You are on page 1of 104

PEMERINTAH KOTA MALANG

RANCANGAN
PERATURAN DAERAH KOTA MALANG

NOMOR..............TAHUN 2011

TENTANG
RENCANA DETAIL TATA RUANG KOTA MALANG TENGAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MALANG,

Menimbang : a. bahwa pembangunan Daerah perlu diarahkan pada


pemanfaatan ruang wilayah secara bijaksana, berdaya guna,
dan berhasil guna dengan berpedoman pada kaidah
penataan ruang sehingga kualitas ruang wilayah daerah
dapat terjaga keberlanjutannya demi terwujudnya
kesejahteraan umum, keadilan sosial, dan kelestarian
lingkungan;
b. bahwa pertumbuhan dan perkembangan masyarakat dapat
mengakibatkan penurunan kualitas pemanfaatan ruang dan
ketidakseimbangan struktur dan fungsi ruang wilayah
sehingga perlu ditata dengan baik;
c. bahwa berdasarkan ketentuan yang ada dalam Undang-
Undang Tata Ruang No.26 Tahun 2007 menunjukkan bahwa
setiap RTRW harus ditindaklanjuti dengan penyusunan
RDTRK sebagai perangkat operasional RTRW
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, huruf b dan huruf c, serta memperhatikan
Keputusan Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota
Malang Nomor ...........Tentang .........., perlu menetapkan
Peraturan Daerah tentang RDTRK Malang Tengah;

Mengingat :
1. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan
dan Pemukiman;
2. Undang-undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang
Telekomunikasi (Lembaran Negara Tahun 1999, Nomor 129
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3881)
3. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan
Gedung;
4. Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya
Air (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 32Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3477)
5. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang

1
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan;
6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah
diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2008;
7. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah;
8. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan;
9. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang
Perkeretaapian (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 65,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4722);
10. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4725);
11. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan
(Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4956);
12. Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan;
13. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
perlindungan dan pengelolan lingkungan hidup;
14. Undang-undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar
Budaya;
15. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang
Pedoman Pelaksanaan Undang – Undang Republik
Indonesia Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan
Gedung;
16. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;
17. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun
2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor
48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4833);
18. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang;
19. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk
Dan Tata Cara Peran Masyarakat Dalam Penataan Ruang
(Lembaran Negara Tahun 2010 Nomor 118, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 5160);
20. Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 tentang
Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat
Perbelanjaan Dan Toko Modern;

2
21. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 32 Tahun
1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung;
22. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 1996
tentang Pedoman Perubahan Pemanfaatan Lahan
Perkotaan;
23. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 1998
tentang Tata Cara peran Serta Masyarakat dalam Proses
Perencanaan Tata ruang di Daerah;
24. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2008
tentang Pedoman Perencanaan Kawasan Perkotaan;
25. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2008
tentang Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah
Tentang Rencana Tata Ruang Daerah;
26. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 50 Tahun 2009
tentang Pedoman Koordinasi Penataan Ruang Daerah;
27. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 63/PRT/M/1993
tentang Garis Sempadan dan Sungai, Daerah Manfaat
Sungai, Daerah Penguasaan Sungai dan Bekas Sungai;
28. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20/PRT/M/2007
tentang Pedoman Teknis Analisis Aspek Fisik Dan
Lingkungan, Ekonomi, Serta Sosial Budaya Dalam
Penyusunan Rencana Tata Ruang;
29. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 41/PRT/M/2007
tentang Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budidaya;
30. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 5/PRT/M/2008
tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang
Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan;
31. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 17
Tahun 2009 tentang Pedoman Penentuan Daya Dukung
Lingkungan Hidup dalam Penataan Ruang Wilayah;
32. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 27
Tahun 2009 tentang Pedoman Pelaksanaan Kajian
Lingkungan Hidup Strategis;
33. Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri
Pekerjaan Umum dan Menteri Negara Perumahan Rakyat
Nomor: 648-384 Tahun 1992,Nomor: 739/KPTS/1992,
Nomor: 09/KPTS tentang Pedoman Pembangunan
Perumahan dan Permukiman dengan Lingkungan Hunian
yang Berimbang;
34. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KM 65 Tahun1993
tentang Fasilitas Pendukung Kegiatan lalu Lintas dan
Angkutan Jalan;
35. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KM 49 Tahun
2000 tentang Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan
Di Sekitar Bandar Udara Husein Sastranegara - Bandung;
36. Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 1 Tahun 2000
tentang Pengaturan dan Pembinaan PKL di Wilayah Kota

3
Malang;
37. Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 1 Tahun 2002
tentang Penyelenggaraan Perparkiran di Kota Malang
38. Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 3 Tahun 2003
tentang Pengelolaan Pertamanan Kota dan Dekorasi Kota
39. Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 12 Tahun 2004
Pengelolaan Pasar dan Tempat Berjualan Pedagang
40. Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 3 Tahun 2006
tentang Penyelenggaraan Pemakaman
41. Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 6 Tahun 2008
tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah
42. Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 8 Tahun 2006
tentang Pengelolaan Air Tanah
43. Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 2 Tahun 2007
tentang Retribusi Pelayanan Pemakaman
44. Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 3 Tahun 2007
tentang Penyelenggaraan dan Retribusi Rumah Susun
45. Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 4 Tahun 2007
tentang Penyelenggaraan dan Retribusi Ijin Lokasi
46. Peraturan Daerah Kota Malang Nomor ................ Tahun
.......... tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Malang

4
Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA MALANG


dan
WALIKOTA MALANG

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA DETAIL TATA


RUANG KOTA MALANG TENGAH.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Kota Malang.
2. Pemerintah Daerah adalah Walikota dan perangkat daerah sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah.
3. Walikota adalah Walikota Malang.
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kota Malang.
5. Rencana Detail Tata Ruang Kota yang selanjutnya disingkat RDTRK, adalah penjabaran
dari Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) ke dalam rencana pemanfaatan ruang
kawasan dengan menetapkan blok-blok peruntukan pada kawasan fungsional yang
dimuat dalam peta rencana berskala 1:5000 atau lebih.
6. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk
ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain
hidup, melakukan kegiatan dan memelihara kelangsungan hidupnya.
7. Tata Ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.
8. Struktur Ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana
dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat
yang secara hirarkis memiliki hubungan fungsional.
9. Pola Ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi
peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya.
10. Penataan Ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan
ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
11. Perencanaan Tata Ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruang dan
pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang.
12. Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang
sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program
beserta pembiayaannya.
13. Pengendalian Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang.
14. Rencana Tata Ruang adalah hasil perencanaan struktur dan pola pemanfaatan ruang.
15. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur
terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif
dan/atau aspek fungsional.
16. Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung dan/atau budidaya.
17. Kawasan Strategis Daerah adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan
karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kota terhadap ekonomi,
sosial, budaya dan/atau lingkungan.

5
18. Ruang Terbuka Hijau atau disingkat RTH adalah bagian dari Kota yang tidak didirikan
bangunan atau sedikit mungkin unsur bangunan, terdiri dari unsur alam (antara lain
vegetasi dan air) dan unsur binaan antara lain taman kota, jalur hijau, pohon-pohon
pelindung tepi jalan, hutan kota, kebun bibit, pot-pot kota, pemakaman, pertanian kota
yang berfungsi meningkatkan kualitas lingkungan.
19. Koefisian Dasar Hijau adalah angka prosentase berdasarkan perbandingan antara luas
lahan terbuka untuk penanaman tanaman dan atau peresapan air terhadap luas persil
yang dikuasai.
20. Sempadan Sungai adalah kawasan sepanjang kiri kanan saluran/sungai termasuk
sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer, yang mempunyai manfaat penting untuk
mempertahankan kelestarian fungsi sungai
21. Garis Sempadan Bangunan adalah garis yang tidak boleh dilampaui oleh denah
bangunan ke arah Garis Sempadan Jalan yang ditetapkan dalam rencana ruang kota.
22. Garis Sempadan Jalan adalah garis rencana jalan yang ditetapkan dalam rencana ruang
kota.
23. Koefisien Dasar Bangunan atau disingkat KDB adalah angka perbandingan jumlah luas
lantai dasar terhadap luas tanah perpetakan yang sesuai dengan rencana kota;
24. Koefisien Lantai Bangunan atau disingkat KLB adalah angka perbandingan jumlah luas
seluruh lantai terhadap luas tanah perpetakan yang sesuai dengan rencana kota
25. Tempat Penampungan Sementara atau disingkat TPS adalah tempat sebelum sampah
diangkut ke tempat pendauran ulang, pengolahan, dan/atau tempat pengolahan sampah
terpadu.
26. Limbah bahan berbahaya dan beracun, disingkat limbah B3, adalah sisa suatu usaha
dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena
sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusakkan lingkungan hidup, dan/atau dapat
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta
makhluk hidup lain;
27. Kecamatan adalah wilayah kerja Camat sebagai perangkat Daerah.
28. Kelurahan adalah wilayah kerja Lurah sebagai perangkat Daerah dibawah Kecamatan.
29. Rencana Blok adalah perencanaan pembagian lahan dalam kawasan menjadi blok dan
jalan, dimana blok terdiri atas unit lingkungan dengan konfigurasi tertentu.
30. Rencana Sub Blok adalah perencanaan pembagian blok dalam kawasan menjadi sub
blok dan jalan dengan pemanfaatan ruang atau karakter lingkungan yang homogen.
31. Blok Peruntukan adalah bagian dari unit lingkungan yang mempunyai peruntukan
pemanfaatan ruang tertentu yang dibatasi oleh jaringan pergerakan dan atau jaringan
utilitas.
32. Sub Blok Peruntukan adalah wilayah perencanaan terkecil dengan batasan wilayah
administrasi kelurahan.
33. Peraturan zonasi adalah ketentuan yang mengatur tentang persyaratan pemanfaatan
ruang dan ketentuan pengendaliannya dan disusun untuk setiap blok/zona peruntukan
yang penetapan zonanya dalam rencana rinci tata ruang.
34. Izin pemanfaatan ruang adalah izin yang dipersyaratkan dalam kegiatan pemanfaatan
ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB II
TUJUAN, FUNGSI, DAN RUANG LINGKUP
Bagian Kesatu

Tujuan

Pasal 2
Penataan ruang di Malang Tengah bertujuan untuk mewujudkan:

6
a. arahan bagi masyarakat dalam pengisian pembangunan fisik kawasan,
b. pedoman bagi instansi dalam menyusun zonasi, dan pemberian perijinan kesesuaian
pemanfaatan bangunan dengan peruntukan lahan

Bagian Kedua
Fungsi

Pasal 3
Penataan ruang di Malang Tengah berfungsi sebagai:
a. Menyiapkan perwujudan ruang, dalam rangka pelaksanaan program pembangunan
daerah,
b. Menjaga konsistensi pembangunan dan keserasian perkembangan kawasan fungsional
dengan RencanaTata Ruang Wilayah Kota,
c. Menciptakan keterkaitan antar kegiatan yang selaras, serasi dan efisien dalam
perencanaan kawasan,
d. Menjaga konsistensi perwujudan ruang kawasan melalui pengendalian program-program
pembangunan daerah.

Bagian Ketiga
Ruang Lingkup

Pasal 4
(1). Ruang lingkup RDTRK Malang Tengah meliputi :
a. Wilayah Perencanaan
b. Batas – Batas Wilayah Perencanaan
c. Materi yang ditentukan dalam Rencana Detail Tata Ruang Kota
d. Pengendalian Rencana Detail Tata Ruang Kota
e. Kelembagaan
f. Peran Serta Masyarakat

(2). Wilayah perencanaan sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a dengan wilayah meliputi
Kecamatan Klojen.

(3). Batas-batas RDTRK Kota Malang Tengah sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b
adalah sebagai berikut :
a. Sebelah Utara : Kecamatan Blimbing dan Kecamatan Lowokwaru
b. Sebelah Timur : Kecamatan Kedungkandang dan Kecamatan Blimbing
c. Sebelah Selatan : Kecamatan Sukun
d. Sebelah Barat : Kecamatan Lowokwaru dan Kecamatan Sukun

(4). Rencana Detail Tata Ruang Kota Malang Tengah sebagaimana dimaksud ayat (1)
huruf c meliputi :
a. Tujuan Pengembangan
b. Rencana struktur ruang yang meliputi rencana persebaran penduduk, rencana
struktur ruang, rencana blok, rencana skala pelayanan kegiatan, rencana sistem
jaringan yang terdiri dari rencana sistem jaringan pergerakan dan rencana sistem
jaringan utilitas;

7
c. Rencana Fasilitas Umum yang meliputi fasilitas sosial dan umum, fasilitas ekonomi
serta Ruang Terbuka Hijau
d. Rencana peruntukan blok yang meliputi kawasan fungsional binaan dan kawasan
fungsional alami/perlindungan setempat ;
e. Rencana penataan bangunan dan lingkungan (amplolp ruang) yang meliputi tata
kualitas lingkungan, tata bangunan, serta arahan garis sempadan
f. Fasilitas Anjungan Tunai Mandiri
g. Indikasi program pembangunan yang meliputi program yang dikelola pemerintah,
program yang dikerjasamakan, program yang dipihak ketigakan/swasta serta
sistem pembiayaan program.

(5).Pengendalian Rencana Detail Tata Ruang Kota Malang Tengah sebagaimana


dimaksud ayat (1) huruf d adalah zonasi, aturan insentif dan disinsentif, perijinan dalam
pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang melalui pengawasan;

(6). Kelembagaan sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf e adalah struktur organisasi
kelembagaan dalam pelaksanaan penataan ruang, pengendalian pemanfaatan ruang
serta tata cara peran serta masyarakat dalam pelaksanaan peraturan zonasi

(7). Peran Serta Masyarakat sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf f adalah hak dan
kewajiban serta peran serta masyarakat dalam pelaksanaan penataan ruang,
pengendalian pemanfaatan ruang serta tata cara peran serta masyarakat dalam
pelaksanaan peraturan zonasi.

BAB III
RECANA DETAIL TATA RUANG KOTA MALANG TENGAH
Bagian Pertama
Rencana Struktur Ruang
Paragraf I
Umum

Pasal 5

Struktur ruang Malang Tengah yang meliputi rencana kependudukan, rencana pemusatan
kegiatan, rencana blok, rencana skala pelayanan kegiatan, rencana sistem jaringan yang
terdiri dari rencana sistem jaringan pergerakan dan rencana sistem jaringan utilitas;

Paragraf II
Rencana Kependudukan

Pasal 6

Rencana kependudukan meliputi :


a. jumlah dan kepadatan penduduk, tingkat pertumbuhan penduduk serta distribusi
penduduk
b. tingkat ketergantungan serta sosial budaya

8
Pasal 7

(1). Pembatasan jumlah penduduk di Malang Tengah dilakukan melalui manajemen


kependudukan.
(2).Manajemen kependudukan sebagaimana yang dimaksud ayat (1) meliputi seleksi
migrasi dan urbanisasi, peningkatan kualitas SDM serta peningkatan peran serta
masyarakat dalam pembangunan.
(3).Pendistribusian penduduk ke seluruh kelurahan di Malang Tengah diarahkan agar terjadi
keseimbangan aktivitas yang dapat memicu pemerataan dan persebaran infrastruktur
antar kecamatan
(4). Rencana kepadatan penduduk diarahkan sebagai berikut :
a. kawasan dengan kepadatan sedang namun memiliki luasan lahan yang masih
memungkinkan untuk menambah penduduk dan fasilitas penunjangnya dapat
ditingkatkan kepadatannya meliputi Kelurahan Kidul Dalem, Kelurahan Gading Kasri,
Kelurahan Penanggungan dan Kelurahan Rampal Celaket;
b. kawasan dengan kepadatan sangat tinggi dan kepadatan tinggi dipertahankan atau
dibatasi tingkat kepadatannya yaitu Kelurahan Samaan dan Kelurahan Sukoharjo;
c. kawasan dengan kepadatan rendah dan merupakan kawasan strategis direncanakan
untuk peningkatan fasilitas umum dan diarahkan tingkat kepadatannya tetap atau
meningkat meskipun tidak secara signifikan meliputi Kelurahan Klojen dan Kelurahan
Oro-oro Dowo.

Pasal 8

Ketergantungan penduduk terkait dengan kelompok umur produktif dan ketenagakerjaan


diarahkan melalui :
a. peningkatan kegiatan sosial seperti bimbingan/pelatihan baik bimbingan keterampilan
maupun bimbingan religi/keagamaan;
b. membuka lapangan pekerjaan baru yang dapat menyerap banyak tenaga kerja dengan
menambah lapangan kerja dan memberikan modal bagi pengusaha kecil dan rumah
tangga dalam bentuk koperasi koperasi simpan pinjam.

Paragraf III
Rencana Struktur Ruang

Pasal 9

(1). Struktur Ruang di Malang Tengah sebagai berikut :


a. Zona Utama atau Pusat Pelayanan regional berada di Alun – Alun Tugu dan
sekitarnya dengan fungsi kegiatan dominan sebagai perdagangan dan jasa.
b. Zona Pendukung atau Sub Pusat Pelayanan Kota berada di masing- masing pusat
Blok Peruntukan dengan fungsi kegiatan dominan sebagai berikut :
- Blok Peruntukan I terdapat pemusatan kegiatan di koridor Jl. Jaksa Agung
Suprapto - Jl. WR. Supratman, dengan fungsi kegiatan dominan sebagai fasilitas
umum pemerintahan dan perkantoran, pendidikan dan kesehatan berskala
regional serta pusat pertahanan dan keamanan.
- Blok Peruntukan II terdapat pemusatan kegiatan di kawasan Jl. Brigjen Slamet
Riyadi dengan fungsi kegiatan dominan sebagai perdagangan dan jasa berskala
regional.

9
- Blok Peruntukan III terdapat pemusatan kegiatan di Jl. Terusan Kawi - Jl. Kawi
Atas dengan fungsi kegiatan dominan sebagai fasilitas umum pemerintahan dan
perkantoran serta pendidikan skala regional.
- Blok Peruntukan IV terdapat pemusatan kegiatan di Jl. Kawi dengan fungsi
kegiatan dominan sebagai perdagangan jasa skala regional, sarana olah raga,
fasilitas umum pendidikan, peribadatan dan kesehatan skala regional.
- Blok Peruntukan V terdapat pemusatan kegiatan di Alun-Alun Tugu dengan
fungsi kegiatan dominan sebagai pusat pemerintahan dan perkantoran serta
fasilitas umum pendidikan skala kota.
- Blok Peruntukan VI terdapat pemusatan kegiatan di sekitar kawasan Pasar Besar
dengan fungsi kegiatan dominan sebagai perdagangan dan jasa berskala
regional.
c. Zona Pelengkap atau Pusat Lingkungan berada di pusat masing-masing sub blok
peruntukan.
(2).Peta rencana struktur ruang sebagaimana dimaksud pada Ayat (1), tercantum dalam
lampiran 1 yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Paragraf IV
Rencana Blok

Pasal 10

(1). Rencana Blok meliputi Rencana Blok dan Rencana Sub Blok.
(2) Rencana Blok di Malang Tengah dibagi menjadi 6 Blok Peruntukan, dimana masing-
masing Blok Peruntukan akan terbagi lagi menjadi 11 Sub Blok Peruntukan
(3). Pembagian Blok sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah sebagai berikut :
a. Blok Peruntukan I, meliputi Kelurahan Sama’an dan Kelurahan Rampal Celaket.
Dengan pusatnya berada di Kawasan Jl. Jaksa Agung Suprapto - Jl. WR.
Supratman. Dominasi kegiatan adalah fasilitas umum pemerintahan dan
perkantoran, pendidikan dan kesehatan berskala regional serta pusat pertahanan
dan keamanan.
b. Blok Peruntukan II, meliputi wilayah Kelurahan Oro-oro Dowo dan Kelurahan
Penanggungan. Dengan pusatnya berada pada kawasan Jl. Brigjen Slamet Riyadi
dengan dominasi kegiatan perdagangan dan jasa skala regional.
c. Blok Peruntukan III, meliputi Kelurahan Bareng dan Kelurahan Gading Kasri.
Pusatnya berada di Jl. Terusan Kawi - Jl. Kawi Atas dengan dominasi kegiatannya
yaitu fasilitas umum pemerintahan dan perkantoran serta pendidikan skala regional.
d. Blok Peruntukan IV, meliputi Kelurahan Kauman dan Kelurahan Kasin, dengan pusat
berada pada kawasan Jl. Kawi tepatnya di Kawasan Mall Malang Olimpic Garden
(MOG). Dominasi kegiatannya perdagangan jasa, Sarana Olaharaga, pendidikan,
peribadatan, kesehatan dan permukiman.
e. Blok Peruntukan V, meliputi wilayah Kelurahan Kidul Dalem dan Kelurahan Klojen.
Pusat berada di Alun-alun Tugu dengan dominasi kegiatan pemerintahan,
perkantoran dan fasilitas umum pendidikan.
f. Blok Peruntukan VI, meliputi Kelurahan Sukoharjo, dengan pusat berada pada
kawasan Pasar Besar. Dominasi kegiatannya perdagangan jasa skala regional.
(4).Pembagian Sub Blok Peruntukan sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah sebagai
berikut :
a. Sub Blok Peruntukkan I-1 meliputi Kelurahan Sama’an. Dengan batas wilayahnya
yaitu pada sisi selatan Sepanjang aliran sungai DAS Brantas. Sisi Barat meliputi
sepanjang aliran sungai Brantas. Sebelah utara meliputi Jl. Gilimanuk. Serta batas
sebelah timur meliputi Jl. Jaksa Agung Suprapto. Pusat Sub Blok berada di koridor

10
Jl. Jaksa Agung Suprapto, dengan dominasi kegiatan yaitu fasilitas umum
perkantoran skala regional.
b. Sub Blok Peruntukkan I-2 meliputi Kelurahan Rapal Celaket, yang dibatasi di sisi
utara yaitu Jl. Indragiri, sisi selatan dibatasi Jl. Dr. Cipto, serta pada sisi timur
dibatasi oleh Jl. Tumenggung Suryo s.d Jl. Panglima Sudirman, serta sebelah barat
dibatasi Jl. Jaksa Agung Suprapto – Jl. Lembang – Jl. Kaliurang s.d Jl. Letjen
Sutoyo. Pusat Sub Blok Peruntukkan di Jl. Wr. Supratman dengan dominasi kegiatan
Fasilitas Umum perkantoran, pendidikan dan kesehatan skala regional.
c. Sub Blok Peruntukkan II-1, meliputi Kelurahan Penanggungan. Dengan batas
wilayahnya yaitu pada sisi selatan Jl. Jakarta – Jl. Bogor - Jl. Veteran, sisi Barat
meliputi Jl. Terusan Cikampek s.d Jl. Cipayung. Untuk sebelah utara dan timur
dibatasi oleh batas fisik berupa Sungai Brantas. Pusatnya berada koridor Jl. Veteran
dan Jl.Pandjaitan, dengan dominasi kegiatan yaitu fasilitas umum pendidikan skala
regional.
d. Sub Blok Peruntukkan II-2, meliputi Kelurahan Oro-oro Dowo, yang dibatasi di sisi
utara yaitu Sungai Brantas – Jl. Ijen - Jl. Simpang Ijen, sisi selatan dibatasi Jl.
Semeru – Jl. Retawu, serta pada sisi barat dibatasi oleh meliputi Jl. Gede – Jl.
Pahlawan – Jl. Jakarta serta sebelah timur dibatasi Jl. Basuki Rahmad serta Sungai
Brantas. Pusat Sub Blok Peruntukkan di kawasan Simpang Balapan, dengan
dominasi kegiatan yaitu fasilitas umum pendidikan dan perdagangan dan jasa skala
regional.
e. Sub Blok Peruntukkan III-1, meliputi Kelurahan Gading Kasri. Dengan batas
wilayahnya yaitu pada sisi Selatan Jl. Raya Dieng - Jl. Terusan Kawi – Jl. Kawi Atas,
batas sebelah utara meliputi Jl. Terusan Surabaya – Jl. Gede – Jl. Retawu – Jl.
Semeru, serta batas sebelah timur Jl. Sumbing, serta batas sebelah baratnya yaitu
Jl. Galunggung dan Kali Kasin. Pusat Sub Blok Peruntukkan III-1 yaitu pada koridor
Jl. Wilis sampai dengan Jl. Bondowoso, dengan dominiasi kegiatan yaitu
perdagangan dan Jasa skala kota.
f. Sub Blok Peruntukkan III-2, meliputi Kelurahan Bareng, yang dibatasi di sisi utara
yaitu Jl. Raya Dieng – Jl. Terusan Kawi – Jl. Kawi Atas - Jl. Kawi, sisi selatan
dibatasi Jl.IR. Rais, serta pada sisi timur dibatasi oleh meliputi Jl. Bareng Kartini
serta Jl. Kelud dan sisi barat dibatasi oleh Jl. Raya Langsep – Jl. Simpang Langsep.
Pusat Sub Blok Peruntukkan di Jl. Kawi, dengan dominasi kegiatan yaitu
perdagangan jasa skala kota.
g. Sub Blok Peruntukkan IV-1, meliputi Kelurahan Kasin. Dengan batas wilayahnya
yaitu pada sisi Selatan Jl. Sonokeling, batas sebelah utara meliputi Jl. IR. Rais – Jl.
Brigjen Katamso - Jl. Ade Irma Suryani, serta batas sebelah timur meliputi Jl. Sutan
Syahrir – Jl. Halmahera – Jl. Rangsang – Jl. Galang Selatan – Jl. Sonokeling, serta
batas sebelah baratnya yaitu Kali Kasin sebagai pembatas perkembangan
kelurahan. Pusat Sub Blok Peruntukkan IV-1 yaitu pada koridor Jl. Arif Margono
serta Jl. Ade Irma Suryani, dengan dominiasi kegiatan yaitu perdagangan dan jasa
skala kota serta fasilitas umum pendidikan dan kesehatan skala regional.
h. Sub Blok Peruntukkan IV-2, meliputi Kelurahan Kauman yang dibatasi di sisi utara
yaitu Jl. Semeru s.d Jl. Kahuripan, pada utara barat yaitu Jl. Sumbing dan sebelah
barat yaitu Jl. Kawi - Jl. Kelud – Jl. Bareng Kartini, sementara pada sisi selatan
dibatasi Jl. IR. Rais – Jl. Brigjen Katamso – Jl. Ade Irma Suryani, serta pada sisi
timur dibatasi oleh Jl. Basuki Rahmad, Jl. Majapahit, serta Jl. Tugu. Pusat Sub Blok
Peruntukkan IV-2 di Jl. Kawi, dengan dominasi kegiatan yaitu perdagangan jasa dan
fasilitas umum pendidikan skala kota.
i. Sub Blok Peruntukkan V-1, meliputi Kelurahan Kidul Dalem. Dengan batas
wilayahnya yaitu pada sisi Selatan Jl. Merdeka Selatan – Jl. KH. Agus Salim.
Sementara itu, batas sebelah utara meliputi Jl. Majapahit – Jl. Tugu – Jl.
Kertanegara, serta batas sebelah timur meliputi Jl. Jendral Panglima Sudirman – Jl.
Aris Munandar – Jl. Zainul Arifin, sedangkan batas sebelah barat yaitu Jl. Majapahit
– Jl.Jenderal Basuki Rahmat – Jl. Merdeka Barat. Pusat Sub Blok Peruntukkan V-1

11
yaitu pada kawasan Jl. Kertanegara - Jl.Kahuripan dengan dominasi kegiatan yaitu
pusat pemerintahan dan perkantoran skala kota.
j. Sub Blok Peruntukkan V-2, meliputi Kelurahan Klojen dengan batas wilayahnya yaitu
pada sisi selatan Jl. Kahuripan – Jl. Tugu – Jl. Kertanegara, sisi Barat meliputi Jl.
Jaksa Agung Soeprapto, sebelah utara meliputi Jl. Dr. Cipto dan batas sebelah timur
meliputi Jl. Panglima Sudirman, dengan dominasi kegiatan yaitu pusat pendidikan
skala kota dan fasilitas umum kesehatan skala regional. Pusat sub blok perumtukkan
V-2 berada pada koridor Jl.Kertanegara - Jl.Kahuripan.
k. Sub Blok Peruntukkan VI, meliputi Kelurahan Sukoharjo yang dibatasi di sisi Selatan
yaitu Jl. Irian Jaya s.d Jl. Sartono, pada utara yaitu Jl. KH. Agus Salim – Jl. Zainul
Arifin – Jl. Aris Munandar, Sebelah barat yaitu Jl. SW. Pranoto - Jl. Sutan Syahrir s.d.
Jl. Halmahera, dan pada sisi timur yaitu Jl. Gatot Subroto - Jl. Laksamana
Martadinata. Pusat Sub Blok Peruntukkan VI di Jl. Pasar Besar, dengan dominasi
kegiatan perdagangan jasa berskala regional.
(4).Peta rencana blok peruntukan sebagaimana dimaksud pada Ayat (3), tercantum dalam
lampiran 2 yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(5).Peta rencana sub blok peruntukan sebagaimana dimaksud pada Ayat (4), tercantum
dalam lampiran 3 yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Paragraf V
Rencana Skala Pelayanan Kegiatan

Pasal 11

(1).Rencana sistem pusat perwilayahan di Malang Tengah dibagi menjadi 3 yaitu kegiatan
sentra primer (pelayanan skala wilayah/kota), kegiatan sentra sekunder (pelayanan
skala kecamatan) dan kegiatan tersier/lokal (pelayanan skala lingkungan).
(2). Rencana Kegiatan Sentra Primer sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah meliputi:
a. Pusat kegiatan Pemerintahan dan Perkantoran
Pusat kegiatan Pemerintahan ini berada di sekitar kawasan Alun-alun Tugu, tepatnya
berada di Kelurahan Klojen dan Kidul Dalem. Adapun kegiatan pemerintahan ini
didukung dan diperkuat dengan keberadaan pusat kantor pemerintahan kota Malang
yang saat ini lokasinya berada di sekitar kawasan tugu.
b. Pusat kegiatan perdagangan dan jasa
Pusat kegiatan perdagangan dan jasa dengan skala pelayanan regional dapat
ditemukan di beberapa titik lokasi yang ditandai dengan keberadaan pusat-pusat
perdagangan jasa serta Mall-Mall yang ada. Untuk pemusatan kegiatan
perdagangan jasa skala regional, yaitu di ; Kawasan Alun-alun Merdeka, kawasan
Pasar Besar, Mall Malang Olimpic Garden (MOG) serta Mall Malang Town Square
(Matos) serta di kawasan Kayu Tangan tepatnya di koridor Jl. Basuki Rahmad, serta
Kawasan perdagangan dan jasa sepanjang koridor Jl. Jaksa Agung Suprapto.
c. Pusat Pelayanan Umum
Perkembangan Fasilitas Umum dan sosial yang ada di kecamatan Klojen, meliputi
perkembangan fasilitas kesehatan, peribadatan dan Olahraga.
Fasilitas Kesehatan dengan skala besar yaitu RS. Syaiful Anwar yang terdapat di
koridor Jl. Jaksa Agung Suprapto, RS. Lavallete yang terdapat di Jl. WR. Supratman,
serta RS. Panti Waluyo yg terdapat di Kelurahan Kasin tepatnya di Koridor Jl. Nusa
Kambangan. Perkembangan Kegiatan peribadatan skala regional yang ada di
Kecamatan Klojen terdapat di beberapa titik lokasi, yaitu di kawasan Alun-alun
Merdeka dengan ditandai keberadaan Masjid Jami’ Kota Malang serta Gereja GPIB
Immanuel serta Gereja Paroki Hati Kudus. Untuk fasilitas olahraga berada di
Lapangan Olahraga Stadion Gajayana. Pusat kegiatan pendidikan yang ada di

