You are on page 1of 5

Tinjauan Pustaka

Peran Positron Emission Tomography dalam


Diagnosis dan Evaluasi Kanker Paru

Zulkifli Amin, Dendi Kadarsan, Wulan Ayudyasari, Meccarania DM

Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/


Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta

Abstrak: Positron Emission Tomography (PET) merupakan salah satu modalitas diagnostik
kedokteran nuklir yang lebih baik dibanding modalitas lain terutama di bidang keganasan.
Prinsip kerjanya dengan mendeteksi akumulasi bahan radioaktif pada suatu organ. PET scan
memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi untuk membedakan lesi jinak dan ganas. PET
scan dapat memberikan gambaran fungsional aliran darah dan proses metabolik di tingkat sel.
Pada penyakit paru, PET scan sangat berguna untuk staging, restaging, penilaian rekurensi
penyakit, dan evaluasi pengobatan kanker paru bukan sel kecil. Manfaat PET scan lebih
sedikit pada kanker paru sel kecil. Kombinasi pemeriksaan CT dan PET scan dapat menghasilkan
informasi klinis yang lebih lengkap untuk ukuran staging tumor (T) kanker paru bukan sel
kecil. PET scan dapat melakukan penilaian kelenjar getah bening (N) lebih baik daripada CT
scan. Metastasis kanker paru bukan sel kecil dapat diketahui dengan lebih baik dengan PET
scan, kecuali metastasis pada otak.
Kata kunci: kedokteran nuklir, PET scan, kanker paru bukan sel kecil, staging.

118 Maj Kedokt Indon, Volum: 57, Nomor: 4, April 2007


Peran PET dalam Diagnosis dan Evaluasi Kanker Paru

The Role of Positron Emission Tomography in


Diagnosis and Evaluation of Lung Cancer

Zulkifli Amin, Dendi Kadarsan, Wulan Ayudyasari, Meccarania DM

Department of Internal Medicine, Faculty of Medicine University of Indonesia/


Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta

Abstract: Positron Emission Tomography (PET) is a nuclear-medicine based diagnostic modality


that gives many advantages in diagnosing malignancy. PET scanner detects radioactive materials
that accumulates in organ after intravenous injection of labelled materials. PET scan illustrates
functional blood flow and cellular metabolic processes. PET scan is very useful in staging,
restaging, assessment of recurrency, and also evaluation of therapy in non small cell lung cancer.
Less benefit could be obtained in assessing small cell lung cancer. PET scans sensitivity and
specificity are able to distinguish benign and malignant lesion. Combined CT and PET scan
assessment offer more extensive clinical information on tumor staging (T) in non small cell lung
cancer. PET scan could assess lymph nodes better than CT scan. Metastasis of non small cell lung
cancer could be detected superiorly by PET scan apart from brain metastasis
Key words: nuclear medicine, PET scan, non small cell lung cancer, staging.

Pendahuluan organ tubuh stimulus spesifik.4


Positron Emission Tomography (PET) merupakan salah Dasar kinerja utama PET adalah positron yaitu partikel
satu modalitas kedokteran nuklir, yang untuk pertama kali yang memiliki massa yang sama dengan elektron tetapi
dikenalkan oleh Brownell dan Sweet pada tahun 1953.1,2 bermuatan positif.1,5 Setelah positron diemisi dari nukleus
Prototipenya telah dibuat pada sekitar tahun 1952,2 sedang- atom, ia harus menghilangkan energi kinetiknya dan
kan alatnya pertama kali dikembangkan di Massachusetts bergabung dengan elektron.1 Kedua partikel tersebut saling
General Hospital, Boston pada tahun 1970.1 Positron yang menghilangkan muatan (anihilasi), kemudian mengemisikan
merupakan inti kinerja PET pertama kali diperkenalkan oleh dua radiasi gamma 511-keV ke arah yang berlawanan. Jika
PAM Dirac pada akhir tahun 1920-an.3 dalam dua detektor yang diletakkan berlawanan satu sama
PET sangat baik untuk mencitrakan gambaran fung- lain, suatu radiasi gamma 511-keV dihasilkan pada waktu yang
sional aliran darah atau proses metabolik dibandingkan bersamaan (koinsiden), anihilasi akan terjadi pada garis yang
pemeriksaan radiologik lainnya seperti foto rontgen, com- menghubungkan kedua detektor.1,5 Apabila banyak detektor
puted tomography (CT), magnetic resonance imaging (MRI) diatur dalam suatu cincin, membentuk suatu silinder, maka
dan single photon emission computerized tomography kejadian dapat ditampilkan dalam bentuk tiga dimensi.
(SPECT). Fungsi utama PET adalah mengetahui kejadian di Berdasarkan data tersebut, maka distribusi spasial radioaktif
tingkat sel yang tidak didapatkan dengan alat pencitraan dalam tubuh dapat direkonstruksi oleh algoritme komputer
konvensional lainnya. 1 yang sesuai.5
Pada makalah ini akan dibahas keunggulan pemeriksaan
PET scan dibanding pencitraan konvensional lainnya,
terutama dalam staging, restaging, penilaian rekurensi dan
evaluasi pengobatan kanker paru bukan sel kecil.

