Professional Documents
Culture Documents
Laporan Penelitian
Disusun dan Diajukan Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Hukum Tata Lingkungan
(Dosen : Prof. Dr. Koesnadi Hardjasoemantri, SH, LM)
Oleh :
SUGENG ABDULLAH
21295 / IV-7/509/04
KATA PENGANTAR
laporan penelitian ini sesuai dengan waktu yang dijadwalkan. Penelitian dengan
"Pemanfaatan destilator tenaga surya (solar energy) untuk memproduksi air tawar dari
air laut" ini adalah merupakan tugas mata kuliah Hukum Tata Lingkungan yang
diampu oleh Prof. Dr. Koesnadi Hardjasoemantri, SH, LM. Kepada beliau penulis
Sangat disadari bahwa didalam laporan penelitian ini masih banyak terdapat
kekurangan baik di dalam sistematika penulisan maupun materinya. Oleh karena itu,
kritik dan koreksi untuk memperbaiki kualitas dari laporan penelitian dimaksud.
Penulis,
Sugeng Abdullah
ABSTRAK
Oleh :
Sugeng Abdullah (21295 / IV-7/509/04)
Air merupakan unsur utama bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup
lainnya. Pada waktu tertentu di beberapa daerah sering terjadi kekurangan air,
bahkan ada beberapa daerah yang dikenal sebagai daerah sulit air. Salah satu
upaya untuk penyediaan air adalah dengan memanfaatkan distilator tenaga
surya (solar energy). Pemanfaatan tenaga surya untuk destilasi (penyulingan) air
laut menjadi air tawar merupakan bentuk pemanfaatan energi alternatif.
Pemanfaatan energi alternatif merupakan suatu bentuk pengamalan UUPLH No
23 Tahun 1997, khususnya pasal 4 huruf e yang berbunyi " Sasaran pengelolaan
lingkungan hidup adalah terkendalinya pemanfaatan sumberdaya secara
bijaksana".
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data kemampuan destilator
tenaga surya dalam memproduksi air tawar dari air laut, meliputi data kuantitas,
kualitas, jumlah orang yang dapat dilayani dan efisiensi destilator. Jenis
penelitian yang dilaksanakan adalah eksperimen semu (quasi experimental)
menggunakan model destilator tenaga surya. Bahan baku berupa air laut yang
diambil dari samudera Hindia. Penelitian dilaksanakan selama 31 hari pada
bulan Maret – April 2004 di desa Karangmangu, kecamatan Baturraden,
kabupaten Banyumas.
Hasil penelitian menunjukan bahwa kuantitas air tawar yang dihasilkan
destilator tenaga surya adalah 3,866 liter/hari/m2. Kualitas air tawar yang
dihasilkan memiliki kadar garam 0,00 mg/l (0%), yang berarti destilator memiliki
efisiensi removal 100%. Jumlah orang yang dapat dilayani oleh destilator tenaga
surya ukuran 1m2 adalah 1,55 orang (untuk pemenuhan air minum mutlak) atau
0,65 orang (untuk pemenuhan kebutuhan air bersih perdesaan).
Berdasarkan hasil penelitian diatas, perlu dipertimbangkan penggunaan
destilator tenaga surya untuk sarana pengolahan / penyediaan air minum di
daerah sulit air. Perlu juga dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai
kemungkinan destilator tenaga surya digunakan sebagai sarana pengolahan air
limbah dan pembuatan garam cair.
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Air merupakan unsur utama bagi hidup manusia di planet ini. Manusia
mampu bertahan hidup tanpa makan dalam beberapa minggu, namun tanpa air
manusia akan mati dalam beberapa hari saja. Dalam bidang kehidupan ekonomi
modern, air juga merupakan hal utama untuk budidaya pertanian, industri,
menderita berbagai penyakit yang diakibatkan oleh kekurangan air, atau oleh air yang
menyandang risiko menderita penyakit perut (diare) yang disebabkan oleh air dan
makanan. Penyakit ini merupakan penyebab utama kematian lebih dari 5 juta anak-
Untuk pemenuhan keperluan air tawar / air minum pada daerah sulit air, saat
ini telah banyak ditawarkan produk air minum dalam kemasan berupa air mineral atau
air murni. Juga telah hadir teknologi RO (reverse osmose) yang mampu
memproduksi air minum dari air kotor atau dari air laut. Namun demikian, masih
dirasa terlalu mahal bagi sebagian orang untuk dapat memiliki ataupun
memanfaatkannya. Oleh karena itu perlu dicari sebuah teknologi yang murah dan
sederhana.
Teknologi penyulingan air untuk mendapatkan air tawar dari dari kotor atau
dari air laut telah lama dikenal. Intinya adalah dengan menguapkan air laut dengan
cara dipanaskan, yang kemudian uap air tersebut diembunkan sehingga didapatkan air
tawar. Sumber panas yang dipergunakan berasal dari energi yang beragam : minyak,
Energi surya (solar) merupakan energi yang murah dan melimpah di daerah
tropik seperti di Indonesia. Melimpahnya tenaga surya yang merata dan dapat
merupakan sumber energi yang sangat potensial. Sumber ini sebenarnya juga
merupakan energi alternatif jika pada satu saat nanti krisis energi mulai melanda
Indonesia.
tak perlu menimbulkan rasa khawatir bahwa Indonesia akan kehabisan energi dan
harus mengimpor dari negara lain. Persediaan alamiah energi panas matahari yang
sustainable telah lebih dari cukup jika dimanfaatkan secara maksimal (Purnomo dan
Adi, T. 1994).
mengemukakan bahwa Pasal 4 huruf e UUPLH mempunyai arti yang sangat penting
resource), sehingga aspek-aspek seperti kehematan, daya guna serta hasil guna
menjadi mutlak diperhatikan, disamping aspek daur ulang (recycling) yang senantiasa
maju maupun teknologi madya dan teknologi sederhana atau teknologi perdesaan
(rural technology).
sumber daya secara bijaksana tidak hanya ditujukan kepada penghematana sumber
daya tak terbarukan, akan tetapi juga kepada pencarian sumber daya alternatif lainnya
guna memperoleh energi. Sumber daya lainnya dapat berupa biogas, biomassa, energi
angin (wind energy), OTEC (Ocean Thermal Energy Concersion), energi nuklir,
tenaga surya. Destilator tenaga surya merupakan sebuah alat penyulingan sederhana,
murah dan mudah dibuat. Tetapi informasi tentang efisiensi dan performance (unjuk
kerja) alat ini nyaris tidak tersedia. Brinkworth (1976) hanya menyebutkan bahwa di
beberapa tempat, destilator tenaga surya dapat menghasilkan air minum (potable
dipengaruhi oleh intensitas sinar matahari, temperatur, ukuran luas ruang pemanas
dan model / disain. Menurut penelitian NN (1976), model sejenis ini menghasilkan air
Atas dasar paparan singkat diatas, maka menjadi sangat relevan untuk
2. Perumusan masalah
2.1. Berapa jumlah air tawar yang dapat diproduksi oleh destilator tenaga surya
setiap hari ?
2.2. Berapa jumlah orang yang dapat dilayani dengan satu buah destilator tenaga
surya?
2.3. Berapakah kadar garam pada air tawar yang dihasilkan destilator tenaga
surya ?
2.4. Berapa prosen kemampuan destilator tenaga surya dalam menurunkan kadar
3. Tujuan Penelitian
3.1. Kuantitas air tawar yang dihasilkan destilator tenaga surya (liter / hari dan
3.2. Jumlah orang yang dapat dilayani dengan sebuah destilator tenaga surya
(orang)
3.3. Kualitas air tawar yang dihasilkan destilator tenaga surya ( mg/l kadar garam)
3.4. Penurunan kadar garam pada model destilator tenaga surya dimaksud (%)
4. Tinjauan pustaka
Air tawar adalah air yang tidak memiliki rasa. Air tawar sering disebut dengan
"air" saja tanpa diikuti kata "tawar". Pengertian air menurut Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengendalian Kualitas Air dan
bahwa : “Air adalah semua air yang terdapat di atas dan di bawah permukaan tanah,
Menurut Undang Undang RI No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
(Bab I, Pasal l), butir 2 disebutkan bahwa : "Air adalah semua air yang terdapat pada,
permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang berada di darat". Butir 3
menyebutkan "air permukaan adalah semua air yang terdapat pada permukaan tanah".
Butir 4 menyebutkan "air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau
sumber darimana air tersebut berasal. Kandungan bahan kimia pada air hujan dan air
permukaan secara umum ditunjukan pada table 1.1. dan table 1.2.
Tabel 1.1.
Tabel 1.2.
“Sumber air adalah wadah air yang terdapat di atas dan di bawah permukaan tanah,
termasuk dalam pengertian ini akuifer, mata air, sungai, rawa, danau, situ, waduk,
dan muara”.
Menurut Undang Undang RI No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
(Bab I, Pasal l, butir 5) disebutkan bahwa : "Sumber air adalah tempat atau wadah
alami dan/atau buatan yang terdapat pada, diatas ataupun dibawah permukaan tanah".
“Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya
“Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan
Air laut adalah air yang berasal dari laut yang memiliki rasa asin dan memiliki kadar
garam yang tinggi. Vulkan & Verlag (1978) mengemukakan bahwa kadar garam air
pada berbagai air laut yang ada di dunia dapat dilihat pada table 1.3. Secara umum
komposisi standar air laut adalah seperti disajikan pada table 1.4.
Table 1.3.
Tabel 1.4.
zat cair dan mengembunkan uap sera menampung embun didalam wadah yang lain".
pemanasan suatu bahan pada pelbagai temperature, tanpa kontak dengan udara luar ,
untuk memperolah hasil tertentu". Oxford Dictionary (2003) menyebutkan bahwa : "
distill is change a liquid to gas by heating it, and then cool the gas and collect the drop
of liquid" (penyulingan adalah perubahan dari cair ke bentuk gas melalui proses
pemanasan cairan tersebut, dan kemudian mendinginkan gas hasil pemenasan, dan
(1992) destilator yang lazim digunakan dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis.
