 2010, kredit berdenominasi valas bertambah sebesar
USD6,6 miliar atau tumbuh sebesar 19,4% (ytd).
Berdasarkan jenis penggunaan, Kredit Modal Kerja (KMK) memberikan sumbangan
yang terbesar terhadap kenaikan kredit selama tahun 2010. Secara ytd, KMK berhasil tumbuh
hingga 21,4% (Rp150,1 triliun), sementara jenis kredit lainnya, yaitu Kredit Investasi (KI) dan
Kredit Konsumsi (KK), masing-masing sebesar 19,3% (Rp32,1 triliun) dan 30,7% (Rp86,2
triliun).
3
Angka sementara
4
Tidak termasuk chanelling.
37
⎜ PERKEMBANGAN DAN EVALUASI KEBIJAKAN PERBANKAN ⎟
Kualitas kredit perbankan selama triwulan IV-2010 relatif terkendali. Peningkatan Non
Performing Loan (NPL) nominal sekitar Rp3 triliun selama triwulan terakhir, tidak
mengakibatkan rasio NPL perbankan melonjak signifikan. Per November 2010, rasio NPL gross
adalah sebesar 3,1%, atau hanya mengalami peningkatan tipis dibandingkan dengan akhir
triwulan sebelumnya (3,0%). Apabila memperhitungkan kredit chanelling, rasio NPL gross
perbankan adalah sebesar 3,4%, atau meningkat 10 bpsdibandingkan dengan triwulan
sebelumnya (3,5%). Secara individual, terdapat beberapa bank dengan rasio NPL yang relatif
tinggi mencapai kisaran 15%. Namun guna mengantisipasi risiko, bank-bank tersebut telah
membentuk Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) kredit yang cukup besar
sehingga rasio NPL net berada di bawah 5%.
38
⎜ PERKEMBANGAN DAN EVALUASI KEBIJAKAN PERBANKAN ⎟
900 2.000
1.700
600
1.400
300
1.100
0 800
Okt'09 Jan'10 Apr'10 Jul'10 Okt'10
Grafik 4.4
Perkembangan DPK per Komponen
2.4. Likuiditas
Risiko likuiditas bank sampai dengan akhir triwulan IV-2010 cukup terkendali. Di
tengah pertumbuhan kredit yang cenderung lebih cepat dibandingkan DPK, jumlah alat likuid
bank justru meningkat. Peningkatan tersebut antara lain dipengaruhi oleh tingginya ekspansi
dana Pemerintah menjelang akhir tahun, serta indikasi bank mengalihkan jumlah
penempatannya pada bank lain menjadi alat likuid dalam bentuk kas, penempatan di Bank
Indonesia, dan surat berharga yang dimiliki sebagai upaya antisipasi terhadap ketentuan
kenaikan GWM primer yang diberlakukan mulai 1 November 2010. Berdasarkan pengamatan
sampai dengan akhir November, peningkatan kewajiban GWM tersebut tidak berdampak
negatif terhadap kondisi likuiditas bank.
5
Pada November 2010, jumlah alat likuid bank mencapai Rp73,2 triliun atau dalam
triwulan terakhir mengalami peningkatan sebesar 10,3%. Dengan demikian, selama 2010 (s.d
November), jumlah alat likuid bank telah meningkat sebesar Rp68,9 triliun (9,7%), khususnya
dalam bentuk primary dan secondary reserves yang terkait dengan adanya kebutuhan bank
untuk memenuhi peningkatan GWM. Dalam sebulan terakhir, terlihat adanya shifting dari
secondary reserves ke primary reserves.
500
750
400
300 700
200
650
100
0 600
Dec‐09 Mar‐10 Jun‐10 Sep‐10
Primary R eserves Secondary Reserves Tertiary Reserves ALAT LIKUID (kn)
Gambar 4.5
Perkembangan Alat Likuid per Komponen
5
Alat likuid bank meliputi primary reserves yang terdiri dari kas dan giro bank pada BI; secondary reserves yang terdiri dari
SBI, penempatan lainnya pada BI, dan SUN (Trading dan AFS); dan tertiary reserves yang terdiri dari SUN HTM.
39
⎜ PERKEMBANGAN DAN EVALUASI KEBIJAKAN PERBANKAN ⎟
Meskipun secara umum kondisi likuiditas perbankan relatif memadai, kepemilikan alat
likuid bank masih tetap didominasi oleh kelompok bank tertentu. Sebagian besar (87,9%) dari
keseluruhan jumlah alat likuid bank, dimiliki oleh bank besar yang mendominasi 87,2% total
aset perbankan. Berdasarkan jenis alat likuidnya, terdapat indikasi bahwa semakin kecil bank,
semakin kecil pula kecenderungan bank untuk memelihara alat likuid dalam bentuk tertiary
reserves. Sebaliknya, secondary reserves merupakan alat likuid yang paling diminati oleh
hampir semua bank.
Meningkatnya jumlah alat likuid bank mendorong kemampuan bank untuk
mangantisipasi kebutuhan jangka pendek semakin membaik. Hal tersebut tercermin dari
6
peningkatan rasio alat likuid terhadap non core deposit (NCD) dari 164,8% (September 2010)
menjadi 176,8% (November 2010). Meskipun masih dalam batas aman, pemantauan likuiditas
yang intensif, khususnya bagi bank dengan alat likuid terbatas masih tetap diperlukan
mengingat hingga November 2010 masih terdapat bank dengan rasio alat likuid di bawah
100%. Di samping itu, sebagai dampak implementasi GWM LDR dan kenaikan GWM valas
sampai dengan 8% di tahun 2011 mendatang, diperkirakan masih terdapat potensi
penurunan jumlah alat likuid.
Pangsa Alat Likuid per Kelompok Bank
berdasarkan Total Aset Rp T Rasio Alat Likuid thd NCD
3,71% 900
7,89% 260%
0,50% 800
700 220%
600 176,84%
500 180%
400
<Rp1 T 158,4% 140%
87,90% 300
>Rp1 T ‐ Rp5 T 200 100%
>Rp5 T ‐ Rp15 T Dec‐09 Mar‐10 Jun‐10 Sep‐10
>Rp15 T Alat Likuid NCD Rasio Alat Likuid thd NCD
2.5. Profitabilitas
Kinerja profitabilitas perbankan selama triwulan IV-2010 cenderung meningkat. Dalam
triwulan terakhir, perbankan berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp10,6 triliun. Dengan
demikian, sampai dengan November 2010 total laba bersih perbankan mencapai Rp53,99
triliun, atau 19,4% lebih tinggi dibandingkan dengan pencapaian selama tahun 2009.
6
NCD terdiri dari: 30% giro + 30% tabungan + 10% deposito s.d 3 bulan.
40
⎜ PERKEMBANGAN DAN EVALUASI KEBIJAKAN PERBANKAN ⎟
Tabel 4.2
Profitabilitas
Sumber laba bank tetap didominasi oleh laba operasional, khususnya dari pendapatan
bunga yang secara bulanan terus menunjukkan peningkatan, khususnya sejak Maret 2010.
Perkembangan ini tidak terlepas dari pertumbuhan kredit yang cukup positif di tahun 2010.
