You are on page 1of 50

TUGAS ETNOFARMASI

USADA RUKMINI TATWA

KELOMPOK III

Ni Ketut Melysa Cahyani (0808505004)


Liana Dwi Anggraini (0808505005)
Pande Putu Ayu Sukmawati (0808505011)
Made Ari Puji Astuti (0808505013)
Ni Wayan Eka Sumartini (0808505026)
Ni Wayan Ria Medisina (0808505030)

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2010
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Usada Bali


Kata usada berasal dari kata ausadhi yang berarti tumbuh-tumbuhan yang
mengandung khasiat obat-obatan (Nala, 1993; Prastika, tt). Kata usada ini tidaklah asing bagi
masyarakat di Bali, karena kata usada sering dipergunakan dalam percakapan sehari-hari
dalam kaitan dengan mengobati orang sakit.
Pengobatan tradisional Bali yang dikenalkan oleh para leluhur merupakan ilmu
pengetahuan penyembuhan yang dijiwai oleh nilai-nilai agama Hindu. Sumber ajaran ilmu
pengobatan tradisional Bali adalah lontar. Lontar Usada berisi tentang cara memeriksa
pasien, memperkirakan penyakit (diagnosa), meramu obat (farmasi), mengobati (terapi),
memperkirakan jalannya penyakit (prognosis), upacara yang berkaitan tentang masalah
pencegahan (preventif), dan pengobatan (kuratif).
Di sejumlah daerah di Bali diperkirakan cukup banyak tersebar naskah lontar usada.
Menurut Nala (1993), diperkirakan terdapat kurang lebih 50.000 lontar usada yang tersebar di
seluruh desa di pulau Bali. Beberapa macam naskah usada tersebut diantaranya Usada Buduh,
Usada Dalem, Usada Edan, Usada Mala, Usada Rare, Usada Sasah Bebai, Usada Tiwang,
Usada Tiwas Punggung, Usada Tetengger Beling, Usada Tumbal, Usada Upas, Usada Taru
Premana, dan Usada Rukmini Tatwa.

1.2 Usada Rukmini Tatwa

Tradisi jamu sudah lama dikenal oleh masyarakat Bali. Nenek moyang kita misalnya
telah memanfaatkan tetumbuhan dengan meramunya menjadi jamu, termasuk jamu untuk
kepentingan kecantikan. Salah satu buktinya adalah ditemukannya kitab lontar Rukmini
Tatwa yang terdiri dari 24 atau 25 lembar daun tal. Naskah kuno ini membahas masalah obat-
obatan dan yang berkaitan dengan keserasian hidup suami istri. Dalam lontar Rukmini Tatwa
terdapat wejangan Dewi Saci kepada Dewi Rukmini mengenai bermacam-macam obat-
obatan tradisional yang berkaitan dengan masalah sanggama (coitus), penggunaan “lalepan”
(boreh, pupur), jamu untuk mempercantik tubuh dan bagian muka, bedak untuk kelamin
perempuan, obat penyakit keputihan, obat penyakit kelamin laki-laki, obat menghidupkan
“kama” (Kama yaitu nama dewa asmara yang berarti cinta, air mani, nafsu), memperkuat
kelamin laki-laki, “panglanang” (menjadikan laki-laki lebih jantan), jamu untuk mereka yang
tidak mampu punya anak, jamu pengasihan perempuan, obat-obatan agar seorang perempuan
bergairah kembali seperti gadis, obat kehabisan kama (kama asat), singha sanggama
(sanggama macan kerah), memperbanyak kama (Pamraddi kama) dll. Untuk menambah
kemanjuran dan keampuhan obat-obatan tadi masyarakat zaman dulu lalu menambahkan
pengucapan mantra-mantra tertentu saat ramuan jamu tersebut digunakan (Tilaar, 1999).
Berikut ini merupakan contoh-contoh ramuan dalam lontar Rukmini Tatwa (Tilaar,
1999).
1. Madu, pangkal buaya (pangkal buwaya) sama takarannya dipipis sampai
halus, dikumpulkan, dan dituang, dipipis lagi sampai lumat, kemudian
dioleskan pada yoni dan tidak melakukan sanggama pada waktu itu. Maka
apabila seorang perempuan telah menjadi tua, setengah baya, akan kembali
menjadi gadis lagi (yan hatuha kang stri, tngah tuwuh, maluy kanya).
2. Hatal, galuga (sejenis rempah-rempah, tumbuh-tumbuhan: troussonetia),
teratai merah (padma), babakan kepundung putih, pipis semuanya dan
dioleskan pada yoni. Maka pada waktu bersetubuh suaminya akan dikuasai
bagaikan seorang hamba (sdengnyan macumbana, kakawasang swaminya
kadi dasa denya).
3. Minyak yang menyebabkan kembali menjadi gadis atau Sadana minyak, phala
maluy rara denya. Ramuannya :
a. Batang teratai merah (witning padma), susu kambing (pehan kambing),
setelah dipipis lalu dimasak sampai kental dengan kelopak jantung
pisang selama lima hari (pipis hindel hantuk kalupakan pusuh byuh,
limang welawasnya) dan dioleskan pada yoni. Akhirnya akan menjadi
gadis kembali.
b. Minyak (lemak) tikus (muluk bikul), minyak kelapa (lengis), minyak
wijen (lenga) sama takarannya dioleskan pada yoni maka akan kembali
menjadi gadis dan merasa bahagia (subhaga maluy rara denya).
Khasiat campuran minyak tersebut menurut lontar Indrani-sastra
adalah : liang sanggama akan menjadi bersih, nyaman dan rapat, serta
tidak terasa sakit. (dwaraning yoni maho denya, lawan tan wyadi)
c. Inggu, mrica (mica), teratai merah (padma), babakan kepundung putih,
kayu manis, bunga sidawayah (sepet-sepet, pohon delima dengan buah
kecil-kecil), jahe, buah pala, kamaloko (kamalaka: nama pohon
Phyllanthus emblica L.), klapu, ara beras (aha bahas?), kpi
tandalima(?), pisang bunga (bitu bunga), pangkal buaya, semua itu
dicampur dengan minyak (kinla ring lenga), dadah hantu (?), kelopak
jantung pisang (klupakan pusuh byu) dimasukkan ke dalam liang yoni,
maka seorang perempuan akan kembali menjadi gadis dengan obat
tersebut, meskipun umurnya telah mencapai seratus tahun (maluya
kanya wang wala denya, yadyan satus tahun yusanya).
d. Cara lain supaya menjadi gadis kembali (nyan muwah kanya hetu)
yaitu menggunakan lemak (minyak) kura-kura (muluk badawang) san
minyak wijen (minyak lenga) dioleskan pada yoni maka kekurangan
pada yoni akan hilang (panglaning yoni) dan seseorang akan merasa
sebagai gadis kembali (kanya muwah). Untuk para perempuan manfaat
campuran minyak itu adalah : meskipun liang yongi (liang sanggama)
menjadi lebar, akan kembali menjadi seperti gadis lagi (yadyana lwa
ikanang yoni wiwara, maluya kanya muwah) dan suami akan terkuasai
olehnya serta merasa senang (lawan ta kakawasang suami denika).
4. Mempercantik tubuh dan roman mukan dengan pupur (Pamahayu hawak
mwang muka, pupur).
Ramuannya :
a. Cabe rawit (tabyabun), padang lepas (?), dipipis kemudian
ditambahkan degan air kencing lembu (mayeh panyuh lembu). Apabila
dipakai pupur muka, maka tidak sampai dua kali, hilang segala
penyakit muka (hangge pupur muka, tan ping rwa pinupuraken, hilang
wyadining muka denya).
b. Sesawi kuning, babakan kapundung putih, galuga (sejenis rempah-
rempah/troussonetia) semuanya dipipis halus untuk pupur muka.
c. Sasari kuning, bunga kepuh putih, babakan cemapra, dipipis sampai
halus dan dicampur susu lembu (pehan lembu) kemudian didinginkan
(diangin-anginkan) dan ditambah susu lagi. Untuk pupur muka selama
tujuh hari maka roman muka akan bersinar-sinar bagaikan bulan
purnama (ping sapta diwasanya pinupuraken, kadi wulan purnama
muka denya)
5. Cara membuat bedak kuning, rahasia (tingkahing akarya gopita).
Ramuannya :
Pangkal buaya, kapundung putih, padma, jambu biji (nyambu sotong),
karuk (nama tumbuh-tumbuhan), kamaloko (pohon Phyllanthus emblica L.),
klapu, ara (pohon aha di Bali), minyak beras (lenga baas), delima dengan
kembang dan kulitnya (delima tekeng kembangnya sama kulitnya), serabut
kelapa hijau (tapuk klapa ijo), buah melet (bwah melet?), sama takarannya
berat 1 keteng (wrat 1 keteng) satu keteng yaitu seberat uang kepeng di Bali
yang biasanya disebut pis bolong atau uang bolong karena berlobang di
tengahnya. Uang kepeng ini umumnya diimpor dari Cina. Jemur terlebih
dahulu sampai asat. Kemudian ditambah mrica, jahe pahit, palaraja, maswi(?),
cabe sama takarannya seberat 2 keteng, bunga sidawayah (semacam delima
dengan buah kecil-kecil), bunga pisang bunga (bungan biu bunga), sarinya
kembang kanigara (kanikara: bunga matahari, Nymphaea stellata Wild),
serbuk pudak cindaga (srebuk pudak cindaga) sama takarannya 3 kepeng
terutama sekali ditambah rahingsana (?) seberat 66 kepeng. Semuanya
dijemur sampai asat (sami jemuh den asat). Pipis sampai halus, kemudian
dicampur kapur barus berat 7 keteng, pangada-gajaha guling(?) seberat 13
kepeng. Sewaktu dipipis supaya ditetesi madu seberat 2 kepeng (titisana madu
uwrat 2 keteng).
Madu tersebut dicampur inggu seberat 1 jinah kuci (jinah kuci yaitu
pis bolong yang lebih kecil). Uang kepeng di Bali umumnya berasal/impor
dari Cina pada zaman dulu (Chinese coin), kemudian ditetesi minyak kura-
kura (minyaking kuma), minyak belibis (minyak ing waliwis), minyak wijen
(minyaking lenga), air tebu hitam (tebu cemeng), semuanya sama takarannya
dicampur madu, minyak kambing lalu dioleskan pada liang yoni pada waktu
akan bersetubuh (rarabaken ing lengning yoni yan meh acumbana). Meskipun
sudah sehat akan terasa lebih nikmat (yadyapin warasa ikang yoni surasa
temahanya). Meskipun baunya kurang enak akan menjadi harum (yadyapin
durganda ikan yoni, suganda temahanya).
Orang-orang pada masa itu jika mempergunakan ramuan ini akan
mengucapkan mantra. Bunyi japa mantranya adalah : Ong kamosadi kama
lulut, kama purusa, stri murca ratih sang yoga, marca sweet swaha.
6. Obat keputihan (tamba puputihan).
Ramuannya :
Air kapur (yeh pamor), air jeruk nipis (yeh juwuk linglang), minyak
kelapa (lengisa tanusan) semuanya dicampur. Dimakan dengan mengucapkan
mantra : Ong Padakah-padakah ya nama swaha.
7. Inilah obat orang kurang rasa (Nihan tambaning wong kirang rasa).
Ramuannya :
Yaitu akar pancar-sona digerus sampai lembut (ulig den alembut),
rumput gamongan 3 ijis (ikat?) yang dibakar di atas bara api dan dibungkus
daun pisang (gamongan matambus 3 ijis), daun bidehang diletakkan di air
hangat (jangdi yeh angete), kemudian didinginkan (embonang) seraya
mengucapkan japa mantra. Setelah itu dibasuhkan pada yoni (wasehaken pada
yoni) atau baga (kelamin perempuan ). Mantranya berbuni : Ong Gangga
anangkebi, Gangga angancingi, Odod anangcang rahasya, ong teg nyer
(diucapkan tiga kali) atau Dewi sungai Gangga yang suci, akan mengunci, otot
(akar,rambut?) mengikat alat kelamin. Amin kuat rasa nyer-nyeran.

Demikianlah isi sebagian kecil lontar Rukmini Tatwa yang berisi wejangan Dewi Saci
(Indrani) kepada Dewi Rukmini, yaitu mengenai masalah kehidupan seksual dan juga obat-
obatan. Kitab itu disebut juga “Indrani-prawala” yang menunjukkan maksud bahwa wejangan
tersebut diucapkan dengan tulus hati, jujur, dan sungguh-sungguh. Prawela berarti jujur, lurus
hati. Selain berisi obat-obatan, japa mantra, kitab tersebut lebih-lebih juga bermaksud agar
seorang perempuan dikasihi oleh suaminya atau agar terjalin keserasian hidup berumah
tangga (Tilaar, 1999).
BAB II
TANAMAN-TANAMAN DALAM USADA RUKMINI TATWA

Tabel 1. Tanaman-tanaman dalam Usada Rukmini Tatwa


Efek Farmakologis
No Khasiat menurut Usada
Nama Tanaman berdasarkan Hasil Penelitian
. Rukmini Tatwa
Ilmiah

Antibakteri, antiulcer,
Untuk mengobati penis yang kontrasepsi alami,
1. Adas
keluar nanah. hepatoprotektor, antispasmodik,
dan antidiabetes.

