You are on page 1of 37

PETA KONSEP DUNIA PADA MASA PERANG DINGIN

diawali dengan terlihat pada terlihat pada terlihat pada mempengaruhi


mempengaruhi

Faktor-faktor Perang vietnam Perkembangan


penyebab Perluasan perang
di perkembangan teknologi persenjataan politik luar negeri Peran aktif indonesia
terjadinya perang dingin keluar
politik di Asia & ruang angkasa indonesia di dunia internasional
dingin Eropa
Tenggara masa perang dingin

mengakibatkan contohnya

Pemerintah komunis Revolusi Pengiriman pasukan KAA di Deklarasi


Perang korea
cina kuba garuda Bandung djuanda

Perlombaan Perlombaan teknologi


senjata ruang angkasa
Perang Dingin

Berakhirnya Perang Dunia Ke II

Perang dunia II membawa akibat-akibat dibidang politik,ekonomi,sosial,dan


rohani.salah satu akibat politis dari PD II adalah munculnya dua negara adikuasa
yaitu USA (Amerika serikat) dan USSR (Unisoviet).kedua negara tersebut sebagai
pihak dan merupakan penyebab kemenangan.setelah PD II selesai antara AS dan
USSR tidak bekerja sama lagi.keduanya justru melakukan perebutan pengaruh.hal ini
dipicu oleh kedudukan negara tersebut sama-sama tinggi dan berpengaruh
besar.jondisi semacam ini menyebabkan AS maupun USSR disebut sebagai negara
adikuasa
.
A.Amerika serikat
Amerika serikat menyebabkan pengaruhnya kepada negara-negara berkembang
melalui kegiatan-kegiatan dibidang ekonomi sebagai berikut:
1)United Nations Relief and Rehabilition Adminstration (UNRRA)
PADA TAHUN 1943 Amerika serikat membentuk suatu badan yang disebut
UNRRA(United nations Relief and Rehabilitation Administration),
Tujuan UNRRA adalah:
Meringankan penderitaan dan memulihkan daya produksi rakyat eropa yang tinggal
didaerah bekas jajahan jerman .bantuan UNRRA berupa makanan,bibit untuk
pertanianm,ternak,mesin-mesin,alat industri-industri,dan rumah sakit
2)European Reanstruction Plan(ERP).
Pada tahun 1945,UNRRA dibubarkan diganti dengan European Reconstruction
Plan (ERP).ERP dimasukan sebagian bagian dalam kegiatan PBB.ERP atau Rencana
pembangunan kembali eropa dikenal dengan Marshall Plan.sebutan berkaitan dengan
nama penciptanya yaitu:George c.Marshall.
3)Mutural Security Act (MSA)
MSA adalah undang-undang yang mengatur kerja dengan negara lain negara
berkembang)dalam bidang bantuan ekonomi dan militer.amerikaserika berusaha
menjadikan negara-negara berkembang sebagai negara demokrasi.hal tersebut
dimasukan supaya hak-hak manusia terjamin dan negara-negara yang kalah
p[erang(jerman dan jepang) masi dapat mengembangkan kapitalisme. Negara-negara
yang menerima bantuan MSA tersebut menjadi berhaluan sama dan berada dibawah
pengaruh amerika serikat.
B.UNISOVIET
Ketika perang dunia II selesai,rusia muncul sebagai unisoviet yang melancarkan
politik air hangat dalam bentuk baru.artinya unisoviet ingin menguasi dunia ,tidak
dengan penguasaan wilayah tetapi dengan ideolog komunisme.untuk memperoleh
pengaruh dinegara-negara-negara pihak ketiga9negara berkembang).unisoviet
menggunakan dalih berusaha menolong negara-negara dijajah blok barat.program
yang dilancancarkanya adalah:rencana lima tahun untuk kesejahteraan rakyat.negara-
negara komunis dikatakan menjadi satelit unisoviet.unisoviet banyak memberikan
bantuan persenjataan bagi negara-negara yang sedang memperjuangkan
kemerdekaanya.
Latar Belakang

A. LATAR BELAKANG

Latar Belakang terjadinya perang dingin adalah sebagai berikut.

1. Munculnya Amerika Serikat sebagai negara pemenang perang di pihak Sekutu


(Inggris, Perancis, dan AS). AS berperan besar dalam membantu negara-negara
Eropa Barat untuk memperbaiki kehidupan perekonomiannya.
2. Munculnya Rusia (Uni Soviet) sebagai negara besar dan berperan membebaskan
Eropa bagian Timur dari tangan Jerman dan membangun perekonomian negara-
negara di Eropa Timur. Uni Soviet meluaskan pengaruhnya dengan mensponsori
terjadinya perebutan kekuasaan di berbagai negara Eropa Timur seperti Bulgaria,
Albania, Hongaria, Rumania, Polandia, dan Cekoslowakia sehingga negara-negara
tersebut masuk dalam pemerintahan komunis Uni Soviet.
3. Munculnya negara-negara yang baru merdeka setelah Perang Dunia II di luar
wilayah Eropa. Dampaknya muncul 2 kelompok negara di dunia yaitu negara-
negara maju dengan negara-negara berkembang, yang memberikan pengaruh bagi
perkembangan politik dan ekonomi dunia.

B. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Perang Dingin

Untuk melihat pola hubungan strategis antara dua superpower ini terlebih dahulu kita
lihat mengapa dua negara besar ini terlibat dalam persaingan menguasai dunia. Kegley
mencatat sejumlah faktor penyebab terjadinya Perang Dingin. Namun perdebatan
penyebab Perang Dingin ini masih berlangsung di kalangan sejarawan untuk
memastikan apa sebenarnya yang terjadi saat berakhirnya Perang Dunia II.

1. Konflik kepentingan

Menurut logika realisme politik, rivalitas diantara negara adidaya yang baru mncul tak
terhindarkan lagi. Dari perspektif ini, tulis Kegley, status AS dan Uni Soviet dalam
hirarki tertinggi internasional membuat mereka saling curiga.Menurut Tucker (1990),
penyebab utama dari Perang Dingin adalah monopoli kekuasaan yang dipikul dua
pihak setelah Perang Dunia II. Hal itu disebabkan kevakuman politik di Eropa yang
pernah menjadi pusat sistem internasional. Meskipun demikian seperti ditulis Gaddis
(1991) para pemimpin Uni Soviet dan AS menyatakan keinginannya untuk tetap
bekerja sama setelah PD II usai. Namun dalam prakteknya karena kepentingan
masing-masing untuk menyalurkan aspirasinya dalam sistem internasional
menyebabkan terjadinya benturan.
2. Pertentangan Ideologi

Interpretasi lain tentang penyebab terjadinya Perang Dingin adalah karena perbedaan
sistem yang dianut AS dan Uni Soviet. Menlu AS James F Byrnes menyebutkan,
“terlalu banyak perbedaan ideologis antara AS dan Rusia untuk bekerja sama dalam
jangka panjang.” Kemudian Presiden Dwight Eisenhower mengumumkan, AS
menghadapi “ideologi bermusuhan dalam tingkat global, karaternya ateis, tujuannya
tidak bisa dipercaya dan metodenya busuk.

Oleh karena itu ketidakcocokan ideologis ini mencegah terjadinya kompromi. Seperti
perang agama pada masa lalu, Perang Dingin menjadi pertempuran untuk
memperebutkan hati dan alam pikiran. Pertikaian itu bermula dari persepsi saling
berlawanan yang disebutnya merupakan pertempuran antara baik dan buruk, yang
jahat dan yang lurus.

3. Salah Persepsi

Penjelasan ketiga mengenai penyebab munculnya Perang Dingin adalah faktor-faktor


psikologis, khususnya salah persepsi dari kedua belah pihak. Aliran yang menganut
paham ketiga ini menilai konflik kepentingan dan ideologi merupakan penyebab
sekunder. Pendukung alasan ketiga ini menunjukkan memang ada bukti-bukti adanya
saling tidak percaya dalam melihat karakter masing-masing.

• Citra Soviet

Bagi orang Soviet, alasan yang meragukan niat Amerika banyak sekali.
Rakyat Uni Soviet hidup dalam memori tentang partisipasi AS dalam
intervensi Sekutu atas Rusia tahun 1918-1919. Sekutu ini ingin
mempertahankan dari kejatuhan terhadap Jerman tapi ternyata malah jatuh
ke tangan kelompok anti Bolshevik. Sikap tidak mengakui Uni Soviet
secara diplomatis sampai 1933 juga sangat mendalam dalam memori
rakyat.

• Citra AS

Sebaliknya AS juga memiliki citra tersendiri terhadap Uni Soviet. AS


merasa tidak mempercayai Uni Soviet. Misalnya, Stalin menyatakan tidak
adakan membubarkan mobilisasi angkatan bersenjata tahun 1946. Padahal
saat itu terlibat dalam demobilisasi militer secara besar-besaran. AS juga
curiga Rusia tidak berkeinginan melakukan pemilihan yang demokratis di
wilayah yang telah dibebaskan dari Nazi.
4. Perbedaan Paham
Amerika Serikat dan Uni Soviet sebagai pemenang Perang Dunia II memiliki
paham/ ideologi yang berbeda Amerika Serikat memiliki ideologi liberal-kapitalis
sedangkan Uni Soviet berideologi komunis. Paham Liberal-Kapitalis (AS) yang
mengagungkan kebebasan individu yang memungkinkan kapitalisme berkembang
dengan subur bertentangan dengan paham Sosialis-Komunis (US) yang
berkeyakinan bahwa paham itu dapat lebih mempercepat kesejahteraan buruh
maupun rakyatnya karena negara-negara yang mengendalikan perusahaan akan
memanfaatkan keuntungannya untuk rakyat.

5. Keinginan untuk Berkuasa


AS dan US mempunyai keinginan untuk menjadi penguasa di dunia dengan
cara-cara yang baru. AS sebagai negara kreditor besar membantu negara-negara
yang sedang berkembang berupa pinjaman modal untuk pembangunan dengan
harapan bahwa rakyat yang makmur hidupnya dapat menjadi tempat pemasaran
hasil industrinya dan dapat menjauhkan pengaruh sosialis komunis.
Masyarakat miskin merupakan lahan subur bagi paham sosialis komunis. Uni
Soviet yang mulai kuat ekonominya juga tidak mau kalah membantu perjuangan
nasional berupa bantuan senjata atau tenaga ahli. Hal ini dilakukan untuk
mempengaruhi negara-negara tersebut.

6. Berdirinya Pakta Pertahanan


Guna mengatasi berbagai perbedaan yang ada dan kepentingan untuk dapat
berkuasa maka negara-negara Eropa Barat dan Amerika Serikat mendirikan pakta
pertahanan yang dikenal dengan nama NATO (North Atlantic Treaty
Organization) atau Organisasi Pertahanan Atlantik Utara. Sementara untuk
mengimbangi kekuatan NATO pada tahun 1955 Uni Soviet mendirikan pakta
pertahanan yaitu PAKTA WARSAWA. Anggota Pakta Warsawa yaitu Uni Soviet,
Albania, Bulgaria, Cekoslowakia, Jerman Timur, Hongaria, Polandia, dan
Rumania.
Berdirinya kedua pakta tersebut menyebabkan muncul rasa saling curiga,
ketidakpercayaan, dan kesalahpahaman antara kedua blok baik blok barat maupun
blok timur. Amerika dituduh menjalankan politik imperialis untuk mempengaruhi
dunia sementara Uni Soviet dianggap melakukan perluasan hegemoni atas negara-
negara demokrasi melalui ideologi komunisme.
Keadaan tersebut memicu ketegangan kian memuncak sehingga muncullah
persaingan senjata di antara kedua belah pihak. Masing-masing pihak saling
diliputi oleh suasana Perang Dingin yang bahkan mengarah pada terjadinya Perang
Dunia III.

1. Faktor Lain

Gambaran yang akurat tentang asal-usul Perang Dingin juga harus mempertimbangkan
penyebab lain disamping konflik kepentingan, perbedaan ideologi dan citra yang
berbeda.