Sampai dengan November 2010, Net Interest Income (NII) perbankan secara rata-rata berhasil
mencapai Rp12,4 triliun per bulan. Angka ini meningkat bila dibandingkan dengan rata-rata
tahun sebelumnya yang hanya Rp10,7 triliun. Selain pertumbuhan kredit, spread suku bunga
yang cenderung melebar ditengah stabilnya angka BI rate, menjadi salah satu faktor yang
turut mempengaruhi peningkatan NII perbankan. Sementara itu, indikator profitabilitas
lainnya, yaitu Return on Asset (ROA) mengalami sedikit peningkatan menjadi 2,8%
dibandingkan dengan posisi akhir tahun 2009 sebesar 2,6%, meskipun tercatat sejumlah bank
yang mengalami kerugian sehingga beberapa bank memiliki ROA di bawah rata-rata industri..
2.6. Permodalan
Kondisi permodalan bank sampai dengan akhir triwulan IV-2010 relatif terkendali
meskipun terindikasi turun sesuai dengan yang telah diproyeksikan pada RBB 2010. Selain
karena faktor penyaluran kredit 2010 yang ditargetkan lebih tinggi dibandingkan dengan
tahun 2009 yang lalu, mulai diperhitungkannya ATMR risiko operasional juga turut
menurunkan permodalan bank. Per November 2010, Capital Adequacy Ratio (CAR) perbankan
mencapai 16,3% atau mengalami sedikit penurunan dibandingkan dengan posisi akhir
triwulan sebelumnya yang mencapai 16,4% dan akhir tahun 2009 yang mencapai 17,4%.
Namun demikian, kecenderungan penurunan CAR perbankan ini tidak sampai mengakibatkan
terdapatnya bank dengan rasio permodalan di bawah level minimum yang diprasyaratkan.
Posisi November 2010, CAR individual bank berada di atas rasio kewajiban penyediaan modal
minimum.
41
⎜ PERKEMBANGAN DAN EVALUASI KEBIJAKAN PERBANKAN ⎟
Hasil stress test menunjukkan bahwa angka CAR tersebut masih cukup mampu untuk
mengantisipasi tekanan ke depan, terutama yang bersumber dari volatilitas nilai tukar,
pergerakan suku bunga dan pergerakan harga Surat Utang Negara (SUN). Sementara itu, hasil
stress test untuk melihat dampak krisis ekonomi yang terjadi pada beberapa negara
mengindikasikan bahwa dampak terhadap penurunan CAR perbankan relatif terbatas apabila
diasumsikan perbankan mengalami kerugian sejumlah total eksposur bank atas portofolio
yang bersumber dari negara Portugal, Ireland, Italy, Greek and Spain (PIIGS), negara kawasan
Eropa, Amerika Serikat dan Inggris,
Proyeksi dan Realisasi CAR
17.50%
17.00%
16.50%
16.00%
15.50%
15.00%
Des Des Okt Des
2009 2010 2011
CAR RBB CAR realisasi
Grafik 4.10
Proyeksi dan Realisasi CAR
42
⎜ PERKEMBANGAN DAN EVALUASI KEBIJAKAN PERBANKAN ⎟
43
⎜ PERKEMBANGAN DAN EVALUASI KEBIJAKAN PERBANKAN ⎟
dapat dinikmati oleh semua kalangan masyarakat tanpa terkecuali. Dengan melihat
perkembangan tersebut, maka program sosialisasi iB Campaign pada 2011 akan tetap
mengedepankan PDB (positioning, differentiation, branding) dari industri perbankan syariah
sebagai “Lebih Dari Sekedar Bank” (Beyond Banking), melalui komunikasi yang inklusif dan
terfokus tentang kelebihan bank syariah dalam hal fitur (functional benefits), keberagaman
produk, dan kekayaan variasi skema keuangan yang dimilikinya.
Grafik 4.11
Perkembangan Aset, Kerdit dan DPK
7
Berdasarkan data statitik BPR konvensional per Oktober 2010
44
⎜ PERKEMBANGAN DAN EVALUASI KEBIJAKAN PERBANKAN ⎟
Relatif tingginya angka peningkatan kredit BPR diikuti dengan sedikit peningkatan
rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) BPR, yaitu dari 81,94% menjadi 82,06%. Peningkatan LDR
yang disertai dengan penurunan rasio kualitas Aktiva Produktif (KAP) dan NPL (baik gross
maupun net), mengindikasikan cukup baiknya kualitas penyaluran kredit BPR. Di sisi lain,
sejalan dengan kenaikan kredit terjadi penurunan angka cash ratio BPR dari 15,28% menjadi
15,24%. Sementara itu dari sisi profitabilitas, kinerja BPR terus membaik seiring peningkatan
ROA dan penurunan BOPO.
Tabel 4.3
Indikator Utama BPR
Kondisi permodalan BPR relatif stabil dan diindikasikan oleh CAR yang semula 23,69%
pada Oktober 2009 menjadi 29,89% pada Oktober 2010. Peningkatan tersebut dipicu oleh
adanya kewajiban pemenuhan modal disetor minimum 100% pada akhir tahun 2010. Namun
demikian, sampai dengan akhir Oktober 2010 masih terdapat 218 BPR (12,77%) yang belum
memenuhi persyaratan modal tersebut.
Terkait dengan perkembangan suku bunga kredit BPR, meskipun masih relatif tinggi
pada kisaran 20,69% (untuk kredit dengan plafon besar) sampai dengan 38,85% (untuk
kredit sektor pertanian), rata-rata suku bunga kredit BPR mengalami penurunan sebesar
0,73%, yaitu dari 32,42% menjadi 31,19%. Penurunan suku bunga kredit BPR tersebut
seiring dengan penurunan suku bunga simpanan, yang tercermin pada suku bunga deposito
dan suku bunga tabungan yang mengalami penurunan masing-masing sebesar 0,73% dan
0,61% dari posisi yang sama di tahun sebelumnya hingga menjadi 10,23% dan 5,77%.
45
⎜ PERKEMBANGAN DAN EVALUASI KEBIJAKAN PERBANKAN ⎟
Tabel 4.4
Pelaksanaan Fungsi Investigasi Perbankan
Sejak tahun 1999, Direktorat Investigasi dan Mediasi Perbankan telah menangani
1.030 kasus pada 525 bank dan bukan bank terkait laporan dugaan tindak pidana perbankan,
dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 4.5
Rincian Penanganan Kasus Perbankan
Selama tahun 2010. kegiatan sosialisasi dan semiloka penanganan tipibank dilakukan
di KBI Semarang, Surabaya, Bandung, Medan, Makassar, Denpasar, Manado, Yogyakarta,
Palangkaraya dan Cirebon, dengan tujuan memperkuat pelaksanaan Surat Keputusan Bersama
di Tingkat Daerah dan memberikan pemahaman mengenai penanganan kasus tindak pidana
perbankan,
Sementara itu, permohonanan mediasi oleh masyarakat kepada Bank Indonesia
menunjukkan trend yang meningkat, tercermin dari permohonan pada posisi November 2010
yang mengalami peningkatan sebesar 10,3%, dari 214 pada posisi bulan sebelumnya hingga
menjadi 236 permohonan. Pengaduan nasabah paling tinggi masih pada produk sistem
pembayaran dengan presentase 53% dari seluruh pengaduan. Trend pengaduan pada produk
tersebut mengalami peningkatan sebesar 5,9%, dari 118 permohonan pada periode bulan
sebelumnya hingga menjadi 125 permohonan.