Digunakan sebagai singa


sanggama untuk menambah
2. Bangle Antioksidan.
nikmat si perempuan dan
untuk memperbesar penis.

Antihiperlipidemia,
Umbi lapis bawang putih
antitrombosis, antiplatelet,
3. Bawang Putih digunakan untuk mengobati
antibakteri, antivirus, antijamur,
keputihan.
dan antioksidan.

Digunakan untuk mengatasi


penyakit-penyakit yang
biasanya timbul pada organ Analgesik, antibakteri, dan
4. Cabe Jawa
genital wanita seperti tonikum.
keputihan, keluar darah, dan
longgar atau lemah otot.

Digunakan untuk
menimbulkan rasa gairah
Antihipertensi, antihiperglikemi,
(libido) dan kenikmatan pada
5. Jambu Biji antiinflamasi, antibakteri, dan
pria dan wanita saat
antidiare.
melakukan hubungan
seksual.
Digunakan untuk mengobati Antibakteri, antijamur,
6. Dringo jerawat dan penyakit lain hepatoprotektor, dan
pada wajah. nefropotektor.

Digunakan sebagai salah satu


bahan ramuan untuk Antischistosoma, antiinflamasi,
7. Jahe memperbesar penis dan antibakteri, antiulcer, antimuntah,
menambah gairah pada antioksidan, dan antidiabetes.
pasangan suami dan istri.

Air jeruk nipis digunakan


untuk mengobati jerawat dan Pengobatan batu ginjal, antijamur,
8. Jeruk Nipis
penyakit lain pada kulit dan antihistamin.
wajah.

Akar kelor digunakan untuk Antijamur, anticacing, antiasma,


9. Kelor menambah rasa dan gairah antipiretik, analgesik, dan
bagi perempuan antikonvulsi.

Digunakan sebagai
10. Kencur penambah gairah seks dan Antiinflamasi dan antijamur.
untuk memperbesar penis

Efek hepatoprotektif,
Bermanfaat untuk antiinflamasi, efek estrogenik,
11. Kunir
menyehatkan sperma. antitukak, antikanker, dan
antibakteri.

Digunakan untuk mengobati


kemaluan laki-laki yang
12. Nusa Indah Antitumor.
mengalami gangguan berupa
keluar nanah menetes.

Digunakan untuk mengobati Antikanker, efek penyembuh


infeksi yang terjadi pada luka, meningkatkan kemampuan
13. Pegagan
penis, seperti keluar nanah kognitif, antioksidan, antifungi,
yang menetes. antibakteri, dan efek sedasi.

14. Delima Buah delima digunakan Antijamur, antidiare, antioksidan,


untuk meningkatkan gairah antitumor, dan antikanker.
baik pada pria maupun
wanita.

Digunakan untuk bedak pada Diuretik, hipoglikemia, peningkat


15. Tapak Liman
wajah. kesuburan, dan antibakteri.

1. Adas
Nama Indonesia : Adas (Hutapea, 2001).
Nama Usada : Adas, Puspa Tandah (Tengah dkk., 1995).
Taksonomi
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dycotyledonae
Bangsa : Umbellales
Suku : Umbelliferae
Marga : Foeniculum
Jenis : Foeniculum vulgare Mill.
(Hutapea, 2001)

Kandungan kimia
Buah adas mengandung limonen, minyak lemak, stigmasterol, kamfena, limonen,
arginin, umbeliferona, gula, saponin, flavonoid, polifenol, anetol, fenkon, pinen, dipenten,
felandren, metilkavikol, anisaldehid dan asam anisat, limonen, estragol, terpinen, senyawa
kumarin berupa bergapten dan xantotoksin, ß-sitosterol, a-amirin, asam klorogenat, dan
kuersetin-3-O-ß-glukoronida (BPOM, 2004).

Kegunaan Secara Empiris dalam Usada


Adas digunakan untuk mengobati penis yang keluar nanah.
Cara Penggunaan
Untuk mengobati penis yang keluar nanah, daun pancarsona, daun bungli, adas, air tebu
hitam, kemudian dipipis untuk dibedak (Suwidja, 1991).

Efek Farmakologi
Efek Farmakologi Berdasarkan Hasil Penelitian Ilmiah Sesuai Khasiat Pada Usada
Rukmini Tatwa
Belum ditemukan kajian ilmiah mengenai efek farmakologi yang terdapat dalam
Usada Rukmini Tatwa.
Efek Farmakologi Berdasarkan Hasil Penelitian Ilmiah Lain
a.       Antibakteri
Minyak atsiri biji dan batang adas (masing-masing dengan konsentrasi 40 dan 80
mg/L dalam nikotinamid) secara in vitro dapat menghambat pertumbuhan bakteri gram
negatif (Escherichia coli, Serratia marcesence, Klebsiella pneumonia) dan gram
positif (Staphylococcus aureus). Minyak atsiri ini memiliki aktivitas antibakteri paling
maksimal terhadap Serratia marcesence (Parmana, 2010).
b.      Antiulcer
Pada penelitian yang dilakukan pada tikus Sprague Dawley yang sebelumnya
telah diinduksi dengan etanol, diketahui bahwa pemberian ektrak kering bagian aerial
adas memiliki efek sebagai antiulcer paling maksimal pada dosis oral sebesar 300
mg/kg bb. Efek penghambatan luka dalam lambung dari ekstrak pada dosis ini cukup
tinggi yaitu 68,2%, melebihi efek dari famotidin (dosis 20 mg/kg bb) yang hanya
sebesar 34%. Mekanisme adalah dengan menurunkan peroksidasi lipid dan
meningkatkan antioksidan nonenzimatik sehingga dapat meringankan luka lambung
yang diinduksi etanol. Kamampuan ini kemungkinan disebabkan oleh anetol
(Parmana, 2010).
c.       Kontrasepsi alami
Penelitian buah adas sebagai kontrasepsi alami dilakukan pada tikus betina
putih yang diberikan infus buah adas secara per oral (dosis infus setara dengan serbuk
73 mg/100 g bb) kemudian dikawinkan dengan tikus jantan. Dari hasil otopsi tikus
betina pada hari ke-19 setelah dikawinkan menunjukkan bahwa terjadi penurunan
persentase kehamilan (Parmana, 2010).
 
d.      Hepatoprotektor
Pada penelitian yang dilakukan pada tikus Sprague Dawley jantan yang
diinduksi dengan karbon tetraklorida diketahui bahwa minyak atsiri biji adas memiliki
aktivitas sebagai hepatoprotektor pada dosis 0,3 ml/kg bb yang diberikan secara
intraperitoneal sebanyak tiga kali seminggu selama tujuh minggu. Kandungan kimia
d-limonen dan ß-mirsen pada biji adas dapat mempengaruhi fungsi dari hati. ß-mirsen
dapat meningkatkan kadar dari apoprotein CYP2B1 dan CYP2B2 yang merupakan
subtipe dari P450, dimana P450 merupakan enzim yang dapat mengkatalisis
metabolisme oksidatif dari bahan kimia eksogen seperti obat-obatan, bahan yang
bersifat karsinogen dan senyawa-senyawa endogen seperti steroid dan prostaglandin.
Sedangkan d-limonen dapat meningkatkan konsentrasi glutathione (GSH) yang
merupakan antioksidan nonenzimatik pada hati (Parmana, 2010).
 e.       Antispasmodik
Pada penelitian klinis yang dilakukan pada wanita dengan umur 17-25 dan
belum menikah, diketahui bahwa minyak atsiri biji adas dengan dosis 2% v/v
mempunyai efikasi terhadap penurunan rasa nyeri sebesar 67,4%. Ini sebanding
dengan pemberian obat NSAID (Nonsteroidal anti-inflammatory drugs) yang biasa
digunakan untuk terapi nyeri. Rasa sakit yang terjadi pada saat haid terjadi karena
hiperkontraktilitas dari otot uterin Minyak atsiri biji adas dapat menurunkan motilitas
uterin yang diinduksi oleh oksitosin dan prostaglandin sehingga dapat menghilangkan
nyeri pada saat haid (Parmana, 2010).
f.       Antidiabetes
Pada penelitian yang dilakukan pada tikus albino diabetes yang diinduksi
dengan aloksan, diketahui bahwa ekstrak air biji adas memiliki aktivitas sebagai
antidiabetes pada dosis oral sebesar 300 mg/kg bb dengan mekanisme melindungi
pankreas dari bahaya radikal bebas yang disebabkan oleh aloksan (Parmana, 2010).
2.  Bangle
Nama Indonesia : Bengle
Nama Dagang Internasional : Cassumunar Ginger
Nama Latin : Zingiber purpureum Roxb
(Hutapea, 1993)
Nama Usada : Bangle (Depkes Provinsi Bali, 2008).
Taksonomi
Divisi : Spermatophyta
Sub Devisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Bangsa : Zingiberales
Suku : Zingiberaceae
Marga : Zingiber
Jenis : Zingiber purpureum Roxb.
(Hutapea, 1993)

Kandungan Kimia
Bangle memiliki berbagai kandungan kimia antara lain pada daunnya terdapat minyak
atsiri seperti sabinen (14,99%) ß-pinene (14,32%), karyopilen oksida (13,85%), pada rizom
bangle mengandung triquinacene,1,4-bis (methoxy) (26.47%), (Z)-ocimene (21.97%),
terpinen-4-ol (18.45%), ?-terpinene (3.86%), ß-phellandrene (3.49%) dan cis-sabinenehydrate
(3.00%) (Parmana, 2010).
Kegunaan Secara Empiris dalam Usada Rukmini Tatwa
Dalam Usada Rukmini Tatwa bangle digunakan sebagai singa sanggama untuk
menambah nikmat si perempuan dan untuk memperbesar penis (Depkes Provinsi Bali, 2008).
Cara Penggunaan
Untuk penggunaan sebagai singa sanggama, jahe pahit, kencur, temu ireng, bangle,
laos, temu pepet, temu buruh, daringo, dan masing-masing diambil tunasnya, merica 2 biji,
cengkeh 1 biji, semua dicampur dan dipipis ditambah air cungor yang kuning dipoleskan
pada kemaluan (Depkes Provinsi Bali, 2008).
Efek Farmakologi
 Efek Farmakologi Berdasarkan Hasil Penelitian Ilmiah Sesuai Khasiat Pada Usada
Kajian ilmiah mengenai efek farmakologi dalam usada belum ditemukan.
 Efek Farmakologi Berdasarkan Hasil Penelitian Ilmiah Lain
Anti Oksidan
Efek antioksidan bangle diteliti dengan menggunakan ekstrak etanol rimpang bangle
yang diambil dari beberapa tempat yang berbeda dengan uji DPPH (1,1-diphenyl-2-
picrylhydrazyl). Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa aktivitas antioksidan dari
(4)
bangle tersebut bervariasi dari 57,63% hingga 80,88% . Dalam penelitian lain
disebutkan bahwa rimpang bangle memiliki aktivitas anti oksidan dengan nilai IC50 =
1,0599 mg/ml (Parmana, 2010).