Misalnya perlu dilihat adanya “kevakuman kekuasaan” yang mengundang terjadinya


konfrontasi. Selain itu ada faktor tekanan kebijakan luar negeri dari kelompok
kepentingan dan perubahan iklim politik di masing-masing masyarakat.
C. Jalannya Perang Dingin
Jalanny perang dingin dapat kita jadikan beberapa periode yang menyangkut
hal-hal yang terjadi selama perang dingin, yaitu:
>> Periode 1:
Periode 1945-1969 Berakhirnya Perang Dunia II telah mengubah perkembangan
politik dunia. Amerika Serikat dan Uni Soviet sebagai negara pemenang perang
muncul menjadi kekuatan raksasa. Dua negara tersebut memiliki perbedaan ideologi,
Amerika Serikat memiliki ideologi liberal-kapitalis, sedangkan Uni Soviet berideologi
sosialis-komunis. Dalam waktu singkat memang pernah terjadi persahabatan diantara
keduanya, namun kemudian muncul antagonisme diantara mereka. Ada dua karakter
pada periode ini, Pertama, adanya keprihatinan akan ambisi rivalnya yang
menimbulkan pesimisme. Kedua, Amerika Serikat dan Uni Soviet merupakan
kekuatan militer yang sangat kuat dan memiliki kemampuan untuk menghancurkan
musuhnya dengan senjata atom. Sehingga dalam periode ini muncul hal-hal sebagai
berikut:
1. Doktrin Pembendungan Bulan Februari 1946, Stalin memberikan pidato yang
berbicara tentang “tak terhindarnya konflik dengan kekuatan kapitalis. Ia mendesak
rakyat Soviet untuk tidak terperdaya dengan berakhirnya perang yang berarti negara
bisa santai. Sebaliknya perlu mengintensifkan usaha memperkuat dan
mempertahankan tanah air. Tidak lama setelah munculnya tulisan George F Kennan,
diplomat di Kedubes AS di Uni Soviet, yang memaparkan tentang kefanatikan Uni
Soviet, Presiden Harry S Truman mendeklarasikan apa yang kemudian disebut
Doktrin Truman. Doktrin ini menggarisbawahi strategi pembendungan politik luar
negeri AS sebagai cara untuk menghambat ambisi ekspansionis Uni Soviet. AS juga
merekrut sekutu-sekutunya untuk mewujudkan tujuan itu. Karena menurut teori
domino, jika satu negara jatuh maka akan berjatuhanlah negara-negara tetangga
lainnya.
2. Lingkungan Pengaruh dan Pembentukan Blok Ketidakmampuan sebuah negara
adidaya memelihara ”lingkungan pengaruh” diinterpretasikan sebagai akibat dari
program global negara adidaya yang lain. Misalnya ketika Uni Soviet memasuki Eropa
Timur, para pemimpin AS menilainya sebagai bagian dari usaha Uni Soviet
menaklukan dunia. Begitu pula ketika AS membentuk Pakta ANZUS pada tahun
1951, para pemimpin Uni Soviet menilainya sebagai bagian dari usaha AS untuk
mendominasi dunia. Perebutan lingkungan pengaruh diantara dua negara adidaya ini
melahirkan sebuah pola yang bipolar. AS dan sekutunya merupakan satu polar,
sedangkan di polar (kutub) yang lain muncul Uni Soviet dengan sekutunya. Amerika
Serikat dan sekutunya membentuk Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (North
Atlantic Treaty Organization/NATO) yang berdiri pada tanggal 4 April 1949 di
Washington, AS. Apabila salah satu anggota NATO diserang, maka serangan itu
dianggap sebagai serangan terhadap NATO. Di pihak lain, Uni Soviet dan sekutunya
membentuk Pakta Warsawa (Warsawa Pact) pada tanggal 14 Mei 1955 di Praha-
Cekoslowakia atas dasar ”Pact of Mutual Assistance and Unified Command”. Di
berbagai kawasan pun muncul blok-blok yang memihak salah satu negara adidaya, di
Asia Tenggara dibentuk South East Asia Treaty Organization (SEATO) pada tanggal 8
September 1954 di Manila, Philipina . SEATO ditujukan untuk menahan pengaruh
komunis di Asia Tenggara, khususnya di Vietnam. Sebagai salah satu organisasi yang
berdiri di Asia Tenggara, negara-negara utama di Asia Tenggara malah tidak
diikutsertakan di SEATO, anggota-anggotanya yang utama justru negara-negara Blok
Barat yang dipimpin oleh AS. Di kawasan Timur Tengah juga dibentuk Organisasi
Pertahanan Timur Tengah (Middle Eastern Treaty Organization/METO).
Sedangkan Uni Soviet juga menjalin kerjasama dengan RRC pada tahun 1950 untuk
menghadapi kemungkinan agresi Jepang sebagai negara di bawah kendali AS. Serta
pembentukan Cominform (The Communist Information Bureau) di Beograd,
Yugoslavia pada tahun 1947. Di sisi lain, kegiatan spionase juga turut mewarnai
Perang Dingin. KGB (Komitet Gusudarstvennoy Bezopasnosti), dinas rahasia Uni
Soviet, dan CIA (Central Intelligence Agency), dinas rahasia AS selalu berusaha untuk
memperoleh informasi rahasia mengenai segala hal yang menyangkut negara-negara
yang berada di bawah pengaruh kedua belah pihak serta informasi-informasi sensitif
mengenai lawannya sendiri.
>>Periode 2:
Periode 1969-1979 Hubungan Amerika Serikat-Uni Soviet mengalami
perubahan drastis dengan terpilihnya Richard Nixon sebagai Presiden AS. Didampingi
penasehat keamanannya, Henry A. Kissinger, Richard Nixon menempuh pendekatan
baru terhadap Uni Soviet pada tahun 1969. Tidak disangka, ternyata Uni Soviet juga
sedang mengambil pendekatan yang sama terhadap AS. Pendekatan ini lazim disebut
détente (peredaan ketegangan). Sebagai sebuah strategi politik luar negeri, détente
dijelaskan Kissinger sebagai upaya menciptakan ”kepentingan tertentu dalam
kerjasama dan perbatasan, sebuah lingkungan dimana kompetitor dapat meregulasi
dan menghambat perbedaan diantara mereka dan akhirnya melangkah dari kompetisi
menuju kerjasama”. Sebagai langkah lebih lanjit, pada 26 Mei 1972 Presiden Richard
Nixon dan Leonid Brezhnev menandatangani Strategic Arms Limitation Treaty I
(SALT I) di Moskow. SALT I berisi kesepakatan untuk membatasi persediaan senjata-
senjata nuklir strategis/Defensive Antiballistic Missile System. SALT I juga berisi
kesepakatan untuk membatasi jumlah misil nuklir yang dimiliki oleh kedua belah
pihak, sehingga Uni Soviet hanya diijinkan untuk memiliki misil maksimal 1600 misil,
dan AS hanya diijinkan memiliki 1054 misil.
>>Periode 3:
Periode 1979-1985 Setelah 10 tahun dijalankan, tampaknya Uni Soviet tidak
kuat lagi untuk menjalani détente. Akhirnya pada tahun 1979 Uni Soviet pun
menduduki Afghanistan yang sebenarnya mengundang pasukan Uni Soviet masuk
kesana untuk membantu mereka. Aksi semena-mena ini mengundang reaksi keras dari
pihak AS, Presiden AS Jimmy Carter menyatakan, agresi Uni Soviet di Afghanistan
mengkonfrontasi dunia dengan tantangan strategis paling serius sejak Perang Dingin
dimulai.
Lalu akhirnya muncullah Doktrin Carter yang menyatakan bahwa AS
berkeinginan untuk menggunakan kekuatan militernya di Teluk Persia. Setelah Reagan
mengambil alih jabatan presiden, ia juga melancarkan Doktrin Reagan yang
mendukung pemberontakan anti-komunis di Afghanistan, Angola, dan Nikaragua.
Para pemberontak ini bahkan diberi istilah halus ”pejuang kemerdekaan” (freedom
fighters). Bahkan AS juga berbicara tentang kemampuan nuklirnya, termasuk ancaman
serangan pertama. Tapi walaupun di periode ini terjadi ketegangan yang memuncak
antara AS dan Uni Soviet, ternyata masih bisa terjadi perjanjian SALT II (Strategic
Arms Limitation Treaty II) pada pertengahan 1979 di Vienna. Pada saat itu Carter dan
Brezhnev setuju untuk membatasi kepemilikan peluncur senjata nuklir maksimal 2400
unit, dan maksimal 1320 unit Multiple Independently Targeted Reentry Vehicle
(MIRV) . Dan juga Perjanjian Pengurangan Senjata-senjata Strategis (Strategic Arms
Reduction Treaty/START) pada tahun 1982 yang berisi kesepakatan untuk
memusnahkan senjata nuklir yang berdaya jarak menengah.
Walaupun sudah banyak dilakukan perjanjian-perjanjian pembatasan dan/atau
pengurangan senjata nuklir, namun berdasarkan data pada tahun 1983 ternyata Uni
Soviet memiliki keunggulan yang cukup besar dibandingkan dengan Amerika Serikat.

1. Perbandingan Persenjataan Nuklir antara AS dan Uni Soviet pada tahun


1983 Jenis Persenjataan Uni Soviet Amerika Serikat Rudal Balistik
berpangkalan di darat 1398 1052 Rudal yang dilontarkan dari kapal selam
989 584 Pesawat pengebom berawak dengan rudal 150 376 Multiple
Independently Targettable Reentry Vehicles/MIRVS 4872 6774 Kekuatan
nuklir medan: Rudal 850 108 Kekuatan nuklir medan: Pesawat pengebom
860 218

2. Perbandingan Senjata Konvensional antara Pakta Warsawa dengan


NATO pada tahun 1983 Jenis Persenjataan Pakta Warsawa NATO Tank
45.000 17.000 Senjata Artileri 19.400 9.500 Senjata Anti Pesawat Udara
6.500 6.300 Pelontar Rudal Darat ke Udara 6.300 1.800 Pelontar Rudal
Darat ke Darat 1.200 350

>>Periode 4

Periode 1985-1991 Pada Maret 1985, MG mulai memimpin Uni


Soviet. Perubahan secara besar-besaran mulai tampak pada masa ini.
Gorbachev berbeda dengan penguasa-penguasa Uni Soviet sebelumnya,
pada tahun 1987 ia berkunjung ke AS untuk mendekatkan keduanya
kedalam sebuah forum dialog. Bahkan pada tahun 1988, Persetujuan
Genewa dicapai dan pada 15 Februari 1989 seluruh tentara Uni Soviet
telah mundur dari Afghanistan. Komitmen Gorbachev semakin terlihat saat
Uni Soviet tidak menghanyutkan diri dan mengambil sikap lebih netral
dalam Perang Teluk tahun 1990-1991. Bahkan bantuan untuk Kuba yang
telah diberikan selama 30 tahun pun dihentikan pada tahun 1991 oleh
Gorbachev. Namun kebebasan dan keterbukaan yang dicanangkan oleh
Gorbachev menimbulkan reaksi keras dari tokoh-tokoh komunis dalam
negeri.

Puncaknya terjadi pada Kudeta 19 Agustus 1991 yang didalangi oleh


Marsekal Dimitri Yazow (Menteri Pertahanan), Jenderal Vladamir Kruchkov
(Kepala KGB), dan Boris Pugo (Menteri Dalam Negeri). Namun ternyata
kudeta itu gagal karena mendapat perlawanan dan penolakan dari rakyat
Uni Soviet dibawah pimpinan Boris Yeltsin dan Unit Militer Uni Soviet.
Sebagai akibat dari kudeta itu; Latvia, Lithuania, Estonia, Georgia, Maldova
memisahkan diri dari Uni Soviet. Latvia, Listhuania dan Estonia sendiri
berhasil memperoleh kemerdekaan dari Uni Soviet pada tanggal 6
September 1991. Akhirnya, Gorbachev mengakui bahwa sistem komunis
telah gagal di Uni Soviet. Pada akhir 1991, negara Uni Soviet yang telah
berumur 74 tahun itupun runtuh dan terpecah-pecah menjadi beberapa
negara yang sekarang termasuk dalam persemakmuran Uni Soviet
(Commonwealth of Independent State/CIS). Bubarnya Uni Soviet ini
menandai berakhirnya Perang Dingin dengan kemenangan di pihak AS..
Bubarnya Uni Soviet ini menandai berakhirnya Perang Dingin dengan
kemenangan di pihak AS.
D . Perluasan Perang Dingin ke luar Eropa
Proxy War(perang akibat perang antara Uni Soviet-AS) terjadi, antara lain di Vietnam
(Vietnam Utara / komunisme - Vietnam Selatan / demokratis), Korea (Korea Utara /
komunisme, Korea Selatan / demokratis), Amerika (Kuba / komunisme – AS /
demokratis).

1. Pemerintah komunis Cina

Latar Belakang

Setelah Perang Dunia II, Perang Saudara Cina antara Partai Komunis Cina dan
Kuomintang berakhir pada 1949 dengan pihak komunis menguasai Cina Daratan dan
Kuomintang menguasai Taiwan dan beberapa pulau-pulau lepas pantai di Fujian. Pada
1 Oktober 1949, Mao Zedong memproklamasikan Republik Rakyat Cina dan
mendirikan sebuah negara komunis.

Para pendukung Era Maoisme, yang terdiri dari kebanyakan rakyat Cina miskin dan
lebih tradisionil atau nasionalis dan pemerhati asing yang percaya kepada komunisme,
mengatakan bahwa di bawah Mao, persatuan dan kedaulatan Cina dapat dipastikan
untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade terakhir, dan terdapat perkembangan
infrastruktur, industri, kesehatan, dan pendidikan, yang mereka percayai telah
membantu meningkatkan standar hidup rakyat. Mereka juga yakin bahwa kampanye
seperti Lompatan Jauh ke Depan dan Revolusi Kebudayaan penting dalam
mempercepat perkembangan Cina dan menjernihkan kebudayaan mereka. Pihak
pendukung juga ragu terhadap statistik dan kesaksian yang diberikan mengenai jumlah
korban jiwa dan kerusakan lainnya yang disebabkan kampanye Mao.

Meskipun begitu, para kritikus rezim Mao, yang terdiri dari mayoritas analis asing dan
para peninjau serta beberapa rakyat Cina, khususnya para anggota kelas menengah dan
penduduk kota yang lebih terbuka pemikirannya, mengatakan bahwa pemerintahan
Mao membebankan pengawasan yang ketat terhadap kehidupan sehari-hari rakyat, dan
yakin bahwa kampanye seperti Lompatan Jauh ke Depan dan Revolusi Kebudayaan
berperan atau mengakibatkan hilangnya jutaan jiwa, mendatangkan biaya ekonomi
yang besar, dan merusak warisan budaya Cina. Lompatan Jauh ke Depan, pada
khusunya, mendahului periode kelaparan yang besar di Cina yang, menurut sumber-
sumber Barat dan Timur yang dapat dipercaya, mengakibatkan kematian 20-30 juta
orang; kebanyakan analis Barat dan Cina mengatakan ini disebabkan Lompatan Jauh
ke Depan namun Mao dan lainnya mengatakan ini disebabkan musibah alam; ada juga
yang meragukan angka kematian tersebut, atau berkata bahwa lebih banyak orang mati
karena kelaparan atau sebab politis lainnya pada masa pemerintahan Chiang Kai Shek.
Setelah kegagalan ekonomi yang dramatis pada awal 1960-an, Mao mundur dari
jabatannya sebagai ketua umum Cina. Kongres Rakyat Nasional melantik Liu Shaoqi
sebagai pengganti Mao. Mao tetap menjadi ketua partai namun dilepas dari tugas
ekonomi sehari-hari yang dikontrol dengan lebih lunak oleh Liu Shaoqi, Deng
Xiaoping dan lainnya yang memulai reformasi keuangan.