12
Kecamatan Klojen berkembang di sepanjang koridor Jl. Veteran – Jl. Bandung – Jl.
Ijen, di kawasan Tugu, serta di Kelurahan Kauman tepatnya di sekitar Perguruan
Tinggi IKIP Budi Utomo yang merupakan kompleks pendidikan dan sepanjang
koridor Jl. Jaksa Agung Suprapto.
(3). Rencana Kegiatan Sentra Sekunder sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah meliputi:
a. Pusat kegiatan perdagangan dan jasa
Pusat kegiatan perdagangan dan jasa dengan skala kota ditemukan hampir di
tersebar di semua wilayah Kecamatan Klojen, antara lain di koridor Jl. Jaksa Agung
Suprapto, Jl. Panjaitan, Jl. Trunojoyo, Jl. Cokroaminoto, Jl. Tumenggung Suryo, Jl.
Halmahera, Jl. Raya Dieng, serta Jl. Kawi. Selain itu terdapat pula beberapa pasar
yang berkembang pada tiap-tiap kelurahan di yang memiliki skala pelayanan kota,
yaitu seperti Pasar Comboran, Pasar Mergan, Pasar Klojen.
b. Pusat Pelayanan Umum (Pendidikan, Kesehatan, Peribadatan)
Kegiatan pelayanan umum skala kota berkembang di seluruh wilayah kelurahan,
dengan keberadaannya pada umumnya pada koridor arteri sekunder.
c. Permukiman
Perkembangan kegiatan permukiman yang di Kecamatan Klojen, berkembang di
seluruh wilayah kecamatan. Baik yang berupa permukiman organis (tumbuh secara
alamiah) maupun permukiman anorganis (direncanakan).
d. Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Sebaran RTH di kecamatan Klojen, tersedia dalam beberapa bentukan yaitu Hutan
Kota, Taman, lapangan olahraga serta Jalur Hijau. RTH Kota saat ini yaitu Hutan
Kota Malabar yg terdapat di Kelurahan Oro-oro Dowo, Hutan Kota Jakarta yang
terdapat di kelurahan Penanggungan, serta Lapangan Olahraga . Sementara untuk
RTH di lokasi lainnya lebih berkembang dalam bentuk taman dan jalur hijau.
(4). Rencana Kegiatan Sentra Tersier di Malang Tengah (Kecamatan Klojen) sebagaimana
dimaksud ayat (1) adalah berupa fasilitas perdagangan, fasilitas umum (fasilitas
kesehatan, peribadatan dan pendidikan) dapat ditemukan pada masing-masing
kelurahan yang menyatu dengan kawasan pemukiman penduduk.
(5).Peta rencana sistem pusat perwilayahan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1),
tercantum dalam lampiran 4 yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Kedua
Rencana Sistem Jaringan
Paragraf I
Umum

Pasal 12

(1).Rencana Sistem Jaringan di Malang Tengah meliputi Rencana Sistem Jaringan


Pergerakan, Rencana Sistem Jaringan Utilitas dan Rencana Jalur Evakuasi Bencana.
(2). Rencana Sistem Jaringan Pergerakan sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah meliputi :
a. Rencana Pola Pergerakan
c. Rencana Fungsi Jalan
d. Rencana Prasarana Transportasi
e. Rencana Rute Angkutan Umum
f. Rencana Jalan Kereta Api
g. Rencana Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan (KKOP)
(3). Rencana Sistem Jaringan Utilitas sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah meliputi :
a. Rencana Sistem Jaringan Energi/Kelistrikan
b. Rencana Sistem Jaringan Telekomunikasi
c. Recana Penyediaan Air Minum

13
d. Rencana Sistem Pengelolaan Air Limbah
e. Rencana Sistem Persampahan
f. Rencana Sistem Drainase
(4). Rencana Jalur Evakuasi Bencana

Paragraf II
Sistem Jaringan Pergerakan

Pasal 13

(1).Pola pergerakan orang dan barang dengan orientasi regional berada di beberapa ruas
yaitu :
a. Jl. Letjen Sutoyo – Jl. Jaksa Agung Suprapto – Jl. Basuki Rahmad – Jl. Merdeka
Barat – Jl. Kauman – Jl. Hasim Asyari – Jl. Arief Margono sebagai akses regional
Malang – Kepanjen - Blitar dan Malang - Surabaya
b. Jl. Tumenggung Suryo – Jl. Panglima Sudirman – Jl. Gatot Subroto – Jl. Laksamana
Martadinata sebagai akses regional Malang – Bululawang - Blitar dan Malang
Surabaya
c. Jl. Mayjen Panjaitan – Jl. Brigjen Slamet Riyadi serta Jl. Veteran – Jl. Bandung – Jl.
Ijen sebagai akses regional Malang – Batu.
(2). Pola pergerakan orang dan barang dengan orientasi lokal dioptimalkan pada ruas-ruas
jalan lokal dan lingkungan yang ada.
(3). Pola pergerakan Malang Tengah diklasifikasikan menjadi 3 yaitu pola pergerakan tinggi,
pola pergerakan sedang dan pola pergerakan rendah.
(4). Pola pergerakan sebagaimana yang dimaksud ayat (3) adalah sebagai berikut :
a. Pola pergerakan tinggi terjadi di pusat perdagangan dan jasa serta fasilitas
pendidikan dan fasilitas umum lainnya yang berorientasi regional/kota tepatnya yang
berada di kawasan Pasar Besar, Jalan Veteran, Jalan Bandung, Jalan Basuki
Rahmat, Jalan Kawi, Jalan Diponegoro, Jalan Martadinata.
b. Pola pergerakan sedang terjadi di pusat perdagangan dan jasa serta fasilitas
pendidikan dan fasilitas umum lainnya yang berorientasi kecamatan tepatnya yang
berada di Jalan Dieng – Jalan Galunggung,
c. Pola pergerakan rendah berada di kawasan permukiman dan fasilitas umum lainnya
yang berorientasi lingkungan.

Pasal 14

(1) Peningkatan mobilitas pergerakan di Malang Tengah maka dilakukan penetapan hirarki
jaringan jalan sebagai berikut :
a. Jalan arteri sekunder berada di ruas Jl. Tumenggung Suryo – Jl. Panglima Sudirman
– Jl. Gatot Subroto – Jl. Laksamana Martadinata;
b. Jalan lokal berada di ruas Jl. Letjen Sutoyo – Jl.Jaksa Agung Suprapto – Jl. Basuki
Rahmad – Jl. Merdeka Barat – Jl. Merdeka Selatan - Jl. SW. Pranoto - Jl. Sutan
Syahrir - Jl. Halmahera, Jl. KH. Agus Salim - Jl. KH. Achmad Dahlan, Jl. Kauman –
Jl. Hasim Asyari – Jl. Arief Margono, Jl. Mayjen Panjaitan - Jl.Brigjen Slamet Riyadi,
Jl. Veteran – Jl. Bandung – Jl. Ijen, Jl. Bendungan Sutami - Jl. Galunggung -Jl. Raya
Langsep - Jl. Simpang Langsep, Jl. Ir. Rais - Jl. Brigjen Katamso - Jl. Ade Irma
Suryani - Jl. Pasar Besar.
c. Jalan lingkungan meliputi seluruh ruas yang tidak termasuk dalam jalan arteri
sekunder dan lokal yang merupakan akes dari kawasan permukiman menuju pusat
kegiatan di sekitarnya.

14
(2) Peta rencana hirarki jaringan jalan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1), tercantum
dalam lampiran 5 yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Pasal 15

(1). Rencana prasarana transportasi meliputi lokasi halte, penyeberangan, trotoar, sistem
parkir.
(2).Rencana lokasi halte sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah ditetapkan di sepanjang
kawasan kayutangan, di Jalan Veteran, Jalan Kawi, di sekitar Pasar Besar, di Pasar
Comboran, Jalan Mayjen Panjaitan, Jl. Trunojoyo, di sekitar Alun-alun Merdeka dan di
sekitar Alun-alun Tugu
(3).Rencana penyeberangan sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah mempertahankan
jembatan penyeberangan yang ada di Jl. Merdeka Timur dan direncanakan berupa
pengembangan zebra cross pada beberapa ruas jalan yang sekitarnya terdapat fasilitas
perkantoran, fasilitas pendidikan dengan fasilitas umum dan sosial dan kawasan
strategis lainnya di sekitar lokasi halte. Sedangkan jembatan penyeberangan dapat
direncanakan di kawasan kayu tangan dan Jalan Kawi.
(4). Rencana trotoar sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah direncanakan di semua ruas
jalan yaitu di semua ruas jalan arteri primer, ruas jalan kolektor dan ruas jalan lokal.
Rencana pelebaran trotoar di kawasan yang berfungsi sebagai perdagangan dan jasa
seperti di Alun-alun Merdeka dan sekitarnya, Pasar Besar dan sekitarnya serta rencana
perbaikan totoar di semua ruas jalan. Penyediaan trotoar harus terintegrasi dengan
perabot jalan lainnya seperti rambu-rambu lalu lintas, tempat sampah, lampu
penerangan, pot bunga, halte dan zebra cross.
(5). Rencana sistem parkir sebagaimana dimaksud ayat (1) di Malang Tengah adalah
direncanakan dengan sistem parkir on – street, sistem parkir off – street dan penetapan
tarif parkir.
a. Rencana sistem parkir on – street hanya diperbolehkan pada ruas jalan dengan
fungsi jalan kolektor dan/atau lokal dengan memperhatikan kondisi jalan dan
lingkungannya; kondisi lalu lintas; aspek keselamatan, ketertiban dan kelancaran lalu
lintas. Desain parkir on-street dilakukan dengan penentuan sudut parkir; pola parkir;
dan larangan parkir.
b. Rencana sistem parkir off – street ditempatkan berdasarkan fasilitas parkir untuk
umum dan fasilitas parkir sebagai penunjang. Rencana pengembangan parkir off –
street di kawasan perdagangan Pasar Besar direncanakan dengan meningkatkan
kapasitas fasilitas parkir untuk umum yang juga dapat dimanfaatkan untuk pertokoan
yang ada disekitarnya, sedangkan pada kawasan pertokoan, bangunan perkantoran
dan perhotelan serta fasilitas umum lainnya dilakukan melalui penyediaan fasilitas
parkir sebagai penunjang. Desain parkir off – street dilakukan dengan taman parkir
dan gedung parkir menurut kriteria tertentu.
c. Pemberlakuan tarif parkir berdasarkan jenis fasilitas dapat digolongkan menjadi :
golongan A, golongan B dan golongan C menurut kriteria tertentu.

Pasal 16

(1). Rencana rute angkutan di Kecamatan Klojen direncanakan melalui optimalisasi rute
angkutan umum yang sudah ada saat ini dengan mengikuti jalur yang telah ditetapkan.
(2). Penambahan dan perubahan rute angkutan umum ditetapkan kembali sesuai dengan
perkembangan kawasan di Malang Tengah
(3). Rencana rute angkutan kota di Malang Tengah sebagaimana dimaksud pada Ayat (1),
tercantum dalam lampiran 6 yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

15
Pasal 17

(1). Rencana Jalan Kereta Api meliputi peningkatan pelayanan dengan perbaikan stasiun
kereta api dan penambahan beberapa rute atau jalur
(2). Rencana pengembangan Jalan kereta api dilakukan dengan :
a. pengembangan pemanfaatan lahan di sekitar stasiun untuk meningkatkan kualitas
dan kuantitas pelayanan kepada masyarakat pengguna moda; dan
b. mendukung rencana jalur ‘Double Track’ rute Surabaya - Malang

Pasal 18

(1). Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan (KKOP), maka terdapat 3 jenis Ring
Kawasan dalam radius 15 km terhadap Bandara. Malang Tengah berada pada zona II
dan Zona III.
(2). Zona Ring II tepatnya berada di Kelurahan Rampal Celaket, sebagian Kelurahan
Sama’an dan sebagian Kelurahan Klojen dengan arahan penyesuaian ketinggian
bangunan antara yaitu 20 – 40 meter. Sedangkan Zona Ring III berada di sebagian
Kelurahan Sama’an dan Kelurahan Klojen, Kelurahan Penanggungan, Kelurahan Oro-
oro Dowo, Kelurahan Gading Kasri, Kelurahan Bareng, Kelurahan Kauman, Kelurahan
Kidul Dalem, Kelurahan Kasin, Kelurahan Sukoharjo dengan arahan penyesuaian
ketinggian bangunan maksimum yaitu 90 meter.

Paragraf III
Sistem Jaringan Utilitas

Pasal 19

(1). Rencana peningkatan sistem jaringan prasarana listrik dilakukan dengan:


a. Peningkatan pemenuhan kebutuhan listrik dilakukan pada kawasan perumahan, non
perumahan, perdagangan dan jasa, fasilitas umum dan fasilitas sosial serta
penerangan jalan
b. Peremajaan jaringan dan mengganti jaringan distribusi hantaran udara kawat terbuka
menjadi jaringan distribusi kabel udara dilakukan sesuai kondisi lahan.
c. Pemasangan lampu penerangan jalan pada tiang distribusi tegangan rendah dengan
posisi selang satu tiang 50 meter. Pemasangan lampu ini dipasang pada lampu
sendiri terutama untuk lampu penerangan utama di arteri sekunder.
(2).Rencana jaringan listrik di Malang Tengah sebagaimana dimaksud pada Ayat (1),
tercantum dalam lampiran 7 yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Pasal 20

(1). Rencana sistem jaringan telekomunikasi dilakukan melalui pemenuhan terhadap


jaringan telepon, menara telekomunikasi dan internet atau jaringan nirkabel.
(2). Pengembangan jaringan telepon direncanakan dengan melakukan perawatan secara
berkala jaringan telepon yang sudah ada saat ini dan tidak dilakukan pengembangan
jaringan.
(3). Rencana pengembangan menara telekomunikasi dapat direncanakan sebagai berikut :
a. pembatasan terhadap pembangunan tower baru;
b. pemanfaatan bangunan tower yang telah ada untuk digunakan sebagai tower
bersama dengan cara :

16
1. menara milik provider/operator lain apabila secara teknis memungkinkan,
dimanfaatkan secara bersama;
2. menara Pengembangan Pemanfaatan Bersama yang telah berdiri, apabila
secara teknik memungkinkan bisa ditambah beban.
(4). Peningkatan prasarana internet di Malang Tengah dapat dilakukan sebagai berikut :
a. pemanfaatan titik akses internet di kawasan RTH meliputi Alun-alun Merdeka dan
Alun-alun Tugu, Taman Senaputra.
b. penambahan titik-titik akses internet pada kawasan-kawasan rencana antara lain
kawasan: pendidikan, perdagangan, kesehatan, dan pariwisata.
(5).Rencana jaringan telekomunikasi di Malang Tengah sebagaimana dimaksud pada Ayat
(1), tercantum dalam lampiran 8 yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Pasal 21

(1).Rencana pengembangan jaringan sumber air baku bersumber dari mata air dan sumur
bor
(2). Pengembangan jaringan air bersih dilakukan pada permukiman baru seperti di
Kelurahan Bareng
(3). Mengoptimalkan penyediaan air bersih dari PDAM dan melakukan pembatasan
penyediaan air bersih non PDAM yang memanfaatkan sumur dan pompa
(4).Rencana jaringan air bersih di Malang Tengah sebagaimana dimaksud pada Ayat (1),
tercantum dalam lampiran 9 yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Pasal 22

(1). Pengolahan air limbah dengan on site-system dilakukan untuk pengolahan limbah
domestik yang ada di Kelurahan Klojen dan Kelurahan Oro-oro Dowo.
(2). Pengolahan air limbah di kelurahan dengan kepadatan tinggi seperti Kelurahan Bareng,
Gading Kasri, Kidul Dalem, Penanggungan, Rampal Celaket, Samaan, Sukoharjo, Kasin
dan Kauman dapat dilakukan dengan on site system dan sanimas.

Pasal 23

(1). Pemisahan sampah organik dan non organik baik yang berasal dari rumah tangga
maupun fasilitas umum dan fasilitas sosial melalui program 3R
(2). Peningkatan upaya reduksi dan pengolahan sampah secara terpadu di masing – masing
Tempat Pembuangan Sementara (TPS) dengan sistem 3R
(3). Sampah yang berasal dari rumah sakit umum ataupun rumah sakit bersalin harus diolah
terlebih dahulu oleh dengan incenerator untuk selanjutnya di buang ke TPA
(4). Mengoptimalkan TPS yang sudah ada di masing-masing kelurahan dengan peningkatan
proses pengangkutan sampah dari TPS menuju TPA
(5). Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah dengan mulai dari
pemilahan dan pengolahan sampah serta pengurangan jumlah sampah.
(6). Setiap fasilitas perumahan, fasilitas perdagangan dan jasa dan fasilitas umum harus
dilengkapi dan ditunjang dengan TPS
(7). Sistem pengangkutan sampah di Malang tengah dilakukan melalui pengambilan sampah
di setiap TPS menuju TPA Supiturang.

Pasal 24

(1). Rencana peningkatan sistem drainase di Malang Tengah adalah sebagai berikut :

17
a. Normalisasi dilakukan pada saluran-saluran yang mengalami penyumbatan baik itu
oleh sampah maupun oleh endapan seperti di saluran yang ada di Jalan Pajajaran,
Jalan Kertanegara, Jalan Veteran, Pertigaan Jalan Veteran – Jalan Bogor, Jalan
Jaksa Agung Suprapto dan Jalan Panglima Sudirman dan semua saluran tersier
yang ada dalam kawasan permukiman.
b. Rehabilitasi saluran dilakukan dengan pelebaran saluran terhadap wilayah-wilayah
yang mengalami genangan dan banjir seperti saluran di Jalan Trunojoyo (terutama di
sekitar stasiun KA yang menjadi titik pertemuan air dari Jalan Trunojoyo dan Jalan
Kertanegara), Jalan Tugu, Jalan Veteran, Jalan Maratadinata dan Jalan Kyai Tamin.
c. Penambahan saluran baru terutama di Jalan Mayjen Panjaitan untuk mengalirkan air
ke Sungai Brantas.
d. Pembangunan bangunan penunjang prasarana drainase seperti bak kontrol di setiap
saluran yang rawan terjadi genangan.
(2). Rencana peningkatan sistem drainase di Malang Tengah sebagaimana dimaksud pada
Ayat (1), tercantum dalam lampiran 10 yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Paragraf IV
Jalur Evakuasi Bencana

Pasal 25

(1). Bencana alam di Malang Tengah meliputi bencana banjir dan longsor di lokasi kawasan
sepanjang sempadan Sungai Brantas
(2). Jalur evakuasi bencana alam ditetapkan di kawasan sepanjang sempadan Sungai
Brantas meliputi lokasi Balai RW, Kantor Kelurahan dan Kantor kecamatan di sepanjang
Sungai Brantas

Bagian Ketiga
RENCANA FASILITAS UMUM

Paragraf I
Umum

Pasal 26

(1). Kebutuhan fasilitas umum ditentukan berdasarkan prediksi jumlah penduduk dengan
pertimbangan fungsi kegiatan dominan pada masing – masing kelurahan.
(2). Rencana Pemenuhan Kebutuhan Fasilitas Umum terdiri dari :
a. Fasilitas Pemenuhan Kebutuhan Perumahan
b. Fasilitas Pemenuhan Kebutuhan Perdagangan dan Jasa
c. Fasilitas Pemenuhan Kebutuhan Pendidikan
d. Fasilitas Pemenuhan Kebutuhan Peribadatan
e. Fasilitas Pemenuhan Kebutuhan Kesehatan
f. Fasilitas Pemenuhan Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan Ruang Terbuka
Non Hijau (RTNH)

Paragraf II
Fasilitas Perumahan

Pasal 27

18
(1). Pemenuhan kebutuhan fasilitas perumahan di Malang Tengah dilakukan melalui
penambahan jumlah rumah secara vertikal dan horisontal
(2). Pengembangan fasilitas perumahan secara vertikal sebaimana yang dimaksud ayat (1)
dapat dilakukan dengan mengoptimalkan ketinggian bangunan rumah tinggal seperti
ketinggian 1 -2 lantai untuk rumah kapling kecil, ketinggian 1-3 lantai untuk rumah
kapling sedang sampai besar dan ketinggian 4 -5 lantai untuk Rusunawa.
(3).Pengembangan fasilitas perumahan secara horisontal sebaimana yang dimaksud ayat
(1) dapat dilakukan dengan pengembangan rumah diatas lahan kosong dengan status
legal.
(4). Pengembangan Rusunawa di Malang Tengah dikembangkan di lokasi kelurahan dengan
tingkat kepadatan tinggi, seperti di Kelurahan Samaan dan Kelurahan Bareng.
(5). Peremajaan permukiman di seluruh kelurahan dengan peningkatan sarana dan
prasarana permukiman yang dibutuhkan.
(6). Pengembangan apartemen baik yang bersifat murni hunian ataupun hunian dan
komersil dapat dikembangkan di lokasi kelurahan yang mempunyai kepadatan tinggi dan
lokasi berada di kawasan strategis ekonomi tepatnya di Kelurahan Sukoharjo.
(7). Kebutuhan perumahan di Malang Tengah secara detail akan ditentukan dalam RP4D.

Paragraf III
Fasilitas Perdagangan dan Jasa

Pasal 28

(1). Rencana pengembangan fasilitas perdagangan dan jasa meliputi perdagangan dan jasa
pusat pelayanan kota, perdagangan dan jasa sub pusat pelayanan kota dan
perdagangan dan jasa pusat pelayanan lingkungan.
(2). Fasilitas perdagangan dan jasa pusat pelayanan kota dikembangkan di kawasan Pasar
Besar dan sekitarnya
(3). Fasilitas perdagangan dan jasa sub pusat pelayanan kota dikembangkan di jalan Kawi,
Jalan Semeru, Jalan Basuki Rahmat- Jalan Jaksa Agung Suprapto, Jalan Brigjen Slamet
Riyadi, Jalan Veteran.
(4).Fasilitas perdagangan dan jasa skala pusat pelayanan lingkungan dikembangkan secara
merata tersebar di seluruh pusat lingkungan yang menyatu dengan kawasan
permukiman

Paragraf IV
Fasilitas Pendidikan

Pasal 29

Rencana pengembangan fasilitas pendidikan dilakukan dengan :


a. Perbaikan kualitas fisik dan lingkungan fasilitas pendidikan yang ada, sesuai standar
yang telah ditetapkan.
b. Arahan pengembangan fasilitas pendidikan setingkat TK, Sekolah Dasar, SLTP dan
SMU baik swasta maupun negeri dilakukan dengan mempertahankan dan
mengoptimalkan semua fasilitas pendidikan yang ada di wilayah perencanaan saat ini
dengan cara pengembangan secara vertikal.
c. Peningkatan kualitas pendidikan dengan orientasi kualitas bertaraf internasional mulai
dari pendidikan tingkat SD sampai tingkat SMA.
d. Penambahan fasilitas pedidikan terutama untuk fasilitas pendidikan tingkat TK
diharapkan berada di dalam kawasan permukiman dengan memperhatikan radius
jangkauan pelayanan.

19
e. Penonjolan karakteristik khusus yang dimiliki fasilitas pendidikan khusus, sehingga
mampu membentuk fasiitas pendidikan yang bercitra dan berkarakter.
f. Integrasi fasilitas pendidikan dengan rusunawa terutama untuk tingkat pendidikan TK.

Paragraf V
Fasilitas Peribadatan

Pasal 30

Pengembangan fasilitas peribadatan dilakukan melalui peningkatan kondisi dan


pemeliharaan fasilitas yang ada serta dikembangkan secara merata di seluruh kawasan
permukiman

Paragraf VI
Fasilitas Kesehatan

Pasal 31

Rencana pengembangan fasilitas kesehatan dilakukan dengan :


a. Pemerataan fasilitas kesehatan tingkat masyarakat skala lingkungan seperti posyandu,
puskesmas, puskesmas pembantu dialokasikan tersebar di seluruh sub blok peruntukan.
b. Pembangunan baru untuk fasilitas kesehatan skala pelayanan kota pada lokasi yang
belum terbangun, atau pada lokasi yang tingkat pelayanannya rendah.
c. Mempertahankan dan meningkatkan kualitas lingkungan dan kualitas fisik fasilitas yang
ada.
d. Integrasi fasilitas kesehatan dengan rusunawa terutama untuk fasilitas skala lingkungan.
e. Fasilitas kesehatan berupa rumah sakit dan puskesmas baik milik swasta ataupun
pemerintah yang sudah ada tetap dipertahankan.

Paragraf Paragraf VII


Fasilitas Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan Ruang Terbuka Non Hijau (RTNH)

Pasal 32

(1) RTH di Malang Tengah ditetapkan sebagai berikut :


a. RTH hutan kota;
b. RTH kebun bibit;
c. RTH taman pemakaman;
d. RTH taman kota;
e. RTH taman rekreasi;
f. RTH lapangan;
g. RTH jalur hijau; dan
h. RTH kawasan lindung.
(2) RTH hutan kota di Malang Tengah antara lain : Hutan Kota Malabar dengan luas 16.817
M2, Hutan Kota Jakarta dengan luas 11.896 M2, Hutan Kota Kediri dengan luas 5.479
M2,
(3) RTH kebun bibit di Malang Tengah terdapat di Kebun Bibit Garbis dengan luas 3.815
M2;
(4) RTH taman pemakaman di Malang Tengah berupa Makam Betek seluas 6.786,16 M2,
Makam Pejuang Pelajar seluas 1.030 M2,Taman Pemakaman Sama’an seluas 77.452

20
M2, Makam Mergan seluas 41.465 M2, Makam Gading seluas 3.903 M2, TMP Suropati
seluas 17.000 M2 dan TMP Pahlawan Trip seluas 500 M2.
(5) RTH taman kota di Malang Tengah antara lain : Taman Cimacam seluas 1.114 M2,
Taman Segitiga Pekalongan seluas 346 M2, Taman Jalur Tengah Veteran seluas 8.733
M2, Taman Cibogo seluas 2.604 M2, Taman Terusan Cikampek seluas 1.619 M2,
Taman Cikampek seluas 197 M2, Taman Alun-Alun Merdeka dengan luas 23.970 M2,
Taman Choiril Anwar dengan luas 43 M2, Taman Alun-Alun Tugu dengan luas 10.923
M2, Taman Kertanegara dengan luas 2.758 M2, Taman Trunojoyo dengan luas 5.840
M2, Taman Ronggowarsito dengan luas 3.305 M2, Taman Jalur Tengah Ijen dengan
luas 10.681 M2, Taman Adipura / Arjuna dengan luas 395 M2, Taman TGP dengan luas
201 M2, Taman Melati dengan luas 210 M2, Taman Simpang Balapan dengan luas
1.810 M2, Taman Wilis dengan luas 700 M2;
(6) RTH taman rekreasi berupa Taman De Playground seluas 1.218 M2;
(7) RTH lapangan di Malang Tengah berupa kompleks GOR Gajayana dengan luas 53.625
M2, Lapangan sehitiga Jaksa Agung Suprapto seluas 27 M2, Lapangan Tretes Selatan
seluas 1.774 M2, Lapangan Simpang Ijen seluas 4.275 M2, Lapangan di belakang Jl.
Brigjen Slamet Riyadi seluas 243 M2, Lapangan Simpang Patimura seluas 35 M2,
Lapangan di Jl. Mangga seluas 7.849 M2, Lapangan di Kompleks Perumahan Taman
Indah Ijen seluas 32.539 M2, Lapangan di Jl. Jeruk seluas 5.780 M2;
(8) RTH jalur hijau di Malang Tengah antara lain : Jalur Tengah Galunggung dengan luas
770 M2, Taman Jalur Tengah Dieng dengan luas 3.498 M2, Taman Jalur Tengah
Veteran dengan luas 9.410 M2 dan Taman Jalur Tengah Langsep dengan luas 8.690
M2;
(9) RTH tepi jalan di Malang Tengah antara lain : Tepi Jalan Mayjen Panjaitan seluas 3.310
M2, Tepi Jalan Brigjen Slamet Riyadi seluas 1.385 M2, Tepi Jalan Ijen seluas 2.197 M2,
Tepi Jalan Besar Ijen seluas 7.486 M2, Tepi Jalan Retawu 2.255 M2, Tepi Jalan
Langsep seluas 1.382 M2, Tepi Jalan Raya Dieng seluas 1.779 M2, Tepi Jalan Panglima
Sudirman 1.080 M2,
(10) RTH kawasan lindung di Malang Tengah antara lain : kawasan lindung sempadan rel
kereta api dengan luasan sekitar 206.910 M2 dan sempadan sungai brantas dengan
luasan sekitar 439.910 M2.
(11) Rencana pengembangan fasilitas ruang terbuka hijau dilakukan dengan :
a. Mempertahankan RTH (lapangan olahraga, hutan kota, taman, boulevard atau
jalur hijau dan makam) yang ada saat ini;
b. Mengoptimalkan fungsi resapan pada makam sebagai fungsi resapan sehingga
tidak diperbolehkan peng-kijing-an;
c. Penambahan kebutuhan ruang untuk makam di Kecamatan Klojen dilakukan diluar
Kecamatan Klojen;
d. Mempertahankan makam yang sudah ada dan mengoptimalkan fungsi makam
melalui makam tumpangan;
e. Penambahan penghijauan di seluruh kawasan permukiman;
f. Penghijauan dikembangkan di lahan rumija sebagai jalur hijau di semua ruas jalan
arteri sekunder, lokal dan jalan lingkungan;
g. Penghijauan di sekitar areal parkir yang tersebar di seluruh sub blok peruntukan;
h. Pengadaan jalur hijau di setiap ruas jalan;
i. Program sejuta pohon bagi pengembangan permukiman dengan menanam satu
pohon pada setiap rumah.
(12) Ruang Terbuka Non Hijau (RTNH) saat ini berupa plasa, halaman/pekarangan rumah
atau taman bermain atau taman berpaving, parkir dan lapangan olah raga dengan
tutupan struktur semen atau paving yang tersebar di kawasan permukiman dan fasilitas
umum, sedangkan parkir juga tersebar di kawasan perdagangan dan jasa (kecuali
Kawasan Pasar Besar), jalur pedestrian (trotoar), median jalan yang tersebar di hampir
seluruh jalan arteri sekunder dan lokal, sedangkan jalur pedestrian yang ada di
Kawasan Pasar Besar sebagian besar dipakai untuk parkir;

21
(13) Rencana Pengembangan Ruang Terbuka Non Hijau (RTNH) berupa halaman rumah
atau taman berpaving, lapangan olah raga dengan tutupan struktur semen, area parkir,
jalur pejalan kaki (pedestrian).