Adapun jenis-jenis destilator dimaksud yaitu flash distilator, batch distilator dan
extractive & azeotropic distilator. Flash distilator adalah jenis destilator yang bahan
produksinya akan terus mengalir sepanjang waktu. Batch distilator merupakan jenis
destilator dimana bahan baku yang dimasukan diproses sampai dengan habis
teruapkan. Setelah habis teruapkan, bahan baku berikut dimasukkan kembali. Batch
distilator sering juga disebut sebagi destilator tipe curah. Extractive & azeotropic
distilator pada dasarnya sama dengan flash atau batch, yang membedakannya adalah
bahwa pada jenis extractive & azeotropic distilator ini, bahan yang akan disuling
dicampur dengan bahan pelarut tertentu (solvent). Solvent ini berfungsi untuk dapat
dengan cepat memisahkan cairan atau minyak yang diinginkan (ekstraksi), baru
kemudian diuapkan. Selanjutnya uap diembunkan dan ditampung, sebagai hasil dari
proses destilasi.
konversi air laut menjadi air tawar. Konversi air laut menjadi air tawar dapat
dilakuakn dengan teknik destilasi panas buatan, solar distillation (destilasi tenaga
surya), elektrodialisis, osmosis, gas hydration, freezing, dan lain-lain. Vulkan &
Tenaga surya (solar energy) adalah merupakan enegi yang bersumber dari
surya secara langsung dan tidak langsung. Pemanfaatan energi surya secara tidak
(2002) mengatakan bahwa energi surya yang sampai ke bumi, sebagian kecil akan
dikonversi menjadi energi kimia oleh tumbuhan melalui proses fotosintesis yang
komplek. Produk akhir dari fotosintesis adalah biomassa. Dengan demikian biomassa
matahari sebagai sumber energi utama secara langsung. Pemanfaatan energi surya
mengatakan bahwa untuk mengkaji tentang aspek fisika cahaya ada beberapa hal yang
cahaya (radian flux), kerapatan aliran energi cahaya (radiant flux density), intensitas
Tenaga surya pada dasarnya adalah sinar matahari yang merupakan radiasi
elektromagnetik pada panjang gelombang yang tampak dan yang tidak tampak, yakni
dan energi yang berbeda. Uraian rinci tentang hal ini dapat dilihat pada tabel 1.5.
berikut ini.
Tabel 1.5.
Kisaran Panjang
Jenis Cahaya Panjang gelombang Frekuensi Energi
Gelombang representative (1014 Hertz) (kJ mol -1)
(nm) (nm)
gelombang ( λ ) antara 0,15 – 4 µm, dan hanya panjang gelombang ( λ ) antara 0,32 –
bentuk pernyataan atau angka yang menunjukkan persyaratan yang harus dipenuhi
agar air tersebut tidak menimbulkan gangguan kesehatan, penyakit, gangguan teknis
4.2.Peranan air
Air merupakan salah satu kebutuhan pokok semua mahluk hidup termasuk
manusia. Oleh karena itu air sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan baik itu
Air merupakan sumber daya yang memenuhi hajat hidup orang banyak
sehingga perlu dilindungi agar tetap bermanfaat bagi hidup dan kehidupan. Air dalam
kehidupan sehari-hari manusia keberadaannya sangat penting mulai dari sebagai air
minum, untuk mandi, mencuci, sampai untuk keperluan memasak, meliputi sektor
pertanian, industri dan perdagangan dan masih banyak lagi penggunaan lainnya.
Djasio Sanropie, et. al, (1983, h. 25), menyatakan air mempunyai peranan yang sangat
besar dalam penularan beberapa penyakit menular. Besarnya peranan air terhadap
penularan penyakit adalah disebabkan karena keadaan air itu sendiri memungkinkan
dan sangat cocok untuk dapat bertindak sebagai tempat berkembang biak mikroba dan
manusia.
Air mengandung mikroba patogen. Apabila air tersebut langsung diminum oleh
seseorang maka orang tersebut akan menderita sakit. Penyakit yang ditularkan melalui
cara ini adalah penyakit-penyakit perut seperti Colera, Typhoid, Hepatitis Infectiosa,
Adalah penularan penyakit intermediate host yang hidup dalam air. Misalnya
Air sebagai tempat berkembang biak (Breeding Place) bagi vektor penyakit misalnya
km3 nampaknya tidak akan pernah habis, dan air merupakan salah satu sumber daya
alam yang besar, sekitar 70% permukaan bumi tertutup air, 98% dari seluruh air yang
ada merupakan air asin dan hanya 2% saja air yang tawar, dari 2% ini sebagian besar
Selatan)”.
manusia pada dasarnya dapat digolongkan menjadi : air angkasa, air tanah, dan air
Air angkasa adalah air yang menguap karena panas dan kemudian
mengembara di udara. Air angkasa adalah air yang asal pengambilannya berasal dari
air hujan Air hujan bersifat lunak (soft water) karena tidak/kurang mengandung
larutan garam dan zat mineral sehingga terasa kurang segar. Dari segi bakteriologis
relatif lebih bersih, tergantung pada tempat penampungannya. Besarnya curah hujan
di suatu daerah merupakan patokan yang utama dalam perencanaan penyediaan air
Air tanah adalah air yang tergenang di atas lapisan tanah yang terdiri dari
batu, tanah lempung yang sangat halus atau yang sukar ditembus air. Menurut
Sutrisno.et.al. (1991.h.16) air tanah terbagi atas air tanah dangkal dan air tanah dalam
dan mataair.
Air tanah dangkal terjadi karena adanya proses peresapan air dari permukaan
tanah, lumpur akan tertahan, demikian pula dengan sebagian bakteri, sehingga air
tanah akan jernih, tetapi lebih banyak mengandung zat kimia (garam-garam yang
terlarut). Karena melalui lapisan yanah yang mempunyai unsur-unsur kimia tertentu
untuk masing-masing lapisan tanah, air tanah ini biasa dimanfaatkan oleh masyarakat
sebagai sumur-sumur dangkal baik sumur gali maupun sumur pompa tangan dangkal.
Air tanah dalam terdapat setelah lapisan rapat air yang pertama, pengambilan
air tanah dalam tidak semudah pada air tanah dangkal. Dalam hal ini harus
menggunakan bor dan memasukkan pipa ke dalamnya sampai pada suatu kedalaman
(biasanya 100 sampai 300 meter), akan didapatkan suatu lapisan air, jika tekanan ini
besar, maka air dapat menyembur ke luar dan dalam keadaan ini disebut sumur
artesis.
Mata air adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan
tanah,mata iar yang berasal dari tanah dalam,hampir tidak ter pengaruh oleh musim
Kuantitas air tanah keadaannya tergantung pada iklim dan struktur geologis
setempat, oleh karena itu air tanah tergantung pada hujan yang turun. Tidak
meratanya air hujan pada suatu tempat menimbulkan variasi kuantitas air tanah, tetapi
juga pada tanah yang tandus dapat mempengaruhi bisa tidaknya menyimpan air dalam
tanah.
Kualitas air tanah, bila dibandingkan kualitas air tanah akan lebih baik
daripada air permukaan, sebab air permukaan mengandung bahan pencemar yang
secara langsung dapat bercampur antara air dengan polutan, sebaliknya pada air tanah
sudah mengalami penyaringan secara alamiah, namun air tanah melarutkan mineral-
mineral, garam-garam, dan lain-lain yang kontak pada waktu air mengalir ke atas.
Secara keseluruhan air tanah berkualitas baik, tetapi masih tetap memerlukan
pengolahan untuk menghilangkan pencemaran yang larut pada saat air tanah menuju
Air permukaan adalah air yang berasal dari air hujan yang jatuh ke bumi dan
tetap berada di atas permukaan tanah, atau dapat juga berasal dari air tanah yang
keluar sampai ke permukaan tanah. Air permukaan merupakan sumber air yang
berasal dari permukaan tanah, baik keberadaannya tersebut bersifat sementara dan
mengalir atau stabil. Pada umumnya sumber air permukaan baik yang berasal dari
sungai, danau, ataupun waduk adalah merupakan air yang kurang baik untuk langsung
dikonsumsi oleh manusia. Karena itu perlu adanya pengolahan terlebih dahulu
sebelum dimanfaatkan
Adapun persyaratan kualitas air bersih meliputi syarat fisik, kimia dan
4.4.1. Syarat fisik : air bersih harus jernih tidak berbau dan tidak berasa.
Syarat kimia : air tidak mengadung zat beracun yang mengganggu kesehatan.
Menurut Sugiharto (1983. h.5) syarat kimia air minum dibagi dalam lima bagian,
yaitu (a) di dalam air minum tidak boleh terdapat zat-zat yang beracun. (b) Tidak
boleh ada zat-zat yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan. (c) Tidak
psikologis. (d) Tidak boleh mengandung zat-zat kimia yang melebihi batas tertentu
sehingga bisa menimbulkan gangguan teknis. (e) Tidak boleh mengandung zat-zat
kimia yang melebihi batas tertentu sehingga bisa menimbulkan gangguan ekonomi.
disesuaikan dengan standar Baku Mutu Air Minum. Ada beberapa zat kimia yang
diperhatikan diantaranya adalah kadar garam atau konsentrasi Chlorida benas (Cl),
tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, untuk kadar
chloride bebas yang dianjurkan untuk air minum adalah 400 mg/l. Apabila kadar
chloride dalam air melebihi 400 mg/lt maka air akan berasa hambar atau bahkan asin
Syarat bakteriologis air tidak mengandung kuman parasit, kuman patogen, dan
bakteri coli. Persyaratan bakteriologis air bersih berdasarkan kandungan jumlah total
bakteri Coliform dalam air bersih setiap 100 ml air contoh menurut Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416/MENKES/ PER/IX /1990 adalah (a) air
bersih yang berasal dari selain air perpipaan, kadar maksimum yang diperbolehkan
untuk jumlah total bakteri Coliform setiap 100 ml air contoh jumlahnya tidak boleh
melebihi 50. (b). air bersih yang berasal dari perpipaan, kadar maksimum total bakteri
Seringkali air yang tersedia di alam tidak layak untuk dikonsumsi karena
berbagai alasan. Satu alasan yang sangat menonjol bahwa air di alam tak layak
kesehatan. Agar air bisa memenuhi syarat dan layak dikonsumsi, diperlukan upaya
pengolahan air.
agar dapat dipenuhi syarat kuantitas, kualitas, kontinuitas dan ekonomis. Agar
memenuhi syarat kuantitas maka jumlah air yang diolah harus mencukupi untuk
ditentukan 600 liter per kapita per hari (Linsley, RK & Franzini, JB. 1995). Di
Indonesia diperlukan air berkisar 100 – 150 liter/orang /hari. Untuk kebutuhan
berlaku. Hal ini bertujuan supaya air hasil pengolahan aman untuk dikonsumsi. Syarat
kontinyuitas dimaksudkan agar air hasil pengolahan selalu tersedia setiap saat apabila
ekonomis, maka dalam proses pengolahan air pada dasarnya terdiri dari tiga macam
proses. Proses pengolahan air dimaksud yaitu purifikasi, desinfeksi dan pengaturan
sedimentasi, filtrasi dan destilasi serta pembuangan garam dan zat beracun lainnya.