Pada 1966 Mao meluncurkan Revolusi Kebudayaan, yang dilihat lawannya (termasuk
analis Barat dan banyak remaja Cina kala itu) sebagai balasan terhadap rival-rivalnya
dengan memobilisasi para remaja untuk mendukung pemikirannya dan menyingkirkan
kepemimpinan yang lunak pada saat itu, namun oleh pendukungnya dipandang
sebagai sebuah percobaan demokrasi langsung dan sebuah langkah asli dalam
menghilangkan korupsi dan pengaruh buruk lainnya dari masyarakat Cina. Kekacauan
pun timbul namun hal ini segera berkurang di bawah kepemimpinan Zhou Enlai di
mana para kekuatan moderat kembali memperoleh pengaruhnya. Setelah kematian
Mao, Deng Xiaoping berhasil memperoleh kekuasaan dan janda Mao, Jiang Qing
beserta rekan-rekannya, Kelompok Empat, yang telah mengambil alih kekuasaan
negara, ditangkap dan dibawa ke pengadilan.

Sejak saat itu, pihak pemerintah telah secara bertahap (dan telah banyak) melunakkan
kontrol pemerintah terhadap kehidupan sehari-hari rakyatnya, dan telah memulai
perpindahan ekonomi Cina menuju sistem berbasiskan pasar.

Para pendukung reformasi keuangan – biasanya rakyat kelas menengah dan pemerhati
Barat berhaluan kiri-tengah dan kanan – menunjukkan bukti terjadinya perkembangan
pesat pada ekonomi di sektor konsumen dan ekspor, terciptanya kelas menengah
(khususnya di kota pesisir di mana sebagian besar perkembangan industri dipusatkan)
yang kini merupakan 15% dari populasi, standar hidup yang kian tinggi (diperlihatkan
melalui peningkatan pesat pada GDP per kapita, belanja konsumen, perkiraan umur,
persentase baca-tulis, dan jumlah produksi beras) dan hak dan kebebasan pribadi yang
lebih luas untuk masyarakat biasa.

Para pengkritik reformasi ekonomi – biasanya masyarakat miskin di Cina dan


pemerhati Barat berhaluan kiri, menunjukkan bukti bahwa proses reformasi telah
menciptakan kesenjangan kekayaan, polusi lingkungan, korupsi yang menjadi-jadi,
pengangguran yang meningkat akibat PHK di perusahaan negara yang tidak efisien,
serta telah memperkenalkan pengaruh budaya yang kurang diterima. Akibatnya
mereka percaya bahwa budaya Cina telah dikorupsi, rakyat miskin semakin miskin
dan terpisah, dan stabilitas sosial negara semakin terancam.

Meskipun ada kelonggaran terhadap kapitalisme, Partai Komunis Cina tetap berkuasa
dan telah mempertahankan kebijakan yang mengekang terhadap kumpulan-kumpulan
yang dianggap berbahaya, seperti Falun Gong dan gerakan separatis di Tibet.
Pendukung kebijakan ini – biasanya penduduk pedesaan dan mayoritas kecil penduduk
perkotaan, menyatakan bahwa kebijakan ini menjaga stabilitas dalam sebuah
masyarakat yang terpecah oleh perbedaan kelas dan permusuhan, yang tidak
mempunyai sejarah partisipasi publik, dan hukum yang terbatas. Para pengkritik –
umumnya minoritas dari rakyat Cina, para rakyat pelarian Cina di luar negeri,
penduduk Taiwan dan Hong Kong, etnis minoritas seperti bangsa Tibet dan pihak
Barat, mengatakan bahwa kebijakan ini melanggar hak asasi manusia yang dikenal
komunitas internasional, dan mereka juga mengklaim hal tersebut mengakibatkan
terciptanya sebuah negara polisi, yang menimbulkan rasa takut.

Cina mengadopsi konstitusi yang kini digunakan pada 4 Desember 1982.

Tahun 1923, Partai Komunis Cina dipimpin Mao Zedong melakukan aliansi dengan
Partai Koumintang pimpinan Sun Yat Sen. Dalam proklamasi kemerdekaan Cina 1
Oktober 1949, Partai Komunis Cina menjadi partai pemegang mandat pemerintahan
menggantikan Partai Koumintang pimpinan Chiang Kai Sek. Kemudian, Chiang Kai
Sek pindah ke Taiwan dan mendirikan pemerintahan demokratis. AS mendukung
pemerintahan Chiang Kai Sek di Taiwan.
Dari sudut pandang kekuatan militer, Cina dibantu Uni Soviet, mulai membangun
teknologi persenjataan nuklirnya tahun 1957 untuk menangkal serangan Negara lain.
Aliansi Uni Soviet-Cina tahun 1949-1950 menjadi penyebab kemunculan poros Barat-
Timur. Hal ini membuat AS melebarkan fokusnya ke Asia juga. Parameternya adalah
pemberian bantuan militer AS di Vietnam Selatan dan Korea Selatan.

2. Perang Korea

Latar belakang
Terminologi

Di Amerika Serikat, perang ini secara resmi dideskripsikan sebagai aksi polisional
karena tidak adanya deklarasi perang resmi dari Kongres AS. Dalam bahasa sehari-
hari, perang ini juga sering disebut Perang yang Terlupakan dan Perang yang
Tidak Diketahui karena dianggap sebagai urusan PBB, berakhir dengan kebuntuan
(stalemate), sedikitnya korban dari pihak AS, dan kurang jelasnya isu-isu menjadi
penyebab perang ini, bila dibandingkan dengan Perang Vietnam dan Perang Dunia II.

Di Korea Selatan, perang ini biasa disebut sebagai Perang 6-2-5 (yuk-i-o jeonjaeng)
yang mencerminkan tanggal dimulainya perang pada 25 Juni. Sementara itu, di Korea
Utara, perang ini secara resmi disebut Choguk haebang chǒnjaeng ("perang
pembebasan tanah air"). Perang Korea juga disebut Chosǒn chǒnjaeng ("Perang
Joseo", Joseon adalah sebutan Korea Utara untuk tanah Korea).

Perang Korea secara resmi disebut Chao Xian Zhan Zheng (Perang Korea) di Republik
Rakyat Cina. Kata "Chao Xian" merujuk ke Korea pada umumnya, dan secara resmi
Korea Utara.

Istilah Perang Korea juga dapat menyatakan pertempuran sebelum invasi maupun
setelah gencatan senjata dilakukan.
Kronologi

Awal PD II, Uni Soviet menduduki Korea. 10 Agustus 1945, AS mengeluarkan


kebijakan untuk menduduki Korea Selatan dalam rangka membendung ekspansi Uni
Soviet. Selanjutnya, AS dan Uni Soviet mendukung berdirinya rezim di daerah
kekuasaan masing-masing. Rezim I Korea Selatan dipimpin Syngman Rhee (anti-
komunis), Rezim I Korea Utara dipimpin Kim II Sung. Kedua Rezim dibentuk tahun
1946. Titik garis batas antara ke-dua Korea terletak di garis lintang 38 derajat.
Invasi pasukan Korea Utara didukung Uni Soviet pada 25 Juni 1950 melewati garis
batas 38 derajat menuju Korea Selatan berhasil memukul mundur pasukan Korea
Selatan dan AS hingga ke Busan. Pada 15 September 1950, pasukan AS dipimpin
jendral Douglas MacArtur mendarat di kawasan Inch’on, berhasil mengurung pasukan
Korea Utara yang sudah terlanjur jauh memasuki Korea Selatan. Keikutsertaan Cina
pada Oktober 1950 dalam perang Korea dikarenakan pasukan PBB (beraliansi dengan
AS) masuk ke Korea Utara.

Akhir Perang Korea

Akhirnya, negoisasi damai mulai digagas dengan terpilihnya presiden AS Dwight D.


Eisenhower. Kesepakatan dicapai pada 27 Juli 1953 dalam 2 point. Pertama, garis
lintang 38 derajat sebagai garis batas Korea Utara-Korea Selatan. Kedua,
pengembalian tawanan perang ke Negara masing-masing.

3. Revolusi Kuba

Latar belakang
Sejak kemerdekaannya pada tahun 1898, Kuba dipimpin oleh sejumlah presiden yang
lemah dan korup. Pada tahun 1933, diktator lalim Gerardo Machado dijungkirkan oleh
kudeta yang dilakukan oleh Fulgencio Batista y Zaldivar. Pada tahun 1944, Fulgencio
Batista memerintahkan untuk melegitimasi kekuasaannya melalui pemilu demokratis,
namun kalah. Pada tahun 1952, ia kembali mendapatkan kekuasaan setelah
melancarkan kudeta. Penentangan mulai meruyak, salah satunya adalah pimpinan
terpenting gerakan anti-Batista, seorang pengacara bernama Fidel Castro dari Santiago
de Cuba.

Kronologi

Tahun 1924, Kuba dipimpin Gerrado Machado(pemerintahannya ditaktor). Berbagai


kelompok masyarakat mulai menunjukkan perlawanan. Akhirnya, tahun1940
pemerintahan Machado ditumbangkan oleh kekuatan militer pimpinan Fulgencio
Batista. Tahun 1940-1944, Kuba di bawah kekuasaan ditaktor Batista. Pemerintahan
dictator Batista sempat berakhir pada tahun 1944 dengan terpilihnya Carllos Prio.
Namun, Batista kembali berkuasa tahun 1952-1958. Dalam pemerintahannya yang
kedua ini, Batista mendapat perlawanan dari 2 kelompok besar, yaitu kelompok The
Second Front pimpinan Eloy Guierez dan kelompok revolusioner pimpinan Fidel
Castro.
26 Juli 1953, penyerangan Castro ke pangkalan militer besar pasukan Batista berhasil
menggugah masyarakat Kuba walau gagal. Castro dipenjara hingga 1955. Setelah
dibebaskan, Castro ke Meksiko bertemu Che Guevara. Tahun 1956, mereka bersama
pasukan kembali menyerang pasukan Batista. Akhirnya, pasukan Castro dipimpin Che
Guevara dan Camilo Cienfuegos mengalahkan kekuatan militer Batista di Kuba pada
Maret 1958. kemudian, Castro memimpin Kuba dengan haluan Komunis.
Ketegangan Perang Dingin antara Kuba-AS memuncak Oktober 1962 “Krisis Misil
Kuba”. Hasil laporan mata-mata AS di Kuba membuat presiden AS John F. Kenedy
memblokade perairan di sekitar Kuba untuk mencegah kelangsungan proyek
pembangunan instalasi nuklir Uni Soviet di Kuba. Krisis Misil Kuba berakhir dengan
kesepakatan Nikita Khruschev dan John F. Kenedy dalam 2 poin. Pertama, Uni Soviet
menghentikan pembangunan instalasi nuklirnya di Kuba. Kedua, AS dilarang meng-
invasi Kuba.

E. Perang Vietnam dan perkembangan politik di kawasan


Asia Tenggara

Latar belakang
Vietnam dijajah oleh Tiongkok sejak tahun 110 SM sampai mencapai kemerdekaan
pada tahun 938. Setelah bebas dari belenggu penjajahan Tiongkok, Vietnam tidak
berhenti menentang serangan pihak asing.

Pada abad ke-19, Vietnam menjadi wilayah jajahan Perancis. Perancis menguasai
Vietnam setelah melakukan beberapa perang kolonial di Indochina mulai dari tahun
1840-an. Ekspansi kekuasaan Perancis disebabkan keinginan untuk menyaingi
kebangkitan Britania Raya dan kebutuhan untuk mendapatkan hasil bumi seperti
rempah-rempah untuk menggerakkan industri di Perancis untuk menyaingi
penguasaan industri Britania Raya.

Semasa pemerintahan Perancis, golongan rakyat Vietnam dibakar semangat


nasionalisme dan ingin kemerdekaan dari Perancis. Beberapa pemberontakan
dilakukan oleh banyak kelompok-kelompok nasionalis, tetapi usaha mereka gagal.
Pada tahun 1919, semasa Perjanjian Versailles dirundingkan, Ho Chi Minh meminta
untuk bersama-sama membuat perundingan agar Vietnam dapat merdeka.
Permintaannya ditolak dan Vietnam serta seluruh Indochina terus menjadi jajahan
Perancis.

Kelompok Viet Minh akhirnya mendapat dukungan populer dan berhasil mengusir
Perancis dari Vietnam. Selama Perang Dunia II, Vietnam dikuasai oleh Jepang.
Pemerintah Perancis Vichy bekerjasama dengan Jepang yang mengantar tentara ke
Indochina sebagai pasukan yang berkuasa secara de facto di kawasan tersebut.
Pemerintah Perancis Vichy tetap menjalankan pemerintahan seperti biasa sampai
tahun 1944 ketika Perancis Vichy jatuh setelah tentara sekutu menaklukan Perancis
dan jendral Charles de Gaulle diangkat sebagai pemimpin Perancis.

Setelah pemerintah Perancis Vichy tumbang, pemerintah Jepang menggalakkan


kebangkitan pergerakan nasionalis di kalangan rakyat Vietnam. Pada akhir Perang
Dunia II, Vietnam diberikan kemerdekaan oleh pihak Jepang. Ho Chí Minh kembali
ke Vietnam untuk membebaskan negaranya agar tidak dijajah oleh kekuasaan asing. Ia
menerima bantuan kelompok OSS (yang akan berubah menjadi CIA nantinya).