Bagian Keempat
RENCANA PERUNTUKAN BLOK
Paragraf I
Umum

Pasal 33

(1) Peruntukan blok di Malang Tengah meliputi:


a. rencana kawasan lindung
b. rencana kawasan budidaya.
(2) Peta rencana peruntukan blok sebagaimana dimaksud pada Ayat (1), tercantum dalam
lampiran 11 yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Paragraf II
Rencana Kawasan Lindung

Pasal 34

(1) Rencana kawasan lindung di Malang Tengah merupakan penetapan fungsi kawasan
agar wilayah yang dilindungi dan memiliki fungsi perlindungan dapat dipertahankan.
(2) Kawasan lindung di Malang Tengah meliputi:
a. Kawasan Lindung Setempat
b. Kawasan Rawan Bencana Alam
c. Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan.

Pasal 35

(1) Kawasan lindung setempat berupa sempadan sungai meliputi kawasan sekitar Sungai
Brantas dan sempadan Sungai Kasin
(2) Pendirian bangunan di Kawasan Lindung Setempat tidak diperbolehkan untuk
bangunan dengan fungsi hunian kecuali bangunan dengan fungsi penunjang kawasan
lindung.
(3) Pengamanan dan perlindungan sekitar sungai atau sempadan sungai baik sungai-
sungai besar maupun kecil dilarang untuk alih fungsi lindung yang menyebabkan atau
merusak kualitas air, kondisi fisik dan dasar sungai serta alirannya.
(4) Pengendalian kegiatan di sekitar sungai atau bangunan di sepanjang sempadan
sungai yang tidak memiliki kaitan dengan pelestarian atau pengelolaan sungai dilarang
untuk didirikan.
(5) Perlunya pembangunan jalan inspeksi di sepanjang sungai untuk memudahkan
pengawasan terhadap berkembangnya kawasan terbangun pada sempadan sungai
maupun alihfungsi lahan lainnya.
(6) Sungai yang melintasi kawasan permukiman perlu dilakukan re-orientasi
pembangunan dengan menjadikan sungai sebagai bagian latar depan.
(7) Pencegahan dilakukan kegiatan budidaya di sepanjang sungai.

22
(8) Pengembangan kegiatan konservasi aktif di sekitar sempadan dan lainnya.
(9) Peningkatan kebersihan sungai, saluran, dari sampah melalui peningkatan kesadaran
masyarakat akan kebersihan sungai, saluran, serta penetapan sanksi yang tegas
terhadap pelanggaran lingkungan.
Pasal 36

(1) Kawasan lindung setempat berupa sempadan Kereta api meliputi kawasan di
sepanjang rel Kereta Api
(2) Kawasan sempadan rel Kereta Api sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) ditetapkan
dengan jarak sempadan masing-masing antara 10 – 11,5meter diukur dari as jalan rel
terdekat.
(3) Upaya pengelolaan kawasan sempadan rel Kereta Api, sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi :
a. Menetapkan pengaturan mengenai jalur perkeretaapian dengan ketentuan ruang
manfaat jalan 6 m, ruang milik jalan 12 m, ruang pengawasan jalan 23 m,
termasuk bagian bawahnya serta ruang bebas diatasnya, yang terdiri dari :
1. 6 m untuk badan jalan rel kereta api;
2. 3 m untuk taman dan pembatas;
3. 3,5 m untuk jalan inspeksi; dan
4. 2 m untuk sistem penerangan jalan dan drainase.
b. Penyediaan dan pemeliharaan perlengkapan alat-alat pendukung sistem
transportasi perkeretaapian yang berupa; perlindungan badan rel, kabel signal,
telegraf, kabel telepon, kabel listrik;
c. Penataan/perbaikan melalui penyediaan taman/jalur hijau pada sempadan;
d. Penataan kawasan dengan upaya merelokasi bangunan yang ada di sempadan
rel;
e. Tidak membangun gedung, membuat tembok, pagar, tanggul, dan bangunan
lainnya, menanam jenis pohon yang tinggi dimana akan mengganggu pandangan
bebas maupun mengganggu keselamatan perkeretaapian;
f. Menetapkan intensitas bangunan di sekitar rel merupakan kegiatan dengan
kepadatan sedang ≤ 75%; dan
g. Penetapan peraturan secara ketat melalui mekanisme ijin mendirikan bangunan
dan penetapan sanksi yang tegas terhadap pelanggar.

Pasal 37

(1) Kawasan Cagar Budaya di Malang Tengah terdiri dari lingkungan cagar budaya dan
bangunan cagar budaya
(2) Lingkungan cagar budaya sebagaimana yang dimaksud Ayat (1) yang harus dilindungi
dan dilestarikan meliputi:
a. kawasan Kayu Tangan yang terdiri dari kompleks pertokoan di sepanjang koridor
Kajoetangan straat, dan pertokoan di perempatan Kajoetanganstraat-
Semeroestraat;
b. kawasan Alun-alun Tugu yang terdiri dari Stasiun Kereta Api Malang, Gedung
HBS/AMS di JP. COEN PLEIN (Alun-alun Bunder), dan Balai Kota; dan
c. Koridor Jl. Semeru-Jl. Ijen yang terdiri dari Gedung Sekolah Menengah Kristen
(Christ MULO School), dan Komplek Stadion Gajayana.
(3) Bangunan cagar budaya sebagaimana yang dimaksud Ayat (1) yang harus dilindungi
dan dilestarikan meliputi Gereja Kathedral Hati Kudus, Sekolah Cor-Jessu, Gedung PLN,
Toko Oen, bangunan rumah tinggal dan bangunan fasilitas umum lainnya dengan
karakter gaya arsitektural kolonial indische dan kolonial modern.
(4) Benda Cagar Budaya wajib dipertahankan keberadaannya dengan tidak mengalihkan
dan/atau merubah fungsi dan desain dan/atau gaya arsitekturalnya.

23
(5) Terkait dengan BCB untuk pengembangan lebih lanjut mengenai keberadaan BCB di
Kota Malang mengenai perlindungan dan pelestariaanya dilakukan terutama pada 3
tahapan (1). eksporasi atau penelitian, (2). Upaya pelestarian melalui preservasi dan
konservasi, dan restorasi/rehabilitasi/rekonstruksi, renovasi, adaptasi/revitalisasi, addisi,
gentrifikasi dan demolisi (3). pemanfaatan BCB atau situs yang merupakan satu
kesatuan yang tidak bisa lepas.

Pasal 38

(1).Kawasan rawan bencana di Malang Tengah meliputi kawasan rawan kebakaran serta
kawasan rawan banjir dan longsor.
(2). Kawasan rawan kebakaran sebagaimana yang dimaksud Ayat (1) berada pada kawasan
permukiman padat yang tersebar di seluruh wilayah Malang Tengah seperti Kelurahan
Sukoharjo, Penanggungan, Sama’an, Oro-Oro Dowo, Klojen, Kauman dan Kelurahan
Kidul Dalem.
(3). Kawasan rawan banjir dan longsor sebagaimana yang dimaksud Ayat (1) berada
sempadan Sungai Brantas
(4). Upaya penanganan masalah di kawasan rawan kebakaran dapat dilakukan sebagai
berikut :
a. Penataan intensitas bangunan sesuai dengan rencana intensitas bangunan,
mengingat pada kawasan perumahan padat ini ruang terbuka sangat terbatas,
sehingga tidak memenuhi syarat layak huni untuk lingkungan pemukiman penduduk.
b. Perbaikan/peningkatan kondisi saluran drainase yang ada, yaitu untuk drainase gang
± 25 cm.
c. Perbaikan kondisi jalan lingkungan yang ada dengan lebar jalan antara 3,5 –5 meter
(mengurangi gang-gang buntu) dan juga dapat dilalui truk pemadam kebakaran
d. Ketersediaan fasilitas umum: taman lingkungan, lapangan OR, balai pertemuan, dan
sebagainya yang dapat di fungsikan sebagai kawasan/zona evakuasi
e. Penempatan hidran dan sumur bor di setiap perkampungan padat.
(5). Upaya penanganan masalah di kawasan rawan banjir dan longsor dilakukan dengan :
a. relokasi permukiman di sempadan Sungai Brantas yang ada di Kelurahan
Penanggungan, Sama’an, Oro-Oro Dowo, Klojen, Kauman dan Kelurahan Kidul
Dalem.
b. pengembalian lahan sempadan untuk penanaman vegetasi sebagai buffer atau
penyangga pada dinding tebing sungai.

Paragraf III
Rencana Kawasan Budidaya

Pasal 39

Pengembangan Kawasan Budidaya meliputi:


a. Kawasan Perumahan
b. Kawasan Perdagangan dan Jasa
c. Kawasan Sektor Informal
d. Kawasan Fasilitas Umum
e. Kawasan Pariwisata
f. Kawasan RTH
g. Kawasan RTNH

24
Rencana Perumahan
Pasal 40

(1) Kawasan perumahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 huruf a, meliputi


permukiman dengan kepadatan tinggi, permukiman liar di sepanjang sungai Brantas dan
sempadan rel KA, perkampungan Arab, rumah dinas, rumah berkarakter khusus
(karakter bangunan kolonial), dan perumahan real estate.
(2) Arahan penataan/perbaikan di kawasan permukiman padat di Malang Tengah dilakukan
melalui :
a. Peningkatan kualitas perumahan melalui rehabilitasi, peremajaan dan relokasi
permukiman padat dan kumuh yang legal dengan berbasis pemberdayaan
masyarakat di Kelurahan dengan kepadatan sangat tinggi yaitu Sama’an dan
Sukoharjo serta Kelurahan yang kepadatannya tinggi yaitu Bareng, Kauman dan
Kasin.
b. Pengembangan sistem permukiman kompak dilakukan melalui peningkatan fungsi
rumah terintegrasi dengan fungsi lain seperti ruko dan rukan untuk kawasan
permukiman yang strategis dan mempunyai kecenderungan beralih fungsi menjadi
perdagangan dan jasa seperti yang terjadi hampir di seluruh ruas jalan di Malang
Tengah.
c. Pembangunan perumahan baru dilakukan secara intensif (vertikal) untuk masyarakat
kelas bawah (rusunawa/rusunami), masyarakat kelas menengah ke atas
(apartement) dan masyarakat kelas atas (apartement menyatu dengan pusat
perbelanjaan dan fasilitas umum).
d. Kawasan permukiman harus didukung oleh ketersediaan fasilitas fisik atau utilitas
umum (pasar, pusat perdagangan dan jasa, perkantoran, sarana air bersih,
persampahan, h y d r a n t , penanganan limbah dan drainase) dan fasilitas
sosial (kesehatan, pendidikan, agama).
e. Tidak mengganggu fungsi lindung dan upaya pelestarian kemampuan sumberdaya
alam.
f. Upaya intensifikasi pembangunan dengan menambah penyediaan RTH untuk
bangunan gedung bertingkat.
(3) Arahan penataan dan penertiban permukiman yang berdiri di kawasan konservasi
sempadan sungai dan sempadan rel KA, yaitu :
a. dilakukan tindakan preventif, penertiban, dan pengawasan terhadap kawasan
konservasi tersebut terutama untuk untuk lokasi yang masuk dalam ukuran 10 – 15
m (sempadan sungai) dan 12m (sempadan KA).
b. Penataan bangunan permukiman padat diwajibkan membangun jalan inspeksi dan
re-orientasi bangunan ke sungai atau rel Kereta Api.
c. Pengembangan kegiatan konservasi aktif
d. Penetapan peraturan secara ketat melalui mekanisme ijin mendirikan bangunan dan
penetapan sanksi yang tegas terhadap pelanggar.
(6) Penataan perumahan dinas dilakukan dengan melakukan perbaikan serta peningkatan
kualitas sarana dan prasarana permukiman seperti jaringan jalan, drainase, dan sanitasi
lingkungan termasuk penyediaan RTH.
(7) revitalisasi bangunan rumah dengan karakter bangunan kolonial dilakukan dengan
upaya penetapan dan pelestarian bangunan cagar budaya.
(8) pengembangan perumahan real estate dilakukan dengan pemenuhan kebutuhan
fasilitas dan utilitas yang dibutuhkan oleh penghuninya secara mandiri dan terintegrasi
dengan rencana pembangunan yang ada di kawasan sekitarnya.

25
Rencana Perdagangan dan Jasa
Pasal 41

(1) Perdagangan dan jasa di Malang Tengah terdiri dari pasar tradisional, pusat
perbelanjaan dan toko modern;
(2) Pengembangan kawasan perdagangan meliputi rencana perdagangan dan jasa
pelayanan pusat kota (regional), perdagangan dan jasa pelayanan sub pusat kota serta
perdagangan dan jasa pelayanan lingkungan;
(3) Kawasan perdagangan dan jasa skala pusat kota (regional) berkembang di sekitar Pasar
Besar berupa pasar tradisional, pusat perbelanjaan dan toko modern;
(4) Kawasan perdagangan dan jasa dengan skala pelayanan sub pusat kota di sepanjang
ruas jalan lokal meliputi ruas Jl. Letjen Sutoyo – Jl.Jaksa Agung Suprapto – Jl. Basuki
Rahmad – Jl. Merdeka Barat – Jl. Merdeka Selatan - Jl. SW. Pranoto - Jl. Sutan Syahrir -
Jl. Halmahera, Jl. KH. Agus Salim - Jl. KH. Achmad Dahlan, Jl. Kauman – Jl. Hasim
Asyari – Jl. Arief Margono, Jl. Mayjen Panjaitan - Jl.Brigjen Slamet Riyadi, Jl. Veteran –
Jl. Bandung – Jl. Ijen, Jl. Bendungan Sutami - Jl. Galunggung -Jl. Raya Langsep - Jl.
Simpang Langsep, Jl. Ir. Rais - Jl. Brigjen Katamso - Jl. Ade Irma Suryani - Jl. Pasar
Besar dikembangkan berupa toko modern dan di Jl. Muh. Yamin (pasar Comboran), Jl.
Cokroaminoto (pasa Klojen) dan Jl. Ir. Rais (pasar Kasin) dikembangkan sebagai pasar
tradisional;
(5) Kawasan perdagangan dan jasa skala pelayanan lingkungan di kawasan permukiman
dikembangkan berupa pasar modern;
(6) Perbaikan dan revitalisasi kawasan perdagangan dan jasa di pusat kota, khususnya
Pasar Besar dan sekitarnya sebagai pusat perbelanjaan dengan skala regional.
(7) Mempertahankan dan mengoptimalkan sentral PKL yang sudah ada serta melakukan
penataan dan pengembangan sentra-sentra PKL untuk menampung PKL yang terdapat
di sekitar pusat kegiatan seperti kawasan MOG, Pasar Besar, Kawasan Alun-alun
dengan ketentuan penyediaan lahan 5 – 10% dari luas lahan kawasan perdagangan.
(8) Pengembangan Kawasan perdagangan dan Jasa yang ada lebih dioptimalkan dengan
cara vertikal di sepanjang arteri sekunder.
(9) Revitalisasi dan penataan Pasar Comboran ditunjang fasilitas parkir umum disekitarnya.

Rencana Sektor Informal


Pasal 42
(1) Sektor informal dikembangkan di kawasan perdagangan dan jasa serta fasilitas umum
dalam bentuk sentral PKL dan PKL binaan yang menyatu dengan kawasan atau
bangunan fungsional.
(2) Sektor informal di Malang Tengah berupa sentral PKL dikembangkan di kawasan
Stasiun Kota Baru, kawasan Bareng, Jalan Halmahera, kawasan Jalan Wilis dan
kawasan Pasar TUGU (pasar pagi pada hari sabtu-minggu di Jalan Semeru);
(3) Sektor informal di Malang Tengah berupa PKL binaan yang menyatu dengan fungsional
dikembangkan di lokasi Pasar Besar dan Alun-Alun Merdeka, kawasan Alun-Alun Kota,
kawasan pusat perbelanjaan/pertokoan (MATOS dan MOG), kawasan fasilitas
pendidikan dan fasilitas umum lainnya;
(4) Kawasan khusus sebagai wahana perdagangan sektor informal dengan skala kecil yang
mempunyai ciri khusus dan dalam jumlah yang besar tetap menggunakan lokasi yang
ada tanpa peningkatan intensitas kegiatan antara lain Pasar Burung Splendid;

26
Rencana Fasilitas Umum
Pasal 43

Pengembangan kawasan fasilitas umum meliputi: kawasan pendidikan, kawasan pelayanan


kesehatan, kawasan pertahanan dan kemanana, kawasan peribadatan

Pasal 44

(1) Pengembangan kawasan pendidikan di Malang Tengah meliputi fasilitas pendidikan


skala pelayanan regional, skala kecamatan dan skala lingkungan.
(2) Pengembangan fasilitas pendidikan skala pelayanan regional sebagaimana yang
dimaksud dalam Ayat (1) meliputi fasilitas pendidikan berupa SMA komplek di Alun-alun
Tugu, komplek pendidikan Cor Jesu, komplek pendidikan Santo Albertus (Dempo), dan
komplek pendidikan Santa Maria dan STM Nasional di Raya Langsep, komplek
pendidikan di Jalan Veteran.
(3) Fasilitas pendidikan skala pelayanan regional tetap dipertahankan dengan
pengembangan secara vertikal dan peningkatan kualitas berstandart internasional.
(4) Fasilitas pendidikan skala kecamatan atau kawasan berupa TK, Sekolah Dasar Negeri
(SDN) atau MI, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri (Negeri), SMU Negeri yang
tersebar pada tiap-tiap kelurahan tetap dipertahankan dengan pengembangan secara
vertikal dan dilakukan peningkatan kualitas pendidikannya.
(5) Pengembangan fasilitas pendidikan tingkat TK dikembangkan dalam kawasan
permukiman
(6) Pengembangan fasilitas pendidikan tingkat SD secara vertikal terutama di dalam
kawasan permukiman yang memiliki kepadatan tinggi seperti di Kelurahan Sukoharjo,
Sama’an, Bareng, Kasin dan Kauman.

Pasal 45

(1) Pengembangan kawasan kesehatan skala regional seperti RSUD Dr. Syaiful Anwar, RS.
Lavalette, RSI. Siti Aisyah, RS. Hermina, RS. Melati Husada dan RS. Panti Waluyo serta
Rumah Sakit Bersalin yang sudah ada tetap dipertahankan.
(2) Pengembangan fasilitas pendukung skala kota, misalnya apotek, klinik, laboratorium di
sepanjang ruas jalan lokal meliputi ruas Jl. Letjen Sutoyo – Jl.Jaksa Agung Suprapto –
Jl. Basuki Rahmad – Jl. Merdeka Barat – Jl. Merdeka Selatan - Jl. SW. Pranoto - Jl.
Sutan Syahrir - Jl. Halmahera, Jl. KH. Agus Salim - Jl. KH. Achmad Dahlan, Jl. Kauman
– Jl. Hasim Asyari – Jl. Arief Margono, Jl. Mayjen Panjaitan - Jl.Brigjen Slamet Riyadi, Jl.
Veteran – Jl. Bandung – Jl. Ijen, Jl. Bendungan Sutami - Jl. Galunggung -Jl. Raya
Langsep - Jl. Simpang Langsep, Jl. Ir. Rais - Jl. Brigjen Katamso - Jl. Ade Irma Suryani -
Jl. Pasar Besar.
(3) Peningkatan pelayanan pada fasilitas kesehatan yang ada terutama fasilitas dengan
skala pelayanan kawasan/lingkungan (puskesmas – puskesmas pembantu) di sekitar
kawasan permukiman.
(4) Peningkatan fasilitas skala lokal atau lingkungan di tiap Kelurahan (Puskesmas
Pembantu, Polides, Praktek Dokter/Bidan) dan di tiap lingkungan (Praktek Bidan,
Praktek Mantri, Posyandu).
(5) Pengembangan semua fasilitas kesehatan dilakukan secara tereintegrasi dengan apotek
untuk meningkatkan pelayanan kesehatan secara terpadu.

Pasal 46

Pengembangan kawasan pertahanan dan keamaman dilakukan dengan:

27
a. mempertahankan lokasi kawasan pertahanan dan keamanan yang terletak di SKODAM
Brawijaya dan kantor-kantor militer lainnya;
b. mempertahankan ruang terbuka hijau yang ada di kawasan pertahanan dan keamanan.
c. pengembangan fasilitas penunjang kegiatan pertahanan dan keamanan di kawasan
pertahanan dan keamanan yang ada

Pasal 47

Pengembangan kawasan peribadatan dilakukan dengan :


(1) mempertahankan fasilitas peribadatan yang sudah ada terutama untuk skala kota melipti
Masjid Jami’ Kota Malang di Jl. Merdeka Barat, GPIB Jemaat “IMMANUEL” di Jl. Arif
Rahman Hakim, Gereja Katolik “Paroki Hati Kudus Yesus” di Jl. Jenderal Basuki Rahmat
dan Gereja Katolik Kathedral “Santa Perawan Maria Dari Gunung Karmel” di Jl. Buring;
(2) pengembangan fasilitas peribadatan skala lingkungan berupa musholla secara merata
sesuai kebutuhan dengan lokasi menyatu dengan kawasan permukiman.

Rencana Pariwisata
Pasal 48

Rencana pengembangan pariwisata di Malang Tengah dilakukan dengan:


a. Wisata belanja yang meliputi pusat perbelanjaan Alun-alun Merdeka, MOG, Matos dan
@Max Pasar Splended sebagai wisata belanja
b. Wisata sejarah/budaya meliputi wisata bangunan dan lingkungan cagar budaya antara
lain kawasan Kayu Tangan, Kawasan Alun-Alun Tugu, Koridor Jl. Semeru-Jl. Ijen dan
Museum Brawijaya;
c. Wisata buatan meliputi Taman Rekreasi Kota; Taman Rekreasi Senaputra, dan
Playground De Rumah.

Rencana RTH
Pasal 49

Rencana pengembangan RTH di Malang Tengah dilakukan dengan:


a. Optimalisasi ruang terbuka hijau daerah sempadan sungai dan sempadan rel kereta api.
b. Mempertahankan hutan kota dan taman-taman kota yang ada sebagai fungsi ekologis
dan estetis kota.
c. Mewajibkan pada pengembangan perumahan baru untuk mengalokasikan lahan yang
difungsikan sebagai ruang terbuka hijau baik itu berupa lapangan olahraga maupun
taman bermain dengan proporsional terhadap kebutuhan penghuninya.
d. Pengembangan ruang terbuka hijau di sekitar kawasan umum sebagai fungsi estetis dan
ekologis diarahkan pada sekitar pusat Kota, jenisnya: RTH tepi jalan, RTH sekitar pasar,
RTH sekitar kawasan perdagangan.
e. Pengembangan ruang terbuka hijau di sekitar perumahan padat
f. Keberadaan lapangan olahraga yang tersebar di tiap-tiap kawasan permukiman tetap
dipertahankan dan dihindari untuk peralihan fungsi sebagai kawasan terbangun.
g. Keberadaan makam difungsikan sebagai resapan air.

28
Rencana RTNH
Pasal 50
Rencana pengembangan RTNH di Malang Tengah dilakukan dengan mempertahankan
yang sudah ada saat ini berupa aksesori RTH, plasa, halaman/pekarangan rumah atau
taman bermain atau taman berpaving, lapangan olah raga dengan tutupan struktur semen,
area parkir, jalur pejalan kaki (pedestrian) dan median jalan.

Bagian Kelima
RENCANA PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
Paragraf I
Umum
Pasal 51

(1). Penataan bangunan dan lingkungan dilakukan dengan mengatur dan mengendalikan
rencana bangunan dan lingkungan melalui pengaturan Koefisien Dasar Bangunan,
Koefisien Lantai Bangunan, Koefisien Dasar Hijau dan Garis Sempadan Bangunan.
(2). Peningkatan citra kawasan dilakukan di lokasi kawasan strategis meliputi kawasan cagar
budaya dan kawasan strategis ekonomi melalui penyusunan RTBL pada kawasan yang
bersangkutan.

Paragraf II
Rencana Koefisien Dasar Bangunan

Pasal 52

(1). Rencana Koefisien Dasar Bangunan (KDB) dilakukan dengan :


a. Kegiatan permukiman yang sekarang berkembang berupa permukiman padat yang
tersebar hampir di seluruh kelurahan tetap dipertahankan dengan KDB maksimal
90%.
b. Kegiatan permukiman yang sekarang berkembang berupa permukiman padat dan
masuk dalam sempadan sungai di beberapa titik lokasi diarahkan relokasi ke rumah
susun dengan KDB 70 %
c. Pemanfaatan lahan di dalam kawasan perumahan Ijen Nirwana KDB 50 – 70 % tetap
dipertahankan.
d. Fasilitas umum dan perumahan dengan KDB 60 – 80 % tetap dipertahankan untuk
penghawaan dan penyinaran yang optimal supaya kondisi lingkungan lebih sehat
e. Fasilitas perdagangan dan jasa dengan KDB 60 – 80 % tetap dipertahankan untuk
sirkulasi parkir, bongkar muat barang, penghijauan dan penghawaan dan penyinaran
seperti di fasilitas umum (pendidikan, pemerintahan, rumah sakit, museum) dan
fasilitas perumahan (Jalan Besar Ijen).
f. Penyediaan fasilitas umum pada masa mendatang juga diarahkan untuk dilengkapi
dengan ruang terbuka yang dipergunakan untuk tempat parkir, penghawaan dan
penyinaran alamiah, sirkulasi parkir, taman dan penghijauan, dengan KDB
maksimum 50 % seperti halnya yang ada pada pusat perdagangan (MATOS dan
MOG).
g. Lapangan olah raga dengan KDB 20 % (sama sekali tidak diperbolehkan adanya
bangunan permanen dan semi permanen di dalam areal jalur hijau).
h. Makam dengan KDB 5 %, untuk pemenuhan kebutuhan fasilitas pendukung
pemakaman.

29
(2) Peta rencana Koefisien Dasar Bangunan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1),
tercantum dalam lampiran 12 yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
*diletakkan di pasal tentang RTH perda tentang makam thn 2006 (penambahan luasan
makam 2% dari lahan pengembang)

Paragraf III
Rencana Koefisien Lantai Bangunan

Pasal 53

(1). Rencana Koefisien Lantai Bangunan (KLB) dilakukan dengan :


a. Permukiman dengan KLB antara 100 % - 200 % ini tetap dipertahankan.
b. KLB diatas 400 % (maksimum) hanya diperbolehkan di sepanjang koridor Jalan
Letjen Sutoyo – Jalan Jaksa Agung Suprapto – Jalan Basuki Rahmad – Jalan
Merdeka Timur – Jalan Merdeka Barat – Jalan Kauman – Jalan Hasim Asyari – Jalan
Arief Margono, ruas Jalan Mayjen Panjaitan – Jalan Brigjen Slamet Riyadi dan Jalan
Veteran – Jl. Bandung – Jl. Ijen dengan fungsi peruntukan untuk perdagangan dan
jasa
(2) Peta rencana Koefisien Lantai Bangunan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1),
tercantum dalam lampiran 13 yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Paragraf IV
Rencana Koefisien Dasar Hijau

Pasal 54

Rencana Koefisien Dasar Hijau dilakukan dengan :


a. kawasan perdagangan dan kawasan industri ditetapkan komposisi antara terbangun dan
non terbangun adalah sebesar 60 % : 40 %
b. kawasan permukiman padat ditetapkan minimal 1 rumah mempunyai 1 pohon
c. kawasan militer juga tetap menggunakan komposisi 60 % : 40 % dengan ketentuan
ruang terbuka dimanfaatkan untuk menunjang aktivitas masing – masing.

Paragraf V
Rencana Garis Sempadan Bangunan

Pasal 55

(1). Rencana Garis Sempadan Bangunan dilakukan dengan :


a. Jalan arteri sekunder diarahkan dengan Garis Sempadan Bangunan (GSB) antara 5
- 10 m. Yang termasuk dalam kategori ini antara lain Jl. Tumenggung Suryo – Jl.
Panglima Sudirman – Jl. Gatot Subroto – Jl. Laksamana Martadinata;
b. Jalan lokal diarahkan dengan Garis Sempadan Bangunan (GSB) antara 4 - 13 m.
Yang termasuk dalam kategori ini antara lain Jl. Letjen Sutoyo – Jl.Jaksa Agung
Suprapto – Jl. Basuki Rahmad – Jl. Merdeka Barat – Jl. Merdeka Selatan - Jl. SW.
Pranoto - Jl. Sutan Syahrir - Jl. Halmahera, Jl. KH. Agus Salim - Jl. KH. Achmad
Dahlan, Jl. Kauman – Jl. Hasim Asyari – Jl. Arief Margono, Jl. Mayjen Panjaitan -
Jl.Brigjen Slamet Riyadi, Jl. Veteran – Jl. Bandung – Jl. Ijen, Jl. Bendungan Sutami -
Jl. Galunggung -Jl. Raya Langsep - Jl. Simpang Langsep, Jl. Ir. Rais - Jl. Brigjen
Katamso - Jl. Ade Irma Suryani - Jl. Pasar Besar;

30
c. Jalan lingkungan diarahkan dengan Garis Sempadan Bangunan (GSB) antara 1 - 5
m. Yang termasuk dalam kategori ini antara semua jalan yang mengubungkan
antara kawasan permukiman dengan pusat – pusat kegiatan disekitarnya.
(2) Peta rencana garis sempadan bangunan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1),
tercantum dalam lampiran 14 yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Keenam
RENCANA PEMENUHAN KEBUTUHAN FASILITAS ATM

Pasal 56

(1) penyediaan fasilitas ATM direncanakan mengikuti rencana pengembangan perdagangan


dan jasa baik skala pelayanan Pusat Kota sub Pusat Kota maupun lingkungan serta
fasilitas umum lainnya.
(2) Pengembangan fasilitas ATM juga direncanakan di sekitar kawasan permukiman serta
pengembangan permukiman baru.

Bagian Ketujuh
RENCANA INDIKASI PROGRAM

Pasal 57

(1) Rencana indikasi program ditetapkan untuk mengoptimalkan penyusunan program-


program teknis dan upaya untuk mendorong keikutsertaan semua pihak baik
pemerintah, swasta, maupun masyarakat.
(2) Rencana indikasi program ditetapkan dalam waktu 20 (Dua Puluh) tahun semenjak
ditetapkan dalam Peraturan Daerah dan dibagi tiap lima tahun sesuai dengan prioritas
pengembangan yang telah ditentukan berdasarkan kondisi wilayah perencanaan
(3) rencana indikasi program sebagaimana dimaksud pada Ayat (1), tercantum dalam
lampiran 15 yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

BAB IV
KETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
Bagian Kesatu
Umum

Pasal 58

(1) Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang diselenggarakan melalui penetapan


peraturan zonasi, perijinan, pemberian insentif dan disinsentif, dan pengenaan sanksi.
(2) Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang digunakan sebagai acuan dalam
pelaksanaan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota.

