Professional Documents
Culture Documents
KELOMPOK 9
PELAPORAN
Dalam hal pelaporan keuangan, maka:
1. Setiap triwulan BLU wajib membuat laporan keuangan yang terdiri dari laporan realisasi
anggaran/laporan operasional, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan
disertai laporan kinerja. Laporan tersebut disampaikan kepada Menteri/ Pimpinan
Lembaga dan kepada Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Perbendaharaan, paling
lambat 15 (lima belas) hari setelah periode pelaporan berakhir.
2. Setiap semesteran dan tahunan BLU wajib membuat laporan keuangan secara lengkap
yang terdiri dari laporan realisasi anggaran/laporan operasional, neraca, laporan arus
kas, dan catatan atas laporan keuangan, disertai laporan kinerja. Laporan tersebut
disampaikan kepada Menteri/ Pimpinan Lembaga untuk dikonsolidasikan ke dalam
laporan keuangan Kementerian/Lembaga paling lambat 1 (satu) bulan setelah periode
pelaporan berakhir.
Kemudian Menteri/Pimpinan Lembaga menyampaikan laporan kepada Menteri Keuangan
c.q. Direktur Jenderal Perbendaharaan yang dilampiri dengan laporan keuangan dan laporan
kinerja BLU paling lambat 2 (dua) bulan setelah periode pelaporan berakhir.
PENGELOLAAN KAS, UTANG DAN PIUTANG BLU
PENGELOLAAN KAS BLU
Sesuai dengan pasal 16 UU N0 23 Th 2005, pengelolaan kas BLU dilaksanakan berdasarkan
praktek bisnis yang sehat. Dalam rangka pengelolaan kas, BLU menyelenggarakan hal-hal
sebagai berikut:
1. merencanakan penerimaan dan pengeluaran kas;
2. melakukan pemungutan pendapatan atau tagihan;
3. menyimpan kas dan mengelola rekening bank;
4. melakukan pembayaran;
5. mendapatkan sumber dana untuk menutup defisit jangka pendek; dan
6. memanfaatkan surplus kas jangka pendek untuk memperoleh pendapatan tambahan.
Atau dengan kata lain memanfaatkan kas yang menganggur (idle cash) jangka pendek
untuk memperoleh pendapatan tambahan.
Adapun rekening bank dimaksud, dibuka oleh pimpinan BLU pada bank umum. Sedangkan
pemanfaatan surplus kas sebagaimana dimaksud diatas dilakukan sebagai investasi jangka
pendek pada instrumen keuangan dengan risiko rendah.
Penarikan dana yang bersumber dari APBN/APBD dilakukan dengan menerbitkan Surat Perintah
Membayar (SPM) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
PENGELOLAAN PIUTANG
Dalam pasal 17 UU N0 23 Th 2005, mengenai pengelolaan piutang BLU disebutkan
bahwa BLU dapat memberikan piutang sehubungan dengan penyerahan barang, jasa, dan/atau
transaksi lainnya yang berhubungan langsung atau tidak langsung dengan kegiatan BLU
sepanjang dikelola dan diselesaikan secara tertib, efisien, ekonomis, transparan, dan
bertanggung jawab serta dapat memberikan nilai tambah, sesuai dengan praktek bisnis yang
sehat dan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Piutang BLU yang sulit ditagih dapat dilimpahkan penagihannya kepada Menteri
Keuangan/gubernur/bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya
Pada implementasi selanjutnya, piutang BLU dapat dihapus secara mutlak atau bersyarat oleh
pejabat yang berwenang, yang nilainya ditetapkan secara berjenjang.
Adapun kewenangan penghapusan piutang secara berjenjjang tersebut ditetapkan dengan
Peraturan Menteri Keuangan/gubernur/bupati/walikota, sesuai dengan kewenangannya,
dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan.
PENGELOLAAN UTANG
Mengenai pengelolaan utang BLU, disebutkan dalam 18 UU N0 23 Th 2005 tentang
pengelolaan BLU, disebutkan BLU dapat memiliki utang sehubungan dengan kegiatan
operasional dan/atau perikatan peminjaman dengan pihak lain sepanjang dikelola dan
diselesaikan secara tertib, efisien, ekonomis, transparan, dan bertanggung jawab, sesuai
denganpraktek bisnis yang sehat.