Tabel 4.6
Permohonan Mediasi 2010
Total yang
Jenis Produk
dimediasi
Penghimpunan Dana 29
Penyaluran Dana 76
Sistem Pembayaran 125
Produk Kerjasama 1
Produk Lainnya 3
Diluar permasalahan produk perbankan 2
Total 236
46
⎜ PERKEMBANGAN DAN EVALUASI KEBIJAKAN SISTEM PEMBAYARAN ⎟
BAB 5
PERKEMBANGAN DAN EVALUASI
KEBIJAKAN SISTEM PEMBAYARAN
Sesuai misi Bank Indonesia di bidang pengedaran uang, telah dilakukan berbagai
upaya dan langkah strategis guna menjamin ketersediaan uang kartal dalam jumlah nominal
yang cukup, jenis pecahan yang sesuai, tepat waktu dan dalam kondisi yang layak edar yang
cenderung meningkat menjelang hari libur keagamaan dan pergantian tahun. Beberapa isu
yang mengemuka pada triwulan IV-2010 antara lain pemenuhan kebutuhan uang dan
pemantauan kecukupan kas Bank Indonesia, kualitas uang yang beredar, pemalsuan uang,
serta layanan kas di wilayah perbatasan dan daerah terpencil. Dengan mempertimbangkan
perkembangan tersebut, strategi kebijakan difokuskan pada upaya memenuhi kebutuhan
uang kartal, meningkatkan layanan kas, mengoptimalkan pengiriman uang ke seluruh wilayah
Bank Indonesia, serta menanggulangi penyebaran uang palsu. Dengan keberadaan persediaan
kas siap edar yang sangat memadai, permintaan masyarakat dan perbankan terhadap
kebutuhan uang kartal dalam kondisi fit for circulation terutama menjelang hari libur
keagamaan dan pergantian tahun dapat dipenuhi dengan baik.
Disisi sistem pembayaran non tunai, sebagaimana triwulan sebelumnya, kebijakan
sistem pembayaran tetap difokuskan pada upaya menciptakan efisiensi sistem pembayaran,
meningkatkan kehandalan dan kemampuan mitigasi risiko sistem pembayaran sebagai saluran
utama transmisi kebijakan moneter dalam rangka memelihara stabilitas moneter dan stabilitas
sistem keuangan. Dalam kaitan ini, Bank Indonesia terus mendorong pelaku pada industri
sistem pembayaran untuk menggunakan standar instrumen yang aman dan dapat digunakan
oleh seluruh infrastruktur yang ada.
47
⎜ PERKEMBANGAN DAN EVALUASI KEBIJAKAN SISTEM PEMBAYARAN ⎟
Penurunan outflow dan inflow dimaksud dipengaruhi oleh faktor musiman paska berakhirnya
Idul Fitri yang terjadi pada triwulan III-2010.
Tabel 5.1
Perkembangan Indikator Pengedaran Uang 2010
Triliun Rp
2010
INDIKATOR Tw-II Tw-III Tw-IV
UK UL Total UK UL Total UK UL Total
UYD 266.2 3.2 269.4 285.4 3.4 288.8 315.1 3.5 318.6
POSISI KAS 151.0 0.6 151.6 133.6 0.7 134.3 121.9 1.0 122.9
INFLOW *) 54.5 0.0 54.6 72.0 0.0 72.0 54.5 0.0 54.6
OUTFLOW *) 79.0 0.1 79.1 90.0 0.2 90.2 79.0 0.1 79.1
NET FLOW*) (24.5) (0.1) (24.6) (17.9) (0.2) (18.1) (24.5) (0.1) (24.6)
* data triwulan IV menggunakan angka sementara
Grafik 5.1
Perkembangan UYD Harian Selama Triwulan IV Tahun 2008 – 2010
48
⎜ PERKEMBANGAN DAN EVALUASI KEBIJAKAN SISTEM PEMBAYARAN ⎟
1.3. Transaksi Uang Kartal Melalui Bank Indonesia dan Pemusnahan Uang
Penurunan jumlah outflow uang kartal selama triwulan IV-2010 sebesar 13,9% dan
penurunan jumlah inflow sebesar 32,0% dari triwulan sebelumnya sejalan dengan pola
musiman paska Idul Fitri yang berlangsung pada triwulan III-2010. Berdasarkan wilayahnya,
sebagian besar outflow uang kartal pada triwulan IV-2010 terjadi di wilayah Kantor Pusat yang
mencapai 24,9%. Sedangkan di wilayah Kantor Koordinator Bank Indonesia (KKBI) terjadi di
KKBI Padang, KKBI Banjarmasin, dan KKBI Makassar masing-masing mencapai 13%; 12,5%;
dan 12,5% dari total outflow. Untuk inflow uang kartal, sebagian besar inflow uang kartal
terjadi di wilayah Kantor Pusat yang mencapai 24,1%, sedangkan di wilayah KKBI terjadi di
KKBI Surabaya dan KKBI Semarang masing-masing mencapai 11,0% dan 9,6% dari total
inflow.
Sebagai upaya untuk menjaga uang kartal dalam kondisi layak edar, Bank Indonesia
melakukan pemusnahan terhadap uang tidak layak edar. Jumlah uang kertas yang
dimusnahkan pada triwulan IV-2010 meningkat menjadi 53,7% dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya dengan rasio pemusnahan uang terhadap inflow meningkat dari 45,2%
menjadi 73,1%. Kenaikan pemusnahan uang tersebut dipengaruhi penerapan kebijakan
peningkatan soil level (tingkat kelusuhan) tertentu pada sarana pengolahan uang dalam
rangka menjaga tingkat kesegaran uang layak edar sehubungan dengan clean money policy.
Berdasarkan bilyet pecahan, uang kertas yang paling banyak dimusnahkan pada
triwulan IV-2010 adalah pecahan Rp50.000 dan Rp1.000, masing-masing sebesar 23,9%, dan
20,9% dari total bilyet uang yang dimusnahkan. Adapun secara nominal, pecahan uang yang
paling banyak dimusnahkan adalah pecahan Rp50.000 dan Rp100.000, masing-masing
sebesar 46,5%, dan 39,6%.
49
⎜ PERKEMBANGAN DAN EVALUASI KEBIJAKAN SISTEM PEMBAYARAN ⎟
Bank Indonesia pada triwulan IV-2010 masih tetap mengacu pada tiga pilar utama yaitu
ketersediaan uang Rupiah yang berkualitas dan terpercaya; pengedaran uang yang aman,
handal, dan efisien; serta layanan kas prima dan efektif, sebagai berikut:
50
⎜ PERKEMBANGAN DAN EVALUASI KEBIJAKAN SISTEM PEMBAYARAN ⎟
mencapai 97,4% dari total rencana kebutuhan uang, sedangkan realisasi retur sebesar Rp1,6
triliun atau 80,5% dari rencana.
