You are on page 1of 25

Hukum kedua termodinamika (Pernyataan khusus)

Katanya stok minyak bumi dalam perut bumi sekarang tinggal sedikit, karenanya kita diminta untuk
menghemat energi. Aneh ya… Menurut hukum pertama termodinamika, dalam suatu sistem tertutup
(alam semesta kita termasuk sistem tertutup), jumlah energi total selalu kekal. Energi dapat berubah
bentuk dan berpindah dari satu benda ke benda yang lain, tetapi jumlah energi total selalu tetap. Kalau
energi selalu kekal, mengapa kita harus menghemat energi ?
Benar bahwa hukum pertama termodinamika mengatakan kepada kita bahwa energi selalu kekal.
Walaupun demikian, hukum pertama termodinamika tidak menjelaskan kepada kita bahwa ada bentuk
energi yang berguna, sedangkan ada bentuk energi yang tidak berguna… Energi potensial kimia dalam
minyak bumi merupakan salah satu bentuk energi yang berguna. Energi potensial kimia dalam minyak
bumi (bensi, solar, minyak tanah, etc) bisa kita gunakan untuk menggerakkan kendaraan, memasak
makanan atau bisa juga digunakan untuk membangkitkan listrik. Energi potensial gravitasi air di waduk
bisa kita gunakan untuk membangkitkan listrik. Energi panas bumi juga bisa kita gunakan untuk
membangkitkan listrik. Energi kinetik angin, energi panas matahari, energi nuklir dkk… Mengenai
sumber energi akan dibahas dalam episode berikutnya…

Ketika energi yang berguna tersebut kita manfaatkan, akan terjadi perubahan bentuk energi. Jika
digunakan untuk menggerakkan kendaraan, energi potensial kimia dalam minyak bumi akan berubah
bentuk menjadi energi kinetik kendaraan + kalor alias panas (panas timbul akibat adanya gesekan). Jika
digunakan untuk membangkitkan listrik, energi potensial gravitasi pada air di waduk akan berubah bentuk
menjadi energi kinetik rotasi turbin. Energi kinetik rotasi turbin akan berubah bentuk menjadi energi
listrik. Energi listrik akan berubah bentuk menjadi energi kinetik rotasi (kipas angin), energi cahaya
(lampu), kalor alias panas (setrika listrik) dkk… Energi kinetik rotasi kipas akan berubah bentuk menjadi
energi dalam udara + kalor alias panas (panas timbul akibat adanya gesekan pada kipas). Energi potensial
gravitasi pada buah mangga akan berubah bentuk menjadi energi kinetik translasi apabila buah mangga
tersebut jatuh ke tanah. Ketika mencium tanah, energi kinetik translasi buah mangga akan berubah bentuk
menjadi energi dalam buah mangga tersebut + energi dalam tanah. Dari beberapa contoh perubahan
bentuk energi ini, tampak bahwa hukum pertama termodinamika baik adanya… Btw, sangat banyak
proses di alam semesta yang kita harapkan dapat mengubah bentuk energi tetapi kenyataannya tidak
pernah terjadi… Apakah dirimu pernah melihat yang sebaliknya – buah mangga yang sedang diam di
tanah tiba-tiba bergerak ke atas karena energi dalam berubah bentuk menjadi energi kinetik ? Seandainya
energi dalam berubah menjadi energi kinetik sehingga buah mangga meluncur ke atas, hukum pertama
termodinamika tidak pernah dilanggar. Energi akan selalu kekal dalam proses tersebut… tapi kenyataanya
buah mangga tidak pernah meluncur ke atas dengan sendirinya…
Semua proses yang terjadi secara alami hanya berlangsung pada satu arah saja tapi tidak dapat
berlangsung pada arah sebaliknya (biasa disebut sebagai proses ireversibel alias tidak dapat balik).
Setelah terlepas dari tangkainya dan jatuh bebas hingga mencium tanah, buah mangga tidak pernah
meluncur ke atas lagi. Buku yang kita dorong lalu berhenti tidak pernah bergerak kembali ke arah kita.
Kalau kita menyentuhkan benda yang bersuhu tinggi (benda panas) dengan benda yang bersuhu rendah
(benda dingin), kalor alias panas dengan sendirinya mengalir dari benda bersuhu tinggi menuju benda
yang bersuhu rendah. Kita tidak pernah melihat proses sebaliknya, di mana kalor dengan sendirinya
berpindah dari benda dingin menuju benda panas. Jika proses ini terjadi, maka benda yang dingin akan
bertambah dingin, sedangkan benda yang panas akan bertambah panas. Tapi kenyataannya tidak seperti
itu… Terdapat banyak proses ireversibel yang tampaknya berbeda satu sama lain, tapi semuanya
berkaitan dengan perubahan bentuk energi dan perpindahan energi dari satu benda ke benda lain.
Misalnya ada gempa bumi dasyat sehingga bangunan-bangunan pada roboh (bangunan roboh akibat
adanya energi yang dibawa oleh gelombang gempa). Apakah dirimu pernah melihat setiap bagian
bangunan yang roboh tersebut ngumpul lagi dan berdiri tegak seperti semula ? Atau misalnya adikmu
yang sangat nakal menjatuhkan sebuah gelas ke lantai hingga pecah… Apakah dirimu pernah melihat
serpihan-serpihan gelas yang tercecer di lantai ngumpul lagi dan membentuk gelas hingga utuh seperti
semula ? Tidak pernah terjadi… masih sangat banyak contoh lain. Sisanya dipikirkan sendiri ya… Semua
proses ireversibel tersebut kelihatannya sangat sepele sehingga kadang luput dari perhatian kita. Btw,
kesimpulan akhir-nya bikin diriku ketakutan Mengenai hal ini akan gurumuda bahas pada episode
berikutnya (Entropi dan hukum kedua termodinamika – pernyataan umum). Terlebih dahulu kita kupas
tuntas beberapa pernyataan khusus dari hukum kedua termodinamika…