Pada akhir Perang Dunia II, pergerakan Viet Minh di bawah pimpinan Ho Chí Minh
berhasil membebaskan Vietnam dari tangan penjajah, tetapi keberhasilan itu hanya
berlangsung sebentar. Pihak Jepang menangkap pemerintah Perancis dan memberikan
Vietnam satu bentuk “kemerdekaan” sebagai bagian dari rancangan Jepang untuk
"membebaskan" bumi Asia dari penjajahan barat. Banyak bangunan diserahkan
kepada kelompok-kelompok nasionalis.

Kronologi

Perang Vietnam(1955-1975) serupa perang Korea mengakibatkan pecahnya Negara


menjadi 2
(Vietnam Utara / komunis – Vietnam Selatan / Demokratis). Perpecahan berawal dari
perseteruan Viet Minh dan Perancis yang ingin kembali menguasai Indocina. Perang
dari tahun 1946-1954 ini berakhir dengan gencatan senjata, hasil konferensi di Jenewa
tahun 1954. Dan ditetapkan titik garis 17 derajat sebagai demarkasi antara Vietnam
Utara dan Vietnam Selatan. Vietnam Utara diperuntukkan bagi Viet Minh, dipimpin
Ho Chi Minh. Vietnam Selatan diperuntukkan bagi Perancis, dipimpin PM Ngo Dinh
Diem. Kesepakatan Jenewa tahun 1954 ini menghasilkan badan International Control
Committee untuk melaksanakan pemilu untuk menyatukan 2 Vietnam. Namun,
ditolak. Dalam pemerintahannya, Ngo Dinh Diem didukung AS. Kekuatan Viet Cong /
Viet Minh semakin membesar dengan berdirinya organisasi National Front For
Liberation of Vietnam sebagai penerus Viet Cong. Kebijakan Presiden AS John F.
Kenedy mengirim bantuan ke Vietnam untuk mencegah agresi Viet Cong.
Akhir tahun 1970, proses menuju pendamaian mulai digagas. Namun, Maret 1972,
Vietnam Utara menganeksasi zona demiliterisasi dan provinsi Quang Tri di Vietnam
Selatan. Rencana menuju perdamaian pun gagal dan digagas kembali pada 27 Januari
1973. Akhirnya, Kesepakatan perdamaian dengan gencatan senjata antara Vietnam
Utara - Vietnam Selatan - AS “The Paris Accords” ditandatangani 31 Januari 1973.
Namun, tahun 1974, tentara Viet Cong mulai menganeksasi beberapa daerah di
Vietnam Selatan. Maka, presiden Vietnam Selatan Nguyen Van Thieu pada 21 April
1975 mengundurkan diri dan terbang ke Taiwan. Pada 2 Juli 1976, dibentuk
pemerintahan militer di Saigon sebagai kemenangan Vietnam Utara. Nama kota
Saigon diubah menjadi Ho Chi Minh.
Selanjutnya, penyebaran paham komunisme di Asia Tenggara didalangi oleh lembaga
Uni Soviet “Comitern”. Tokoh Indonesia DN Aidit pernah dididik di Comitern.

Dampak Perang Vietnam


Perang Vietnam sudah berlalu puluhan tahun silam, namun bekasnya masih dirasakan
oleh jutaan orang yang terlibat langsung ataupun tidak langsung hingga kini dan entah
hingga kapan. Salah satu kisah yang sangat tragis dan masih menyisakan duka lara
yang mendalam dan masih terus ada hingga kini adalah korban dampak dari Agent
Orange.

Agen Oranye dan “Super Oranye” adalah julukan yang diberikan untuk herbisida dan
defolian yang digunakan oleh Militer Amerika Serikat dalam peperangan herbisida
(herbicidal warfare) selama Perang Vietnam. Dalam peperangan herbisida tersebut,
sejumlah herbisida termasuk Agen Oranye digunakan dengan maksud untuk
menghancurkan produksi bahan pangan dan pepohonan yang dijadikan sebagai tempat
bersembunyinya musuh. Agen Oranye digunakan dari 1961 hingga 1971, dan di antara
semua yang disebut ” herbisida pelangi” yang yang paling berbahaya, yang digunakan
dalam program ini. Degradasi Agen Oranye (maupun Agen Ungu, Merah Jambu, dan
Hijau) melepaskan dioxin, yang dituduh telah membahayakan kesehatan mereka yang
terpaparkan pada masa Perang Vietnam. Agen Biru dan Putih adalah bagian dari
program yang sama tetapi tidak mengandung dioxin. Studi tentang penduduk yang
terpapar dioxin, meskipun tidak harus Agen Oranye, menunjukkan meningkatnya
risiko berbagai tipe kanker dan cacat genetis. Dampak paparan pada tingkat rendah
untuk jangka waktu yang lama belum dapat dipastikan. Sejak 1980-an, sejumlah
tuntutan hukum telah diajukan terhadap perusahaan-perusahaan yang memproduksi
Agen Oranye, di antaranya adalah Dow Chemical, Monsanto dan Diamond Shamrock
(menghasilkan hanya 5% ). Para veteran AS memperoleh ganti rugi sebesar AS$180
juta pada 1984, dan para veteran yang paling besar terkena akibatnya menerima ganti
rugi satu kali sebesar AS $1.200.
Para veteran Amerika dari perang di Vietnam berusaha memperoleh pengakuan
tentang Agen Oranye, kompensasi dan perawatan untuk penderitaan yang mereka dan
anak-anak mereka alami karena Agen ini; banyak veteran Vietnam yang terpapar
dengan Agen Oranye tidak berhasil memperoleh perawatan medis yang telah
dijanjikan melalui sistem medis Departemen Urusan Veteran dan hanya dalam kasus-
kasus yang istimewa anak-anak mereka yang terpengaruh berhasil mendapatkan
batnauan kesehatan dari pemerintah.
Para veteran Vietnam dan keluarga mereka yang pertama kali mengajukan tuntutan
atas Agen Oranye ini menyatakan 25 tahun yang lalu bahwa pemerintah “hanya
menunggu kita semua mati”. Mereka menuduh bahwa kebanyakan dari mereka yang
masih hidup akan mati karena akibat-akibat paparan racun ini selama beberapa tahun
mendatang, sebelum mereka mencapai usia 65 tahun.Walaupun mereka terlahir pasca
perang Vietnam berakhir, namun anak-anak tak berdosa ini harus memikul dampak
perang seumur hidup mereka dalam kesuraman
Kini Masih ada ribuan anak Vietnam yang hidup dalam pengaruh racun

Agent Orange tersebut, masa depan


mereka sungguh suram. Perang dari sudut manapun selalu meninggalkan luka dan
bekas yang mendalam bahkan tak akan terhapus dihati hingga beratus ratus tahun
lamanya. Perang hanya menyisakan dendam dan kebencian.

F. Perkembangan Teknologi Persenjataan dan Ruang Angkasa


Perkembangan Teknologi Persenjataan dan Ruang Angkasa

A. Perlombaan Senjata Nuklir dan Bahayanya


Perlombaan senjata nuklir antara pihak Amerika Serikat dengan Uni Soviet telah
menimbulkan ketegangan yang luar biasa di kalangan masyarakat dunia. Masyarakat
dunia diliputi oleh kekhawatiran akan meletusnya perang nuklir yang dahsyat. Suatu
isu sensitif yang menyangkut kedua pihak atau berbagai isu global bisa saja menyeret
mereka ke kancah perang terbuka.
Jenis-jenis senjata nuklir bisa menjangkau antar negara dan antar benua. Bahaya yang
akan ditimbulkannya bila terjadi perang, sangat dahsyat dan bisa membahayakan
kelangsungan hidup umat manusia dan makhluk hidup lainnya di dunia. Sebagai
contoh, ketika reaktor nuklir Chernobyl meledak pada tanggal 26 April 1986, bencana
itu telah mengakibatkan ratusan orang terkontaminasi zat radio aktif, puluhan orang
meninggal dan ratusan ribu orang terpaksa mengungsi.
Selama berlangsungnya perlombaan senjata nuklir, kedua blok telah membangun
pusat-pusat tombol peluncuran senjata nuklir diberbagai negara yang berada di bawah
pengaruhnya. Sementara itu, PBB merasa perlu untuk mengurangi meningkatnya
perlombaan senjata nuklir pada kedua belah pihak. PBB kemudian membentuk
Atomic Energy Commission yang bertujuan mencari jalan dan cara untuk
mengembangkan penggunaan tenaga atom untuk maksud-maksud damai, serta
mencegah penggunaan untuk tujuan-tujuan perang.
Pada akhir Desember 1946, komisi itu menyetujui usul Amerika Serikat untuk
mengadakan pengawasan dan pengaturan-pengaturan yang ketat dengan maksud
mencegah produksi senjata-senjata atom yang dilakukan secara diam-diam. Akan
tetapi, Uni Soviet keberatan dan mengemukakan usul pengurangan persenjataan secara
menyeluruh. Namun, Amerika Serikat tidak menerima usul yang dilontarkan oleh Uni
Soviet. Oleh karena itu, Uni Soviet memveto usul Amerika Serikat pada Sidang
Dewan Keamanan (1947).
Peristiwa uji coba peledakan bom atom ini menimbulkan reaksi dan rasa khawatir
pihak Amerika Serikat. Amerika Serikat tidak menduga akan secepat itu Uni Soviet
mengejar ketertinggalannya. Pada tahun 1950, Presiden Amerika Serikat, Harry S.
Truman, memerintahkan pengadaan program darurat bagi penelitian bom hidrogen.
Penelitian itu berhasil dan pengujiannya dilakukan pada bulan Nopember 1952.
Namun, sembilan bulan kemudian Uni Soviet juga sudah mampu membuat bom
hidrogen sendiri.

B. Perbandingan Kekuatan Nuklir


Perlombaan senjata nuklir antara Amerika Serikat dengan Uni Soviet jelas
menimbulkan kekhawatiran dan ketegangan yang luar biasa bagi dunia. Perbandingan
kekuatan nuklir Uni Soviet menunjukkan posisi yang unggul dibandingkan kekuatan
Amerika Serikat. Dalam hal kekuatan nuklir medan (theater nuclear), yaitu rudal dan
pesawat pengebom yang digunakan untuk menyerang atau melindungi Eropa Barat,
Uni Soviet memiliki keunggulan yang nyata. Keunggulan itu diperkuat dengan
kemampuan dalam senjata konvensional. Untuk setiap jenis senjata, kecuali rudal
antitank, Uni Soviet dan sekutunya, memiliki keunggulan yang meyakinkan.
Pada saat perang dingin memuncak, setiap negara yang bertentangan berusaha untuk
memperkuat dirinya dengan cara bergabung dalam suatu aliansi.

Hal ini sejalan dengan polarisasi kekuatan dua negara adikuasa, yaitu Amerika Serikat
dan Uni Soviet. Dunia terbagi atas dua blok yang saling bertentangan. Keadaan seperti
ini jelas mempengaruhi perkembangan Eropa maupun dunia sekaligus menjadi
ancaman perdamaian bagi dunia.

C. Perlombaan Ruang Angkasa


Dunia dirasakan semakin sempit untuk diperebutkan oleh kedua negara adikuasa
Amerika Serikat dan Uni Soviet. Oleh karena itu, perhatian dari kedua negara itu
mengarah ke ruang angkasa yang masih bebas untuk diperebutkan.
Pada mulanya Uni Soviet meluncurkan pesawat Sputnik I tanpa awak kapal (1957),
kemudian diikuti oleh Sputnik II yang membawa seekor anjing. Amerika Serikat
mengimbangi dengan meluncurkan Explorer I (1958), kemudian diikuti dengan
Explorer II, Discover dan Vanguard. Uni Soviet mengungguli dengan meluncurkan
Lunik yang berhasil didaratkan ke bulan, dan kemudian ditandingi oleh Amerika
Serikat dengan pendaratan manusia di Bulan.
Persaingan teknologi ruang angkasa semakin marak antara Amerika Serikat dan Uni
Soviet. Setelah Amerika mendaratkan manusia pertama di Bulan, dilanjutkan dengan
pendaratan manusia di Bulan oleh Uni Soviet adalah Yuri Gagarin (1934-1968)
dengan mengendarai pesawat ruang angkasa Vostok I yang berhasil mengitari bumi
selama 108 menit (1961). Amerika Serikat kemudian menyusul dengan astronotnya
yang pertama adalah Alan Bartlett Shepard, Jr (1923-1998) yang berada di ruang
angkasa selama 15 menit (1961). Uni Soviet menunjukkan lagi kelebihannya dengan
meluncurkan Gherman Stepanovich Titov (1935-2000) yang mengitari bumi selama
25 jam dengan pesawat Vostok II.
Amerika Serikat berusaha menaklukkan ruang angkasa dengan mengadakan
penyelidikan-penyelidikan atas benda-benda ruang angkasa yang letaknya jauh dari
bumi seperti Saturnus, Yupiter, dan lain-lain.
Dengan demikian, demi kepentingan politik, ekonomi, dan militer, kedua negara
adikuasa tersebut menjalankan politik pecah belah. Negara dan bangsa yang terpecah
belah antara lain Korea, Vietnam, dan Jerman.

Khusus Vietnam dan Jerman telah bersatu kembali sebagai sebuah negara dan bangsa,
walaupun dalam penyatuannya memerlukan proses yang cukup lama, terutama di
dalam beradaptasi, mengingat di antara mereka pernah mendapat pengaruh dari
paham-paham yang berbeda.

Sejak pertama kali ditemukan, nuklir telah digunakan sebagai senjata. Senjata nuklir
pertama kali digunakan pada tahun 1945 oleh Sekutu untuk menundukkan Jepang
dalam Perang Dunia II. Namun, sebagai sebuah strategi keamanan, nuklir baru
menemukan tempatnya pada masa Perang Dingin. Pada masa ini, ke dua Blok yang
saling bertikai (Timur dan Barat) menggunakan nuklir sebagai strategi pertahanan
menghadapi kemungkinan serangan musuh.