Bagian Kedua
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi

31
Pasal 59

(1) Peraturan zonasi disusun sebagai pedoman pengendalian pemanfaatan ruang, serta
berdasarkan rencana rinci tata ruang untuk setiap zona pemanfaatan ruang.
(2) Dalam peraturan zonasi sesuai dengan rencana rinci tata ruang dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. Ketentuan Peraturan Zonasi Untuk Kawasan Lindung; dan
b. Ketentuan Peraturan Zonasi Untuk Kawasan Budidaya;
(3) Peraturan zonasi pada setiap butir sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memuat
tentang :
a. Penetapan pemanfaatan ruang; dan
b. Intensitas kegiatan pada setiap zona yang ditetapkan.

Pasal 60

(1) Klasifikasi Zonasi di Kecamatan Klojen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, meliputi :
a. Zona Kawasan Lindung terdiri dari kawasan sempadan sungai dan atau kawasan
sempadan rel kereta dengan kode KL-2;
b. Zona Kawasan Permukiman terdiri dari rumah tunggal dengan kode R-1, rumah
deret (town house) dengan kode R-4;
c. Zona Kawasan Perdagangan dan Jasa terdiri dari komersil skala regional dengan
kode K-1, komersil skala kota dengan kode K-2, komersil skala kelurahan dengan
kode K-4 dan komersil skala lingkungan dengan kode K-5;
d. Zona Fasilitas Pelayanan Umum terdiri dari skala regional dengan kode FP-1, skala
kota dengan kode FP-2, skala kecamatan dengan kode FP-3, skala kelurahan
dengan kode FP-4 dan skala lingkungan dengan kode FP-5;
e. Zona Ruang Terbuka Hijau terdiri dari taman kota dengan kode H-1, taman
lingkungan dengan kode H-4, taman pemakaman dengan kode H-5, jalur hijau
dengan kode H-6 dan lapangan dengan kode H-7;
f. Zona Perhubungan terdiri dari stasiun dengan kode TR-2;
g. Zona Industri dan Pergudangan terdiri dari industri dengan kode I-1; dan
h. Zona Kawasan Pemerintahan, Pertahanan dan Keamanan terdiri dari pemerintahan
dengan kode PK-1 dan pertahanan dan keamanan dengan kode PK-2.
(2) Klasifikasi zonasi sebagaimana dimaksud pada Ayat (1), tercantum dalam lampiran 16
yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini

Pasal 61

Pembagian zonasi Kecamatan Klojen dibedakan menjadi zonasi pada :


a. Blok Peruntukkan I yang meliputi : Sub Blok Sama’an dan Sub Blok Rampal Celaket
b. Blok Peruntukkan II yang meliputi : Sub Blok Penanggungan dan Sub Blok Oro-oro
Dowo
c. Blok Peruntukkan III yang meliputi : Sub Blok Gading Kasri dan Sub Blok Bareng
d. Blok Peruntukkan IV yang meliputi : Sub Blok Kasin dan Sub Blok Kauman
e. Blok Peruntukkan V yang meliputi : Sub Blok Kidul Dalem dan Klojen
f. Blok Peruntukkan VI yang meliputi : Sub Blok Sukoharjo

Bagian Ketiga
Peraturan Zonasi

Pasal 62

32
(1). Klasifikasi zonasi pada Blok Peruntukkan I sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56
huruf a, meliputi :
a. Kawasan lindung terdiri dari KL-2 ;
b. Kawasan permukiman terdiri dari R-1;
c. Kawasan Perdagangan dan Jasa terdiri dari K-2 dan K-5;
d. Kawasan Fasilitas Pelayanan Umum terdiri dari FP-1, FP-2, FP-3, FP-4 dan FP-5;
e. Kawasan Pemerintahan, Pertahanan dan Keamanan terdiri dari PK-1 dan PK-2;
f. Kawasan RTH terdiri dari H-4 dan H-7.
(2). Peta rencana peraturan zonasi pada Blok Peruntukkan I sebagaimana dimaksud pada
Ayat (1), tercantum dalam lampiran 17 yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Pasal 63

(1) Ketentuan peraturan zonasi kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57
ayat (1) huruf a, adalah :
Pada kawasan sempadan sungai dan sempadan rel kereta dengan kode KL-2 :
1. Dilarang mengembangkan kegiatan budidaya yang mengganggu fungsi
lindung;
2. Jenis penggunaan ruang yang diperbolehkan adalah : RTH, kegiatan
terbangun dengan syarat-syarat tertentu, serta kegiatan yang tidak
memanfaatkan ruang secara luas.
3. Pemanfaatan kawasan lindung sempadan sungai tidak boleh berubah

(2) Ketentuan peraturan zonasi kawasan permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal
57 ayat (1) huruf b, adalah :
a. Pada rumah tunggal dengan kode R-1 :
1. Tidak diperkenankan dibangun industri yang menghasilkan limbah bahan
berbahaya dan beracun (B3);
2. Jenis penggunaan ruang yang diperbolehkan adalah perumahan, RTH, dan
TPS (dengan syarat tidak mengakibatkan gangguan kesehatan masyarakat,
gangguan keamanan, pencemaran lingkungan, dan/atau perusakan
lingkungan), sarana pelayanan umum lingkungan secara terbatas;
3. Pemanfaatan boleh berubah menjadi kawasan perdagangan dan jasa skala
kota khusus untuk yang ada di sepanjang koridor arteri sekunder, perdagangan
dan jasa skala lingkungan untuk di jalan lingkungan
4. Perubahan untuk pemanfaatan fasilitas umum pendidikan dengan radius
pencapaian dari area yang dilayani untuk setingkat Taman Kanak-Kanak
adalah 500 meter, sedangkan untuk fasilitas pendidikan setingkat Sekolah
Dasar adalah 1.000 meter)
5. Rumah deret yang ada di bantaran Sungai Brantas diijinkan jika memenuhi
garis sempadan sejauh 15 meter (horizontal) dari bibir sungai dan bangunan
menghadap ke sungai.

(3) Ketentuan peraturan zonasi untuk kawasan perdagangan dan jasa sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 57 ayat (1) huruf c, adalah :
a. Pada kawasan perdagangan dan jasa skala kota dengan kode K-2 :
1. Tidak diperkenankan dibangun industri mengganggu;
2. Jenis penggunaan ruang yang diperbolehkan adalah RTH, halte, TPS, dan
sarana pelayanan umum secara terbatas.
3. Pemanfaatan kawasan perdagangan skala kota yang ada di Jl. WR.
Supratman tidak boleh berubah

33
4. Boleh berubah menjadi fasilitas pendidikan skala kota (sesuai dengan
kebutuhan yang ada di sub blok Sama’an dan Rapal Celaket) dan fasilitas
kesehatan skala kota (khusus untuk sub blok Sama’an)
5. Prosentase perubahan maksimum 20% dari luasan perdagangan dan jasa
skala kota yang ada.
6. Minimal berada pada jalan lokal

b. Pada perdagangan dan jasa skala lingkungan dengan kode K-5 :


1. Tidak diperkenankan dibangun industri mengganggu;
2. Jenis penggunaan ruang yang diperbolehkan adalah RTH dan fasilitas
pelayanan umum secara terbatas, TPS dengan syarat-syarat tertentu.
3. Diperbolehkan untuk industri dengan syarat : industri skala rumah tangga
(home industry), tidak menimbulkan limbah B3 dan/atau mengganggu
lingkungan sekitar, industri manufaktur.
4. Diperbolehkan untuk industri dengan syarat : industri skala rumah tangga
(home industry), tidak menimbulkan limbah B3 dan/atau mengganggu
lingkungan sekitar, industri manufaktur.
5. Berada pada jalan lingkungan

(4) Ketentuan peraturan zonasi untuk sarana umum sebagaimana dimaksud pada Pasal 57
ayat (1) huruf d, adalah :
a. Pada fasilitas pelayanan umum skala regional dengan kode FP-1 :
1. Tidak diperkenankan dibangun industri dan pertambangan;
2. Jenis penggunaan ruang yang diperbolehkan adalah fasilitas pendidikan,
kesehatan, peribadatan, RTH, perdagangan dan jasa, perkantoran, sub
terminal, TPS secara terbatas.
3. Pemanfaatan fasilitas umum skala regional tidak boleh berubah
4. Dilengkapi sistem utilitas yang memadai, yaitu jaringan air bersih, drainase, air
limbah, persampahan, listrik dan telekomunikasi
5. Penyediaan parkir sesuai kebutuhan
6. Minimal berada pada jalan lokal

b. Pada fasilitas pelayanan umum skala kota dengan kode FP-2 :


1. Tidak diperkenankan dibangun industri dan pertambangan;
2. Jenis penggunaan lahan yang diperbolehkan adalah fasilitas pendidikan,
kesehatan, peribadatan, RTH. Perdagangan dan jasa, serta perkantoran, sub
terminal, TPS secara terbatas;
3. Pemanfaatan fasilitas umum skala kota tidak boleh berubah.
4. Dilengkapi sistem utilitas yang memadai, yaitu jaringan air bersih, drainase, air
limbah, persampahan, listrik dan telekomunikasi
5. Penyediaan parkir sesuai kebutuhan
6. Minimal berada pada jalan lokal

c. Pada fasilitas pelayanan umum skala kecamatan dengan kode FP-3 :


1. Tidak diperkenankan dibangun industri dan pertambangan;
2. Jenis penggunaan ruang yang diperbolehkan adalah fasilitas pendidikan,
kesehatan, peribadatan, RTH, perdagangan dan jasa, perkantoran, sub
terminal, TPS secara terbatas.
3. Pemanfaatan fasilitas umum skala kecamatan tidak boleh berubah.
4. Dilengkapi sistem utilitas yang memadai, yaitu jaringan air bersih, drainase, air
limbah, persampahan, listrik dan telekomunikasi
5. Penyediaan parkir sesuai kebutuhan
6. Minimal berada pada jalan lokal

34
d. Pada fasilitas pelayanan umum skala kelurahan dengan kode FP-4 :
1. Tidak diperkenankan dibangun industri, pertambangan, dan pertanian;
2. Jenis penggunaan lahan yang diperbolehkan adalah fasilitas pendidikan
(setingkat SD/MI), peribadatan, RTH. Perdagangan dan jasa skala lingkungan,
TPS secara terbatas;
3. Pemanfaatan fasilitas umum skala kelurahan tidak boleh berubah.
4. Dilengkapi sistem utilitas yang memadai, yaitu jaringan air bersih, drainase, air
limbah, persampahan, dan listrik
5. Penyediaan parkir sesuai kebutuhan
6. Minimal berada pada jalan lingkungan

e. Pada fasilitas pelayanan umum skala lingkungan dengan kode FP-5 :


1. Tidak diperkenankan dibangun industri, pertambangan, dan pertanian;
2. Jenis penggunaan lahan yang diperbolehkan adalah fasilitas pendidikan dini
(setingkat PG/TK), peribadatan, RTH. Perdagangan dan jasa skala lingkungan,
TPS secara terbatas;
3. Pemanfaatan boleh berubah menjadi kawasan perdagangan dan jasa skala
kota khusus untuk yang ada di sepanjang koridor arteri sekunder
4. Dilengkapi sistem utilitas yang memadai, yaitu jaringan air bersih, drainase, air
limbah, persampahan, dan listrik
5. Minimal berada pada jalan lingkungan

(5) Ketentuan peraturan zonasi untuk kawasan pertahanan dan keamanan/militer


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 ayat (1) huruf e, adalah :
a. Pada zona pemerintahan dengan kode PK-1 :
1. Tidak diperkenankan dibangun permukiman, perdagangan dan jasa, industri
kecuali untuk fungsi peruntukan yang menunjang fungsi pemerintahan;
2. Jenis penggunaan ruang yang diperbolehkan adalah RTH, sarana pelayanan
umum skala lingkungan secara terbatas.
3. Pemanfaatan kawasan pemerintahan tidak boleh berubah

b. Pada zona pertanahanan dan keamanan dengan kode PK-2 :


1. Tidak diperkenankan dibangun permukiman, perdagangan dan jasa, industri
kecuali untuk fungsi peruntukan yang menunjang fungsi pertahanan dan
keamanan;
2. Jenis penggunaan ruang yang diperbolehkan adalah fasilitas pendidikan yang
mendukung militer, perkantoran yang mendukung kegiatan militer, RTH,
sarana pelayanan umum skala lingkungan secara terbatas.
3. Pemanfaatan kawasan pertahanan dan keamanan tidak boleh berubah

(6) Ketentuan peraturan zonasi untuk RTH sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 ayat (1)
huruf f, adalah :
a. Pada taman lingkungan dengan kode H-4 :
1. Tidak diperkenankan dibangun industri, pertambangan, perkantoran, terminal
dan TPS;
2. Jenis penggunaan ruang yang diperbolehkan adalah fasilitas olahraga,
pariwisata dan infrastruktur pendukung secara terbatas.
3. Pemanfaatan RTH taman lingkungan tidak diperbolehkan berubah.
4. Diperbolehkan untuk pertanian yang tidak mengganggu fungsi kegiatan dari
taman lingkungan.

b. Pada lapangan olahraga dengan kode H-7 :


1. Tidak diperkenankan dibangun industri, pertambangan dan pertanian;
2. Jenis penggunaan ruang yang diperbolehkan adalah infrastruktur pendukung.

35
3. Pemanfaatan RTH lapangan tidak boleh berubah

Pasal 64

(1). Klasifikasi zonasi pada Blok Peruntukkan II sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56
huruf b, meliputi :
a. Kawasan lindung terdiri dari KL-2;
b. Kawasan permukiman terdiri dari R-1;
c. Kawasan Perdagangan dan Jasa terdiri dari K-2, K-4 dan K-5;
d. Kawasan Fasilitas Pelayanan Umum terdiri dari FP-1, FP-2, FP-3, FP-4 dan FP-5;
e. Kawasan Pemerintahan, Pertahanan dan Keamanan terdiri dari PK-1;
f. Kawasan RTH terdiri dari H-1, H-4, H-5, H-6 dan H-7;
(2). Peta rencana peraturan zonasi pada Blok Peruntukkan II sebagaimana dimaksud pada
Ayat (1), tercantum dalam lampiran 18 yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Pasal 65

(1). Ketentuan peraturan zonasi kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59
ayat (1) huruf a, adalah :
Pada kawasan sempadan sungai dengan kode KL-2 :
1. Dilarang mengembangkan kegiatan budidaya yang mengganggu fungsi
lindung;
2. Jenis penggunaan ruang yang diperbolehkan adalah : RTH, kegiatan
terbangun dengan syarat-syarat tertentu, serta kegiatan yang tidak
memanfaatkan ruang secara luas.
3. Pemanfaatan kawasan lindung sempadan sungai tidak boleh berubah

(2). Ketentuan peraturan zonasi kawasan permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal
59 ayat (1) huruf b, adalah :
a. Pada rumah tunggal dengan kode R-1 :
1. Tidak diperkenankan dibangun industri yang menghasilkan limbah bahan
berbahaya dan beracun (B3);
2. Jenis penggunaan ruang yang diperbolehkan adalah perumahan, RTH, TPS
(dengan syarat tidak mengakibatkan gangguan kesehatan masyarakat,
gangguan keamanan, pencemaran lingkungan, dan/atau perusakan
lingkungan), sarana pelayanan umum lingkungan secara terbatas;
3. Pemanfaatan boleh berubah menjadi perdagangan dan jasa skala kota khusus
untuk yang ada di sepanjang koridor arteri sekunder, perdagangan dan jasa
skala lingkungan untuk di jalan lingkungan
4. Perubahan untuk pemanfaatan fasilitas umum pendidikan dengan radius
pencapaian dari area yang dilayani untuk setingkat Taman Kanak-Kanak
adalah 500 meter, sedangkan untuk fasilitas pendidikan setingkat Sekolah
Dasar adalah 1.000 meter)
5. Rumah deret yang ada di bantaran Sungai Brantas diijinkan jika memenuhi
garis sempadan sejauh 15 meter (horizontal) dari bibir sungai dan bangunan
menghadap ke sungai.

• Ketentuan peraturan zonasi untuk kawasan perdagangan dan jasa sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 58 ayat (1) huruf c, adalah :
a. Pada perdagangan dan jasa skala kota dengan kode K-2 :
1. Tidak diperkenankan dibangun industri yang mengganggu
2. Pembangunan swalayan diarahkan dengan jarak minimal 1 km dengan syarat-
syarat tertentu;

36
3. Jenis penggunaan ruang yang diperbolekan adalah RTH, TPS, sub terminal
dengan syarat-syarat tertentu, serta sarana pelayanan umum secara terbatas.
4. Pemanfaatan perdagangan dan jasa skala kota yang ada di sepanjang Jl.
Brigjen Slamet Riyadi tidak boleh berubah
5. Boleh berubah menjadi fasilitas pendidikan skala kota sesuai dengan
kebutuhan yang ada di sub blok Penanggungan.
6. Prosentase perubahan maksimum 20% dari luasan perdagangan dan jasa
skala kota yang ada.

b. Pada perdagangan dan jasa skala kelurahan dengan kode K-4 :


1. Tidak diperkenankan dibangun industri mengganggu;
2. Jenis penggunaan ruang yang diperbolehkan adalah RTH dan fasilitas
pelayanan umum secara terbatas, TPS dengan syarat-syarat tertentu.
3. Boleh berubah pemanfatan menjadi perdagangan dan jasa skala kota
4. Diperbolehkan untuk industri dengan syarat : industri skala rumah tangga
(home industry), tidak menimbulkan limbah B3 dan/atau mengganggu
lingkungan sekitar, industri manufaktur.
5. Berada pada jalan lokal

c. Pada perdagangan dan jasa skala lingkungan dengan kode K-5 :


1. Tidak diperkenankan dibangun industri mengganggu;
2. Jenis penggunaan ruang yang diperbolehkan adalah RTH dan fasilitas
pelayanan umum secara terbatas, TPS dengan syarat-syarat tertentu.
3. Boleh berubah pemanfatan menjadi perdagangan dan jasa skala kota
4. Diperbolehkan untuk industri dengan syarat : industri skala rumah tangga
(home industry), tidak menimbulkan limbah B3 dan/atau mengganggu
lingkungan sekitar, industri manufaktur.
5. Berada pada jalan lingkungan

• Ketentuan peraturan zonasi untuk fasilitas pelayanan umum sebagaimana dimaksud


pada Pasal 58 ayat (1) huruf d adalah :
a. Pada fasilitas pelayanan umum skala regional dengan kode FP-1 :
1. Tidak diperkenankan dibangun industri dan pertambangan;
2. Jenis penggunaan ruang yang diperbolehkan adalah fasilitas pendidikan,
kesehatan, peribadatan, RTH. Perdagangan dan jasa, perkantoran, sub
terminal, TPS secara terbatas.
3. Pemanfaatan fasilitas pelayanan skala regional tidak boleh berubah
4. Dilengkapi sistem utilitas yang memadai, yaitu jaringan air bersih, drainase, air
limbah, persampahan, listrik dan telekomunikasi
5. Penyediaan parkir sesuai kebutuhan
6. Minimal berada pada jalan lokal

b. Pada fasilitas pelayanan umum skala kota dengan kode FP-2 :


1. Tidak diperkenankan dibangun industri dan pertambangan;
2. Jenis penggunaan lahan yang diperbolehkan adalah fasilitas pendidikan,
kesehatan, peribadatan, RTH. Perdagangan dan jasa, perkantoran, sub
terminal, TPS secara terbatas;
3. Pemanfaatan fasilitas pelayanan skala kota tidak boleh berubah
4. Dilengkapi sistem utilitas yang memadai, yaitu jaringan air bersih, drainase, air
limbah, persampahan, listrik dan telekomunikasi
5. Penyediaan parkir sesuai kebutuhan
6. Minimal berada pada jalan lokal

c. Pada fasilitas pelayanan umum skala kecamatan dengan kode FP-3 :

37
1. Tidak diperkenankan dibangun industri dan pertambangan;
2. Jenis penggunaan lahan yang diperbolehkan adalah fasilitas pendidikan,
kesehatan, peribadatan, RTH. Perdagangan dan jasa, perkantoran, sub
terminal, TPS secara terbatas;
3. Pemanfaatan fasilitas pelayanan skala kecamatan tidak boleh berubah
4. Dilengkapi sistem utilitas yang memadai, yaitu jaringan air bersih, drainase, air
limbah, persampahan, listrik dan telekomunikasi
5. Penyediaan parkir sesuai kebutuhan
6. Minimal berada pada jalan lokal

d. Pada fasilitas pelayanan umum skala kelurahan dengan kode FP-4 :


1. Tidak diperkenankan dibangun industri, pertambangan, dan pertanian;
2. Jenis penggunaan lahan yang diperbolehkan adalah fasilitas pendidikan
(setingkat SD/MI), peribadatan, RTH. Perdagangan dan jasa skala lingkungan,
TPS secara terbatas;
3. Boleh berubah pemanfaatan menjadi pedagangan dan jasa skala kota
4. Dilengkapi sistem utilitas yang memadai, yaitu jaringan air bersih, drainase, air
limbah, persampahan, dan listrik
5. Penyediaan parkir sesuai kebutuhan
6. Minimal berada pada jalan lingkungan

e. Pada fasilitas pelayanan umum skala lingkungan dengan kode FP-5 :


1. Tidak diperkenankan dibangun industri, pertambangan, dan pertanian;
2. Jenis penggunaan lahan yang diperbolehkan adalah fasilitas pendidikan dini
(setingkat PG/TK), peribadatan, RTH. Perdagangan dan jasa skala lingkungan,
TPS secara terbatas;
3. Boleh berubah pemanfaatan menjadi pedagangan dan jasa skala kota
4. Dilengkapi sistem utilitas yang memadai, yaitu jaringan air bersih, drainase, air
limbah, persampahan, dan listrik
5. Minimal berada pada jalan lingkungan

• Ketentuan peraturan zonasi untuk kawasan pertahanan dan keamanan/militer


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 ayat (1) huruf e, adalah :
a. Pada zona pemerintahan dengan kode PK-1 :
1. Tidak diperkenankan dibangun permukiman, perdagangan dan jasa, industri
kecuali untuk fungsi peruntukan yang menunjang fungsi pemerintahan;
2. Jenis penggunaan ruang yang diperbolehkan adalah RTH, sarana pelayanan
umum skala lingkungan secara terbatas.
3. Pemanfaatan zona pemerintahan tidak boleh berubah

• Ketentuan peraturan zonasi untuk RTH sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 ayat (1)
huruf f, adalah :
a. Pada taman kota dengan kode H-1 :
1. Tidak diperkenankan dibangun industri, perkantoran, pemakaman, dan TPS
2. Jenis penggunaan ruang yang diperbolehkan adalah fasilitas olahraga,
pariwisata dan infrastruktur pendukung secara terbatas.
3. Pemanfaatan RTH taman kota tidak boleh berubah
4. Diperbolehkan untuk pertanian yang tidak mengganggu fungsi kegiatan dari
taman kota.

b. Pada taman lingkungan dengan kode H-4 :


1. Tidak diperkenankan dibangun industri, perkantoran, pemakaman, dan TPS

38
2. Jenis penggunaan ruang yang diperbolehkan adalah fasilitas olahraga,
pariwisata dan infrastruktur pendukung secara terbatas.
3. Pemanfaatan RTH taman lingkungan tidak boleh berubah
4. Diperbolehkan untuk pertanian yang tidak mengganggu fungsi kegiatan dari
taman lingkungan.

c. Pada kawasan makam dengan kode H-5 :


1. Jenis penggunaan ruang yang diperbolehkan adalah bangunan atau sedikit
mungkin unsur bangunan untuk sarana prasarana penunjang makam;
2. Pemanfatan RTH makam tidak boleh berubah.

d. Pada jalur hijau jalan dengan kode H-6 :


1. Tidak diperkenankan dibangun kegiatan budidaya apapun;
2. Jenis penggunaan lahan yang diperbolehkan adalah kegiatan yang tidak
memanfaatkan ruang secara luas seperti ; iklan/reklame, kabel/tiang listrik, dan
kegiatan sejenis lainnya namun dengan syarat-syarat tertentu;
3. Pemanfaatan RTH jalur hijau jalan tidak boleh berubah

e. Pada lapangan olahraga dengan kode H-7 :


1. Tidak diperkenankan dibangun industri, pertambangan dan pertanian;
2. Jenis penggunaan ruang yang diperbolehkan adalah infrastruktur pendukung.
3. Pemanfaatan RTH lapangan olahraga tidak boleh berubah

Pasal 66

(1). Klasifikasi zonasi pada Blok Peruntukkan III sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56
huruf c, meliputi :
a. Kawasan permukiman terdiri dari R-1 dan R-4
b. Kawasan Perdagangan dan Jasa terdiri dari K-2 dan K-5;
c. Kawasan Fasilitas Pelayanan Umum terdiri dari FP-1, FP-2, FP-3, FP-4 dan FP-5;
d. Kawasan Pemerintahan, Pertahanan dan Keamanan terdiri dari PK-1 dan PK-2;
e. Kawasan RTH terdiri dari H-1, H-4, H-5, H-6 dan H-7;
(2). Peta rencana peraturan zonasi pada Blok Peruntukkan III sebagaimana dimaksud pada
Ayat (1), tercantum dalam lampiran 19 yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Pasal 67

(1) Ketentuan peraturan zonasi kawasan permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal
61 ayat (1) huruf a, adalah :
a. Pada rumah tunggal dengan kode R-1 dan rumah deret (town house) dengan kode
R-4 :
1. Tidak diperkenankan dibangun industri yang menghasilkan limbah bahan
berbahaya dan beracun (B3);
2. Jenis penggunaan ruang yang diperbolehkan adalah RTH, TPS dengan
(dengan syarat tidak mengakibatkan gangguan kesehatan masyarakat,
gangguan keamanan, pencemaran lingkungan, dan/atau perusakan
lingkungan), sarana pelayanan umum lingkungan secara terbatas.
3. Pemanfaatan boleh berubah menjadi kawasan perdagangan dan jasa skala
kota khusus untuk yang ada di sepanjang koridor arteri sekunder, perdagangan
dan jasa skala lingkungan untuk di jalan lingkungan
4. Perubahan untuk pemanfaatan fasilitas umum pendidikan dengan radius
pencapaian dari area yang dilayani untuk setingkat Taman Kanak-Kanak

39
adalah 500 meter, sedangkan untuk fasilitas pendidikan setingkat Sekolah
Dasar adalah 1.000 meter)

(2) Ketentuan peraturan zonasi untuk kawasan perdagangan dan jasa sebagaimana
dimaksud dalam 61 ayat (1) huruf b, adalah :
a. Pada kawasan perdagangan dan jasa skala kota dengan kode K-2 :
1. Tidak diperkenankan dibangun industri mengganggu;
2. Jenis penggunaan ruang yang diperbolehkan adalah RTH, halte, TPS, dan
sarana pelayanan umum secara terbatas.
3. Pemanfaatan perdagangan dan jasa skala kota yang ada di sepanjang Jl. Kawi
tidak boleh berubah
4. Boleh berubah menjadi fasilitas pendidikan skala kota (sesuai dengan
kebutuhan yang ada di sub blok Gading Kasri dan Bareng) dan fasilitas
kesehatan serta peribadatan skala kota (khusus untuk sub blok Bareng)
5. Prosentase perubahan maksimum 30% dari luasan perdagangan dan jasa
skala kota yang ada.
6. Minimal berada pada jalan lokal

b. Pada perdagangan dan jasa skala lingkungan dengan kode K-5 :


1. Tidak diperkenankan dibangun industri mengganggu;
2. Jenis penggunaan ruang yang diperbolehkan adalah RTH dan fasilitas
pelayanan umum secara terbatas, TPS dengan syarat-syarat tertentu.
3. Pemanfaatan perdagangan dan jasa skala lingkungan boleh berubah
pemanfaatan menjadi perdagangan dan jasa skala kota atau fasilitas umum
4. Diperbolehkan untuk industri dengan syarat : industri skala rumah tangga
(home industry), tidak menimbulkan limbah B3 dan/atau mengganggu
lingkungan sekitar, industri manufaktur.
5. Berada pada jalan lingkungan

(3) Ketentuan peraturan zonasi untuk fasilitas pelayanan umum sebagaimana dimaksud
pada 61 ayat (1) huruf c adalah :
a. Pada fasilitas pelayanan umum skala regional dengan kode FP-1 :
1. Tidak diperkenankan dibangun industri dan pertambangan;
2. Jenis penggunaan ruang yang diperbolehkan adalah fasilitas pendidikan,
kesehatan, peribadatan, RTH. Perdagangan dan jasa, perkantoran, sub
terminal, TPS secara terbatas;
3. Pemanfaatan fasilitas pelayanan umum skala regional tidak boleh berubah.
4. Dilengkapi sistem utilitas yang memadai, yaitu jaringan air bersih, drainase, air
limbah, persampahan, listrik dan telekomunikasi
5. Penyediaan parkir sesuai kebutuhan
6. Minimal berada pada jalan lokal

b. Pada fasilitas pelayanan umum skala kota dengan kode FP-2 :


1. Tidak diperkenankan dibangun industri dan pertambangan;
2. Jenis penggunaan lahan yang diperbolehkan adalah fasilitas pendidikan,
kesehatan, peribadatan, RTH. Perdagangan dan jasa, perkantoran, sub
terminal, TPS secara terbatas;
3. Pemanfaatan fasilitas pelayanan umum skala kota tidak boleh berubah.
4. Dilengkapi sistem utilitas yang memadai, yaitu jaringan air bersih, drainase, air
limbah, persampahan, listrik dan telekomunikasi
5. Penyediaan parkir sesuai kebutuhan
6. Minimal berada pada jalan lokal

40
c. Pada fasilitas pelayanan umum skala kecamatan dengan kode FP-3 :
1. Tidak diperkenankan dibangun industri dan pertambangan;
2. Jenis penggunaan lahan yang diperbolehkan adalah fasilitas pendidikan,
kesehatan, peribadatan, RTH. Perdagangan dan jasa, perkantoran, sub
terminal, TPS secara terbatas;
3. Pemanfaatan fasilitas pelayanan umum skala kecamatan tidak boleh berubah.
4. Dilengkapi sistem utilitas yang memadai, yaitu jaringan air bersih, drainase, air
limbah, persampahan, listrik dan telekomunikasi
5. Penyediaan parkir sesuai kebutuhan
6. Minimal berada pada jalan lokal

d. Pada fasilitas pelayanan umum skala kelurahan dengan kode FP-4 :


1. Tidak diperkenankan dibangun industri, pertambangan, dan pertanian;
2. Jenis penggunaan lahan yang diperbolehkan adalah fasilitas pendidikan
(setingkat SD/MI), peribadatan, RTH. Perdagangan dan jasa skala lingkungan,
TPS secara terbatas;
3. Pemanfaatan fasilitas pelayanan umum skala kelurahan boleh berubah
menjadi perdagangan dan jasa skala kota
4. Dilengkapi sistem utilitas yang memadai, yaitu jaringan air bersih, drainase, air
limbah, persampahan, dan listrik
5. Penyediaan parkir sesuai kebutuhan
6. Minimal berada pada jalan lingkungan

e. Pada fasilitas pelayanan umum skala lingkungan dengan kode FP-5 :


1. Tidak diperkenankan dibangun industri, pertambangan, dan pertanian;
2. Jenis penggunaan lahan yang diperbolehkan adalah fasilitas pendidikan dini
(setingkat PG/TK), peribadatan, RTH. Perdagangan dan jasa skala lingkungan,
TPS secara terbatas;
3. Pemanfaatan fasilitas pelayanan umum skala kelurahan boleh berubah menjadi
perdagangan dan jasa skala kota atau fasilitas umum
4. lengkapi sistem utilitas yang memadai, yaitu jaringan air bersih, drainase, air
limbah, persampahan, dan listrik
5. Minimal berada pada jalan lingkungan

(4) Ketentuan peraturan zonasi untuk kawasan pertahanan dan keamanan/militer


sebagaimana dimaksud dalam 61 ayat (1) huruf d, adalah :
a. Pada zona pemerintahan dengan kode PK-1 :
1. Tidak diperkenankan dibangun permukiman, perdagangan dan jasa, industri
kecuali untuk fungsi peruntukan yang menunjang fungsi pemerintahan;
2. Jenis penggunaan ruang yang diperbolehkan adalah RTH, sarana pelayanan
umum skala lingkungan secara terbatas.
3. Pemanfaatan zona pemerintahan tidak boleh berubah.

b. Pada zona pertanahanan dan keamanan dengan kode PK-2 :


1. Tidak diperkenankan dibangun permukiman, perdagangan dan jasa, industri
kecuali untuk fungsi peruntukan yang menunjang fungsi pertahanan dan
keamanan;
2. Jenis penggunaan ruang yang diperbolehkan adalah fasilitas pendidikan yang
mendukung militer, perkantoran yang mendukung kegiatan militer, RTH,
sarana pelayanan umum skala lingkungan secara terbatas.
3. Pemanfaatan zona pertanahan dan keamanan tidak boleh berubah.