3. Bawang Putih
Nama Indonesia : Bawang putih (Hutapea, 1993).
Nama Usada : Kesuna, Bawang Putih, Bawang Pinge, Jasun
Pinge (Tengah dkk., 1995).
Taksonomi tanaman
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Bangsa : Liliales
Suku : Liliaceae
Marga : Allium
Jenis : Allium sativum L.
(Hutapea, 1993).
Kandungan kimia
Kandungan kimia pada umbi lapis bawang putih terdiri dari komponen sulfur (aliin,
alisin, ajoene, alilpropil disulfida, dialil trisulfida, salilsistein, vinilditines, S-
alilmerkaptosistein), komponen enzim (alinase, peroksidase, mirosinase), asam amino dan
glikosida (arginin), seta selenium, germanium, tellurium (Parmana, 2010).
Kegunaan Secara Empiris dalam Usada Rukmini Tatwa
Pada Usada Rukmini Tatwa umbi lapis bawang putih digunakan untuk mengobati
keputihan (Suwidja, 1991).
Cara Penggunaan
Untuk mengobati keputihan, bahan-bahan seperti daun jeruk linglang, kelapa, lungid,
majakane, ginten, merica 11 biji, dan bawang putih dicampur dan dibuat dalam bentuk jamu
(Suwidja, 1991).
Efek farmakologi
 Efek Farmakologi Berdasarkan Hasil Penelitian Ilmiah Sesuai Khasiat Pada Usada
Rukmini Tatwa
Belum ditemukan kajian ilmiah mengenai khasiat bawang putih yang sesuai dengan
Usada Rukmini Tatwa.
 Efek Farmakologi Berdasarkan Hasil Penelitian Ilmiah Lain
a. Antihiperlipidemia
Pemberian ekstrak air bawang putih 50 mg/100 mL secara per oral pada
marmut jantan selama tujuh hari menunjukkan aktivitas antihiperlipidemia melalui
mekanisme peningkatan kadar enzim lipase secara signifikan sebesar 9,165%.
Peningkatan kadar enzim lipase merupakan salah satu mekanisme kerja obat
antihiperlipidemik. Enzim lipase adalah enzim yang mengkatabolisme trigliserida
menjadi gliserol dan asam lemak, kemudian asam lemak akan dioksidasi menajdi
energi, air dan karbondioksida (Parmana, 2010).
Penelitian kemampuan bawang putih dalam menghambat sintesis kolesterol
dilakukan secara in vitro pada sel hepatoma tikus jantan galur Sparague-Dawley.
Kandungan kimia pada bawang putih yakni S-alil sistein (SAC) dengan dosis 0,61
mmol/L, S-etil sistein (SEC) dengan dosis 0,58 mmol/L dan S-propil sistein (SPC)
dengan dosis 0,72 mmol/L mampu menghambat sintesis kolesterol dengan
menghambat aktivitas enzim 3-hidroxy-3-methylglutaryl coenzim A (HMG-CoA)
reductase pada hati tikus. Diantara ketiga komponen tersebut, SAC merupakan
senyawa yang paling potensial dalam menghambat HMG-CoA reduktase (Parmana,
2010)
b. Antitrombosis
Pemberian bawang putih pada tikus jantan galur Sprague-Dawley
hiperlipidemia dengan dosis oral sebanyak 200 mg/kg bb selama empat minggu
menunjukkan aktivitas antitrombosis yang ditandai dengan perpanjangan
prothrombin time (PT) dan activated partial prothrombin time (APTT) serta
penurunan jumlah platelet secara signifikan (Parmana, 2010).
Ekstrak air bawang putih yang diberikan secara per oral pada mencit jantan
galur Swiss dengan dosis 100 mg/kg bb setiap hari selama 28 hari dapat
meningkatkan waktu pendarahan dan menghambat agregasi platelet secara
signifikan (Yulinah dkk., 2008).
c. Antiplatelet
Pemberian ekstrak air bawang putih dosis 100 mg/kg bb pada mencit jantan
galur swiss secara per oral setiap hari selama 28 hari menunjukkan bahwa terjadi
hambatan agregasi platelet secara signifikan (Yulinah dkk., 2008).
Pemberian aged garlic exktract (AGE) dengan dosis 4800 mg sampai 7200
mg per hari selama 44 minggu pada orang sehat dapat menurunkan adesi platelet
pada kolagen. Adesi platelet pada fibrinogen juga berkurang pada dosis 2400 mg.
Namun untuk adesi platelet pada factor Willenbrand hanya terjadi pada dosis 7200
mg per hari (Parmana, 2010).
d. Antibakteri
Uji aktivitas bawang putih secara in vitro sebagai antibakteri terhadap
Pseudomonas aeruginosa dan Klebsiella pneumoniae yang merupakan bakteri
penyebab infeksi nosokomial yang resisten terhadap antibiotik dilakukan dengan
menggunakan minyak bawang putih, dialil monosulfida dialil trisulfida (DAT) dan
DATS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa minyak bawang putih pada
konsentrasi 32 mg/L, DAT dan DATS pada konsetrasi 8 mg/L memiliki aktivitas
yang potensial untuk mencegah atau mengobati infeksi nosokomial yang
disebabkan oleh bakteri yang resisten tehadap antibiotik (Parmana, 2010)
e. Antivirus
Pemberian tepung bawang putih dosis 10 mg/kg bb pada ayam broiler secara
per oral selama delapan minggu menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kadar
antibodi ayam secara signifikan yang berperan penting dalam melawan virus
penyebab Newcastle Disease (ND) dan Infecious Bursal Disease (IBD) (Parmana,
2010)
f. Antijamur
Uji secara in vitro menunjukkan bahwa umbi lapis bawang putih dapat
melawan aktivitas beberapa jenis jamur Trichophyton, Microsporum, Aspergillus,
dan Candida dengan KHM (Konsentrasi Hambat Minimal) dari 500 sampai 2000
mcg/mL (Parmana, 2010).
g. Antioksidan
Pemberian minyak bawang putih dosis 5 mL/kg bb pada pada tikus albino
jantan yang telah diinduksi dengan NaNO2 (80 mg/kg bb) selama tiga bulan
menunjukkan bahwa minyak bawang putih merupakan agen antioksidan yang kuat
dalam melindungi hati dan ginjal dari kerusakan karena induksi bahan kimia
(NaNO2). Hal ini terlihat dengan peningkatan kadar glutation peroksidase (GSH)
dan katalase yang merupakan enzim yang berperan sebagai antioksidan (Parmana,
2010).

4. Cabe Jawa
Nama Indonesia : Cabe Jawa
Nama Usada : Tabia Bun (Suwidja, 1991).
(Hutapea, 1993).
Taksonomi
Divisi : Spermatophyta
Sub Devisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Piperales
Suku : Piperaceae
Marga : Piper
Jenis : Piper retrofractum Vahl.
(Hutapea, 1993).

Kandungan Kimia
Senyawa kimia yang terkandung dalam cabe jawa antara lain asam amino bebas,
damar, minyak atsiri, beberapa jenis alkaloid seperti piperin, piperidin, piperatin,
piperlonguminin, ß-sitosterol, sylvatin, guineensin, piperlongumin, filfilin, sitosterol, methyl
piperate, n-oktanol, linalool, terpinil asetat, sitronelil asetat, sitral, saponin, polifenol, dan
resin (kavisin) (Anonim. 1978).

Kegunaan Secara Empiris Dalam Usada Rukmini Tatwa


Dalam Usada Rukmini Tatwa cabe jawa digunakan untuk mengatasi penyakit-penyakit
yang biasanya timbul pada organ genital wanita seperti keputihan, keluar darah, dan longgar
atau lemah otot (Suwidja, 1991).
Cara Penggunaan
Untuk mengatasi penyakit-penyakit pada organ genital wanita, akar cabe jawa, kulit
jambu sotong, minyak lenga, minyak susu sapi dipipis halus lalu ditempelkan pada organ
genital wanita (Suwidja, 1991).

Efek Farmakologi
 Efek Farmakologi Menurut Usada Rukmini Tatwa
Cabe jawa memiliki efek sebagai afrodisiak, selain itu cabe jawa juga diketahui
memiliki efek stimulan terhadap sel-sel syaraf sehingga mampu meningkatkan stamina
tubuh. Cabe jawa digunakan sebagai afrodisiak karena mempunyai efek androgenik,
peningkatan kekuatan fisik, dan sebagai antivirus. Dari satu studi uji klinik cabe jawa
sebagai fitofarmaka androgenik pada pria hipogonad didapatkan hasil bahwa cabe jawa
dapat meningkatkan kadar testosteron darah pada 7 dari 9 pria hipogonad (78%), ekstrak
cabe jawa dosis 100 mg/hari tidak dapat menurunkan kadar FSH dan LH pada pria
hipogonad, pemakaian ekstrak cabe jawa tidak berpengaruh terhadap PSA (Prostate-
Specific Antigen) dan berat badan pria hipogonad, ekstrak cabe jawa dosis 100 mg/hari
bersifat androgenik lemah dan dapat meningkatkan frekwensi koitus pria hipogonad serta
bersifat aman (Moeloek dkk., 2009).

 Efek Farmakologi yang lain


1. Analgesik
Telah dilakukan pengujian aktivitas analgesik fraksi alkaloid buah cabe jawa (Piper
retrofractum Vahl.) pada mencit putih jantan dari galur Swiss Webster. Pada pengujian
ini digunakan asam asetat 0,7% sebagai penginduksi rasa nyeri yang diberikan secara
intraperitoneal. Fraksi alkaloid diberikan secara peroral dengan dosis 3, 6, dan 12 mg/kg
bb mencit. Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa fraksi alkaloid buah cabe jawa (Piper
retrofractum Vahl.) pada dosis 3, 6, dan 12 mg/kg bb memberikan efek analgesik yang
bermakna dibandingkan dengan kontrol. Fraksi alkaloid buah cabe jawa pada dosis12
mg/kg bb mempunyai daya proteksi (52,50%) yang lebih besar dibandingkan dengan daya
proteksi asam asetilsalisilat pada dosis 65 mg/kg bb (46,08%). Fraksi alkaloid pada dosis
12 mg/kg bb mempunyai efek analgesik yang lebih kuat daripada asam asetilsalisilat pada
dosis 65 mg/kg bb karena nilai persentase efektivitas analgesik fraksi tersebut (112,78%)
lebih besar dari 100% (Febrina dan Subarnas, 2010).
2. Anti Bakteri
Aktifitas anti bakteri cabe jawa telah diuji pada beberapa spesies bakteri gram negatif
maupun gram positif dengan metode difusi cakram. Konsentrasi ekstrak etanol cabe jawa
yang digunakan adalah 40 µg. Ekstrak karbontetraklorida cabe jawa tersebut diujikan
terhadap berbagai macam spesies bakteri antara lain Staphylococcuc albus, Salmonella
typhi, Pseudomonas aeruginosa, Escherichia coli, dan Bacillus megaterium. Dari semua
bakteri yang diujikan, ekstrak karbontetraklorida cabe jawa mampu menghambat
pertumbuhan Staphylococcuc albus, Pseudomonas aeruginosa, Escherichia coli, dan
Bacillus megaterium dengan zona hambat sebesar 5-9 mm (Khan dan Mustafa, 2007).
3. Tonikum
Salah satu khasiat dari buah cabe jawa adalah dapat digunakan sebagai tonikum. Tonikum
adalah istilah yang digunakan untuk golongan obat-obatan yang dipercaya mempunyai
khasiat untuk mengembalikan tonus normal pada jaringan. Ekstrak etanol buah cabe jawa
dengan dosis 0,026 g/Kg BB mempunyai efek tonik pada mencit putih jantan. Efek tonik
yang dihasilkan ekstrak etanol dengan dosis 0,026 g/Kg BB sebanding dengan efek tonik
yang dihasilkan oleh kafein dengan dosis 100 mg/ Kg BB sebagai kontrol positif
(Shofiah, 2008).

5. Jambu Biji
Nama Indonesia : Jambu biji (Hutapea, 1993).
Nama Usada : Sotong bali, Sotong (Sukersa, 1995).
Taksonomi
Divisi : Spermatophyta
Sub Devisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Myrtales
Suku : Myrtaceae
Marga : Psidium
Jenis : Psidium guajava Linn.
(Hutapea, 1993).
Kandungan Kimia
Daun dan batang jambu biji mengandung saponin, flavonoid dan tanin, di samping itu
daunnya juga mengandung minyak atsiri, resin, tanin, mallic acid, selulosa dan minyak atsiri
seperti a-pinene, ß-pinene, limonene, menthol, terpenyl acetate, isopropyl alcohol,
longicyclene, caryophyllene, ß-bisabolene, caryophyllene oxide, ß-copanene, farnesene,
humulene, selinene, cardinene dan curcumene. Buahnya terdapat kandungan vitamin C,
vitamin A, zat besi, kalsium, fosfor, saponin yang tergabung dalam asam oleanolik, morin-3-
O-a-L-lyxopyranoside and morin-3-O-a-L-arabopyranoside, flavonoid, guaijavarin dan
kuersetin. Dalam buah jambu biji terdapat pula kandungan senyawa kimia seperti hexanal
(65,9%), (E)-2-hexenal (7,4%), (E,E)-2,4-hexadienal (2,2%), (Z)-3-hexenal (2%), (Z)-2-
hexenal (1%), (Z)-3-hexenyl acetate (1,3%) dan fenol (1,6%), sedangkan ß-caryophyllene
(24,1%), nerolidol (17,3%), 3-phenylpropyl acetate (5,3%) dan caryophyllene oxide (5,1%)
merupakan konsituen minyak atsiri yang paling besar. Pada kulit buah jambu biji terdapat
kandungan asam askorbat, kemudian pada (Parmana, 2010).

Kegunaan secara Empiris Berdasarkan Usada Rukmini Tatwa


Dalam Usada Rukmini Tatwa jambu sotong digunakan untuk menimbulkan rasa gairah
(libido) dan kenikmatan pada pria dan wanita saat melakukan hubungan seksual (Sukersa,
1995).

Cara Penggunaan
Beberapa campuran bahan selain jambu sotong seperti akar cabe jawa, minyak lenga,
minyak susu sapi, kemudian dipipis halus setelah itu ditempelkan disekitar organ genitalia
laki-laki (Sukersa, 1995).