Untuk menjelaskan proses termodinamika yang hanya terjadi pada satu arah (proses ireversibel), para
ilmuwan merumuskan hukum kedua termodinamika. Hukum kedua termodinamika menjelaskan proses
apa saja yang bisa terjadi di alam semesta dan proses apa saja yang tidak bisa terjadi. Salah seorang
ilmuwan yang bernama R. J. E. Clausius (1822-1888) membuat sebuah pernyataan berikut :
Kalor berpindah dengan sendirinya dari benda bersuhu tinggi ke benda bersuhu rendah; kalor tidak
akan berpindah dengan sendirinya dari benda bersuhu rendah ke benda bersuhu tinggi (Hukum kedua
termodinamika – pernyataan Clausius).
Pernyataan eyang butut Clausius merupakan salah satu pernyataan khusus hukum kedua termodinamika.
Disebut pernyataan khusus karena hanya berlaku untuk satu proses saja (berkaitan dengan perpindahan
kalor). Karena pernyataan ini tidak berkaitan dengan proses lainnya, maka kita membutuhkan pernyataan
yang lebih umum. Perkembangan pernyataan umum hukum kedua termodinamika sebagiannya
didasarkan pada studi tentang mesin kalor. Karenanya terlebih dahulu kita bahas mesin kalor…
MESIN KALOR (heat engine)
Pada dasarnya setiap manusia, baik diriku, dirimu dan dirinya menginginkan kehidupan yang lebih
nyaman dan mudah. Untuk melakukan kerja, biasanya kita memanfaatkan kekuatan otot. Btw, kekuatan
otot kita sangat terbatas, karenanya kita ingin membuat alat yang bisa menggantikan atau mengurangi
beban kerja otot. Misalnya dirimu sekarang tinggal di jakarta. Waktu liburan, dirimu ingin jalan-jalan ke
surabaya… Apakah dirimu bisa jalan kaki dari jakarta menuju surabaya ? bisa si bisa, tapi kakimu akan
kejang-kejang di sepanjang jalan Sudah gitu, berbulan-bulan baru dirimu tiba di surabaya. Syukur
kalau tiba dengan selamat. Perjalanan yang jauh bisa ditempuh dengan mudah jika kita bisa membuat alat
transportasi alias kendaraan. Kendaraan bisa bergerak kalau ada energi kinetik. Btw, kendaraan tidak
mungkin bergerak dengan sendirinya karena tiba-tiba ia punya energi kinetik.

Contohnya batu. Batu tidak bisa bergerak dengan sendirinya karena tiba-tiba saja ia punya energi kinetik.
Batu bisa bergerak kalau dirimu lempar. Ketika melempar batu, energi potensial kimia dalam tubuhmu
berubah menjadi energi kinetik batu. Anak panah tidak mungkin tiba-tiba saja bergerak dengan sendirinya
karena ia punya energi kinetik. Anak panah bisa bergerak karena tarikan busur dilepas. Ketika tarikan
busur dilepas, energi potensial elastis busur berubah menjadi energi kinetik anak panah. Energi potensial
elastis busur berasal dari energi potensial kimia orang yang memanah… Demikian halnya dengan
kendaraan yang selalu kita gunakan, seperti mobil, sepeda motor, pesawat, bajaj, kereta api… Agar bisa
bergerak maka kendaraan harus punya energi kinetik. Nah, energi kinetik kendaraan tidak mungkin
muncul dengan sendirinya… Kita membutuhkan energi lain yang bisa diubah menjadi energi kinetik
kendaraan. Ini hanya salah satu contoh saja…
Hampir semua energi yang kita gunakan berasal dari energi potensial kimia yang terkandung dalam
minyak bumi, gas, batu bara. Btw, energi potensial kimia yang terkandung dalam minyak bumi, gas atau
batu bara tidak bisa langsung digunakan. Minyak bumi, gas atau batu bara harus dibakar terlebih
dahulu… Karena harus pake bakar segala, maka minyak bumi dkk biasa disebut sebagai bahan bakar.
Lebih tepatnya bahan bakar fosil karena minyak bumi, gas dan batu bara berasal dari fosil makhluk hidup,
baik tumbuhan atau hewan yang sudah mati dan membusuk dalam perut bumi selama beribu-ribu atau
berjuta-juta tahun. Hewan atau tumbuhan punya energi potensial kimia juga. Setelah mati dan mengendap
selama ribuan atau jutaan tahun, energi potensial kimia hewan atau tumbuhan berubah menjadi energi
potensial kimia bahan bakar fosil…
Biasanya hasil pembakaran bahan bakar fosil (minyak bumi, gas dan batu bara) menghasilkan kalor alias
panas… Kalor bisa kita gunakan secara langsung untuk memasak makanan, memanaskan ruangan. Untuk
menggerakan sesuatu (misalnya menggerakkan kendaraan), kita harus mengubah kalor menjadi energi
kinetik atau energi mekanik (energi mekanik = energi potensial + energi kinetik). Mengubah energi
mekanik menjadi kalor adalah pekerjaan yang sangat mudah, tetapi mengubah kalor menjadi energi
mekanik adalah pekerjaan sulit. Coba gosokan kedua telapak tanganmu… telapak tanganmu kepanasan
khan ? Ketika kita menggosok kedua telapak tangan (kita melakukan usaha alias kerja), energi mekanik
berubah menjadi kalor. Prosesnya sangat mudah… Bahkan kalor yang tak terbatas bisa dihasilkan dengan
melakukan kerja. Tapi proses sebaliknya, yakni memanfaatkan kalor untuk melakukan kerja adalah
pekerjaan yang sulit.
Alat yang digunakan untuk memanfaatkan kalor untuk melakukan kerja baru ditemukan pada tahun 1700.
Alat yang dimaksud adalah mesin uap. Mesin uap pertama kali digunakan untuk memompa air keluar dari
tambang batu bara. Perlu diketahui bahwa penggunaan mesin uap pertama terjadi sebelum para ilmuwan
mengetahui bahwa kalor sebenarnya merupakan energi yang berpindah akibat adanya perbedaan suhu
(hukum pertama termodinamika belum dirumuskan). Penggunaan mesin uap waktu itu mungkin
didasarkan pada pengalaman sehari-hari yang menunjukkan bahwa uap bisa menggerakkan sesuatu
(misalnya uap air menendang-nendang tutup panci). Mesin uap termasuk mesin kalor (mesin kalor = alat
yang mengubah kalor menjadi energi mekanik). Sekarang mesin uap digunakan untuk membangkitkan
energi listrik… Mesin kalor modern adalah mesin pembakaran dalam (mesin mobil, mesin sepeda motor
dkk).
Gagasan dasar dibalik penggunaan mesin kalor adalah bahwa kalor bisa diubah menjadi energi mekanik
hanya jika kalor dibiarkan mengalir dari tempat bersuhu tinggi menuju tempat bersuhu rendah. Selama
proses ini, sebagian kalor diubah menjadi energi mekanik (sebagian kalor digunakan untuk melakukan
kerja), sebagian kalor dibuang pada tempat yang bersuhu rendah. Proses perubahan bentuk energi dan
perpindahan energi pada mesin kalor tampak seperti diagram di bawah…
Amati diagram di atas… Suhu tinggi (TH) dan suhu rendah (TL)
dikenal juga dengan julukan suhu operasi mesin (suhu = temperatur). Kalor yang mengalir dari tempat
bersuhu tinggi diberi simbol QH, sedangkan kalor yang dibuang ke tempat bersuhu rendah diberi simbol
QL. Ketika mengalir dari tempat bersuhu tinggi menuju tempat bersuhu rendah, sebagian QH diubah
menjadi energi mekanik (digunakan untuk melakukan kerja/W), sebagian lagi dibuang sebagai QL.
Sebenarnya kita sangat mengharapkan bahwa semua QH bisa diubah menjadi W, tapi pengalaman sehari-
hari menunjukkan bahwa hal tersebut tidak mungkin terjadi. Selalu saja ada kalor yang terbuang. Dengan
demikian, berdasarkan kekekalan energi, bisa disimpulkan bahwa QH = W + QL.
Sekarang mari kita tinjau mesin kalor yang biasa digunakan untuk mengubah kalor menjadi energi
mekanik. Perlu diketahui bahwa kita hanya meninjau mesin kalor yang melakukan kerja secara terus
menerus. Agar kerja bisa dilakukan secara terus menerus maka kalor harus mengalir secara terus menerus
dari tempat bersuhu tinggi menuju tempat bersuhu rendah. Jika kalor hanya mengalir sekali saja maka
kerja yang dilakukan mesin kalor juga hanya sekali saja (energi mekanik yang dihasilkan sangat sedikit).
Dengan demikian mesin kalor tersebut tidak bisa kita manfaatkan secara optimal. Mesin kalor bisa
dimanfaatkan secara optimal jika ia melakukan kerja secara terus menerus. Dengan kata lain, stok energi
mekanik yang dihasilkan mesin kalor cukup banyak sehingga bisa kita gunakan untuk menggerakkan
sesuatu. Daripada kelamaan dan jadi basi, lebih baik kita langsung menuju ke sasaran… Sekarang siapkan
sapu tangan atau sapi kaki sebanyak-banyaknya sebelum si mesin kalor bikin dirimu kepanasan
Terlebih dahulu kita tinjau mesin uap. Mesin pembakaran dalam akan dibahas kemudian…
Mesin Uap
Mesin uap menggunakan uap air sebagai media penghantar kalor. Uap biasa disebut sebagai zat kerja
mesin uap. Terdapat dua jenis mesin uap, yakni mesin uap tipe bolak balik dan mesin uap turbin (turbin
uap). Rancangan alatnya sedikit berbeda tetapi kedua jenis mesin uap ini mempunyai kesamaan, yakni
menggunakan uap yang dipanaskan oleh pembakaran minyak, gas, batu bara atau menggunakan energi
nuklir.
Mesin uap tipe bolak balik
Tataplah gambar kusam di bawah dengan penuh kelembutan…

