Professional Documents
Culture Documents
SUSILAWATI
PENDAHULUAN
Metode seismik merupakan salah satu metode yang sangat penting dan
banyak dipakai di dalam teknik geofisika. Hal ini disebabkan metode seismik
mempunyai ketepatan serta resolusi yang tinggi di dalam memodelkan struktur
geologi di bawah permukaan bumi. Dalam menentukan struktur geologi, metode
seismik dikategorikan ke dalam dua bagian yang besar yaitu seismik bias dangkal
(head wave or refrected seismic) dan seismik refleksi (reflected seismic). Seismik
refraksi efektif digunakan untuk penentuan struktur geologi yang dangkal sedang
seismik refleksi untuk struktur geologi yang dalam (tidak dibahas dalam makalah
ini).
Dasar teknik seismik dapat digambarkan sebagai berikut. Suatu sumber
gelombang dibangkitkan di permukaan bumi. Karena material bumi bersifat elastik
maka gelombang seismik yang terjadi akan dijalarkan ke dalam bumi dalam
berbagai arah. Pada bidang batas antar lapisan, gelombang ini sebagian dipantulkan
dan sebagian lain dibiaskan untuk diteruskan ke permukaan bumi. Dipermukaan
bumi gelombang tersebut diterima oleh serangkaian detektor (geophone) yang
umumnya disusun membentuk garis lurus dengan sumber ledakan (profil line),
kemudian dicatat/direkam oleh suatu alat seismogram. Dengan mengetahui waktu
tempuh gelombang dan jarak antar geophone dan sumber ledakan, struktur lapisan
geologi di bawah permukaan bumi dapat diperkirakan berdasarkan besar
kecepatannya.
TUJUAN
Survey geofisika dengan metode seismik refraksi adalah bertujuan untuk :
1. Mendeteksi struktur geologi di bawah permukaan dangkal, misalnya patahan.
2. Menentukan kedalaman di bawah sumber pada medium dua lapis atau lebih
yang horizontal maupun miring.
3. Menentukan jenis batuan berdasarkan kecepatan gelombang yang merambat
dalam batuan tersebut.
DASAR TEORI
1 Pemantulan dan Pembiasan Gelombang
Hal-hal yang menjadi dasar pada pemantulan dan pembiasan gelombang
adalah :
• Asas Fermat
Gelombang menjalar dari satu titik ke titik lain melalui jalan tersingkat waktu
penjalarannya.
• Perinsip Huygens
“Titik-titik yang dilewati gelombang akan menjadi sumber gelombang baru”.
Front gelombang yang menjalar menjauhi sumber adalah superposisi front
gelombang-front gelombang yang dihasilkan oleh sumber gelombang baru
tersebut.
2 Asumsi Dasar
Berbagai anggapan yang dipakai untuk medium bawah permukaan bumi
antara lain :
a) Medium bumi dianggap berlapis-lapis dan tiap lapisan menjalarkan gelombang
seismik dengan kecepatan yang berbeda.
b) Makin bertambahnya kedalaman batuan lapisan bumi makin kompak.
Sedangkan anggapan yang dipakai untuk penjalaran gelombang seismik
adalah :
a) Panjang gelombang seismik << ketebalan lapisan bumi. Hal ini memungkinkan
setiap lapisan bumi akan terdeteksi.
b) Gelombang seismik dipandang sebagai sinar seismik yang memenuhi hukum
Snellius dan perinsip Huygens.
c) Pada bidang batas antar lapisan, gelombang seismik menjalar dengan kecepatan
gelombang pada lapisan dibawahnya.
d) Kecepatan gelombang bertambah dengan bertambahnya kedalaman.
3 Metode Refraksi
Bila gelombnag elastik yang menjalar dalam medium bumi menemui bidang
batas perlapisan dengan elastisitas dan densitas yang berbeda, maka akan terjadi
pemantulan dan pembiasan gelombang tersebut. Bila kasusnya adalah gelombang
kompresi (gelombang P) maka terjadi empat gelombang yang berbeda yaitu,
gelombang P-refleksi (PP1), gelombang S-refleksi (PS1), gelombang P-refraksi (PP2),
gelombang S-refraksi (PS2). Dari hukum Snellius yang diterapkan pada kasus
tersebut diperoleh :
VP1 V V V V
= P1 = S 1 = P 2 = S 2 (2)
sin i sin θ P sin θ S sin rP sin rS
di mana :
VP1 = Kecepatan gelombang-P di medium 1
VP2 = Kecepatan gelombang-P di medium 2
VS1 = Kecepatan gelombang-S di medium 1
VS2 = Kecepatan gelombang-S di medium 2
Gambar 3 Hubungan jarak dan waktu tempuh gelombang langsung, bias dan
pantul.
