You are on page 1of 7

Konsep-Konsep Pendapatan Nasional Indonesia

Dalam arti sempit , pendapatan nasional adalah pengertian lansung dari national income dan
dalam arti luas dapat merujuk ke Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Product
(GDP); Produk Nasional Bruto (PNB) atau Gross National Product (GNP); Produk Nasional
Neto (PNN) atau Net NationalProduct (NNP); atau merujuk pada Pendapatan Nasional (PN) atau
Net Income (NI).

Metode Penghitungan Pendapatan Nasional

Di Indonesia, data mengenai pendapatan nasional dikumpulkan dan dihitung serta disajikan oleh
Biro Pusat Statistik. Penghitungan pendapatan nasional Indonesia dimulai dengan Produk
Domestik Bruto, yang diukur dengan tiga mcam pendekatan yaitu: pendekatan produksi,
pendekatan pendapatan, dan pendekatan pengeluaran.

a.Pendekatan produksi

Sesuai dengan pendekatan ini, PDB adalah jumlah niali barang dan jasa akhir yang dihasilkan
oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu negara dalam jangka waktu setahun. Unit-unit
produksi secara garis besar dibedakan menjadi 11 sektor atau lapangan usaha diantaranya;
pertanian; pertambangan dan penggalian; industri pengolahan; listrik, gas, dan air minum;
bangunan; perdagangan ; pengangkutan danklmunikasi; bank dan lembaga keuangan lainnya;
sewa rumah; pemerintahan ; dan jasa-jasa.

b.Pendekatan pendapatan

Menurut pendekatan ini, PDB merupakan jumlah balas jasa yag diterima oleh faktor-faktor
produksi yang turut serta dalam proses produksi di wilayah suatu negara dalam jangka waktu
setahun. Balas jasa produksi yang dimaksud meliputi upah dan gaji; sewa tanah; bunga modal,
dan keuntungan yang dihitung sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak-pajak lainnya.PDB
juga mencakup penyusutan dan pajak-pajak tak langsung neto dimana semua komponen
pendapatan per sektor disebut nilai tambah bruto sektoral. Dengan kata lain PDB merupakan
penjumlahan dari nilai tambah bruto seluruh sector atau lapangan usaha.

c.Pendekatan pengeluaran

PDB dalam pendekatan ini berarti jumlah seluruh komponen permintaan akhir dalam jangka
waktu setahun, meliputi (1) pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba; (2)
pembentukan modaltetap domestic bruto dan perubahan stok; (3) pengeluaran konsumsi
pemerintah; (4) serta ekspor neto (X-M).

Produk Nasional Bruto (PNB) adalah PDB ditambah pendapatan neto atas faktor luar negeri
( pendapatan atas faktor produksi warga negara Indonesia yang diterima dari luar negeri
dikurangi dengan pendapatan atas faktor produksi warga negara asing yang berpenghasilan di
Indonesia. PNN dapat dihitung dari PNB dikurangi seluruh penyusutan atas barang-barang
modal tetap yang digunakan dalam proses produksi selama setahun. PDB, PNB, dan PNN yang
telah disebutkan berdasar atas harga pasar karena masih terdapat unsur pajak tak langsung neto
yang merupakan jumlah seluruh pajak tak langsung yang dipungut oleh pemerintah setelah
dikurangi subsidi. Sedangkan pendapatan nasional diperoleh dengan cara mengurangkan PNN
atas dasar harga pasar dengan pajak tak langsung neto yang disebut dengan PNN atas dasar biaya
faktor produksi.

Metode Penghitungan Pertumbuhan Riil

Agregat ekonomi (mencakup PDB, PNB, PNN, dan PN) merupakan angka besaran total yang
menunjukkan prestasi ekonomi suatu negara dan dapat mengukur pertumbuhan ekonomi. Untuk
menghitung pertumbuhan ekonomi riil, harus menghilangkan terlebih dahulu pengaruh
perubahan harga yang melekat pada angka-angka agregat ekonomi menurut harga berlaku
(current prices), sehingga terbentuk menurut harga konstan (constant prices). Metode yang dapat
digunakan yaitu:

a.metode revaluasi, dengan cara menilai produksi masing-masing tahundengan menggunakan


harga tahun tertentu yang dijadikan tahun dasar

b.metode ekstrapolasi, dengan cara updating nilai tahun dasar sesuai dengan indeks produksi
atau tingkat pertumbuhan riil dari tahun sebelumnya

c.metode deflasi, yaitu dengan membagi nilai masing-masing tahun dengan harga relative yang
sesuai (indeks harga x ).