Air dalam wadah biasanya dipanaskan pada tekanan yang tinggi. Karena dipanaskan pada tekanan yang
tinggi maka proses pendidihan air terjadi pada suhu yang tinggi (ingat pembahasan mengenai pendidihan
– Teori kinetik gas). Biasanya air mendidih (air mendidih = air berubah menjadi uap) sekitar suhu 500 oC.
Suhu berbanding lurus dengan tekanan. Semakin tinggi suhu uap, semakin besar tekanan uap. Uap
bersuhu tinggi atau uap bertekanan tinggi tersebut bergerak melewati katup masukan dan memuai
terhadap piston. Ketika memuai, uap mendorong piston sehingga piston meluncur ke kanan. Dalam hal
ini, sebagian kalor alias panas pada uap berubah menjadi energi kinetik (uap melakukan kerja terhadap
piston — W = Fs). Pada saat piston bergerak ke kanan, roda yang dihubungkan dengan piston berputar
(1). Setelah melakukan setengah putaran, roda menekan piston kembali ke posisinya semula (2). Ketika
piston bergerak ke kiri, katup masukan dengan sendirinya tertutup, sebaliknya katup pembuangan dengan
sendirinya terbuka. Uap tersebut dikondensasi oleh kondensor sehingga berubah menjadi embun (embun
= air yang berasal dari uap). Selanjutnya, air yang ada di dalam kondensor dipompa kembali ke wadah
untuk dididihkan lagi. Demikian seterusnya… Karena prosesnya terjadi secara berulang-ulang maka
piston bergerak ke kanan dan ke kiri secara terus menerus. Karena piston bergerak ke kanan dan ke kiri
secara terus menerus maka roda pun berputar secara terus menerus. Putaran roda biasanya digunakan
untuk menggerakan sesuatu…
Proses perubahan bentuk energi dan perpindahan energi pada mesin uap tipe bolak balik di atas bisa
dijelaskan seperti ini : Bahan bakar fosil (batu bara/minyak/gas) memiliki energi potensial kimia. Ketika
bahan bakar fosil dibakar, energi potensial kimia berubah bentuk menjadi kalor alias panas. Kalor alias
panas yang diperoleh dari hasil pembakaran bahan bakar fosil digunakan untuk memanaskan air (kalor
berpindah menuju air dan uap). Selanjutnya sebagian kalor pada uap berubah bentuk menjadi energi
kinetik translasi piston, sebagian lagi diubah menjadi energi dalam air. Sebagian besar energi kinetik
translasi piston berubah menjadi energi kinetik rotasi roda pemutar, sebagian kecil berubah menjadi kalor
alias panas (kalor alias panas timbul akibat adanya gesekan antara piston dengan silinder). Jika digunakan
untuk membangkitkan listrik maka energi kinetik rotasi roda pemutar bentuk menjadi energi listrik. Dan
seterusnya…
Turbin uap
Pada dasarnya prinsip kerja turbin uap sama dengan mesin uap tipe bolak balik. Bedanya mesin uap tipe
bolak balik menggunakan piston, sedangkan turbin uap menggunakan turbin. Pada mesin uap tipe bolak
balik, kalor diubah terlebih dahulu menjadi energi kinetik translasi piston. Setelah itu energi kinetik
translasi piston diubah menjadi energi kinetik rotasi roda pemutar. Nah, pada turbin uap, kalor langsung
diubah menjadi energi kinetik rotasi turbin… Turbin bisa berputar akibat adanya perbedaan tekanan.
Suhu uap sebelah atas bilah jauh lebih besar daripada suhu uap sebelah bawah bilah (bilah tuh lempeng
tipis yang ada di tengah turbin). Ingat ya, suhu berbading lurus dengan tekanan. Karena suhu uap pada
sebelah atas bilah lebih besar dari suhu uap pada sebelah bawah bilah maka tekanan uap pada sebelah atas
bilah lebih besar daripada tekanan uap pada sebelah bawah bilah. Adanya perbedaan tekanan
menyebabkan si uap mendorong bilah ke bawah sehingga turbin berputar. Arah putaran turbin tampak
seperti gambar di bawah…
Perlu diketahui bahwa prinsip kerja mesin uap didasarkan pada diagram perpindahan energi yang telah
dijelaskan di atas. Dalam hal ini, energi mekanik bisa dihasilkan apabila kita membiarkan kalor mengalir
dari benda atau tempat bersuhu tinggi menuju benda atau tempat bersuhu rendah. Dengan demikian,
perbedaan suhu sangat diperlukan pada mesin uap.
Btw, apabila dirimu perhatikan cara kerja mesin uap tipe bolak balik, tampak bahwa piston tetap bisa
bergerak ke kanan dan ke kiri walaupun tidak ada perbedaan suhu (tidak ada kondensor dan pompa).
Piston bisa bergerak ke kanan akibat adanya pemuaian uap bersuhu tinggi atau uap bertekanan tinggi.
Dalam hal ini, sebagian kalor pada uap berubah menjadi energi kinetik translasi piston. Energi kinetik
translasi piston kemudian berubah menjadi energi kinetik rotasi roda pemutar. Setelah melakukan
setengah putaran, roda akan menekan piston kembali ke kiri. Ketika roda menekan piston kembali ke kiri,
energi kinetik rotasi roda berubah lagi menjadi energi kinetik translasi piston. Ketika piston bergerak ke
kiri, piston mendorong uap yang ada dalam silinder. Pada saat yang sama, katup pembuangan terbuka.
Dengan demikian, uap yang didorong piston tadi akan mendorong temannya ada di sebelah bawah katup
pembuangan. Nah, apabila suhu uap yang berada di sebelah bawah katup pembuangan = suhu uap yang
didorong piston, maka semua energi kinetik translasi piston akan berubah lagi menjadi energi dalam uap.
Energi dalam berbanding lurus dengan suhu. Kalau energi dalam uap bertambah maka suhu uap
meningkat. Suhu berbanding lurus dengan tekanan. Kalau suhu uap meningkat maka tekanan uap juga
meningkat. Dengan demikian, tekanan uap yang dibuang melalui katup pembuangan = tekanan uap yang
masuk melalui katup masukan. Piston akan tetap bergerak ke kanan dan ke kiri seterusnya tetapi tidak
akan ada energi kinetik total yang bisa dimanfaatkan (tidak ada kerja total yang dihasilkan). Jadi energi
kinetik yang diterima oleh piston selama proses pemuaian (piston bergerak ke kanan) akan dikembalikan
lagi kepada uap selama proses penekanan (piston bergerak ke kiri). Pahami perlahan-lahan ya…
Dari penjelasan panjang lebar dan bertele-tele sebelumnya, kita bisa menyimpulkan bahwa perbedaan
suhu dalam mesin uap tetap diperlukan. Perbedaan suhu dalam mesin uap bisa diperoleh dengan
memanfaatkan kondensor. Ketika suhu dan tekanan uap yang berada di sebelah bawah katup pembuangan
jauh lebih kecil dari pada suhu dan tekanan uap yang berada di dalam silinder, maka ketika si piston
bergerak kembali ke kiri, besarnya tekanan (P = F/A) yang dilakukan piston terhadap uap jauh lebih kecil
daripada besarnya tekanan yang diberikan uap kepada piston ketika si piston bergerak ke kanan. Dengan
kata lain, besarnya usaha alias kerja yang dilakukan piston terhadap uap jauh lebih kecil daripada
besarnya kerja yang dilakukan uap terhadap piston (W = Fs). Jadi hanya sebagian kecil energi kinetik
piston yang dikembalikan lagi pada uap. Dengan demikian akan ada energi kinetik total atau kerja total
yang dihasilkan. Energi kinetik total ini yang dipakai untuk menggerakan sesuatu (membangkitkan listrik
dkk…) Pembangkitan energi listrik akan dibahas secara mendalam pada pokok bahasan listrik dan
magnet…
Sekarang mari kita lanjutkan perjalanan menuju mesin pembakaran dalam…
Mesin Pembakaran Dalam
Mesin sepeda motor dan mesin mobil merupakan contoh mesin pembakaran dalam. Disebut mesin
pembakaran dalam karena proses pembakaran terjadi di dalam silinder tertutup. Adanya mesin
pembakaran dalam merupakan hasil rekayasa konsep penekanan dan pemuaian adiabatik yang sudah
gurumuda jelaskan pada pokok bahasan hukum pertama termodinamika.
Pada kesempitan ini kita hanya meninjau mesin pembakaran dalam yang menggunakan bensin dan solar
sebagai bahan bakar. Bensin dan solar termasuk minyak bumi, karenanya memiliki energi potensial
kimia. Energi potensial kimia dalam bensin dan solar terlebih dahulu diubah menjadi kalor alias panas
melalui proses pembakaran. Selanjutnya, kalor alias panas yang diperoleh melalui hasil pembakaran
diubah menjadi energi mekanik. Adanya energi mekanik ini yang menyebabkan sepeda motor atau mobil
bisa bergerak… Siklus pada mesin bensin disebut sebagai siklus otto, sedangkan siklus pada mesin solar
disebut sebagai siklus diesel… Siklus = proses yang terjadi secara reversibel (bolak balik). Terlebih
dahulu kita bahas siklus otto…
Siklus otto
Tataplah gambar aneh di bawah dengan penuh kelembutan…
Ini adalah gambar mesin pembakaran dalam empat langkah alias empat tak… Mula-mula campuran udara
dan uap bensin mengalir dari karburator menuju silinder pada saat piston bergerak ke bawah (langkah
masukan). Selanjutnya campuran udara dan uap bensin dalam silinder ditekan secara adiabatik ketika
piston bergerak ke atas (langkah kompresi alias penekanan). Karena ditekan secara adiabatik maka suhu
dan tekanan campuran meningkat. Pada saat yang sama, busi memercikkan bunga api sehingga campuran
udara dan uap bensin terbakar. Ketika terbakar, suhu dan tekanan gas semakin bertambah. Gas bersuhu
tinggi dan bertekanan tinggi tersebut memuai terhadap piston dan mendorong piston ke bawah (langkai
pemuaian). Selanjutnya gas yang terbakar dibuang melalui katup pembuangan dan dialirkan menuju pipa
pembuangan (langkah pembuangan). Katup masukan terbuka lagi dan keempat langkah diulangi…
Perlu diketahui bahwa tujuan dari adanya langkah kompresi alias penekanan adiabatik adalah menaikkan
suhu dan tekanan campuran udara dan uap bensin. Proses pembakaran pada tekanan yang tinggi akan
menghasilkan suhu dan tekanan (P = F/A) yang sangat besar. Akibatnya gaya dorong (F = PA) yang
dihasilkan selama proses pemuaian menjadi sangat besar. Mesin motor atau mobil menjadi lebih
bertenaga… Walaupun tidak ditekan, campuran udara dan uap bensin bisa terbakar ketika si busi
memercikkan bunga api. Tapi suhu dan tekanan gas yang terbakar tidak terlalu tinggi sehingga gaya
dorong yang dihasilkan juga kecil. Akibatnya mesin menjadi kurang bertenaga…
Proses perubahan bentuk energi dan perpindahan energi pada mesin pembakaran dalam empat langkah di
atas bisa dijelaskan seperti ini : Ketika terjadi proses pembakaran, energi potensial kimia dalam bensin +
energi dalam udara berubah menjadi kalor alias panas. Sebagian kalor berubah menjadi energi mekanik
batang piston dan poros engkol, sebagian kalor dibuang melalui pipa pembuangan (knalpot). Sebagian
besar energi mekanik batang piston dan poros engkol berubah menjadi energi mekanik kendaraan
(kendaraan bergerak), sebagian kecil berubah menjadi kalor alias panas… Panas timbul akibat adanya
gesekan…
Proses pemuaian dan penekanan secara adiabatik pada siklus otto bisa digambarkan melalui diagram di
bawah… (Diagram ini menunjukkan model ideal dari proses termodinamika yang terjadi pada mesin
pembakaran dalam yang menggunakan bensin).

