You are on page 1of 15

BUDIDAYA IKAN LELE DUMBO

Oleh :

Irfan Muhammad Nur

C14090062

Tugas Bahasa Indonesia


KATA PENGANTAR

Ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis

dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Penulis menyadari bahwa tanpa

rahmatnya karya tulis ini tidak dapat diselesaikan dengan baik.

Karya tulis ini dibuat sebagai salah satu tugas dalam rangka mengikuti mata kuliah bahasa

Indonesia. Mata kuliah itu berada di bawah binaan Yeni.

Disadari sepenuhnya, bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna. Hal itu antara lain

karena keterbatasan sumber yang digunakan. Namun demikian, harapan penulis tidak lain,

semoga karya ini memenuhi syarat bagi kelulusan dalam mengikuti mata kuliah tersebut.

Penulis tidak lupa menyampaikan terima kasih kepada orang tua yang telah memberikan

dorongan untuk penyelesaian tugas ini.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ini belum sempurna. Sebab itu penulis mengharapkan
kritik dan saran konstruktif atau yang bersifat membangun demi penyempurnaan atau
perbaikan-perbaikan karya tulis ini.

Bogor, 18 Desember 2009

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………..……..ii

I. PENDAHULUAN ……………………………………………………………………........1
II. PEMBENIHAN………………………………………………………………………….….2
2.1. Pemeliharaan Induk…………………………………………………………..…….2
2.1.1. Spesifikasi Induk………………………………………………..…………2
2.1.2. Tempat Pemeliharaan Induk……………………………..……………....2
2.1.3. Kwalitas Air…………………………………………….………………..…2
2.1.4. Seleksi Induk……………………………………….……………………...3
2.2. Pemijahan………………………………………………….………………………...3
2.2.1. Tempat Pemijahan……………………………………………………......3
2.2.2. Sistem Pemijahan…………………………...………………………...….3
2.2.3. Penetasan Telur………………………………………………………….4

2.3. Pemeliharaan Larva………………………………………………………………...4

2.3.1. Pemberian Pakan…………………...……………………………….……4

2.3.2. Pengelolaan Air…………………..…………………………...…………..4

2.3.3. Sortir…………………………….……………………….…………………5

III. PENDEDERAN………………………………….…………………………………………5

3.1. Tempat Pendederan………………………………………………………………..5

3.2. Pendederan………………………………………………..………………………..5

3.3. Pemanenan Benih………………………………………………………………….5

IV. PAKAN………………………………………………………….………………………….6

4.1. Pakan Induk…………………………………………...……………………………6

4.2. Pakan Larva……………………………………….………………………………..6

4.3. Pakan Pendederan………………………….……………………………………..7

V. PENYAKIT DAN PENGOBATAN…………….…………………………………………8

VI. PEMASARAN………………………………..……………………………………………9

VII. KESIMPULAN……………………………………………………………………….……10

DAFTAR PUSTAKA
I. PENDAHULUAN

Salah satu komoditas perikanan yang cukup populer di masyarakat adalah lele dumbo
(Clarias gariepinus). Ikan ini berasal dari Benua Afrika dan pertama kali didatangkan ke
Indonesia pada tahun 1984.

Karena memiliki berbagai kelebihan, menyebabkan, lele dumbo termasuk ikan yang paling
mudah diterima masyarakat. Kelebihan tersebut diantaranya adalah pertumbuhannya cepat,
memiliki kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan yang tinggi, rasanya enak dan
kandungan gizinya cukup tinggi. Maka tak heran, apabila minat masyarakat untuk
membudidayakan lele dumbo sangat besar.

Permintaan ikan konsumsi di pasar semakin meningkat seiiring dengan pertumbuhan


penduduk yang semakin meningkat dan didukung oleh pola konsumsi masyarakat yang
berubah terhadap kebutuhan protein hewani yang berasal dari ikan konsumsi.

Jenis ikan konsumsi air tawar yang digemari masyarakt dan memiliki pasar yang baik adalah
ikan lele dumbo. Ikan lele dumbo mepunyai rasa yang khas dan lezat yang tidak terdapat
pada ikan konsumsi yang lain.untuk memenuhi permintaan pasar yang cukup tinngi harus
dilakukan kegiatan budidaya agar usaha ini tetap berkesinambungan.
II. PEMBENIHAN

2.1 Pemeliharaan Induk

2.1.1 Spesifikasi induk

Induk ikan lele dumbo (Clarias gariepinus). Kita akan memilih induk untuk di telurkan, Betina
dengan berat 3 Kg sedangkan jantan dengan berat 2 Kg. Induk – induk tersebut minimal
berumur 1 tahun.

2.1.2 Tempat pemeliharaan induk

Tempat pemeliharaan induk berupa kolam tanah degan luas 60 m2. Ikan jantan dan ikan
betina harus dibedakan kolamnya agar tidak terjadi perkawinan masal di kolam induk. Kolam
tersebut diisi dengan ketinggian air 1 m.

2.1.3 Kualitas air

Kita harus mengecek kualitas air untuk pemeliharaan induk.