(5) Ketentuan peraturan zonasi untuk RTH sebagaimana dimaksud dalam 61 ayat (1) huruf
e, adalah :

41
a. Pada taman kota dengan kode H-1 :
1. Tidak diperkenankan dibangun industri, perkantoran, pemakaman, dan TPS
2. Jenis penggunaan ruang yang diperbolehkan adalah fasilitas olahraga,
pariwisata dan infrastruktur pendukung secara terbatas.
3. Pemanfaatan RTH taman kota tidak boleh berubah
4. Diperbolehkan untuk pertanian yang tidak mengganggu fungsi kegiatan dari
taman kota.

b. Pada taman lingkungan dengan kode H-4 :


1. Tidak diperkenankan dibangun industri, perkantoran, pemakaman, dan TPS
2. Jenis penggunaan ruang yang diperbolehkan adalah fasilitas olahraga,
pariwisata dan infrastruktur pendukung secara terbatas.
3. Pemanfaatan RTH taman lingkungan tidak boleh berubah
4. Diperbolehkan untuk pertanian yang tidak mengganggu fungsi kegiatan dari
taman lingkungan.

c. Pada kawasan makam dengan kode H-5 :


1. Jenis penggunaan ruang yang diperbolehkan adalah bangunan atau sedikit
mungkin unsur bangunan untuk sarana prasarana penunjang makam:
2. Pemanfatan RTH makam tidak boleh berubah.

d. Pada jalur hijau jalan dengan kode H-6 :


1. Tidak diperkenankan dibangun kegiatan budidaya apapun;
2. Jenis penggunaan lahan yang diperbolehkan adalah kegiatan yang tidak
memanfaatkan ruang secara luas seperti ; iklan/reklame, kabel/tiang listrik, dan
kegiatan sejenis lainnya namun dengan syarat-syarat tertentu;
3. Pemanfaatan RTHjalur hijau jalan tidak boleh berubah

e. Pada lapangan olahraga dengan kode H-7 :


1. Tidak diperkenankan dibangun industri, pertambangan dan pertanian;
2. Jenis penggunaan ruang yang diperbolehkan adalah infrastruktur pendukung.
3. Pemanfaatan RTH lapangan tidak boleh berubah

Pasal 68

(1). Klasifikasi zonasi pada Blok Peruntukkan IV sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56
huruf d, meliputi :
a. Kawasan lindung terdiri dari KL-2;
b. Kawasan permukiman terdiri dari R-1;
c. Kawasan Perdagangan dan Jasa terdiri dari K-1, K-2 dan K-5;
d. Industri terdiri dari I-1;
e. Fasilitas Pelayanan Umum terdiri dari FP-1, FP-2, FP-3, FP-4 dan FP-5;
f. Kawasan Pemerintahan, Pertahanan dan Keamanan terdiri dari PK-1 dan PK-2;
g. Kawasan RTH terdiri dari H-4, H-5, H-6 dan H-7;
(2). Peta rencana peraturan zonasi pada Blok Peruntukkan IV sebagaimana dimaksud pada
Ayat (1), tercantum dalam lampiran 20 yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Pasal 69

42
(1) Ketentuan peraturan zonasi kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63
ayat (1) huruf a, adalah :
Pada kawasan sempadan sungai dengan kode KL-2 :
1. Tidak diperkenankan dibangun kegiatan budidaya yang mengganggu fungsi
lindung;
2. Jenis penggunaan ruang yang diperbolehkan adalah : RTH, kegiatan
terbangun dengan syarat-syarat tertentu, serta kegiatan yang tidak
memanfaatkan ruang secara luas.
3. Pemanfaatan kawasan lindung sempadan sungai tidak boleh berubah

(2) Ketentuan peraturan zonasi kawasan permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal
63 ayat (1) huruf b, adalah :
a. Pada rumah tunggal dengan kode R-1 :
1. Tidak diperkenankan dibangun industri yang menghasilkan limbah bahan
berbahaya dan beracun (B3);
2. Jenis penggunaan ruang yang diperbolehkan adalah RTH, TPS (dengan syarat
tidak mengakibatkan gangguan kesehatan masyarakat, gangguan keamanan,
pencemaran lingkungan, dan/atau perusakan lingkungan), sarana pelayanan
lingkungan secara terbatas.
3. Pemanfaatan boleh berubah menjadi kawasan perdagangan dan jasa skala
kota khusus untuk yang ada di sepanjang koridor arteri sekunder, perdagangan
dan jasa skala lingkungan untuk di jalan lingkungan
4. Perubahan untuk pemanfaatan fasilitas umum pendidikan dengan radius
pencapaian dari area yang dilayani untuk setingkat Taman Kanak-Kanak
adalah 500 meter, sedangkan untuk fasilitas pendidikan setingkat Sekolah
Dasar adalah 1.000 meter)
5. Rumah deret yang ada di bantaran Sungai Brantas diijinkan jika memenuhi
garis sempadan sejauh 15 meter (horizontal) dari bibir sungai dan bangunan
menghadap ke sungai.

(3) Ketentuan peraturan zonasi untuk kawasan perdagangan dan jasa sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 63 ayat (1) huruf c, adalah :
a. Pada perdagangan dan jasa skala regional dengan kode K-1 :
1. Tidak diperkenankan dibangun permukiman dengan kapasitas luas serta
industri yang mengganggu
2. Jenis penggunaan ruang yang diperbolekan adalah RTH, TPS, sub terminal
dengan syarat-syarat tertentu, serta sarana pelayanan umum secara terbatas.
3. Pemanfaatan perdagangan dan jasa skala regional tidak boleh berubah
4. Minimal berada pada jalan lokal

b. Pada kawasan perdagangan dan jasa skala kota dengan kode K-2 :
1. Tidak diperkenankan dibangun industri mengganggu;
2. Jenis penggunaan ruang yang diperbolehkan adalah RTH, halte, TPS, dan
sarana pelayanan umum secara terbatas.
3. Pemanfaatan perdagangan dan jasa skala kota yang ada di sepanjang Jl. Kawi
dan Jl. Semeru tidak boleh berubah
4. Boleh berubah menjadi fasilitas pendidikan dan kesehatan skala kota sesuai
dengan kebutuhan yang ada di sub blok Kasin.
5. Prosentase perubahan maksimum 25% dari luasan perdagangan dan jasa
skala kota yang ada.
6. Minimal berada pada jalan lokal

c. Pada perdagangan dan jasa skala lingkungan dengan kode K-5 :


1. Tidak diperkenankan dibangun industri mengganggu;

43
2. Jenis penggunaan ruang yang diperbolehkan adalah RTH dan fasilitas
pelayanan umum secara terbatas, TPS dengan syarat-syarat tertentu.
3. Pemanfaatan perdagangan dan jasa skala lingkungan boleh berubah menjadi
perdagangan dan jasa skala kota
4. Diperbolehkan untuk industri dengan syarat : industri skala rumah tangga
(home industry), tidak menimbulkan limbah B3 dan/atau mengganggu
lingkungan sekitar, industri manufaktur.
5. Berada pada jalan lingkungan

(4) Ketentuan peraturan zonasi untuk industri dan pergudangan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 63 ayat (1) huruf d, adalah :
a. Pada zona industri dengan kode I-1 :
1. Tidak diperkenankan dibangun permukiman secara luas;
2. Jenis penggunaan ruang yang diperbolehkan adalah permukiman secara
terbatas, perdagangan dan jasa terbatas dan dengan syarat-syarat tertentu,
sarana pelayana umum secara terbatas, IPAL, RTH, kantor swasta pendukung
kegiatan industri dengan syarat-syarat tertentu.
3. Merupakan industri manufaktur dan bukan merupakan kegiatan industri berat
yang menimbulkan limbah B3 dan/atau mengganggu lingkungan sekitar.
4. Boleh berubah pemanfaatan menjadi perdagangan dan jasa skala kota

(5) Ketentuan peraturan zonasi untuk fasilitas pelayanan umum sebagaimana dimaksud
pada Pasal 63 ayat (1) huruf e adalah :
a. Pada fasilitas pelayanan umum skala regional dengan kode FP-1 :
1. Tidak diperkenankan dibangun industri dan pertambangan;
2. Jenis penggunaan ruang yang diperbolehkan adalah fasilitas pendidikan,
kesehatan, peribadatan, RTH. Perdagangan dan jasa, perkantoran, sub
terminal, TPS secara terbatas;
3. Pemanfaatan fasilitas pelayanan umum skala regional tidak boleh berubah
4. Dilengkapi sistem utilitas yang memadai, yaitu jaringan air bersih, drainase, air
limbah, persampahan, listrik dan telekomunikasi
5. Penyediaan parkir sesuai kebutuhan
6. Minimal berada pada jalan lokal

b. Pada fasilitas pelayanan umum skala kota dengan kode FP-2 :


1. Tidak diperkenankan dibangun industri dan pertambangan;
2. Jenis penggunaan lahan yang diperbolehkan adalah fasilitas pendidikan,
kesehatan, peribadatan, RTH. Perdagangan dan jasa, perkantoran, sub
terminal, TPS secara terbatas;
3. Pemanfaatan fasilitas pelayanan umum skala kota tidak boleh berubah
4. Dilengkapi sistem utilitas yang memadai, yaitu jaringan air bersih, drainase, air
limbah, persampahan, listrik dan telekomunikasi
5. Penyediaan parkir sesuai kebutuhan
6. Minimal berada pada jalan lokal

c. Pada fasilitas pelayanan umum skala kecamatan dengan kode FP-3 :


1. Tidak diperkenankan dibangun industri dan pertambangan;
2. Jenis penggunaan lahan yang diperbolehkan adalah fasilitas pendidikan,
kesehatan, peribadatan, RTH. Perdagangan dan jasa, perkantoran, sub
terminal, TPS secara terbatas;
3. Pemanfaatan fasilitas pelayanan umum skala kecamatan tidak boleh berubah
4. Dilengkapi sistem utilitas yang memadai, yaitu jaringan air bersih, drainase, air
limbah, persampahan, listrik dan telekomunikasi

44
5. Penyediaan parkir sesuai kebutuhan
6. Minimal berada pada jalan lokal

d. Pada fasilitas pelayanan umum skala kelurahan dengan kode FP-4 :


1. Tidak diperkenankan dibangun industri, pertambangan, dan pertanian;
2. Jenis penggunaan lahan yang diperbolehkan adalah fasilitas pendidikan
(setingkat SD/MI), peribadatan, RTH. Perdagangan dan jasa skala lingkungan,
TPS secara terbatas;
3. Pemanfaatan fasilitas pelayanan umum skala kelurahan boleh berubah menjadi
perdagangan dan jasa skala kota
4. Dilengkapi sistem utilitas yang memadai, yaitu jaringan air bersih, drainase, air
limbah, persampahan, dan listrik
5. Penyediaan parkir sesuai kebutuhan
6. Minimal berada pada jalan lingkungan

e. Pada fasilitas pelayanan umum skala lingkungan dengan kode FP-5 :


1. Tidak diperkenankan dibangun industri, pertambangan, dan pertanian;
2. Jenis penggunaan lahan yang diperbolehkan adalah fasilitas pendidikan dini
(setingkat PG/TK), peribadatan, RTH. Perdagangan dan jasa skala lingkungan,
TPS secara terbatas;
3. Pemanfaatan fasilitas pelayanan umum skala lingkungan boleh berubah
menjadi perdagangan dan jasa skala kota
4. Dilengkapi sistem utilitas yang memadai, yaitu jaringan air bersih, drainase, air
limbah, persampahan, dan listrik
5. Minimal berada pada jalan lingkungan

(6) Ketentuan peraturan zonasi untuk kawasan pertahanan dan keamanan/militer


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 ayat (1) huruf f, adalah :
a. Pada zona pemerintahan dengan kode PK-1 :
1. Tidak diperkenankan dibangun permukiman, perdagangan dan jasa, industri
kecuali untuk fungsi peruntukan yang menunjang fungsi pemerintahan;
2. Jenis penggunaan ruang yang diperbolehkan adalah RTH, sarana pelayanan
umum skala lingkungan secara terbatas.
3. Pemanfaatan zona pemerintahan tidak boleh berubah

b. Pada zona pertanahanan dan keamanan dengan kode PK-2 :


1. Tidak diperkenankan dibangun permukiman, perdagangan dan jasa, industri
kecuali untuk fungsi peruntukan yang menunjang fungsi pertahanan dan
keamanan;
2. Jenis penggunaan ruang yang diperbolehkan adalah fasilitas pendidikan yang
mendukung militer, perkantoran yang mendukung kegiatan militer, RTH,
sarana pelayanan umum skala lingkungan secara terbatas.
3. Pemanfaatan zona pertahanan dan keamanan tidak boleh berubah.

(7) Ketentuan peraturan zonasi untuk RTH sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 ayat (1)
huruf g, adalah :
a. Pada taman lingkungan dengan kode H-4 :
1. Tidak diperkenankan dibangun industri, perkantoran, pemakaman, dan TPS
2. Jenis penggunaan ruang yang diperbolehkan adalah fasilitas olahraga,
pariwisata dan infrastruktur pendukung secara terbatas.
3. Pemanfaatan RTH taman lingkungan tidak boleh berubah
4. Diperbolehkan untuk pertanian yang tidak mengganggu fungsi kegiatan dari
taman lingkungan.

45
b. Pada kawasan makam dengan kode H-5 :
1. Jenis penggunaan ruang yang diperbolehkan adalah bangunan atau sedikit
mungkin unsur bangunan untuk sarana prasarana penunjang makam;
2. Pemanfatan RTH makam tidak boleh berubah.

c. Pada jalur hijau jalan dengan kode H-6 :


1. Tidak diperkenankan dibangun kegiatan budidaya apapun;
2. Jenis penggunaan lahan yang diperbolehkan adalah kegiatan yang tidak
memanfaatkan ruang secara luas seperti ; iklan/reklame, kabel/tiang listrik, dan
kegiatan sejenis lainnya namun dengan syarat-syarat tertentu;
3. Pemanfaatan RTH jalur hijau jalan tidak boleh berubah

d. Pada lapangan olahraga dengan kode H-7 :


1. Tidak diperkenankan dibangun industri, pertambangan dan pertanian;
2. Jenis penggunaan ruang yang diperbolehkan adalah infrastruktur pendukung.
3. Pemanfaatan RTH lapangan olah raga tidak boleh berubah

Pasal 70

(1). Klasifikasi zonasi pada Blok Peruntukkan V sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56
huruf e, meliputi :
a. Kawasan lindung terdiri dari KL-2;
b. Kawasan permukiman terdiri dari R-1;
c. Kawasan Perdagangan dan Jasa terdiri dari K-2, K-4 dan K-5;
d. Fasilitas Pelayanan Umum terdiri dari FP-1, FP-2, FP-3 dan FP-5;
e. Kawasan Pemerintahan, Pertahanan dan Keamanan terdiri dari PK-1 dan PK-2;
f. Kawasan Perhubungan terdiri dari TR-2; dan
g. Kawasan RTH terdiri dari H-1, H-4, H-6 dan H-7;
(2). Peta rencana peraturan zonasi pada Blok Peruntukkan V sebagaimana dimaksud pada
Ayat (1), tercantum dalam 21 yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Pasal 71

(1) Ketentuan peraturan zonasi kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65
ayat (1) huruf a, adalah :
Pada kawasan sempadan sungai dan sempadan rel kereta dengan kode KL-2 :
1. Tidak diperkenankan dibangun kegiatan budidaya yang mengganggu fungsi
lindung;
2. Jenis penggunaan ruang yang diperbolehkan adalah : RTH, kegiatan
terbangun dengan syarat-syarat tertentu, serta kegiatan yang tidak
memanfaatkan ruang secara luas.
3. Pemanfaatan kawasan lindung sempadan sungai tidak boleh berubah

(2) Ketentuan peraturan zonasi kawasan permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal
65 ayat (1) huruf b, adalah :
a. Pada rumah tunggal dengan kode R-1 :
1. Tidak diperkenankan dibangun industri yang menghasilkan limbah bahan
berbahaya dan beracun (B3);
2. Jenis penggunaan ruang yang diperbolehkan adalah RTH, TPS (dengan syarat
tidak mengakibatkan gangguan kesehatan masyarakat, gangguan keamanan,
pencemaran lingkungan, dan/atau perusakan lingkungan), sarana pelayanan
umum lingkungan secara terbatas

46
3. Pemanfaatan boleh berubah menjadi kawasan perkantoran/pemerintahan
khusus untuk yang ada di sepanjang koridor arteri sekunder, perdagangan dan
jasa skala lingkungan untuk di jalan lingkungan
4. Perubahan untuk pemanfaatan fasilitas umum pendidikan dengan radius
pencapaian dari area yang dilayani untuk setingkat Taman Kanak-Kanak
adalah 500 meter, sedangkan untuk fasilitas pendidikan setingkat Sekolah
Dasar adalah 1.000 meter)
5. Rumah deret yang ada di bantaran Sungai Brantas diijinkan jika memenuhi
garis sempadan sejauh 15 meter (horizontal) dari bibir sungai dan bangunan
menghadap ke sungai.

(3) Ketentuan peraturan zonasi untuk kawasan perdagangan dan jasa sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 65 ayat (1) huruf c, adalah :
a. Pada perdagangan dan jasa skala kota dengan kode K-2 :
1. Tidak diperkenankan dibangun industri yang mengganggu
2. Pembangunan swalayan diarahkan dengan jarak minimal 1 km dengan syarat-
syarat tertentu;
3. Jenis penggunaan ruang yang diperbolekan adalah RTH, TPS, sub terminal
dengan syarat-syarat tertentu, serta sarana pelayanan umum secara terbatas.
4. Boleh berubah menjadi fasilitas pendidikan skala kota sesuai dengan
kebutuhan yang ada di sub blok Kidul Dalem
5. Prosentase perubahan maksimum 15% dari luasan perdagangan dan jasa
skala kota yang ada.
6. Minimal berada pada jalan lokal

b. Pada perdagangan dan jasa skala kelurahan dengan kode K-4 :


1. Tidak diperkenankan dibangun industri mengganggu;
2. Jenis penggunaan ruang yang diperbolehkan adalah RTH dan fasilitas
pelayanan umum secara terbatas, TPS dengan syarat-syarat tertentu.
3. Pemanfaatan perdagangan dan jasa skala kelurahan boleh berubah menjadi
kawasan perkantoran/pemerintahan
4. Diperbolehkan untuk industri dengan syarat : industri skala rumah tangga
(home industry), tidak menimbulkan limbah B3 dan/atau mengganggu
lingkungan sekitar, industri manufaktur.
5. Berada pada jalan lokal

c. Pada perdagangan dan jasa skala lingkungan dengan kode K-5 :


1. Tidak diperkenankan dibangun industri mengganggu;
2. Jenis penggunaan ruang yang diperbolehkan adalah RTH dan fasilitas
pelayanan umum secara terbatas, TPS dengan syarat-syarat tertentu.
3. Pemanfaatan perdagangan dan jasa skala lingkungan boleh berubah menjadi
kawasan perkantoran/pemerintahan
4. Diperbolehkan untuk industri dengan syarat : industri skala rumah tangga
(home industry), tidak menimbulkan limbah B3 dan/atau mengganggu
lingkungan sekitar, industri manufaktur.
5. Berada pada jalan lingkungan

(4) Ketentuan peraturan zonasi untuk fasilitas pelayanan umum sebagaimana dimaksud
pada Pasal 65 ayat (1) huruf d adalah :
a. Pada fasilitas pelayanan umum skala regional dengan kode FP-1 :
1. Tidak diperkenankan dibangun industri dan pertambangan;
2. Jenis penggunaan ruang yang diperbolehkan adalah fasilitas pendidikan,
kesehatan, peribadatan, RTH. Perdagangan dan jasa, perkantoran, sub
terminal, TPS secara terbatas;

47
3. Pemanfaatan fasilitas pelayanan umum skala regional tidak boleh berubah
4. Dilengkapi sistem utilitas yang memadai, yaitu jaringan air bersih, drainase, air
limbah, persampahan, listrik dan telekomunikasi
5. Penyediaan parkir sesuai kebutuhan
6. Minimal berada pada jalan lokal

b. Pada fasilitas pelayanan umum skala kota dengan kode FP-2 :


1. Tidak diperkenankan dibangun industri dan pertambangan;
2. Jenis penggunaan lahan yang diperbolehkan adalah fasilitas pendidikan,
kesehatan, peribadatan, RTH. Perdagangan dan jasa, perkantoran, sub
terminal, TPS secara terbatas;
3. Pemanfaatan fasilitas pelayanan umum skala kota tidak boleh berubah
4. Dilengkapi sistem utilitas yang memadai, yaitu jaringan air bersih, drainase, air
limbah, persampahan, listrik dan telekomunikasi
5. Penyediaan parkir sesuai kebutuhan
6. Minimal berada pada jalan lokal

c. Pada fasilitas pelayanan umum skala kecamatan dengan kode FP-3 :


1. Tidak diperkenankan dibangun industri dan pertambangan;
2. Jenis penggunaan lahan yang diperbolehkan adalah fasilitas pendidikan,
kesehatan, peribadatan, RTH. Perdagangan dan jasa, perkantoran, sub
terminal, TPS secara terbatas;
3. Pemanfaatan fasilitas pelayanan umum skala kecamatan boleh berubah
menjadi kawasan perkantoran/pemerintahan
4. Dilengkapi sistem utilitas yang memadai, yaitu jaringan air bersih, drainase, air
limbah, persampahan, listrik dan telekomunikasi
5. Penyediaan parkir sesuai kebutuhan
6. Minimal berada pada jalan lokal

d. Pada fasilitas pelayanan umum skala lingkungan dengan kode FP-5 :


1. Tidak diperkenankan dibangun industri, pertambangan, dan pertanian;
2. Jenis penggunaan lahan yang diperbolehkan adalah fasilitas pendidikan dini
(setingkat PG/TK), peribadatan, RTH. Perdagangan dan jasa skala lingkungan,
TPS secara terbatas;
3. Pemanfaatan fasilitas pelayanan umum skala lingkungan boleh berubah
menjadi kawasan perkantoran/pemerintahan
4. Dilengkapi sistem utilitas yang memadai, yaitu jaringan air bersih, drainase, air
limbah, persampahan, dan listrik
5. Minimal berada pada jalan lingkungan

(5) Ketentuan peraturan zonasi untuk kawasan pertahanan dan keamanan/militer


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65 ayat (1) huruf e, adalah :
a. Pada zona pemerintahan dengan kode PK-1 :
1. Tidak diperkenankan dibangun permukiman, perdagangan dan jasa, industri
kecuali untuk fungsi peruntukan yang menunjang fungsi pemerintahan;
2. Jenis penggunaan ruang yang diperbolehkan adalah RTH, sarana pelayanan
umum skala lingkungan secara terbatas.
3. Pemanfaatan zona pemerintahan tidak boleh berubah

b. Pada zona pertanahanan dan keamanan dengan kode PK-2 :


1. Tidak diperkenankan dibangun permukiman, perdagangan dan jasa, industri
kecuali untuk fungsi peruntukan yang menunjang fungsi pertahanan dan
keamanan;

48
2. Jenis penggunaan ruang yang diperbolehkan adalah fasilitas pendidikan yang
mendukung militer, perkantoran yang mendukung kegiatan militer, RTH,
sarana pelayanan umum skala lingkungan secara terbatas.
3. Pemanfaatan zona pertahanan dan keamanan tidak boleh berubah

(6) Ketentuan peraturan zonasi untuk perhubungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
65 ayat (1) huruf f, adalah :
a. Pada stasiun KA dengan kode TR-2 :
1. Tidak diperkenankan dibangun industri;
2. Jenis penggunaan ruang yang diperbolehkan adalah RTH, perdagangan dan
jasa, fasilitas pelayanan umum, perkantoran, permukiman, serta TPS dengan
terbatas dan syarat-syarat tertentu.
3. Pemanfaatan sarana transportasi stasiun KA tidak boleh berubah

(7) Ketentuan peraturan zonasi untuk RTH sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65 ayat (1)
huruf g, adalah :
a. Pada taman kota dengan kode H-1 :
1. Tidak diperkenankan dibangun industri, perkantoran, pemakaman, dan TPS
2. Jenis penggunaan ruang yang diperbolehkan adalah fasilitas olahraga,
pariwisata dan infrastruktur pendukung secara terbatas.
3. Pemanfaatan RTH taman kota tidak boleh berubah
4. Diperbolehkan untuk pertanian yang tidak mengganggu fungsi kegiatan dari
taman kota.

b. Pada taman lingkungan dengan kode H-4 :


1. Tidak diperkenankan dibangun industri, perkantoran, pemakaman, dan TPS
2. Jenis penggunaan ruang yang diperbolehkan adalah fasilitas olahraga,
pariwisata dan infrastruktur pendukung secara terbatas.
3. Pemanfaatan RTH taman lingkungan tidak boleh berubah
4. Diperbolehkan untuk pertanian yang tidak mengganggu fungsi kegiatan dari
taman lingkungan.

c. Pada jalur hijau jalan dengan kode H-6 :


1. Tidak diperkenankan dibangun kegiatan budidaya apapun;
2. Jenis penggunaan lahan yang diperbolehkan adalah kegiatan yang tidak
memanfaatkan ruang secara luas seperti ; iklan/reklame, kabel/tiang listrik, dan
kegiatan sejenis lainnya namun dengan syarat-syarat tertentu;
3. Pemanfaatan RTH jalur hijau jalan tidak boleh berubah

d. Pada lapangan olahraga dengan kode H-7 :


1. Tidak diperkenankan dibangun industri, pertambangan dan pertanian;
2. Jenis penggunaan ruang yang diperbolehkan adalah infrastruktur pendukung.
3. Pemanfaatan RTH lapangan olah raga tidak boleh berubah

Pasal 72

(1). Klasifikasi zonasi pada Blok Peruntukkan VI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56
huruf f, meliputi :
a. Kawasan permukiman terdiri dari R-1;
b. Kawasan Perdagangan dan Jasa terdiri dari K-1, K-2 dan K-5;
c. Fasilitas Pelayanan Umum terdiri dari FP-2, FP-3, FP-4 dan FP-5;
d. Kawasan Pemerintahan, Pertahanan dan Keamanan terdiri dari PK-1;
(2). Peta rencana peraturan zonasi pada Blok Peruntukkan VI sebagaimana dimaksud pada
Ayat (1), tercantum dalam lampiran 22 yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

49
Pasal 73

(1) Ketentuan peraturan zonasi kawasan permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal
67 ayat (1) huruf a, adalah :
a. Pada rumah tunggal dengan kode R-1 :
1. Tidak diperkenankan dibangun industri yang menghasilkan limbah bahan
berbahaya dan beracun (B3);
2. Jenis penggunaan ruang yang diperbolehkan adalah RTH, TPS (dengan syarat
tidak mengakibatkan gangguan kesehatan masyarakat, gangguan keamanan,
pencemaran lingkungan, dan/atau perusakan lingkungan), sarana pelayanan
umum lingkungan secara terbatas
3. Pemanfaatan boleh berubah menjadi kawasan perdagangan dan jasa skala
regional atau perumahan dengan model apartemen.
4. Perubahan untuk pemanfaatan fasilitas umum pendidikan dengan radius
pencapaian dari area yang dilayani untuk setingkat Taman Kanak-Kanak
adalah 500 meter, sedangkan untuk fasilitas pendidikan setingkat Sekolah
Dasar adalah 1.000 meter)

(2) Ketentuan peraturan zonasi untuk kawasan perdagangan dan jasa sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 67 ayat (1) huruf b, adalah :
a. Pada perdagangan dan jasa skala regional dengan kode K-1 :
1. Tidak diperkenankan dibangun permukiman dengan kapasitas luas serta
industri yang mengganggu
2. Jenis penggunaan ruang yang diperbolekan adalah RTH, TPS, sub terminal
dengan syarat-syarat tertentu, serta sarana pelayanan umum secara terbatas.
3. Pemanfaatan perdagangan dan jasa skala regional tidak boleh berubah
4. Berada pada jalan lokal dengan penyediaan parkir yang cukup.