1.5.2.2. Strategi Pengiriman Uang Menghadapi Natal dan Tahun Baru 2010
Untuk mengantisipasi kegiatan pengiriman uang menghadapi Natal dan Tahun Baru
yang cenderung meningkat, pada awal triwulan IV-2010 Bank Indonesia melakukan evaluasi
terhadap rencana kebutuhan uang yang merupakan dasar pertimbangan pengiriman uang ke
seluruh wilayah kerja KBI. Berdasarkan evaluasi tersebut, diperkirakan bahwa rencana
kebutuhan uang pada akhir tahun 2010 akan mencapai Rp45,2 triliun, sedangkan rencana
kebutuhan uang retur dari KBI ke Kantor Pusat Bank Indonesia (KPBI) mencapai Rp680 miliar.
Rencana kebutuhan uang tersebut lebih rendah dari perhitungan awal yaitu sebesar Rp54,7
triliun. Hal tersebut diakibatkan adanya tambahan posisi kas siap edar dengan adanya
kebijakan diskresi paska Idul Fitri terkait pelebaran tenggang waktu dropshot yang
diberlakukan sampai dengan akhir Desember 2010. Adapun strategi pengiriman uang yang
ditempuh Bank Indonesia untuk memenuhi kebutuhan uang adalah dengan melakukan
pengiriman ke seluruh unit kerja kas di KPBI dan KBI. Pengiriman tersebut dilakukan dengan
meningkatkan frekuensi dan kuantitas pengiriman uang dari KPBI serta menyusun action plan
pengiriman uang, khususnya terkait pengaturan/penjadwalan pengiriman uang dari KPBI ke
seluruh unit kerja kas.
Dengan memperhatikan berbagai perkembangan perekonomian serta kegiatan yang
terjadi sepanjang tahun 2010, Bank Indonesia melakukan penyesuaian terhadap Rencana
Kebutuhan Uang (RKU) tahun 2011. Berdasarkan hasil RKU yang dilaksanakan pada awal
triwulan IV-2010, jumlah kebutuhan uang tahun 2011 diperkirakan akan meningkat sebesar
6,7% dari RKU tahun 2010.
51
⎜ PERKEMBANGAN DAN EVALUASI KEBIJAKAN SISTEM PEMBAYARAN ⎟
meningkatkan efisiensi waktu layanan kas kepada perbankan melalui penerapan ISO
9001:2008 layanan kas. Rata-rata waktu layanan setoran dan bayaran bank di Kantor Pusat
pada triwulan IV-2010 masing-masing mencapai 17 menit 02 detik dan 19 menit 07 detik
atau masih lebih cepat dari target waktu yang dipersyaratkan oleh ISO 9001:2008 layanan kas,
yaitu 20 menit.
52
⎜ PERKEMBANGAN DAN EVALUASI KEBIJAKAN SISTEM PEMBAYARAN ⎟
transaksi masyarakat melalui Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS)
menunjukkan peningkatan. Aktivitas transaksi pembayaran secara volume menunjukkan
peningkatan terkait dengan aktivitas pembayaran menjelang Natal dan akhir tahun 2010
hingga mencapai 556,5 juta transaksi atau meningkat 0,74% dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya. Sejalan dengan peningkatan volume, secara nominal mencapai Rp17,81 ribu
triliun atau meningkat 37,31% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Peningkatan nilai
ini terutama terjadi pada transaksi nilai besar yang dilakukan melalui sistem BI-RTGS,
khususnya transaksi pengelolaan moneter dan transaksi Pemerintah.
53
⎜ PERKEMBANGAN DAN EVALUASI KEBIJAKAN SISTEM PEMBAYARAN ⎟
Tabel 5.3
Perkembangan Transaksi BI-SSSS
Nilai Rata-rata
Periode (Rp Ribu Harian (Rp Volume Rata-Rata Harian
trilliun) trilliun)
Tw III 2,6 42,4 27.895 449
Tw IV 4.7 75.9 26.592 428
54
⎜ PERKEMBANGAN DAN EVALUASI KEBIJAKAN SISTEM PEMBAYARAN ⎟
Table 5.5
Perkembangan Transaksi APMK
Jenis Kartu
Kartu ATM dan
Kartu Kredit ATM+Debit E-money Total
Periode
Nilai
Volume Nilai Volume Nilai Volume Nilai Volume
(Rp
(Juta) (Rp Triliun) (Juta) (Rp Triliun) (Juta) (Rp Triliun) (Juta)
Triliun)
2009 Tw I 42,6 29,6 351,2 453,1 5,1 0,1 398,9 482,8
Tw II 45,2 33,5 370,2 444,5 4,5 0,1 419,9 478,1
Tw III 47,3 35,8 410,9 448,7 4,9 0,2 463,1 484,7
Tw IV 48,4 38,2 425,2 465,8 6,0 0,2 479,6 504,2
2010 Tw I 47,2 37,3 417,8 455,0 5,9 0,2 470,9 492,5
Tw II 49,0 39,3 451,0 481,6 6,4 0.2 506,4 521,1
Tw III 51,3 42,0 467,9 518,6 6,5 0.2 525,7 560,8
Tw IV*) 50.2 42.8 469,8 528,8 7,1 0.2 527.9 571.7
*) Data sementara
55
⎜ PERKEMBANGAN DAN EVALUASI KEBIJAKAN SISTEM PEMBAYARAN ⎟
56
⎜ PERKEMBANGAN DAN EVALUASI KEBIJAKAN SISTEM PEMBAYARAN ⎟
57
⎜ PERKEMBANGAN DAN EVALUASI KEBIJAKAN SISTEM PEMBAYARAN ⎟
58
⎜ PROSPEK EKONOMI DAN ARAH KEBIJAKAN MENDATANG ⎟
BAB 6
PROSPEK EKONOMI DAN ARAH KEBIJAKAN
MENDATANG
59
⎜ PROSPEK EKONOMI DAN ARAH KEBIJAKAN MENDATANG ⎟
60
⎜ PROSPEK EKONOMI DAN ARAH KEBIJAKAN MENDATANG ⎟
61
⎜ PROSPEK EKONOMI DAN ARAH KEBIJAKAN MENDATANG ⎟
62
⎜ PROSPEK EKONOMI DAN ARAH KEBIJAKAN MENDATANG ⎟
63
⎜ PROSPEK EKONOMI DAN ARAH KEBIJAKAN MENDATANG ⎟
Sektor pengangkutan dan komunikasi diperkirakan masih akan tumbuh cukup tinggi
di kisaran 12,1%-12,6% pada tahun 2011 dan 10,8%-11,3% pada tahun 2012. Subsektor
komunikasi diperkirakan tetap menjadi motor pertumbuhan utama sektor pengangkutan dan
komunikasi. Investasi dan pembaruan teknologi yang terus menerus dilakukan dari tahun ke
tahun dalam rangka perbaikan layanan kepada masyarakat serta masih luasnya pasar yang
belum tersentuh memungkinkan subsektor ini mampu tumbuh cukup tinggi. Saat ini
perkembangan internet, terutama di kota-kota besar kian marak, terutama terkait dengan
pemanfaatan layanan data. Kondisi ini diperkirakan masih akan berlanjut untuk beberapa
tahun ke depan.
