Professional Documents
Culture Documents
Sosiologi Pertanian
Nama komunitas:
Sosper_Peni_Subejo
Silahkan mengakses!!
Sosiologi Pertanian ??
Sosiologi ? Pertanian ?
Pedesaan ?
DESKRIPSI MK. SOSIOLOGI PERTANIAN (1)
n : i o l ogi
a ng a
n S os
er a 9
Ket engerti
. P i a n k a t an
1 an de
Pert de Pen
M eto ogi
2. s iol n
S o
n i a a n i an
a rt n 6 7 8
Pert tur Pe nian da
S truk Perta anah i an
3. i m
sti asaan T
e rt a n
S P
4. e n gu ngaan sial,
P m ba ik So i
e l e i s t n o m
5. K arakter an Eko i a l
3 4 5
K d o s
6. u d a ya s e sS
B i P ro
a n n an
Pet tur da Pedesa i dalam
S truk rakat a T an 2
7. a s ya Wanit
M n a n a n a n i an
a
er angun ert i
. P n P
8 b a as
Pem bangun lobalis 1
P e m ra G
9. m E
dala
Materi Pembelajaran :
Teacher Learner
Subject Subject
Student
Teacher
Pengertian Kelembagaan Pertanian
Kelembagaan pertanian (agricultural
institutions)-Æ norma atau kebiasaan yang
terstruktur dan terpola serta dipraktekkan terus
menerus untuk memenuhi kebutuhan anggota
masyarakat yang terkait erat dengan
penghidupan dari bidang pertanian di pedesaan
Kelembagaan pertanian di pedesaan tradisional-
Æ terkait erat antara kegiatan ekonomi dan
sosial masyaratnya
Kelembagaan pertanian--Ætradisional dan
modern
Kelembagaan pert. tradisional-Æbentuk-bentuk
kerjasama dan pertukaran tenaga, dll
Kelembagaan pert modern-Ækel. tani, koperasi,
kel. Pemakai air, kel.pemasaran, dll
Kebutuhan Dasar Manusia dan
Kelembagaan Sosial Ekonomi
Kelembagaan sosial ekonomi masyarakat---Æ
dibentuk untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
terhadap kehidupannya
Teori Maslow (kebutuhan berjenjang individu):
(1) fisiologis, (2) rasa aman, (3) hubungan sosial,
(4) pangakuan, (5) pengembangan pengakuan
Koreksi terhadap Teori Maslow oleh M. Celland-Æ
Teori Motivasi: (1) kebutuhan untuk berprestasi,
(2) kebutuhan untuk kekuasaan dan (3)
kebutuhan untuk bergabung/afiliasi
Teori Maslow-Æ linier, M. Celland-Æflexible
(tergantung pada situasi dan kondisi)
Lembaga TradisionaL dan Lembaga
Modern di Pedesaan
Subejo
e-mail: Subejo@lycos.com
e-learning address:
www.elisa.ugm.ac.id~Sosper_P
Ruang Lingkup Sosiologi Pertanian (1)
Obyek sosiologi pedesaan --Æseluruh penduduk di pedesaan
yang terus-menerus atau sementara tinggal di sana (masyarakat
pedesaan dan pertanian yang dilihat dari sudut pandang
hubungan antar manusia dan proses yang timbul dari hubungan
manusia di dalam masyarakat)
Obyek sosiologi pertanian --Æ keseluruhan penduduk yang
bertani tanpa memperhatikan jenis tempat tinggalnya. Sosiologi
pedesaan lebih menggunakan pendekatan lokasi dalam hal ini
“pemukiman”.
Sosiologi pertanian ---ÆPlanck (1993:4) sosiologi yang
membahas fenomena sosial dalam bidang ekonomi pertanian.
Sosiologi memusatkan hampir semua perhatiannya pada petani
dan permasalahan hidup petani.
Tema utama sosiologi pertanian adalah UU pertanian, organisasi
sosial pert. (struktur pert.), usaha pertanian, bentuk organisasi
pert., dan masalah sosial pert. Sebuah aspek yang sangat
penting adalah posisi sosial petani dalam masyarakat.