Nuklir Sebagai Strategi Penangkalan

Walaupun senjata nuklir telah pernah digunakan untuk memenangkan perang, sejarah
memperlihatkan bahwa sebagai sebuah persenjataan, nuklir lebih banyak digunakan
sebagai instrumen penangkalan (deterrence) daripada instrumen untuk memenangkan
perang.

Hal ini kemungkinan terjadi karena kedua Blok yang saling bertikai, pada masa
Perang Dingin, memiliki kemampuan nuklir yang relatif berimbang, sehingga kedua
belah pihak sama-sama merasa akan terkena dampak besar jika terjadi perang nuklir.

Di dalam strategi penangkalan (nuclear deterrence), nuklir digunakan untuk mencegah


negara musuh melakukan serangan, dengan memberikan jaminan bahwa serangan
tersebut akan dibalas menggunakan senjata nulir yang akan menimbulkan kerugian
lebih besar dari tujuan yang hendak dicapai negara lawan. Dalam menjalankan strategi
penangkalan nuklir ada beberapa asumsi pokok yang harus dimiliki:

1. Watak defensif, interaksi strategis baru berlangsung pada saat atau setelah
serangan pertama dari pihak lawan.
2. Serangan balasan dilakukan dengan mengandalkan persenjataan yang dapat
diselamatkan dari serangan pertama lawan.
3. Rasionalitas dan mirror-image, pihak lawan berpikir dengan logika yang sama
seperti yang dilakukannya.

Dalam menjalankan strategi penangkalan ada dua mekanisme yang dapat digunakan.
Mekanisme pertama adalah punishment yang menitikberatkan pada penggunaan
senjata ofensif dan mengandalkan serangan balik terhadap sasaran non-militer
(countervalue). Keefektifan dari mekanisme ini terletak pada kemampuan
menyelamatkan jumlah senjata ofensif yang dimiliki dari serangan pertama (first
strike) lawan. Mekanisme kedua adalah denial yang melibatkan penggunaan kekuatan
militer secara langsung untuk mencegah negara lawan melakukan serangan pada
kawasan yang dikuasai. Mekanisme ini menitikberatkan pada penggunaan senjata
defensif dan mengandalkan serangan terhadap obyek-obyek militer (counterforce).

Strategi Nuklir Pada Masa Perang Dingin

Sebagaimana telah disinggung di atas, pada masa perang dingin penggunaan strategi
nuklir didominasi oleh Blok Barat yang dipimpin Amerika Serikat dan Blok Timur
yang dipimpin oleh Uni Soviet. Pada awalnya monopoli senjata nuklir berada di
tangan Amerika Serikat, yaitu sejak tahun 1945 hingga 1949. Uni Soviet baru
menguasai teknologi nuklir pada tahun 1949, namun belum memiliki minat untuk
mengembangkan persenjataan nuklir. Hal ini disebabkan oleh dominasi pemikiran
Joseph Stalin di dalam perumusan strategi militer Uni Soviet. Stalin merupakan
penafsir ortodoks pemikiran Marx dan Engels. Kedua tokoh tersebut menyatakan
bahwa kemenangan di dalam setiap pertempuran hanya ditentukan oleh disiplin moral
pasukan. Oleh Stalin, premis tersebut kemudian dirumuskan dan dibakukan sebagai
unsur utama untuk memenangkan perang. Selain itu, Stalin juga sangat percaya pada
kekuatan konvensional dan tidak percaya pada serangan-pendadakan (surprise attack).

Namun seiring makin berkembangnya kemampuan dan kekuatan nuklir Amerika


Serikat, Uni Soviet mulai merasakan arti penting keberadaan senjata nuklir. Sejak
pertengahan tahun 1950-an di Uni Soviet muncul perdebatan antara kelompok
Tradisionalis dan Modernis mengenai penggunaan senjata nuklir.

Perdebatan ini menyebabkan Uni Soviet mengambil jalan tengah dengan tetap
mempertahankan tingkat kepemilikan senjata konvensional dan secara bersamaan juga
mengembangkan kemampuan nuklir.

Pada masa pemerintahan Kruschev strategi nuklir makin diterima sebagai kebutuhan
strategis oleh Uni Soviet dan pada tahun 1960 Kruschev dan Menteri Pertahanan,
Malinovsky berhasil merinci tujuan penggunaan senjata nuklir, kapan digunakan dan
bagaimana senjata tersebut digunakan. Doktrin nuklir tersebut intinya menyatakan
bahwa senjata nuklir akan digunakan pada “serangan pendadakan di setiap perang
lokal yang melibatkan Amerika Serikat atau perang antara kubu sosialis dan kapitalis
yang “pasti” meningkat menjadi perang nuklir habis-habisan”. Isi doktrin ini sering
juga disebut strategi opsi tunggal. Namun karena pada saat itu kekuatan nuklir Uni
Soviet masih rendah doktrin tersebut hanya dipandang sebagai pernyataan penangkal
terhadap doktrin perang terbatas AS.

Selanjutnya pada masa pemerintahan Breznev-Kosygin tahun 1964 hingga 1970


strategi nuklir Uni Soviet tidak mengalami perubahan kecuali tidak mengikuti doktrin
Krushev yang menyatakan bahwa “perang antara kubu sosialis dan kapitalis pasti
akan meningkat menjadi perang nuklir total” melainkan menggantinya dengan “Uni
Soviet akan menjawab tantangan Amerika Serikat pada setiap konflik, lokal & global
dengan senjata konvensional ataupun nuklir”.

Di dalam perkembangan selanjutnya Uni Soviet makin menegaskan doktrin strategi


nuklir mereka dengan merinci unsur-unsur untuk memenangkan perang yaitu:

1. Penangkalan yang lebih berdaya guna adalah persiapan perang.


2. Kemenangan akan dicapai melalui serangan pre-emtif, dan;
3. Bahwa eksistensi sosial, ekonomi, politik dan militer Uni Soviet dapat
dipertahankan.

Selain itu, Uni Soviet juga diyakini telah mampu menyusun ukuran kemenangan di
dalam perang nuklir. Ukuran-ukuran tersebut adalah:

1. Meskipun tidak terhindar dari kehancuran, Uni Soviet tetap dapat bertahan.
2. Melanjutkan perang sampai musuh tidak berdaya.
3. Mampu menduduki Eropa.
4. Memegang kendali untuk mengembangkan sosialisme ke seluruh dunia.

Uni Soviet memandang Eropa memiliki nilai yang sangat strategis. Hal ini disebabkan
oleh:

1. Pengalaman historis & geopolitik dimana Uni Soviet selalu mendapatkan


ancaman dari barat.
2. Eropa Barat merupakan sekutu Amerika Serikat sehingga Uni Soviet
beranggapan akan mendapatkan keuntungan jika mampu memecah kerjasama
AS-Eropa.

Nilai strategis atas Eropa ini menyebabkan Uni Soviet mengambil kebijakan
differential détente yaitu menjalankan strategi pengakhiran ketegangan (détente)
terhadap Eropa dan anti-détente terhadap Amerika Serikat.

Dalam mengembangkan strategi nuklir Uni Soviet mengandalkan persenjataannya


pada peluru-peluru kendali landas darat karena:

1. Ketepatan dan kecepatannya melebihi rudal-rudal jelajah, pesawat pembom


dan rudal-rudal yang dipasang pada kapal selam.
2. Tidak perlu menghadapi sistem pertahanan udara dan sistem anti-kapal selam
(anti-submarine warfare, ASW).

Strategi Nuklir Amerika Serikat

Untuk menghadapi Uni Soviet yang telah mampu menguasai teknologi nuklir,
Amerika Serikat pada pertengahan tahun 1950-an mengembangkan strategi massive
retaliation. Strategi ini menyatakan bahwa kekuatan nuklir strategis dan taktis
Amerika Serikat digunakan tidak saja untuk menangkal serangan nuklir terhadap
Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya melainkan juga untuk menangkal setiap
serangan negara-negara komunis terhadap negara lain di seluruh dunia. Untuk
mendukung strategi tersebut Amerika Serikat mengembangkan bom hidrogen, senjata
nuklir taktis dan pesawat pembom jarak jauh (B-52). Pada tahun 1953 senjata-senjata
nuklir taktis tersebut mulai ditempatkan di Eropa dan pada tahun 1955 pesawat
pembom strategis B-52 mulai beroperasi.

Namun, strategi ini banyak mengandung kelemamahan yaitu, pertama, Amerika


Serikat diragukan utk menggunakan senjata nuklir. Pandangan ini didasari pada fakta
bahwa di perang konvensional sebelumnya (Perang Korea) Amerika Serikat tidak
menggunakan senjata nuklir. Kedua, Amerika Serikat tidak mampu menjamin dirinya
terhindar dari serangan nuklir US. Padahal efek penagkalan efektif jika Amerika
Serikat tidak berada dalam posisi rawan terhadap serangan nuklir Uni Soviet. Ketiga,
Serangan nuklir Amerika Serikat terhadap Uni Soviet mengandalkan pangkalan udara
di Inggris & Eropa Barat padahal kekuatan konvensional Barat di Eropa lebih kecil
dibandingkan kekuatan konvensional Uni Soviet dengan demikian Amerika Serikat
belum memiliki sarana memadai untuk membuat Uni Soviet bertekuk lutut. Untuk
mengatasi kelemahan tersebut Amerika Serikat lalu mengembangkan pemikiran
Perang Nuklir Terbatas untuk melengkapi strategi massive retaliation. Pemikiran ini
mengakui bahwa tidak semua agresi terhadap Barat dapat ditangkal dengan melakukan
serangan langsung ke Uni Soviet. Dengan demikian Amerika Serikat memperluas
keberedaan senjata-senjata nuklir taktisnya ke negara-negara sekutunya yang lain dan
tempat-tempat lain yang berdekatan dengan Uni Soviet.

Sekali lagi strategi ini dpandang memiliki kelemahan karena dapat mendorong Uni
Soviet menyerang Amerika Serikat karena telah mengetahui kelemahan strategi
massive retaliation sehingga menyebabkan kemungkinan terjadinya konflik lokal dan
perang nuklir terbatas menjadi makin besar. Dengan demikian yang terjadi adalah
sebuah paradoks: menghindari perang nuklir malah memicu perang nuklir global.

Pada tahun 1960-an Amerika Serikat mengembangkan strategi flexible response.


Strategi intinya terletak pada keluwesan Amerika Serikat dalam menghadapi ancaman
keamanan dengan cara meningkatkan kemampuan menghadapi semua bentuk perang,
baik besar-besaran maupun terbatas, nuklir ataupun konvensional. Strategi ini
menekankan pada prinsip counterforce dengan alasan untuk mengurangi jumlah
korban penduduk sipil jika terjadi perang nuklir. Dengan menjalankan prinsip
counterforce maka terbuka kesempatan bagi Amerika Serikat untuk melakukan
serangan pre-emtif.

Strategi ini juga memiliki kelemahan yaitu counterforce efektif apabila persenjataan
strategis Amerika Serikat digunakan sebelum senjata-senjata lawan digunakan.
Artinya counterforce dapat merangsang Amerika Serikat untuk melakukan first strike
menjadi lebih besar. Ini menyebabkan ancaman perang nuklir menjadi lebih besar
karena Uni Soviet akan melihat implikasi tersebut dan melakukan upaya untuk tidak
diserang terlebih dahulu. Hal ini dibuktikan dengan kebijakan Uni Soviet
mengembangkan ICBM (Inter-continental Ballistic Missile) dan SLBM (Sea Launch
Ballistic Missile) pada pertengahan 1960-an. Kondisi ini dapat mengancam terjadinya
perlombaan senjata yang tidak terkendali.

Kelemahan tersebut mendorong Amerika Serikat untuk mengembangkan strategi


nuklir yang baru. Strategi tersebut disebut sebagai MAD (Mutual Assured
Destruction). Strategi ini menekankan pada pemikiran “siapapun yang memulai
serangan pertama tidak akan memenangkan perang atau menjadi pihak yang kalah
karena kekuatan pukul (second strike) kedua belah pihak akan melakukan pembalasan
yang dahsyat”.[15] Pemikiran ini menyebabkan Amerika Serikat berusaha untuk
menyusun strategi agar sejumlah persenjataan strategisnya tidak rawan dari serangan-
dadakan lawan. Jawaban yang diberikan Amerika Serikat atas kebutuhan tersebut
adalah dengan menghentikan pengembangan jumlah ICBM yang dimilikinya sebanyak
1054 namun memperbesar jumlah SLBM-nya sebagai sistem yang tidak rawan
serangan-dadakan.[16] Berbeda dengan flexible response yang menggunakan prinsip
counterforce, MAD menggunakan prinsip countervalue.

Untuk menjaga agar efek penangkalan dari strategi ini, yaitu kehancuran yang
meyakinkan (assured destruction), berjalan efektif Amerika Serikat berusaha
memperkuat hubungan keamanannya dengan Uni Soviet dengan melakukan
pengawasan senjata. Hal ini dibutuhkan karena jika jumlah senjata telah melebihi dari
jumlah yang diperlukan maka nilai strategis dari strategi ini akan hilang. Salah satu
pengaruh positif dari MAD adalah dicapainya kesepakatan mengenai ABM (Anti-
Ballistic Missile Treaty) dan SALT I (Strategic Arms Limited Talks I) pada tahun
1972.