Prinsip dan Cara Kerja


PET dapat mengukur fungsi fisiologis dengan
mencitrakan aliran darah, metabolisme, neurotransmitter dan
obat yang dilabel zat radioaktif. Alat ini dapat menampilkan
analisis secara kuantitatif, mengikuti perubahan relatif selama
pemantauan sesuai dengan perjalanan dan pengaruh penyakit Gambar 1. Prinsip Koinsidensi Annihilasi [ 18F] dan Positron
terhadap jaringan tubuh anusia atau respons terhadap Emission Tomography (PET).5

Maj Kedokt Indon, Volum: 57, Nomor: 4, April 2007 119


Peran PET dalam Diagnosis dan Evaluasi Kanker Paru

Radiasi yang diserap jaringan tergantung pada massa Penggunaan PET untuk kanker paru bukan sel kecil
radioaktif, hingga zat radioaktif yang diserap dapat dihitung. antara lain untuk menentukan staging, restaging, penilaian
Penyerapan dapat dihitung dengan alat ukur khusus dalam rekurensi pasca-pengobatan saat modalitas pencitraan lain
scanner PET atau dengan komputer tomografi. 5 tidak membantu dan evaluasi respons terapi. Sementara
PET bekerja berdasarkan deteksi radioaktif yang kegunaannya untuk kanker paru sel kecil adalah untuk
dipancarkan sesudah sejumlah kecil zat radioaktif pelacak menentukan staging.12 Pendapat yang berbeda datang
disuntikkan ke vena perifer.4 Pelacak yang diberikan sebagai dari Centers for Medicare and Medicaid Services (CMS)
suntikan intravena biasanya dilabel dengan 15O, 18F, 11C atau guidelines yang menyatakan bahwa indikasi pemeriksaan
13
N.4,5 Total zat radioaktif yang diperlukan sama dengan dosis PET hanya untuk kanker paru bukan sel kecil.8
yang digunakan pada CT. PET scan membutuhkan waktu 10
sampai 40 menit untuk pengerjaannya.4 Peran PET dalam Kanker Paru
Pemeriksaan yang biasa dilakukan adalah dengan Diagnosis
mengukur konsumsi glukosa pada bagian tubuh jaringan PET merupakan peralatan penunjang mutakhir yang
yang berbeda. Analog glukosa radioaktif yang biasa penting dalam upaya penegakkan diagnosis kanker paru.
digunakan adalah 18F-2-deoxy-2-fluoro-D-glucose (FDG) Kerap kali NSP sulit dideteksi dengan computed tomogra-
untuk mendeteksi kanker di berbagai organ.4-7 Akumulasi phy, maka dalam kondisi tersebut PET berperan penting
analog glukosa radioaktif itu mengikuti pengukuran tingkat karena sensitivitasnya yang tinggi.13
konsumsi glukosa. Kepentingan kliniknya adalah mem- Pemeriksaan rutin pencitraan anatomik berdasarkan
bedakan tumor ganas dan jinak.4,7,8 Metabolisme glukosa lokasi, bentuk, dan besar nodul berhasil menentukan kega-
tumor ganas lebih cepat dibandingkan tumor jinak.4,7 nasan pada sekitar 1/3 kasus. Sensitivitas pemeriksaan
Pemeriksaan PET tidak menyakitkan dan seperti dengan biopsi dapat mencapai 90%, namun hasil biopsi yang
pemeriksaan CT, pasien tetap menggunakan pakaian.4,9 negatif tidak dapat menyingkirkan keganasan. Pemeriksaan
Persiapan yang perlu dilakukan untuk PET ialah puasa 4-6 PET dengan 18F-FDG mempunyai akurasi tinggi dalam