Ruang Lingkup Sosiologi Pertanian (2)
Masyarakat
Tani
Usaha
Tani
Pendahuluan
Negara, suku, tuan tanah, komune, penguasa kolonial--
Æ menentukan struktur pertanian di suatu wilayah
Struktur pertanian juga terkait dengan struktur sosial
masyarakat dan tujuan ekonomi masyarakat
Tujuan ekonomi masyarakat tercermin dari fungsi
lahan dasar pemenuhan kebutuhan seseorang, tempat
tinggal, sarana produksi, komoditi, kekayaan, tabungan
hari tua, basis kekuasaan, atau juga obyek martabat.
Faktor-faktor tersebut terikat dalam suatu struktur,
perubahan dalam satu faktor dapat memicu perubahan
pada faktor lainnya.
Struktur pertanian --Æ sistim yang komplek dimana
struktur tersebut terdiri dari pola institusi, ekonomi,
organisasi sosial, dan etika yang terdapat dalam sektor
pertanian dan daerah pedesaan yang berorientasi pada
sistim sosial dan ekonomi
1. Penggembalaan Berpindah
Merupakan tipe penggembalaan dimana ternak
digiring secara periodik ke padang rumput
Dua sistim utama penggembalaan berpindah :(1)
Sistim tranchumance-Æ imigrasi secara periodik
kawanan hewan milik orang yang hidup menetap, (2)
Sistim pastoral nomadism---Æ penggembalaan oleh
kelompok sosial (suku atau keluarga besar) dengan
hewan gembalanya melewati wilayah suku berupa
padang rumput yang umumnya dimiliki atas dasar
tradisi dan kekuasaan
Ternak--Æcadangan pemenuhan kebutuhan sendiri
dan saat nomadik serta sebagai simbol martabat
Penggembalaan berpindah nampaknya masih bisa
dilacak di wilayah Indonesia bagian timur terutama
untuk daerah-daerah padang rumput di Nusa
Tenggara Timur
2. Perladangan Berpindah
Lahan ditanami berpindah secara berkala, sehingga
lahan yang telah dipanen sebelumnya dibiarkan bera
dan menjadi hutan kembali kemudian akan ditanami lagi
setelah siklus waktu tertentu
Dijumpai di wilayah hutan tropik basah (di Indonesia: di
sebagian daerah Sulawesi, Kalimantan, Irian dan
sebagian kecil Sumatra)
Lahan adalah milik bersama dan dikuasai oleh
kelompok sosial ( suku). Kepala suku/adat umumnya
menentukan lahan yang boleh dimanfaatkan oleh setiap
keluarga/anggota sukunya.
Masa regenerasi perpindahan akan mempertahankan
kesuburan lahan, kalau hal itu berlangsung cukup lama
dan jumlah penduduk sedikit.
Pekerjaan dilakukan keluarga, pembagian kerja
menurut adat istiadat. Pria membuka lahan, wanita
bertanggung jawab menanami, mengolah dan yang
lebih maju lagi menangani pemasaran hasil pertanian.
3. Pertanian Feodalistik
Feodalisme--Æstratifikasi sosial-Ækepemilikan aset
Dua tipe pertanian feodalistik yaitu (1) feodalisme
persewaan dan (2) latufundia (hacienda).
Feodalisme Persewaan--Æ kekuasaan ekonomi sbg.
dasar tuan tanah untuk menguasai petani kecil dan
landless. Petani kecil-Æ terpaksa membayar sewa
tinggi, tergantung secara pribadi pada pemilik aset
besar-Æterjadi konsentrasi pemilikan modal
Bagi tuan tanah-Ælahan sbg. kekayaan untuk
disewakan dan juga martabat dan kekuasaan -Æbaca
buku James Scott (Moral Economy).
Latufundia -Æpemilikan lahan yang luar biasa
luasnya (exp. Amerika Latin). Bentuk hacienda
(facenda)-Æ UU kolonial yang memperbolehkan
kerja paksa/ pemberian hadiah lahan bagi jasa
kemiliteran
Lahan merupakan sumber kehormatan, kekuasaan,
dan spekulasi ekonomi.