Campuran udara dan uap bensin masuk ke dalam silinder (a). Selanjutnya campuran udara dan uap bensin
ditekan secara adiabatik (a-b). Perhatikan bahwa volume silinder berkurang… Campuran udara dan uap
bensin dipanaskan pada volume konstan – campuran dibakar (b-c). Gas yang terbakar mengalami
pemuaian adiabatik (c-d). Pendinginan pada volume konstan – gas yang terbakar dibuang ke pipa
pembuangan dan campuran udara + uap bensin yang baru, masuk ke silinder (d-a).
Siklus Diesel
Prinsip kerja mesin diesel mirip seperti mesin bensin. Perbedaannya terletak pada langkah awal kompresi
alias penekanan adiabatik (penekanan adiabatik = penekanan yang dilakukan dengan sangat cepat
sehingga kalor alias panas tidak sempat mengalir menuju atau keluar dari sistem. Sistem untuk kasus ini
adalah silinder). Kalau dalam mesin bensin, yang ditekan adalah campuran udara dan uap bensin, maka
dalam mesin diesel yang ditekan hanya udara saja… Penekanan secara adiabatik menyebabkan suhu dan
tekanan udara meningkat. Selanjutnya injector alias penyuntik menyemprotkan solar. Karena suhu dan
tekanan udara sudah sangat tinggi maka ketika solar disemprotkan ke dalam silinder, si solar langsung
terbakar… Tidak perlu pake busi lagi. Perhatikan besarnya tekanan yang ditunjukkan pada diagram di
bawah… bandingkan dengan besarnya tekanan yang ditunjukkan pada diagram siklus otto… simpulkan
sendiri ya
Diagram ini menunjukkan siklus diesel ideal alias sempurna… Mula-mula udara ditekan secara adiabatik
(a-b), lalu dipanaskan pada tekanan konstan – penyuntik alias injector menyemprotkan solar dan
terjadilah pembakaran (b-c), gas yang terbakar mengalami pemuaian adiabatik (c-d), pendinginan pada
volume konstan – gas yang terbakar dibuang ke pipa pembuangan dan udara yang baru, masuk ke silinder
(d-a). Selengkapnya bisa dipelajari di dunia perteknik-otomotifan Gurumuda hanya memberimu
pengetahuan dasar saja.
Dari penjelasan yang bertele-tele di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa setiap mesin kalor pada dasarnya
memiliki zat kerja tertentu. Zat kerja untuk mesin uap adalah air, zat kerja untuk mesin bensin adalah
udara dan uap bensin, zat kerja untuk mesin diesel adalah udara dan solar. Zat kerja biasanya menyerap
kalor pada suhu yang tinggi (QH), melakukan usaha alias kerja (W), lalu membuang kalor sisa pada suhu
yang lebih rendah (QL). Karena si energi kekal, maka QH = W + QL.
Efisiensi mesin kalor
Efisiensi (e) mesin kalor merupakan perbandingan antara Usaha alias Keja (W) yang dilakukan mesin
dengan masukan Kalor pada suhu tinggi (QH). Secara matematis bisa ditulis seperti ini :