Metode Penghitungan Nilai Tambah (added value )

Nilai tambah adalah selisih antara nilai akhir (harga jual) suatu produk dengan nilai bahan
bakunya dan dapat dihitung menurut harga berlaku dan harga konstan. Secara harga konstan,
metode penghitungan dibagi menjadi empat yaitu (1) metode deflasi ganda; (2) metode
ekstrapolasi langsung; (3) metode deflasi langsung; (4) metode komponen pendapatan.

1.Metode deflasi ganda, dilakukan jika keluaran (output) menurut harga konstan dihitung secara
terpisah dari masukan-antara (intermediate-input) menurut harga konstan.

2.Ekstrapolasi langsung, dengan menggunakan perkiraan-perkiraan perhitungan keluaran


menurut harga konstan, atau langsung menggunakan indeks produksi yang sesuai. Dengan kata
lain rasio masukan-antara riil dianggap tetap.

3.Metode deflasi langsung, dilakukan dengan menggunakan indeks harga implisit dan keluaran
atau secara langsung menggunakan indeks harga produksi yang sesuai, kemudian dijadiakn
angka pembagi terhadap niali tambah menurut harga yang berlaku (inflasi keluaran sama dengan
inflasi masukan-antara).

4.Metode deflasi komponen, dilakukan dengan cara mendeflasikan komponen-komponen nilai


tambah atas pendapatan-pendapatan seperti tenaga kerja, modal, skill, dan lain-lain yang
membentuk unsure niali tambah. Metode ini cocok jika diterapkan pada komponen yang terdiri
ata kompensasi tenaga kerja dan penyusutan.

Pendapatan Nasional dan Pertumbuhan Ekonomi

Menurut taksiran BPS, pendapatan nasional Indonesia pada tahun 1993 sebesar Rp 116,8 triliun;
PDB dan PNB masing- masing Rp 139,6 triliyun dan Rp 133,4 triliyun di tahun yang sama.

Tabel 4.1 Produk Domestik Bruto, Produk nasional bruto, dan Pendapatan Nasional Indonesia,
pada tahun 1987-1993, menururt harga konstan pada tahun 1983 (dalam miliar rupiah)

keterangan 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993

PDB 94.518 100.045 107.525 115.308 123.264 131.174 149.643

Perubahan 5,85 7,48 7,24 6,90 6,42 6,46


(%)

PNB 90.270 96.500 103.726 110.986 118.745 126.146 133.417

Perubahan 6,90 7,49 7,00 6,99 6,23 5,76


(%)

PN 80.145 85.147 90.342 97.231 104.460 110.642 116.814

Perubahan 6,24 6,10 7,63 7,44 5,92 5,58


(%)

Sumber: Institut banker Indonesia, statistic-Indikator moneter, perbankan dan sector Riil , Agustus 1994, halaman
47. Angka-angka untuk tiga tahun terakhir merupakan taksiran sementara.

Tabel di atas menunjukkan bahwa setiap tahun PDB senantiasa lebih besar dibandingkan dengan
PNB yang mencerminkan nilai produk orang asing lebih besar daripada lokal. Bukan hal yang
baru lagi bagi negara berkembang seperti Indonesia, karena PNB Negara-negara maju lebih
besar dari PDB-nya. Berdasarkan data di atas, jika dihitung secara rata-rata PNB sebesar 96%
dari PDB atau setara dengan penghasilan orang asing di Indonesia 4% lebih tinggi daripada
penghasilan orang Indonesia di luar negeri.