4. Pertanian Keluarga
0,1-0,49 34,80
0,50-0,99 17,21
1,00-1,99 14,34
E-learning:
www.elisa/ugm/ac/id
Nama Komunitas:
Sosper_Peni_Subejo
E-mail:
Subejo@lycos.com
Sub-Pokok Bahasan:
1. Struktur Sosial Agraris di
Pedesaan
2. Sistim Nilai Budaya Masyarakat
Pedesaan
3. Karakteristik Ekonomi dan
Dinamika Perubahan Agraris
Struktur Sosial Agraris Pedesaan
Pola kehidupan masy. tgt. pada struktur
sosialnya-Æpola hak dan kewajiban pelaku
dalam sistim interakasi sosial yang relatif stabil
dalam suatu jangka waktu tertentu
Struktur sosial-Æjuga membahas hak, status dan
peran pelaku; Æ (masy.sederhana—>komplek)
Masy sederhana--Æstruktur sos. sederhana-Æ
sistim kekerabatan, Masy maju-Ækomplek
Warga masyarakat memiliki kemampuan
berinteraksi sosial yang beragam.
Int. sosial-Æfrekuensi dan keeratan hubungan
Orang cenderung memilih pola hubungan yang
paling menguntungkan dengan jml yang terbatas
Di pedesaan umumnya pola interaksi yang terkuat
adalah dengan kerabat dan tetangga terdekatnya
Anggota masy. yg memiliki mobilitas tinggi
mampu membangun int. sosial yang lebih luas
Studi empiris (Subejo, 2004) interkasi sosial di
pedesaan---Æoverlapping atas neighborship,
kinship dan friendship.
Keeratan hub. Sosial-Æ menghindari konflik;
respon terhadap pengaruh luar kolektif bagi masy
tradisional, individual-Æmasy modern.
Masyarakat dengan pola interkasi sosial yang
luas, luwes dan longgar-Æmudah menerima
perubahan baru termasuk inovasi di bidang
pertanian
Struktur sosial agraris di pedesaan (Wiradi)
0,1-0,49 34,80
0,50-0,99 17,21
1,00-1,99 14,34
Subejo
e-mail: Subejo@lycos.com
VII. STRUKTUR DAN PROSES
SOSIAL, MASYARAKAT
PEDESAAN
1. Sistim Nilai
2. Statifikasi Sosial
3. Pola Kepemimpinan
4. Interaksi Sosial
5. Proses Sosial
6. Mobilitas Sosial
1. Sistim Nilai
Nilai/Norma Karakteristik
Cara Bentuk perbuatan, pelanggaran: celaan,
kenampakan kurang suka. Contoh: cara
makan, minum, berjalan, berbicara, dll
Kebiasaan Kabiasaan yang berulang dan disukai,
pelanggaran: teguran, gosip. Contoh:
kebiasaan menghormati senioritas
Tata Kelakukan Kebiasaan sebagai norma pengatur,
pelanggaran: pengucilan. Contoh: tata
kelakukan menjaga solidaritas
Adat Istiadat Sifat yang dipelihara kelompok sebagai
alat pengawas. Pelanggaran: pengucilan,
pengusiran, Contoh: adat istiadat menjaga
ketertiban bersama
2. Statifikasi Sosial
Kepemimpinan-Ækemampuan seseorang
untuk mempengaruhi orang lain sehingga
orang lain tsb. bertingkah laku sesuai yang
diinginkan oleh pemimpinnya
Sifat kepemimpinan ada 2 : (1) formal, (2)
non-formal
Ciri kepemimpinan ; (1) otoriter, (2)
demokratis, (3) leizessfaire
Gaya kepemimpinan: (1) instruksi, (2)
konsultasi, (3) partsipasi, (4) delegasi
4. Interakasi Sosial
Vertical mobility
Horizontal mobility
Subejo
e-mail: Subejo@lycos.com
Social Capital dan Pembangunan
Masyarakat Desa
Putnam et.al (1993) Features of social organization, such as trust, norms (or
reciprocity), and networks (of civil engagement), that can
improve the efficiency of society by facilitating coordinated
actions
Narayan (1997) The rules, the norms, obligations, reciprocity and trust
embedded in social relations, social structure and society’s
institutional arrangements which enable members to achieve
their individual and community objectives
World Bank (1998) Social capital refers to the institutions, relationships, and
norms that shape the quality and quantity of a society’s social
interactions
Uphoff (1999) Social capital can be considered as an accumulation of
various types of intangible social, psychological, cultural,
institutional, and related assets that influence cooperative
behavior
Dhesi (2000) Shared knowledge, understandings, values, norms, and social
networks to ensure the intended results
Social capital mencakup: institutions,
relationships, attitudes dan values yang
mengarahkan dan menggerakan interkasi-interaksi
antar orang dan memberikan kontribusi terhadap
pembangunan sosial ekonomi.
