You are on page 1of 8

Nama : Ni Made Alit Prabawati

NIM : 0820025054
No.absen : 49

SURVEILANS EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TUBERCULOSIS DI PUSKESMAS DENPASAR


SELATAN I

1. Tujuan Umum dan Tujuan Khusus dari Surveilans Penyakit Tuberculosis (TB)
Surveilan Epidemiologi Tuberculosis memiliki tujuan umum dan tujuan khusus yaitu :
a. Tujuan Umum :
- Menjamin setiap pasien TB mendapat akses terhadap pelayanan yang bermutu
untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian oleh karena TB
- Menurunkan risiko penularan TB
- Menurunkan dampak sosial dan ekonomi akibat TB
b. Tujuan Khusus :
- Menurunkan Angka kesakitan dan Kematian TB
- Memutuskan Rantai Penularan
- Mencegah Multi Drug Resistance (MDR) TB

2. Strategi Surveilans Penyakit TB


Kegiatan Surveilans Epidemiologi dan Penanggulangan TB di Indonesia
dilaksanakan sesuai dengan azas desentralisasi dengan kabupaten/kota sebagai titik
berat manajemen porgram dalam kerangka ekonomi yang meliputi perencanaan,
pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi serta menjamin ketersediaan sumber daya (dana,
tenaga, sarana, dan prasarana). Kegiatan ini juga dilaksanakan di puskesmas denpasar
selatan 1 sebagai UPK terdekat yang meliputi wilayah Sesetan, Panjer, dan Sidakarya.
Puskesmas ini juga memiliki 2 buah puskesmas pembantu (pustu) yang membantu
kinerja puskesmas yang berada di wilayah Panjer, dan Sidakarya.
Puskesmas Denpasar Selatan 1 menggunakan strategi DOTS ( Directly Observed
Treatment Short-course) sebagai upaya penanggulangan TB yang telah dikembangkan
dari sejak awal tahun 1990-an oleh World Health Organization (WHO) dan International
Union Against TB and Lung Diseases (IUALTD). DOTS telah terbukti sebagai strategi
penanggulangan yang secara ekonomis paling efektif ( Cost Effective). Strategi ini
dikembangkan dari berbagai studi, uji coba klinik ( clinical trials), pengalaman-
pengalaman terbaik (best practices), dan hasil implementasi program penanggulangan
TB selama lebih dari dua dekade.
Penerapan strategi DOTS secara baik, disamping dengan cepat menekan
penularan juga mencegah berkembangnya MDR-TB. Fokus utama DOTS adalah
penemuan dan penyembuhan pasien, prioritas diberikan kepada pasien TB tipe menular.
Strategi ini akan memutuskan penularan TB sehingga dapat menurunkan insiden TB di
masyarakat.
Adapun komponen kunci strategi DOTS adalah :
a. Komitmen politis.
b. Pemeriksaan dahak mikroskopis yang terjamin mutunya.
c. Pengobatan jangka pendek yang standar bagi semua kasus TB dengan tatalaksana
kasus yang tepat, termasuk pengawasan langsung pengobatan.
d. Jaminan ketersediaan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang bermutu.
e. Sistem pencatatan dan pelaporan yang mampu memberikan penilaian terhadap hasil
pengobatan pasien dan kinerja program secara keseluruhan.
Target program penanggulangan TB adalah tercapainya penemuan pasien baru
TB BTA positif paling sedikit 70% dari perkiraan dan menyembuhkan 85% dari semua
pasien tesebut serta mempertahankannya. Target ini diharapkan dapat menurunkan
tingkat prevalensi dan kematian akibat TB hingga separuhnya pada tahun 2010
