Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN TEORITIS
Otak merupakan suatu alat tubuh yang sangat penting karena merupakan pusat
operasi dari semua alat tubuh, bagian dari saraf sentral yang terletak dalam
5
6
rongga kranium yang dibungkus oleh selaput otak yang kuat. Otak dibagi
menjadi tiga bagian besar yaitu : serebrum, batang otak dan serebelum. Semua
berada dalam suatu bagian struktur tulang yang disebut tengkorak, yang juga
menjaga otak dari cedera. Empat tulang frontal, parietal, temporal dan
oksipital. Pada dasar tengkorak terdiri dari tiga bagian fossa-fossa. Bagian
fossa senterior berisi lobus frontal serebral bagian hemisfer, bagian tengah
fossa berisi lobus parietal, temporal dan oksipital dan bagian fossa posteror
berisi batang otak dan medula.
a. Meningen
Meningen terletak dibawah tengkorak. Komposisi meningen berupa
jaringan serabut penghubung yang melindungi, mendukung dan
memelihara otak. Meningen terdiri dari tiga lapisan, yaitu :
1) Duramater
Lapisan paling luar, menutup otak dan medula spinalis. Sifat
duramater liat, tebal, tidak elastis, berupa serabut dan berwarna abu-
abu. Bagian pemisah hura : flax serebri yang memisahkan kedua
hemisfer dibagian longitudinal dan tentorium, yang merupakan lipatan
dari dura yang membentuk jaring-jaring membran yang kuat. Jaringan
ini mendukung hemisfer dan memisahkan hemisfer dengan bagian
bawah otak (fossa posterior). Jika tekanan dalam rongga otak
meningkat, jaringan otak tertekan kearah tentorium atau berpindah
kebawah, dan keadaan ini disebut herniasi.
2) Arakhanoid
Membaran bagian tengah, membran yang bersifat tipis dan
lembut ini menyerupai sarang laba-laba, oleh karena itu disebut
arakhnoid. Membran ini berwarna putih karena tidak dialiri darah.
Pada dinding arakhnoid terdapat pleksus khoroid, yang
bertanggungjawab memproduksi cairan serebrospinal (CSS). Membran
yang mempunyai bentuk seperti jari tangan ini disebut arakhnoid villi
yang mengabsorbsi cairan serebrospinal (CSS). Pada usia dewasa
7
dan tekanan darah dan sebagai asal-usul saraf otak kelima sampai
kedelapan.
e. Sereblum
Sereblum terletak pada fossa posterior dan terpisah dari hemisfer
serebral, lipatan dura meter, tentorium sereblum. Sebelumnya mempunyai
dua aksi yaitu merangsang dan menghambat dan tanggung jawab yang luas
terhadap koordinasi dan gerakkan halus. Ditambah mengontrol gerakan
yang benar, keseimbangan, posisi dan mengintegrasikan input sensorik
2. Definisi
a. Menigitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak
dan medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri dan organ jamur.
(Smeltzer, S.C & Bare, B.G, 2001)
b. Meningitis adalah radang umum pada araknoid dan piameter, disebabkan
oleh bakteri, virus dan organ-organ jamur yang dapat terjadi secara akut
dan kronis. (Mansjoer, Arief, 2000)
c. Meningitis bacterial adalah radang pada araknoid, piameter dan cairan
cerebrospinal (Jocce M. Black, 1993).
d. Meningitis bakterial adalah radang pada meningin (Membran yang
mengeliligi otak dan medula spinalis) yang disebabkan oleh bakteri,
biasanya streptokokus pnumoniae influenza (Brunner & Suddrath, 1997)
3. Etiologi
Penyebab penyakit meningitis adalah :
a. Bakteri: - Peneumococus
- Meningococus
- Stafilococus
- Salmonela
b. Virus : - Hemofirus Influenza
- Herpes Simplek.
10
4. Pathofisiologi
Meningitis tuberkulosis umumnya merupakan penyebaran tuberkulosis
primer, dengan infeksi ditempat lain. Dari fokus infeksi primer, kuman masuk
kesirkulasi darah melalui duktus torasikus dan kelenjar limfe regional dan
dapat menimbulkan infeksi berat berupa tuberkulosis milier atau hanya
menimbulkan beberapa fokus mestatasis yang biasanya tenang.
Mula-mula terbentuk tuberkel di otak, atau medula spinalis akibat penyebaran
kuman secara hematogen selama infeksi primer atau selama perjalanan
tuberkulosis kronik. Kemudian timbul meningitis akibat terlepasnya basil dan
antigennya dari tuberkel yang pecah karena rangsangan mungkin berupa
trauma atau faktor imunologi. Kuman kemudian langsung masuk keruang
subaraknoid atau ventrikel. Hal ini mungkin terjadi segera sesudah
dibentuknya lesi atau setelah periode laten berupa bulan atau tahun.