Berdasarkan grafik hubungan jarak dengan waktu tiba dapat ditentukan harga V1,
V2, Ti, dan Xo. V1 adalah kecepatan gelombang seismik pada medium 1 sedang V2
adalah kecepatan gelombang seismik pada medium 2, Ti adalah waktu penggal
(intercept time), dan Xo adalah jarak kritis. Untuk menentukan kedalaman di bawah
sumber gelombang h, ditinjau terlebih dahulu tentang lintasan penjalaran gelombang
bias pada Gambar 4. Waktu yang diperlukan untuk penjalaran dari lintasan A-B-C-D
adalah T.
T = T AB + TBC + TCD (5)
1 1 1
T= AB + BC + CD (6)
V1 V2 V1
1 h 1 1 h
T= + ( X − 2h tan ic ) + (7)
V1 cos ic V2 V1 cos ic
Dengan menggunakan persamaan (4) serta manipulasi matematis, persamaan (7)
dapat disederhanakan menjadi:
X 2h
T= + (V2 )2 − (V1 )2 (8)
V2 V1V2
Kedalaman lapisan di bawah geophone dapat ditentukan dengan dua cara yaitu
Gambar 9 Grafik hubungan jarak –vs- waktu pada pengukuran Up-Dip dan Down-
Dip
PENGAMBILAN DATA
Dalam survey seismik refraksi pada umumnya dilakukan prosedur sebagai
Berikut :
1. Menyusun konfigurasi peralatan (sesuai kondisi lapangan), pada umumnya
geophone dan sumber gelombang dipasang dalam satu garis lurus (line seismic).
Jarak pisah antara geophone adalah jarak horizontal dan ditentukan oleh kondisi
lapangan.
2. Penempatan sumber gelombang dilakukan untuk mendapatkan sumber imformasi
struktur bawah permukaan bumi secara detail. Sumber gelombang yang berada
di tengah spread (satu rangkaian geophone) diharapkan dapat mendeteksi
lapisan paling atas, dan sumber gelombang yang berada di luar spread
diharapkan dapat mendeteksi lapisan paling bawah yang dapat dicapai (lapisan
bed rock).
3. Data yang diperoleh dari survey seismik refraksi adalah waktu tempuh jalar
gelombang dari sumber ke tiap geophone yang disebut travel time.
Hal yang perlu diperhatikan pada saat pengukuran di lapangan adalah nois yang
sifatnya mengganggu. Ada beberapa hal penyebab nois antara lain adalah angin,
pohon, aliran sungai (parit), benda-benda lain yang bergerak dekat dengan
geophone (orang berjalan, sepeda motor, dan sebagainya). Untuk mendapatkan
hasil yang diharapkan, nois ini harus ditekan sekecil mungkin.
Ada dua macam nois yang dapat dibedakan,
1. Nois yang timbul sesaat kemudian lenyap
Nois ini diakibatkan oleh orang berjalan, motor/mobil, dan sebagainya. Untuk
menghindari nois semacam ini, pada saat sumber gelombang (source)
ditimbulkan, diusahakan agar tidak ada sesuatu yang bergerak disekitar
geophone.
2. Nois yang timbul terus menerus
Nois ini biasanya ditimbulkan oleh angin, pohon (bergoyang), aliran air sungai,
dan sebagainya. Untuk menghindari keadaan semacam ini sebaiknya setiap kali
mengadakan pengukuran seismik, diadakan terlebih dahulu “nois tes”. Jika nois
yang timbul cukup kecil dibanding dengan sinyal yang dihasilkan maka
pengukuran dapat dilaksanakan. Tetapi jika nois cukup besar dibanding sinyal,
pengukuran perlu ditunda beberapa saat sampai nois menjadi kecil.
Untuk menghindari nois, signal yang masuk dapat ditumpuk (di-stack)
beberapa kali, sehingga data yang diperoleh lebih baik dan jelas. Dilakukan
demikian karena dengan stacking, sinyal dijumlahkan sedang nois ditiadakan
(nois bersifat random dan acak).
Sebelum melakukan pengukuran ditentukan terlebih dahulu garis lintasan
pengukuran, lintasan pengukuran diusahakan datar dan mewakili daerah seismik
penelitian atau dengan kata lain penempatan lintasan penelitian didasarkan pada
pertimbangan teknis dan kaitannya dengan usaha untuk mendapatkan gambaran
keadaan bawah permukaan yang memadai.
DAFTAR PUSTAKA
Grant, F.S., & West, G.F., 1969, Interpretation Theory in Applied Geophysic, New
York, Mc. Graw Hill, Inc.