Selama periode 1987-1993, pertumbuhan rata-rata PDB adalah 6,725% , untuk PNB dan PN
masing-masing 6,728% dan 7,652% per tahun. Ketiga angka tersebut dijadikan parameter laju
tumbuh ekonomi dimana pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar rata-rata 6,725% selama
periode tersebut jika PDB yang digunakan. Demikian hal-nya bila yang digunakan adalah PNB
dan PN.

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi terjadi selama Pelita I dan II tidak lain karena krisis energi
tahun 1973 akibat konflik Arab-Israel yang mengakibatkan harga minyak membumbung tinggi.
Di sini lah Indonesia berperan sebagai pemasok minyak bumi dan memperoleh pendapatan
besar. Keadaan berbalik masa Pelita III dimana harga minyak dunia di pasaran dunia turun
drastis ditambah dengan adanya resesi ekonomi global yang mengakibatkan penurunan
pertumbuhan ekonomi. Perubahan struktural yang signifikan berlangsung selama Pelita IV.
Sektor migas tidak lagi menjadi primadona, melainkan bergantung dari sektor non migas yang
memacu peran sektor swasta dan upaya deregulasi dan debirokratisasi pemerintah hingga lanjut
pada Pelita V. Hasil dari Pelita V inilah yang mengantarkan Indonesia pada tahun 1993 menjadi
“macan” ekonomi baru di Asia (versi majalah Times).

Banyak faktor yang mempengaruhi tumbuh pesatnya perekonomian Indonesia masa PJP tahap
pertama yang lalu. Keberhasilan merehabilitasi sarana dan prasarana ekonomi, reformasi di
bidang perbankan dan penanaman modal merupakan ”bekal” merangsang pertumbuhan ekonomi
meski saat itu terganjal oleh dampak resesi global. Kesigapan Indonesia dan didukung dengan
kemantapan pangan mengukir prestasi tersendiri sebagai negara berswasembada pangan sejak
tahun 1984.

Pendapatan per Kapita dan Kemiskinan

Pertumbuhan ekonomi turut serta menaikkan pendapatan per kapita masyarakat. Sebagai
gambaran pada tahun 1984 pendapatan per kapita Indonesia baru sekitar US$450 per tahun dan
menembus angka US$ 740 pada tahun 1993. Masih jauh dibandingkan dengan negara-negara
ASEAN lainnya. Bank Dunia mengklasifikasikan Indonesia tergolong sebagai Negara
berpendapatan menengah ke bawah.

Tabel 4.3 Klasifikasi Negara menurut Bank Dunia berdasarkan PNB per kapita tahun 1993

Kelompok negara PNB/kapita (US$)


>8.625
- Berpendapatan tinggi

>2.786-8625
- Berpendapatan Menengah-atas

- Berpendapatan menengah –bawah 696-2785

- Berpendapatan rendah <695


Tabel 4.4 perbandingan Beberapa Indikator Ekonomi Dasar, Indonesia dan Beberapa Negara
Lain

Negara Pendapatan per Kapita Pertumbuhan PpK


(1993, US$) tahun 1980-1993
Indonesia 740 4,2%
Filipina 850 -0,6%
Thailand 2110 6,4%
Malaysia 3140 3,5%
Singapura 19850 6,1%
Brunai Darussalam - -
India 300 3,05
RRC 490 8,2%
Amerika Serikat 24740 1,7%
Jepang 31490 3,4%

Sumber: World development report, 1995

Pendapatan per kapita memang bukan merupakan satu-satunya tolok ukur untuk menilai tingkat
kemakmuran suatu Negara, melainkan harus memperhatikan distribusi pendapatan, segi ekonomi
dan non-ekonomi, ditinjau secara komplementer dan sebagainya. Tolok ukur yang dapat
digunakan antara lain angka harapan hidup (life expectancy), rasio dokter- penduduk (doctor-
population ratio), indeks mutu kehiduapn secar fisik (physical quality life of index), dan lain-
lain.