W merupakan keuntungan yang kita terima, sedangkan QH merupakan biaya yang kita keluarkan untuk
membeli dan membakar bahan bakar. Sebagai manusia yang selalu ingin memperoleh keuntungan yang
sebesar-besarnya dari pengeluaran yang sekecil-kecilnya , kita sangat berharap bahwa keuntungan yang
kita peroleh (W) sebanding dengan biaya yang kita keluarkan (QH). Mungkinkah itu terjadi ? Nantikan
hasil pengoprekannya…
Berdasarkan kekekalan energi, Kalor masukan (QH) harus sama dengan Kerja (W) yang dilakukan +
Kalor yang dibuang (QL). Secara matematis bisa diobok-obok seperti ini :
Kita gantikan W pada persamaan 1 dengan W pada persamaan 2 :

Jika ingin menyatakan efisiensi mesin kalor dalam persentase, kalikan saja persamaan efisiensi dengan
100 %.
Berdasarkan persamaan efisiensi di atas, tampak bahwa semakin banyak kalor yang dibuang (Q L) oleh
suatu mesin kalor, semakin tidak efisien mesin kalor tersebut (merugikan kita). Kita sangat menginginkan
agar jumlah kalor yang dibuang (QL) sesedikit mungkin. Bagaimanapun kalor masukan (QH) biasanya
diperoleh dengan membakar minyak, batu bara, gas dkk (bahan bakar yang kita bayar). Karenanya setiap
mesin kalor pada dasarnya dirancang untuk memiliki efisiensi sebesar mungkin. Btw, walaupun kita
sangat menginginkan keuntungan yang sebesar-besarnya dari pengeluaran yang sekecil-kecilnya (prinsip
ekonomi-kah ?), kenyataan menunjukkan bahwa efisiensi mesin uap biasanya sekitar 40 %, sedangkan
efisiensi mesin pembakaran dalam sekitar 50 %. Hal ini menunjukkan bahwa setengah bagian kalor yang
diperoleh dengan membakar bahan bakar (membakar duit kita ) terbuang percuma. Hanya setengah
bagian saja yang berubah menjadi energi mekanik (digunakan untuk melakukan usaha alias kerja). Biar
dirimu makin paham dengan penjelasan gurumuda, perhatikan contoh soal di bawah…
Contoh soal 1 :
Sebuah mesin kalor menyerap kalor sebanyak 3000 Joule (Q H), melakukan usaha alias kerja (W) dan
membuang kalor sebanyak 2500 Joule (QL). Berapakah efisiensi mesin kalor tersebut ?
Panduan jawaban :
Wah, efisiensinya kecil sekali… Mesin kalor kaya gini sebaiknya dibuang ke laut saja
Contoh soal 2 :
Sebuah mesin kalor menyerap kalor sebanyak 3000 Joule (Q H), melakukan usaha alias kerja (W) dan
membuang kalor sebanyak 2000 Joule (QL). Berapakah efisiensi mesin kalor tersebut ?
Panduan jawaban :

