Professional Documents
Culture Documents
• Perikatan Alternatif
Menurut pasal 1272 BW, bahwa dalam perikatan alternatif debitur bebas dari
kewajibannya, jika ia menyerahkan salah satu dari dua barang yang disebutkan dalam
perikatan. Misalnya, A harus menyerahkan kuda atau sapinya kepada B. Pasal
tersebut tidaklah lengkap karena hanya mengatur tentang “memberikan sesuatu” dan
yang dapat dipilih hanya diantara dua barang saja. Kekurangan tersebut dilengkapi
oleh pasal 1277 BW, yang mengatakan : asas-asas yang sama berlaku juga, dalam hal
jika ada lebih dari dua barang yang termasuk ke dalam perikatan yang terdiri dari
berbuat atau tidak berbuat sesuatu.
Prestasi dari perikatan alternatif dapat berupa memberi, berbuat atau tidak berbuat
sesuatu, barang dalam perikatan alternatif pun ditentukan secara rinci atau disesuaikan
menurut jenisnya. Perikatan alternatif menjadi tunggal apabila salah satu barang yang
diperjanjikan tidak lagi menjadi obyek perikatan. Perikatan menjadi murni apabila :
a. Jika salah satu barang tidak lagi merupakan objek perikatan (pasal 1274).
c. Jika salah satu prestasi tidak mungkin lagi dipenuhi (pasal 1275).
• Perikatan Fakultatif.
Perikatan fakultatif adalah suatu perikatan yang objeknya hanya berupa satu
prestasi, dimana debitur dapat mengganti dengan prestasi lain. Jika pada perikatan
fakultatif, karena keadaan memaksa prestasi primairnya tidak lagi merupakan objek
perikatan, maka perikatannya menjadi hapus. Berlainan halnya pada perikatan
alternative, jika salah satu prestasinya tidak lagi dapat dipenuhi karena keadaan
memaksa, perkataannya menjadi murni.
a. Resiko
Pasal 1299 BW menentukan bahwa jika hanya ada satu debitur atau satu kreditur
prestasinya harus dilaksanakan sekaligus, walaupun prestasinya dapat dibagi-bagi.
Baru timbul persoalan apakah perikatan dapat dibagi-bagi atau tidak jika para pihak
atau salah satu pihak dan pada perikatan terdiri dari satu subjek. Hal ini dapat terjadi
jika debitur atau krediturnya meninggal dan mempunyai ahli waris lebih dari satu.
Akibat dari perikatan yang tidak dapat dibagi-bagi, adalah kreditur dapat
menuntut terhadap setiap debitur atas keseluruhan prestasi atau debitur dapat
memenuhi seluruh prestasi kepada salah seorang kreditur, dengan pengertian bahwa
pemenuhan prestasi menghapuskan perikatan.
a. Menurut sifatnya
2. Subjek-subjeknya :
• Perikatan Solider atau Tanggung Renteng.
Suatu perikatan adalah solider atau tanggung renteng, jika berdasarkan kehendak
para pihak atau ketentuan undang-undang :
Menurut pasal 1278 BW terdapat perikatan tanggung renteng aktif, jika dalam
persetujuan secara tegas dinyatakan bahwa kepada masing-masing kreditur
diberikan hak untuk menuntut pemenuhan seluruh prestasi.
Perikatan tanggung renteng yang timbul dari undang-undang tidak banyak kita
jumpai. Undang-undang hanya mengatur mengenai perikatan tanggung
renteng pasif. Ketentuan-ketentuan yang mengatur perikatan tanggung renteng
dalam BW adalah pasal 563 BW ayat 2. Mereka yang merampas dengan
kekerasan dan orang yang menyuruhnya tanggungjawab untuk seluruhnya
secara tanggung menanggung.
Apabila seorang debitur atau lebih terikat sedemikian rupa, sehingga perikatan
yang satu sampai batas tertentu tergantung kepada perikatan yang lain, maka
perikatan yang pertama disebut perikatan pokok sedangkan yang lainnya perikatan
accesoire. Misalnya perikatan utang dan borg.
Perikatan bersyarat diatur dalam Buku III bab I bagian V yaitu Pasal 1253 – 1267
BW. Suatu perikatan dikatakan bersyarat, jika berlakunya atau hapusnya perikatan
tersebut berdasarkan persetujuan digantungkan kepada terjadi atau tidaknya suatu
peristiwa yang akan datang yang belum tentu terjadi. Dalam menentukan apakah
syarat tersebut pasti terjadi atau tidak harus didasarkan kepada pengalaman manusia
pada umumnya. Menurut ketentuan pasal 1253 BW bahwa perikatan bersyarat dapat
digolongkan ke dalam :
Menurut pasal 1254 BW, syarat yang tidak mungkin terlaksana dan bertentangan
dengan kesusilaan adalah batal. Perumusan pasal tersebut tidak tepat, karena bukan
syaratnya yang batal akan tetapi perikatannya yang digantungkan pada syarat tersebut.
Syarat yang tidak mungkin harus ditafsirkan sebagai syarat yang secara objektif tidak
mungkin dipenuhi. Jika hanya debitur tertentu saja yang tidak memenuhi syaratnya,
tidak dapat mengakibatkan perikatan batal. Misal A memberikan uang kepada B
dengan syarat jika ia melompat dari ketinggian 100 meter, adalah batal. Akan tetapi
jika A memberikan uang kepada B dengan syarat jika ia berenang dipemandian adalah
sah, sekalipun B tidak dapat berenang.
Perikatan dengan ketentuan waktu adalah perikatan yang berlaku atau hapusnya
digantungkan kepada waktu atau peristiwa tertentu yang akan terjadi dan pasti terjadi.
Waktu atau peristiwa yang telah ditentukan dalam perikatan dengan ketentuan waktu
itu pasti terjadi sekalipun belum diketahui bila akan terjadi. Jadi dalam menentukan
apakah sesuatu itu merupakan syarat atau ketentuan waktu, harus melihat kepada
maksud dari pada pihak. Perikatan dengan ketentuan waktu dapat dibagi menjadi :
http://elcfhunpad.blogspot.com/2007/12/hukum-perikatan.html