Efek Farmakologis
 Efek Farmakologi Berdasarkan Hasil Penelitian Ilmiah Sesuai Khasiat Pada Usada
Belum ditemukan kajian ilmiah mengenai efek jambu sotong dalam meningkatkan
gairah seks.
 Efek Farmakologi Berdasarkan Hasil Penelitian Ilmiah Lain
1. Anti Hipertensi
Telah dilakukan uji untuk anti hipertensi ekstrak etanol jambu biji yang diberikan
pada Spontaneous Hypertensive Rats (SHR), dengan dosis 0,5g/kg BB/hari, 1 g/kg
BB/hari dan 2 g/kg BB/ hari selama 28 hari. Hasil penelitian tersebut menunjukkan
bahwa pada dosis 0,5g/kg BB/hari dapat menurunkan tekanan darah akhir dari 231
menjadi 179 mmHg, dan pada grup dosis tinggi dengan dosis 2 g/kg BB/hari dapat
menurunkan tekanan darah akhir dari 246 menjadi 169mmHg. Hasil tersebut secara
signifikan lebih rendah dibandingkan dengan grup kontrol (241-223 mmHg) dari awal
hingga akhir percobaan. Kandungan polifenol dalam jambu biji dapat mencegah
hipertropi pada jantung dan mencegah produksi spesies oksigen reaktif. Dengan
demikian dapat dikatakan jambu biji memiliki efek anti hipertensi (Parmana, 2010).
2. Anti Hiperglikemik
Ekstrak air kulit buah jambu biji memiliki efek sebagai penurun kadar gula darah,
efek tersebut diuji pada tikus galur Wistar albino yang normal dan yang diinduksi
diabetes dengan streptozosin. Uji tersebut dibagi ke dalam 3 kelompok, kelompok
pertama pada tikus normal, kelompok ke-2 pada tikus dengan diabetes ringan, dan
pada tikus dengan diabetes berat. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
dengan dosis 400 mg/kg efektif untuk menurunkan kadar gula darah pada tikus
normal sebesar 21,2% dan 26,9% pada kelompok tikus dengan diabetes ringan setelah
3 jam pemberian glukosa selama Tes Toleransi Glukosa. Sedangkan pada tikus uji
dengan diabetes yang lebih berat terjadi penurunan kadar glukosa darah puasa
maksimum sebesar 20,8% dan 17,5% untuk kadar gula darah setelah makan, serta
diperoleh penurunan 50% kadar gula pada urin yang di uji dengan dosis yang sama
(Parmana, 2010).
3. Anti Inflamasi
Inflamasi merupakan suatu respon jaringan pada tubuh terhadap cedera dan
infeksi. Daun jambu biji (Psidium guajava Linn.) secara empiris berfungsi sebagai
antiinflamasi. Efek antiinflamasi pada jambu biji telah diuji pada tikus putih jantan
galur Wistar yang diinduksi karagenan 1%. Dosis yang diberikan pada hewan uji
dibagi menjadi 3 dosis yang berbeda yaitu 0,388g/kgBB, 0,775g/kgBB dan
1,551g/kgBB, semua perlakuan tersebut diberikan peroral. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun jambu biji mempunyai efek antiinflamasi
pada dosis 0,775g/kgBB dengan persen daya antiinflamasi sebesar 47,18% dan pada
dosis 1,551g/kgBB memiliki persen daya antiinflamasi sebesar 62,55% (Parmana,
2010).
4. Anti Bakteri
Efek anti bakteri jambu biji telah diuji pada isolat klinikal bakteri Stapylococcus
aureus yang mengalami multidrug resistent. Konsentrasi hambat minimum dari
ekstrak metanolik dan ekstrak air jambu biji masing-masing sebesar 625 ug/ml dan
7,5 mg/ml. Sedangkan konsentrasi bakterisida minimum pada ekstrak metanolik dan
ekstrak air jambu biji berturut-turut 1,25 mg/ml dan 12,5 mg/ml. Ekstrak metanolik
pada konsentrasi bakterisida minimum menghambat pertumbuhan bakteri uji sebesar
80% (Parmana, 2010).
5. Anti Diare
Telah diuji aktivitas antibakteri (penyebab diare) ekstrak etanol daun jambu biji
daging buah putih dan jambu biji daging buah merah (Psidium guajava L.,
Myrtaceae) terhadap bakteri Escherichia coli, Shigella dysenteriae, Shigella flexneri,
dan Salmonella typhi dan uji antidiare dengan metode proteksi terhadap diare
imbasan-minyak jarak dan metode transit intestinal pada mencit. Ekstrak etanol daun
jambu biji daging buah putih memiliki kemampuan hambat bakteri yang lebih besar
daripada jambu biji daging buah merah (KHM terhadap Escherichia coli (60 mg/ml vs
>100 mg/ml), Shigella dysenteriae (30 mg/ml vs 70 mg/ml), Shigella flexneri (40
mg/ml vs 60 mg/ml), dan Salmonella typhi (40 mg/ml vs 60 mg/ml).
Tidak terdapat perbedaan bermakna pada konsistensi feses, berat total feses,
waktu munculnya diare, lamanya diare, dan kecepatan transit usus untuk kedua
ekstrak uji dibandingkan dengan kelompok kontrol. Frekuensi defekasi mencit yang
diberi ekstrak etanol daun jambu biji daging buah putih 150 mg/kg bb pada menit ke
180-240 menunjukkan perbedaan bermakna dibanding kelompok kontrol (p<0,05)
(Parmana, 2010).

6. Dringo
Nama Indonesia : Dringo (Hutapea, 1993).
Nama Usada : Jangu, Jahangu, Daringo (Tengah dkk., 1995).
Taksonomi tanaman
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Bangsa : Arales
Suku : Araceae
Marga : Acorus
Jenis : Acorus calamus L.
(Hutapea, 1993).
Kandungan kimia
Rimpang dan daun dringo mengandung saponin dan flavonoid, di samping itu
rimpang dringo mengandung minyak atsiri (Hutapea, 1993).

Kegunaan Secara Empiris dalam Usada Rukmini Tatwa


Rimpang dringo digunakan untuk mengobati jerawat dan penyakit lain pada wajah
(Depkes Provinsi Bali, 2000).

Cara Penggunaan
Untuk mengobati jerawat dan penyakit lain pada wajah, rimpang dringo ditambahkan
dengan atal, dan cabe jawa, dengan jumlah sama banyak kemudian dipipis dan diisi air
hangat untuk membedaki wajah (Depkes Provinsi Bali, 2000).

Efek Farmakologi
 Efek Farmakologi Berdasarkan Hasil Penelitian Ilmiah Sesuai Khasiat Pada Usada
Rupini Tatwa
Belum ditemukan kajian ilmiah mengenai efek farmakologi dringo yang
berkaitan dengan penggunaan Usada Rukmini Tatwa.
 Efek Farmakologi Berdasarkan Hasil Penelitian Imliah Lain
1. Antibakteri
Ekstrak etil asetat dari rimpang dan daun dringo menunjukkan aktivitas
antibakteri terhadap bakteri Escherichia coli. Kandungan yang memiliki aktivitas
sebagai antibakteri adalah a-asarone dan ß-asarone dari rimpang dan daun dringo
(Parmana, 2010).
2. Antijamur
Kandungan yang memiliki aktivitas sebagai antijamur adalah a-asarone dan ß-
asarone dari rimpang dan daun dringo yang memiliki aktivitas sebagai antibakteri
(Parmana, 2010).
3. Hepatoprotektor
Pada penelitian yang dilakukan pada tikus Wistar albino jantan yang
diinduksi dengan parasetamol, diketahui bahwa ekstrak etanol bagian aerial dringo
memiliki aktivitas sebagai hepatoprotektor pada dosis 500 mg/kg berat badan yang
diberikan secara oral. Induksi dari parasetamol dapat menyebabkan kerusakan pada
enzim-enzim yang terdapat dihati. Pemberian ekstrak dringo akan mencegah
kerusakan enzim ini melalui aktivitas stabilisasi membran yang dimiliki oleh dringo.
Hal ini ditunjukkan dengan kadar serum enzim transaminase yang kembali normal,
adanya perbaikan pada parenkim hati dan terjadinya regenerasi dari sel-sel hati
(Parmana, 2010).
4. Nefroprotektor
Pada penelitian yang dilakukan pada Tikus Wistar albino jantan yang
diinduksi dengan parasetamol, diketahui bahwa ekstrak etanol bagian aerial dringo
memiliki aktivitas sebagai antioksidan pada dosis 500 mg/kg berat badan yang
diberikan secara oral. Pemberian ekstrak etanol bagian aerial dringo dapat
menurunkan kadar serum urea dan kreatinin secara signifikan (Parmana, 2010).

7. Jahe
Nama Indonesia : Jahe (Hutapea, 1993).
Nama Usada : Jae (Suwidja,1991)
Taksonomi
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Bangsa : Zingiberales
Suku : Zingiberaceae
Marga : Zingiber
Jenis : Zingiber officinale L.
(Hutapea, 1993).

Kandungan Kimia
Rimpang jahe mengandung flavonoida, polifenol dan minyak atsiri. Minyak atsiri pada
rimpang jahe mengandung ß-bisabolen dan zingiberen sebagai komponen mayor,
seskuiterpen (zingiberol, zingiberenol, arkurkumin, ß-seskuifelandren, ß-seskuifelandrol (cis
dan trans)), beberapa monoterpen hidrokarbon, alkohol dan aldehid (felandren, kamper,
geraniol, neral, linalool, dan d-nerol) (Parmana, 2010).
Kegunaan secara Empiris dalam Usada Rukmini Tatwa
Di dalam Usada Rukmini Tatwa, jahe digunakan sebagai salah satu bahan ramuan
untuk memperbesar penis dan menambah gairah pada pasangan suami dan istri (Suwidja,
1991).

Cara Penggunaan
Jika digunakan untuk menambah gairah pasangan suami istri, jahe, inggu, merica, bunga
teratai, kulit pohon kepundung putih, kayu manis, bunga sidawayah, palaraja, kamaloka,
klapu, aha, beras, kuncup bunga delima, bunga pisang, panggal buaya, semuanya digoreng
dengan menggunakan minyak kelapa. Setelah digoreng campuran bahan tersebut ditempatkan
dalam kelopak jantung pisang, setelah halus dimasukkan ke dalam liang kemaluan (Suwidja,
1991).

Efek Farmakologis
 Efek Farmakologi Berdasarkan Hasil Penelitian Ilmiah Sesuai Khasiat Pada Usada
Rukmini Tatwa
Efek farmakologi jahe dalam Usada Rukmini Tatwa adalah sebagai penambah
gairah, namun kajian ilmiah mengenai hal tersebut belum ditemukan atau belum diteliti.
 Efek Farmakologi Berdasarkan Hasil Penelitian Ilmiah Lain
a. Antischistosoma
Pemberian jahe dosis 1200 mg/kg berat badan selama 10 hari pada mencit betina
dapat memberikan efek antischistosoma. Jahe berfungsi sebagai antischistosoma dengan
menghambat reproduksi dari cacing (Schistosoma mansoni) sehingga cacing tidak dapat
berkembangbiak. Selain itu, efek antischistosoma dapat dilihat dari penurunan ukuran
granuloma, karena terbentuknya granuloma hepatik disebabkan oleh tertimbunnya telur
cacing dan keberadaan cacing beserta toksinnya sehingga dengan terjadinya penurunan
granuloma dapat dikatakan bahwa terjadi penurunan pada jumlah cacing (Parmana,
2010).
b. Antiinflamasi
Pada penelitian klinis yang dilakukan pada 120 pasien osteoarthritis yang
mengkonsumsi jahe dosis 30 mg setiap hari selama satu bulan, jahe dilaporkan dapat
memberikan efek antiinflamasi. Jahe berfungsi sebagai antiinflamasi karena jahe
mengandung senyawa antiinflamasi seperti gingerol, sogaol, diarilheptanoid dan
dialdehid diterpen yang dapat menghambat pembentukan prostaglandin yang merupakan
agen pemicu terjadinya inflamasi (Parmana, 2010).
c. Antibakteri
Efek antibakteri ditunjukkan oleh ekstrak etanol rimpang jahe kadar 200 µg terhadap
bakteri gram negatif Pseudomonas aeruginosa, Morganella morganii, Providencia
specie, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Proteus mirabilis dan Proteus vulgaris,
dimana rimpang jahe paling berpotensi sebagai antibakteri pada bakteri Escherichia coli
(Parmana, 2010)
d. Antiulcer
Pada penelitian yang dilakukan pada tikus dilaporkan bahwa ekstrak etanol rimpang
jahe memiliki efek antiulcer paling efektif pada dosis 100 mg/kg berat badan. Walaupun
mekanisme antiulcer dari jahe masih belum jelas, namun diduga jahe dapat memiliki
efek antiulcer karena kandungan kimia dalam jahe dapat menghambat sekresi pepsin dan
asam lambung (Parmana, 2010).
e. Antimuntah
Pada penelitian yang dilakukan pada pasien yang akan mengalami pembedahan
dilaporkan bahwa serbuk jahe memiliki efek antimuntah pada dosis 1 g yang diberikan 1
jam sebelum dilakukan pembedahan. Jahe memiliki efek antimuntah karena jahe dapat
meningkatkan motilitas lambung yang mampu menetralisir racun dan asam lambung
sehingga mencegah terjadinya muntah (Parmana, 2010).
f. Antioksidan
Pada penelitian yang dilakukan pada tikus albino dilaporkan bahwa ekstrak etanol
rimpang jahe memiliki efek antioksidan dan antiedema pada dosis 100 mg/kg berat
badan yang diberikan secara per oral satu kali sehari selama 30 hari. Kemungkinan
kandungan gingerol, sogaol, senyawa keton dan senyawa fenol pada jahe dapat
menghambat radikal bebas sehingga secara tidak langsung dapat melindungi ginjal dari
serangan radikal bebas (Parmana, 2010)
g. Antidiabetes
Pada penelitian yang dilakukan pada tikus dilaporkan bahwa ekstrak rimpang jahe
memiliki efek antidiabetes pada dosis 500 mg/kg berat badan yang diberikan selama 7
minggu. Dari hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa ekstrak jahe mampu
menurunkan kadar gula, kolesterol dan triasilgliserol serum darah. Di samping itu, juga
mampu mengurangi proteinura yang dapat menyebabkan diabetic nepropathy, sebab
penurunan proteinura akan diikuti dengan penurunan jumlah air yang dikonsumsi dan
yang dikeluarkan tikus sehingga dapat mencegah terjadinya diabetic nepropathy
(Parmana, 2010)