jam sebelum pemeriksaan. Untuk pemeriksaan PET otak, membedakan lesi ganas dengan sensitivitas 97% dan
puasa sejak 4 jam sebelum pemeriksaan, sedangkan untuk spesifisitas 78%. Spesifisitas yang kurang ini disebabkan
pemeriksaan seluruh tubuh paling sedikit puasa selama 6 karena 18F-FDG juga akan terakumulasi pada proses
jam. Pasien masih tetap dapat minum obat yang diresepkan.9 peradangan, seperti infeksi bakterial paru, tuberkulosis, dan
Untuk pasien yang menderita diabetes, aktivitas harian penyakit granulomatosa lain.6 Penelitian Dewan mendapatkan
tetap dijalankan dengan sedikit makan. Insulin atau obat dia- sensitivitas 95% dan spesifisitas 80%, sementara itu Pat et
betes oral tetap diminum rutin dan kadar gula darah harus al14 melaporkan sensitivitasnya mencapai 100% dan spesi-
sekitar 100 – 200 mg/dL sebelum pemeriksaan. Ibu hamil tidak fisitas 89%.
diperkenankan menjalani pemeriksaan dengan PET. 9 Sensitivitas PET yang tinggi berakibat ada proporsi kecil
Setelah persiapan dilakukan dan pasien siap untuk lesi paru yang menghasilkan positif palsu. Lesi infeksi aktif
dilakukan pemeriksaan, perawat akan menyuntikkan zat atau inflamasi mungkin menghasilkan positif palsu, begitu
radiofarmaka yang telah dilabel secara intravena. Pasien juga granuloma tuberkulosis, koksidiomikosis, aspergillosis
berbaring di tempat yang telah ditentukan seraya menunggu dan histoplasmosis.14,15
beberapa waktu sampai tubuh dapat menyerap zat tersebut. Hasil negatif palsu dapat terjadi pada tiga kondisi yaitu
Untuk pemeriksaan kepala perlu istirahat selama 30 menit, tumor tersembunyi dengan aktivitas metabolik yang relatif
sedangkan pemeriksaan seluruh tubuh 50 menit. Saat tiba rendah, dan kedua, ukuran nodul yang kecil. PET efektif
waktunya untuk scan, pasien berbaring dan dimasukkan ke hanya untuk nodul ³ 6 mm dan tidak banyak membantu untuk
PET scanner. Pemeriksaan ini akan memakan waktu sekitar nodul yang sangat kecil. Ketiga, negatif palsu dapat terjadi
30 hingga 90 menit. 9 pada pasien hiperglikemia.6,11,14 Kondisi tersebut memang
mengurangi kemampuan PET dalam menegakkan diagnosis
Indikasi PET pada Penyakit Paru kanker paru. Secara lebih jelas kelemahan PET disajikan pada
Indikasi PET terutama untuk deteksi keganasan. Bila Tabel 1.
ditemukan nodul soliter paru (NSP) pada foto toraks perlu
dibedakan apakah nodul tersebut bersifat ganas atau jinak. Tabel 1. Penyebab Hasil Positif Palsu atau Negatif Palsu pada
Penggunaan PET.14
Kadang-kadang nodul itu merupakan proses peradangan.
Sekitar 30-50% nodul merupakan proses keganasan. Positif Palsu Negatif Palsu
Pemeriksaan radiologi toraks dan CT scan terbatas hanya
untuk membedakan keganasan atau bukan,6,10 sedangkan Infeksi Keganasan derajat rendah
Inflamasi akut Fokal keganasan yang kecil atau mikroskopik
PET sangat berguna untuk menentukan staging kanker Luka karena bedah Hiperglikemia
paru.11 Hipermetabolisme otot Fokus metabolik yang sangat berdekatan