Elemen social capital : (1) norms, (2) reciprocity,
(3) trust dan (4) network
Social akan tumbuh dan berkembang kalau
digunakan bersama (shared together) dan akan
mengalami kepunahan kalau tidak dilembagakan
secara bersama.
Pewarisan nilai social capital---Æproses adaptasi,
pembelajaran, serta pengalaman dalam praktek
nyata (bukan pewarisan genetik)
Praktek Social Capital di Daerah Pedesaan
A. Fo r p ub l ic p urp ose s
La bo r i n sti tuti on s
for m utu a l he lp
B . F or pri va te pu rpo se s
Social Stabilizers
Ro ta tio na l sa vi ng
g rou p
Tra d i ti o na l so ci a l
sa fe ty ne t
E qua l iz e d
i nh e ri ta nc e syste m
S ha re te n a n cy
syste m
Type Characteristics
Joint activities by community members to maintain public
Gerakan facilities such as mosques, meeting rooms, roads, irrigation
channels, springs, graveyards and guardhouses.
Joint activities by community members to cope with emergencies
Gugur Gunung
such as fires, land slides, house destruction, etc.
1. Sistim Nilai
2. Statifikasi Sosial
3. Pola Kepemimpinan
4. Interaksi Sosial
5. Proses Sosial
6. Mobilitas Sosial
1. Sistim Nilai
Nilai/Norma Karakteristik
Kepemimpinan-Ækemampuan seseorang
untuk mempengaruhi orang lain sehingga
orang lain tsb. bertingkah laku sesuai yang
diinginkan oleh pemimpinnya
Sifat kepemimpinan ada 2 : (1) formal, (2)
non-formal
Ciri kepemimpinan ; (1) otoriter, (2)
demokratis, (3) leizessfaire
Gaya kepemimpinan: (1) instruksi, (2)
konsultasi, (3) partisipasi, (4) delegasi
4. Interakasi Sosial
Pelayanan
Perbankan Penelitian
Pengolahan
Penyimpanan (agroindustri) Penyuluhan
Asuransi Pengaturan
Angkutan Kebijakan
Produksi
Dan lain-lain Komoditas
Pertanian
Fokus program
Pengadaan dan selama ini???
penyaluran sarana
produksi, alsintan
Production Economy/
Mechanism Market
Mechanism
Rural
Internal External
Commu-
Factors/Activities Factors/Activities
nity
Social Ecology
Mechanism Mechanism
Sustainable
Development
Biji-bijian = 6
Beras = 3
Teh = 6
Kopi = 4
Cokelat = 3
Pala = 1
Sawit = 2
Lada = 1
Karet alam = 2
General Lecture Josep E. Stiglitz
(14 Des 2004)
35,000
30,000
25,000
Luas Panen (000 ha)
Ha,Ton
10,000
5,000
-
1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003
Tahun
Produktivitas Padi Indonesia (ton/ha) tahun 1990-2003
4.60
Produktivitas (Ton/ha)
4.50
4.40
4.30
4.20
Produktivitas (ton/ha)
4.10
4.00
3.90
1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003
Tahun
7,000
6,000
Impor (000 Ton)
5,000
Impor Beras (000 ton)
4,000
3,000
2,000
1,000
-
1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003
Tahun
Daerah Surplus dan Defisit Beras di
Sumatera (1995-1999)
Lampu 179
ng
Total 1.216 Total -244 +877
Daerah Surplus dan Defisit Beras di Jawa
(1995-1999)
Jateng 1483
DIY 81
Jatim 1305
NTB 189
Kalbar -1
Maluku -145
Irian -109