Desinfeksi adalah proses pembunuhan bibit penyakit yang ada dalam air. Proses
kapur atau asam klorida. Termasuk dalam kelompok ini adalah pengaturan kadar
bertujuan untuk men-destabilisasi material tersuspensi dan terlarut dalam air. Bahan
serta pembentukan gumpalan. Dilakukan dengan percobaan jar (Jar test). Flokulasi
sangat bergantung pada beberapa factor antara lain dosis koagulan, keasaman, suhu
Adanya penambahan bahan koagulan pada air akan terjadi proses pemberian
muatan positif pada partikel suspensi atau koloidal dalam air, akibatnya akan terjadi
semakin membesar ini akan memiliki berat jenis yang lebih besar dari air, sehingga
4.5.2. Sedimentasi
Gumpalan yang lebih besar akan lebih cepat mengendap dibanding gumpalan yang
lebih kecil. Berdasarkan pengalaman dan percobaan jar, waktu pengendapan optimal
Pada akhir proses ini air yang berada di bagian atas akan tampak jernih dan
pada bagian bawah dekat dasar bak akan tampak endapan yang menumpuk.
Selanjutnya air yang jernih disaring untuk memisahkan partikel flok yang belum
terendapkan. Penyaringan dilakuan dengan media filtrasi berupa pasir atau antrachit
sebagian dari suatu proses pengolahan air, yang pada prinsipnya adalah mengurangi
bahan bahan organik maupun bahan bahan an organik yang berada balam air.”
Adapun bahan yang dipakai untuk penyaringan adalan pasir yang mempunyai sifat
dapat menyaring dengan baik, keras serta dapat tahan lama tidak mudah larut dalam
air. Jenis saringan pasir dibedakan menjadi dua yaiti saringan pasir cepat dan saringan
pasir lambat.:
Saringan pasir cepat mempunyai persaratan yaitu berat jenis pasir = 2,35 –
2,65, butiran pasir maksimum adalah 2,0 mm, mempunyai efektive size 50 – 100
mm, Ketebalan saringan 60 Cm, pasir tak boleh mengandung Fe karena dapat
koloid pasir lambat dan menyaring bakteri lebih baik. Bila digunakan terus menerus
akan tumbuh bakteri tertentu menimbulkan lendir, sehingga lapisan pesir tersebut
akan jenuh dan mampet (clogging). Oleh karena itu perlu di bersihkan atau dicuci
pada periode tertentu. Dalam pembuatan saringan pasir lambat ada beberapa hal yang
Butiran pasir 0,2 – 0,4 mm, kecepatan penyaringan 0,1 – 0,2 M3 /m /jam, ketebalan
pasir 70 – 100 Cm
pemisahan sediment, aktivitas kimia dan fisika serta aktivitas biologi. Menurut
partikel-partikel yang lebuh besar lidak dapat melewati pori-pori tersebut sehingga
melekat pada butiran-butiran pasir. Sehingga pori-pori pasir akan tersumbat ahirnya
timbul Floc-floc. Maka floc-floc tersebut akan mengendap pada lapisan pasir
sehingga akan menahan partikel yang halus dan memisah dari air.
air dengan flock-flock dengan jalan pengendapan flock-flock yang lebih besar akan
lebih mudah mengendap, sedangkan flock-flock yang lebih kecil akan memerlukan
waktu yang relatif lebih lama. Untuk kegiatan sedimentasi membutuhkan waktu
antara 2 sampai 4 jam, sisanya kita biarkan dalam air, kemudian flock-flock yang
belum sempat mengendap dalam masa tersebut dibiarkan ikut bersama air.dan
pemisahan flock-flock ini kita lakukan dengan penyaringan, yang nantinya akan
memisahkan sama sekali air dengan flock-flock tadi sehingga akan mendapatkan air
yang jernih.
Aktivitas kimia dalam penyaringan adalah suatu proses yang meliputi proses
oksidasi bahan organic. Bahan organic ini akan terurai menjadi bahan bahan
(pengendapan) Semua zat zat yang terlarut dalam air akan terionisasi. Elektrolit
listrik yang berbeda atau berlawanan akan saling tarik menarik. Kondisi ini akan
saling menetralkan sehingga sifak air akan berubah. Dalam saringan pasir akan
terdapat aktifitas biologi dimana bakteri bakteri dan micro organisme yang berada
dalam air akan hidup dan berkembang biak. Bacteri dan mikroorganisme ini akan
memakan zat organik dalam air sehingga air akan menjadi jernih.
Air laut memiliki kadar garam kira-kiran 35.000 mg/lt, sedangkan kadar
garam pada air payau berkisar 1000 – 3000 mg/lt. Air minum tidak boleh
mengandung garam (chloride bebas) lebih dari 400 mg/lt. Agar air laut atau air
payau bisa dikonsumsi sebagai air minum perlu diolah. Pengolahan air laut menjadi
air minum pada dasarnya adalah menurunkan kadar garam sampai dengan
kadar garam dalam air yang telah dikuasai oleh manusia antara lain teknik destilasi
dengan kondisi social ekonomi masyarakat setempat. Secara rinci uraian tentang
teknik pembuangan garam pada air laut / air paya adalah sebagai berikut.
4.5.4.1. Destilasi
Teknologi penyulingan air untuk mendapatkan air tawar dari dari kotor atau dari air
laut intinya adalah menguapkan air laut dengan cara dipanaskan, yang kemudian uap
air tersebut diembunkan sehingga didapatkan air tawar. Sumber panas yang
dipergunakan berasal dari energi yang beragam : minyak, gas, listrik, surya / matahari
dan lainnya.
operasi evaporator bertenaga listrik telah dikembangkan oleh beberapa negara, tetapi
biaya operasi dipandang masih terlau tinggi yakni USD 285 untuk setiap 1000 m3 air.
Sekarang penelitian diarahkan pada pemanfaatan energi matahari atau tenaga surya
2005), telah mengembangkan destilator tenaga surya atap kaca sebagai teknologi
terapan untuk penyulingan air laut. Alat ini cocok untuk daerah pantai dan daerah
sulit air. Data teknis dan spesifikasi alat yang dikembangkan adalah terdiri pengumpul
kalor, kaca penutup kanal kondensat, kotak kayu dan system isolasi. Air baku yang
digunakan adalh air laut dan air payau, dengan kapasitas 6-8 liter per hari. Model
yang dikembangkan adalah seperti ditunjukan pada gambar 1.1. berikut ini.
Gambar : 1.1.
Prototipe destilator tenaga surya (Kimpraswil, 2004)
1335 - 2950 ml/hari atau rata-rata 1877,33 ml/hari. Kemudian dapat dihitung bahwa
rata-rata volume air tawar yang dihasilkan adalah 4,161 lt/hr/m2. Rata-rata volume ini
panas dari sinar matahari yang menembus kaca destilator oleh air laut yang ada
dalam destilator. Energi panas dari sinar matahari berasal dari sinar inframerah yang
bahwa sinar matahari memiliki panjang gelombang ( λ ) antara 0,15 – 4 µm, dan
transparan.
menembus kaca transparan dengan membawa energi panas. Akan tetapi pada proses
selanjutnya, dalam suatu rumah kaca, energi panas akan terakumulasi sehingga suhu
rumah kaca akan bertambah tinggi. Hal ini terjadi karena adanya perubahan panjang
bertambah panas. Fenomena demikian sering disebut sebagai Green house effect
(efek rumah kaca) yaitu suatu kondisi dimana suhu udara dalam rumah kaca lebih
Jumlah energi panas yang terkumpul dalam rumah kaca bergantung pada
lama penyinaran dari sinar matahari. Lakitan, B. (2002) menyatakan bahwa untuk
daerah tropis yakni daerah dekat equator sampai dengan 23,5oLU lama penyinaran
Proses penguapan hanya akan berlangsung jika air (dalam bentuk cair)
menerima masukan energi. Jumlah energi yang dibutuhkan untuk menguapkan air
adalah sebesar 0,495 g.m-3. oK-1. jumlah energi yang dibutuhkan ini disebut sebagai
panas laten untuk evaporasi (latent heat of vaporization). Jumlah energi yang
dibutuhkan untuk menguapkan 1 gram air pada suhu 20oC adalah sebesar 586 cal.
Sedangkan untuk mencairkan 1 gram es pada suhu 0oC diperlukan energi sebesar 80
cal.
Pada proses penguapan air dimana terjadi perubahan bentuk air dari bentuk
cair menjadi bentuk gas, secara otomatis akan terjadi perubahan berat jenis (BJ) dari
air tersebut. Berat jenis air dalam bentuk uap (BJ uap) akan lebih kecil dari Berat jenis
air dalam bentuk cair (BJ cair). Ketika terjadi penguapan air maka unsur-unsur
penyusun air alam dan berbagai impurities (berupa unsure logam, garam, bahan
padat, dan lain-lain) yang memiliki BJ lebih besar dari BJ uap akan tertinggal sebagai
Prinsipnya adalah bahwa titik beku pada air dengan kadar garam yang
berbeda akan memiliki suhu beku yang berbeda pula. Titik beku air tawar lebih tinggi
dibanding titik beku air laut, sehingga air tawar akan membeku lebih dahulu
dibandingkan dengan air laut. Dalam proses pembekuan , suhu air laut diturunkan
perlahan-lahan hingga terbentuk kristal-kristal es. Kristal-kristal ini bebas garam (air
tawar) sehingga dapat dipisahkan dari garamnya. Biaya proses ini pada tahun 1978
4.5.4.3. Demineralisasi
menggunakan aparat penukar ion (ion exchanger). Alat penukar ion juga lazim
digunakan untuk menghilangkan kesadahan. Pada proses ini digunakan dua jenis
substrat yang berbeda yang berfungsi membuang kation dan membuang anion. Proses
ini sangat mahal untuk prosesing air laut, tetapi bias dipertimbangkan untuk
prosesing air payau dengan kadar garam 1000 mg/lt. Untuk pemrosesan iar payau
4.5.4.4. Elektrodialisis
potensi listrik melalui membrane selektif yang dapat ditembus oleh ion tertentu.