dibanding tahun 1990 dan mencapai tujuan millenium development goals (MDS) pada
tahun 2015. Adapun strategi penemuan yang dilakukan yaitu :
a. Penemuan pasien TB dilakukan secara pasif dengan promosi aktif. Penjaringan
tersangka pasien dilakukan di puskesmas sebagai unit pelayanan kesehatan
didukung dengan penyuluhan secara aktif baik oleh petugas kesehatan maupun
masyarakat untuk meningkatkan cakupan penemuan tersangka pasien TB.
b. Pemeriksaan terhadap kontak pasien TB terutama mereka yang BTA positif dan pada
keluarga anak yang menderita TB yang menunjukkan gejala sama harus diperiksa
dahaknya.
Penjaringan tersangka pasien TB yang dilakukan di puskesmas denpasar selatan
1 hanya TB paru yang dilaksanakan menggunakan gejala klinis utama yaitu batuk
berdahak selama 2-3 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan
yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan
menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih
dari satu bulan. Gejala-gejala tersebut juga dapat dijumpai pada penyakit paru selain TB
seperti bronkiektasis, bronkitis kronis, asma, kanker paru, dan lain-lain. Meningat
prevalensi TB d Indonesia saat ini masih tinggi maka setiap orang yang datang ke
puskesmas dengan gejala tersebut dianggap sebagai seorang tersangka (suspek) pasien
TB dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung.
Puskesmas denpasar selatan 1 merupakan Puskesmas Rujukan Mikroskopis
(PRM) yang ada di denpasar selatan. Penjaringan suspek TB juga dilakukan di rumah
sakit umum, swasta, balai pengobatan, klinik, dan dokter praktek swasta dengan
merujuk pasien yang memiliki gejala-gejala utama TB paru untuk melakukan
pemeriksaan dahak mikroskopis ke puskesmas tersebut. Semua suspek TB paru
diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari yaitu sewaktu (saat suspek TB datang
berkunjung ke puskesmas pertama kali)-pagi (dahak dikumpulkan di rumah pada pagi
hari kedua segera setelah bangun tidur dan pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada
petugas puskesmas )-sewaktu (dahak dikumpulkan di puskesmas pada hari kedua
saat menyerahkan dahak pagi)(SPS). Jika ditemukan BTA positif maka petugas
puskesmas akan turun ke lokasi sasaran untuk memeriksa keluarga atau masyarakat
sekitar pasien untuk mengetahui ada atau tidak yang memilik gejala utama TB paru.
Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien tuberkulosis memerlukan suatu
definisi kasus yang meliputi empat hal yaitu :
1. Lokasi atau organ tubuh yang sakit : paru atau ekstra paru
2. Bakteriologi (hasil pemeriksaan dahak mikroskopis) : BTA postif atau BTA negatif
3. Tingkat keparahan penyakit : ringan atau berat.
4. Riwayat pengobatan TB sebelumnya : baru atau sudah pernah diobati
Pengobatan pasien tuberkulosis juga penting untuk dilakukan, adapun prinsipnya yaitu :
a. OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat dalam jumlah
cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan menggunakan
OAT tunggal (monoterapi). Pemakaian obat kombinasi dosis tetap lebih
menguntungkan dan sangat dianjurkan.
b. Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan langsung
(DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO).