b. Pada kawasan perdagangan dan jasa skala kota dengan kode K-2 :
1. Tidak diperkenankan dibangun industri mengganggu;
2. Jenis penggunaan ruang yang diperbolehkan adalah RTH, halte, TPS, dan
sarana pelayanan umum secara terbatas.
3. Pemanfaatan perdagangan dan jasa skala kota tidak boleh berubah, kecuali
untuk perdagangan dan jasa skala regional
4. Minimal berada pada jalan lokal

c. Pada perdagangan dan jasa skala lingkungan dengan kode K-5 :


1. Tidak diperkenankan dibangun industri mengganggu;
2. Jenis penggunaan ruang yang diperbolehkan adalah RTH dan fasilitas
pelayanan umum secara terbatas, TPS dengan syarat-syarat tertentu.
3. Perdagangan dan jasa skala lingkungan boleh berubah menjadi perdagangan
dan jasa skala regional atau kota
4. Diperbolehkan untuk industri dengan syarat : industri skala rumah tangga
(home industry), tidak menimbulkan limbah B3 dan/atau mengganggu
lingkungan sekitar, industri manufaktur.
5. Berada pada jalan lingkungan

(3) Ketentuan peraturan zonasi untuk fasilitas pelayanan umum sebagaimana dimaksud
pada Pasal 67 ayat (1) huruf c adalah :

50
a. Pada fasilitas pelayanan umum skala kota dengan kode FP-2 :
1. Tidak diperkenankan dibangun industri dan pertambangan;
2. Jenis penggunaan lahan yang diperbolehkan adalah fasilitas pendidikan,
kesehatan, peribadatan, RTH. Perdagangan dan jasa, perkantoran, sub
terminal, TPS secara terbatas;
3. Pemanfaatan fasilitas pelayanan umum skala kota tidak boleh berubah
4. Dilengkapi sistem utilitas yang memadai, yaitu jaringan air bersih, drainase, air
limbah, persampahan, listrik dan telekomunikasi
5. Penyediaan parkir sesuai kebutuhan
6. Minimal berada pada jalan lokal

b. Pada fasilitas pelayanan umum skala kecamatan dengan kode FP-3 :


1. Tidak diperkenankan dibangun industri dan pertambangan;
2. Jenis penggunaan lahan yang diperbolehkan adalah fasilitas pendidikan,
kesehatan, peribadatan, RTH. perdagangan dan jasa, perkantoran, sub
terminal, TPS secara terbatas;
3. Pemanfaatan fasilitas pelayanan umum skala kecamatan tidak boleh berubah
4. Dilengkapi sistem utilitas yang memadai, yaitu jaringan air bersih, drainase, air
limbah, persampahan, listrik dan telekomunikasi
5. Penyediaan parkir sesuai kebutuhan
6. Minimal berada pada jalan lokal

c. Pada fasilitas pelayanan umum skala kelurahan dengan kode FP-4 :


1. Tidak diperkenankan dibangun industri, pertambangan, dan pertanian;
2. Jenis penggunaan lahan yang diperbolehkan adalah fasilitas pendidikan
(setingkat SD/MI), peribadatan, RTH. perdagangan dan jasa skala lingkungan,
TPS secara terbatas;
3. Pemanfaatan fasilitas pelayanan umum skala kelurahan tidak boleh berubah
4. Dilengkapi sistem utilitas yang memadai, yaitu jaringan air bersih, drainase, air
limbah, persampahan, dan listrik
5. Penyediaan parkir sesuai kebutuhan
6. Minimal berada pada jalan lingkungan

d. Pada fasilitas pelayanan umum skala lingkungan dengan kode FP-5 :


1. Tidak diperkenankan dibangun industri, pertambangan, dan pertanian;
2. Jenis penggunaan lahan yang diperbolehkan adalah fasilitas pendidikan dini
(setingkat PG/TK), peribadatan, RTH. Perdagangan dan jasa skala lingkungan,
TPS secara terbatas;
3. Pemanfaatan fasilitas pelayanan umum skala lingkungan boleh berubah
menjadi perdagangan dan jasa skala kota/regional
4. Dilengkapi sistem utilitas yang memadai, yaitu jaringan air bersih, drainase, air
limbah, persampahan, dan listrik
5. Minimal berada pada jalan lingkungan

(4) Ketentuan peraturan zonasi untuk kawasan pertahanan dan keamanan/militer


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67 ayat (1) huruf d, adalah :
a. Pada zona pemerintahan dengan kode PK-1 :
1. Tidak diperkenankan dibangun permukiman, perdagangan dan jasa, industri
kecuali untuk fungsi peruntukan yang menunjang fungsi pemerintahan;
2. Jenis penggunaan ruang yang diperbolehkan adalah RTH, sarana pelayanan
umum skala lingkungan secara terbatas.
3. Pemanfaatan zona pemerintahan tidak boleh berubah

51
Bagian Keempat
Ketentuan Perijinan

Pasal 74

(1) Rencana Detail Tata Ruang Kota Malang Tengah dijadikan pedoman untuk :
a. Penerbitan izin pemanfaatan ruang;
b. Pengaturan tata guna tanah (Land Regulation);
c. Penyusunan rencana tata bangunan dan lingkungan
(2) Izin Pemanfaatan Ruang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a
meliputi:
a. Izin prinsip;
b. Izin Lokasi;
c. Izin penggunaan pemanfaatan tanah;
d. Izin Mendirikan Bangunan; dan
e. Izin lain berdasarkan ketentuan perundang undangan.
(3) Ketentuan Umum Perizinan Pemanfaatan Ruang di Kota Malang diatur sebagai berikut :
a. Prosedur izin pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a
ditetapkan oleh pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya.
b. Pemberian izin diberikan oleh pejabat yang berwenang dengan mengacu pada
rencana detail tata ruang kota dan peraturan zonasi.
c. Pemberian izin dilakukan secara terkoordinasi dengan memperhatikan kewenangan
dan kepentingan berbagai instansi terkait sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
d. Izin prinsip dan izin lokasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf a dan huruf b
diberikan berdasarkan rencana tata ruang wilayah Kota Malang.
e. Izin penggunaan pemanfaatan tanah sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf c
diberikan berdasarkan izin lokasi.
f. Izin mendirikan bangunan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf d diberikan
berdasarkan rencana detail tata ruang dan peraturan zonasi.

Bagian Kelima
Ketentuan Insentif dan Disinsentif

Pasal 75

(1) Insentif diberikan apabila pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana struktur ruang,
rencana pola ruang, dan indikasi arahan peraturan zonasi yang diatur dalam Peraturan
Daerah ini.
(2) Disinsentif dikenakan terhadap pemanfaatan ruang yang perlu dicegah, dibatasi, atau
dikurangi keberadaannya berdasarkan ketentuan dalam Peraturan Daerah ini.

Pasal 76

(1) Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dalam pemanfaatan ruang wilayah Daerah
dilakukan oleh pemerintah daerah kepada masyarakat.
(2) Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dilakukan oleh instansi berwenang
sesuai dengan kewenangannya.

Pasal 77

52
(1) Insentif kepada masyarakat diberikan, antara lain, dalam bentuk:
a. keringanan pajak;
b. pemberian kompensasi;
c. imbalan;
d. sewa ruang;
e. urun saham;
f. penyediaan infrastruktur;
g. kemudahan prosedur perizinan; dan/atau
h. penghargaan.
(2) Disinsentif kepada masyarakat dikenakan, antara lain, dalam bentuk:
a. pengenaan pajak yang tinggi;
b. pembatasan penyediaan infrastruktur;
c. pengenaan kompensasi; dan/atau
d. penalti.
(3) Pemberian disinsentif kepada masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus
dengan persetujuan DPRD.

Pasal 78

(1) Setiap orang yang berperan aktif menata lingkungan perumahan atau pemukiman
dengan menyediakan taman, sumur resapan, atau kegiatan lainnya berhak atas insentif
berupa penghargaan.
(2) Setiap orang yang tanah atau bangunan tempat tinggalnya terkena rencana
pembangunan untuk kepentingan umum, berhak atas insentif berupa keringanan
pembayaran pajak bumi dan bangunan.

Pasal 79

Tata cara pemberian insentif dan disinsentif sepanjang teknis pelaksaannya diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Walikota yang disahkan paling lambat 6 (enam) bulan setelah
diundangkannya Peraturan Daerah ini.

Pasal 80

Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang lebih lanjut diatur dengan Peraturan Daerah
yang ditetapkan selambat-lambatnya satu tahun sejak diundangkannya Peraturan Daerah
ini.

Bagian Keenam
Arahan Sanksi

Pasal 81

Arahan sanksi merupakan acuan dalam pengenaan sanksi terhadap:


a. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan ketentuan perijinan

53
pemanfaatan ruang ;
b. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan
peraturan zonasi ;
c. pejabat pemerintah yang berwenang yang menerbitkan izin pemanfaatan ruang yang
tidak sesuai dengan rencana tata ruang.

Pasal 82

(1) Arahan pengenaan sanksi terhadap pelanggaran terhadap pemanfaatan ruang akan
dilakukan dengan pemberian sanksi administratif dan sanksi pidana.
(2) Sebagaimana yang disebutkan pada Ayat (1), terhadap pelanggaran akan dikenakan
sanksi administratif berupa:
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara kegiatan;
c. penghentian sementara pelayanan umum;
d. penutupan lokasi;
e. pencabutan izin;
f. pembatalan izin;
g. pembongkaran bangunan;
h. pemulihan fungsi ruang; dan/atau
i. denda administratif.
(3) Sebagaimana yang disebutkan pada Ayat (1), terhadap pelanggaran akan dikenakan
sanksi pidana berupa:
a. Tidak menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan yang mengakibatkan
perubahan fungsi ruang, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun
dan denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
b. Jika tindak pidana pelanggaran terhadap rencana tata ruang mengakibatkan
kerugian terhadap harta benda atau kerusakan barang, pelaku dipidana dengan
pidana penjara paling lama 8 (delapan) tahun dan denda paling banyak Rp
1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah).
c. Jika tindak pidana pelanggaran terhadap rencana tata ruang mengakibatkan
kematian orang, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas)
tahun dan denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
d. Setiap orang yang tidak memberikan akses terhadap kawasan yang oleh peraturan
perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp100.000.000,00
(seratus juta rupiah).
e. Setiap pejabat pemerintah yang berwenang yang menerbitkan izin tidak sesuai
dengan rencana tata ruang, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)
tahun dan denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). Selain
sanksi pidana, pelaku dapat dikenai pidana tambahan berupa pemberhentian secara
tidak dengan hormat dari jabatannya.

BAB V
HAK, KEWAJIBAN, PERAN MASYARAKAT DAN KELEMBAGAAN

Bagian Kesatu
Hak dan Kewajiban

54
Pasal 83

Dalam penataan ruang, setiap orang berhak:


a. mengetahui rencana tata ruang;
b. menikmati pertambahan nilai ruang sebagai akibat penataan ruang;
c. memperoleh penggantian yang layak atas kerugian yang timbul akibat pelaksanaan
kegiatan pembangunan yang sesuai dengan rencana tata ruang;
d. mengajukan keberatan kepada pejabat berwenang terhadap pembangunan yang
tidak sesuai dengan rencana tata ruang di wilayahnya;
e. mengajukan tuntutan pembatalan izin dan penghentian pembangunan yang tidak
sesuai dengan rencana tata ruang kepada pejabat berwenang; dan
f. mengajukan gugatan ganti kerugian kepada pemerintah dan/atau pemegang izin
apabila kegiatan pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang
menimbulkan kerugian.

Pasal 84

(1) Dalam penataan ruang, setiap orang wajib:


a. memelihara kualitas ruang, memelihara ketentuan penggunaan dan ketentuan
teknis yang berlaku pada bangunan/lahan yang dikuasainya.
b. menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan, berlaku tertib dalam
keikutseraannya dalam penyusunan, pemanfaatan, dan pengendalian penataan
ruang.
c. memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang
berwenang;
d. mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang;
e. memberikan akses terhadap kawasan yang oleh ketentuan peraturan perundang-
undangan dinyatakan sebagai milik umum.
(2) Setiap orang dan/atau badan yang melanggar kewajiban sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dikenakan sanksi administratif berupa:
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara kegiatan;
c. penghentian sementara pelayanan umum;
d. penutupan lokasi;
e. pencabutan izin;
f. pembatalan izin; dan/atau
g. pembongkaran bangunan.

Bagian Kedua
Partisipasi Masyarakat

Pasal 85

(1) Partisipasi masyarakat dalam penataan ruang dapat dilakukan, antara lain, melalui:
a. partisipasi dalam penyusunan rencana detail tata ruang kota;
b. partisipasi dalam pemanfaatan ruang; dan/atau
c. partisipasi dalam pengendalian pemanfaatan ruang.
(2) Pelaksanaan peran serta masyarakat dalam penyusunan rencana detail tata ruang kota
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dapat berbentuk :
a. pemberian kejelasan hak atas ruang kawasan;

55
b. pemberian informasi saran, pertimbangan atau pendapat dalam penyusunan
rencana pemanfaatan ruang;
c. pemberian tanggapan terhadap rancangan rencana rinci tata ruang kawasan;
d. kerjasama dalam penelitian dan pengembangan
e. bantuan tenaga ahli, dan atau
f. bantuan dana.
(3) Pelaksanaan peran serta masyarakat dalam pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b dapat berbentuk :
a. pemanfaatan ruang daratan dan ruang udara berdasarkan peraturan perundangan-
undangan, agama, adat, atau kebiasaan yang berlaku;
b. bantuan pemikiran dan pertimbangan berkenaan dengan pelaksanaan
pemanfaatan ruang kawasan;
c. penyelenggaraan kegiatan pembangunan berdasarkan rencana rinci tata ruang
kawasan,
d. konsolidasi pemanfaatan tanah, air, udara, dan sumber daya alam lain untuk
tercapainya pemanfaatan ruang kawasan yang berkualitas;
e. perubahan atau konvensi pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana rinci tata
ruang kawasan;
f. pemberian usulan dalam penentuan lokasi dan bantuan teknik dalam pemanfaatan
ruang, dan atau
g. kegiatan menjaga, memelihara dan meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan
kawasan.
(3) Pelaksanaan peran serta masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dapat berbentuk :
a. pengawasan terhadap pemanfaatan ruang kawasan di wilayah
Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II, termasuk pemberian informasi atau
laporan pelaksanaan pemanfaatan ruang kawasan, dan atau
b. bantuan pemikiran atau pertimbangan untuk penertiban dalam kegiataan
pemanfaatan ruang kawasan dan peningkatan kualitas pemanfaatan ruang
kawasan.
(4) Ketentuan lebih lanjut tentang tata cara partisipasi masyarakat dalam penataan ruang
diatur dengan Peraturan Walikota yang selambat-lambatnya ditetapkan 6 (enam) bulan
setelah diundangkannya Peraturan Daerah ini.
Bagian Ketiga
Koordinasi dan Kelembagaan

Pasal 86

(1) Ruang lingkup koordinasi penataan ruang daerah meliputi :


a. Perencanaan tata ruang;
b. Pemanfaatan ruang; dan
c. Pengendalian pemanfaatan ruang.
(2) Walikota dalam melaksanakan koordinasi penataan ruang membentuk BKPRD Kota
(3) Susunan Keanggotaan BKPRD Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (2), terdiri atas :
a. Penanggung jawab : Walikota dan Wakil Walikota;
b. Ketua : Sekretaris Daerah Kota
c. Sekretaris : Kepala Bappeda Kota
d. Anggota : SKPD terkait penataan ruang yang disesuaikan dengan
kebutuhan dan kemampuan daerah
(4) BKPRD Kota dalam melaksanakan koordinasi penataan ruang sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) mempunyai tugas :
a. Perencanaan tata ruang meliputi :
1. mengoordinasikan dan merumuskan penyusunan rencana tata ruang
kabupaten/kota;

56
2. memaduserasikan rencana pembangunan jangka panjang dan menengah
dengan rencana tata ruang kabupaten/kota serta mempertimbangkan
pengarusutamaan pembangunan berkelanjutan melalui instrumen Kajian
Lingkungan Hidup Strategis (KLHS);
3. mengintegrasikan, memaduserasikan, dan mengharmonisasikan rencana tata
ruang kabupaten/kota dengan rencana tata ruang wilayah nasional, rencana tata
ruang pulau/kepulauan, rencana tata ruang kawasan strategis nasional, rencana
tata ruang wilayah provinsi, rencana tata ruang kawasan strategis provinsi, dan
rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota yang berbatasan;
4. mensinergikan penyusunan rencana tata ruang kabupaten/kota dengan provinsi
dan antar kabupaten/kota yang berbatasan;
5. mengoordinasikan pelaksanaan konsultasi rancangan peraturan daerah tentang
rencana tata ruang kabupaten/kota kepada BKPRD Provinsi dan BKPRN;
6. mengoordinasikan pelaksanaan evaluasi rencana tata ruang kabupaten/kota ke
provinsi;
7. mengoordinasikan proses penetapan rencana tata ruang kabupaten/kota; dan
8. mengoptimalkan peran masyarakat dalam perencanaan tata ruang.
b. Pemanfaatan ruang meliputi :
1. mengoordinasikan penanganan dan penyelesaian permasalahan dalam
pemanfaatan ruang baik di kabupaten/kota, dan memberikan pengarahan serta
saran pemecahannya;
2. memberikan rekomendasi guna memecahkan permasalahan dalam
pemanfaatan ruang kabupaten/kota;
3. memberikan informasi dan akses kepada pengguna ruang terkait rencana tata
ruang kabupaten/kota;
4. menjaga akuntabilitas publik sebagai bentuk layanan pada jajaran pemerintah,
swasta, dan masyarakat;
5. melakukan fasilitasi pelaksanaan kerjasama penataan ruang antar
kabupaten/kota; dan
6. mengoptimalkan peran masyarakat dalam pemanfaatan ruang.
c. Pengendalian pemanfaatan ruang meliputi :
1. mengoordinasikan penetapan peraturan zonasi sistem kabupaten/kota;
2. memberikan rekomendasi perizinan pemanfaatan ruang kabupaten/kota;
3. melakukan identifikasi dalam pelaksanaan insentif dan disinsentif dalam
pelaksanaan pemanfaatan ruang kabupaten/kota dengan provinsi dan dengan
kabupaten/kota terkait;
4. melakukan fasilitasi pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan
penyelenggaraan penataan ruang;
5. melakukan fasilitasi pelaksanaan pengendalian pemanfaatan ruang untuk
menjaga konsistensi pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang; dan
6. mengoptimalkan peran masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang.
(5) BKPRD Kota menyelenggarakan pertemuan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 3 (tiga)
bulan untuk menghasilkan rekomendasi alternatif kebijakan penataan ruang.
(6) BKPRD Kota dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan
ayat (5) menyampaikan laporan pelaksanaan tugas BKPRD Kota dan rekomendasi
secara berkala kepada Walikota.
(7) BKPRD Kota dalam melaksanakan tugas sebagaiamana dimaksud dalam ayat (4),
dapat :
a. menggunakan tenaga ahli yang diperlukan;
b. membentuk Tim Teknis untuk menangani penyelesaian masalah-masalah yang
bersifat khusus; dan
c. meminta bahan yang diperlukan dari SKPD Kota.
(8) Walikota memerintahkan SKPD terkait untuk menindaklanjuti rekomendasi BKPRD Kota
sebagaimana dimaksud dalam ayat (6).
(9) Dalam melaksanakan tugasnya, BKPRD Kota dibantu :

57
a. Sekretariat BKPRD Kota; dan
b. Kelompok Kerja.

BAB VI
PENYIDIKAN

Pasal 87

(1) Selain pejabat penyidik kepolisian negara Republik Indonesia, pegawai negeri sipil
tertentu di lingkungan instansi pemerintah yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya
di bidang penataan ruang diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk membantu
pejabat penyidik kepolisian negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
(2) Penyidik pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang:
a. melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan atau keterangan yang berkenaan
dengan tindak pidana dalam bidang penataan ruang;
b. melakukan pemeriksaan terhadap orang yang diduga melakukan tindak pidana
dalam bidang penataan ruang;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang sehubungan dengan peristiwa
tindak pidana dalam bidang penataan ruang;
d. melakukan pemeriksaan atas dokumen-dokumen yang berkenaan dengan tindak
pidana dalam bidang penataan ruang;
e. melakukan pemeriksaan di tempat tertentu yang diduga terdapat bahan bukti dan
dokumen lain serta melakukan penyitaan dan penyegelan terhadap bahan dan
barang hasil pelanggaran yang dapat dijadikan bukti dalam perkara tindak pidana
dalam bidang penataan ruang; dan
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak
pidana dalam bidang penataan ruang.
(3) Penyidik pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan
dimulainya penyidikan kepada pejabat penyidik kepolisian negara Republik Indonesia.
(4) Apabila pelaksanaan kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memerlukan
tindakan penangkapan dan penahanan, penyidik pegawai negeri sipil melakukan
koordinasi dengan pejabat penyidik kepolisian negara Republik Indonesia sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
(5) Penyidik pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyampaikan
hasil penyidikan kepada penuntut umum melalui pejabat penyidik kepolisian negara
Republik Indonesia.
(6) Pengangkatan pejabat penyidik pegawai negeri sipil dan tata cara serta proses
penyidikan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.

BAB VII
KETENTUAN SANKSI
Pasal 88

(1) Setiap orang atau badan dilarang melakukan pelanggaran berupa :


a. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana struktur ruang dan pola ruang
Malang Tengah;
b. pelanggaran ketentuan arahan peraturan zonasi;
c. pemanfaatan ruang tanpa izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan
berdasarkan RDTRK Malang Tengah;

58
d. pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang yang
diterbitkan berdasarkan RDTRK Malang Tengah;
e. pelanggaran ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang
yang diterbitkan berdasarkan RDTRK Malang Tengah;
f. pemanfataan ruang yang menghalangi akses terhadap kawasan yang oleh
peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum; dan/atau
g. pemanfaatan ruang dengan izin yang diperoleh dengan prosedur yang tidak
benar.
(2) Terhadap pelanggaran sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) huruf a, huruf b, huruf d,
huruf e, huruf f, dan huruf g dikenakan sanksi administratif berupa:
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara kegiatan;
c. penghentian sementara pelayanan umum;
d. penutupan lokasi;
e. pencabutan izin;
f. pembatalan izin;
g. pembongkaran bangunan;
h. pemulihan fungsi ruang; dan/atau
i. denda administratif.
(3) Terhadap pelanggaran sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) huruf c dikenakan sanksi
administratif berupa:
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara kegiatan;
c. penghentian sementara pelayanan umum;
d. penutupan lokasi;
e. pembongkaran bangunan;
f. pemulihan fungsi ruang; dan/atau
g. denda administratif.
(4) Sanksi administratif yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai
pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Wali Kota

BAB VIII
PENUTUP

Pasal 89

(1) RDTRK Malang Tengah memiliki jangka waktu 20 (dua puluh) tahun semenjak
ditetapkan dalam Peraturan Daerah.
(2) RDTRK Malang Tengah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilengkapi dengan
lampiran meliputi :
a. Lampiran 1 : Peta rencana struktur ruang;
b. Lampiran 2 : Peta rencana blok peruntukkan;
c. Lampiran 3 : Peta rencana sub blok peruntukkan;
d. Lampiran 4 : Peta rencana skala pelayanan;
e. Lampiran 5 : Peta rencana fungsi jalan;
f. Lampiran 6 : Peta rencana rute angkutan kota;
g. Lampiran 7 : Peta rencana jaringan listrik;
h. Lampiran 8 : Peta rencana jaringan telekomunikasi;
i. Lampiran 9 : Peta rencana jaringan air bersih;
j. Lampiran 10 : Peta rencana peningkatan sistem drainase;
k. Lampiran 11 : Peta rencana peruntukkan blok;
l. Lampiran 12 : Peta rencana koefisien KDB;

59
m. Lampiran 13 : Peta rencana koefisien KLB;
n. Lampiran 14 : Peta rencana garis sempadan bangunan;
o. Lampiran 15 : Rencana Indikasi Program;
p. Lampiran 16 : Tabel klasifikasi zonasi
p. Lampiran 17 : Peta rencana peraturan zonasi pada blok peruntukkan I;
q. Lampiran 18 : Peta rencana peraturan zonasi pada blok peruntukkan II;
r. Lampiran 19 : Peta rencana peraturan zonasi pada blok peruntukkan III;
s. Lampiran 20 : Peta rencana peraturan zonasi pada blok peruntukkan IV;
t. Lampiran 21 : Peta rencana peraturan zonasi pada blok peruntukkan V;
u. Lampiran 22 : Peta rencana peraturan zonasi pada blok peruntukkan VI.
(3) rencana detail tata ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat ditinjau kembali
lebih dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.

Pasal 90

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya
akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Wali Kota

Pasal 91

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini


dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Malang.

Ditetapkan di Malang
pada tanggal

WALIKOTA MALANG,

ttd

(……………………………….)

60
PENJELASAN ATAS
RANCANGAN
PERATURAN DAERAH KOTA MALANG
NOMOR ....................TAHUN 2011
TENTANG
RENCANA DETAIL TATA RUANG KOTA

I. UMUM
Perkembangan yang begitu pesat pada setiap sektor pembangunan cenderung
menimbulkan berbagai masalah pembangunan akibat tekanan-tekanan yang ditimbulkan
oleh adanya peningkatan intensitas (ruang), yang banyak menyebabkan ketidak
seimbangan struktur dan fungsional ruang kota sekaligus ketidakteraturan ruang kota.
Dalam implementasinya, pemanfaatan ruang dipengaruhi oleh beberapa faktor,
baik internal maupun eksternal, sehingga apabila nyata-nyata dirasakan terjadi
penyimpangan atau pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan Rencana Detail Tata
Ruang Kota (RDTRK), maka Pemerintah Kota Malang perlu untuk menyempurnakannya,
baik dalam format evaluasi maupun revisi supaya RDTRK tersebut agar tetap aktual,
mampu mengakomodir aktivitas kota dan dapat dipedomani oleh setiap stakeholder dalam
pembangunan kota.
Faktor yang menentukan dan menjadikan kegiatan peninjauan kembali rencana
tata ruang menjadi suatu aktivitas yang penting untuk dilakukan secara berkala dalam
proses penataan ruang adalah karena adanya perubahan atau ketidaksesuaian atau
adanya penyimpangan yang mendasar antara rencana dengan kenyataan yang terjadi di
lapangan, baik karena faktor internal, maupun faktor eksternal.

II. PASAL DEMI PASAL


Pasal 1
Cukup Jelas
Pasal 2
Cukup Jelas
Pasal 3
Cukup Jelas
Pasal 4
Cukup Jelas
Pasal 5
Cukup Jelas
Pasal 6
Cukup Jelas
Pasal 7
Cukup Jelas
Pasal 8
Cukup Jelas
Pasal 9
Cukup Jelas
Pasal 10
Cukup Jelas
Pasal 11
Cukup Jelas
Pasal 12
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)

61
Definisi KKOP atau kawasan keselamatan operasional penerbangan berdasarkan
peraturan menteri perhubungan km no.44 tahun 2005 tentang pemberlakuan SNI 03-
7112-2005 mengenai kawasan keselamatan operasional penerbangan sebagai
standart wajib adalah wilayah daratan/dan atau perairan dan ruang udara di sekitar
bandar udara yang dipergunakan untuk kegiatan operasi penerbangan dalam rangka
menjamin keselamatan penerbangan
Ayat (3)
Cukup Jelas
Pasal 13
Cukup Jelas
Pasal 14
Fungsi Jalan arteri sekunder ditetapkan berdasarkan Kepmen PU No. 630 tahun
tahun 2009 tentang Penetapan Ruas – ruas Jalan Dalam Jaringan Jalan Primer
Menurut Fungsinya sebagai Jalan Arteri dan Jalan Kolektor 1 dan Kepmen PU No.
631 Tahun 2009 tentang status jalan nasional. Sedangkan penetapan jalan kolektor
sekunder ditetapkan berdasarkan SK Gubernur.
Pasal 15
Ayat (1)
Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KM 65 Tahun 1993 yang
dimaksud dengan :
Halte adalah tempet pemberhentian kendaraan umum untuk menurunkan dan/atau
menaikkan penumpang;
Trotoar adalah bagian dari badan jalan yang khusus disediakan untuk pejalan kaki;
Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat
sementara;
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Zebra cross merupakan marka berupa 2 garis utuh melintang jalur lalu lintas
dan/atau berupa rambu perintah yang menyatakan tempat penyeberangan pejalan
kaki.
Ayat (4)
Cukup Jelas
Ayat (5)
Berdasarkan Keptusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor
272/HK.105/DRJD/96 :
a. Yang dimaksud dengan Sistem Parkir on – street adalah parkir yang
memanfaatkan badan jalan.
Penentuan sudut parkir on-street ditentukan oleh : lebar jalan; volume lalu lintas
pada jalan yang bersangkutan; karakteristik kecepatan; dimensi kendaraan; sifat
peruntukkan lahan disekitarnya dan peranan jalan yang bersangkutan.
Pola parkir on-street dibedakan menjadi : pola parkir pararel; dan pola parkir
meyudut.
Larangan parkir on-street pada badan jalan antara lain : sepanjang 6 meter
sebelum dan sesudah tempat penyeberangan; sepanjang 25 meter sebelum dan
sesudah tikungan tajam dengan radius kurang dari 500 meter; sepanjang 50
meter sesudah jembatan; sepanjang 100 meter sebelum dan sesudah
perlintasan sebidang; sepanjang 25 meter sebelum dan sesudah persimpangan,
sepanjang 6 meter sebelum dan sesudah akses bangunan gedung; sepanjang 6
meter sebelum dan sesudah keran pemadam kebakaran atau sumber air
sejenis; sepanjang tidak menimbulkan kemacetan dan menimbulkan bahaya.
b. Sedangkan yang dimaksud dengan Sistem Parkir off – street adalah parkir di
luar badan jalan dan/atau di gedung ataupun tempat parkir khusus.