Dalam proses ini kira-kira ada separoh air yang dibuang untuk setiap air tawar yang
dihasilkan. Untuk pengolahan air payau dengan kadar garam 2000 mg/lt biaya yang
diperlukan adalah USD 325 per 1000m3. jadi tidak cocok untuk pengolahan air laut
Proses osmose menggunakan membran selektif yang dapat ditembus oleh air
dari kadar garam rendah (tawar) ke kadar garam yang lebih tinggi. Dalam proses
osmosis terbalik, kadar garam rendah (tawar) dipaksa mengalir menembus membrane
dari air dengan kadar garam tinggi menggunakan tekanan buatan. Tekanan yang
diperlukan kira-kira 1500 psi (10.000 kN/m2). Sekarang teknik ini sudah
berkembang pesat.
dengan cara kimia dapat dilakukan dengan penambahan bahan kimia seperti unsur-
unsur halogen, Cl/senyawa khlor, Br2, Ozon (O3), Phenol, KMnO4, OCl2, dan
sebagainya.
yaitu dengan penambahan bahan kimia, pemanasan, penggunaan sinar UV, dan
Faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan cara desinfeksi air adalah
daya atau kekuatan membunuh mikroorganisme pathogen yang berjenis bakteri, virus,
protozoa dan cacing. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah (a). tingkat kemudahan
dalam memantau konsentrasi dalam air, (b). kemampuan dalam memproduksi residu
yang akan berfungsi sebagai pelindung kualitas air pada sistem distribusi, (c). kualitas
estetika (warna, rasa, dan bau) dari air yang didesinfeksi, (d). teknologi pengadaan
5. Metode penelitian
Pre and post test design dengan skema percobaan pada lampiran
Keseluruhan unit destilator tenaga surya, dengan contoh air yang disuling berasal
5.5. Sampling
Sample diambil dari air laut yang belum melewati Model destilator dan
Jenis variabel dan struktur hubungan antar variabel penelitian adalah seperti
Destilator tenaga
Intensitas sinar
surya
matahari
Temperatur
Var. bebas
Kecepatan angin
Luas ruang pemanas
Ketebalan air pada
ruang pemenas
Asupan air pada ruang
pemanas
Air laut
Lokasi / penempatan
Var. confounding
Var. terikat
Gambar : 1.2.
Bagan struktur hubungan antar variabel
a. Air laut adalah air yang diambil dari badan air / laut pada pantai Teluk Penyu
Cilacap
b. Destilator tenaga surya yang dimaksud adalah sebuah unit destilator yang
dibuat oleh peneliti dengan rancangan dan ukuran seperti yang ditunjukan pada
gambar terlampir.
c. Kuantitas air adalah jumlah air tawar yang dihasilkan destilator dalam kurun
waktu tertentu, diukur dalam satuan liter/hari dan liter/meter persegi luas
permukaan destilator.
d. Kualitas air adalah kondisi kimiawi air yang dihasilkan destilator, dalam hal
h. Luas ruang pemanas adalah luas ruangan pada destilator yang menampung
air laut yang akan dipanaskan dengan sinar matahari. Diukur dengan
i. Ketebalan air adalah kedalaman air didalam ruang pemanas destilator. Diukur
j. Asupan air adalah jumlah air laut yang dimasukan kedalam ruang pemanas
destilator.
l. Efisiensi model adalah angka persentase penurunan kadar garam pada air
5.9.1. Bahan yang digunakan dalam percobaan ini antara lain : sampel air laut,
aquadest, kertas saring Whatman no 41, Lar. K2Cr2O4 10%, Lar. AgNO3
5.9.2. Alat yang digunakan: Model destilator (lihat Gambar 1.2.), Buret 50 ml,
gelas ukur 500 ml, Pipet ukur 100 ml, Pipet tetes 1 ml, Gelas kimia 250 ml, statif,
dan Refraktometer.
Sinar matahari
Butir embun
Uap air
inlet
Air tawar yg
Air laut pada ruang tertampung
pemanas
Keterangan gambar :
1. Model destilator dibuat sebanyak 1 buah, dari bahan kayu yang dibalut / dilapisi
resin dan fiber. Penutup transparan dari kaca dengan tebal 5,0 Mm
2. Bentuk ruang pemanas destilator adalah empat persegi panjang dengan ukuran (a)
50 x 100 Cm, dengan luas 5000 Cm2,
(b) 100 x 100 Cm, dengan luas 10.000 Cm2
(c) 100 x 150 Cm, dengan luas 15.000 Cm2
3. Kemiringan kaca penutup 45 derajat.
4. Kedalaman air laut dalam ruang pemanas destilator 2,0 Cm
5. Bagian sisi tinggi dan sisi rendah, ketinggiannya disesuaikan / diperhitungkan
dengan kemiringan 45 derajat.
a. Uji coba operasional model dengan cara : Siapkan model sesuai dengan yang
direncanakan dan pastikan semua kran bekerja dengan baik; Isi destilator dengan
air untuk mengetahui kemungkinan ada kebocoran pada model dan pastikan tidak
terjadi kebocoran yang terjadi; Tempatkan model destilator pada lokasi dimana
b. Pelaksanaan percobaan / penelitian dengan cara: Pengambilan air sample dari air
Pengukuran kadar garam air sample dengan refraktometer sebanyak 3 kali dan
mengirim air sample ke laboratorium untuk pemeriksaan kadar Clorida, TSS, dan
TDS; Pengukuruan suhu udara dengan termometer alcohol dengan skala 100
samplel kedalam ruang pemanas setebal 2 cm dan diatur agar ketebalan air tetap 2
Mengukur kuantitas dan kualitas air yang tertampung setiap 24 jam sekali selama
penelitian
6. Sistematika penulisan
Bab I : Pendahuluan
1. Latar belakang
2. Rumusan masalah
3. Tujuan penelitian
4. Tinjauan pustaka
5. Sistematika penulisan
Daftar Pustaka
Lampiran-lampiran
BAB II
IDENTIFIKASI MASALAH
1. Kondisi geografis
barat berbatasan dengan desa Ketenger dan sebelah timur berbatasan dengan desa
Kemutug Lor. Kondisi topografi desa Karangmangu berbukit dengan ketinggian 540
Jumlah penduduk desa Karangmangu 2198 jiwa, 44,2 % (971 jiwa) laki-laki
dan 55,8% (1227 jiwa) perempuan. Jumlah kepala keluarga 479 KK. Angka
orang per tahun dan angka kematian 4 orang pertahun, angka migrasi tidak di
penduduk berdasarkan jenis kelamin, umur, pendidikan dan pekerjaan adalah sebagai
berikut.
Tabel : 2.1.
DISTRIBUSI PENDUDUK DESA KARANGMANGU TAHUN 2002
BERDASARKAN USIA DAN JENIS KELAMIN
Tabel : 2.2.
DISTRIBUSI PENDUDUK DESA KARANGMANGU TAHUN 2002
BERDASARKAN TINGKAT PENDIDIKAN
Tabel : 2.3.
DISTRIBUSI PENDUDUK DESA KARANGMANGU TAHUN 2002
BERDASARKAN JENIS PEKERJAAN
2. Kondisi cuaca
ini memiliki ketinggian ± 540 m dpl, dengan udara sejuk. Kondisi cuaca yang
meliputi temperatur udara dan kelembaban udara selama penelitian serta kondisi
Tabel : 2.4.
1 Temperatur udara 18 – 37 oC
2 Kelembaban udara (relatif) 80 – 81%
3 Kecepatan angin 0,00 – 42 M/dt
4 Intensitas cahaya 9 – 85500 Lux
5. Musim Penghujan
Sumber : Hasil pengukuran saat penelitian
B. Data khusus
1. Temperatur udara
sehingga data ini sangat penting dalam penelitian ini. Pengamatan temperatur udara
mencatat temperatur tertinggi dan terendah yang terjadi pada hari tersebut. Disamping
itu diamati pula temperatur sesaat baik udara luar maupun udara dalam model pada
pagi hari (06.00 – 07.00), siang hari yang dilakukan sekitar jam 11.30 sd 12.30, dan
sore hari (17.00 – 18.00) WIB. Data lengkap temperatur dapat dilihat pada Tabel :
Tabel 2.5.
RATA-RATA TEMPERATUR UDARA
SELAMA PENELITIAN BERLANGSUNG
2. Volume
Volume air yang dihasilkan oleh model selama penelitian dapat dilihat
Tabel : 2.6.
VOLUME RATA-RATA AIR TAWAR
YANG DIHASILKAN DESTILATOR SESUAI LUAS RUANG PEMANAS
Tabel : 2.7.
VOLUME AIR TAWAR YANG DIHASILKAN
MASING-MASING DESTILATOR SESUAI LUAS RUANG PEMANAS
3. Kualitas air
Kualitas sampel air laut maupun air destilant yang dihasilkan diamati secara
Tabel 2.8
Tabel 2.9
KUALITAS SAMPLE AIR DESTILANT
PADA MASING MASING DESTILATOR.
Tabel : 2.10.
Efisiensi removal kadar garam pada model ini dapat dihitung berdasarkan
persentase penurunan kadar garam setelah melalui model destilator. Dari tabel 2.10
dapat dihitung bahwa prosentase penurunan kadar garam setelah melewati model
adalah 100%.
Tabel 2.11
TEMPERATUR UDARA DAN VOLUME
DESTILANT YANG DIHASILKAN SELAMA SATU HARI
HARI Waktu TEMPERATUR (OC) VOLUME (ML / HARI)
KE: MAX- LUAR DALAM 0.5 m2 1.0 m2 1.5 m2
MIN
(1) ( 2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Pagi - 19 31 - - -
Siang - 32 71
Sore - 24 40
2 Pagi 18 – 33 2950
20 31 6.195 9.203
Siang 34 67
Sore 22 38
3 Pagi 19 – 36 2660
23 35 5.586 8.298
Siang 34 73
Sore 26 44
4 Pagi 21 – 34 2250
22 33 4.725 7.019
Siang 32 56
Sore 27 46
5 Pagi 22 – 36 1870
23 35 3.927 5.833
Siang 32 57
Sore 26 41
6 Pagi 21 – 34 1860
22 33 3.906 5.802
Siang 32 62
Sore 28 47
7 Pagi 20 – 33 21 33 1875
3.938 5.849
Siang 32 59
Sore 24 39
8 Pagi 20 – 35 23 37 1560
3.276 4.866
Siang 25 36
Sore 24 33
9 Pagi 22 – 33 20 33 1335
2.804 4.164
Siang 31 63
Sore 26 44
10 Pagi 19 – 36 21 34 1630
3.423 5.085
Siang 33 64
Sore 26 41
11 Pagi 19 - 33 19 30 1575
3.308 4.913
Siang 27 45
Sore 26 46
12 Pagi 18 - 32 22 36 1550
3.255 4.835
Siang 32 64
Sore 26 47
13 Pagi 21 - 34 20 31 1670
3.507 5.209
Siang 25 47
Sore 27 51
14 Pagi 19 - 30 19 30 2070
4.347 6.457
Siang 34 70
Sore 26 47
15 Pagi 18 - 36 22 31 1870
3.927 5.833
Siang 33 67
Sore 25 42
16 Pagi 22 - 34 19 28 1580
3.318 4.929
Siang 26 40
Sore 23 35
17 Pagi 18 - 30 20 33 1355
2.846 4.227
Siang 28 46
Sore 24 35
18 Pagi 19 - 35 21 35 1485
3.119 4.632
Siang 27 43
Sore 23 41
19 Pagi 20 - 33 22 33 1360
2.856 4.242
Siang 30 55
Sore 24 33
20 Pagi 22 - 34 22 31 1365
2.867 4.258
Siang 33 61
Sore 25 47
21 Pagi 21 - 35 22 33 1625
3.413 5.069
Siang 31 52
Sore 26 44
22 Pagi 22 - 36 21 35 1630
3.423 5.085
Siang 35 68
Sore 26 51
23 Pagi 20 - 36 22 34 2275
4.778 7.097
Siang 38 77
Sore 26 52
24 Pagi 21 - 38 21 30 2415
5.072 7.534
Siang 35 66
Sore 25 47
25 Pagi 20 - 36 21 35 2370
4.977 7.393
Siang 35 70
Sore 24 46
26 Pagi 19 - 37 2190
21 31 4.599 6.832
Siang 34 66
Sore 25 47
27 Pagi 20 - 36 2085
19 31 4.379 6.504
Siang 37 76
Sore 27 49
28 Pagi 18 - 37 2315
21 35 4.862 7.222
Siang 34 60
Sore 24 41
29 Pagi 20 - 36 1920
21 30 4.032 5.989
Siang 27 43
Sore 25 41
30 Pagi 20 - 33 1855
20 33 3.896 5.787
Siang 26 42
Sore 24 40
31 Pagi 19 - 35 - - 1770
3.717 5.521
Catatan :
Pengukuran volume destilant (air tawar) dilakukan pada setiap pagi hari. Produksi air
tawar tampak berlangsung secara terus-menerus menetes selama 24 jam sehari.