Table 4.5 Beberapa tolak ukur kesejahteraan Nonpendapatan Indonesia dalam perbandingan
internasional

Tolok ukur (satuan) Tahun INA India RRC Malaysia USA Jepang
dasar
-Harapan hidup (orang) 1993 63 61 69 71 76 80

-Kematian bayi per 1000 1993 56 80 30 13 9 4


kelahiran (orang)

-jumlah dokter per 1000 1988-92 0,2 0,4 1,4 0,4 2,4 1,6
penduduk (orang)

-penduduk dewasa buta 1990 23 52 27 22 - -


aksara (%)

-Posisi pengeluaran 1991 48 52 61 23 10 17


untuk pangan (%)

Sumber: World development report, 1993-1995


Tingkat kesejahteraan penduduk dapat dilihat melalui alokasi untuk konsumsi. Semakin sejahtera
penduduk suatu negara semakin kecil pula pengeluaran konsumsinya. Dalam konteks ini,
penduduk Indonsia relatif lebih sejahtera dibandingkan penduduk Cina dan India. Akan tetapi
Jepang dan Amerika Serikat lebih makmur daripada kita karena pengeluaran mereka tidak lagi
konsentrasi di kebutuhan pangan namun ke arah saving.

Permasalahan kemiskinan di Indonesia dewasa ini berkaitan erat dengan pasokan dan harga
energi yang seharusnya dapat diminimalisir karena mengingat Indonesia kaya akan sumber
energi. Kelangkaan BBM akhir-akhir ini memicu kemiskinan baru di berbagai tempat dan
mengganggu kelancaran aktivitas ekonomi. Resesi ekonomi global tahun 2008 berdampak pada
kurangnya urgensi untuk menghambat kemiskinan. Konversi minyak tanah ke elpiji, misalnya,
jelas bukan sekedar proyek temporer untuk mengurangi konsumsi minyak tanah, lebih jauh lagi
mengajak masyarakat lebih efisien menggunakan BBM dan tentunya menyehatkan keuangan
negara.

Sense or urgency dari kemungkinan meluasnya kemiskinan dan komitmen penuh semua pihak
paling tidak mengutamakan sumber energi untuk keperluan domestik. Perekonomian Indonesia
akan stabil dan tumbuh cepat bila input energi yang tersedia memadai dan diprioritaskan untuk
kegiatan produktif, serta penghematan kegiatan konsumsi secara signifikan. Apabila energi
digunakan secara efisien bukan tidak mungkin kemiskinan dapat dikurangi melalui perbaikan
upah riil masyarakat. Subsidi pemerintah tidak hanya terpaku pada BBM tetapi hal-hal lain
seperti pangan, pendidikan, dan kesehatan yang juga memerlukan perhatian khusus.

Entrepeneurs juga diharapkan mampu mendobrak perekonomian Indonesia karena selama ini
hanya sekitar 2% wirausahawan Indonesia yang mampu menciptakan lapangan usaha sendiri.
Padahal Singapura hampir 12% adalah entrepreneurs. Terpaut 10% yang seharusnya bisa
dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia. Paling tidak subsidi untuk masyarakat yang cenderung
konsumtif bisa dikurangi untuk lebih memperhatikan rakyat miskin dan manula agar
kesejahteraan rakyat lebih terjamin dan angka harapan hidup lebih baik lagi.

Struktur Ekonomi Indonesia

Struktur Ekonomi dapat ditinjau dari berbagai aspek di antaranya:

-Makro-sektoral, sebuah perekonomian dapat berstruktur agraris, industrial, maupun niaga


tergantung pada sektor produksi apa/mana yang menjadi tulang punggung perekonomian yang
bersangkutan.

-secara keruangan (spasial), perekonomian dinyatakan berstruktur tradisional dan modern


tergantung dari teknologi yang melekat pada masyarakatnya.
-berdasarkan penyelenggaraan kenegaraan, struktur perekonomian dapat dinyatakan etatis,
egaliter, atau borjuis, tergantung siapa atau kalangan mana yang menjadi tampuk perekonomian
yang bersangkutan; apakah pemerintah/negara, rakyat, ataupun pemodal.

-sudut birokrasi pengambilan keputusan, dapat secara sentralis atau desentralis.

1. Tinjauan makro sektoral

Struktur ekonomi Indonesia yang hingga tahun 1990 masih agraris, kini sudah berstruktur
industrial meski dianggap masih dualistis.

You might also like