Kondisi ekonomi domestik yang terus membaik serta aktivitas berbagai sektor
ekonomi yang semakin meningkat menjadi pendukung meningkatnya kinerja subsektor
pengangkutan. Kondisi ekonomi yang membaik, aktivitas berbagai sektor ekonomi yang
meningkat, serta daya beli masyarakat yang cukup kuat merupakan faktor-faktor yang akan
mendorong kegiatan terkait dengan distribusi barang dan frekuensi perjalanan masyarakat.
Meningkatnya angkutan kargo dan penumpang angkutan udara menjadi indikator optimisme
subsektor pengangkutan ini. Kegiatan perdagangan yang meningkat akan mendorong
kegiatan bongkar muat barang. Sementara itu meningkatnya aktivitas ekonomi akan
meningkatkan aktivitas perjalanan dunia usaha. Kondisi ini telah direspons oleh pelaku usaha
di bidang penerbangan melalui penambahan armada angkut dan pembukaan rute baru.
Sektor pertanian diperkirakan tumbuh 2,7%-3,2% pada tahun 2011 dan meningkat
menjadi 3,1%-3,6% pada tahun 2012. Perkembangan sektor pertanian masih akan diwarnai
fenomena anomali cuaca yang diperkirakan dapat mempengaruhi produksi dan produktivitas
sektor pertanian. Tingginya curah hujan di sepanjang tahun 2010 di berbagai sentra bahan
pangan menyebabkan rendahnya produksi bahan pangan. Pertumbuhan produksi tanaman
pangan seperti padi, jagung dan kedelai juga menunjukkan perlambatan yang cukup
signifikan. Hal itu tercermin dari Angka Ramalan III 2010 yang dikeluarkan oleh Badan Pusat
Statistik (BPS). Selain dari tanaman bahan pangan, melambatnya sektor pertanian juga
disumbang oleh melambatnya pertumbuhan subsektor perkebunan. Perlambatan produksi
perkebunan antara lain terjadi pada perkebunan karet dan kakao yang disebabkan oleh
tingginya curah hujan. Sejauh ini berbagai upaya yang direncanakan Pemerintah dalam
menghadapi anomali cuaca masih menghadapi kendala. Penyediaan infrastruktur pertanian
seperti perbaikan irigasi dan pembangunan bendungan belum seluruhnya terlaksana.
Demikian pula terkait penyediaan bibit unggul berbagai jenis tanaman yang tahan terhadap
hama dan cuaca.
Terkait dengan upaya menjaga ketahanan pangan nasional, Pemerintah akan
mendorong pengembangan bahan pangan nasional yang lebih terarah pada tahun 2011.
Dalam RAPBN 2011, Pemerintah mengalokasikan Rp122 triliun untuk pembangunan proyek
infrastruktur. Proyek pembangunan infrastruktur tahun 2011 antara lain diarahkan untuk
mendukung ketahanan pangan nasional. Pemerintah berencana untuk memperbaiki layanan
irigasi dan rawa seluas 3,45 juta hektar melalui peningkatan dan rehabilitasi jaringan irigasi
masing-masing 56 ribu hektar dan 161 ribu hektar. Dengan proyek infrastruktur Pemerintah
tersebut diharapkan dapat meningkatkan produksi pangan nasional. Upaya lain dari
Pemerintah untuk meningkatkan produksi bahan pangan nasional yaitu mengupayakan
64
⎜ PROSPEK EKONOMI DAN ARAH KEBIJAKAN MENDATANG ⎟
penyediaan 1 juta hektar lahan olahan baru untuk mendorong peningkatan hasil bahan
pangan di luar Jawa dan Sumatera.
Pengembangan perkebunan ke depan juga akan lebih terfokus, terutama pada
komoditas-komoditas yang berpotensi meningkatkan kinerja sektor pertanian. Fokus
pembangunan perkebunan 2011 mencakup beberapa kegiatan revitalisasi perkebunan seperti
peningkatan produktivitas, perluasan lahan, peremajaan dan rehabilitasi. Untuk program
revitalisasi terutama ditujukan untuk tanaman sawit, karet dan kakao. Terkait rencana
Pemerintah melakukan substitusi 3% bahan bakar fosil pada tahun 2014, Pemerintah
merencanakan akan mengembangkan bahan tanaman bio-energi yaitu kelapa sawit, kelapa,
jarak pagar dan kemiri sunan; tanaman kakao. Lebih lanjut, Pemerintah juga akan mendorong
perkembangan tanaman tebu dalam rangka persiapan swasembada gula tahun 2014.
Sementara itu, untuk mempertahankan pangsa pasar internasional serta penetrasi pasar baru
produk-produk perkebunan Indonesia, Pemerintah akan mendorong pengembangan kelapa
sawit, karet, kakao, kopi, kelapa, jambu mete, lada, tembakau, teh dan nilam.
Realisasi pembangunan berbagai proyek infrastruktur diperkirakan meningkat
sehingga sektor bangunan berpotensi tumbuh 7,5%-8,0% pada tahun 2011 serta 7,8%-
8,3% pada tahun 2012. Selain proyek yang memang dijadwalkan akan dibangun tahun 2011,
berbagai proyek yang tertunda pembangunannya pada tahun 2010, akan dilaksanakan di
tahun 2011. Dalam APBN 2011 Pemerintah mengalokasikan anggaran untuk infrastruktur
sebesar Rp122 triliun. Namun demikian dana sebesar itu diperkirakan tidak cukup untuk
membiayai semua proyek yang akan dilaksanakan di tahun 2011. Untuk itu Pemerintah
membuka secara luas peluang partisipasi swasta dalam pembangunan infrastruktur. Selain
proyek-proyek infrastruktur, meningkatnya kegiatan di sektor bangunan juga didukung oleh
pembangunan properti. Dengan kemampuan daya beli masyarakat yang masih kuat, bisnis
properti ikut terdorong. Maraknya pembangunan proyek infrastruktur dan proyek properti
direspons oleh produsen semen dengan meningkatkan target pertumbuhan penjualan di
tahun 2011 sebesar 10% dibandingkan dengan tahun 2010. Pertumbuhan penjualan semen
sebesar 10% tersebut lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan konsumsi semen selama ini
yang berkisar 5%-7% per tahun.
Tabel 6.2
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Menurut Lapangan Usaha
%Y-o-Y, Tahun Dasar 2000
2010
Sektor 2009 2010* 2011* 2012*
I II III IV*
Pertanian 4.1 3.0 3.1 1.8 1.7 2.4 2.7 - 3.2 3.1 - 3.6
Pertambangan & Penggalian 4.4 3.1 4.0 2.8 3.8 3.4 3.2 - 3.7 3.4 - 3.9
Industri Pengolahan 2.1 3.7 4.4 4.1 4.0 4.0 4.0 - 4.5 4.1 - 4.6
Listrik, Gas & Air Bersih 13.8 8.2 4.7 3.2 3.5 4.8 6.4 - 6.9 7.4 - 7.9
Bangunan 7.1 7.1 6.9 6.4 6.5 6.7 7.5 - 8.0 7.8 - 8.3
Perdagangan, Hotel & Restoran 1.1 9.4 9.7 8.8 8.6 9.1 9.2 - 9.7 9.2 - 9.7
Pengangkutan & Komunikasi 15.5 11.9 12.9 13.3 13.6 13.0 12.1 - 12.6 10.8 - 11.3
Keuangan, Persewaan & Jasa 5.0 5.3 6.0 6.3 6.7 6.1 6.1 - 6.6 6.1 - 6.6
Jasa-jasa 6.4 4.6 5.3 6.4 6.5 5.7 5.9 - 6.4 6.0 - 6.5
PDB 4.5 5.7 6.2 5.8 6.1 6.0 6.0 - 6.5 6.1 - 6.6
* Proyeksi Bank Indonesia
65
⎜ PROSPEK EKONOMI DAN ARAH KEBIJAKAN MENDATANG ⎟
3. Perkiraan Inflasi
Tekanan inflasi pada tahun 2011 diperkirakan cukup tinggi, bersumber dari sisi
eksternal maupun domestik. Dari sisi eksternal, sumber tekanan inflasi terutama berasal dari
inflasi mitra dagang yang meningkat seiring dengan perkiraan membaiknya perekonomian
global. Di sisi domestik, sumber tekanan inflasi diperkirakan antara lain berasal dari
peningkatan permintaan sejalan dengan perkiraan perekonomian domestik yang membaik.