BAB III
ANALISIS
Banymas, memiliki luas wilayah desa 335,100 hektar, terdiri atas persawahan,
permukiman, kebun, hutan lindung dan kawasan pariwisata. Luas wilayah yang
digunakan untuk permukiman, kebun, sawah dan kawasan wisata adalah 106,5
hektar. Apabila ditilik dari luas wilayah yang dimiliki, maka penggunaan lahan untuk
aktivitas manusia secara langsung tergolong ideal. Artinya luas lahan yang dipakai
hanya 32 % dari luas wilayah desa. Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas
No. 27 Tahun 1998, tentang kawasan wisata Baturraden disebutkan bahwa luas lahan
yang bisa didirikan bangunan maksimal 70 %. Apabila luas hutan lindung ditambah
dengan luas wilayah yang diperuntukan bagi persawahan dan perkebunan, maka luas
fungsi tangkapan air secara maksimal. Fungsi tangkapan dan resapan air akan
maksimal jika ditunjang oleh jumlah hari hujan yang besar. Data stasiun cuaca
Baturraden (1983) menunjukan bahwa jumlah hari hujan untuk wilayah Baturraden
Baturraden, dengan curah hujan rata-rata 4500 mm/th. Memperhatikan fakta tersebut,
maka dapat dinyatakan bahwa bagian terbesar wilayah desa Karangmangu memang
cocok untuk hutan lindung. Agar keberadaan hutan lindung di desa Karangmangu
pentingnya hutan lindung. Jika 49,4% penduduk yang hanya tamat SD dibiarkan
hanya ditujukan untuk kepentingan hutan lindung semata, tetapi harus dilakukan
secara holistic meliputi kepentingan pertanian, ekonomi, pariwisata dan lainnya. Hal
dimana ada 24, 17 % penduduk bekerja sebagai karyawan dan 31 % penduduk bekerja
pilihan yang tepat. Desa ini memiliki ketinggian 450 mdpl berupa perbukitan dengan
udara sejuk. Temperature udara rata-rata 28oC dan kelembaban relative 80% (periksa
Tabel : 2.4). Unggulan pariwisata didaerah ini adalah wanawisata hutan lindung.
dipilih, yang sebelumnya direncanakan dekat pantai dimana sampel air laut diambil
air dapat terjadi pada suhu berapapun dan sinar matahari di seluruh wilayah Indonesia
realtif sama.
dengan kenaikan temperature. Penguapan air maksimum akan terjadi pada suhu titik
didih air. Titik didih air akan dipengaruhi oleh tekanan udara setempat. Tekanan
Pertimbangan lain adalah bahwa kelangkaan air bersih yang siap minum bisa
terjadi dimana saja termasuk didaerah pegunungan yang kaya dengan air permukaan,
Desa Karangmangu yang memiliki cuaca seperti tersebut pada tabel 2.5.
matahari ini, dapat dijelaskan bahwa pengukuran dilakukan pada pagi hari (06.00 –
07.00), siang hari yang dilakukan sekitar jam 11.30 sd 12.30, dan sore hari (17.00 –
18.00) WIB. Intensitas cahaya matahari paling rendah terjadi pada sore hari ketika
terjadi hujan (mendung). Seperti diketahui bahwa penelitian berlangsung ketika pada
musim hujan. Secara tidak sengaja, kondisi ini justru menguntungkan karena pada
musim hujan secara umum dapat dikatakan bahwa intensitas sinar matahari dalam
kondisi minimal.
tenaga surya pada kondisi sinar matahari minimal akan sangat menguntungkan. Hal
ini karena dengan diketahuinya kuantitas air tawar hasil penyulingan pada kondisi
sinar matahari minimal, maka selanjutnya dapat diperhitungkan bahwa pada kondisi
sinar matahari maksimal akan diperoleh kuantitas air tawar yang lebih banyak.
Kondisi sinar matahari yang maksimal akan mengakibatkan penguapan (uap air)
yang maksimal. Uap air yang banyak akan menghasilkan embun atau air tawar yang
banyak pula. Menurut Lakitan, B (2002) laju evaporasi di Indonesia terjadi secara
bervariasi tergantung ketinggian tempat dan waktu. Pada bulan Januari – April laju
evaporasi masih rendah, puncaknya terjadi pada bulan Juni – September. Pelaksanaan
penelitian dilakukan pada bulan Maret – April 2005. Ini berarti pada periode dimana
Kuantitas air tawar yang dihasilkan oleh destilator tenaga surya (air destilant /
destilant) secara lengkap dapat dilihat kembali pada Tabel 2.6 dan Tabel 2.7. Perlu
dikemukakan kembali bahwa berdasarkan tabel tersebut ternyata volume air tawar
yang dihasilkan adalah : 1.877,33 ml/hari /0.5 m2, 3.942,00 ml/hari /1.0 m2 dan
5.856,00 ml/hari /1.5 m2. Apabila dihitung secara matematis akan diperoleh volume
Rata-rata volume sebesar 3.866.89 ml/hari / m2 ini ternyata lebih rendah yang
dengan destilator tenaga surya bisa dihasilkan air tawar 6-8 liter/hari. Marsum, dkk
(2004) menemukan bahwa destilator tenaga surya mampu menghasilkan air tawar dari
air laut sebanyak 4,161 lt/hr/m2. Untuk perbandingan, secara ringkas perbedaan
produksi air tawar destilator tenaga surya dari beberapa peneliti disajikan pada table
Tabel : 3.1.
PERBANDINGAN PRODUKSI AIR TAWAR
DESTILATOR TENAGA SURYA PADA BERBAGAI PENELITIAN
Perbedaan volume air tawar yang dihasilkan dari berbagai destilator tenaga
surya ini dapat terjadi karena kemungkinan kondisi dan variable penelitian yang
sangat dipengaruhi banyak variable. Variabel dimaksud adalah suhu, intensitas sinar
matahari, kecepatan angin, luas ruang pemanas, ketebalan air pada ruang pemenas,
asupan air pada ruang pemanas, karakteristik air laut, dan lokasi / penempatan
destilator.
Apabila terjadi satu variabel saja berbeda maka hasilnya dapat saja berbeda.
oleh NN (1996) atau oleh Kimpraswil. Apalagi waktu pelaksaan penelitian ini (Maret
– April 2005) berbarengan dengan musim penghujan sehingga panas matahari yang
didapat dalam kondisi minimal. Pada masa ini kondisi laju evaporasi dalam keadaan
rendah (Lakitan, B. 2002). Variasi laju evaporasi pada berbagai ketinggian dan waktu
Perbedaan lama sinar matahari yang menimpa destilator tenaga surya akan
mempengaruhi jumlah uap air yang diproduksi. Jumlah energi panas yang terkumpul
dalam rumah kaca bergantung pada lama penyinaran dari sinar matahari. Lakitan, B.
(2002) menyatakan bahwa untuk daerah tropis yakni daerah dekat equator sampai
Proses penguapan hanya akan berlangsung jika air (dalam bentuk cair)
menerima masukan energi. Jumlah energi yang dibutuhkan untuk menguapkan air
adalah sebesar 0,495 g.m-3. oK-1. jumlah energi yang dibutuhkan ini disebut sebagai
panas laten untuk evaporasi (latent heat of vaporization). Jumlah energi yang
dibutuhkan untuk menguapkan 1 gram air pada suhu 20oC adalah sebesar 586 cal.
Sedangkan untuk mencairkan 1 gram es pada suhu 0oC diperlukan energi sebesar 80
cal. Oleh karena itu jumlah air atau ketebalan air dalam destilator khususnya pada
ruang pemanas atau evaporator akan berpengaruh terhadap kecepatan terjadinya uap
air. Pada akhirnya akan berpengaruh terhadap jumlah air tawar yang dihasilkan.
Ruang pemanas pada destilator tenaga surya akan memiliki temperatur yang
lebih tinggi dibanding temperatur udara luar. Tabel 2.11 menunjukkan bahwa pada
penelitian yang dilakukan diketahui ternyata temperatur udara dalam ruangan rata-rata
mencapai 43oC. Sedangkan temperatur udara luar rata-rata hanya 25oC. Ketika
temperature udara luar 38oC , temperatur dalam destilator mencapai 77oC (record hari
ke 23). Ini berarti selisih temperatur dalam destilator berkisar antara 72 % - 102%
melalui pengetahuan Fisika yakni tentang perilaku atau sifat radiasi sinar matahari.
gelombang ( λ ) antara 0,15 – 4 µm, dan hanya panjang gelombang ( λ ) antara 0,32 –
2 µm yang mampu menembus kaca transparan. Sifat unik sinar dengan panjang
energi panas. Akan tetapi pada proses selanjutnya, dalam suatu rumah kaca, energi
panas akan terakumulasi sehingga suhu rumah kaca akan bertambah tinggi. Hal ini
menembus kaca. Ruang rumah kaca bertambah panas. Fenomena demikian sering
disebut sebagai Green house effect (efek rumah kaca) yaitu suatu kondisi dimana suhu
udara dalam rumah kaca lebih tinggi dari suhu udara lingkungan luar.
disain seperti pada foto di Lampiran : 1, mampu menghasilkan air tawar dari air laut
memproduksi air tawar dalam jumlah yang lebih banyak pada kondisi yang
mendukung. Kondisi yang dimaksud adalah apabila lama penyinaran matahari lebih
banyak dan intensitas radiasi lebih tinggi. Kondisi ini akan terjadi pada musim
kemarau sekitar bulan Juni – September (Lakitan, B. 2004). Pada bulan – bulan ini
sebagian besar wilayah Indonesia mengalami musim kemarau yang kering. Pada
daerah tertentu seperti Gunung Kidul, DIY, ketersediaan air menjadi sangat langka.