Terdapat dua jenis utang BLU, yaitu:
Utang jangka pendek
Pemanfaatan utang yang berasal dari perikatan peminjaman jangka pendek ditujukan hanya
untuk belanja operasional.
Utang jangka panjang
Pemanfaatan utang yang berasal dari perikatan peminjaman jangka panjang ditujukan hanya
untuk belanja modal.
Perikatan peminjaman dilakukan oleh pejabat yang berwenang secara berjenjang berdasarkan
nilai pinjaman. Sedangkan kewenangan peminjamannya diatur dengan Peraturan Menteri
Keuangan/gubernur/bupati/walikota.
Pembayaran kembali utang tersebut merupakan tanggung jawab BLU. Namun hak tagih
atas utang BLU menjadi kadaluarsa setelah 5 (lima) tahun sejak utang tersebut jatuh tempo,
kecuali ditetapkan lain oleh undang-undang. Adapun jatuh tempo dihitung sejak 1 Januari
tahun berikutnya.
PENGELOLAAN BARANG DAN INVESTASI
PENGELOLAAN BARANG
Berdasarkan Undang-undang nomor 23 tahun 2005 pasal 20, tentang pengelolaan
keuangan BLU, pengadaan barang/ jasa oleh BLU dilakukan berdasarkan prinsip efisiensi dan
ekonomis, sesuai dengan praktek bisnis yang sehat dimana kewenangan atas pengadaan
tersebut diselenggarakan berdasarkan jenjang nilai yang diatur dalam Peraturan Menteri
Keuangan/gubernur/bupati/walikota.
Dengan kata lain, pengadaan barang/jasa BLU yang sumber dananya berasal dari
pendapatan operasional, hibah tidak terikat, hasil kerjasama lainnya dapat dilaksanakan
berdasarkan ketentuan pengadaan barang/jasa yang ditetapkan pimpinan BLU, tanpa
mengikuti ketentuan Keppres no. 80 tahun 2003 beserta seluruh perubahannya, dengan
mengikuti prinsip-prinsip transparansi, adil,/tidak diskriminatif, akuntabilitas, dan praktis bisnis
yang sehat. Sehingga dapat dibebaskan sebagian atau seluruhnya dari ketentuan mengenai
pengadaan barang/jasa, dalam kaitannya dengan Kepres no. 80 tahun 2003, dengan alasan
efektivitas dan efisiensi.
INVESTASI
Dalam hal investasi, BLU mengenal dua jenis investasi dalam pengelolaan keuangannya, yaitu:
1. Investasi jangka panjang;
2. Investasi jangka pendek.
Dana/kas yang dimiliki suatu badan pemerintahan yang menggunakan sistem BLU dalam
pengelolaan keuangannya tidak dapat melakukan investasi jangka panjang, kecuali atas
persetujuan Menteri Keuangan/gubernur/bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.
Segala keuntungan yang diperoleh dari pelaksanaan investasi jangka panjang merupakan
pendapatan BLU, sehingga diperuntukkan sesuai tujuan dibentuknya sistem pengelolaan
keuangan BLU yaitu untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat umum. Investasi jangka
panjang yang dimaksud antara lain:
1. Penyertaan modal;
2. Obligasi jangka panjang; dan
3. Investasi langsung (pembentukan perusahaan) atas nama Menteri Keuangan.
Pengelolaan kas BLU dapat pula dilakukan investasi jangka pendek, yang ketentuannya
sama seperti pengelolaan investasi jangka pendek pada umumnya. Hal ini dikarenakan
badan/instansi pemerintahan yang menyelenggarakan sistem BLU sebagai asas pengelolaan
keuangannya diperkenankan untuk memanfaatkan kas yang menganggur (idle cash) jangka
pendek untuk memperoleh pendapatan tambahan. Dengan demikian kas yang dimiliki oleh
badan/instansi pemerintahan yang telah menerapkan sistem BLU dapat berkembang jumlahnya
sehingga dengan jumlah kas yang bertambah diharapkan terjadi peningkatan layanan yang
lebih baik keadaan masyarakat umum.