Lumayan, tapi masih merugikan…


Contoh soal 3 :
Sebuah mesin kalor menyerap kalor sebanyak 3000 Joule (Q H), melakukan usaha alias kerja (W) dan
membuang kalor sebanyak 1500 Joule (QL). Berapakah efisiensi mesin kalor tersebut ?
Panduan jawaban :
Wah, cukup lumayan…
Siklus Carnot
Untuk mengetahui bagaimana menaikkan efisiensi mesin kalor, seorang ilmuwan muda belia dari negeri
Perancis yang bernama om Sadi Carnot (1796-1832 = 36 tahun saja. Mati muda) meneliti suatu mesin
kalor ideal secara teoritis pada tahun 1824. Pada waktu itu hukum pertama termodinamika belum
dirumuskan (apalagi hukum kedua). Hukum pertama belum dirumuskan karena para ilmuwan belum
mengetahui secara pasti kalor alias panas tuh sebenarnya apa. Setelah om Jimi Joule dan teman-temannya
melakukan percobaan pada tahun 1830-an, para ilmuwan baru mengetahui secara pasti bahwa kalor
merupakan energi yang berpindah akibat adanya perbedaan suhu. Jadi hukum pertama baru dirumuskan
setelah tahun 1830. Om Sadi Carnot sudah meneliti mesin kalor ideal secara teoritis pada tahun 1824.
Penelitian yang beliau lakukan sebenarnya untuk menaikkan efisiensi mesin uap yang pada waktu itu
sudah digunakan. Kebanyakan mesin uap waktu itu kurang efisien… (Ingat lagi penjelasan gurumuda
sebelumnya).
Siklus pada mesin kalor ideal hasil oprekan om Sadi Carnot disebut sebagai siklus Carnot. Sebelum
meninjau siklus Carnot, alangkah baiknya kita pahami kembali proses ireversibel. Setiap proses
perubahan bentuk energi dan perpindahan energi yang berlangsung secara alami, biasanya terjadi secara
ireversibel (tidak bisa balik). Misalnya kalau kita menggosokkan kedua telapak tangan, kedua telapak
tangan kita biasanya kepanasan. Dalam hal ini, kalor alias panas dihasilkan melalui kerja yang kita
lakukan. Prosesnya bersifat ireversibel. Kalor alias panas yang dihasilkan tersebut tidak bisa dengan
sendirinya melakukan kerja dengan menggosok-gosok kedua telapak tangan kita . Nah, tujuan dari
mesin kalor adalah membalikkan sebagian proses ini, di mana kalor alias panas bisa dimanfaatkan untuk
melakukan kerja dengan efisiensi sebesar mungkin. Agar mesin kalor bisa memiliki efisiensi yang
maksimum maka kita harus menghindari semua proses ireversibel… Perpindahan kalor yang terjadi
secara alami biasanya bersifat ireversibel, karenanya kita berupaya agar si kalor tidak boleh jalan-jalan.
Pada saat mesin mengambil kalor QH pada tempat yang bersuhu tinggi (TH), zat kerja dalam mesin juga
harus berada pada suhu TH. Demikian juga apabila mesin membuang kalor QL pada tempat yang bersuhu
rendah (TL), zat kerja dalam mesin juga harus berada pada suhu TL. Jadi setiap proses yang melibatkan
perpindahan kalor harus bersifat isotermal (suhu sama). Sebaliknya, apabila suhu zat kerja dalam mesin
berada di antara TH dan TL, tidak boleh terjadi perpindahan kalor antara mesin dengan tempat yang
memiliki suhu TH (penyedia kalor) dan tempat yang memiliki suhu TL (pembuangan). Agar si kalor tidak
jalan-jalan maka proses harus dilakukan secara adiabatik…
Siklus Carnot sebenarnya terdiri dari dua proses isotermal reversibel dan dua proses adiabatik reversibel.
Biar paham, tataplah gambar kusam di bawah dengan penuh kelembutan…
Gambar di atas merupakan siklus Carnot untuk gas ideal. Mula-mula kalor diserap selama pemuaian
isotermal (a-b). Selama pemuaian isotermal, suhu gas dalam silinder dijaga agar selalu konstan.
Selanjutnya gas memuai secara adiabatik sehingga suhunya turun dari TH menjadi TL (b-c). TH = suhu
tinggi (High temperatur), TL = suhu rendah (Low temperatur). Selama pemuaian adiabatik, tidak ada kalor
yang masuk atau keluar dari silinder. Setelah itu gas ditekan secara isotermal (c-d). Selama penekanan
isotermal, suhu gas dijaga agar selalu konstan. Seluruh proses pada siklus Carnot bersifat reversibel…
Selama pemuaian isotermal dan penekanan isotermal, suhu gas dijaga agar selalu konstan. Tujuannya
adalah menghindari adanya perbedaan suhu. Adanya perbedaan suhu bisa menyebabkan terjadi
perpindahan kalor (proses ireversibel). Agar proses isotermal bisa terjadi (suhu gas selalu konstan) maka
gas harus dimuaikan atau ditekan secara perlahan-lahan. Dalam kenyataannya, pemuaian atau penekanan
gas terjadi lebih cepat. Hal ini diakibatkan oleh adanya turbulensi (ingat materi fluida dinamis), gesekan,
viskositas alias kekentalan dkk. Akibatnya, proses isotermal yang sempurna tidak akan pernah ada.
Sebaliknya, pemuaian dan penekanan adiabatik dilakukan dengan cepat. Tujuannya adalah menjaga agar
kalor tidak mengalir menuju silinder atau kabur dari silinder. Adaya gesekan, viskositas alias kekentalan
dkk menyebabkan pemuaian dan penekanan adiabatik sempurna tidak akan pernah ada. Perlu diketahui
bahwa mesin Carnot hanya bersifat teoritis saja. Mesin carnot tidak ada dalam kehidupan kita. Walaupun
hanya bersifat teoritis saja tetapi adanya mesin Carnot sangat membantu pengembangan ilmu
termodinamika. Minimal kita bisa mengetahui setiap proses ireversibel yang mungkin terjadi selama
proses dan berupaya untuk meminimalkannya sehingga efisiensi mesin kalor rancangan kita bisa bernilai
maksimum.
Hasil yang sangat penting dari mesin Carnot adalah bahwa untuk mesin kalor yang sempurna (semua
proses reversibel), Kalor yang diserap (QH) sebanding dengan suhu TH dan Kalor yang dibuang (QL)
sebanding dengan suhu TL. Dengan demikian, efisiensi mesin kalor sempurna adalah :

Contoh soal 1 :
Sebuah mesin uap bekerja antara suhu 500 oC dan 300 oC. Tentukan efisiensi ideal (efisiensi Carnot) dari
mesin uap tersebut.
Panduan jawaban :
Suhu harus diubah ke dalam skala kelvin
TH (suhu tinggi) = 500 oC = 500 + 273 = 773 K
TL (suhu rendah) = 300 oC = 300 + 273 = 573 K