62
Fasilitas parkir off – street untuk umum adalah tempat yang berupa gedung
parkir atau taman parkir untuk umum yang diusahakan sebagai kegiatan
tersendiri.
Fasilitas parkir off – street sebagai fasilitas penunjang adalah tempat yang
berupa gedung parkir atau taman parkir yang disediakan untuk menunjang
kegiatan pada bangunan utama.
Kriteria penyediaan taman parkir antara lain : rencana umum tata ruang daerah
(RUTRD), keselamatan dan kelancaran lalu lintas, kelestarian lingkungan,
kemudahan bagi pengguna jasa, tersedianya tata guna lahan, letak antara jalan
akses utama dan daerah yang dilayani.
Kriteria penyediaan gedung parkir antara lain : tersedia tata guna lahan;
memenuhi persyaratan konstruksi dan perundang-undangan yang berlaku; tidak
menimbulkan pencemaran lingkungan; memberikan kemudahan bagi pengguna
jasa.
c. Penetapan tarif parkir adalah salah satu cara pengendalian lalu-lintas,
Perhitungan tarif parkir tidak didasarkan atas perhitungan pengembalian biaya
investasi dan operasional;. juga tidak semata -mata untuk memperoleh
keuntungan material dan/atau finansial.
Kriteria tarif parkir golongan A : parkir pada badan jalan (on-street) tanpa untuk
maksud pengendalian parkir; daerah dengan frekuensi parkir relatif rendah (1,5
kendaraan/SRP/hari); parkir dengan waktu yang lama; daerah perumahan, parkir
dapat tanpa pembayaran atau dengan tarif yang rendah; daerah dengan derajat
pengendalian lalu lintas rendah.
Kriteria tarif parkir golongan B : parkir pada badan jalan (on-street) tanpa untuk
maksud pengendalian parkir; daerah dengan frekuensi parkir relatif tinggi (20
kendaraan/SRP/hari); daerah komersil atau pertokoan, tarif parkir dapat
diberlakukan relatif tinggi, untuk mengendalikan lalu-lintas; daerah dengan
derajat pengendalian lalu lintas tinggi.
Kriteria tarif parkir golongan C : kawasan parkir pada fasilitas parkir umum
dengan maksud pengendalian parkir; keluar masuk kendaraan yang
dikendalikan melalui karcis dengan waktu tercatat, dapat diberlakukan tarif parkir
secara progresif, yang dapat, meningkat sesuai dengan lamanya parkir; daerah
dengan derajat pengendalian lalu lintas tinggi.
Pasal 16
Cukup Jelas
Pasal 17
Cukup Jelas
Pasal 18
Cukup Jelas
Pasal 19
Cukup Jelas
Pasal 20
Cukup Jelas
Pasal 21
Cukup Jelas
Pasal 22
Ayat (1)
Pengolahan limbah dengan on-site system merupakan sistem pembuangan air
limbah yang dilakukan secara individual atau perorangan melalui pengolahan dan
pembuangan air limbah setempat.
Ayat (2)
Sanimas adalah sanitasi masyarakat, merupakan suatu program berbasis
masyarakat yang tujuannya untuk meningkatkan kualitas lingkungan.
Pasal 23
Ayat (1)

63
Proses pemisahan sampah organik dan non organik harus dilakukan mulai dari hulu
sampai hilir. Hulu mempunyai arti kawasan penghasil sampah seperti kawasan
permukiman, kawasam perdagangan dan jasa maupu kawasan untuk fungsi kegiatan
fasilitas umum. Hilir mempunyai arti tempat pengolahan sampah mulai dari depo –
TPS – TPA. Program 3R meliputi Reduce, Re-use dan Recycle. Reduce adalah
mengurangi penggunaan bahan-bahan yang bisa merusak lingkungan. Re-use
adalah pemakaian kembali. Recycle adalah mendaur ulang barang.
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Incenerator (Medical Waste Incinerator) adalah mesin yang digunakan untuk
membakar sisa sampah dari limbah medis Rumah Sakit atau Pelayanan kesehatan
seperti Puskesmas.
Ayat (4)
Cukup Jelas
Ayat (5)
Peran serta masyarakat mulai dari sumber (rumah tangga) antara lain pengurangan
dan pemilahan
Ayat (6)
Cukup Jelas
Ayat (7)
Cukup Jelas
Pasal 24
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 25
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 26
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 27
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Ayat (4)
Kepanjangan dari Rusunawa adalah rumah susun sederhana sewa.
Ayat (5)
Cukup Jelas
Ayat (6)
Cukup Jelas
Ayat (7)
RP4D (Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman di
Daerah) merupakan acuan kerja untuk mengatur penyelenggaraan pembangunan
perumahan dan permukiman secara teratur, terencana dan terorganisasi.

64
Pasal 28
Cukup Jelas
Pasal 29
Cukup Jelas
Pasal 30
Cukup Jelas
Pasal 31
Cukup Jelas
Pasal 32
Ayat (1)
Hutan kota adalah suatu hamparan lahan yang bertumbuhan pohon-pohon yang
kompak dan rapat di dalam wilayah perkotaan.
Kebun bibit adalah sebidang tanah yang merupakan bagian dari Ruang Terbuka
Hijau Kota yang digunakan sebagai tempat penangkaran bibit pohon pelindung dan
bibit tanaman hias.
Taman kota adalah sebidang tanah yang merupakan bagian dari Ruang Terbuka
Hijau Kota yang mempunyai batas tertentu, ditata dengan serasi, lestari dan indah
dengan menggunakan material taman, material buatan dan unsur-unsur alam untuk
menjadi fasilitas sosial kota, pengaman sarana kota dan mampu menjadi areal
penyerapan air.
Jalur Hijau adalah Ruang Terbuka Hijau untuk keserasian lingkungan dengan tujuan
konservasi tanah, lingkungan peresapan air, perlindungan areal khusus dan
penyegaran udara yang terletak disepanjang jalan.
Ayat (2)
Penghijauan adalah segala kegiatan yang dilakukan untuk memelihara,
mempertahankan dan meningkatkan kondisi lahan beserta semua kelengkapannya
dengan melakukan penanaman pohon pelindung, perdu/semak hias dan rumput/
penutup tanah dalam upaya melestarikan tanaman dan meningkatkan kualitas
lingkungan hidup.
Ayat (3)
Cukup Jelas
Ayat (4)
Cukup Jelas
Ayat (5)
Cukup Jelas
Ayat (6)
Cukup Jelas
Ayat (7)
Cukup Jelas
Ayat (8)
Cukup Jelas
Ayat (9)
Cukup Jelas
Ayat (10)
Berdasarkan UU No. 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang telah mengatur tentang
luasan RTH yang disyaratkan untuk kawasan perkotaan sebesar 30% dari luasan
kota, dimana dalam penyediaannya 20% merupakan RTH publik dan 10%
merupakan RTH privat. Saat ini RTH publik di Malang Tengah hanya seluas
1.169.260,91 M2 (13,24 %) dan RTH privat seluas 1.073.249,56 M2 (12,15 %) dari
luasan Malang Tengah sebesar 883 Ha (=8.830.000 M2).
Ayat (11)
Kawasan ruang terbuka non hijau merupakan kawasan yang yang secara fisik bukan
berbentuk bangunan gedung dan tidak dominan ditumbuhi tanaman ataupun
permukaan berpori, dapat berupa perkerasan, badan air ataupun kondisi tertentu
lainnya.

65
Ayat (12)
Cukup Jelas
Pasal 33
Cukup Jelas
Pasal 34
Cukup Jelas
Pasal 35
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Yang dimaksud bangunan dengan fungsi fungsi penunjang kawasan lindung antara
lain meliputi bangunan pengontrol ketinggian air di sempadan sungai, bangunan
talud atau pengaman sungai, dll.
Ayat (3)
Cukup Jelas
Ayat (4)
Cukup Jelas
Ayat (5)
Cukup Jelas
Ayat (6)
Cukup Jelas
Ayat (7)
Cukup Jelas
Ayat (8)
Cukup Jelas
Ayat (9)
Cukup Jelas
Pasal 36
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Pasal 37
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Kajoetangan straat merupakan koridor sepanjang Jalan Basuki Rahmat.
Kajoetanganstraat-Semeroestraat merupakan koridor Jalan Semeru.
Ayat (3)
Cukup Jelas
Ayat (4)
Cukup Jelas
Ayat (5)
Definisi eksporasi atau penelitian upaya untuk melakukan eksporasi atau penelitian
terhadap variabel/elemen/unsur yang mempunyai nilai sejarah dan memiliki karakter
khusus sehingga dapat dijadikan acuan untuk melakukan upaya pelestarian terhadap
bangunan dan lingkungan cagar budaya.
Definisi preservasi adalah tindakan atau proses penerapan langkah-langkah dalam
mendukung keberadaan bentuk asli, keutuhan material bangunan/struktur, serta
bentuk tanaman yang ada dalam tapak. Tindakan ini dapat disertai dengan
menambahkan penguat-penguat pada struktur, disamping pemeliharaan material
bangunan bersejarah tersebut

66
Definisi konservasi adalah Memelihara dan melindungi tempat-tempat yamg indah
dan berharga, agar tidak hancur atau berubah sampai batas-batas yang wajar.
Menekankan pada penggunaan kembali bangunan lama, agar tidak terlantar.
Apakah dengan menghidupkan kembali fungsi lama, ataukah dengan mengubah
fungsi bangunan lama dengan fungsi baru yang dibutuhkan.
Definisi restorasi adalah kegiatan mengembalikan suatu lingkungan atau benda
cagar-budaya ke kondisi awalnya secara lengkap dan utuh untuk pemakaian yang
sama seperti semula.
Definisi rehabilitasi adalah sebuah proses mengembalikan obyek agar berfimgsi
kembali, dengan cam memperbaiki agar sesuai dengan kebutuhan sekarang, seraya
melestarikan bagian-bagian dan wujud-wujud yang menonjol (penting) dinilai dari
aspek sejarah, arsitektur dan budaya
Definisi renovasi adalah kegiatan membangun-kembali suatu lingkungan atau
benda cagar-budaya ke kondisi yang menyerupai awalnya untuk pemakaian yang
berbeda dari semula.
Definisi rekonstruksi adalah kegiatan membangun-kembali suatu lingkungan atau
benda cagar-budaya yang sebagian besar telah hancur tidak berbentuk lagi
Definisi adaptasi/revitalisasi adalah Meningkatkan kegiatan social dan ekonomi
lingkungan bersejarah, yang sudah kehilangan vitalitas fungsi aslinya
Definisi addisi adalah Menempatkan/ membuat bangunan/elemen bangunan baru
yang sesuai dengan karakter kawasan.
Definisi gentrifikasi adalah kegiatan menghidupkan-kembali kegiatan di suatu
lingkungan yang telah ditinggalkan penghuninya
Definisi demolisi adalah Penghancuran atau perombakan suatu lingkungan binaan
yang sudah rusak atau membahayakan
Pasal 38
Cukup Jelas
Pasal 39
Cukup Jelas
Pasal 40
Cukup Jelas
Pasal 41
Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan
Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern :
Pasar Tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik
Daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios,
los dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya
masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses
jual beli barang dagangan melalui tawar menawar;
Pusat Perbelanjaan adalah suatu area tertentu yang terdiri dari satu atau beberapa
bangunan yang didirikan secara vertikal maupun horizontal, yang dijual atau
disewakan kepada pelaku usaha atau dikelola sendiri untuk melakukan kegiatan
perdagangan barang;
Toko modern adalah toko dengan sistem pelayanan mandiri, menjual berbagai jenis
barang secara eceran yang berbentuk Minimarket, Supermarket, Department Store,
Hypermarket ataupun grosir yang berbentuk Perkulakan;
Pasal 42
Cukup Jelas
Pasal 43
Cukup Jelas
Pasal 44
Cukup Jelas
Pasal 45
Cukup Jelas

67
Pasal 46
Cukup Jelas
Pasal 47
Cukup Jelas
Pasal 48
Cukup Jelas
Pasal 49
Cukup Jelas
Pasal 50
Cukup Jelas
Pasal 51
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Kawasan strategis yang dimaksud meliputi kawasan cagar budaya (kawasan kayu
tangan) dan kawasan strategis ekonomi (kawasan Pusat Kota, kawasan Pasar Besar
dan sekitarnya serta kawasan strategis lainnya yang mempunyai nilai ekonomi cukup
tinggi)
Pasal 52
Cukup Jelas
Pasal 53
Cukup Jelas
Pasal 54
Cukup Jelas
Pasal 55
Cukup Jelas
Pasal 56
ATM ( Automatic Teller Machine atau Anjungan Tunai Mandiri) adalah sebuah alat
elektronik yang mengijinkan nasabah bank untuk mengambil uang dan mengecek
rekening tabungan mereka tanpa perlu dilayani oleh seorang teller manusia.
Pasal 57
Cukup Jelas
Pasal 58
Cukup Jelas
Pasal 59
Cukup Jelas
Pasal 60
Cukup Jelas
Pasal 61
Cukup Jelas
Pasal 62
Cukup Jelas
Pasal 63
Cukup Jelas
Pasal 64
Cukup Jelas
Pasal 65
Cukup Jelas
Pasal 66
Cukup Jelas
Pasal 67
Cukup Jelas
Pasal 68
Cukup Jelas

68
Pasal 69
Cukup Jelas
Pasal 70
Cukup Jelas
Pasal 71
Cukup Jelas
Pasal 72
Cukup Jelas
Pasal 73
Pasal 68 ini hanya menjelaskan tentang jenis ijin pemanfaatan ruang
besertaketentuan umum perijinan pemanfaatan ruang berdasarkan PP No. 15 Tahun
2010, permendagri no. 1 tahun 2008 dan permendagri no. 50 tahun 2009.
Sedangkan proses atau mekanisme dari ijin pemanfaatan ruang ini akan dijelaskan
lebih detail dalam Peraturan walikota.
Pasal 74
Cukup Jelas
Pasal 75
Cukup Jelas
Pasal 76
Cukup Jelas
Pasal 77
Cukup Jelas
Pasal 78
Cukup Jelas
Pasal 79
Cukup Jelas
Pasal 80
Cukup Jelas
Pasal 81
Cukup Jelas
Pasal 82
Cukup Jelas
Pasal 83
Cukup Jelas
Pasal 84
Cukup Jelas
Pasal 85
Cukup Jelas
Pasal 86
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 50 Tahun 2009 :
Ayat (1)
Koordinasi adalah upaya mencapai suatu kesatuan sikap pandangan dan gerak
langkah melalui kegiatan yang meliputi penentuan pembagian pekerjaan, hubungan
kerja dan penyaluran tanggung jawab masing-masing unsur yang terlibat dalam
penyelenggaraan suatu tugas untuk menghindari adanya kesimpangsiuran dan/atau
tumpang tindih.
Ayat (2)
Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah yang disingkat BKPRD adalah Badan
yang bersifat ad-hoc di Provinsi dan di Kabupaten/Kota dan mempunyai fungsi
membantu pelaksanaan tugas Gubernur dan Bupati/Walikota dalam koordinasi
penataan ruang di daerah.
Ayat (3)
Cukup Jelas
Ayat (4)
Cukup Jelas

69
Ayat (5)
Cukup Jelas
Ayat (6)
Cukup Jelas
Ayat (7)
Cukup Jelas
Ayat (8)
Cukup Jelas
Ayat (9)
Cukup Jelas
Pasal 87
Cukup Jelas
Pasal 88
Cukup Jelas
Pasal 89
Cukup Jelas
Pasal 90
Cukup Jelas
Pasal 91
Cukup Jelas

70
Lampiran 1

66
Lampiran 2

67
Lampiran 3

68
Lampiran 4

69
Lampiran 5

70
Lampiran 6

71
Lampiran 7

72
Lampiran 8

73
Lampiran 9

74
Lampiran 10

75
Lampiran 11

76
Lampiran 12

77
Lampiran 13

78
Lampiran 14

79
Lampiran 15

Tahapan Indikasi Program Pembangunan di Kecamatan Klojen Tahun 2010 - Tahun 2030

Lokasi Pelaksanaan Waktu Pelaksanaan Program


Program Perkiraan
No. Pengembangan Prioritas Kegiatan Program Tahap Persiapan Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV Sumber Biaya Instansi Terkait / Pelaksana
Biaya
(Aspek) (Tahun 2010- (Tahun 2011- (Tahun 2016- (Tahun (Tahun
2011) 2016) 2020) 2020-2025) 2025-2030)
Program pelebaran jalan
untuk menyesuaikan
fungsi jalan
Melakukan fisibility
Jalan Panglima Dinas Perhubungan, Bappeda,
▪ study (studi kelayakan) 300 jt APBD II
Sudirman, Jalan Dinas PU
pelebaran jalan
Laksamana
Dinas Perhubungan, Bappeda,
▪ Penyusunan Amdal Martadinata dan 250 jt APBD II
Lalin Jalan Pasar Besar Dinas PU
(dan beberapa ruas Dinas Perhubungan, Bappeda,
▪ Sosialisasi dan jalan yang ada di 100 jt APBD II
pembebasan lahan Dinas PU
kawasan Pasar
Pelaksanaan
▪ Besar) 450 jt APBD I, APBD II Dinas PU
pembangunan
Program pepembangunan
sarana dan prasarana 50 jt
jalan
di sepanjang
kawasan
kayutangan, di Jalan
Veteran, Jalan Kawi,
Pembangunan Halte,
di sekitar Pasar
Jembatan Dinas Perhubungan, Dinas PU
Besar, di Pasar
▪ penyebrangan, dan 75 jt/tahun APBD II , Dinas Kebersihan dan
Comboran, Jalan
zebra cross serta pot Pertamanan
Myjen Panjaitan, Jl.
1 Transportasi dan lampu penerangan
Trunojoyo, di sekitar
Alun-alun Merdeka
dan di sekitar Alun-
alun Tugu.
Pelebaran (di Alun -
alun Merdeka dan
sekitarnya serta
Pelebaran trotoar dan Dinas PU, Dinas Kebersihan
▪ kawasan Pasar 50 jt/tahun APBD II
perbaikan trotoar dan Pertamanan
Besar) dan
Perbaikan (di semua
ruas jalan)

Program Penataan Parkir


Dinas Perhubungan, Dinas
Studi Revitalisasi Pasar
Pendapatan Daerah, Bappeda,
Besar untuk Kawasan Pasar
▪ 250 jt APBD II Masyarakat dan Swasta
menampung kapasitas Besar
(pengusaha) sekitar, Dinas
parkir di area sekitarnya
Pasar
Dinas Perhubungan, Dinas
Sosialisasi parkir Pendapatan Daerah, Bappeda,
Kawasan Pasar
▪ bersama di lokasi Pasar 75 jt APBD II Masyarakat dan Swasta
Besar
Besar (pengusaha) sekitar, Dinas
Pasar

80
Lokasi Pelaksanaan Waktu Pelaksanaan Program
Program Perkiraan
No. Pengembangan Prioritas Kegiatan Program Tahap Persiapan Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV Sumber Biaya Instansi Terkait / Pelaksana
Biaya
(Aspek) (Tahun 2010- (Tahun 2011- (Tahun 2016- (Tahun (Tahun
2011) 2016) 2020) 2020-2025) 2025-2030)
Sosialisasi
Pengembalian Rute
Kawasan Pasar Dinas Perhubungan, Bapeko,
▪ Angkutan Umum sesuai 75 jt APBD II
Besar Paguyuban Angkutan Umum
dengan rute yang
seharusnya
Sosialisasi sistem tarif Dinas Perhubungan, Dinas
Kawasan Pasar
▪ progresif dan parkir 75 jt APBD II Pendapatan Daerah, Bappeda,
Besar
berlangganan Masyarakat , Dinas Pasar
Dinas Perhubungan, Dinas
Studi Parkir Bersama di Pendapatan Daerah, Bappeda,
Kawasan Pasar
▪ sekitar Pasar 150 jt APBD II Masyarakat dan Swasta
Comboran
Comboran (pengusaha) sekitar, Dinas
Pasar
Dinas Perhubungan, Dinas
DED dan pelaksanaan
Pendapatan Daerah, Bappeda,
pembangunan Parkir Sekitar Pasar
▪ 300 jt APBD II Masyarakat dan Swasta
Bersama di sekitar Comboran
(pengusaha) sekitar, Dinas
Pasar Comboran
Pasar
di semua jalan arteri
Pemasangan rambu-
primer, jalan arteri Bappeda, Dinas PU,
▪ rambu dilarang parkir 200 jt APBD II
sekunder dan jalan masyarakat sekitar
on street
kolektor
Manajemen
Kependudukan

Sosialisasi peningkatan
Bappeda, Dinas
kualitas SDM berupa Di seluruh kelurahan
Ketenagakerjaan dan Sosial,
peningkatan yang didalamnya
▪ 75 jt/tahun APBD II Aparat kecamatan dan
keterampilan dan terdapat permukiman
kelurahan, Tokoh masyarakat,
pendidikan non formal padat
masyarakat sekitar
lainnya
Sosialisasi keterlibatan Bappeda, Dinas
2 Kependudukan semua program Di seluruh kelurahan Ketenagakerjaan dan Sosial,
▪ pembangunan fisik dan yang ada di wilayah 75 jt/tahun APBD II Aparat kecamatan dan
non fisik pada perencanaan kelurahan, Tokoh masyarakat,
masyarakat masyarakat sekitar
Sosialisasn dan
pelaksanaan Bappeda, Dinas
Manajemen Penduduk Di seluruh kelurahan Ketenagakerjaan dan Sosial,
▪ (pelatihan tentang yang ada di wilayah 75 jt/tahun APBD II Aparat kecamatan dan
kependudukan, perencanaan kelurahan, Tokoh masyarakat,
regristasi penduduk, masyarakat sekitar
pelanggaran, dll)

Program Peningkatan
(kualitas dan kuantitas)
3 Fasilitas
Fasilitas Pendidikan dan
Kesehatan

81
Lokasi Pelaksanaan Waktu Pelaksanaan Program
Program Perkiraan
No. Pengembangan Prioritas Kegiatan Program Tahap Persiapan Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV Sumber Biaya Instansi Terkait / Pelaksana
Biaya
(Aspek) (Tahun 2010- (Tahun 2011- (Tahun 2016- (Tahun (Tahun
2011) 2016) 2020) 2020-2025) 2025-2030)
Sosialisasi peningkatan
kualitas fasilitas
Di seluruh unit
pendidikan
fasilitas pendidikan
(peningkatan mutu
mulai TK sampai
▪ tenaga kependidikan 50 jt/tahun APBD II Dinas Pendidikan, Bappeda
SMA baik milik
dan manajemen
swasta atau
kependidikan) baik
pemerintah
pendidikan formal
maupun non formal
Sosialisasi peningkatan
kualitas fasilitas Di seluruh unit
kesehatan (baik formal fasilitas kesehatan
▪ 50 jt/tahun APBD II Dinas Kesehatan, Bappeda
maupun non formal baik swasta ataupun
termasuk sosialisasi pemerintah
PHBS ke masyarakat)
Pelaksanaan
pembangunan dan Di seluruh unit
perbaikan fasilitas fasilitas pendidikan 500 jt/lima APBD II dan Dinas Pendidikan,

pendidikan (sarana dan baik swasta ataupun tahun Investor Swasta/investor
prasarana fasilitas pemerintah
pendidikan)
Pelaksanaan Di seluruh unit
pembangunan dan fasilitas kesehatan 500 jt/lima APBD II dan Dinas Pendidikan,

perbaikan fasilitas baik swasta ataupun tahun Investor Swasta/investor
kesehatan pemerintah
Program Penyediaan
Fasilitas Perumahan
Di kawasan
permukiman yang Bappeda, Dinas PU, Tokoh
▪ 100 jt APBD II
Sosialisasi berada di sepanjang Masyarakat
Rusunawa/Rusunami Sungai Brantas
Studi Kelayakan untuk Di sekitar Kawasan
pembangunan Alun - alun Tugu dan Bappeda, Dinas PU, Badan
▪ 150 jt APBD II
apartemen (kelas sekitar kawasan Pelayanan Perijinan Terpadu
menengah keatas) Pasar Besar
Studi Kelayakan untuk Di sekitar kawasan
pembangunan pendidikan Bappeda, Dinas PU, Badan
▪ 150 jt APBD II
apartemen (pelajar dan (Kelurahan Pelayanan Perijinan Terpadu
mahasiswa) Penanggungan)
Di kawasan
Pelaksanaan permukiman yang APBD II dan
▪ 1M Dinas PU
Pembangunan berada di sepanjang APBN
Rusunawa/Rusunami Sungai Brantas
Pelaksanaan Di sekitar Kawasan
Pembangunan Alun - alun Tugu dan
▪ 10 M Swasta/Investtor Swasta/Investtor
apartemen (kelas sekitar kawasan
menengah keatas) Pasar Besar
Pelaksanaan Di sekitar kawasan
Pembangunan pendidikan
▪ 5M Swasta/Investtor Swasta/Investtor
apartemen (pelajar dan (Kelurahan
mahasiswa) Penanggungan)
Program Peningkatan
Fasilitas RTH

82
Lokasi Pelaksanaan Waktu Pelaksanaan Program
Program Perkiraan
No. Pengembangan Prioritas Kegiatan Program Tahap Persiapan Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV Sumber Biaya Instansi Terkait / Pelaksana
Biaya
(Aspek) (Tahun 2010- (Tahun 2011- (Tahun 2016- (Tahun (Tahun
2011) 2016) 2020) 2020-2025) 2025-2030)
Di sepanjang
Sosialisasi lahan Bappeda, Dinas PU, Dinas
▪ sempadan Sungai 50 jt/tahun APBD II
konservasi di sepanjang Kebersihan dan Pertamanan
Brantas
Sungai Brantas
Di sepanjang
Dinas PU, Dinas Kebersihan
▪ Pelaksanaan kegiatan sempadan Sungai 100 jt/tahun APBD II
dan Pertamanan
pembangunan Brantas
Program penghijauan
Di seluruh kelurahan Bappeda, Dinas Kebersihan
▪ 50 jt/tahun APBD II
Sosialisasi di Kecamatan Klojen dan Pertamanan
Pelaksanaan Kegiatan
Di seluruh kelurahan Swadaya
▪ minimal menanam 1 Masyarakat
di Kecamatan Klojen Masyarakat
pohon pada 1 rumah
Program Lomba
Di seluruh kelurahan Dinas Kebersihan dan
▪ Kampung Bersih, Sehat 100 jt/tahun APBD II
di Kecamatan Klojen Pertamanan
dan Hijau
Program Peningkatan
Pelayanan Air Bersih
Di seluruh kelurahan
▪ Pengembangan 50 jt/tahun PDAM PDAM
jaringan di Kecamatan Klojen
Di seluruh kelurahan
▪ Pengembangan 50 jt/tahun PDAM PDAM
prasarana pendukung di Kecamatan Klojen
Program Peningkatan
Pelayanan Listrik
Di seluruh kelurahan
▪ Pengembangan 50 jt/tahun PLN PLN
jaringan di Kecamatan Klojen
Di seluruh kelurahan
▪ Pengembangan 50 jt/tahun PLN PLN
prasarana pendukung di Kecamatan Klojen
Program Peningkatan
Kondisi Drainase
Utilitas Jalan Pajajaran,
Jalan Kertanegara,
Jalan Veteran,
Pertigaan Jalan
Veteran – Jalan
Normalisasi dan
Bogor, Jalan Jaksa
▪ rehabilitasi saluran 100 jt/tahun APBD II Dinas PU
Agung Suprapto dan
yang ada
Jalan Panglima
Sudirman dan semua
saluran tersier yang
ada dalam kawasan
permukiman
Membangun Saluran
▪ Jl. Mayjen Panjaitan 100 jt APBD II Dinas PU
Baru
Jalan Trunojoyo,
Rehabilitasi dan Jalan Tugu, Jalan
▪ perbaikan prasarana Veteran, Jalan 75 jt/tahun APBD II Dinas PU
drainase Maratadinata dan
Jalan Kyai Tamin

83
Lokasi Pelaksanaan Waktu Pelaksanaan Program
Program Perkiraan
No. Pengembangan Prioritas Kegiatan Program Tahap Persiapan Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV Sumber Biaya Instansi Terkait / Pelaksana
Biaya
(Aspek) (Tahun 2010- (Tahun 2011- (Tahun 2016- (Tahun (Tahun
2011) 2016) 2020) 2020-2025) 2025-2030)
dan di seluruh
saluran yang ada

Program Peningkatan
Kondisi Sanitasi
Sosialisasi Program Di seluruh kelurahan
▪ 75 jt/tahun APBD II Bappeda, Dinas PU
Sanimas Komunal di Kecamatan Klojen
Penentuan Lokasi
Sanimas Komunal dan Di seluruh kelurahan
▪ 150 jt/tahun APBD II Bappeda, Dinas PU
Pelaksanaan di Kecamatan Klojen
Pembangunan
Program Penanganan
Sampah
Di seluruh kelurahan Bappeda, Dinas Kebersihan
▪ Sosialisasi Program 3R 75 jt/tahun APBD II
di Kecamatan Klojen dan Pertamanan
Program Komposting Di seluruh Lokasi Bappeda, Dinas Kebersihan
▪ 100 jt/tahun APBD II
dan 3R di TPS TPS dan Pertamanan
Lomba Hijau dan Bersih
Di seluruh kelurahan Bappeda, Dinas Kebersihan
▪ dalam Pengolahan 100 jt/tahun APBD II
di Kecamatan Klojen dan Pertamanan
Sampah dan RTH
Program Peningkatan
Pelayanan Jaringan
Telepon
TELKOM dan
Di seluruh kelurahan TELKOM dan provider
▪ Pengembangan 50 jt/tahun provider
di Kecamatan Klojen (swasta)
jaringan (swasta)
TELKOM dan
Di seluruh kelurahan TELKOM dan provider
▪ Pembangunan sentral 50 jt/tahun provider
di Kecamatan Klojen (swasta)
telepon baru (swasta)
TELKOM dan
Di seluruh kelurahan TELKOM dan provider
▪ Pengembangan 100 jt/tahun provider
di Kecamatan Klojen (swasta)
prasarana pendukung (swasta)
TELKOM dan
Di seluruh kelurahan TELKOM dan provider
▪ Pengembangan 100 jt/tahun provider
di Kecamatan Klojen (swasta)
instalasi telepon (swasta)
Program Peningkatan
Pelayanan Menara
Telekomunikasi

Dinas Komunikasi dan


▪ Studi Mastrplan Kota Malang 200 jt/tahun APBD II
penetapan Lokasi BTS Informatika, Bappeda
Dinas Komunikasi dan
▪ Sosialisasi terhadap Kota Malang 75 jt/tahun APBD II
seluruh provider Informatika, Bappeda
Pelaksanaan kegiatan
Di seluruh kelurahan Dinas Komunikasi dan
▪ penataan dan 1M Investor/Swasta
di Kecamatan Klojen Informatika, Swasta
pemasangan

84
Lokasi Pelaksanaan Waktu Pelaksanaan Program
Program Perkiraan
No. Pengembangan Prioritas Kegiatan Program Tahap Persiapan Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV Sumber Biaya Instansi Terkait / Pelaksana
Biaya
(Aspek) (Tahun 2010- (Tahun 2011- (Tahun 2016- (Tahun (Tahun
2011) 2016) 2020) 2020-2025) 2025-2030)
Program Peningkatan
Pelayanan Internet
Alun-alun Merdeka
Pemanfaatan lahan dan sekitarnya, Alun-
▪ RTH untuk akses alun Tugu dan 75 jt/tahun APBD II Telkom dan swasta
internet sekitarnya serta
Taman Senaputra
Penambahan akses
internet di semua
fasilitas umum
Di seluruh Fasilitas
(pendidikan,
▪ umum yang ada di 75 jt/tahun APBD II Telkom dan swasta
perkantoran,
Kecamatan Klojen
kesehatan,
perdagangan dan
pariwisata)
Program Penataan
Kawasan Perdagangan
dan Jasa