Sementara itu, gangguan produksi dan distribusi sebagaimana yang terjadi pada 2010
diperkirakan dapat diminimalisir di 2011 apabila Pemerintah dapat memperbaiki infrastruktur
pertanian dan meningkatkan keterhubungan antar wilayah. Kondisi ini diharapkan dapat
meningkatkan produksi dan kelancaran distribusi khususnya bahan pangan strategis.
Perkembangan ini diperkirakan dapat menurunkan inflasi kelompok volatile food di 2011
mendekati rata-rata inflasi dalam sepuluh tahun terakhir yakni dalam kisaran 8%-9%.
Tekanan inflasi diperkirakan dapat dikendalikan sehingga dapat menurun pada tahun
2012. Dalam periode waktu yang lebih panjang, konsistensi kebijakan moneter diperkirakan
dapat membawa ekspektasi inflasi masyarakat untuk cenderung menurun. Di sisi lain, produksi
dan distribusi bahan pangan diperkirakan tetap memadai sehingga inflasi volatile food
diperkirakan relatif stabil. Selain itu, berbagai kebijakan Pemerintah diperkirakan dapat
memperbaiki permasalahan struktural sehingga faktor-faktor pendorong tekanan inflasi
lainnya dapat ditekan.
4. Faktor Risiko
Pada tahun 2011 dan 2012 terdapat sejumlah faktor risiko terhadap perkiraan
pertumbuhan ekonomi dan inflasi. Faktor risiko tersebut dapat mendorong pertumbuhan PDB
dan inflasi menjadi tidak sesuai dengan prakiraan. Faktor risiko yang mempengaruhi PDB
antara lain terkait perkembangan harga minyak dunia dan harga komoditas global yang
berfluktuasi terlalu tinggi dapat mempengaruhi kinerja ekspor Indonesia. Sementara itu, masih
adanya faktor ketidakpastian pemulihan krisis di negara maju juga dapat memengaruhi
permintaan terhadap komoditas ekspor.
Faktor risiko terkait perkiraan inflasi tahun 2011 dan 2012 dapat bersumber dari sisi
domestik maupun eksternal. Dari sisi domestik, risiko bersumber dari kemungkinan terjadinya
kenaikan harga administered sehubungan dengan masih besarnya selisih harga jual dengan
harga keekonomian sejumlah komoditas yang harganya diatur oleh Pemerintah seperti Tarif
Dasar Listrik (TDL), bahan bakar minyak (BBM), serta gas/LPG. Berdasarkan RAPBN 2011, di
tahun 2011 tidak terdapat rencana kenaikan TDL maupun BBM bersubsidi. Walaupun
demikian, dengan adanya penurunan alokasi subsidi untuk listrik serta pesatnya pertumbuhan
konsumsi BBM bersubsidi, dan kencenderungan kenaikan harga minyak dunia menyebabkan
risiko ke atas untuk kelompok administered prices. Selain itu, terdapat faktor risiko lainnya
berupa kecenderungan peningkatan permintaan yang lebih cepat dari penawaran sehingga
dapat menimbulkan tekanan terhadap harga. Faktor penting lainnya terkait dengan risiko
inflasi adalah terjadinya gangguan pasokan dan distribusi bahan pangan strategis akibat
berlanjutnya anomali iklim sebagaimana yang terjadi di 2010. Dari sisi eksternal, selain harga
minyak dunia, faktor risiko yang berpotensi mendorong inflasi menjadi lebih tinggi terkait
66
⎜ PROSPEK EKONOMI DAN ARAH KEBIJAKAN MENDATANG ⎟
dengan kecenderungan peningkatan harga komoditas global yang lebih tinggi dari perkiraan.
Di tahun 2012, faktor risiko terkait inflasi terutama bersumber dari kemungkinan penyesuaian
harga administered prices seperti LPG. Selain itu, anomali iklim diperkirakan juga masih
menjadi faktor risiko terbentuknya inflasi yang lebih tinggi akibat gangguan pasokan bahan
makanan.
67
⎜ PROSPEK EKONOMI DAN ARAH KEBIJAKAN MENDATANG ⎟
68
⎜ EVALUASI KEBIJAKAN MANAJEMEN INTERN ⎟
LAMPIRAN 1
EVALUASI KEBIJAKAN MANAJEMEN INTERN
1. Governance
1.1. Perencanaan Strategis dan Manajemen Kinerja
Pada Triwulan IV-2010, seluruh satuan kerja (Satker) Bank Indonesia terus melanjutkan
pelaksanaan strategi Bank Indonesia tahun 2010 guna mencapai target akhir tahun 2010.
Berbagai program kerja di sektor moneter, perbankan, sistem pembayaran, dan pengedaran
uang, maupun manajemen intern telah dilaksanakan dengan mempertimbangkan
perkembangan lingkungan dan isu strategis terkini sehingga dapat memberikan kontribusi
positif bagi terjaganya kestabilan moneter serta kestabilan sistem keuangan dan sistem
perbankan.
Sebagai salah satu bentuk akutabilitas, telah dilakukan pula survei kepada
stakeholders eksternal Bank Indonesia yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kepuasan
dan keyakinan stakeholders terhadap pelaksanaan tugas Bank Indonesia selama tahun 2010.
Selain itu, telah dilakukan pula survei internal untuk mengevaluasi kualitas pelaksanaan tugas
satker, antara lain dalam hal penyediaan data statistik, analisis dan kajian, pelayanan
penyediaan logistik, serta dukungan dan penyediaan fasilitas teknologi informasi. Selain untuk
mengetahui pencapaian pelaksanaan tugas tahun 2010, hasil survei tersebut dan analisanya
juga akan menjadi masukan dalam rangka perbaikan pelaksanaan tugas Bank Indonesia ke
depan. Berdasarkan hasil survei dan pelaksanaan tugas masing-masing Satker sampai dengan
akhir triwulan IV-2010 tersebut selanjutnya akan dilakukan evaluasi atas pencapaian kinerja
Satker dan Bank Indonesia oleh anggota Dewan Gubernur pada awal tahun 2011.