120 Maj Kedokt Indon, Volum: 57, Nomor: 4, April 2007


Peran PET dalam Diagnosis dan Evaluasi Kanker Paru

Selain sensitivitas dan spesifisitas yang cukup tinggi, jumlah yang terlibat untuk memperkirakan keganasan.8
kelebihan PET adalah akurasi dibandingkan CT dalam deteksi Pembesaran kelenjar getah bening lebih dari 1 cm pada aksis
atau eksklusi metastasis nodul mediastinum.15 Keunggulan pendek dan 1,5 cm pada aksis panjang menunjukkan me-
PET dibanding radiologi konvensional seperti CT adalah tastasis.6,10 Keterbatasan pemeriksaan CT terletak pada
kemampuan untuk membedakan maligna dengan benigna. ketidakmampuan CT untuk membedakan pembesaran kelenjar
Lebih jauh, PET mampu mendeteksi perubahan signifikan tersebut merupakan proses penjalaran keganasan atau
yang tidak tampak dengan pemeriksaan pencitraan lain.16 peradangan.6 PET merupakan pemeriksaan tambahan dari CT
Keterbatasan PET adalah pemeriksaan tersebut tetap scan untuk menentukan status keterlibatan kelenjar getah
hanya merupakan pemeriksaan penunjang. Diagnosis pasti bening, karena pencitraan PET mampu menginformasikan
kanker paru tetap hanya dapat ditegakkan dengan peme- kondisi metabolik.6,8,10
riksaan invasif seperti biopsi transtorakal dan mediasti- PET sangat berperan dalam menentukan keterlibatan
noskopi.6 kelenjar getah bening mediastinum.18,19 Penggunaan PET
untuk memeriksa kelenjar getah bening mediastinum,
Staging sensitivitasnya mencapai 80-90% dengan spesifisitas 85-
Ketika diagnosis kanker paru, terutama kanker paru 100%. Sementara untuk kelenjar hilus, sensitivitas dan
bukan sel kecil telah ditegakkan, maka tujuan selanjutnya spesifisitasnya masing-masing 75%. Hasil yang rendah
adalah melakukan staging dan rencana pengobatan. 8 dibandingkan kelenjar mediastinum, karena kelenjar hilus
Penentuan staging menggunakan sistem TNM, T ber- seringkali terinfeksi sehingga hasilnya sering positif palsu.8
dasarkan besar tumor, N menunjukkan keterlibatan kelenjar
getah bening, dan M menyatakan adanya penjalaran jauh.6,8,14 Metastasis (M)
Whole body PET dapat mencari metastasis jauh yang
Ukuran Tumor (T) sulit dilakukan dengan pencitraan seperti CT scan dan
PET tidak dapat menentukan besar tumor, tidak akurat MRI.6,14 PET merupakan alat bantu dalam mencari metastasis
pada lesi yang sangat kecil, dan tidak dapat mendeteksi tu- jauh. Berbagai tempat dapat terpengaruh oleh metastasis
mor yang kecil karena pembatasan anatomi dan resolusi yang kanker paru bukan sel kecil, di antaranya paru, tulang, otak,
kurang.6,8,17 Pengukuran besar tumor dapat ditampilkan oleh hati dan kelenjar adrenal. 8
pencitraan PET,8,14 namun kesalahan pengukuran dapat Evaluasi metastasis dengan teknik pencitraan kon-
terjadi karena ketidaktepatan gambaran pencitraan akibat vensional membutuhkan serangkaian pemeriksaan, termasuk