Bila hal ini terjadi pada pasien yang sudah tersensititasi maka masuknya
kuman kedalam ruang subaraknoid menimbulkan reaksi peradangan yang
menyebabkan perubahan dalam cairan serebro spinal. Reaksi peradangan ini
mula-mula timbul disekitar tuberkel yang pecah, tetapi kemudian tampak jelas
diselaput pada dasar otak dan apendium. Meningitis basilis yang terjadi akan
menimbulkan komplikasi nuerologis berupa paralisis saraf kranialis. (Kapita
Selekta Kedokteran, 2000, hal.439)
11
Tuberkel pecah
Tuberkel pecah
Masuk keruang
Demam subaraknoid / ventrikel Kurang informasi
TIK Meningkat
Kejang Kurang pengetahuan
Perubahan nutrisi
Kelemahan fisik
Intoleransi aktifitas
5. Manifestasi Klinis
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Fungsi lumbal
1) CSS (Cairan serebrospinal)
2) Kadar dan tekanan protein
3) Kadar glukosa
b. Darah ; pemeriksaan kultur serum darah.
c. EEG (elektorensefalografi).
13
d. Radiologi
Meliputi foto dada dan kolumna vertebralis, rekaman EKG dan CT Scan.
7. Penatalaksanaan
Meningitis termasuk penyakit gawat darurat, karena itu penderita harus
menginap dirumah sakit untuk perawatan dan pengobatan yang intensif.
a. Perawatan umum
1) Penderita istirahat mutlak.
2) Infeksi berat perlu dirawat diruang isolasi.
3) Fungsi respirasi harus dikontrol secara ketat.
4) Pemberian cairan parentral.
5) Pantau terhadap kejang, keogulasi intra vaskularis diseminata,
hiperpireksia, edema otak, plebitis, serta kekurangan gizi.
b. Pemberian cairan infus.
Pemberian cairan infus diberikan pada Klien yang tidak sadar atau ada
shock, misalnya pada anak : infus KAEN-3B.
c. Pemberian oksigen.
d. Kortikosteroid, berikan deksametason 0,6 mg/kg BB/hr selama 4 hari 15-20
menit sebelum pemberian antibiotik.
e. Pemberian antibiotik.
Pemberian antibiotik harus cepat dan tepat, sesuai dengan bakteri
penyebabnya dan dalam dosis yang cukup tinggi. Antibiotik diberikan 10-14
hari sekurang-kurangnya 7 hari setelah demam bebas.
Untuk dosis antibiotik pada meningitis:
1) Ampicilin 200-300 mg/ kg BB / hr (dosis
tunggal)
2) Gentamisin : 5 mg / kg BB / hr dalam tiga kali
pemberian.
8. Komplikasi
14
a. Peningkatan TIK, karena ada edema serebral bila air yang bisa
menyebabkan peningkatan didalam susunan saraf pusat
b. Gagal pernapasan, karena herniasis batang otak sehingga fungsi selebral
menjadi buruk
c. Koma, karena terjadi penyumbatan pada pembuluh darah dan kurangnya
oksigen pada otak
Data Obyektif
(1) Observasi kemampuan klien dalam BAB /
BAK.
(2) Pemasangan folley kateter
(3) Warna urine Klien
d) Pola aktivitas dan latihan
Data Subyektif
Tanyakan aktivitas sehari-hari di rumah, seperi : mandi,
berpakaian, rapikan diri, jalan, makan, BAB atau BAK
Data Obyektif
Observasi tingkat kemampuan klien dalam beraktivitas
e) Pola tidur dan istirahat
Data Subyektif
(1) Tanyakan waktu tidur dan jumlah jam
tidur dalam sehari
(2) Hal-hal yang menjadi hambatan klien
saat tidur
(3) Tanyakan suasana tidur klien
(4) Upaya apa yang dilakukan klien bila
sulit tidur
Data Obyektif
Observasi pola tidur klien
f) Pola persepsi kognitif
17
Data Subyektif
(1) Tanyakan apakah klien bisa mencoba,
menghitung.
(2) Tanyakan apakah klien ada
menggunakan alat bantu
(3) Tanyakan apakah klien bisa
mendengar instruksi orang tuanya.
Data Obyektif
Observasi kemampuan klien dalam mendengar instruksi perawat
atau dokter
g) Pola persepsi dan konsep diri
Data Subyektif
(1) Persepsi klien tentang dirinya
(2) Apakah klien pernah merasa minder
atau kurang percaya diri.
Data Obyektif
Adakah ungkapan klien tentang menunjukkan terganggunya
persepsi dan konsep diri.
h) Pola peran dan hubungan dengan sesama
Data Subyektif
(1) Tanyakan apakah peranan klien dalam
keluarganya
(2) Tanyakan apakah klien dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Data Obyektif
Observasi kemampuan klien dalam berperan aktif dengan
perawat dan dokter selama sakit.
i) Pola kepercayaan
Data Subyektif
(1) Tanyakan klien menganut agama apa.