Oleh karena itu pemanfaatan destilator tenaga surya menjadi layak dipertimbangkan
untuk digunakan di daerah sulit air seperti di Gunung Kidul atau daerah sulit air
lainnya.
penggunaan energi matahari yang murah dan melimpah. Persediaan alamiah energi
panas matahari yang sustainable telah lebih dari cukup jika dimanfaatkan secara
maksimal (Purnomo dan Adi, T. 1994). Disamping itu, destilator tenaga surya
memiliki disain dan konstruksi yang sederhana. Mudah dibuat dari bahan –bahan
yang tersedia di desa oleh tenaga lokal. Hampir tidak diperlukan keahlian khusus
Apabila dibuat destilator tenaga surya dengan disain dan ukuran seperti yang
dilakukan peneliti (lihat foto di Lampiran : 1), akan mempu menghasilkan air tawar
3,866 liter/hari/m2. Volume ini terlalu kecil untuk mencukupi kebutuhan minimal air
bersih. Kebutuhan air minimal untuk daerah perdesaan menurut standar WHO
Waluyo, K. (2004) setiap hari selama 24 jam manusia membutuhkan asupan air
dimasukan dalam tubuh tergantung dari jumlah air yang dikeluarkan tubuh. Air yang
dimasukan dalam tubuh dapat berupa air minum, makanan dan buah-buahan.
Pengeluaran air dari tubuh sebagai bentuk sisa metabolisme atau karena penyakit
cairan dari dalam tubuh. Kekurangan cairan dari dalam tubuh dapat menyebabkan
dehidrasi yang dapat mengakibatkan kematian. Air didalam tubuh memiliki fungsi
dalam tubuh, (b). menjaga kerja alat tubuh tidak terganggu dan (c). membuang zat
sisa dari dalam tubuh serta menjaga suhu tubuh agar tetap normal.
Produksi air tawar dari satu unit destilator tenaga surya berukuran 1m2 yang
diteliti adalah 3,866 liter/hari/m2. Ini berarti cukup untuk melayani kebutuhan air
minum lebih dari satu orang, dimana kebutuhan air minum untuk satu orang adalah
2,5 liter/24 jam (Irianto, K. dan Waluyo, K. 2004). Secara matematik dapat dihitung
bahwa satu unit destilator ukuran 1m2 mampu melayani kebutuhan air minum
sebanyak 3,866 / 2,5 = 1,55 orang. Apabila diasumsikan dalam satu keluarga / rumah
tangga terdiri dari ayah, ibu dan dua orang anak, maka diperlukan destilator tenaga
Seperti yang telah diuraikan dimuka, bahwa kebutuhan air untuk keperluan
Selanjutnya dapat dihitung bahwa destilator tenaga surya hanya mampu untuk
mencukupi kebutuhan air bagi 0,65 orang (3,866/60). Jika hanya mengandalkan
destilator tenaga surya untuk mencukupi kebutuhan airnya, maka secara matematik
dapat dihitung luas destilator yang dibutuhkan adalah 60/3,886 = 15,44 m2/orang.
Luas destilator 15,44 m2 ini akan memakan lahan yang amat besar untuk sebuah
rumah tangga dengan anggota 4 orang, yaitu 15,44 x 4 = 61,76 m2. Oleh karena itu
lanjut untuk membuat disain destilator tenaga surya dengan luasan minimal dan hasil
maksimal. Namun demikian perlu ditegaskan kembali bahwa dalam kondisi sulit air,
surya dapat dijamin. Selama 24 jam penguapan air akan selalu terjadi dalam
destilator, sehingga produksi air tawar akan selalu mengalir secara kontinyu. Analisis
ekonomi perlu dilakukan untuk mengetahui secara rinci ongkos produksi setiap satu
liter air minum yang dihasilkan dan mengetahui kapan terjadi break even point
(BEP). Sebagai perbandingan, harga air minum setara air suling yang dipasaran
menggunakan merk Pure adalah Rp 500 – Rp 600 per liter. Ini berarti produksi air
tawar dari destilator tenaga surya adalah seharga 3,866 x 500 = Rp 1.943,- per hari.
1.500,- /liter) dan lebih mahal dibanding dengan air minum isi ulang (± Rp 185,- /
liter).
Harga air yang mahal akan menyebabkan penggunaan air yang sedikit.
Sedikitnya jumlah air yang tersedia atau yang mampu digunakan sangat riskan
memicu hadirnya penyakit yang di kategorikan sebagai water washed diseases. Air
akan mengandung mikroorganisme sebagai akibat kurangnya air bersih, sehingga air
yang sedikit tersebut digunakan untuk mencuci anggota badan atau lainya berulang-
kejadian water washed diseases. Penyakit yang digolongkan sebagai water washed
olahan berupa air bersih / air minum yang memenuhi syarat. Persyaratan yang
komunitas yang akan dilayani. Destilator tenaga surya ukuran 1m2 hanya mampu
menghasilkan air 3,866 ml/hari. Ini berarti belum memenuhi syarat kuantitas. Agar
dapat memenuhi syarat kuantitas ini maka ukuran destilator harus ditambah sesuai
Pemenuhan syarat kualitas air adalah bahwa suatu instalasi pengolah harus
mampu memproduksi air yang tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna, tidak
mengandung bahan berbahaya dan tidak mengandung bibit penyakit, serta harus
masing unsur pada air yang memenuhi syarat kualitas ditetatpkan berdasarkan standar
atau bakumutu yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Baku mutu air minum yang
ditetapkankan oleh pemerintah yang berlaku sekarang ini adalah Peraturan Menteri
Minum.
sehari sesuai fluktuasi penggunaan air. Apabila ketersediaan air melimpah pada saat
tertentu, akan tetapi pada saat yang lain tidak tersedia sama sekali, hal ini berarti tidak
memenuhi syarat kontinyuitas. Salah satu strategi untuk mengatasi kelangkaan air
pada saat tertentu adalah dengan membangun tandon air atau reservoir yang
bergantung pada sifat penguapan pada air. Menurut Lakitan, B. (2002), proses
penguapan air terjadi pada suhu berapapun. Semakin tinggi temperatur akan semakin
besar terjadi penguapan air. Penguapan air terintinggi terjadi pada titik didih air, yakni
tercatat 18oC. Pada temperatur18oC ini secara teoritis dapat dipastikan bahwa di
penelitian menunjukan bahwa produksi air tawar dari destilator tenaga surya dapat
Hal ini menunjukan bahwa destilator tenaga surya dapat memenuhi persyaratan
Syarat ekonomis yang dimaksud adalah bahwa suatu instalasi pengolah air
harus mampu memproduksi air dengan harga yang dapat dijangkau oleh masyarakat
pengguna. Berdasarkan komparasi harga seperti yang telah diuraikan pada alenia
terdahulu, diketahui bahwa harga air produksi destilator tenaga surya tersebut lebih
murah dibandingkan dengan air minum dalam kemasan (± Rp 1.500,- /liter) dan lebih
Kualitas air tawar (destilant) yang dihasilkan oleh destilator tenaga surya
secara lengkap dapat dilihat kembali pada Tabel 2.9. dan Tabel 2.10. Secara singkat
rata-rata kualitas sample air laut dan air destilant dapat dilihat dalam Tabel 2.10.
Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas air destilant untuk
parameter yang dianalisa telah memenuhi syarat sebagai air bersih maupun air minum
Kualitas air tawar yang dihasilkan setara dengan aquades (air suling). Semua
impurities yang ada dalam air laut dapat dihilangkan dengan proses destilasi. Pada
proses penguapan air dimana terjadi perubahan bentuk air dari bentuk cair menjadi
bentuk gas, secara otomatis akan terjadi perubahan berat jenis (BJ) dari air tersebut.
Berat jenis air dalam bentuk uap (BJ uap) akan lebih kecil dari Berat jenis air dalam
bentuk cair (BJ cair). Ketika terjadi penguapan air maka unsur-unsur penyusun air
alam dan berbagai impurities (berupa unsur logam, garam, bahan padat, dan lain-lain)
yang memiliki BJ lebih besar dari BJ uap akan tertinggal sebagai refinat atau residu.
Temperatur yang ada dalam destilator tenaga surya mampu mencapai 77oC.
Pada temperatur ini bibit penyakit dapat dilemahkan bahkan dapat dimatikan dalam
waktu yang relatif lama melalui mekanisme pasteurisasi. Sinar ultra violet yang ada
pada sinar matahari juga terbukti mampu membunuh bibit penyakit tertentu.
Kendatipun tidak dilakukan pengujian bakteriologis pada air tawar hasil penelitian ini,
namun secara terotis dapat dinyatakan air suling bebas dari bakteri. Hal ini dapat
Apabila dicermati lebih lanjut tentang perilaku dan sifat dari penguapan air,
maka dapat difahami fenomena turunnya kadar kadar Chlorida menjadi 0 mg/lt dari
34.000 mg/lt. Selanjutnya juga bisa dianalogikan bahwa air laut sama dengan air
tercemar atau air limbah, sehingga destilator tenaga surya dapat digunakan untuk
berfungsi sebagai sarana untuk melakukan proses daur ulang air limbah sehingga bisa
digunakan kembali (recycle). Betapapun kontribusinya masih amat kecil, upaya daur
ulang limbah cair menggunakan destilator tenaga surya patut dipertimbangkan. Upaya
ini akan mereduksi volume air limbah dan sekaligus dapat manghemat penggunaan air
bersih.
pengolahan air atau air limbah diantaranya adalah sederhana, murah, fleksibel dan
ramah lingkungan. Destilator tenaga surya merupakan instalasi pengolahan air yang
sederhana karena hanya berupa unit pengolah tunggal. Berbeda dengan unit
pengolahan air lainnya yang membutuhkan unit pengolah pendukung. Unit pengolah
pendukung yang lazim digunakan dalan instalasi pengolahan air konvensional adalah
desinfeksi. Semua unit pengolah pendukung tersebut memiliki system operasi dan
disain yang tidak sederhana. Bandingkan dengan unit destilator tenaga surya seperti
Destilator tenaga surya merupakan unit pengolahan air yang murah, karena
digunakan berasal dari sinar matahari yang melimpah dan dapat diperoleh di semua
wilayah di Indonesia dengan gratis. Biaya konstruksinya juga relative sangat murah
juga tidak dibutuhkan tenaga terlatih, sehingga relative tidak dibutuhkan biaya
pengoperasian.
dibuat dengan system modul, yakni dengan merangkai beberapa unit destilator
ukuran kecil menjadi satu rangkaian destilator serial atau parallel. Diantara
keuntungan rangkaian seri atau parallel dari destilator ini ialah dapat disesuaikan
jumlah produksi air tawar yang diinginkan dan dapat dipindahkan dengan mudah.