8. Jeruk Nipis
Nama Indonesia : Jeruk Nipis (Hutapea, 2001).
Nama Usada : Lemo
Taksonomi
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dycotyledonae
Bangsa : Rutales
Suku : Rutaceae
Marga : Citrus
Jenis : Citrus aurantifolia Swingle
(Hutapea, 2001).
Kandungan kimia
Jeruk nipis Citrus aurantiifolia Swingle mengandung asam sitrat, asam amino
(triptofan, lisin), minyak atsiri (sitral, limonen, felandren, lemon kamfer, kadinen, gerani-
lasetat, linali-lasetat, aktilaldehid, nonildehid), damar, glikosida, asam sitrun, lemak, kalsium,
fosfor, besi, belerang, vitamin B1 dan C. Selain itu, jeruk nipis juga mengandung senyawa
saponin dan flavonoid yaitu hesperidin (hesperetin 7-rutinosida), tangeretin, naringin,
eriocitrin, eriocitrocide (Tengah dkk., 1995).

Kegunaan Secara Empiris dalam Usada Rukmini Tatwa


Air buah jeruk nipis digunakan untuk mengobati jerawat dan penyakit lain pada kulit
wajah (Suwidja, 1991).

Cara Penggunaan
Untuk mengobati jerawat digunakan bahan-bahan seperti jangu, atal, cabe jawa, dengan
bagian sama banyak, dipipis, kemudian diisi air hangat. Setelah itu dioleskan wajah (Suwidja,
1991).
Efek Farmakologi
 Efek Farmakologi Berdasarkan Hasil Penelitian Ilmiah Sesuai Khasiat Pada Usada
Rukmini Tatwa
Belum ditemukan kajian ilmiah mengenai efek farmakologi yang sesuai dengan
Usada Rukmini Tatwa.

 Efek Farmakologi Berdasarkan Hasil Penelitian Ilmiah Lain


a. Pengobatan batu ginjal
Sebanyak dua buah jeruk nipis yang diambil airnya sebanyak 40 ml dan diencerkan
dalam 2 gelas air diberikan secara per oral selama 10 hari kepada pasien yang menderita
batu ginjal yang telah menjalani operasi pengangkatan batu ginjal. Pemberian air perasan
jeruk nipis selama sepuluh hari dapat meningkatkan volume urin, pH urin, total sitrat,
total kalium dan penurunan rasio kalsium terhadap sitrat dalam urin. Keadaan ini yang
menunjukkan bahwa dengan mengkonsumsi air perasan jeruk nipis dapat mengurangi
risiko kekambuhan penyakit batu ginjal (Parmana, 2010).
b. Antijamur
Penelitian antijamur secara in vitro dilakukan dengan berbagai ekstrak jeruk nipis.
Ekstrak pertama adalah serbuk (epa-ijebu) yang dilarutkan dalam lima pelarut berbeda,
yakni air suling, etanol 75%, palm wine, Seamann’s Schapps® yang mengandung
alkohol 40%, dan air hasil fermentasi tepung jagung selama tiga hari (omi gumi). Ekstrak
kedua merupakan hasil perasan dari buah jeruk nipis utuh. Sedangkan ekstrak ketiga
berupa minyak dari buah jeruk nipis utuh (50% v/v metanol). Minyak jeruk nipis dapat
melawan fungi dengan zona hambat sebesar 40 mm Candida albicans untuk dan 48 mm
untuk Aspergilus niger. Eksrak yang lain tidak mampu menhambat pertumbuhan
Aspergilus niger, namun mampu menghambat pertumbuhan Candida albicans (Parmana,
2010).
c. Antihistamin
Penelitian aktivitas antihistamin ini dilakukan dengan menggunakan trakea marmut
yang diinduksi histamin. Uji farmakodinamik pendahuluan ternyata menunjukkan bahwa
ekstrak kulit buah Citrus aurantifolia Swingle dapat menghambat efek kontraksi trakea
marmot terisolasi yang diinduksi histamin secara in vitro. Ekstrak kulit buah jeruk nipis
sebesar 0,90 mg, 4,50 mg, 9,00 mg mampu menghambat kontraksi trakea berturut-turut
sebesar 28,61%, 37,60% dan 43,99%. Kemungkinan mekanismenya adalah antagonis
yang terkandung di dalam kulit buah Citrus aurantifolia Swingle dan agonis (histamin)
berikatan dengan reseptor yang sama, sehingga terjadi antagonisme kompetitif
(Parmana, 2010).

9. Kelor
Nama Indonesia : Kelor
Nama Usada : Kelor
Taksonomi
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Brassicales
Suku : Moringaceae
Marga : Moringa
Jenis : Moringa oleifera Lam.
(Hutapea, 1993).
Kandungan Kimia
Akar, daun dan kulit batang kelor mengandung saponin dan polifenol. Disamping itu
kulit batangnya juga mengandung alkaloid dan daunnya juga mengandung minyak atsiri.
Akar kelor juga mengandung alkaloid, tanin 5,8%, flavonoid, moringin, moringenin, gom,
dan pterigospermin (Anonim, 1989).

Kegunaan secara Empiris Berdasarkan Usada Rukmini Tatwa


Di dalam Usada Rukmini Tatwa, akar kelor digunakan untuk menambah rasa dan
gairah bagi perempuan (Sukersa, 1995).

Cara Penggunaan
Akar kelor, akar cung manuk, dan merica dipipis, kemudian dioleskan pada penis
(Sukersa, 1995).
Efek farmakologi
Efek Farmakologi Berdasarkan Hasil Penelitian Ilmiah Sesuai Khasiat Pada Usada
Belum ditemukan kajian ilmiah mengenai efek farmakologi yang sesuai dengan
Usada Rukmini Tatwa.
Efek Farmakologi Berdasarkan Hasil Penelitian Ilmiah Lain
a. Antijamur
Uji aktivitas antijamur juga dilakukan pada minyak atsiri daun kelor dan ekstrak
kasar biji kelor. Dari hasil penelitian diketahui bahwa minyak atsiri maupun ekstrak kasar
biji kelor mempunyai aktivitas antijamur pada Trichophyton rubrum, Trichophyton
mentagrophytes, Epidermophyton Xoccosum, dan Microsporum canis. Nilai konsentrasi
hambat minimum (KHM) minyak atsiri dan ekstrak kasar biji kelor ternyata jauh lebih
kecil daripada nilai KHM ketoconazole yang digunakan sebagai standar, namun jika
digunakan dalam pengobatan tentunya lebih aman dibandingkan pengobatan dengan
ketoconazole. Ekstrak biji kelor menyebabkan membran sitoplasma dari sel fungi menjadi
pecah dan komponen intraseluler mengalami kerusakan yang serius. Hal ini
mengindikasikan komponen ekstrak berinteraksi dengan lapisan lipid (lipid bilayer) pada
membran yang kemudian menyebabkan sel menjadi membesar dan kemudian mati
(Parmana, 2010).
b. Anticacing
Hasil penelitian yang membandingkan aktivitas anticacing antara daun kelor dengan
akar vitex negundo menunjukkan bahwa daun kelor mempunyai aktivitas anticacing yang
lebih baik daripada akar vitex negundo. Dengan konsentrasi ekstrak daun kelor sebesar
25-100 mg/kg dapat menyebabkan paralisis pada cacing dalam waktu 6-15 menit dan
dapat membunuh cacing dalam waktu 64 menit. Waktu yang diperlukan ekstrak daun
kelor dalam membunuh cacing ternyata sebanding dengan waktu yang diperlukan
piperazine sitrat yang digunakan sebagai standar (Parmana, 2010)
c. Antiasma
Dengan mengkonsumsi sebanyak 3 gram biji kelor dapat mengobati gejala asma,
hal ini telah dibuktikan pada 20 pasien pada pria dan wanita yang menderita asma.
Setelah diberikan 3 gram tepung biji kelor selama 3 minggu terjadi penurunan gejala
asma bronkitis yaitu dyspnea (sesak nafas), dada sesak, dan batuk secara signifikan, serta
terjadi peningkatan fungsi dari aktivitas paru-paru (Parmana, 2010).
d. Antipiretik dan analgesik
Daun kelor biasa digunakan secara tradisional dalam pengobatan beberapa penyakit
ringan yang berhubungan dengan rasa sakit dan antipiretik. Hasil penelitian pada hewan
dengan pemberian ekstrak biji kelor sebanyak 100, 200, dan 300 mg/kg menunjukkan
aktivitas antipiretik yang signifikan, dimana aktivitas antipiretiknya sebanding dengan
150 mg/kg paracetamol sebagai standar (Parmana, 2010).
Penelitian lain yang menguji aktivitas analgesik biji kelor dalam ekstrak alkohol (30
mg/kg) dan beberapa fraksinya yaitu fraksi petroleum ether (100 mg/kg), fraksi ethyl
acetat (300 mg/kg), fraksi diethyl ether (300 mg/kg), dan fraksi n-butanol (300 mg/kg)
menunjukkan hasil yang positif, dimana aktivitas analgesiknya sebanding dengan 25
mg/kg aspirin yang digunakan sebagai standar (Parmana, 2010).
e. Antikonvulsi
Fraksi alkaloid akar kelor dengan dosis 7 mg/kg berat badan bersifat sebagai sedatif,
dan memiliki potensi sebagai antikonvulsi yang ringan terhadap kejang yang ditimbulkan
oleh electroshock sebesar 50 mA selama 0,2 detik, dibandingkan dengan fenobarbital
yang digunakan sebagai standar (Parmana, 2010).

10. Kencur
Nama Usada : Kencur (Suwidja, 1991).
Nama Dagang Internasional : East Indian galanggale (Rahayu, 2010).
Nama Indonesia : Kencur (Rahayu, 2010).
Nama Latin : Kaempferia galangal (Rahayu, 2010).

Taksonomi
Divisi : Spermatophyta
Sub Devisi : Angiospermae
Kelas : Liliopsida
Bangsa : Zingiberales
Suku : Zingiberaceae
Marga : Kaempferia
Jenis : Kaempferia galanga Linn.
(Rahayu, 2010).
Kandungan Kimia
Kandungan kimia kencur paling banyak terdapat dalam rimpangnya. Rimpang
kencur memiliki berbagai macam kandungan kimia antara lain pati (4,14 %), mineral
(13,73%), minyak atsiri seperti sineol, asam metil kanil dan penta dekaan, asam sinamat,
etil ester, borneol, kamphene, paraeumarin, asam anisat, alkaloid dan gom (Aroonrerk et
all, 2009). Disamping itu rimpang kencur juga mengandung saponin, flavonoid, dan
senyawa-senyawa fenol (Rahayu, 2010).

Kegunaan secara Empiris dalam Usada Rukmini Tatwa


Kencur digunakan sebagai penambah gairah seks dan untuk memperbesar penis
(Suwidja, 1991).
Cara Penggunaan
Jahe pahit, kencur, bangle, temnu ireng, lawos, temu kunci, temu buruh, temu lawak,
daringo, semuanya ini diambil tunasnya, ditambah lagi merica 3 biji, kembang cengkeh 3
biji, semuanya dicampur, dipipis halus ditambah cungor yang matang, kemudian
dioleskan pada kemaluan, dirasakan lebih nikmat oleh perempuan (Suwidja, 1991).