Namun, perkembangan persenjataan Uni Soviet di tahun 1970-an yang terus


meningkat kembali melahirkan kritik terhadap strategi nuklir Amerika Serikat. Strategi
MAD dirasa tidak lagi mampu untuk menghadapi persenjataan Uni Soviet yang
kemampuannya telah meningkat. Amerika Serikat juga dipandang tidak lagi cukup
hanya mengandalkan serangan pada kota-kota dan pusat-pusat industri Uni Soviet.
Pemikiran ini berusaha mendorong Amerika Serikat untuk juga menjalankan prinsip
counterforce di dalam strategi nuklirnya. Selain itu, Amerika Serikat dipandang perlu
untuk meningkatkan kemampuan persenjataannya dan menentukan seperangkat
sasaran-sasaran yang akan dihancurkan jika terjadi perang.

Kritik-kritik ini kemudian melahirkan apa yang disebut sebagai Presidential Directive
59 (PD 59) pada tahun 1980. PD 59 memberikan pedoman-pedoman mengenai apa
yang hendaknya dilakukan Amerika Serikat dalam menghadapi konflik dengan Uni
Soviet. PD 59 memuat puluhan ribu daftar sasaran yang akan dihancurkan Amerika
Serikat jika terjadi perang. Namun, walaupun memuat puluhan ribu daftar target,
target-taget tersebut dapat dikategorikan ke dalam empat kelompok besar yaitu: 1)
kekuatan nuklir Uni Soviet; 2) Kekuatan konvensional; 3) Pimpinan-pimpinan militer
dan politik serta fasilitas komunikasi, dan; 4) Sasaran-sasaran ekonomi dan industri
Uni Soviet.

G. Politik Luar Negeri Indonesia.

Peran aktif suatu Negara dalam hubungan internasional dilihat dari 2 hal. Pertama,
bagaimana ia membangun hubungan diplomasi dengan Negara lain. Kedua,
bagaimana ia mempengaruhi Negara lain mengikuti strateginya. Sifat politik Luar
Negeri Indonesia “bebas aktif” bermula dari konsep Walpres Moh. Hatta yang didasari
kondisi perang dingin dalam politik global. Rumusan politik Luar Negeri Indonesia
antara lain: Bebas-aktif, Anti-kolonialisme, Orientasi kepentingan nasional,
Demokratis. Penyempurnaan politik Luar Negeri dilakukan setelah adanya Dekrit
Presiden 5 Juli 1959. Dari pidato Presiden Sukarno (mengenai konsepsi Oldefos dan
Nefos) pada tahun 1960 di depan forum PBB, Dewan Pertimbangan Agung
menyatakan bahwa Garis Dasar Politik Luar Negeri RI adalah UUD’45, dengan sifat
bebas-aktif. Akan tetapi, terjadinya konfrontasi dengan Malaysia, Singapura tidak
memurnikan politik luar negeri Indonesia. Keberhasilan diplomasi Indonesia pada
penyelesaian konfrontasi dengan Malaysia melalui persetujuan Bangkok (29 Mei 1966
- 1 Juni 1966) antara Wakil PM Malaysia Tun Abdul Razak dengan Menteri Luar
Negeri Indonesia Adam Malik. Persetujuan diikuti dengan pembukaan hubungan
diplomatic antara Indonesia-Malaysia pada 31 Agustus 1967. Arah politik bebas-aktif
juga ditandai dengan normalisasi hubungan dengan Singapura pada 2 Juni 1966.
Normalisasi diikuti dengan pembukaan hubungan diplomatic dengan Singapura pada 7
September 1966. Politik Luar Negeri Indonesia kembali mengalami penyempurnaan
kebijakan politik Luar Negeri Indonesia. Keberhasilan politik Luar Negeri Indonesia
juga terlihat dari masuknya kembali Indonesia menjadi anggota PBB pada 28
September 1966 setelah menyatakan keluar dari keanggotaan PBB pada 1 Januari
1965.

1. Konferensi Asia-Afrika di Bandung

Latar belakang penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika (KAA) adalah keadaan


geologis dan sajarah bangsa Asia Afrika. Keadaan geografis dansejarah tersebut antara
lain:
1. Kedua benua saling berdekatan letaknya dan saling melengkapi didalam banyak
hal. Kedua benua menjadi satu kesatuan.
2. Kedua benua mempunyai pokok-pokok persamaan yang kuat. Dalam bidang
kebudayaan kedua benua dipertalikan oleh adanya hubungan kuturunan agama,
dasar-dasar falsafah, budi pekerti, dan bahasa orang timur.
3. Kedua benua memiliki kasamaan nasib sebagai korban penjajahan bangsa barat.
4. Setelah bangsa Asia Afrika merdeka banyak masalah penting timbul dan harus
diatasi bersama, misalnya masalah pembangunan di bidang ekonomi< sosial,
pendidikan, dan kebudayaan.

Pemrakarsa KAA

Indonesia, Pakistan, India, Birma, Srilanka berinisiatif mengadakan konferensi di


Kolombo (28 April-2 Mei 1954).
Konferensi Kolombo dihadiri oleh 5 nagara yaitu;
1. Indonesia di wakili oleh P.M Ali Sastroamidjojo.
2. India di wakili oleh P.M Pandit Jawaharlal Nehru.
3. Pakistan di wakili oleh P.M Mohammad Ali Jina.
4. Myanmar (Burma) di wakili oleh P.M U Nu.
5. Sri Langka d iwakili oleh P.M Sir John Kotelawala.

Konferensi Bogor

Pertemuan persiapan diadakan di Bogor (28-31 Desember 1954). Hasil keputusan


Konferensi Bogor:
-mengadakan KAA di Bandung (18-25 April 1955), menentukan tujuan KAA
(meningkatkan kerja sama antar Negara Asia-Afrika), KAA disponsori 5 negara.
KAA menghasilkan Dasasila Bandung (tekad bangsa Asia-Afrika mewujudkan
perdamaian dunia).

Tujuan Konferensi Asia Afrika (KAA)

Tujuan pelaksanan KAA adalah untuk menciptakan perdamaian dan ketentraman


hidup bangsa-bangsa yang ada di kawasan Asia Afrika. KAA dapat membantu
PBB dalam menciptakan perdamaian dunia yang kekal dan abadi. Tujuan KAA
adalah:
1. Memajukan kerja sama antarbangsa Asia Afrika untuk mengembangkan
kepentingan bersama, persahabatan, dan hubungan bertetangga baik.
2. Mempertimbangkan masalah-masalah sosial, ekonomi, dan kebudayaan-
kebudayaan negara-negara anggota.
3. Mempertimbangkan masalah-masalah khusus bangsa-bangsa di Asia Afrika,
seperti kedaulatan nasional, rasialisme, dan kolonialisme.
4. Meninjau kedudukan asia serta rakyat nta di dunia,serta sumbangan bagi
perdamaian dan kerja sama di dunia.

Penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung

KAA diselenggarakan pada tanggal 18-25 April 1955 di Bandung.Negara-


negara yang di undang dalam KAA ada 30 nagara, namun terdapat satu nagara
yang tidak hadir yaitu nagara federasi Afrika Tengah (Rhodesia), karena
keadaan didalam negerinya sedang dilanda pergolakan politik antara penduduk
Negro dan minoritas kulit putih.
KAA dihadiri oleh 29 nagara Asia Arfika, yaitu:
(1) Afghanistan
(2) Ethiopia
(3) Filipina
(4) India
(5) Indonesia
(6) Irak
(7) Iran
(8) Jepang
(9) Kampuchea
(10)Laos
(11)Lebanon
(12) Liberia
(13) Libia
(14) Mesir
(15) Myanmar (Burma)
(16) Nepal
(17) Pakistan
(18) pantai Emas
(19) Saudi Arabia
(20) Sri Lanka
(21) Sudan
(22) Syira
(23) Thailand
(24) Tiongkok (RRC)
(25) Turki
(26) Vietnam Utara
(27) Vietnam Selatan
(28) Yaman
(29) Yordania

Susunan Pengurus KAA


Dalam penyalanggaraan KAA di bentuk susunan pengurus sebagai
berikut:

Ketua Konferensi : Mr Ali Sastromidjojo (P.M Indonesia)


Ketua Komite Ekonomi : Prof. Ir. Rooseno (Mentri Pekerjaan Umum)
Ketua Komite Kebudayaan : Mr. Muh. Yamin (mentri P dan K)
Sekretaris Jendral : Roeslan Abdulgani

LIMA POKOK PEMBICARAAN DALAM KAA


KAA memuat pokok-pokok pembicaraan yang mencerminkan masalah-masalah
internasional yang hangat pada waktu itu.masalah-masalah tersebut antara lain
sebagai berikut :
a) Kerja sama ekonomi,
b) Kerja sama budaya,
c) Hak asasi manusia dan hak menentukan nasib sendiri,
d) Masalah-masalah bangsa yang belum merdeka.masalah perdamaian
dunia dan kerja sama internasional.

DASASILA BANDUNG
Konferensi asia afrika di selenggarakan pada tanggal 18-25 april 1955 . waktu
penyrlenggaraan konferensi sangat tepat,karena pada saat itu dunia sedang diliputi
oleh ketegangan ernag dingin antara blok barat dan blok timur.selain
itu,berbagai bangsa sedang berjuang menyempurnakan kemerdekaan nya dan
melakukan usaha-usaha untuk meningkatkan taraf hidup rakyat nta.
Untuk indonesia sendiri,KAA merupakan perwujudan dari politik luar negri
bebas aktif yang dianut.KAA juga berpengaruh besar terhadap solidaritas perjuanagan
kemerdekaan rakyat asia afrika.dalam KAA berhasil diambil suatu keputusan untuk
meningkat kan kerja sama antara negara-negara dan bangsa-bangsa di asia afrika di
bidang politik,ekonomi,sosial dan budaya.
KAA menghasilkan keputusan yang dikenal dengan Dasasila Bandung atau
Spirit Bandung.Isi Dasasila Bandung sebagai berikut.
a) Menghormati hak dasar manusia sebagaimana tercantum dalam Piagam PBB.
b) Menghormati kedaulatan dan integritas teritorial semua negara.
c) Mengakui persamaan semua bangsa,baik besar maupun kecil.
d) Tidak melakukan intervensi atau campur tangan masalah dalam negeri negara
lain.
e) Menghormati hak setiap bangsa untuk mempertahankan diri,baik secara sendiri
maupun secara kolektif yang sesuai dengan piagam PBB.
f) Tidak melakukan tekanan-tekanan terhadap negara lain.
g) Tidak melakukan tindakan-tindakan atau ancaman-ancaman agresi terhadap
keutuhan wilayah atau kemerdekaan negara lain.
h) Menyelesaikan segala perselisihan internasional dengan jalan damai sesuai
dengan piagam PBB.
i) Memajukan kerja sama untuk kepentingan bersama.
j) Menghormati hukum dan kewajiban internasional.

KAA mempunyai arti penting bagi bangsa-bangsa di Asia-Afrika,yaitu :


a) Perjuangan bangsa-bangsa Asia Afrika seperti yang tercantum dalam Deklarasi
Bandung ternyata sampai sekarang masih relevan dan pelaksanaannya selalu
ditngkatkan untuk menggalang solidaritas dalam melawan imperialisme.
b) KAA mengilhami berdirinya Gerakan Non-Blok yang anggotanya tidak hanya
bangsa Asia Afrika,tetapi dalam wilayah yang luas yaitu dunia internasional.

Pengaruh Konferensi Asia-Afrika bagi Perjuangan Rakyat Asia-


Afrika

Diselenggarakannya Konferensi Asia-Afrika I telah menumbuhkan solidaritas


bangsa Asia-Afrika terhadap perjuangan kemerdekaan rakyat Asia-Afrika. Adapun
pengaruh KAA I terhadap perjuangan rakyat Asia-Afrika adalah:
1) Berkurangnya ketegangan dan bahaya pecahnya peperangan yang
bersumber dari persengketaan masalah Taiwan antara RRC dengan
Amerika serikat;

2) Politik bebas aktif yang dijalankan oleh Indonesia, India, Birma, dan
srilangka tampak mulai diikuti oleh negara-negara yang tidak
bersedia masuk blok Rusia maupun blok Amerika serikat;

3) Konferensi Asia-Afrika merupakan penjelmaan dan kebangkitan


kembali bangsa-bangsa Asia-Afrika;

4) Mulai meredanya ketegangan dunia karena bangsa-bangsa Asia-


Afrika menyadari bahwa perselisihan dan permusuhan hanya akan
membawa rakyat ke dalam jurang kehancuran;dan

5) Pengaruh KAA I terhadap perjuangan kemerdekaan bangsa-bangsa


Asia-Afrika sangat besar. Banyak negara Asia-Afrika yang mencapai
kemerdekaan setelah tahun 1955.

2. Pengiriman Pasukan Garuda.


Peran serta Indonesia dalam keamanan dunia ditunjukkan melalui pengiriman
pasukan perdamaian Garuda.

Latar Belakang
Munculnya paham komunisme di Vietnam dan Kamboja menjadi sumber
konflik antar-negara di kawasan Asia Tenggara. Karena itu, 15-17 Mei 1970,
di Jakarta diadakan pertemuan untuk membahas penyelesaian pertikaian di
Kamboja.

Berdasarkan keputusan Paris 23 Januari 1973, Indonesia terpilih menjadi


anggota ICCS. Pengiriman pasukan Garuda ke Kamboja dilakukan pada kurun
waktu Januari-27 April 1975. Pemanggilan pulang pasukan Garuda pada 27
April 1975 dilakukan dengan alasan keamanan seiring dengan menangnya
kelompok Komunis di Vietnam.

4.Deklarasi Juanda

Deklarasi Djuanda yang dicetuskan pada tanggal 13 Desember 1957 oleh Perdana
Menteri Indonesia pada saat itu, Djuanda Kartawidjaja, adalah deklarasi yang
menyatakan kepada dunia bahwa laut Indonesia adalah termasuk laut sekitar, di antara
dan di dalam kepulauan Indonesia menjadi satu kesatuan wilayah NKRI.