Rangkaian destilator secara seri atau parallel juga dapat dirancang bersifat knock
down yang dapat dibongkar-pasang dengan cepat dan akurat. Melalui rancangan
seperti diuraiakan diatas diharapkan destilator tenaga surya dapat digunakan sebagai
alternative mengatasi kelangkaan air di suatu daerah, dimana pada waktu yang lain
lingkungan. Energi yang digunakan berasal dari sinar matahari, sehingga tidak
bunyi mesin mekanis atau motor listrik. Sinar matahari merupakan sumber energi
yang tak terbatas, sehingga ekploitasi sinar matahari tidak akan menimbulkan
pengurangan sumber daya alam. Bahan baku yang digunakan dalam destilator tenaga
surya ini berasal dari air laut, yang bisa dikatatan sebagai sumber daya tidak terbatas.
Pemanfaatan destilator dan sumber daya alam dengan kondisi seperti diatas tentu
tenaga surya ini memilik arti penting dalam upaya pengamalan UUPLH No 23 Tahun
1997, terutama yang berhubungan dengan Pasal 4 huruf e, yang berbunyi "Sasaran
bijaksana".
lingkungan. Limbah dari destilator tenaga surya ini berupa air dengan kadar garam
yang lebih tinggi. Limbah yang berupa air dengan kadar garam yang tinggi ini dapat
disebut sebagai garam cair dan apabila terus diuapkan akan menghasilkan kristal
garam. Garam cair atau kristal garam dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan,
maka destilator tenaga surya dapat dikatakan sebagai sebuah unit pengolah air yang
ramah lingkungan.
diantaranya adalah untuk memproduksi air tawar dalam jumlah yang besar masih
belum memungkinkan. Untuk produksi air tawar dalam jumlah yang besar dan cepat
diperlukan lahan yang luas. Menurut David Faiman (Meyers, 1992) problem utama
yang menyebabkan destilator tenaga surya tidak popular adalah menyangkut disain
yang membutuhkan lahan luas. Jadi destilator tenaga surya belum mampu
menyediakan air tawar dalam waktu cepat dalam jumlah yang banyak.
Penurunan (efisiensi removal) kadar garam pada destilator tenaga surya ini
dapat dihitung berdasarkan persentase penurunan kadar garam setelah melalui alat
dimaksud.. Dari tabel 2.10 dapat dihitung bahwa prosentase penurunan kadar garam
setelah melewati model adalah 100% yang berarti sangat efisien (lihat difinisi
operasional). Ini berarti bahwa semua garam yang ada di air laut dapat dihilangkan
atau dalam hal ini tidak ikut terbawa dalam air destilant.
penguapan air akan terjadi perubahan bentuk air dari bentuk cair menjadi bentuk gas,
secara otomatis akan terjadi perubahan berat jenis (BJ) dari air tersebut. Ketika terjadi
penguapan air maka unsur-unsur penyusun air alam dan berbagai impurities (berupa
unsur logam, garam, bahan padat, dan lain-lain) yang memiliki BJ lebih besar dari BJ
uap akan tertinggal sebagai residu, dan uap yang lebih ringan akan naik dan
mengembun menjadi air yang bersih setara aquades dengan kadar garam 0% (0
mg/lt).
Kadar garam pada air tawar hasil destilasi sebesar 0 mg/l (0%), membuktikan
bahwa semua garam tertinggal sebagi residu atau refinat. Ini berarti cairan residu atau
refinat memiliki kadar garam yang lebih tinggi dari air laut. Kondisi ini
garam. Kadar garam pada cairan untuk bahan baku pembuatan garam yang efisien
Pada penelitian ini tidak dilakukan pengamatan lama waktu yang diperlukan
untuk menguapkan air sehingga air laut memiliki kadar garam menjadi 70%. Bila
data ini tersedia, tentu akan sangat menguntungkan untuk perhitungan dan
kemungkinan aplikasi penyediaan garam cair. Garam cair dapat dimanfaatkan untuk
pembuatan ikan asin bagi para nelayan. Dengan demikian penggunaan destilator
tenaga surya dapat memberikan efek ganda berupa tersedianya air minum dari air
Air laut alami secara umum memiliki kadar garam 35%. Untuk memperoleh
kadar garam air laut menjadi 70 %, secara matematis dapat diperhitungkan. Caranya
adalah memanaskan atau menguapkan air laut dengan volume 1 liter sehingga
volumenya turun menjadi 0,5 liter. Waktu yang diperlukan untuk menurunkan
volume air laut sehingga tinggal separuhnya, masih perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut.
ganda yakni menghasilkan air tawar sekaligus menghasilkan garam cair (kadar garam
mempengaruhinya. Diantara variable yang perlu di teliti lebih lanjut adalah : lama
penyinaran dan penguapan sampai dengan memperoleh kadar garam > 70%,
lingkungan, kedalaman / ketebalan air dalam ruang pemanas, macam dan ketebalan
bahan transparent pada destilator, kapasitas produksi air tawar pada setiap saat (jam,
hari, bulan). Apabila hal ini dapat dilakukan, maka akan diperoleh informasi yang
berguna untuk pengembangan lebih lanjut tentang disain destilator tenaga surya, serta
BAB IV
A. Simpulan
1. Kuantitas air tawar yang dihasilkan destilator tenaga surya pada waktu penelitian
2. Jumlah orang yang dapat dilayani dengan destilator tenaga surya ukuran 1m2,
kebuthan air minum mutlak), atau 0,65 orang (untuk pemenuhan kebutuhan air
bersih perdesaan).
3. Kualitas air tawar yang dihasilkan destilator tenaga surya memiliki kadar garam
4. Penurunan kadar garam (efisiensi removal) pada destilator tenaga surya adalah
B. Saran
2. Perlu adanya analisis ekonomi tentang biaya produksi dan break even
kemungkinan aplikasi destilator tenaga surya untuk pengolahan air limbah dan
DAFTAR PUSTAKA
Anonim (1995), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi II, Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan, Balai Pustaka, Jakarta.
California Regional Water Quality Control Board (2004), Salton Sea Water Quality,
Colorado River Basin, Palm Desert, California
HarjaSoemantri, K (2002), Hukum Tata Lingkungan, Edisi VII, Gadjah Mada
Uninersity Press, Yogyakarta.
Irianto, K. dan Waluyo, K. (2004), Gizi dan Pola Hidup Sehat, CV Yrama Widya,
Jakarta.
Linsley, RK dan Franzini, BJ. (1995), Teknik sumber daya air, Penerbit Erlangga,
Jakarta.
Lenihan , John & Wiiliam W Fletcher (1976), Energy resources and the
environment, Volume 1, Academic Press, NY.
Marsum, Abdullah, S., Widiyanto, A. (2004), Efisiensi model destilator tenaga surya
dalam memproduksi air tawar dari air laut, Poltekkes Depkes RI Semarang,
Semarang.
Meyers, R.A. (1992), Encyclopedia of physical science and technology, 2nd edition
Volume 5, Academic press, New York.
Rahardjo, R. Arif Setyo (2004), Studi Pengelolaan Air Minum Isi Ulang Pada Depot
Air Minum Isi Ulang Di Kabupaten Banyumas Tahun 2004, Jurusan
Kesehatan Lingkungan Purwokerto - Politeknik Kesehatan Semarang.
Salvato, JA (1972), Environmental Engineering and Sanitation, John Willy & Sons,
New York.
Santika ,Sri S. dan Alaert, G. (1984), Metode Penelitian Air, Usaha Nasional,
Surabaya
Shadily, Hasan (1984), Ensiklopedia Indonesia, Ikhtiar Baru – Van Hoeve, Jakarta
Sri Redjeki ( 2004), Desalinasi Air Payau Dengan Proses Elektrodialisis, Jurusan
Teknik Kimia Upn “Veteran” Jawa Timur, Sri@Ftiupnjatim.Net
Vulkan & Verlag Essen (1978), Sea Water and Sea Water Destilation, Homig, HE.
Lampiran
Gambar 1
Gambar 2
Sinar matahari
Butir embun
Uap air
inlet
Air tawar yg
Air laut pada ruang tertampung
pemanas
Keterangan gambar :
1. Model destilator dibuat sebanyak 1 buah, dari bahan kayu yang dibalut / dilapisi
resin dan fiber. Penutup transparan dari kaca dengan tebal 5,0 Mm
2. Bentuk ruang pemanas destilator adalah empat persegi panjang dengan ukuran (a)
50 x 100 Cm, dengan luas 5000 Cm2,
3. (b) 100 x 100 Cm, dengan luas 10.000 Cm2
4. (c) 100 x 150 Cm, dengan luas 15.000 Cm2
5. Kemiringan kaca penutup 45 derajat.
6. Kedalaman air laut dalam ruang pemanas destilator 2,0 Cm
7. Bagian sisi tinggi dan sisi rendah, ketinggiannya disesuaikan / diperhitungkan
dengan kemiringan 45 derajat.
Menimbang :
a. bahwa dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, perlu
dilaksanakan berbagai upaya kesehatan termasuk pengawasan kualitas air minum
yang dikonsumsi oleh masyarakat;
b. bahwa agar air minum dikonsumsi masyarakat tidak menimbulkan gangguan
kesehatan perlu menetapkan persyaratan kesehatan kualitas air minum;
c. bahwa sehubungan dengan huruf a dan b tersebut diatas perlu ditetapkan
Keputusan Menteri Kesehatan tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air
Minum.
Mengingat :
1. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular (LN
Tahun 1984 Nomor 20, TLN Nomor 3273);
2. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman (LN
Tahun 1992 Nomor 23, TLN Nomor 3469);
3. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (LN Tahun 1992
Nomor 100, TLN Nomor 3495);
4. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (LN
Tahun 1999 Nomor 42, TLN Nomor 3821);
5. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (LN Tahun
1999 Nomor 60, TLN Nomor 3839);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1982 tentang Tata Pengaturan Air (LN
Tahun 1982 Nomor 37, TLN Nomor 3225);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup (LN Tahun 1999 Nomor 59, TLN Nomor 3838);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah
dan Pemerintah Propinsi sebagai Daerah Otonom (LN Tahun 2000 Nomor 54,
TLN Nomor 3952);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan
Atas Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (LN Tahun 2001 Nomor 41, TLN
Nomor 4190);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Pencemaran
Air dan Pengendalian Pencemaran Air (LN Tahun 2001 Nomor 153, TLN Nomor
4161);
11. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1277/Menkes/SK/XI/2001 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan.