Efek Farmakologi
 Efek Farmakologi Menurut Usada
Belum ditemukan.

 Efek Farmakologi lain


1. Anti Inflamasi
Inflamasi yang terjadi pada jaringan di mulut difasilitasi oleh ekspresi sitokenin
inflamasi seperti IL-1ß yang merupakan mediator kunci dari berbagai fenomena
imunologikal dan inflamatori. IL-1ß dapat menstimulasi ekspresi IL-6 dan
prostalglandin E2 (PGE2) dari gingival fibroblast manusia. Inhibisi dari pelepasan
mediator ini merupakan suatu strategi potensial untuk mengontrol inflamasi. Efek anti
inflamasi rimpang kencur telah diteliti, dimana ekstrak kencur mampu menghambat
produksi IL-6 dengan nilai IC50 sebesar 0,04 ± 0,01 µg/ml. Dalam penelitian lain
menyebutkan bahwa minyak atsiri kencur berpengaruh terhadap jumlah makrofag
yang memfagosit dari 100 sel makrofag, indeks fagositosis dan sintesis PGE2 secara
signifikan (p<0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa minyak atsiri kencur
mernpunyai efek antiinflamasi (Haniastuti dkk., 2002).
2. Anti Jamur
Aktivitas kencur dalam penggunaannya sebagai anti jamur atau anti bakteri
diteliti dengan menggunakan metode assay mikrobiologi dengan clotrimazole sebagai
standar. Komponen kencur yang berfungsi sebagai anti mikroba dan anti fungi adalah
minyak atsiri (Tewtrakul, 2005)

11. Kunir
Nama Usada : Kunir
Nama Indonesia : Kunir

Taksonomi
Divisi : Spermatophyta
Sub Devisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Bangsa : Zingiberales
Suku : Zingiberaceae
Marga : Curcuma
Jenis : Curcuma longa L.

Kandungan Kimia
Kunir mengandung berbagai senyawa kimia antara lain flavonoid kurkumin
(diferuloylmethana) dan berbagai jenis minyak atsiri seperti tumeron, atlanton, dan
zingiberon. Kandungan kimia yang lain meliputi gula, protein, dan resin. Senyawa aktif
yang telah diteliti secara mendalam adalah kurkumin dengan kandungan sebesar 0,3-
5,4% dari kunir segar (Anonim, 1978).

Kegunaan Dalam Usada Rukmini Tatwa


Dalam Usada Rukmini Tatwa, kunir bermanfaat untuk menyehatkan sperma.

Cara Penggunaan
Untuk meningkatkan kualitas sel sperma, kuning telur ayam hitam, induk rimpang
Kunir, ginten hitam dan madu dicampur, kemudian langsung diminum (Suwidja, 1991).

Efek Farmakologi
 Efek Farmakologi Menurut Usada
Dalam Usada Rukmini Tatwa kunir digunakan untuk menyehatkan sperma,
namun kajian ilmiah mengenai hal tersebut belum ditemukan.

 Efek Farmakologi yang lain


1. Efek hepatoprotektif
Hasil uji ekstrak etanol kunir dengan dosis 100 mg/kg dapat menurunkan
kadar serum alanin aminotransferase (ALT), aspartat aminotransferase (AST) dan
alkalin fosfatase (ALP) pada hati tikus yang diinduksi dengan parasetamol 600
mg/kg. Ketiga enzim tersebut digunakan sebagai penanda terhadap kerusakan hati
yang disebabkan oleh induksi parasetamol. Kenaikan jumlah enzim hati seperti
ALT, AST dan ALP dapat menyebabkan kerusakan pada struktural histologis dari
sel hati (Parmana, 2010).
2. Anti Inflamasi
Aktivitas anti inflamasi ekstrak etanol kunir telah diuji pada tikus putih jantan
galur wistar dengan penginduksi inflamasi menggunakan suspensi karagen 1%
yang diberikan secara intrakutan. Pada dosis 1000 mg/kg ektrak etanol kunir yang
diberikan per oral dapat menghambat inflamasi sebesar 78,37% (Parmana, 2010).
3. Efek Estrogenik
Ekstrak rimpang kunir dosis 310 mg/kg bb dan 390 mg/kg bb memberikan
efek estrogenik pada epitel vagina, ketebalan endometrium, dan diameter kelenjar
mammae (Parmana, 2010).
4. Anti Bakteri
Ekstrak Rhizoma kunir memiliki aktivitas antibakteri pada beberapa strain
bakteri seperti bakteri gram positif (Staphylococcus aureus, Staphylococcus
Epidermidis) dan gram negatif (Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa,
Salmonella typhimurium). Fraksi minyak atsiri dari ekstrak rhizoma kunir
menunjukkan efek yang paling aktif sebagai antibakteri, dimana efek tersebut
dibandingkan dengan antibiotik standar seperti gentamysin, ampisilin, doksisilin
dan eritromisin (Parmana, 2010).

12. Nusa Indah


Nama Usada : Nusa Indah (Suwidja, 1991).
Nama Indonesia : Nusa Indah (Hutapea, 1993).
Taksonomi
Divisi : Spermatophyta
Sub Devisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Rubiales
Suku : Rubiaceae
Marga : Mussaenda
Jenis : Mussaenda phylippica L.
(Suwidja, 1991).

Kandungan Kimia
Daun, kulit batang dan akar Mussaenda phylippica mengandung saponin, di
samping itu kulit batang dan akarnya juga mengandung flavonoid (Hutapea, 1993).

Kegunaan Dalam Usada Rukmini Tatwa


Dalam Usada Rukmini Tatwa pancarsona digunakan untuk mengobati kemaluan
laki-laki yang mengalami gangguan berupa keluar nanah menetes (Suwidja, 1991).

Cara Penggunaan
Untuk mengatasi gangguan berupa keluarnya nanah pada organ genital laki-laki
digunakan daun pancarsona (nusa indah), daun bungli, adas, air tebu salah yang hitam,
kemudian dipipis untuk digunakan sebagai bedak (Hutapea, 1993).

Efek Farmakologi
Efek Farmakologi Berdasarkan Usada Rukmini Tatwa
Belum ditemukan kajian ilmiah mengenai efek farmakologi yang terdapat dalam
Usada Rukmini Tatwa.
Efek Farmakologi yang lain
Anti Tumor
Aktivitas Pancarsona sebagai anti tumor yang dilihat dari aktivitas
antiproliferasi telah di uji terhadap sel lestari tumor MDCK dan LLC-MK2.
Aktivitas antiproliferasi ekstrak metanol dan etanol bunga pancarsona diujikan ke
dalam 4 dosis yang berbeda antara lain 25 ppm, 50 ppm, 75 ppm, 100 ppm, dan
125 ppm. Hasil uji aktivitas antiproliferasi dari ekstrak metanol bunga pancarsona
terhadap sel LLC-MK2 adalah -36,11% pada dosis 25 ppm, 44,45% pada dosis
50 ppm, 52,80% pada dosis 75 ppm, 52,80% pada dosis 100 ppm, dan 55,55%
pada dosis 125 ppm. Hasil uji aktivitas antiproliferasi dari ekstrak etanol bunga
pancarsona terhadap sel MDCK adalah 64,94% pada dosis 25 ppm, 82,41% pada
dosis 50 ppm, 82,41% untuk dosis 75 ppm, 86,00% pada dosis 100 ppm, dan
93,06% pada dosis 125 ppm (Syafni, 2004).

13. Pegagan
Nama Indonesia : Kaki kuda, pegagan, antanan, papagan (Sunda)
Nama Usada : Pegagan (Suwidja,1991)
Klasifikasi
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Apiales
Famili : Apiaceae
Genus : Centella
Spesies : Centella asiatica (L.) Urban
(Anonim, tt)
Kegunaan
 Kegunaan secara Empiris Dalam Usada Rukmini Tatwa
Dalam Usada Rukmini Tatwa pegagan digunakan untuk mengobati infeksi yang
terjadi pada penis, seperti keluar nanah yang menetes.
 Kegunaan Secara Empiris di Masyarakat
Pegagan memiliki fungsi membersihkan darah, melancarkan peredaran darah,
peluruh kencing (diuretika), penurun panas (antipiretika), menghentikan pendarahan
(haemostatika), meningkatkan syaraf memori, anti bakteri, tonik, antispasma,
antiinflamasi, hipotensif, insektisida, antialergi dan stimulan. Saponin yang ada
menghambat produksi jaringan bekas luka yang berlebihan (menghambat terjadinya
keloid) (Anonim, 2010)

Cara Penggunaan
Untuk penggunaan sebagai pengobatan infeksi pada penis dalam Usada Rukmini
Tatwa, digunakan daun dausa keling dan akar pegagan. Kedua bahan tersebut kemudian
dipipis lalu ditempelkan pada penis.

Efek Farmakologi
 Efek Farmakologi Berdasarkan Usada Rukmini Tatwa
Kajian ilmiah mengenai efek farmakologi dalam usada belum ditemukan.
 Efek Farmakologi yang lain
1. Anti Kanker
Telah dilakukan penelitian pada pengaruh ekstrak air Pegagan terhadap
pembentukan Azoxymethane (AOM) yang diinduksi oleh Aberrant Crypt Focus
(ACF). Perlakuan dengan ekstrak air Pegagan dapat menurunkan jumlah ACF
pada usus besar. Disamping itu ekstrak cair pegagan dengan dosis 100 mg/kg
yang diberikan secara per oral pada tikus jenis F334 secara signifikan dapat
mengurangi perbanyakan neoplasma dalam usus kecil. ACF dan AOM merupakan
dua senyawa kimia yang dapat menyebabkan timbulnya kanker pada kolon. ACF
merupakan prekursor luka pada proses karsinogenesis pada kolon sedangkan
AOM merupakan suatu senyawa karsinogen spesifik pada kolon yang
metabolismenya diaktivasi di hati dan kemudian di bawa ke kolon melalui aliran
darah atau melalui empedu sebagai konjugat glukoronida. Di dalam kolon ACF
dapat menginduksi AOM sehingga menimbulkan kanker. Hasil uji tersebut
menunjukkan bahwa penghambatan pembentukan Azoxymethane (AOM) yang
diinduksi oleh ACF (Aberrant Crypt Focus) oleh ekstrak Pegagan berhubungan
dengan modifikasi dari proliferasi sel dan induksi apoptosis pada colonic crypt
dan ekstrak tersebut mempunyai efek kemopreventif pada tumorigenesis kolon (P.
Bunpo et al, 2003)

2. Efek Penyembuhan Luka


Pegagan memiliki efek penyembuhan luka yang baik, dimana aktivitasnya
telah diuji secara pre klinik pada tikus. Ekstrak Pegagan dibuat dalam bentuk
sediaan gel dengan kandungan ekstrak Pegagan sebanyak 0,05%. Gel tersebut
diaplikasikan pada bagian belakang tikus yang telah diinduksi luka dengan
pemanasan pada suhu 90°C dalam hot plate. Proses penyembuhan luka pada tikus
uji yang diberi perlakuan gel Pegagan 0,05% terjadi lebih cepat dibandingkan
dengan tikus uji yang tidak diberi perlakuan (Wannarat, 2009)
Selain penelitian Wannarat, efek ekstrak alkohol dari pegagan sebagai agen
penyembuh luka telah dipelajari pada tikus. Ekstrak pegagan meningkatkan
proliferasi sel dan sintersi kolagen dapa area luka, faktanya dapat dilihat dari
peningkatan DNA, protein, dan kolagen pada jaringan. Komponen kolagen yang
lebih cepat terbentuk dan lebih maturasi yang baik dari kolagen telah ditemukan
pada tikus yang diterapi dengan ekstrak pegagan (Suguna et al, 1996).