Sebelum deklarasi Djuanda, wilayah negara Republik Indonesia mengacu pada


Ordonansi Hindia Belanda 1939, yaitu Teritoriale Zeeën en Maritieme Kringen
Ordonantie 1939 (TZMKO 1939). Dalam peraturan zaman Hindia Belanda ini, pulau-
pulau di wilayah Nusantara dipisahkan oleh laut di sekelilingnya dan setiap pulau
hanya mempunyai laut di sekeliling sejauh 3 mil dari garis pantai. Ini berarti kapal
asing boleh dengan bebas melayari laut yang memisahkan pulau-pulau tersebut.

Deklarasi Djuanda menyatakan bahwa Indonesia menganut prinsip-prinsip negara


kepulauan (Archipelagic State) yang pada saat itu mendapat pertentangan besar dari
beberapa negara, sehingga laut-laut antarpulau pun merupakan wilayah Republik
Indonesia dan bukan kawasan bebas. Deklarasi Djuanda selanjutnya diresmikan
menjadi UU No.4/PRP/1960 tentang Perairan Indonesia. Akibatnya luas wilayah
Republik Indonesia berganda 2,5 kali lipat dari 2.027.087 km² menjadi 5.193.250 km²
dengan pengecualian Irian Jaya yang walaupun wilayah Indonesia tapi waktu itu
belum diakui secara internasional.
Berdasarkan perhitungan 196 garis batas lurus (straight baselines) dari titik pulau
terluar ( kecuali Irian Jaya ), terciptalah garis maya batas mengelilingi RI sepanjang
8.069,8 mil laut[1].

Setelah melalui perjuangan yang penjang, deklarasi ini pada tahun 1982 akhirnya
dapat diterima dan ditetapkan dalam konvensi hukum laut PBB ke-III Tahun 1982
(United Nations Convention On The Law of The Sea/UNCLOS 1982). Selanjutnya
delarasi ini dipertegas kembali dengan UU Nomor 17 Tahun 1985 tentang pengesahan
UNCLOS 1982 bahwa Indonesia adalah negara kepulauan.

Pada tahun 1999, Presiden Soeharto mencanangkan tanggal 13 Desember sebagai


Hari Nusantara. Penetapan hari ini dipertegas dengan terbitnya Keputusan Presiden
RI Nomor 126 Tahun 2001, sehingga tanggal 13 Desember resmi menjadi hari
perayaan nasional.

H. DAMPAK PERANG DINGIN


Dampak perebutan pengaruh antara Amerika Serikat dengan Uni Soviet tampak pada:
a. Bidang Politik
Amerika Serikat berusaha menjadikan negara-negara yang sedang berkembang
menjadi negara demokrasi agar hak asasi manusia dapat dijamin. Bagi negara-
negara yang sebelumnya kalah seperti Jerman dan Jepang berkembang pula
kapitalisme selain demokrasi. Negara-negara tersebut dapat sehaluan dengan AS
dan merupakan negara pengaruhnya.
Uni Soviet dengan paham sosialis-kominunis mendengungkan pembangunan
negara dengan Rencana Lima Tahun. Cara tersebut dilakukan dengan ditaktor
bukan liberal. Bagi negara satelit (dibawah pengaruh) Uni Soviet yang melakukan
penyimpangan akan ditindak keras oleh US seperti contohnya Polandia dan
Hongaria. Demi kepentingan politik, ekonomi, dan militer kedua negara adikuasa
tersebut menjalankan politik pecah belah sehingga beberapa negara menjadi
terpecah seperti Korea, Vietnam, dan Jerman.
b. Bidang Ekonomi
AS sebagai negara kreditor terbesar memberikan pinjaman atau bantuan ekonomi
kepada negara-negara yang sedang berkembang berupa Marshall Plan. AS juga
memberikan bantuan ”Grants in Aid” yaitu bantuan ekonomi dengan kewajiban
mengembalikan berupa dollar atau dengan membeli barang-barang Amerika
Serikat. Bagi negara-negara di Asia Presiden Truman mengeluarkan “The Four
Points Program for the Economic Development in Asia” berupa teknik dalam
wujud perlengkapan-perlengkapan ekonomis atau bantuan kredit yang berasal dari
sektor swasta di Amerika Serikat yang disalurkan oleh pemerintah kepada negara-
negara yang sedang berkembang.
Dengan adanya perang dingin ini maka berbagai bentuk kerjasama yang saling
menguntungkan antara Eropa Timur dan Eropa Barat tidak dapat terjalin. Kegiatan
tersebut terhambat karena negara-negara Eropa merasa kawatir jika suatu saat
wilayahnya akan dijadikan sasaran adu kekuatan oleh kedua negara adikuasa
tersebut. Dampaknya perekonomian antara blok barat (negara-negara Eropa Barat)
dan blok timur (negara-negara Eropa Timur) tidak seimbang dimana negara-negara
blok barat jauh lebih maju daripada blok timur.
c. Bidang Militer
Perebutan pengaruh antara AS dan US dalam pakta pertahanan. Negara-negara
barat membentuk North Atlantic Treaty Organization (NATO) tahun 1949 sebagai
suatu organisasi pertahanan. Bila salah satu anggotanya diserang maka dianggap
sebagai serangan terhadap NATO. Awalnya bermarkas di Paris tetapi kemudian
Perancis keluar karena mengganggap NATO didominasi oleh AS dan markasnya
berpindah di Brussel. Hubungan Perancis dengan Uni Soviet dan RRC jauh lebih
baik jika dibandingkan hubungan dengan negara Barat lainnya meskipun Perancis
tidak menjadi anggota Blok Timur.
Di Asia Tenggara dibentuk South East Asia Treaty Organization (SEATO) athun
1954 atas dasar South East Asia Collective Defence Treaty. Anggota utamanya
adalah negara-negara barat sementara negara-negara di Asia Tenggara seperti
Indonesia justru tidak ikut serta.
Pakta pertahanan tersebut ditujukan terhadap komunis di Asia Tenggara khususnya
di Vietnam. SEATO bubar pada tahun 1975.
Sementara Uni Soviet dengan negara-negara blok Timur membentuk Pakta
Warsawa (1955) atas dasar “Pact of Mutuaal Assistance and Unified Command”.
Di Asia Tenggara Uni Soviet memberikan bantuan peralatan militer dan teknisi
kepada Vietnam yang akhirnya dapat mendesak Amerika Serikat keluar dari
negara tersebut(1975).
d. Bidang Ruang Angkasa
Perang Dingin antara Amerika Serikat dan Uni Soviet membawa pengaruh
terhadap penjelajahan ruang angkasa. Amerika Serikat dan Uni Soviet saling
berebut menguasai ruang angkasa karena dunia dirasa terlalu sempit untuk
diperebutkan.
a. Berawal dari upaya Uni Soviet meluncurkan pesawat Sputnik I dan Sputnik II
yang ditandingi AS dengan meluncurkan pesawat Explorer I dan Explorer II,
Discovere dan Vanguard.
b. Diikuti dengan usaha Uni Soviet untuk mendaratkan Lunik di bulan serta
astronot pertamanya Yuri Gagarin dengan pesawat Vostok I yang berhasil
mengitari bumi selama 108 menit. Sementara Amerika Serikat mengirim
astronot pertamanya yaitu Alan Bartlett Shepard yang berada di luar angkasa
selama 15 menit.
c. Uni Soviet menunjukkan kelebihannya dengan meluncurkan Gherman
Stepanovich Titov yang mengitari bumi selama 25 jam dengan Vostok II.
Disusul Amerika Serikat meluncurkan WSJohn H. Glenn dengan pesawat
Friendship VII yang berhasil mengitari bumi sebanyak 3 kali.
Dampak Perang Dingin bagi Indonesia :
A. Sistem politik-ekonomi Indonesia telah dibawa pada arus komunisme-
sosialisme pada masa Orde Lama. Sementara pada masa Orde baru
berkembang liberalisme-kapitalisme.
B. Pada masa akhir dua kepemimpinan di atas, Indonesia mengambil
keterpurukan ekonomi.

I. AKHIR PERANG DINGIN


Kedua negara adikuasa akhirnya menyadari bahwa hubungan anatar keduanya sudah
sanagat panas, oleh karena itu mereka ingin mengurangi ketegangan yang ada sebelum
akhirnya menyebabkan perang terbuka yang diperkirakan akan menghancurkan
seluruh dunia dengan adanya Perang Dunia III. Sehingga sejak 1970-an hubungan
antarnegara dunia mulai membaik dan ketegangan dalam perang dingin mulai
berkurang. Pengurangan ketegangan terhadap pihak yang bertikai disebut Detente.
Detente ditandai oleh peristiwa sebagai berikut.
1. Isu Berlin Barat dapat diselesaikan dalam meja perundingan tahun 1971.
2. Inggris mulai bergabung dengan Masyarakat Ekonomi Eropa.
3. Negara barat mulai menjalin hubungan diplomatik dengan RRC pada 1973.
4. Terjadi kesepakatan antara Amerika Serikat dan Uni Soviet dengan
ditandatanganinya persetujuan SALT I (Strategic Arm Limited Task) dan SALT II
atau pembatasan persenjataan strategis.

SALT I merupakan perundingan pembatasan persenjataan strategis yang


berlangsung di Helsinki, Finlandia tanggal 17 November 1969. Hasil perundingan
ini ditandatangani oleh Richard Nixon (Presiden Amerika Serikat) dan Leonid
Brezhnev (Uni Soviet).
SALT II merupakan perundingan pembatasan persenjataan strategis yang
berlangsung di Jenewa, Swiss pada November 1972 tetapi hasilnya baru
ditandatangani 18 Juni 1979 di Wina, Austria oleh Jimmy Carter (Amerika
Serikat) dan Leonid Brezhnev (Uni Soviet).
5. Presiden Ronald Reagen meningkatkan kemampuan persenjataan balistiknya
yang mempengaruhi sikap Mikhail Gorbachev untuk melakukan persetujuan
pembatasan nuklir balistik tahun 1987. Dampak dari perjanjian ini antara lain Uni
Soviet mengurangi kekuatan angkatan perangnya di Eropa Timur dan mulai
memusatkan pembenahan ekonomi serta kehidupan politik dalam negeri yang
lebih demokratis.
6. Deng Xiaoping berhasil menguasai Partai Komunis Cina (PKC) setelah
meninggalnya Mao Tse Tung. Deng Xiaoping merupakan pemimpin kelompok
yang menghendaki reformasi ekonomi. Programnya adalah membangkitkan sistem
pertanian dan bisnis yang berdasarkan milik pribadi. Penanaman modal asing
mulai masuk kembali terutama dalam sektor jasa dan diharapkan dapat
berproduksi untuk tujuan ekspor. Hal ini menunjukkan adanya gejala kapitalisme
dalam kehidupan komunisme di Cina. Tetapi reformasi ekonomi yang ada tidak
diimbangi dengan adanya reformasi politik sehingga kehidupan politik masih
dikendalikan oleh partai Komunis. Dampaknya muncul bentrokan dengan
mahasiswa seperti 1989 terjadi Tragedi di Lapangan Tiananmen, Beijing dimana
terjadi demonstrasi besar-besaran tetapi mendapatkan perlawanan bahkan para
pelakunya diawasi secara ketat.

Pertumbuhan ekonomi Uni Soviet tidak mengalami pertumbuhan sehingga ekonomi


Uni Soviet mengalami kemerosotan yang parah. Sebagai ideologi akhirnya
komunisme mulai mengalami kebangkrutan di berbagai belahan dunia sejak 1970an.
Berawal dari upaya Uni Soviet untuk mengalihkan energi mereka untuk
menyelesaikan masalah dalam negeri mereka. Adapun masalah yang muncul di Uni
Soviet antara lain :
1. ketidakpuasan kelas menengah dan kelompok elit pemerintahan komunis
sendiri,
2. tekanan kelompok etnis non Rusia,
3. korupsi yang timbul di kalangan birokrasi dan partai dalam pemerintahan,
4. dana anggaran belanja yang defisit karena biaya pendudukan pasukan Uni
Soviet di beberapa negara Eropa Timur,
5. ketertinggalan teknologi dan peralatan industri sehingga kapasitas produksi
makanan untuk mencukupi kebutuhan rakyatnya menurun.

Perang Dingin akhirnya berakhir karena:


1. Sampai 1980, 11 % GNP Uni Soviet dibelanjakan untuk kepentingan militer.
Uni Soviet mengalokasikan dana besar-besaran bagi negara yang berada
dibawah kekuasaannya agar negara tersebut tidak lepas dari kendalinya.