Studi Revitalisasi Di Kawasan Pasar


▪ 300 jt APBD II Bappeda, Dinas Pasar
Kawasan Pasar Besar Besar dan sekitarnya
DED Pembangunan
▪ Pasar Besar 300 jt APBD II Bappeda, Dinas Pasar
Pasar Besar
Pelaksanaan Kegiatan
Revitalisasi dan Di Kawasan Pasar APBD II dan
▪ 2M Dinas Pasar dan Swasta
Pembangunan Besar dan sekitarnya swasta
Kawasan Pasar Besar

DED Pembangunan
▪ Pasar Klojen 200 jt APBD II Bappeda, Dinas Pasar
Pasar Klojen
Perdagangan
4
dan Jasa Pelaksanaan
pembangunan
▪ Pasar Klojen 1M APBD II Dinas Pasar dan Swasta
Revitalisasi Pasar
Klojen
Sosialisasi pemindahan Bappeda, Dinas Pasar,
▪ pedagang di dalam Pasar Comboran 75 jt/tahun APBD II Paguyuban Pedagang Kaki
Pasar Comboran Lima

Program Penataan Sektor


Informal
Di Kawasan Pasar
Besar, di MATOS
Dinas Pendapatan Daerah,
dan kawasan Alun-
Bappeda, Satpol PP,
▪ Sosialisasi Central PKL alun Merdeka serta 50 jt/tahun APBD II
Paguyuban Pedagang Kaki
di semua fasilitas
Lima
umum (menyatu
dengan fasilitas)

85
Lokasi Pelaksanaan Waktu Pelaksanaan Program
Program Perkiraan
No. Pengembangan Prioritas Kegiatan Program Tahap Persiapan Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV Sumber Biaya Instansi Terkait / Pelaksana
Biaya
(Aspek) (Tahun 2010- (Tahun 2011- (Tahun 2016- (Tahun (Tahun
2011) 2016) 2020) 2020-2025) 2025-2030)
Di Kawasan Pasar
Besar, di MATOS
Dinas Pendapatan Daerah,
dan kawasan Alun-
Pembangunan Central Bappeda, Satpol PP,
▪ alun Merdeka serta 150 jt/lokasi APBD II
PKL Paguyuban Pedagang Kaki
di semua fasilitas
Lima
umum (menyatu
dengan fasilitas)
Program Upaya
Pelestarian Bangunan
dan Lingkungan Cagar
Budaya
Studi Penentuan dan
Dinas Kebudayaan dan
Klasifikasi Bangunan
▪ Kota Malang 200 jt/tahun APBD II Pariwisata, Badan Pelayanan
dan Lingkungan Cagar
Perijinan Terpadu, Bappeda
Budaya
Bangunan dan
5 Lingkungan Dinas Kebudayaan dan
Penyusunan Peraturan
▪ Kota Malang 350 jt/tahun APBD II Pariwisata, Badan Pelayanan
Cagar Budaya Daerah Cagar Budaya
Perijinan Terpadu, Bappeda
Sosialisasi Bangunan
Dinas Kebudayaan dan
dan Lingkungan Cagar
▪ Di Kecamatan Klojen 75 juta/tahun APBD II Pariwisata, Badan Pelayanan
Budaya dan Upaya
Perijinan Terpadu, Bappeda
Pelestariannya
Pelaksanaan
Dinas Kebudayaan dan
pelestarian Bangunan 50 juta/5
▪ Di Kecamatan Klojen APBD II Pariwisata, Badan Pelayanan
dan Lingkungan Cagar tahun/bangunan
Perijinan Terpadu, Bappeda
Budaya

Program Manajemen
Kependudukan dan
Peningkatan Peran
Masyarakat dalam
Pembangunan

Sosialisasi peningkatan
kualitas SDM berupa Di seluruh kelurahan
peningkatan yang didalamnya BLK, Dinas Ketenagakerjaan
▪ 300 jt/tahun APBD II
keterampilan dan terdapat permukiman dan Sosial, masyarakat
pendidikan non formal padat
Peningkatan lainnya
6
Kualitas SDM Sosialisasi keterlibatan
semua program Di seluruh kelurahan
BLK, Dinas Ketenagakerjaan
▪ pembangunan fisik dan yang ada di wilayah 300 jt/tahun APBD II
dan Sosial, masyarakat
non fisik pada perencanaan
masyarakat
Sosialisasn dan
pelaksanaan
Manajemen Penduduk Di seluruh kelurahan
BLK, Dinas Ketenagakerjaan
▪ (pelatihan tentang yang ada di wilayah 300 jt/tahun APBD II
dan Sosial, masyarakat
kependudukan, perencanaan
regristasi penduduk,
pelanggaran, dll)
Sumber : Hasil Rencana

86
Lampiran 16

Daftar Klasifikasi dan Kodefikasi Zona pada BWK Malang Tengah

FUNGSI TUJUAN PENETAPAN NO. KLASIFIKASI DAN KODE ZONA KRITERIA/KARAKTERISTIK KETERANGAN
Perumahan  Menyediakan lahan untuk 1 R-1 = Rumah Tunggal Bangunan dengan strukur tunggal, mempunyai halaman depan, samping Pendekatan :
pengembangan hunian dengan kanan dan kiri serta belakang. Tipe Bangunan
kepadatan yang bervariasi di seluruh
wilayah kota. 2 R-4 = Rumah Deret/Town House Bangunan gandeng yang hanya dipisahkan oleh dinding. Tiap-tiap unit Rujukan :
 Mengakomodasi bermacam tipe hunian memiliki atap tersendiri. Umumnya memiliki lantai lebih dari satu  Lynch (1962);
hunian dalam rangka mendorong  Chiara (1984);
penyediaan hunian bagi semua lapisan  Porterfield & Hall (1995);
masyarakat. 3 R-3 = Apartemen Rumah susun di kawasan komersil bagi masyarakat menengah ke atas  Green (1981);
 Merefleksikan pola-pola  Chiara & Koppelman (1975)
pengembangan yang diingini  Standar Fasilitas Pelayanan
masyarakat pada lingkungan hunian Perkotaan/lingkungan PU
yang ada dan untuk masa yang akan  Petunjuk Perencanaan Kawasan Perumahan
datang. Departemen PU.
Komersial  Menyediakan lahan untuk menampung 5 K-1 = Regional Kegiatan perdagangan dan/atau jasa dengan skala pelayanan regional Pendekatan :
tenaga kerja, pertokoan, jasa, rekreasi, (internasional, indonesia, provinsi, beberapa kota/kabupaten). Skala Pelayanan
dan pelayanan masyarakat. 6 K-2 = Kota Kegiatan perdagangan dan/atau jasa dengan skala pelayanan kota/kabupaten
 Menyediakan peraturanperaturan yang atau melayani . Rujukan :
jelas pada kawasan Perdagangan dan 7 K-3 = Kecamatan Kegiatan perdagangan dan/atau jasa dengan skala pelayanan Kecamatan.  Standar Fasilitas Pelayanan
Jasa, meliputi : dimensi, intensitas, Perkotaan/lingkungan PU
dan disain.  Petunjuk Perencanaan Kawasan Perumahan
8 K-4 = Kelurahan Kegiatan perdagangan dan/atau jasa dengan skala pelayanan kelurahan.
Departemen PU
9 K-5 = Lingkungan Kegiatan perdagangan dan/atau jasa dengan skala pelayanan lingkungan.
Industri  Menyediakan ruangan bagi kegiatan- 10 I-1 = Tidak Mengganggu Industri yang non limbah, dengan tingkat polusi, baik udara, air, maupun Pendekatan :
kegiatan industri dan manufaktur suara yang kecil dan yang tidak mengganggu kinerja transportasi Pencemaran, dampak
dalam upaya meningkatkan lingkungannya.
keseimbangan antara penggunaan 11 I-2 = Mengganggu Industri yang mempunyai limbah, menimbulkan polusi, baik udara, air Rujukan :
lahan secara ekonomis dan mendorong maupun suara yang mengganggu lingkungannya, serta industri yang  Keputusan Kepala Bapedal No. 56 Tahun
pertumbuhan lapangan kerja. mengganggu kinerja transportasi lingkungannya. 1994 tentang Pedoman Mengenai Ukuran
 Memberikan kemudahan dalam Dampak Penting.
fleksibilitas bagi industri baru dan  Keputusan Meneg Lingkungan Hidup No. 17
redevelopment proyekproyek industri. Tahun 2001 tentang Jenis Rencana Usaha
 Menjamin pembangunan industri yang dan/atau kegiatan yang Wajib Dilengkapi
berkualitas tinggi, dan melindungi dengan Analisis Mengenai Dampak
penggunaan industri serta membatasi Lingkungan Hidup.
penggunaan non industri.
Fasilitas  Menyediakan lahan untuk 12 FP-1 = Regional Fasilitas sosial dan fasilitas umum Pendekatan :
Pelayanan pengembangan fasilitas sosial dan dengan skala pelayanan Internasional, Skala Pelayanan
umum sesuai dengan kebutuhan dan Indonesia, provinsi, beberapa
daya dukung untuk menjamin kota/kabupaten. Rujukan :
pelayanan pada masyarakat. 13 FP-2 = Kota Fasilitas sosial dan fasilitas umum  Standar Fasilitas Pelayanan
 Mengakomodasi bermacam tipe dengan skala pelayanan Perkotaan/lingkungan PU.
fasilitas sosial dan umum untuk Kota/Kabupaten.  Petunjuk Perencanaan Kawasan Perumahan
mendorong penyediaan pelayanan 14 FP-3 = Kecamatan Fasilitas sosial dan fasilitas umum Departemen PU.
bagi semua lapisan masyarakat. dengan skala pelayanan Kecamatan.  Keputusan Kepala Bapedal No. 56 Tahun
 Merefleksikan pola-pola 15 FP-4 = Kelurahan Fasilitas sosial dan fasilitas umum 1994 tentang Pedoman Mengenai Ukuran
pengembangan yang diingini dengan skala pelayanan Kelurahan. Dampak Penting.
masyarakat pada lingkungan hunian  Keputusan Meneg Lingkungan Hidup No. 17
yang ada dan untuk masa yang akan Tahun 2001 tentang Jenis
16 FP-5 = Lingkungan Fasilitas sosial dan fasilitas umum
datang.  Rencana Usaha dan/atau kegiatan yang Wajib
dengan skala pelayanan Lingkungan.
Dilengkapi dengan Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup.
Pemerintahan,  Menyediakan lahan untuk 17 PK-1 = Pemerintahan Kantor pemerintahan baik tingkat pusat maupun daerah (provinsi, Pendekatan :

87
FUNGSI TUJUAN PENETAPAN NO. KLASIFIKASI DAN KODE ZONA KRITERIA/KARAKTERISTIK KETERANGAN
Pertahanan dan  Pengembangan pemerintahan dan kota/kabupaten, kecamatan, kelurahan). Pelayanan pemerintah
Keamanan pertahanan serta keamanan sesuai 18 PK-2 = Pertahanan dan Keamanan Kantor atau instalasi militer termasuk tempat latihan baik pada tingkatan
dengan kebutuhan dan daya dukung nasional, Kodam, Korem, Koramil, Polda, Polwil, polsek dan sebagianya. Rujukan :
untuk menjamin pelayanan pada  Standar Fasilitas Pelayanan
masyarakat. Perkotaan/lingkungan PU.
 Menjamin kegiatan pemerintahan,  Petunjuk Perencanaan Kawasan Perumahan
pertahanan dan keamanan yang Departemen PU.
berkualitas tinggi, dan melindungi  Keputusan Kepala Bapedal No. 56 Tahun
penggunaan lahan untuk 1994 tentang Pedoman Mengenai Ukuran
pemerintahan, pertahanan dan Dampak Penting.
keamanan.  Keputusan Meneg Lingkungan Hidup No. 17
Tahun 2001 tentang Jenis Rencana Usaha
dan/atau kegiatan yang Wajib Dilengkapi
dengan Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup.
Pertanian  Menyediakan lahan untuk 19 P-1 = Pertanian Lahan Basah 1) Kawasan yang secara teknis dapat digunakan untuk pertanian lahan Pendekatan :
pengembangan pertanian. basah. Jenis Kegiatan Pertanian
 Mengakomodasi bermacam tipe 2) Kawasan yang apabila digunakan untuk kegiatan pertanian lahan basah
pertanian dalam rangka mendorong secara ruang dapat memberikan manfaat untuk : Rujukan :
penyediaan lahan untuk pertanian.  meningkatkan produksi pangan dan pendayagunaan investasi.  PP No. 47 Tahun 1997 tentang RTRW
 Menjamin kegiatan pertanian yang  meningkatkan perkembangan pembangunan lintas sektor dan sub Nasional.
 berkualitas tinggi, dan melindungi sektor.
penggunaan lahan untuk pertanian  serta kegiatan ekonomi sekitarnya.
tersebut.  meningkatkan fungsi lindung.
 meningkatkan upaya pelestarian kemampuan sumberdaya alam
untuk pertanian pangan.
 meningkatkan pendapatan masyarakat.
 meningkatkan pendapatan nasional dan daerah.
 menciptakan kesempatan kerja.
 meningkatkan ekspor.
 meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
20 P-2 = Pertanian Lahan Kering 1) kawasan yang secara teknis dapat dimanfaatkan sebagai kawasan
pertanian lahan kering.
2) kawasan yang apabila dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian lahan
kering secara ruang dapat memberikan manfaat untuk :
 meningkatkan produksi pertanian dan mendayagunakan investasi.
 meningkatkan perkembangan pembangunan lintas sektor dan sub
sektor serta kegiatan ekonomi sekitarnya.
 meningkatkan fungsi lindung.
 meningkatkan upaya pelestarian kemampuan sumberdaya alam.
 meningkatkan pendapatan masyarakat.
 meningkatkan pendapatan nasional dan daerah.
 menciptakan kesempatan kerja.
 meningkatkan ekspor.
21 P-3 = Perkebunan 1) kawasan yang secara teknis dapat digunakan untuk kegiatan
perkebunan.
2) kawasan yang apabila digunakan untuk kegiatan perkebunan secara
ruang dapat memberikan manfaat untuk :
 meningkatkan produksi perkebunan dan mendayagunakan investasi.
 meningkatkan perkembangan pembangunan lintas sektor dan sub
sektor serta kegiatan ekonomi sekitarnya.
 meningkatkan fungsi lindung;
 meningkatkan upaya pelestarian kemampuan sumberdya alam.
 meningkatkan pendapatan masyarakat.
 meningkatkan pendapatan nasional dan daerah.

88
FUNGSI TUJUAN PENETAPAN NO. KLASIFIKASI DAN KODE ZONA KRITERIA/KARAKTERISTIK KETERANGAN
 meningkatkan kesempatan kerja.
 meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
22 P-4 = Peternakan 1) kawasan yang secara teknis dapat digunakan untuk usaha peternakan
baik sebagai sambilan, cabang usaha, usaha pokok, maupun industri.
2) kawasan yang apabila digunakan untuk kegiatan peternakan secara
ruang dapat memberikan manfaat :
 meningkatkan produksi peternakan dan mendayagunakan investasi.
 meningkatkan perkembangan pembangunan lintas sektor dan sub
sektor serta kegiatan ekonomi sekitarnya.
 meningkatkan fungsi lindung.
 tidak mengganggu upaya pelestarian kemampuan sumberdaya alam.
 meningkatkan pendapatan masyarakat.
 meningkatkan pendapatan nasional dan daerah.
 menciptakan kesempatan kerja.
 meningkatkan ekspor.
 meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
23 P-5 = Perikanan kegiatan perikanan secara ruang dapat memberikan manfaat :
 meningkatkan produksi perikanan dan mendayagunakan investasi.
 meningkatkan perkembangan pembangunan lintas sektor dan sub sektor
serta kegiatan ekonomi sekitarnya.
 meningkatkan fungsi lindung.
 tidak mengganggu upaya pelestarian kemampuan sumberdaya alam.
 meningkatkan pendapatan masyarakat.
 meningkatkan pendapatan nasional dan daerah.
 menciptakan kesempatan kerja.
 meningkatkan ekspor.
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Transportasi  Menyediakan lahan untuk 24 TR-1 = Terminal 1) Titik simpul dalam jaringan trasnportasi jalan dan berfungsi sebagai Pendekatan :
pengembangan prasarana transportasi. pelayanan umum, tempat pengendalian, pengawasan, pengaturan dan Simpul Transportasi
 Mengakomodasi bermacam tipe pengoperasian lalulintas.
prasarana transportasi dalam rangka 2) Prasarana angkutan yang merupakan bagian dari sistem transportasi Rujukan:
mendorong penyediaan lahan untuk untuk melancarkan arus penumpang dan barang.  Keputusan Menteri Perhubungan No. 31
prasarana transportasi tersebut. 3) Terminal terdiri dari Terminal tipe A, tipe B dan Tipe C. Tahun 1995, Juknis LLAJ. 1995.
 Menjamin kegiatan trasnportasi yang 25 TR-2 = Stasiun Tempat kereta api berangkat dan berhenti untuk melayani naik dan turunnya Pendekatan :
berkualitas tinggi, dan melindungi penumpang dari/atau bongkar muat barang dan/atau untuk keperluan operasi  tata ruang wilayah.
penggunaan lahan untuk prasarana kereta api  pertumbuhan ekonomi.
transportasi.  kelestarian lingkungan.
 keselamatan pelayaran.

Rujukan :
 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1992
Tentang Perkeretaapian.
 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 69 Tahun 1998 Tentang Prasarana
Dan Sarana Kereta Api.
 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 81 Tahun 1998 Tentang Lalu Lintas
Dan Angkutan Kereta.
26 TR-3 = Pelabuhan Tempat yang terdiri dari daratan dan perairan disekitarnya dengan batas- Pendekatan :
batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan ekonomi  tata ruang wilayah.
yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, naik turun  pertumbuhan ekonomi.
penumpang dan/atau bongkar muat barang yang dilengkapi dengan fasilitas  kelestarian lingkungan. dan
keselamatan pelayaran  keselamatan pelayaran.
dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra
dan antar moda transportasi; Rujukan :

89
FUNGSI TUJUAN PENETAPAN NO. KLASIFIKASI DAN KODE ZONA KRITERIA/KARAKTERISTIK KETERANGAN
 Undang undang Nomor 21 Tahun 1992
tentang Pelayaran.
 Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 1996
Tentang Kepelabuhan.
 Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun !999
tentang Angkutan di Perairan.
27 TR-4 = Bandar Udara Lapangan terbang yang digunakan untuk mendarat dan lepas landas pesawat Pendekatan :
udara, naik turun penumpang dan/atau bongkar muat kargo dan atau pos,  tata ruang wilayah.
serta dilengkapi dengan fasilitas kasper sebagai tempat perpindahan antar  kelestarian lingkungan dan
moda transportasi  keselamatan penerbangan.

Rujukan :
 SNI 03-7112-2005 tentang Kawasan
Keselamatan Operasi Penerbangan.
 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan
Keselamatan Penerbangan.
 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 70 Tahun 2001 tentang
Kebandarudaraan
Ruang Terbuka  Zona yang ditujukan untuk 28 H-1 = Taman Kota Taman dengan skala pelayanan Kota Pendekatan :
Hijau mempertahankan/ melindungi lahan 29 H-2 = Taman BWK/Kecamatan Taman dengan skala pelayanan BWK Skala Pelayanan
untuk rekreasi di luar bangunan, 30 H-3 = Taman Kelurahan Taman dengan skala pelayanan
sarana pendidikan, dan untuk Kelurahan Rujukan :
dinikmati nilai-nilai keindahan 31 H-4 = Taman lingkungan Taman skala lingkungan  PP No. 63 Tahun 2002 tentang Hutan Kota
visualnya.  Permendagri No. 15 Tahun 1998 tentang
 Preservasi dan perlindungan lahan Penataan Ruang Terbuka Hijau di Wilayah
32 H-5 = Taman Pemakaman Taman pemakaman
yang secara lingkungan hidup rawan / perkotaan; Petunjuk Perencanaan Kawasan
sensitif; 33 H-6 = Jalur hijau Taman jalur hijau Perumahan Departemen PU.
 Diberlakukan pada lahan yang
penggunaan utamanya adalah taman 34 H-7 = Lapangan Taman berupa lapangan olahraga
atau ruang terbuka, atau lahan
perorangan yang pembangunannya
harus dibatasi untuk menerapkan
kebijakan ruang terbuka, serta
melindungi kesehatan, keselamatan,
dan kesejahteraan publik.
Kawasan Hutan 35 KH-1 = Hutan Produksi Kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil hutan, Pendekatan :
dengan kriteria : Fisik dan fungsi hutan
1) Kawasan hutan dengan faktor-faktor kelas lereng, jenis tanah dan
intensitas hujan setelah masingmasing dikalikan dengan angka Rujukan :
penimbang mempunyai jumlah nilai (skor) 124 atau kurang, diluar  UU No.41 Tahun 1999.
hutan suaka alam dan hutan pelestarian alam.  PP No.47 tahun 1997 tentang RTRWN
2) Kawasan yang secara ruang apabila digunakan untuk budidaya hutan
alam dan hutan tanaman dapat memberi manfaat :
 meningkatkan perkembangan pembangunan lintas sektor dan sub
sektor serta kegiatan ekonomi sekitarnya.
 meningkatkan fungsi lindung.
 meningkatkan upaya pelestarian kemampuan sumberdaya hutan.
 meningkatkan pendapatan masyarakat terutama di daerah setempat.
 meningkatkan pendapatan daerah dan nasional.
 meningkatkan kesempatan kerja terutama untuk masyarakat daerah
setempat.
 meningkatkan ekspor.
 mendorong perkembangan usaha dan peran serta masyarakat

90
FUNGSI TUJUAN PENETAPAN NO. KLASIFIKASI DAN KODE ZONA KRITERIA/KARAKTERISTIK KETERANGAN
terutama di daerah setempat.
36 KH-2 = Hutan yang 1) Kawasan hutan dengan faktor-faktor kelas lereng, jenis tanah dan
dapat dikonvers intensitas hujan setelah masingmasing dikalikan dengan angka
penimbang mempunyai jumlah nilai (skor) 124 atau kurang, diluar
hutan suaka alam dan hutan pelestarian alam.
2) Kawasan hutan yang secara ruang dicadangkan untuk digunakan bagi
pengembangan transportasi, transmigrasi, permukiman, pertanian,
perkebunan, industri dan lain-lain apabila dapat memberikan manfaat :
 meningkatkan perkembangan pembangunan lintas sektor dan sub
sektor serta kegiatan ekonomi sekitarnya.
 meningkatkan fungsi lindung.
 meningkatkan upaya pelestarian kemampuan sumberdaya hutan.
 meningkatkan pendapatan masyarakat terutama di daerah setempat.
 meningkatkan pendapatan daerah dan nasional.
 meningkatkan kesempatan kerja terutama untuk masyarakat daerah
setempat.
 meningkatkan ekspor.
 mendorong perkembangan usaha dan peran serta masyarakat
terutama di daerah setempat.
37 KH-3 = Hutan Rakyat 1) Luas minimal 0,25 hektar dan mempunyai fungsi hidrologis/pelestarian
ekosistem, luas penutupan tajuk minimal 50 persen dan merupakan
tanaman cepat tumbuh.
2) Kawasan yang apabila digunakan untuk kegiatan hutan rakyat secara
ruang dapat memberikan manfaat :
 meningkatkan perkembangan pembangunan lintas sektor dan sub
sektor serta kegiatan ekonomi sekitarnya.
 meningkatkan fungsi lindung.
 meningkatkan upaya pelestarian kemampuan sumberdaya alam.
 meningkatkan kesempatan kerja.
 meningkatkan pendapatan, terutama di daerah setempat.
 meningkatkan pendapatan daerah dan nasional.
 meningkatkan ekspor.
 mendorong perkembangan usaha dan peran serta masyarakat
terutama di daerah setempat.
Campuran 38 C-1 = Rumah-Toko Dalam satu zona dapat terdiri penggunaan lahan perumahan dan Pendekatan :
perdagangan dan atau dalam satu bangunan dapat dimanfaatkan sebagai Kegiatan Utama
rumah dan perdagangan (toko).
39 C-2 = Rumah-Kantor Dalam satu zona dapat terdiri penggunaan lahan perumahan dan jasa Rujukan :
perkantoran dan atau dalam satu bangunan dapat dimanfaatkan sebagai  Schwank. Dean. 1089. Mixed-use
rumah dan kantor. Development Handbook. Washington D.C.
40 C-3 = Apartemen-Pusat Belanja Dalam satu zona dapat terdiri hunian dengan perdagangan (pusat belanja). The Urban Land Institute.
Kawasan  Memelihara dan mewujudkan 41 KL-1 = Lindung untuk kawasan Hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem Pendekatan :
Lindung kelestarian fungsi lingkungan hidup bawahannya penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, Jenis Perlindungan
dan mencegah timbulnya kerusakan mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan
lingkungan hidup. tanah. Kriterianya adalah : Rujukan :
 Mencegah timbulnya kerusakan fungsi 1) Kawasan hutan dengan faktor-faktor kelas lereng, jenis tanah dan  PP No.47 tahun 1997 tentang RTRWN;
lingkungan hidup dan melestarikan intensitas hujan setelah masing- masing dikalikan dengan angka Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang
fungsi lindung kawasan yang penimbang mempunyai jumlah nilai (skor) 175 atau lebih. Pengelolaan Kawasan Lindung.
memberikan perlindungan kawasan 2) Kawasan hutan yang empunyai lereng lapangan 40% atau lebih;  Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.
bawahannya, kawasan perlindungan dan/atau kawasan hutan yang mempunyai ketinggian di atas permukaan 63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan
setempat, kawasan suaka alam, laut 2000 m atau lebih. Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah
kawasan pelestarian alam, kawasan 3) Kawasan tanah bergambut dengan ketebalan 3 meter Penguasaan Sungai dan Bekas Sungai;
cagar budaya dan kawasan lindung 4) atau lebih yang terdapat dibagian hulu sungai dan rawa. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
lainnya, serta menghindari berbagai 5) Kawasan bercurah hujan yang tinggi, berstruktur tanah yang mudah 35 Tahun 1993 tentang Sungai.
usaha dan/atau kegiatan di kawasan meresapkan air dan mempunyai geomorfologi yang mampu meresapkan

91
FUNGSI TUJUAN PENETAPAN NO. KLASIFIKASI DAN KODE ZONA KRITERIA/KARAKTERISTIK KETERANGAN
rawan bencana. air hujan secara besarbesaran.
 Meningkatkan fungsi lindung terhadap 42 KL-2 = Perlindungan Setempat Sempadan pantai
tanah, air, iklim, tumbuhan dan satwa, daratan sepanjang tepian yang lebarnya roporsional dengan bentuk dan
serta nilai budaya dan sejarah bangsa. kondisi fisik pantai, minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah
 Mempertahankan keanekaragaman darat.
hayati, satwa, tipe ekosistem dan
keunikan alam. Sempadan sungai
1) Garis sempadan sungai bertanggul ditetapkan dengan batas lebar
sekurangkurangnya 5 (lima) meter di sebelah luar sepanjang kaki
tanggung.
2) Garis sempadan sungai tidak bertanggul ditetapkan berdasarkan
pertimbangan teknis dan sosial ekonomis oleh Pejabat yang berwenang.
3) Garis sempadan sungai yang bertanggul dan tidak bertanggul yang
berada di wilayah perkotaan dan sepanjang jalan ditetapkan tersendiri
oleh Pejabat yang berwenang

Kawasan sekitar danau/waduk


daratan sepanjang tepian danau/waduk yang lebarnya proporsional dengan
bentuk dan kondisi fisik danau/waduk antara 50-100 meter dari titik pasang
tertinggi ke arah darat.

Kawasan sekitar mata air


kawasan disekitar mata air dengan jari-jari sekurang-kurangnya 200 meter.
Kawasan terbuka hijau kota termasuk di
dalamnya hutan kota
1) Lokasi sasaran kawasan terbuka hijau kota termasuk di dalamnya hutan
kota antara lain di kawasan permukiman, industri, tepi sungai/
pantai/jalan yang berada di kawasan perkotaan.
2) Hutan yang terletak di dalam wilayah perkotaan atau sekitar kota
dengan luas hutan minimal 0,25 hektar.
3) Hutan yang terbetuk dari komunitas tumbuhan yang berbentuk kompak
pada satu hamparan, berbentuk jalur atau merupakan kombinasi dari
bentuk kompak dan bentuk jalur.
4) Jenis tanaman untuk hutan kota adalah tanaman tahunan berupa pohon-
pohonan, bukan tanaman hias atau herba, dari berbagai jenis baik jenis
asing atau eksotik maupun jenis asli atau domestik.
5) Jenis tanaman untuk kawasan terbuka hijau kota adalah berupa
pohonpohonan dan tanaman hias atau herba, dari berbagai jenis baik
jenis asing atau eksotik maupun jenis asli atau domestik.
43 KL-3 = Rawan Bencana Alam Kawasan yang diidentifikasi sering dan berpotensi tinggi mengalami
bencana alam seperti letusan gunung berapi, gempa bumi dan tanah longsor
serta gelombang pasang dan banjir, antara lain kawasan rawan letusan
gunung berapi, gempa bumi, tanah longsor, serta gelombang pasang dan
banjir.
44 KL-4 = Pelestarian Alam Hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok
perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman
jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya
alam hayati dan ekosistemnya.
45 KL-5 = Suaka Alam 1) Kawasan yang ditunjuk mempunyai keanekaragaman jenis tumbuhan
dan satwa serta tipe ekosistemnya dan/atau
2) Mewakili formasi biota tertentu dan/atau unit-unit penyusunnya.
3) Mempunyai kondisi alam, baik biota maupun fisiknya yang masih asli
dan tidak atau belum diganggu manusia dan/atau
4) Mempunyai luas dan bentuk tertentu agar menunjang pengelolaan yang
efektif dengan daerah penyengga yang cukup luas; dan/atau

92
FUNGSI TUJUAN PENETAPAN NO. KLASIFIKASI DAN KODE ZONA KRITERIA/KARAKTERISTIK KETERANGAN
5) Mempunyai ciri khas dan dapat merupakan satu-satunya contoh disuatu
daerah serta keberadaannya memerlukan koservasi.
46 KL-6 = Konservasi Hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok pengawetan
keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya.
Sumber : Hasil Rencana, 2010

Syarat Pemanfaatan Ruang :


I : Pemanfaatan ruang yang diijinkan (80-90% dari luas kapling)
T : Pemanfaatan ruang yang diijinkan terbatas (10-20% dari luas kapling)
B : Pemanfaatan ruang yang diijinkan namun dengan bberapa syarat yang harus dipenuhi
- : Pemanfaatan ruang yang tidak diijinkan

93
Lampiran 17

94
Lampiran 18

95
Lampiran 19

96
Lampiran 20

97
Lampiran 21

98
Lampiran 22

99

You might also like