3. Meningkatkan Kemampuan Kognitif


Ekstrak air daun Pegagan dapat meningkatkan kemampuan kognitif dan kadar
neurotransmiter monoamin pada hipokampus tikus jantan dewasa galur wistar,
dimana ekstrak daun Pegagan diberikan secara per oral selama 8 minggu dengan
dosis bervariasi dari 100-300 mg/kg. Adanya peningkatan kemampuan kognitif
tersebut ditandai dengan peningkatan kadar serotonin dan dopamin serta
menurunnya kadar norepineprin dan epinefrin yang diinduksi oleh pemberian
ekstrak daun Pegagan pada kelompok perlakuan. Selain itu ekstrak daun pegagan
juga berperan sebagai efek antistress, pembentukan memori jangka panjang, serta
meningkatkan kemampuan belajar (Annisa, 2006).
Selain itu Herlina (2010) dalam penelitiannya membuktikan bahwa kandungan
Triterpen total pegagan (C. asiatica (L) Urban) dengan dosis 32 mg/kg BB
terbukti mempunyai efek meningkatkan fungsi kognitif belajar dan mengingat
pada mencit jantan albino (Mus musculus) sedangkan dengan dosis 16 mg/kg BB
mempunyai efek yang lebih kecil. Penelitian ini bersifat eksperimental dengan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial yang menggunakan 36 ekor mencit dan
terbagi dalam 4 kelompok. Kelompok pertama adalah kontrol diberi akuabidest,
kedua dan ketiga diberi total triterpen pegagan masing-masing 16 mg/kg BB dan
32 mg/kg BB secara oral, sedangkan kelompok keempat diberi pirasetam 500
mg/kg BB secara intraperitonial (kontrol negatif) dan perlakuannya selama 21
hari. Data proses belajar dan mengingat diperoleh melalui uji menghindar pasif.
Data dianalisis dengan ANOVA dua arah dan dilanjutkan dengan uji BNT dengan
taraf signifikan p < 0, 05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa triterpen total
pegagan 32 mg/kg BB memberikan perbaikan fungsi kognitif belajar dan
mengingat yang ditandai dengan memanjangnya lama retensi secara bermakna
dibanding kontrol (505,03 detik vs −15, 20 detik) (p < 0, 05), tetapi tidak ada
perbedaan bermakna antara total triterpen pegagan 32 mg/kg BB dengan
pirasetam 500 mg/kg BB (505,03 detik vs 522,48 detik) (p < 0, 05) Berdasarkan
hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian total triterpen pegagan 32
mg/kg BB dapat meningkatkan fungsi kognitif belajar dan mengingat pada mencit
jantan albino.

4. Antioksidan, Antifungi dan Antibakteri


Ekstrak n-heksan, karbon tetraklorida, kloroform dari Pegagan memiliki efek
antioksidan dan antibakteri. Semua ekstrak tersebut menunjukkan efek
antioksidan yang cukup poten, dimana fraksi kloroform dan fraksi air memiliki
aktifitas antioksidan yang paling tinggi dengan nilai IC50 berturut-turut adalah 4,0
µg/ml dan 7,0 µg/ml. Pada skrining antimikroba, ekstrak kasar Pegagan
menunjukkan aktifitas antimikroba dan antifungi yang penting yang diuji pada 16
jenis mikroorganisme. Fraksi n-heksan, karbontertraklorida, kloroform, dan fraksi
air secara berturut-turut memiliki zona hambat 7-15 mm, 8-12 mm, 8-16 mm, dan
8-13 mm pada konsentrasi 400 µg/cawan (Parmana, 2010).

5. Efek Sedasi
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan rancangan
post test only control group. Hewan uji yang digunakan adalah 30 ekor mencit
Balb/c jantan, dibagi secara acak menjadi 5 kelompok. Terdiri dari kelompok
kontrol positif (fenobarbital 6 mg/kgBB), kontrol negatif (larutan Carboxy Methyl
Cellulose dalam aquadest) dan ekstrak pegagan dengan peringkat dosis 0,8
mg/grBB (P1), 1,6 mg/grBB (P2) dan 3,2 mg/grBB (P3). Pemberian suspensi
dilakukan peroral melalui sonde lambung. Metode yang digunakan adalah rotarod
dan data yang dikumpulkan adalah lamanya waktu mencit berputar di rotarod.
Data dianalisis dengan uji Shapiro Wilk, kemudian dilanjutkan uji Kruskal Wallis
dan Mann Whitney. Hasil dari penelitian ini adalah ekstrak pegagan (Centella
asiatica (L.) Urban) dapat memberikan efek sedasi pada mencit Balb/c dengan
dosis 0,8 mg/grBB, 1,6 mg/grBB dan 3,2 mg/grBB (Parmana, 2010).

14. Delima
Nama Indonesia : Delima
Nama Usada : Delima, Delima barak

Taksonomi
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Myrtales
Suku : Punicaceae
Marga : Punica
Jenis : Punica granatum L.
(Anonim, tt).

Kandungan Kimia
Akar, buah, bunga, kulit batang dan kulit buah delima mengandung saponin dan
flavonoid, di samping itu akarnya juga mengandung polifenol, sedangkan kulit batang,
bunga dan buahnya juga mengandung tanin (Anonim, tt) . Kulit buah mengandung tanin
kurang lebih 20%, alkaloid (peletierina, metal-peletierina, psendo-peletierina, iso-
peletierina, metil-iso-peletierina) (Anonim, 1989)
Sumber : http://www.thorne.com/altmedrev/.fulltext/13/2/128.pdf

Kegunaan secara Empiris Berdasarkan Usada Rukmini Tatwa


Di dalam Usada Rukmini Tatwa buah delima digunakan untuk meningkatkan
gairah baik pada pria maupun wanita.

Cara Penggunaan
Untuk meningkatkan gairah seksual digunakan inggu, merica, bunga teratai, kulit
pohon kepundung putih, kayu manis, bunga sidawayah, jahe, palaraja, kamaloko,
klapu, aha, beras, kuncup muda daun delima, dan bunga pisang, semuanya digoreng
dengan minyak kelapa kemudian dihaluskan, setelah halus dioleskan pada organ
genital.

Efek farmakologi
 Efek Farmakologi Berdasarkan Hasil Penelitian Ilmiah Sesuai Khasiat Pada
Usada Rukmini Tatwa
Belum ditemukan kajian ilmiah mengenai efek farmakologi yang sesuai dengan
Usada Rukmini Tatwa.
 Efek Farmakologi Berdasarkan Hasil Penelitian Imliah Lain
1. Antijamur
Infusa kulit buah delima sebesar 125 mg/mL memiliki efek antijamur
terhadap Candida albicans yang menyebabkan penyakit keputihan (Sumiati,
2000). Pada penelitian yang sama, kombinasi infusa daun sirih dan infusa buah
delima ternyata mempunyai efek antijamur lebih besar dibandingkan dengan
infusa tunggalnya (Parmana, 2010).
2. Antidiare
Infusa kulit buah delima memiliki efek antidiare, hal ini telah dibuktikan
bahwa infus aktif terhadap Salmonella typhimurium dengan konsentrasi hambat
minimum 1,1 mg/ml, mengurangi motilitas dengan persen lintas usus 57,06%
pada dosis 800 mg/kg bobot badan dan mengurangi diare pada dosis 400 dan 800
mg/kg bobot badan (Parmana, 2010).
3. Antioksidan
Dari hasil penelitian bahwa jus buah delima mempunyai aktivitas
antioksidan baik secara in vitro (kultur sel endotelial) dengan dosis 7 µl, maupun
in vivo (mencit jantan hiperkolesterolamia dengan defisiensi reseptor LDL)
dengan dosis 76,6 mg/mL. Kandungan polifenol pada jus buah delima berperan
sebagai antioksidan yang melindungi arteri dari kerusakan vascular dengan
meningkatkan aktivitas eNOS (endhotelial NO syntase) dan menurunkan ekspresi
gen redoks pada daerah yang terpapar agen (Filomena de Nigris., et all, 2005)
Penelitian lain mengenai efek antioksidan jus buah delima terhadap
peroksidase lipid pada plasma dan lipoprotein (HDL dan LDL) dilakukan terhadap
pria normal dan mencit dengan defisiensi apolipoprotein E. Pada manusia dengan
mengkonsumsi jus buah delima sebanyak 50 mL selama seminggu dapat
menurunkan kemungkinan agregasi dan retensi dari LDL dan meningkatkan
aktivitas dari serum para oksonase (serum esterase yang dapat melindungi HDL
dan LDL terhadap peroksidasi lipid) sebesar 20%. Pada mencit, oksidasi LDL
oleh makrofag peritoneal menurun sebesar 90% dan efek ini dikaitkan dengan
penurunan peroksidasi lipid dan pelepasan superoksidan. Penyerapan LDL
teroksidasi oleh makrofag peritoneal mencit setelah konsumsi jus buah delima
menurun sebesar 20%. Jus buah delima juga dapat menurunkan ukuran dari lesi
aterosklerosis sebesar 44% (Aviram, M., et all, 2000)
Penelitian pada tikus dan mencit membuktikan bahwa delima memiliki
aktifitas sebagai antioksidan. Ekstrak dari buah delima memberikan hasil berupa
reduksi pada stress oksidatif sebesar 19% pada makrofag peritonial tikus,
menurunkan kandungan peroksida pada lemak seluler sebesar 42%, dan
meningkatkan level penurunan glutation sebesar 53%. Uji in vitro terhadap jus
delima yang difermentasi dan minyak biji delima ditemukan memiliki aktifitas
antioksidan (Parmana, 2010).
Penelitian pada manusia menunjukkan bahwa jus delima memiliki aktifitas
antioksida yang lebih tinggi daripada jus apel. Dengan menggunakan teknik
FRAP assay ( Frric reducing/antioxidant power). Guo et al menemukan bahwa
sebanyak 250 ml jus dengan penggunaan selama 4 minggu memberikan hasil
berupa peningkatan kapasitas antioksidah plasma dari 1,33 mmol hingga 1,46
mmol, berbeda dengan orang yang mengkonsumsi jus apel yang tidak
memeberikan perubahan yang signifikan (Parmana, 2010).
4. Antitumor
Penelitian yang menggunakan kultur sel epitel bronkial dan kultur sel
A549 menunjukkan bahwa pemberian ekstrak buah delima dengan dosis 50-150
µg/ml selama 72 jam dapat menurunkan viabilitas dari sel A549, namun pada sel
epitel bronkial menunjukan efek yang minimal. Pemberian ekstrak buah delima
pada sel A549 dapat menghambat siklus sel pada fase G o- G1, menginduksi
WAF1/p21, dan KIPI1/p27, menurunkan ekspresi protein siklin D1, D2, dan E,
dan menurunkan siklin yang tergantung pada ekspresi kinase 2, siklin yang
tergantung pada ekspresi kinase 4, siklin yang tergantung pada ekspresi kinase 6,
menghambat fosforilasi dari protein MAPK, menghambat PI3K, fosforilasi Akt,
NF?B dan IKKa, mendegradasi dan memfosforilasi I?aBa, Ki67 dan PCNA
(Khan., et all, 2007)
5. Antikanker
Beberapa kandungan kimia pada tumbuhan memiliki kemampuan untuk
mencegah kanker melalui interaksi antioksidan. Salah satunya adalah efek dari jus
buah delima sebagai sumber antioksidan pada pertumbuhan prostat-specifik
antigen (PSA) pada pria yang memiliki PSA tinggi yang merupakan penanda
seseorang menderita kanker prostat. Pada penelitian ini, pemberian jus buah
delima sebanyak 8 ons yang mengandung 570 mg polifenol mampu menurunkan
PSA sebesar 35%. Berdasarkan hasil penelitian secara in vitro menunjukan bahwa
pemberian terapi jus buah delima dapat menurunkan proliferasi pada sel sebanyak
12%, peningkatan pada apoptosis sebanyak 17%, peningkatan serum nitrit oksida
sebanyak 23% dan penurunan yang signifikan pada sensitivitas terhadap oksidasi
dari serum lipid (Pantuck., et all, 2006)
Penelitian lain menunjukkan terapi dengan ekstrak buah delima dengan
dosis 0,8 mg pada mencit dapat menurunkan fase S dari sel dan juga menurunkan
akumulasi sel pada fase G1 pada sel DU-145. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak
delima tidak hanya menekan perkembangan sel kanker melalui induksi apoptosis,
tetapi juga melalui penghambatan perkembangan sel (Rettig ., et all, 2008)

15. Tapak Liman


Nama Indonesia : Tapak Liman
Nama Usada : Tapak liman, tampak liman.
Taksonomi Tanaman
Klasifikasi
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Asterales
Famili : Asteraceae
Genus : Elephantopus
Spesies : Elephantopus scaber L.
(Anonim, tt).

Kandungan Kimia
Daunnya mengandung : elephantopin, deoxyelephantopin, isodeoxyelephantopin.
Juga terdapat stigmasterol turunan steroid yang dapat memacu gairah seksual. Bunga
mengandung flavonoidaluteolin-7-glucosida dan akar mengandung epiprielinol. Lupeol
dan stigmasterin (Anonim, tt).

Kegunaan
 Kegunaan dalam Usada Rukmini Tatwa
Dalam Usada Rukmini Tatwa, tanaman tapak liman digunakan untuk bedak pada
wajah.

