Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
alam baka (kekal) setelah kematian/ sesudah dunia berakhir. Pernyataan peristiwa
alam akhirat sering kali diucapkan secara berulang-ulang pada beberapa ayat didalam
Al Qur'an sebanyak 115 kali,[1] yang mengisahkan tentang Yawm al-Qiyâmah dan
Akhirat dianggap sebagai salah satu dari rukun iman yaitu: Percaya Allah,
percaya adanya malaikat, percaya akan kitab-kitab suci, percaya adanya nabi dan rasul
dan percaya takdir dan ketetapan. Menurut kepercayaan Islam, Allah akan memainkan
orang tersebut di akhirat akan diletakkan di Jahannam (neraka) atau Jannah (surga).
Kepercayaan ini telah disebut sebelumnya sebagai Hari Penghakiman dalam ajaran
Islam.
B. Rumusan Masalah
sebagai berikut ?
1
BAB II
PEMBAHASAN
78. dan ia membuat perumpamaan bagi kami; dan Dia lupa kepada kejadiannya; ia
berkata: "Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang, yang telah hancur
luluh?" 79. Katakanlah: "Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali yang
pertama. dan Dia Maha mengetahui tentang segala makhluk.80. Yaitu Tuhan yang
menjadikan untukmu api dari kayu yang hijau, Maka tiba-tiba kamu nyalakan (api) dari
kayu itu".81. dan tidaklah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi itu berkuasa
menciptakan yang serupa dengan itu? benar, Dia berkuasa. dan Dialah Maha Pencipta
lagi Maha mengetahui.82. Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki
sesuatu hanyalah berkata kepadanya: "Jadilah!" Maka terjadilah ia.83. Maka Maha suci
(Allah) yang di tangan-Nya kekuasaaan atas segala sesuatu dan kepada-Nyalah kamu
dikembalikan.
Tafsir Ayat:
Mari kita dengar uraian filosof Muslim, Al-Kindi, tentang kandungan ayat
tersebut, sebagaimana dikutip oleh Abdul-Halim Mahmud dalam bukunya At-Tafkir Al-
Menurut Al-Kindi:
2
Ayat ini menegaskan bahwa:
(a) Keberadaan kembali sesuatu setelah kepunahannya adalah bisa atau mungkin.
yang tadinya belum pernah ada, lebih mudah daripada mewujudkannya pertama
kali.Meskipun demikian, bagi Allah tidak ada istilah "lebih mudah atau lebih sulit".
Hakikat ini diungkapkan oleh ayat di atas ketika menyatakan: Katakanlah bahwa ia
(b) Kehadiran atau wujud sesuatu dari sumber yang berlawanan dengannya bisa
terjadi, sebagaimana terciptanya api dari daun hijau (yang mengandung air). Ini
diinformasikan oleh ayat yang berbunyi: Yang menjadikan untukmu api dari kayu
yang hijau.
bagi Allah) daripada menciptakan alam raya yang sebelumnya tidak pernah ada. Ini
dipahami dari firman-Nya: Dan tidakkah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi
(d) Untuk menciptakan dan atau melakukan sesuatu, betapa pun besar dan agungnya
ciptaan itu, bagi Tuhan tidak diperlukan adanya waktu atau materi. Ini jelas berbeda
dengan makhluk yang selalu membutuhkan keduanya. Hal ini bisa dipahami dari
firman-Nya: Jadilah, maka terjadilah ia. Manusia mana yang mampu dengan fasafah
melalui tuntunan Al-Quran- oleh mereka yang tadinya meragukannya. Gaya ini
digunakan oleh Al-Quran agar manusia merasa bahwa ia ikut berperan dalam
3
menemukan satu kebenaran dan dengan demikian ia merasa memilikinya serta
menganalogikan hari kebangkitan dengan keadaan hujan yang menimpa tanah yang
gersang.
tumbuhan dan binatang yang memakan apa yang terbentang di bumi Allah?
atas, sehingga akhirnya manusia mati terkubur di bawah tanah atau menjadi tanah
lagi. Nah apakah mustahil yang kini menjadi tanah, hidup lagi dengan kehidupan
baru?
terlihat pula tanah yang gersang setelah dicurahi hujan -ditumbuhi pepohonan yang
dan Dia menjadikan makanannya tetap utuh tidak rusak, sedangkan keledainya
4
ratus tahun lebih, kemudiandibangunkan kembali oleh Allah. Kisah mereka diuraikan
secara panjang lebar dalam surat Al-Kahf (18): 9-26 dan bekas-bekas peninggalan
dari kota Amman, Yordania. Kini gua itu menjadi salah satu objek yang
Penafsiran
beruntung dan selamat dari siksaan di akhirat; tadzakka artinya bersih dari kotoran
dosa yang disebabkan menentang kebenaran dan keras hati. Wadzakara asma rabbih
artinya menyebutkan sifat-sifat Allah dalam hati, seperti tentang keagungan dan
Jiwa yang bersih sebagaiman disebutkan pada ayat tersebut dapat dilakukan
terhadap segala yang dibawa oleh Rasulullah SAW disertai amal salih. Sedangkan
menyebut nama Allah lalu mengerjakan shalat, maksudnya adalah menghadirkan sifat-
sifat keagungan dan kesempurnaan Allah di dalam hati sanubari, kemudian patuh dan
kemudian jiwanya penuh dengan rasa takut adalah termasuk orang yang imannya
5
kokoh. Selanjutnya orang yang selalu benar terhadap apa yang dilakukannya, niscaya
ia akan mengutamakan kehidupan akhirat dari pada kehidupan dunia. Hal yang
demikian sejalan dengan pendapat akal yang sehat dan petunjak syara`.
Diketahui bahwa kehidupan akhirat bersifat kekal dan kenikmatannya tidak akan
pernah sirna, tidak ada kekurangan dan cacat, sedangkan kehidupan duniawi akan
sirna, terkena oleh kerusakan. Barangsiapa yang yang lebih mendahulukan kehidupan
duniawi, dan mencintai perhiasan duniawi, berarti orang tersebut tidak membenarkan
adanya kehidupan akhirat, atau keimanan orang tersebut tidak dapat melewati
ucapannya, dan tidak sampai pada hatinya. Dengan demikian, balasan pahala
sebagaimana dijanjikan bagi orang-orang yang beriman tidak sampai kepada orang
tersebut.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kehidupan dan kesenangan dunia itu, hanyalah seperti mainan dan sesuatu
yang lucu, menjadi bahan kelakar antara mereka, serta perhiasan melengkapi
6
Dari ayat-ayat di atas juga dapat dipahami bahwa manusia mempunyai
dua macam sifat yang pokok yaitu, yang pertama mempunyai sifat yang
mengikuti hawa nafsu, terpengaruh oleh kehidupan dunia dengan segala mata
yang mudah dipengaruhi setan. Yang kedua ialah manusia yang mempunyai
sifat percaya kepada Allah dan Rasul, jiwanya bersih dan mulia, kuat
Kedua, implikasi materi atau muatan pendidikan akhlak sebagai hasil dari
materi pendidikan keimanan. Dengan keimanan yang kuat akan adanya hari akhirat
B. Saran
perintah Allah dan berbuat kebaikan di dunia ini agar diakhirat nanti kita akan
mendapat keselamatan
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. H. Mahmud Yunus, Tafsir Qur’an Karim, Jakarta, PT. Mahmud
Yunus Wadzuryah, 2006