membesarnya lesi dan overestimasi ukuran lesi.8 Untuk CT scan toraks, abdomen, dan pelvis; CT scan atau MRI
mengukur lesi, CT lebih akurat dibanding PET.6,10,14 PET tidak otak serta bone scintigraphy. FDG PET merupakan peme-
dapat menentukan besar tumor yang mengenai dinding riksaaan alternatif yang dapat menggantikan semua
bronkus, pleura dan vaskular, 6,8,14 namun PET dapat pemeriksaan tersebut dan menghasilkan pemeriksaan yang
menyatakan derajat keganasan melalui perhitungan semi superior dibandingkan teknik pencitraan lain. 8
kuantitatif standard uptake values (SUVs) dan prog- Pada hampir 10% pasien kanker paru bukan sel kecil
nosisnya. Pasien kanker paru bukan sel kecil dengan SUVs didapatkan pembesaran kelenjar adrenal sebagaimana yang
> 10 mempunyai survival rate setengah dari pasien kanker terlihat pada pencitraan CT, yang sebagian besar (2/3) jinak
paru bukan sel kecil dengan SUVs < 10. CT scan merupakan atau asimptomatik.10, 14 PET dapat mendeteksi dengan baik
metode yang baik untuk menentukan besar tumor, namun apakah ada penyebaran di kelenjar adrenal atau tidak,
kombinasi dengan PET (PET/CT )memberikan hasil jauh lebih sehingga mampu mengurangi biopsi yang tidak perlu.10,14 Hal
baik.6 yang perlu diperhatikan adalah interpretasi PET untuk lesi
PET berperan penting dalam menentukan efusi pleura yang sangat kecil (< 1 cm).10 Banyak penelitian membuktikan
maligna.8,10,14 Pleura yang tebal atau adanya keterlibatan bahwa PET lebih baik dalam menentukan penyebaran di ad-
kelenjar getah bening pada pemeriksaan CT tidak dapat renal. Erasmus et al.20 mendapati bahwa pencitraan PET
menyimpulkan apakah lesi tersebut jinak atau ganas. mampu mendeteksi adanya penyebaran kelenjar adrenal
Schrevens et al.10 mengatakan bahwa PET sangat ber- dengan benar. Boland et al21 menemukan bahwa terdapat
manfaat dalam mencitrakan efusi pleura maligna dengan perbedaan metabolisme yang signifikan pada pembesaran
sensitivitas 95% dan spesifisitas 67%.10 kelenjar adrenal yang ada kaitannya dengan keganasan.
Saat ini, untuk mencari metastasis ke tulang, pemeriksaan
Kelenjar Getah Bening (N) yang digunakan adalah bone scintigraphy dengan 99m Tech-
Keterlibatan kelenjar getah bening dalam proses netium methylane diphosphate (99m Tc MDP). Pemeriksaan
keganasan sangat menentukan dalam tata laksana dan prog- itu memiliki sensitivitas yang baik yaitu sekitar 90%, namun
nosis.8 Pemeriksaan non-invasif seperti CT sering digunakan spesifitasnya rendah sekitar 60%. Karena sering terjadi hasil
untuk melihat keterlibatan kelenjar getah bening.8,10 CT positif-palsu akibat peningkatan aktivitas tulang seperti pada
mengevaluasi kelenjar getah bening berdasarkan ukuran dan kondisi degeneratif atau perubahan pasca-trauma, proses