18
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan
respon manusia dari individu atau kelompok diman perawat secara
akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan informasi secara pasti
untuk menjaga status kesehatan, menurunkan, membatasi, mencegah dan
merubah. (Nursalam dikutip dari carpenito, hal 35, 2000)
3. Rencana Keperawatan
Dalam menentukan perencanaan perlu menyusun suatu sistem untuk
menentukan diagnosa yang akan diambil untuk tindakan pertama kali. Salah
19
satu sistem yang dapat digunakan dalah hirarki kebutuhan manusia “ Iyer et
al, 1996 “ (Nursalam, hal 52, 2001).
a. Hirarki Maslow
Maslow menjelaskan kebutuhan manusia dibagi menjadi lima
tahap : fisiologis, rasa aman dan nyaman, sosial, harga diri dan
aktualisasi diri. Maslow mengatakan pasien memerlukan suatu tahapan
kebutuhan, jika pasien menghendaki suatu tindakan yang memuaskan.
Dengan kata lain kebutuhan fisiologis biasanya sebagai prioritas utama
bagi pasien dari pada kebutuhan lain. (Nursalam, hal 52, 2001).
Dimana Maslow menggambarkan dengan skema piramida yang
menunjukkan bagaimana seseorang bergerak dari kebutuhan dasar dari
tingkat kebutuhan yang lebih tinggi dengan tujuan akhir adalah fungsi
dan kesehatan amnusia yang terintegrasi.
Aktualisasi
Diri
Harga diri
Mencintai dan dicintai
Kebutuhan keselamatan dan keamanan
Kebutuhan fisiologis
(O2, CO2, elektrolit, makanan dan sex)
3. Perencanaan Keperawatan
Diagnosa Tujuan / Kriteria
No Intervensi Rasional
Keperawatan Evaluasi
1 Perubahan tingkat Tujuan : 1. Pantau Status neurologis 1. Pengkajian
kesadaran - Tingkat dengan teratur dan kecenderungan adanya
berhubungan dengan kesadaran klien mulai bandingkan dengan perubahan tingkat
infeksi dan kembali normal. keadaan normalnya, kesadaran dan potensial
penurunan fungsi - Tidak terjadi seperti GCS. peningkatan TIK adalah
neurologis. cedera fisik sangat berguna dalam
Kriteria : menentukan lokasi,
- GCS dalam penyebaran.
batasnormal (Normal 2. Kaji respons (Doenges, Hal. 273)
15) motorik terhadap perintah 2. Mengukur
- Kesadaran yang dilakukan oleh keadaan secara keseluruhan
baik perawat. dan merupakan petunjuk
- Orientasi keadaan kesadaran terbaik
waktu, tempat dan pada Klien yang matanya
orang tertutup.
- Tanda-tanda (Doenges, Hal. 273)
vital dalam batas 3. Evaluasi kemampuan 3. Menentukan
normal membuka mata, seperti tingkat kesadaran.
spontan (sadar penuh), (Doenges, Hal. 273)
membuka hanya jika
diberi rangsangan nyeri
atau tertutup (koma).
4. Kaji respon verbal : 4. Mengukur
catat apakah Klien sadar, kesesuaian dalam berbicara
orientasi terhadap orang, dan menunjukkan tingkat
tempat, dan waktu baik kesadaran. Jika kerusakan
22
4. Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang spesifik. (Nursalam,2001)
Dalam pelaksanaan tindakan ada tiga tahapan yang harus dilalui, yaitu
persiapan, perencanaan, dan pendokumentasian (Nursalam, 2001 dikutip dari
Griffit 1968).
5. Evaluasi
Adalah salah satu yang direncanakan dan perbandingan yang sistematis
pada status kesehatan klien (Nusalam, 2001 dikutip dari Griffit dan Cristensen,
1986). Sedangkan Ignativicius dan Bayne 1994 yang dikutip oleh Nursalam
mengatakan evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana
tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai.
Evaluasi terdiri atas dua jenis yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.
Evaluasi formatif disebut juga evaluasi proses, evaluasi jangka pendek, atau
evaluasi berjalan, dimana evaluasi dilakukan secepatnya setelah tindakan
keperawatan dilakukan sampai tujuan tercapai. Sedangkan evaluasi sumatif ini
disebut evaluasi hasil, evaluasi akhir, evaluasi jangka panjang. Evaluasi ini
dilakukan pada akhir tindakan keperawatan paripurna dilakukan dan menjadi
suatu metode dalm memonitor kualitas dan efisiensi tindakan yang diberikan.
Bentuk evaluasi ini lazimnya menggunakan format “SOAP” (Nursalam, 2001).
6. Perencanaan Pulang
Rencana yang diberikan kepada klien dan keluarga adalah sebagai berikut :
a. Sebagai tenaga kesehatan, kita memberikan penjelasan kepada keluarga Klien,
apabila anaknya timbul tanda dan gejala seperti tidak sadarkan diri, kejang,
demam dan denyut nadi yang lambat untuk segera berobat ke puskesmas
terdekat atau langsung ke Rumah Sakit besar.
b. Instruksikan klien untuk mematuhi resimen pengobatan dengan minum obat
sesuai yang diharuskan dan melaporkan skrining tindak lanjut.
c. Menganjurkan klien ikut serta dalam tindakan preventif, contoh memberi
dorongan pada individu yang kontak erat untuk melaporkan diri guna
pemeriksaan.
d. Meningkatkan komsumsi nutrisi dan protein serta mengkomsumsi vitamin
yang meningkatkan kekuatan tubuh.