Parameter Nilai
pH 7.09
DO 4.04
Alkalinitas 34.95
NH3 0.281
Kesadahan 33.86
2.1.4 Seleksi induk
Seleksi induk sangat penting karena menentukan tingkat keberhasilan pemijahan ikan lele
dumbo. Lele yang kita pilih harus matang gonadnya, kriteria matan gonad adalah jantan alat
kelaminnya berwarna agak kemerahan,badan ramping, dan lincah. Sedangkan untuk betina
perut membesar dan lembek,lubang kelamin berwarna kemerahan, dan lamban.

2.2 Pemijahan

2.2.1 Tempat pemijahan

Tempat pemijahan lele berupa bak semen yg berukuran (2.5x2.5x0.5)m. Sebelum


digunakan bak di cuci dan di jemur terlebih dahulu. Pada dasar kolam diberi kakaban (ijuk
yang dijepit oleh bambu) untuk substrat penempel telur yang diberi pemberat berupa batu.
Bak diisi air 30-40 cm. Bagian atas ditutup dengan bambu yang disusun rapat agar induk
tidak lompat.

2.2.2 Sistem pemijahan

Teknik pemijahan yang dilakukan adalah Pemijahan alami dan Semi buatan (suntik)

 Pemijahan alami

Dalam 1 bak dimasukan 4 ekor jantan dan 2 ekor betina, dimasukkan pada sore hari
agar malam hari bertelur.

 Pemijahan suntik

Pemijahan suntik dilakukan untuk merangsang terjadinya ovulasi. Penyuntikan


menggunakan ekstrak kelenjar hipofisa lele dumbo berukuran 500 gram. Dosis untuk betina
sebanyak 1 dosis dan untuk jantan hanya 0.5 dosis.

2.2.3 Penetasan Telur


Setelah lele bertelur, air kolam di buang atau telur dipindahkan karena di air pemijahan
banyak sperma mati yang akan mengakibatkan air jadi busuk. Telur yang dibuahi berwarna
hijau dan bening sedangkan telur yang tidak dibuahi berwarna buram atau putih susu.
Untuk mencegah ada jamur di beri Methylene blue. Telur akan menetas besok harinya.

2.3 Pemeliharaan larva

2.3.1 Cara pemberian pakan

Pada hari ke 1 larva belum di kasih makan karena masih punya kuning telur. Pada hari ke 2
– 7 larva di beri pakan Daphnia (kutu air) dengan peberian pakan 1 kali pada pagi hari.
Apabila tidak ada daphnia bisa deberi cacing sutra yang di blender. Pada minggu ke dua
sampai panen bisa diberi pakan cacing tubifex.

2.3.2 Pengelolaan air

Pergantian air dilakuan jika air kotor atau larva banyak yang mengambang di permukaan air,
pergantian air 50-80%. Air harus dengan kualitas seperti yang di tabel.

Parameter Nilai
pH 6.85
DO 6.27
Alkalinitas 17.48
NH3 0.190
Kesadahan 16.93

2.3.3 Sortasi

Sortasi dilakukan untuk menghindari sifat kanibalisme. Sortasi dilakukan pada umur 2
minggu dan untuk selanjutnya setiap minggu. Cara sortasi air disurutkan dan benih
dikeluarkan bersama air di pembuangan yang telah di jaga oleh serokan. Ikan dipisah sesuai
ukurannya.biasanya larva sampai ukuran 3-5 cm dalam 1 bulan.

III. PENDEDERAN

3.1 Tempat pendederan


Tempat pendederan lele bisa berupa bak semen yg berukuran (2.5x2.5x0.5)m atau kolam
dari terpal. Sebelum digunakan bak di cuci dan di jemur terlebih dahulu. Bak diisi air 40
cm,serta diberi eceng gondok sebagai tempat berlindung dari sengatan matahari.

3.2 Pendederan

Penebaran benih setelah grading di pembenihan ikan lele masuk dalam tahap pendederan
yang di besarkan dari ukuran 3-5 cm sampai 8-10 cm. dan pakan yang di beri yaitu cacing.
Setelah 2 minggu bisa di beri pakan pelet.

3.3 Pemanenan

Pemanenan ikan lele bisa dilakuan pada umur 2 minggu setelah masuk dalam pendederan
atau 1 bulan dengan ukuran 5-7 cm atau 8-10 cm. Dengan pengangkutan memakai bak
plastik yang berdiameter 1 m. Sebelum dilakukan panen di lakukan puasa agar ikan tidak
mabuk atau mati di perjalanan

IV. PAKAN

4.1 Pakan induk


Pakan yang diberikan berupa pelet yang di berikan di pagi dan sore hari. Pemberian pakan
3% per hari kali berat badan ikan. Pemberian pelet di tebar sedikit demi sedikit. Kandungan
nutrisi pelet sebagai berikut

Kandungan Zat makanan Kadar


Protein 36%
Lemak 6%
Serat 4%
Abu 16%
Ca 3%
P 2%
M. E. Kcal/kg 2800

4.2 Pakan larva

Pakan yang diberikan yaitu daphnia yang diberikan pada pagi dan sore hari. Daphnia
dikenal dengan nama kutu air, berukuran kecil. Kita bisa membuat daphnia, suhu optimum
untuk daphnia yaitu 210C dan pH 6.5 – 8.5. Daphnia sangat bagus untuk larva dalam
pertumbuhan yg lebih optimum.