2. Tahun 1980, harga minyak jatuh sehingga keadaan ekonomi Uni Soviet yang
tidak stabil benar-benar berhenti. Padahal serbelumnya Uni Soviet sangat
tergantung dengan ekspor minyaknya sementara sejak 1980 minyak tidak mampu
membiayai Perang Dingin.
3. Muncul krisis kredibilitas/kepercayaan terhadap sistem komunisme.
Dampaknya muncul pemikiran dari para cendekiawan yang memahami pandangan
barat sehingga mendorong munculnya keinginan seperti warga negara di negara-
negara non komunis.
Dalam kondisi yang buruk Mikhail Gorbachev (11 Maret 1985) harus memimpin
Uni Soviet dengan tugasnya yaitu memperbaiki perekonomian Uni Soviet yang
semakin buruk.
Langkah yang ditempuh adalah dengan melakukan Reformasi yang terkenal
dengan Perestroika dan Glasnost.
PERESTROIKA merupakan restrukturisasi (penataan kembali struktur) yang
sudah rusak. Tujuannya guna mengatasi stagnasi untuk akselerasi (penyamaan)
kemajuan sosial dan ekonomi. Perestroika merupakan pengembangan menyeluruh
dari demokrasi yang diprakarsai massa. Jadi Perestroika adalah langkah
pembaharuan untuk mempersatukan sosialisme dengan demokrasi melalui
keterbukaan politik atau GLASNOST.
Kebijakan ini memberikan dampak yang tidak terduga sebelumnya yaitu
pertentangan sosial di dalam masyarakat muncul. Kelompok yang bersengketa
antara lain sebagai berikut.
a. Kelompok Moderat, yaitu kelompok yang menyetujui reformasi tetapi
menjalankan komunisme yang disempurnakan.
b. Kelompok Konservatif, yaitu kelompok yang menentang reformasi dan ingin
mempertahankan komunisme.
c. Kelompok Radikal, yaitu kelompok yang mendukung reformasi tetapi ingin
meninggalkan komunisme.
4. Pada 19 Agustus 1991, Gennadi Yanayev (pemimpin kelompok konserfatif)
melancarkan kudeta terhadap Gorbachev tetapi upaya ini dapat digagalkan oleh
Boris Yeltsin (pemimpin kelompok Radikal) sehingga Gorbachev dapat
diselamatkan dan nama Yeltsin mulai melambung di pentas politik Uni Soviet.
Yeltsin tidak mampu membendung gelora semangat Perestroika dan Glasnost
terbukti dengan banyaknya negara bagian Uni Soviet yang melepaskan diri dan
menjadi negara merdeka sehingga Runtuhlah Uni Soviet.
5. Uni Soviet mulai mengurangi kekuatan senjatanya di Eropa Timur seperti pada
1989 Uni Soviet menarik tentaranya dari Afghanistan. Akhirnya kekuasaan
komunis mulai runtuh di negara-negara Eropa Timur dimana Jerman kembali
bersatu.
6. Secara resmi Uni Soviet dibubarkan pada 8 Desember 1991 ditandai dengan
penurunan bendera Uni Soviet dan dikibarkan bendera Rusia. Rusia dan negara-
negara bekas Uni Soviet yang lain mulai muncul sebagai negara yang merdeka.

Runtuhnya kekuatan Uni Soviet di Eropa Timur mengakhiri Perang Dingin. Uni
Soviet merupakan contoh keberhasilan dari ideologi Marxis-Leninis yang
diaktualisasikan menjadi negara.

J. DAMPAK BERAKHIRNYA PERANG DINGIN


Berakhirnya Perang Dingin memberikan dampak luas bagi perubahan dunia:
1. Terjadinya perubahan di Eropa Timur, Rusia dan Jerman dalam upaya
mengakhiri kekuasaan komunis dan dominasi Uni Soviet di daerah tersebut.
2. Muncul perubahan politik dan ekonomi dunia yang menimbulkan terciptanya
hubungan secara menyeluruh (global) maupun kawasan (regional), yang
terlihat dengan:
a. Kebangkitan Jepang,
Setelah perekonomian Jepang lumpuh akibat perang dunia II dan serangan
sekutu terhadap kota Jepang maka rakyat Jepang mulai bangkit untuk
membangun kembali ekonomi negara yang hancur tersebut.Dalam
perkembangannya Jepang mampu memanfaatkan segala dukungan dan bantuan
Amerika Serikat bahkan akhirnya Jepang mampu mengambil alih fungsi-fungsi
ekonomi global yang disandang Amerika Serikat dan mampu memberikan
bantuan ekonomi bagi negara di kawasan Asia Pasifik. Hingga akhirnya
Jepang mampu mendominasi kedudukan di daerah Asia-Pasifik sebagai pasar
impor, penyedia bantuan luar negeri, dan sumber investasi asing yang dia
pertahankan hingga sekarang.
b. berdirinya Group of Seven, (Perancis,Jerman Barat,Jepang,Inggris,Amerika
Serikat,Kanada dan Italia yang bergabung untuk memecahkan masalah
ekonomi dunia),
c. berdirinya European Union (bentuk kerja sama ekonomi antara negara Eropa
Barat),
d. berdirinya Gerakan Nonblok,
e. berdirinya ASEAN (stabilitas politik regional dan pembangunan ekonomi
masing-masing negara anggota),
f. berdirinya APEC, dan
g. berdirinya OKI.
3. Muncul ketergantungan satu sama lain sehingga terjadi transformasi kekuasaan
silih berganti.
4. Terbentuklah tatanan dan nilai baru di dunia yang lebih damai, aman dan
sejahtera.
5. Berakhirnya Perang Dingin mampu mengakhiri semangat sistem hubungan
internasional bipolar (melibatkan 2 blok yaitu blok barat dan timur) dan
berubah menjadi sistem multipolar, yaitu mengalihkan persaingan yang
bernuansa militer ke persaingan ekonomi di antara negara-negara di dunia dan
mengubah isu-isu fokus hubungan internasional dari high politics (isu yang
berhubungan dengan politik dan keamanan) menjadi is-isu low politics (seperti
isu terorisme, hak asasi manusi, ekonomi, lingkungan hidup, dsb) yang
dianggap sama pentingnya dengan isu high politics.

6. Terbentuk hubungan kerjasama utara-selatan dan selatan-selatan.


Setelah Perang Dunia II dunia tidak lagi terbagi atas blok barat dan blok timur
melainkan kelompok utara dan kelompok selatan. Istilah utara dan selatan dalam
hal ini lebih bernilai ekonomis jika dibandingkan dengan nilai geografis.

a. Kelompok Utara merupakan kelompok negara industri maju yang memiliki


teknologi canggih serta produksi industri yang selalu meningkat.
Negara Utara meliputi negara-negara yang berada di belahan bumi bagian utara
meliputi, Kanada, Amerika Serikat, Perancis, inggris, Jerman Barat, Italia, dan
Jepang.
Secara ekonomis mereka memiliki ekonomi yang kuat.
Berdasarkan kekayaan alam, negara maju tidak memiliki kekayaan alam yang
cukup tetapi kekurangan tersebut dapat diatasi dengan penguasaan teknologi.
Jadi mereka sangat unggul dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi tetapi
kurang didukung oleh sumber daya alam yang melimpah.
b. Kelompok Selatan merupakan kelompok negara yang sedang berkembang
atau negara miskin. Negara Selatan meliputi negara yang terletak di
belahan bumi bagian selatan seoperti kawasan Asia, afrika, dan Amerika
Latin.
Secara ekonomis, mereka memiliki ekonomi yang lemah yang mengandalkan
hidupnya pada bidang pertanian.
Berdasarkan kekayaan alam, negara selatan memiliki sumber daya alam yang
melimpah namun kurang didukung oleh penguasaan teknologi.
Negara utara cenderung memaksakan model pembangunan mereka terhadap
negara-negara Selatan. Pelaksanaan tersebut akan mereka lakukan melalui
perundingan dalam lembaga keuangan internasional, seperti IMF dan Bank Dunia.
Rencananya kedua lembaga keuangan ini untuk menolong semua negara di dunia
dalam kegiatan pembangunan tetapi ternyata dipakai sebagai alat oleh negara-
negara di Utara untuk memaksakan model pembangunan yang menguntungkan
negara-negara yang kuat. Program yang mereka keluarkan adalah Program
Penyelesaian Terstruktur atau Structural Adjustment Program (SAP). Dampak
adanya program ini maka akan memaksa :
1. Negara-negara yang mendapat bantuan utang untuk lebih membuka pasar
dalam negeri mereka,
2. Menekankan kegiatan ekonomi yang menghasilkan barang-barang yang bisa
diekspor,
3. Mengurangi subsidi pemerintah terhadap sektor publik.
Dengan program ini mampu membuat rakyat jelata semakin miskin, sebagai
contoh Negara Afrika dan Amerika Latin.
Kedua kelompok tersebut masing-masing mempunyai potensi dan peran yang
penting dalam perekonomian internasional. Harapannya hubungan utara-selatan ini
akan menghasilkan kemakmuran bagi semua negara di dunia tetapi kenyataannya
hanya menciptakan kemakmuran bagi negara-negara di kawasan Utara dan
merugikan negara-negara di kawasan Selatan. Kerugian dan kesengsaraan yang
diderita negara selatan antara lain :
• Penurunan nilai tukar bagi barang-barang yang dihasilkan
• Kerusakan lingkungan yang semakin memprihatinkan
• Ketergantungan yang semakin tinggi terhadap negara-negara di kawasan
Utara
• Kesenjangan (jurang pemisah) yang semakin lebar dan dalam antara Utara
dan Selatan.
• Sementara itu jika kita lihat negara-negara selatan memiliki kelebihan dan
peran penting, diantaranya :
• Sebagian besar merupakan negara-negara penghasil bahan mentah/bahan
baku mogas dan non migas.
• Penduduknya padat dan menjadi sasaran yang potensial bagi pemasaran
hasil-hasil industri negara-negara maju.
• Negara-negara selatan merupakan tempat yang tepat bagi negara-negara
utara dalam menanamkan modal.
• Jumlah negara yang sedang berkembang lebih dari separuh jumlah negara-
negara di dunia dan tentu saja memiliki jumlah penduduk yang lebih
banyak.
Mengingat keadaan yang semakin tidak baik yang dialami oleh negara-negara
Selatan sendiri. Negara Selatan harus meningkatkan kekuatan politik dan ekonomi
mereka. Negara Utara harus membiarkan negara selatan bebas melaksanakan
pembangunan alternatif mereka tanpa melakukan pembatasan terhadap negara-
negara tersebut. Negara di Utara harus melaksanakan kebijakan ekonomi dan
kebijakan luar negeri yang didasarkan atas kepentingan jangka panjang yang sehat.
Melihat keadaan tersebut maka kedua belah pihak menganggap penting adanya
kerjasama Utara-Selatan dalam rangka perubahan dalam tata hubungan dunia baru
yang lebih adil.Hubungan tersebut haruslah merupakan perubahan dari bentuk
pemerasan oleh negara-negara kawasan Utara ke bentuk pembagian keuntungan
bersama. Jadi berubah dari hubungan subordinasi menuju ke bentuk kemitraan.
Guna menghindari pertentangan yang semakin tajam antara Utara-Selatan maka
diadakan dialog Utara-Selatan yang mulai dipopulerkan sejak dilangsungkan
konferensi kerja sama ekonomi internasional tingkat menteri pertama di Paris,
Perancis tahun 1975. Tujuan mendasar dari dialog Utara-Selatan adalah mencari
kesepakatan dalam mengubah hubungan antara negara-negara industri kaya (G7)
dengan negara-negara berkembang (G 15). Konferensi Paris diharapkan bisa
menghasilkan perubahan hubungan ke arah persamaan dalam Orde Ekonomi
Internasional Baru. Sehingga negara-negara berkembang menginginkan distribusi
kekayaan yang lebih adil dan menuntut partisipasi yang lebih besar dalam
hubungan ekonomi internasional.
Tokoh- Tokoh Dalam Perang Dingin

Tokoh-tokoh dalam perang dingin :


Uni soviet
63 joseph stalin 1879 – 1953

Nama aslinya panjang dan tidak gampang diingat: Iosif Vissarionovich Dzugashvili. Dunia
mengenalnya dengan Joseph Stalin, yang bertahun-tahun jadi diktator proletariat Uni Soviet.
Dilahirkan tahun 1879 di kota Gori, Georgia di Kaukasus dan bahasa asalnya pun Georgia,
yang jauh berbeda dengan bahasa Rusia.

George catlerr Marshall


Yang mengeluarkan marshall plan
a. Marshall Plan merupakan program untuk membantu perekonomian negara-
negara Eropa Barat. Program ini disetujui dalam konfrensi Paris 1947 dan
pemberian bantuan ini diakhiri pada tahun 1951. Sebuah negara dapat
memperoleh bantuan ini dengan memenuhi kesepakatan sebagai berikut.
1) Amerika Serikat akan memberikan pinjaman jangka panjang kepada negara-
negara Eropa Barat untuk membangun kembali perekonomiannya.
2) Sebagai imbalan negara peminjam diwajibkan :
 Berusaha menstabilkan keuangan masing-masing negara dan melaksanakan anggaran
pendapatan yang berimbang.
 Mengurangi penghalang-penghalang yang menghambat kelancaran perdagangan
antara negara-negara peminjam.
 Mencegah terjadinya inflasi.
 Menempatkan perekonomian negara masing-masing negara atas dasar sendi-sendi
perekonomian yang sehat.
 Memberikan bahan-bahan yang diperlukan Amerika Serikat untuk kepentingan
pertahanan.
 Meningkatkan persenjataan masing-masing negara untuk kepentingan pertahanan.
3) Bantuan akan dihentikan apabila di negara peminjam terjadi pergantian
kekuasaan yang mengakibatkan negara tersebut melaksanakan paham
komunis.

Dengan Marshall Plan maka tertanamlah dasar-dasar terbentuknya kerjasama


yang erat antara negara-negara Eropa Barat dalam pembangunan
perekonomiannya. Sejak tahun 1951 maka Amerika Serikat lebih mengutamakan
konsolidasi pertahanan terhadap kemungkinan meluasnya paham komunis.
b. Doctrine Truman merupakan kebijakan untuk membantu secara khusus negara
Yunani dan Turki dengan maksud membendung kedua negara tersebut dari
pengaruh komunis dan Uni Soviet serta memerangi pemberontakan yang
dilancarkan gerilyawan-gerilyawan komunis dalam negeri.
c. Point Four Program merupakan program bantuan dalam bentuk perlengkapan
ekonomi kepada negara-negara berkembang. Serta bantuan militer yang diberikan
pada negara-negara berkembang khususnya Asia.
d. Colombo Plan merupakan program kerjasama bagi pembangunan ekonomi di Asia
Selatan dan Asia Tenggara. Program yang dicetuskan di Colombo 1951 dengan
peserta pertama negara-negara persemakmuran Inggris yang selanjutnya diikuti Amerika
Serikat, Jepang, dan beberapa negara Asia Tenggara lainnya.

You might also like