Efisiensi ideal atau efisiensi mesin kalor sempurna yang bekerja antara suhu 500 oC dan 300 oC adalah 26
%. Apabila mesin yang kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari bekerja antara suhu 500 oC dan 300 oC,
efisiensi maksimum yang bisa dicapai mesin tersebut biasanya sekitar 0,7 kali efisiensi ideal (18,2 %).
Hal ini dipengaruhi oleh adanya gesekan dan proses ireversibel lainnya…
Contoh soal 2 :
Sebuah mesin kalor menerima kalor (Q) sebanyak 600 Joule pada suhu 300 oC, melakukan kerja (W) 100
Joule dan membuang 500 J pada suhu 100 oC. Tentukan efisiensi sebenarnya dan efisiensi ideal (efisiensi
Carnot) mesin ini…
Panduan jawaban :
Suhu harus diubah ke dalam skala Kelvin
TH (suhu tinggi) = 300 oC — 300 + 273 = 573 K
TL (suhu rendah) = 100 oC — 100 + 273 = 373 K
QH = 600 J
QL = 500 J
Efisiensi mesin :

Efisiensi ideal mesin ini :

Efisiensi ideal atau efisiensi mesin kalor sempurna yang bekerja antara suhu 300 oC dan 100 oC adalah 35
%. Efisiensi maksimum yang bisa dicapai mesin tersebut biasanya sekitar 0,7 kali efisiensi ideal = 0,7 x
35 % = 24,5 % (24,5 % x 600 J = 147 J kalor yang bisa digunakan untuk melakukan kerja).
Efisiensi sebenarnya dari mesin ini adalah 17 % (hanya 100 J kalor yang digunakan untuk melakukan
kerja). Masih sekitar 147 J – 100 J = 47 J kalor yang bisa dipakai untuk melakukan kerja… Alangkah
baiknya jika efisiensi mesin ini dtingkatkan, sehingga kerugian yang kita terima diminimalkan. Prinsip
ekonomi juga perlu diterapkan dalam ilmu fisika
Contoh soal 3 :
Sebuah mesin menerima 1000 Joule kalor dan menghasilkan 400 Joule kerja pada setiap siklus. Mesin ini
bekerja di antara suhu 500 oC dan 200 oC. Berapakah efisiensi sebenarnya dan efisiensi ideal mesin ini ?
Panduan jawaban :
TH (suhu tinggi) = 500 oC — 500 + 273 = 773 K
TL (suhu rendah) = 200 oC — 200 + 273 = 473 K
QH = 1000 J
QL = 400 J
Efisiensi mesin :

Efisiensi ideal mesin ini :

Efisiensi ideal alias efisiensi carnot = 40 %. Efisiensi mesin sebenarnya = 60 %… Mesin seperti ini tidak
ada. Efisiensi mesin tidak mungkin melebihi efisiensi ideal alias efisiensi om Carnot…
Contoh soal 4 :
Agar efisiensi ideal alias efisiensi mesin Carnot mencapai 100 % (1), berapakah suhu pembuangan (TL)
yang diperlukan ?
Panduan jawaban :
Agar efisiensi ideal alias efisiensi mesin kalor sempurna bisa mencapai 100 % (semua kalor masukkan
bisa digunakan untuk melakukan kerja) maka suhu pembuangan (TL) harus = 0 K.
Dalam pokok bahasan Suhu dan Kalor + Teori Kinetik Gas, gurumuda sudah menjelaskan kepadamu
bahwa mencapai suhu 0 K adalah sesuatu yang mustahil alias tidak mungkin terjadi (hasil ini dikenal
dengan julukan Hukum Ketiga Termodinamika. Selengkapnya akan dibahas dalam episode berikutnya).
Karena 0 K tidak mungkin dicapai, maka suatu mesin kalor sempurna tidak mungkin memiliki efisiensi
100 %. Mesin kalor sempurna saja tidak bisa memiliki efisiensi 100 %, apalagi mesin kalor yang kita
gunakan dalam kehidupan sehari-hari…
Karena efisiensi 100 % tidak bisa dicapai oleh mesin kalor maka kita bisa menyimpulkan bahwa tidak
mungkin semua kalor masukan (QH) digunakan untuk melakukan kerja. Pasti ada kalor yang terbuang
(QL). Hasil ini bisa ditulis dengan bahasa yang lebih gaul :
Tidak mungkin ada mesin kalor (yang bekerja dalam suatu siklus) yang dapat mengubah semua kalor
alias panas menjadi kerja seluruhnya (Hukum kedua termodinamika – pernyataan Kelvin-Planck).
Jangan pake hafal… Pahami saja…
Tulisan gaul yang dicetak miring di atas merupakan salah satu pernyataan khusus hukum kedua
termodinamika. Disebut sebagai pernyataan khusus karena hanya berlaku untuk mesin kalor saja. Karena
om Kelvin dan om Planck yang merumuskannya maka disebut juga sebagai pernyataan Kelvin-Planck.
Perhatikan bahwa terdapat kata siklus pada pernyataan di atas. Siklus adalah proses yang terjadi secara
berulang. Jadi si mesin kalor bekerja secara terus menerus. Ditambahkan kata siklus karena dalam
kenyataannya, semua kalor bisa diubah menjadi kerja seluruhnya apabila prosesnya terjadi satu kali saja.
Pahami penjelasan berikut ini…
Pada pokok bahasan hukum pertama termodinamika, gurumuda sudah menjelaskan kepadamu mengenai
beberapa proses termodinamika, antara lain proses isotermal, isobarik, isokorik dan adiabatik. Nah, dalam
proses isotermal, kita bisa mengubah semua kalor menjadi usaha alias kerja (Q = W). Hal ini bisa terjadi
jika prosesnya hanya terjadi dalam satu tahap saja… Amati gambar di bawah :