4.3 Pakan pendederan


Pakan untuk masa pendederan bisa pelet atau cacing tubifek, pemberian pakan 2 kali sehari
pada saat pagi dan sore. Cacing kia bisa mencari di sungai, mudah untuk dikenali dari
bentuk tubuhnya yang seperti benang sutra dan berwarna merah kecoklatan karena banyak
mengandung haemoglobin. Tubuhnya sepanjang 1-2 cm, terdiri dari 30 – 60 segmen atau
ruas.

Tubifex berkembang baik pada media yang mempunyai kandungan Oksigen terlarut berkisar
antara 2,75 – 5, kandungan amonia < 1 ppm, suhu air berkisar antara 28 – 30 oC dan pH air
antara 6 – 8.Tubifex bersifat hermaprodit. Pada satu organisme mempunyai 2 alat kelamin.

Tubifex mempunyai siklus hidup yang relatif singkat yaitu 50 – 57 hari. Induk tubifex dapat
menghasilkan kokon setelah berumur 40 – 45 hari. Sementara proses perkembangan
embrio didalam kokon berlangsung selama 10 – 12 hari.

Tubifex dapat dibudidayakan dan dapat digunakan langsung untuk pakan larva atau benih
ikan. Tubifex dapat juga disimpan dalam bentuk cacing beku

Kalau kita pakai pelet dengan kandungan nutrisi seperti di tabel.

Kandungan Zat makanan Kadar


Protein 28%
Lemak 6%
Serat 4%
Abu 16%
Ca 3%
P 2%
M. E. Kcal/kg 2800
V. PENYAKIT DAN PENGOBATAN

Penyakit parasit adalah penyakit yang disebabkan oleh organisme tingkat rendah seperti
virus, bakteri, jamur, dan protozoa yang berukuran kecil.

5.1 White spot

Penyakit yang sering ditemukan adalah white spot pada benih ukuran 4-6 cm.
Pengobatannya dengan mengganti air sampai 80% kemudian diberi garam 1 PPT dan diberi
ekstrak daun pepaya atau kipait. Keesokan harinya dipelakukan sama hanya dosis di
turunkan ½, Sampai penyakit ikan sembuh.

5.2 Penyakit karena bakteri Aeromonas hydrophilla dan Pseudomonas hydrophylla

Bentuk bakteri ini seperti batang dengan cambuk yang terletak di ujung batang, dan cambuk
ini digunakan untuk bergerak. Ukurannya 0,7-0,8 x 1-1,5 mikron.Gejala: lele yang terkena
bakteri ini: warna tubuh menjadi gelap, kulit kesat dan timbul pendarahan. Lele bernafas
megap-megap di permukaan air. Pencegahan: lingkungan harus tetap bersih, termasuk
kualitas air harus baik.

5.3 Penyakit cacing Trematoda

Penyebab: cacing kecil Gyrodactylus dan Dactylogyrus. Cacing Dactylogyrus menyerang


insang, sedangkan cacing Gyrodactylus menyerang kulit dan sirip.Gejala: insang yang
dirusak menjadi luka-luka, kemudian timbul pendarahan yang akibatnya pernafasan
terganggu. Pengendalian :

(1) direndam formalin 250 cc/m3 air selama 15 menit

(2) Methyline Blue 3 ppm selama 24 jam

(3) menyelupkan tubuh ikan ke dalam larutan Kalium Permanganat (KMnO4) 0,01% selama
±30 menit

(4) memakai larutan NaCl 2% selama ± 30 menit

(5) dapat juga memakai larutan NH4OH 0,5% selama ±10 menit.
VI. PEMASARAN

Pada umumnya benih lele yang laku di pasaran ukuran 5-7cm dengan harga Rp 200 per
ekor dan 8-10 cm dengan harga Rp 250 per ekor. Konsumennya adalah para petani ikan
pedaging atau bisa disebut juga pembesaran.
VII. KESIMPULAN

Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan air Tawar yang sudah dibudidayakan secara
komersial oleh masyarakat Indonesia terutama di Pulau Jawa. Budidaya lele berkembang
pesat dikarenakan :

1) Dapat dibudidayakan di lahan dan sumber air yang terbatas dengan padat tebar tinggi

2) Teknologi budidaya relatif mudah dikuasai oleh masyarakat

3) pemasarannya relatif mudah

4) Modal usaha yang dibutuhkan relatif rendah


DAFTAR PUSTAKA

Khairuman, Khairul, A. 2002.Kiat Mengatasi PermasalahanPraktis Budidaya Lele Dumbo


Secara Intensif. PT. Agro Media Pustaka. Jakarta.

Prihartono, R. dkk. 2002. Mengatasi Permasalhan Budidaya Lele dumbo. Penebar


Swadaya. Jakarta

You might also like