Sementara itu, sesuai siklus Sistem Perencanaan Strategis, Anggaran dan Manajemen
Kinerja (SPAMK) Bank Indonesia dan sebagaimana diamanatkan dalam UU Bank Indonesia,
Bank Indonesia telah menyampaikan Rencana Anggaran Tahunan Bank Indonesia (RATBI)
2011 kepada DPR. RATBI tersebut disusun berdasarkan program kerja dan anggaran masing-
masing Satker yang merupakan penjabaran dari Peta Strategi (Strategy Map) Bank Indonesia
tahun 2011 hasil Forum Strategis (Forstra) Bank Indonesia bulan Agustus 2010 lalu. Secara
umum, DPR telah menyetujui angka referensi Pengeluaran Anggaran Operasional Tahunan
Bank Indonesia Tahun 2011 tersebut.
69
⎜ EVALUASI KEBIJAKAN MANAJEMEN INTERN ⎟
Dalam rangka memperkuat keselarasan antara Strategi Bank Indonesia tahun 2011
dengan Strategy Map dan program kerja Satker (vertical alignment) dan untuk memperkuat
keselarasan program kerja antar Satker terkait (horizontal alignment), telah dilakukan pula
penyempurnaan proses operasionalisasi strategi Bank Indonesia melalui pembahasan antar
Satker di lingkungan sektor yang sama dengan Satker yang menangani perencanaan strategis
dan keuangan intern.
Selain itu, dalam rangka penguatan pelaksanaan governance Bank Indonesia, pada
triwulan IV-2010 telah dilakukan penyempurnaan ketentuan SPAMK terutama terkait proses
perumusan strategi dan siklus serta proses penyusunan anggaran.
70
⎜ EVALUASI KEBIJAKAN MANAJEMEN INTERN ⎟
71
⎜ EVALUASI KEBIJAKAN MANAJEMEN INTERN ⎟
b. Restrukturisasi Obligasi Negara seri SRBI-01/MK/2003 (SRBI) dari semula self liquidating
bond (dimana angsuran pokok SRBI dibayarkan Pemerintah bila Pemerintah menerima
surplus BI yang menjadi bagian Pemerintah) menjadi amortized bond (dimana
pembayaran angsuran pokok dan bunga bersumber dari APBN dan dibayarkan dengan
jadwal setiap 6 bulan), dan jangka waktu pelunasan diperpanjang 10 tahun dari tahun
2033 sampai dengan 2043. Selain itu, apabila terdapat surplus BI yang menjadi bagian
Pemerintah, maka akan digunakan untuk mempercepat pelunasan SRBI dimaksud.
c. BI dan Pemerintah telah sepakat untuk melanjutkan proses pembahasan menyangkut
restrukturisasi SUP (SU-002, SU-004, dan SU-007) dalam bentuk konversi SUP non-
tradable menjadi tradable.
Apabila telah dicapai kesepakatan sebagaimana tersebut di atas antara BI dan Pemerintah
serta mendapatkan persetujuan DPR, maka diharapkan sustainabilitas keuangan BI dan
Pemerintah dalam jangka panjang akan terperlihara, serta dicapai komposisi asset dan
kewajiban dalam neraca keuangan BI yang lebih sehat.
5. Sebagai pelaksanaan dari UU No. 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, sejak 1
Januari 2009, Menkeu dan GBI BI telah sepakat untuk memberikan remunerasi atas
rekening Pemerintah yang ditempatkan di BI, sebagai salah satu tahapan implementasi
TSA secara penuh. Sampai Triwulan IV-2010 (s.d. Desember 2010), besarnya remunerasi
yang telah dibayarkan kepada Pemerintah adalah sebesar Rp2,43 Triliun.
72
⎜ EVALUASI KEBIJAKAN MANAJEMEN INTERN ⎟
2008; (2) Pemenuhan terhadap tuntutan stakeholders eksternal (BPK, DPR, BSBI) (3) Hasil
evaluasi atas organisasi.
b. Penyempurnaan organisasi Kantor Bank Indonesia tetap dilanjutkan, terutama dalam
pemenuhan fungsi 4 (empat) Kantor Bank Indonesia yang dibuka sejak tahun 2008 yaitu
KBI Tegal, KBI Pematang Siantar, KBI Serang dan KBI Gorontalo. KBI Tegal dan KBI
Pematang Siantar telah berfungsi secara penuh, sedangkan untuk KBI Serang dan KBI
Gorontalo telah dilakukan pemenuhan fungsi Pengawasan Bank namun belum memiliki
fungsi sistem pembayaran.
c. Di bidang manajemen sumber daya manusia, Bank Indonesia melanjutkan pengembangan
sistem dalam kerangka talent management, yaitu Sistem Pemetaan Sumber Daya Manusia
(SDM), Sistem Pengembangan SDM dan Sistem Pemeliharaan SDM.
1) Sistem Pemetaan SDM
Bank Indonesia telah menyusun draft ketentuan Sistem Pemetaan SDM yang mengacu
kepada praktek terbaik (best practice) di beberapa lembaga dan melakukan
penyesuaian dengan praktek di Bank Indonesia. Ketentuan pemetaan SDM telah
melalui proses quality assurance untuk menjamin kesesuaian dengan kebutuhan Bank
Indonesia dalam rangka mendukung tercapainya budaya berbasis kinerja.
2) Sistem Pengembangan SDM
Penyempurnaan Sistem Pengembangan SDM tetap dilakukan sehingga
pengembangan SDM dapat dilakukan secara terpadu. Pengembangan SDM dilakukan
terencana sesuai dengan kebutuhan pegawai dan organisasi. Tools pengembangan
SDM saat ini lebih bervariasi, antara lain melalui mentoring, coaching, pembekalan
kepemimpinan dan penugasan. Proses pengembangan SDM saat ini dapat lebih
efisien, karena dibantu oleh aplikasi Sistem Pengelolaan Pembelajaran (Learning
Management System).
3) Sistem Pemeliharaan SDM
Kebijakan remunerasi di Bank Indonesia pada tahun 2010 difokuskan pada sistem
kompensasi yang berorientasi pada peningkatan kompetensi dan kinerja, serta
kontribusi secara optimal sesuai dengan nilai jabatannya dengan tetap memperhatikan
efektivitas penggunaan anggaran. Secara umum, kebijakan yang mempengaruhi
anggaran pengelolaan SDM tahun 2010 adalah penghargaan terhadap pencapaian
kinerja individu (merit increase), promosi pegawai, dan rencana penerimaan pegawai
baru dalam rangka pemenuhan kebutuhan pegawai sesuai dengan strategi Bank
Indonesia.
73
⎜ EVALUASI KEBIJAKAN MANAJEMEN INTERN ⎟
3. Bidang Hukum
Dalam triwulan IV-2010, Bank Indonesia telah mengeluarkan beberapa peraturan di
bidang moneter, perbankan, sistem pembayaran maupun manajemen intern baik yang bersifat
ekstern maupun yang bersifat intern, sebanyak 51 peraturan.
Dalam rangka melaksanakan tugas secara efektif di bidang moneter, sistem
pembayaran, dan perbankan, Bank Indonesia membutuhkan dukungan perangkat peraturan
perundang-undangan. Oleh karena itu, Bank Indonesia senantiasa berpartisipasi secara aktif
dalam penyusunan RUU dan RPP yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas Bank Indonesia,
baik sebagai nara sumber maupun sebagai anggota tim penyusun. Peran aktif tersebut
diwujudkan melalui keanggotaan aktif Bank Indonesia dalam tim pembahas dan tim penyusun
RUU/RPP. Untuk dapat memberikan masukan yang komprehensif, Bank Indonesia senantiasa
melakukan kajian hukum yang mendalam terhadap setiap materi RUU dan RPP yang dibahas.