Grafik ini menunjukkan proses isotermal (pemuaian isotermal) yang terjadi dalam satu tahap saja…
Dalam proses ini, semua kalor (Q) bisa diubah menjadi kerja (W). Besarnya kerja yang dilakukan =
luasan yang diarsir…
Agar bisa dimanfaatkan, mesin kalor harus bekerja secara terus menerus (prosesnya harus terjadi secara
berulang, tidak bisa terjadi hanya dalam satu tahap saja). Misalnya mesin uap tipe bolak balik. Piston
pada mesin uap tipe bolak balik harus bergerak ke kanan dan ke kiri secara terus menerus agar roda bisa
berputar (bisa digunakan untuk menggerakkan sesuatu). Roda tidak bisa berputar kalau piston hanya
bergerak ke kanan saja, setelah itu diam (proses hanya terjadi dalam satu tahap saja). Apabila proses
terjadi secara berulang (piston bergerak ke kanan dan ke kiri secara terus menerus), tidak mungkin semua
kalor bisa diubah menjadi kerja (pernyataan Kelvin-Planck). Misalnya kita tinjau proses isotermal yang
ditunjukkan oleh grafik di atas.
Grafik di sebelah kiri menunjukkan pemuaian isotermal (panah ke bawah) dan penekanan isotermal
(panah ke atas). Proses terjadi secara terus menerus secara isotermal (Tidak ada kerja yang dihasilkan).
Grafik di sebelah kanan merupakan proses pemuaian isotermal (panah ke bawah), proses penekanan
isobarik (panah ke kiri) dan proses isokorik (panah ke atas)… Dari kedua grafik ini, tampak bahwa untuk
proses yang terjadi secara terus menerus (siklus), selalu ada kalor yang terbuang… Hal ini sesuai dengan
penyataan om Kelvin-Planck sebelumnya…
MESIN PENDINGIN (Refrigerator)
Mesin pendingin pada dasarnya merupakan mesin kalor yang bekerja terbalik. Jadi si mesin kalor
mengambil kalor alias panas dari tempat yang bersuhu rendah dan membuang kalor tersebut ke tempat
yang bersuhu tinggi… Agar proses ini bisa terjadi maka mesin harus melakukan kerja. Bagaimanapun
kalor secara alami hanya mau mengalir dari tempat bersuhu tinggi menuju tempat bersuhu rendah. Kalor
tidak mungkin mengalir dengan sendirinya dari tempat bersuhu rendah menuju tempat bersuhu tinggi. Hal
ini sesuai dengan penyataan om Clausius yang telah diulas sebelumnya… Untuk proses yang terjadi pada
mesin pendingin, pernyataan om Clausius sebelumnya bisa ditulis dalam bahasa yang lebih gaul seperti
ini :
Tidak mungkin ada mesin pendingin (yang bekerja dalam suatu siklus) yang dapat memindahkan kalor
alias panas dari tempat bersuhu rendah menuju tempat bersuhu tinggi, tanpa disertai dengan usaha alias
kerja (Hukum kedua termodinamika – pernyataan om Clausius).
Tulisan yang dicetak miring ini merupakan salah satu pernyataan khusus hukum kedua termodinamika.
Pernyataan ini hanya berlaku untuk mesin pendingin…
Proses perubahan bentuk energi dan perpindahan energi pada mesin pendingin tampak seperti diagram di
bawah…
Amati diagram di atas… Mesin melakukan kerja (W) untuk mengambil kalor alias panas dari tempat
bersuhu rendah (QL) dan membuang kalor tersebut ke tempat bersuhu tinggi (QH). Berdasarkan kekekalan
energi, bisa disimpulkan bahwa QL + W = QH.
Kalau dalam mesin kalor digunakan istilah efisiensi, maka dalam mesin pendingin digunakan istilah
koefisien kinerja (KK). Koefisien kinerja (KK) mesin pendingin merupakan perbandingan antara Kalor
yang dipindahkan dari tempat bersuhu rendah (QL) dengan kerja (W) yang dilakukan untuk memindahkan
kalor tersebut. Secara matematis bisa ditulis seperti ini :

Jika ingin menyatakan koefisien kinerja mesin pendingin dalam persentase, kalikan saja persamaan ini
dengan 100 %.
Koefisien Kinerja mesin pendingin ideal (Koofisien kinerja pendingin Carnot) :
Terdapat beberapa mesin pendingin yang biasa kita gunakan, antara lain kulkas, AC (pendingin ruangan)
dan pompa kalor. Alangkah baiknya jika diobok-obok satu persatu…
Kulkas
Tataplah gambar di bawah dengan penuh kelembutan. Kondensor = pengubah uap menjadi cair,
kompresor = penekan. Gulungan pendingin biasanya berada di dalam kulkas, sedangkan gulungan
kondensor berada di luar kulkas (di belakang kulkas).

Di dalam gulungan terdapat fluida yang berada dalam keseimbangan fase (berada dalam wujud cair dan
uap). Fluida tersebut dikenal dengan julukan refrigeran. Refrigeran yang biasa digunakan pada masa lalu
adalah freon. Saat ini freon tidak digunakan lagi karena pelepasan zat ini dapat merusak lapisan ozon.
Motor kompresor (digerakkan oleh listrik) menyedot refrigeran (dalam wujud uap) dan menekannya
secara adiabatik. Karena ditekan secara adiabatik maka suhu uap meningkat. Karena suhu meningkat
maka tekanan uap juga meningkat… Adanya perbedaan suhu antara kompresor (suhu tinggi) dan
kondensor (suhu rendah) menyebabkan uap yang bersuhu tinggi dan bertekanan tinggi berbondong-
bondong mengalir melewati gulungan kondensor yang berada di belakang kulkas … Suhu refrigeran lebih
tinggi daripada suhu udara sekitar, karenanya ketika mengalir melalui gulungan kondensor, uap
melepaskan kalor alias panas ke udara sekitar. Karena dikondensasi oleh kondensor maka uap mendingin
dan berubah menjadi cair… Ketika mengalir melalui katup pemuai, si refrigeran yang sudah berubah
menjadi cair dimuaikan secara adiabatik. Adanya pemuaian adiabatik menyebabkan cairan menjadi
semakin dingin (suhunya menurun). Cairan yang lagi kedinginan tersebut jalan-jalan di dalam gulungan
yang berada di dalam kulkas. Karena cairan dalam gulungan lebih dingin daripada udara dalam kulkas
maka kalor pun berbondong-bondong meluncur menuju cairan. Karena dikunjungi oleh kalor maka si
refrigeran berubah wujud menjadi uap (cairan menyerap kalor alias panas dalam kulkas). Refrigeran yang
sudah berubah status menjadi uap disedot oleh motor kompresor dan ditekan secara adiabatik. Dan
seterusnya… (prosesnya diulangi lagi). Karena kalor alias panas yang ada di dalam kulkas melakukan
pengungsian masal menuju cairan yang ada dalam gulungan maka kulkas menjadi dingin.
AC (pendingin ruangan)
Walaupun rancangan alatnya berbeda, pada dasarnya prinsip kerja pendingin ruangan mirip seperti
kulkas. Untuk kasus ini, isi “kulkas”-nya adalah sebuah ruangan. Biasanya gulungan pendingin berada di
dalam ruangan sedangkan gulungan kondensor berada di luar ruangan… Pada bagian belakang gulungan
kondensor biasanya terdapat kipas. Tugas kipas hanya mengatur sirkulasi udara dan meniup gulungan
kondensor sehingga perpindahan kalor dari gulungan kondensor dan udara sekitar bisa terjadi lebih
cepat… Sebaliknya, di bagian belakang gulungan pendingin terdapat blower alias peniup. Tugasnya mirip
seperti kipas.. Kalau si kipas niup gulungan kondensor yang ada di luar ruangan sehingga kalor alias
panas cepat kabur menuju udara sekitar, maka si blower niup gulungan pendingin yang ada dalam
ruangan sehingga udara dingin bisa menyebar dalam ruangan…

You might also like