3. Alur Pelaporan Surveilans Penyakit TB


Penjaringan suspek TB dengan diagnosis dokter dan pemeriksaan dahak mikroskopis
kemudian dilakukan pencatatan oleh petugas laboratorium. Dalam pencatatannya,
puskesmas menggunakan formulir :
a. Daftar tersangka pasien (suspek) yang diperiksa dahak SPS (TB.06)
b. Formulir permohonan laboratorium TB untuk pemeriksaan dahak (TB.05)
c. Kartu pengobatan pasien TB (TB.01)
d. Kartu identitas pasien TB (TB.02)
e. Register TB UPK (TB.03 UPK)
f. Formulir rujukan/pindah pasien (TB.09)
g. Formulir hasil akhir pengobatan dari pasien TB pindahan (TB.10)
h. Register Laboratorium TB (TB.04)
Register TB UPK (TB.03 UPK) yang akan disetor kepada Dinas Kesehatan Kota Denpasar
sebagai tindak lanjut pencatatan dan pelaporan.

4. Kegiatan Surveilans Penyakit TB


a. Pengumpulan data termasuk sumber daya
Pengumpulan data dilakukan dari penjaringan suspek yang secara diagnosis klinis
gejala utama TB ditegakkan oleh dokter di puskesmas. Pasien dengan gejala utama
kemudian dilakukan pemeriksaan dahak mikroskopis yang dilaksanakan oleh petugas
laboratorium. Petugas laboratorium ini juga bertugas sebagai pemegang program
yang berkaitan dengan penanggulangan TB di puskesmas denpasar selatan I.
Puskesmas Denpasar Selatan I sebagai Puskesmas Rujukan Mikroskopis memiliki
tenaga pelaksana yaitu 1 orang dokter, 1 orang petugas laboratorium, dan 3 orang
perawat/petugas TB. Petugas ini secara fleksibel bisa juga turun ke lapangan untuk
melakukan pengumpulan data.
b. Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan dan pelaporan dilakukan oleh petugas laboratorium sebagai pemegang
program kemudian yang dilaporkan kepada kepala program P2M yang kemudian
diadakan pelaporan ke Dinas Kesehatan Kota Denpasar.

c. Umpan balik
Data-data yang telah terkumpul dan dikirim ke dinas kesehatan kota juga menjadi
bahan evaluasi kegiatan program penanggulangan TB di puskesmas Denpasar
Selatan I.
Tabel 1. Distribusi Penderita TBC Paru BTA positif tahun 2009 dan 2010

25

20

15

10 2009
2010

0
ar
i
ar
i et ril ei ni ju
li
tu
s
be
r
be
r
be
r
be
r
u r u ar ap m ju s o
jan fe
b m ag
u
pt
em ok
t
pe
m
se
m
se no de

Tabel 2. Distribusi Tersangka TBC Paru tahun 2009 dan 2010


40

35

30

25

20
2009
15
2010
10

0
i i et ril ei ni li s r er r r
ar ar ar Ju Ju tu be be be
nu
br u
m Ap M us em tob m m
Ja Fe A g
pt Ok pe se
Se No De

Tabel 3. Distribusi TBC Paru BTA positif Tahun 2009 dan 2010
Berdasarkan Kelompok Umur
140

120

100

80

60

40

20

0
ri ri n n un un un un un un un un
ha ha hu hu ah ah ah ah ah ah ah ah
0-
7 2 8 ta ta 9 t t 9 t 4 t 4 t 9 t 9 t +t
8- <1 1-
4 5- -1
4 -1 -4 -5 -5 -6 70
0 1 5 2 0 4 5 5 5 6 0
1
Tabel 4. Distribusi Tersangka TBC Paru Berdasarkan Kelompok Umur

250

200

150

100

50

0
ri ri n n un un un un un un un un
ha ha hu hu ah ah ah ah ah ah ah ah
0 - 7 2 8 ta ta 9 t t 9 t 4 t 4 t 9 t 9 t +t
8- <1 1-
4 5- -1
4 -1 -4 -5 -5 -6 70
0 1 5 2 0 4 5 5 5 6 0
1

Tabel 5. Distribusi Penderita TBC Paru Tahun 2009 dan 2010


Berdasarkan Jenis Kelamin
16

14

12

10

8
Laki-laki
6
Perempuan
4

0
i i il ei ni li s r r r r
ar ar et r ju Ju stu be be be be
nu
b r u ar Ap M u m to m m
Ja M Ag e pe se
Fe pt Ok De
Se No

Tabel 6. Distribusi Tersangka TBC Paru Tahun 2009 dan 2010


Berdasarkan Jenis Kelamin

35

30

25

20

15
Laki-laki2
10 Perempuan

0
ri ri t ril ei ni li s
be
r
be
r
be
r
be
r
nua r ua are Ap M ju Ju
ustu m to m m
Ja b M Ag e pe se
Fe pt Ok De
Se No

You might also like