Guna mempersiapkan masukan bagi penyusunan RUU, Bank Indonesia melakukan
pembahasan internal untuk mendapat pembahasan dari berbagai sudut pandang. Selain itu,
74
⎜ EVALUASI KEBIJAKAN MANAJEMEN INTERN ⎟
75
⎜ EVALUASI KEBIJAKAN MANAJEMEN INTERN ⎟
Pada forum internasional, dalam kaitannya dengan perdagangan sektor jasa termasuk
sub sektor jasa perbankan, Bank Indonesia turut aktif dalam pembahasan dengan instansi
terkait baik dalam forum nasional maupun menghadiri sidang terkait WTO, ASEAN, APEC,
serta kerjasama regional. Peran serta Bank Indonesia dalam forum internasional dimaksud
adalah terkait dengan aspek hukum dalam pembahasan legal text maupun dalam penyusunan
Schedules of Specific Commitments (SoC) sub sektor perbankan, sehingga dapat
mengamankan kepentingan Indonesia khususnya di sub sektor jasa perbankan dan sektor jasa
pada umumnya.
76
⎜ EVALUASI KEBIJAKAN MANAJEMEN INTERN ⎟
77
⎜ EVALUASI KEBIJAKAN MANAJEMEN INTERN ⎟
and Finance Indonesia (INDEF), Freedom Foundation, Universitas Padjadjaran, Perhumas, Ikatan
Akuntan Indonesia, dan beberapa lembaga lainya.
78
⎜ PRODUK HUKUM BANK INDONESIA SELAMA TRIWULAN IV-2010 ⎟
LAMPIRAN 2
PRODUK HUKUM BANK INDONESIA
SELAMA TRIWULAN IV-2010
1 12/19/PBI/2010 04/10/2010 Giro Wajib Minimum Bank Umum pada Bank Indonesia dalam Rupiah
dan Valuta Asing
2 12/20/PBI/2010 04/10/2010 Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan
Terorisme bagi Bank Perkreditan Rakyat dan Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah
3 12/21/PBI/2010 19/10/2010 Rencana Bisnis Bank
5 12/23/PBI/2010 29/12/2010 Uji Kemampuan dan Kepatutan (Fit and Proper Test)
2 12/9/PDG/2010 06/12/2010 Sistem Perencanaan, Anggaran dan Manajemen Kinerja Bank Indonesia
3 12/10/PDG/2010 08/12/2010 Perubahan Atas Peraturan Dewan Gubernur Bank Indonesia Nomor
11/4/PDG/2009 Tentang Manajemen Sumber Daya Manusia Bank
Indonesia
79
⎜ PRODUK HUKUM BANK INDONESIA SELAMA TRIWULAN IV-2010 ⎟
1 12/63/INTERN 28/10/2010 Pedoman Pelaksanaan Ketentuan Giro Wajib Minimum Bank Umum
pada Bank Indonesia dalam Rupiah dan Valuta Asing
2 12/64/INTERN 28/10/2010 Organisasi Kantor Bank Indonesia Pematangsiantar
3 12/65/INTERN 28/10/2010 Organisasi Kantor Bank Indonesia Gorontalo
4 12/66/INTERN 28/10/2010 Organisasi Kantor Bank Indonesia Tegal
5 12/67/INTERN 01/11/2010 Pengadaan Jasa Penasehat Hukum Eksternal
6 12/68/INTERN 02/11/2010 Pedoman Pengawasan Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan
Pencegahan Pendanaan Terorisme (APU dan PPT) bagi Bank Umum
7 12/69/INTERN 08/11/2010 Perubahan atas SE No.8/84/INTERN tanggal 27 Desember 2006 tentang
Pengamanan Teknologi Informasi Bank Indonesia
8 12/70/INTERN 22/11/2010 Perubahan SE BI No.11/83/INTERN tanggal 21 Desember 2009 tentang
Pedoman dan Mekanisme Kerja Komite Perbankan Syariah
9 12/71/INTERN 01/12/2010 Pemeliharaan, Penatausahaan, Pemanfaatan dan Penghapusan Barang
dan/atau Jasa dalam Manajemen Logistik Bank Indonesia
10 12/72/INTERN 01/12/2010 Perubahan SE No.11/53/INTERN perihal Pengelolaan dan Penghunian
Rumah Bank Indonesia
11 12/73/INTERN 01/12/2010 Perubahan SE No.12/10/INTERN perihal Perencanaan dan Pengadaan
Barang dan/atau Jasa dalam Manajemen Logistik Bank Indonesia (MLBI)
80
⎜ PRODUK HUKUM BANK INDONESIA SELAMA TRIWULAN IV-2010 ⎟
81
⎜ PRODUK HUKUM BANK INDONESIA SELAMA TRIWULAN IV-2010 ⎟
82
⎜ DAFTAR ISTILAH ⎟
DAFTAR ISTILAH
Bullish : Kondisi pasar yang ditandai oleh transaksi jual beli yang
sangat aktif.
Business Continuity : Petunjuk yang berisi langkah-langkah secara rinci mengenai
Planning (BCP) organisasi, tanggung jawab dan prosedur dalam upaya
pencegahan dan pemulihan suatu sistem pembayaran pada
saat terjadi gangguan yang disebabkan oleh faktor internal
maupun eksternal.
Cash centre : Lembaga perantara yang menghubungkan antara bank
sentral dengan bank-bank komersil dalam hal pengelolaan
fisik uang, antara lain kegiatan pengambilan uang baru dari
BI, penyimpanan uang milik bank-bank, pengisian ATM, dll.
Cash Pooling : Pusat penyimpanan persediaan uang layak edar (ULE) bank-
bank yang tidak terserap oleh bank lainnya dalam suatu
wilayah tertentu, dimana uang tersebut merupakan milik
Bank Indonesia dan akan diredistribusikan kembali kepada
bank-bank baik dalam wilayah yang sama maupun wilayah
lainnya.
Capital Adequacy Ratio : Rasio kecukupan modal bank yang diukur berdasarkan
(CAR) perbandingan antara jumlah modal dengan aktiva
tertimbang menurut risiko (ATMR).
83
⎜ DAFTAR ISTILAH ⎟
84
⎜ DAFTAR ISTILAH ⎟
85
⎜ DAFTAR ISTILAH ⎟
86
⎜ DAFTAR SINGKATAN ⎟
DAFTAR SINGKATAN
87
⎜ DAFTAR SINGKATAN ⎟
88
⎜ DAFTAR SINGKATAN ⎟
89
⎜ DAFTAR SINGKATAN ⎟
UK : Uang Kertas
UL : Uang Logam
ULE : Uang Layak Edar
UMK : Usaha Mikro dan Kecil
UMKM : Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
UUS : Unit Usaha Syariah
UYD : Uang Kartal yang Diedarkan
WKF : Waktu Kerja Fleksibel
WTO : World Trade Organization
yoy : Year on Year
ytd : Year to Date
90