Cara Penggunaan
Untuk membedaki wajah, jahe pahit, akar kayen, minyak, akar cemara, pohon tabia
bun, dan akar tapak liman semuanya dipipis lalu dioleskan pada wajah (Hutapea, 1993)

Efek Farmakologi
 Efek Farmakologi Berdasarkan Hasil Penelitian Ilmiah Sesuai Khasiat pada
Usada Rukmini Tatwa
Belum ditemukan hasil penelitian yang berkaitan dengan efek farmakologis yang
ditimbulkan akibat pemakaian akar tapak liman (Elephantopus scaber) pada Usada
Rukmini Tatwa.
 Efek Farmakologi Berdasarkan Hasil Penelitian Ilmiah Lain
1. Diuretik
Puspita (2004) telah melakukan uji tentang efek diuretik infusa daun tapak
liman (Elephantopus scaber L) yang terbukti mempunyai efek diuretik pada
konsentrasi 40% (5,0 g/kg BB) dan 60% (7,5 g/kg BB), dengan persen daya
diuretik masing-masing adalah 107,23±16,62 % dan 119,92±11,35 %. Dalam
penelitian tersebut, diduga senyawa yang berkhasiat sebagai diuretik adalah
flavonoid (Sulastri, 2008)
2. Hipoglikemia
Pemberian ekstrak kasar aseton dan fraksi aseton Elephantopus scaber dengan
dosis 150 mg/kg pada hewan coba tikus jantan albino yang mengalami diabetes
terinduksi streptozotosin (STZ), secara signifikan mampu menurunkan kadar gula
dalam darah dan meningkatkan kadar insulin hingga mendekati normal dengan
menstimulasi sel ß pankreas pada hewan coba, dimana fraksi aseton lebih potensial
dari ekstrak kasarnya. Efektivitas dari ekstrak kasar dan fraksi aseton lebih
potensial dari obat yang digunakan sebagai kontrol positif yakni Glibenklamid
(600 µ/kg bb) (Jasmine and Daisy, 2007)
3. Peningkat kesuburan
Pemberian ekstrak etanol tanaman Elephantopus scaber pada tikus dengan
dosis 10 mg/kg/kali/hari selama 30 hari mampu meningkatkan kepadatan sperma
epididimis secara signifikan dimana hal ini menunjukkan Elephantopus scaber
mampu meningkatkan spermatogenesis dan meningkatkan kepadatan sperma
(Pinmongkholgul., et al, tt)
4. Anti Bakteri
Ekstrak etil asetat dari Elephantopus scaber dengan konsentrasi 4 mg/mL
mampu menghambat pertumbuhan isolat bakteri Bacillus cereus, Bacillus
pumilus, Baillus subtilis, Bordetella bronchiseptica, Micrococcus luteus,
Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermis, E. coli, Pseudomonas
aeruginosa, dan Streptococcus faecalis, sedangkan pada bakteri Klebsiella
pneumonia hanya mampu menghambat pertumbuhan sebesar 75% saja (Avani dan
Neeta, 2005)
BAB III
KESIMPULAN

Lontar Rukmini Tatwa berisi wejangan Dewi Saci (Indrani) kepada Dewi Rukmini,
mengenai masalah kehidupan seksual, mantra dan juga obat-obatan. Kitab tersebut juga
berguna agar seorang perempuan dikasihi oleh suaminya atau agar terjalin keserasian hidup
berumah tangga.
Beberapa tanaman yang digunakan dalam lontar Rukmini Tatwa adalah : Adas,
Bangle, Bawang Putih, Cabe Jawa, Jambu Biji, Dringo, Jahe, Jeruk Nipis, Kelor, Kencur,
Kunir, Nusa Indah, Pegagan, Delima, dan Tapak Liman.
DAFTAR PUSTAKA

Annisa R.F. 2006. Pengaruh Pemberian Ekstrak Air Daun Pegagan (Cantella asiatica)
terhadap Kemampuan Kognitif dan Kadar Neurotransmiter Monoamin pada
Hipokampus Tikus (Rattus norvegicus L.) Galur Wistar Jantan Dewasa. (cited 2010
November, 11). Avilable at: http://www.sith.itb.ac.id/abstract/s1/2006-S1-
AnnisaRF-Pengaruh%20Pemberian%20Ekstrak%20Air%20Daun%20Pegagan
%20Terhadap%20Kemampuan%20Kognitif%20Dan%20Kadar
%20Neurotrasmitermonoamin%20Pada%20Hipokampus%20Tikus%20Galur
%20Wistar%20Jantan%20Dewasa.pdf.
Anonim. tt. Kaki Kuda, (cited 2010 November, 10). Available at:
http://www.plantamor.com/index.php?plant=305
Anonim. tt. Pegagan (Cited 2010 November 11). Available at
http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?id=50
Anonim. tt. Plant Care (cited 2010 November 11). Available at:
http://www.plantcare.com/encyclopedia/sweet-flag-2374.aspx
Anonim. 1978. Materia Medika Jilid II. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
Anonim. 1989. Materia Medika Indonesia. Jilid V. Jakarta : Direktorat Jenderal Pengawasan
Obat dan Makanan.
Anonim. 2010. Pegagan. (cited 2010 November, 11). Available at:
http://id.wikipedia.org/wiki/Pegagan
Aroonrerk, Nuntana and Narisa Kamkaen. Anti-Inflammatory Activity Of Quercus
Infectoria, Glycyrrhiza Uralensis, Kaempferia Galanga And Coptis Chinensis, The
Main Components Of Thai Herbal Remedies For Aphthous Ulcer. J Health Res
2009, 23(1): 17-22
Avani, K dan S. Neeta. 2005. A Study of Antimikrobial Activity of Elephantopus scaber.
(serial online), (cited 2010 November, 11). Available at :
http://www.bioline.org.br/pdf?ph05023
Aviram, M., et all. 2000. Pomegranate Juice Consumption Reduce Oxidative Stress,
Atherogenic Modification to LDL, and Platelet Aggregation: Studies in Human and
in Atherosclerotic Apolipoprotein E-Deficient Mice. The American Journal of
Clinical Nutrition USA pp. 1062-1072.
Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2004. Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia. Volume 1.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan Provinsi Bali. 2008. Himpunan Usadha II. Denpasar: Departemen
Kesehatan Provinsi Bali.
Febrina, Ellin, dan Anas Subarnas. 2010. Aktivitas Analgesik Fraksi Alkaloid Buah Cabe
Jawa (Piper retrofractum Vahl.) pada Mencit. (cited 2010 November 11). Available
at: http://farmasi.unpad.ac.id/farmaka/v4n1/ellin.pdf
Filomena de Nigris., et all. 2005. Beneficial Effect of Pomegranate Juice on Oxidation-
Sensitive Genes and Endothelial Nitric Oxide Synthase Activity at Sites of Perturbed
Shear Stress. PNAS Vol. 102 no 13 pp. 4896-4901. March 29, 2005.
Haniastuti, Tetiana, Wihaskoro Sosroseno dan C.J. Soegihardjo. 2002. Pengaruh Minyak
Atsiri Kencur (Kaempferia Galanga L.) Terhadap Aktivitas Fagositosis Dan Sintesis
Prosta-Glandin E2 Sel Makrofag Mencit (Sel Raw 264.2) In Vitro. (cited 2010
November 11). Available at:
http://lib.ugm.ac.id/digitasi/upload/509_tetiana2002.pdf
Hutapea, J.R. 1993. Inventarisasi Tanaman Obat Indonesia (I) Jilid 1. Jakarta: Balitbangkes
Depkes RI.
Hutapea, J.R. 2001. Inventarisasi Tanaman Obat Indonesia (I) Jilid 2. Jakarta: Balitbangkes
Depkes RI.
Jasmine, R. and P. Daisy, 2007. Effect of crude extract and fractions from Elephantopus
scaber on hyperglycemia in streptozotocin-diabetic rats. Int. J. Biol. Chem., 1: 111-
116.
Khan, M., dan Mustafa Siddiqui. 2007. Antimicrobial activity of Piper fruits. Natural
Produst Radiance. Vol. 6(2): 111-113
Khan, N., et all. 2007. Pomegranate Fruit Extract Inhibits Prosurvival Pathways in Human A
549 Lung Carcinoma Cells and Tumor Growth in Athymic Nude Mice.
Carcinogenesis Vol. 28 no 1 pp. 163-173.
Moeloek, Nukman, Silvia W. L., Yurnadi, Bambang W. 2009. Uji Klinik Ekstrak Cabe Jawa
(Piper Retrofractum Vahl) Sebagai Fitofarmaka Androgenik Pada Pria Hipogonad.
(cited 2010 November 10). Available at:
http://staff.ui.ac.id/internal/132127781/publikasi/UjiKLinikEkstrakCabeJawasebagai
FitofarmakaAndrogenikPadaPriaHipogonad.doc
Nala, Ngurah. 1993 . Usada Bali. Denpasar : PT Upada Sastra.
P. Bunpo, K. Kataoka, H. Arimochi, H. Nakayama, T. Kuwahara, Y. Bando, K. Izumi, U.
Vinitketkumnuen, and Y. Ohnishi. 2004. Inhibitory effects of Centella asiatica on
azoxymethane-induced aberrant crypt focus formation and carcinogenesis in the
intestines of F344 rats. Food and Chemical Toxicology 42, 1987–1997.
Pantuck, A J., et all. 2006. Phase II Study of Pomegranate Juice for Men with Rising
Prostate-Specific Antigen following Surgery or Radiation for Prostate Cancer. (cited
2010 November 7). Available at : www.aacrjournals.org.
Parmana, Wayan. 2010. Usada Rukmini Tatwa. Jurusan Farmasi FMIPA Udayana. Badung
Pinmongkholgul, S., Y. Smitasiri, dan S. Wongreun. The Effects of Elephantopus scaber
Linn. on Blood Pressure, Intracavernous Pressure and Sperm Density in Male
Albino Rat (Rattus norvegicus). (serial online), (cited 2010 November, 11).
Available from : http://www.thaiscience.info/Article%20for
%20ThaiScience/Article/5/Ts-5%20the%20effects%20of%20elephantopus
%20scaber%20linn%20on%20blood%20pressure%20intracavernou%20pressure
%20and%20sperm%20density%20%20in%20male%20albino%20rat%20rattus
%20norvegicus.pdf
Rahayu, Sri Endarti. 2010. Kencur (Kaempferia galanga L.). (cited 2010 November 11).
Available at:
http://kambing.ui.ac.id/bebas/v12/artikel/ttg_tanaman_obat/unas/Kencur.pdf
Rettig, M B., et all, 2008. Pomegranate Extract Inhibits Androgen-Independent Prostate
Cancer Growth Through a Nuclear Factor-B-Dependent Mechanism. Mol Cancer
Ther. 7 (9).
Shofiah, Faidatus. 2008. Uji Efek Tonik Infusa Buah Cabe Jawa (Piper retrofractum Vahl.)
Pada Mencit Putih (Mus musculus) Jantan Galur Swiss. Skripsi. Fakultas Farmasi
Universitas Muhammadiyah Surakarta. (cited 2010 November, 8). Available at:
http://etd.eprints.ums.ac.id/2347/1/K100040221.pdf
Suguna L, Sivakumar P, and Chandrakasan G. 1996. Effects of Centella asiatica extract on
dermal wound healing in rats. Indian J Exp Biol. Dec;34(12):1208-11.
Sukersa, I W., 1995, Taru Premana: Suatu Kajian Filologis, (Tesis). Bandung: Universitas
Padjajaran
Sulastri. 2008. Efek Diuretik Ekstrak Etanol 70% Daun Tapak Liman (Elephantopus scaber
L.) padaTikus Putih Jantan Galur Wistar. (serial online), (cited 2010 November,
09). Available at : http://etd.eprints.ums.ac.id/2353/1/K100040250.pdf
Suwidja, K. 1991. Berbagai Cara Pengobatan Menurut Lontar Usada Pengobatan
Tradisional Bali. Indra Jaya: Singaraja.
Syafni, E. Novika. 2004. Aktivitas Antiproliferasi Ekstrak Metanol Bunga Nusa Indah
(Mussaenda philippica) pada Sel Lestari Tumor MDCK dan LLC-MK2 secara In
Vitro. (cited 2010 November, 10). Available at:
http://iirc.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/1740/1/B04ens_abstract.pdf
Tengah, I Gusti Putu, I Wayan Arka, Ni Made Sritamin, I. B. Indra Gotama, dan B.
Sihombing. 1995. Inventarisasi, Determinasi dan Cara penggunaan Tanaman Obat
Pada Lontar Usada di Bali. Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Tewtrakul, Supinya, Supreeya Yuenyongsawat Sopakummee dan Latthya Atsawajarwan.
2005. Chemical Components And Biological Activities Of Volatile Oil of Kaemferia
galanga Linn. Songklanakarin J.Sci.Technol.27(Suppl.2):503-507
Tilaar, Martha. 1999. Kecantikan Perempuan Timur. Magelang: IndonesiaTera.
Yulinah, Elin Sukandar, Joseph I. Sigit dan Nurul Fitriyani. 2008. Efek Antiagregasi Platelet
Ekstrak Air Bulbus Bawang Putih (Allium Sativum L.), Ekstrak Etanol Rimpang
Kunyit (Curcuma Domestica Val.) dan Kombinasinya pada Mencit Jantan Galur
Swiss Webster. Majalah Farmasi Indonesia 19(1): 1-11.

You might also like