Maj Kedokt Indon, Volum: 57, Nomor: 4, April 2007 121


Peran PET dalam Diagnosis dan Evaluasi Kanker Paru

inflamasi, dll, seringkali diperlukan pemeriksaan tambahan 2. Brownell GL. A history of positron imaging. Peringatan 50 tahun
pelayanan rumah sakit umum Massachusetts, 15 Oktober 1999.
seperti x-ray tulang, CT tulang atau MRI. Dalam hal ini terlihat
3. Turkington TG. Introduction to PET instrumentation. J Nucl
keunggulan PET memiliki sensitivitas dan spesifitas tinggi, Med Technol 2001;29:4-11.
masing-masing > 90% dan > 98%, dengan akurasi > 96%.10 4. Berger A. Positron emission tomography. Brit Med J 2003;
Pemeriksaan baku untuk mendeteksi metastasis di hati 326(5):1449.
5. Westera G, Schubiger PA. Functional imaging of physiological
adalah USG atau CT. Beberapa penelitian memperlihatkan
processes by positron emission tomography. News Physiol Sci
bahwa PET lebih unggul daripada CT atau USG, namun ada 2003;18:175-7.
penelitian lain yang memperlihatkan bahwa tidak ada bedanya 6. Wijaya KK. The role of PET in lung cancer diagnosis. In: Pro-
penggunaan PET dengan USG atau CT sehingga USG/CT ceeding symposium chest and critical internal medicine. Jakarta:
2006.
masih tetap merupakan pemeriksaan baku untuk melihat
7. Kubota K. From tumor biology to clinical PET: a review of
keterlibatan hati.10 positron emission tomography (PET) in oncology. Annals Nucl
PET tidak disarankan untuk mencari metastasis di Med 2001;15(6):471-86.
otak,8,10 sehingga PET tidak dapat menggantikan MRI untuk 8. Rohren EM, Turkington TG, Coleman RE. Clinical application
of PET in oncology. Radiol 2004;231(2):305-32.
mendeteksi metastasis di otak.8
9. Positron emission tomography (PET) scan-diagnostic. Diunduh
dari www.cc.nih.gov tanggal 11 Maret 2006.
Evaluasi Pengobatan 10. Schrevens L, Lorent N, Dooms C, Vansteenkiste J. The role of
PET scan in diagnosis, staging, and management of non small
Tujuan penggunaan PET adalah untuk deteksi dini
cell lung cancer. Oncol 2004;9:633-43.
kanker paru dan menilai respons terhadap terapi. Kanker paru 11. Hirsch FR, Franklin WA, Gazdar AF, Bunn PA Jr. Early detection
bukan sel kecil dan kanker lainnya seperti limfoma serta of lunc cancer: clinical perspectives of recent advances in biol-
kanker kolorektal menunjukkan penurunan ambilan F-FDG ogy and radiology. Clin Cancer Res 2001;7:5-22
12. The Workgroup for the Chapter of Radiologist, Academy of
bila terdapat respons terhadap pengobatan yang biasanya
Medicine, Singapore. Clinical indications for positron emission
sejalan dengan respons klinik, gambaran radiografi, atau tomography (PET) scanning. Ann Acad Med 2004;33(2):186-
penilaian histopatologis. Sebaliknya, bila tidak ada respons 94.
maka tidak terjadi penurunan ambilan 18F-FDG. 16 Dalam 13. Shankar LK, Sullivan DC. Functional imaging in lung cancer. J
Clin Oncol 2005;23(14):3203-11.
penelitian lain didapatkan bahwa pasien dengan kanker
14. Lowe VJ, Naunheim KS. Current role of positron emission to-
gastroesofageal menunjukkan penurunan ambilan F-FDG18 mography in thoracic oncology. Thorax 1998;53:703-12.
dua minggu sesudah kemoterapi seri pertama. 22 15. Hollings N, Shaw P. Diagnostic imaging of lung cancer. Eur Respir
Selain untuk evaluasi pengobatan, PET juga dapat J 2002;19:722-42.
16. Juweid ME, Cheson BD. Positron emission tomography and as-
digunakan untuk restaging. PET dapat digunakan untuk
sessment of cancer therapy. N Engl J Med 2006;354(5):496-
restaging kanker payudara, kanker kolorektal, esofagus, 507.
leher dan kepala, serta kanker paru bukan sel kecil. Waktu 17. Mac Manus MP, Hicks RJ. PET scanning in lung cancer: current
yang tepat untuk restaging kanker paru bukan sel kecil adalah status and future directions. Semin Surg Oncol 2003;21:149-55.
18. Salminen E, MacManus M. FDG-PET imaging in the manage-
2-6 bulan sesudah kemoradioterapi lengkap selesai atau satu
ment of non-small-cell lung cancer. Annal Oncol 2002;13:357-
sampai dua bulan sesudah pembedahan.16 60.
19. Coleman RE. PET in lung cancer. J Nucl Med 1999;40(5):814-
Penutup 20.
20. Erasmus JJ, Patz EJ, McAdams HP, Murray JG, Herndon J,
PET merupakan salah satu kemajuan teknologi nuklir Coleman RE et al. Evaluation of adrenal masses in patients with
yang sangat membantu dalam penegakkan diagnosis bronchogenic carcinoma using 18F-fluorodeoxyglucose positron
terutama pada kasus keganasan. Manfaat PET di bidang paru emission tomography. AJR 1997;168:1357-60.
21. Boland GW, Goldberg MA, Lee MJ, Mayo-Smith WW, Dixon J,
terutama untuk menentukan ganas atau jinaknya lesi paru. McNicholas MM et al. Indeterminate adrenal mass in patients
Walaupun diagnosis pasti keganasan harus tetap dilakukan with cancer: evaluation at PET with 2-[F-18]-fluoro-2-deoxy-
melalui tindakan invasif namun secara umum PET bermanfaat D-glucose. Radiology 1995;194:131-4.
untuk staging, restaging, penilaian rekurensi dan evaluasi 22. Weber WA, Ott K, Becker K, Dittler HJ, Helmberger H, Avril NE,
et al. Prediction of response to preoperative chemotherapy in
pengobatan. Kelemahan PET adalah tidak dapat digunakan adenocarcinomas of the esophagogastric junction by metabolic
untuk mencari metastasis ke otak. imaging. J Clin Oncol 2001;19:3058-65.

Daftar Pustaka
1. Early PJ. Positron emission tomography (PET). In: Early PJ, SS/RN
Sodee DB, editors. Principles and practice of nuclear medicine.
St Louis: Mosby; 1995.p.314-22.

122 Maj Kedokt Indon, Volum: 57, Nomor: 4, April 2007

You might also like