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG
SYARAT-SYARAT DAN PENGAWASAN KUALITAS AIR MINUM.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
1. Air Minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses
pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.
2. Samepl Air adalah air yang diambil sebagai contoh yang digunakan untuk
keperluan pemeriksaan laboratorium.
3. Pengelola Penyediaan Air Minum adalah Badan Usaha yang mengelola air minum
untuk keperluan masyarakat.
4. Dinas Kesehatan adalah Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
BAB II
RUANG LINGKUP DAN PERSYARATAN
Pasal 2
(2) Persyaratan kesehatan air minum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
persyaratan bakteriologis, kimiawi, radioaktif dan fisik.
(3) Persyaratan kesehatan air minum sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum
dalam Lampiran I Keputusan ini.
BAB III
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 3
Pasal 4
a. Inspeksi sanitasi dan pengambilan sampel air termasuk air pada sumber air
baku, proses produksi, jaringan distribusi, air minum isi ulang dan air minum
dalam kemasan.
b. Pemeriksaan kualitas air dilakukan di tempat/di lapangan dan atau di
laboratorium.
c. Analisis hasil pemeriksaan laboratorium dan pengamatan lapangan.
d. Memberi rekomendasi untuk mengatasi masalah yang ditemui dari hasil
kegiatan a, b, c yang ditujukan kepada pengelola penyediaan air minum.
e. Tindak lanjut upaya penanggulangan/perbaikan dilakukan oleh pengelola
penyedia air minum.
f. Penyuluhan kepada msyarakat
(2) Pengawasan kualitas air dilakukan secara berkala sekurang-kurangnya setiap 3
(tiga) bulan
(3) Hasil pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilaporkan secara
berkala oleh Kepala Dinas kepada Bupati/Wali Kota
(4) Tata cara penyelenggaraan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dan ayat (2) tercantum pada Lampiran II Keputusan ini.
Pasal 5
Pasal 6
Pasal 7
Pasal 8
Pasal 9
BAB IV
PEMBIAYAAN
Pasal 10
BAB V
SANKSI
Pasal 11
Setiap Pengelola Penyedia Air Minum yang melakukan perbuatan yang bertentangan
dengan ketentuan-ketentuan dalam Keputusan ini yang dapat mengakibatkan
gangguan kesehatan masyarakat dan merugikan kepentingan umum dapat dikenakan
sanksi administratif dan/atau sanksi pidana berdasarkan peraturan yang berlaku.
BAB VI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 12
Semua Pengelola Penyedia Air Minum yang telah ada harus menyesuaikan dengan
ketentuan yang diatur dalam Keputusan ini selambat-lambatnya dalam waktu 2 (dua)
tahun setelah ditetapkannya Keputusan ini.
Pasal 13
BAB VII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 14
Pasal 15
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 29 Juli 2002
LAMPIRAN I
1. BAKTERIOLOGIS
a. Air Minum
E. Coli atau fecal coli Jumlah per 0
100 ml sampel
2. KIMIA
Chlorinate alkanes
carbon tetrachloride (µg/liter) 2
dichloromethane (µg/liter) 20
1,2 -dichloroethane (µg/liter) 30
1,1,1 -trichloroethane (µg/liter) 2000
Chlorinated ethenes
vinyl chloride (µg/liter) 5
1,1 -dichloroethene (µg/liter) 30
1,2 -dichloroethene (µg/liter) 50
Trichloroethene (µg/liter) 70
Tetrachloroethene (µg/liter) 40
Benzene (µg/liter) 10
Toluene (µg/liter) 700
Xylenes (µg/liter) 500
benzo[a]pyrene (µg/liter) 0,7
Chlorinated benzenes
Monochlorobenzene (µg/liter) 300
1,2 -dichlorobenzene (µg/liter) 1000
1,4 -dichlorobenzene (µg/liter) 300
Trichlorobenzenes (total) (µg/liter) 20
Lain-lain
di(2-ethylhexy)adipate (µg/liter) 80
di(2-ethylhexy)phthalate (µg/liter) 8
Acrylamide (µg/liter) 0.5
Epichlorohydrin (µg/liter) 0.4
Hexachlorobutadiene (µg/liter) 0.6
edetic acid (EDTA) (µg/liter) 200
Nitriloacetic acid (µg/liter) 200
Tributyltin oxide (µg/liter) 2
E. Pestisida
Alachlor (µg/liter) 20
Aldicarb (µg/liter) 10
aldrin/dieldrin (µg/liter) 0.03
Atrazine (µg/liter) 2
Bentazone (µg/liter) 30
Carbofuran (µg/liter) 5
Chlordane (µg/liter) 0.2
Chlorotoluron (µg/liter) 30
DDT (µg/liter) 2
1,2 -dibromo-3-chloropropane (µg/liter) 1
2,4 -D (µg/liter) 30
1,2 -dichloropropane (µg/liter) 20
1,3 -dichloropropane (µg/liter) 20
Heptachlor and (µg/liter) 0.03
Heptachlor epoxide
Hexachlorobenzene (µg/liter) 1
Isoproturon (µg/liter) 9
Lindane (µg/liter) 2
MCPA (µg/liter) 2
Molinate (µg/liter) 6
Pendimethalin (µg/liter) 20
Pentachlorophenol (µg/liter) 9
Permethrin (µg/liter) 20
Propanil (µg/liter) 20
Pyridate (µg/liter) 100
Simazine (µg/liter) 2
Trifluralin (µg/liter) 20
Chlorophenoxy herbicides selain
2,4-D dan MCPA
2,4 -DB (µg/liter) 90
Dichlorprop (µg/liter) 100
Fenoprop (µg/liter) 9
Mecoprop (µg/liter) 10
2,4,5 -T (µg/liter) 9
Monochloramine Mg/l 3
di- and trichloramine
Chlorine Mg/l 5
Bromate (µg/liter) 25
Chlorite (µg/liter) 200
2,4,6 -trichlorophenol (µg/liter) 200
Formaldehyde (µg/liter) 900
Bromoform (µg/liter) 100
Dibromochloromethane (µg/liter) 100
Bromodichloro-methane (µg/liter) 60
Chloroform (µg/liter) 200
Chlorinated acetic acids
Dichloroacetic acid (µg/liter) 50
Trichloroacetic acid (µg/liter) 100
Chloral hydrate
(Trichloroacetal-dehyde) (µg/liter) 10
Dichloroacetonitrile (µg/liter) 90
Dibromoacetonitrile (µg/liter) 100
Trichloroacetonitrile (µg/liter) 1
Cyanogen chloride (µg/liter) 70
(sebagai CN) (µg/liter) 25
3. RADIOAKTIFITAS
4. FISIK
Parameter Fisik
Warna TCU 15
Rasa dan bau - - Tidak
berbau dan
berasa
MENTERI KESEHATAN RI
ttd.
Dr. ACHMAD SUJUDI
LAMPIRAN II
2) Pengambilan sampel :
Jumlah, frekuensi dan titik sampel air minum harus dilaksanakan sesuai
kebutuhan, dengan ketentuan minimal sebagai berikut :
b) Untuk Penyediaan Air Minum Kemasan dan atau Kemasan isi ulang :
Jumlah dan frekuensi sampel air minum harus dilaksanakan sesuai kebutuhan,
dengan ketentuan minimal sebagai berikut :
(5) Rasa
(6) Suhu
b) Parameter Kimiawi :
(1) Aluminium
(2) Besi
(3) Kesadahan
(4) Khlorida
(5) Mangan
(6) pH
(7) Seng
(8) Sulfat
(9) Tembaga
(10) Sisa Khlor
(11) Amonia
(7) Parameter kualitas air minum lainnya selain dari parameter yang tersebut
pada Lampiran II ini, dapat dilakukan pemeriksaan bila diperlukan,
terutama karena adanya indikasi pencemaran oleh bahan tersebut.
(8) Pada awal beroperasinya sistem penyediaan air minum, jumlah parameter
yang diperiksa, minimal seperti yang tercantum pada Lampiran II point 5
keputusan ini, periksa selanjutnya minimal setahun sekali dilakukan
pemeriksaan ulang, dan sewaktu-waktu bila merasa diperlukan.
(9) Bila parameter yang tercantum dalam Lampiran II ini tidak dapat
diperiksa di laboratorium Kabupaten/Kota, maka pemeriksaannya dapat
dirujuk ke laboratorium propinsi atau laboratorium yang ditunjuk sebagai
laboratorium rujukan.
(11) Hasil pengawasan kualitas air wajib dilaporkan secara berkala oleh
Kepala Dinas Kesehatan setempat kepada Pemerintah Kabupaten/Kota
setempat secara rutin, minimal setiap 3 (tiga) bulan sekali, dan apabila
terjadi kejadian luar biasa karena terjadinya penurunan kualitas air minum
dari penyediaan air minum tersebut, maka pelaporannya wajib langsung
dilakukan, dengan tembusan kepada Dinas Kesehatan Propinsi dan
Direktur Jenderal.
MENTERI KESEHATAN RI
ttd.
Dr. ACHMAD SUJUDI
LAMPIRAN III
Vol. Prod. Test untuk Test rutin minimal Test untuk Test minimal
Air/M3/Th/Cabang memonitor pada jaringan pipa setiap reservoir untuk air baku
desinfeksi pada minimal 1X per minimal 2X per
setiap minggu tahun menurut
reservoir/stasiun musim
khlorinasi (1) (3)
7. Besi &
Mangan, jika
menjadi
masalah
Keterangan :
(1) Untuk memastikan efisiensi proses khlorinasi sebelum didistribusikan.
(2) Untuk pemeriksaan rutin sisa Chlor dapat digantikan sebagian dengan
pengukuran ORP, hanya jika telah terbukti terdapat hubungan antara Sisa Chlor
dan ORP dan secara rutin telah dikalibrasi, menurut sumber airnya.
(3) Berlaku jika khlor dipakai sebagai desinfektan, jika tidak sampel khlor bebas
diganti menjadi tambahan Fecal/Total coli.
Langkah-langkah menjamin kualitas air minum oleh pengelola penyediaan air minum
melalui sistem perpipaan, diantaranya :
a) Memperbaiki dan menjaga kualitas air sesuai petunjuk yang diberikan Dinas
Kesehatan berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan.
b) Melakukan pemeliharaan jaringan perpipaan dari kebocoran dan melakukan
usaha-usaha untuk mengatasi korosifitas air di dalam jaringan perpipaan secara
rutin.
c) Membantu petugas Dinas Kesehatan setempat dalam pelaksanaan pengawasan
kualitas air dengan memberi kemudahan petugas memasuki tempat-tempat
dimana tugas pengawasan kualitas air dilaksanakan.
d) Mencatat hasil pemeriksaan setiap sampel air, meliputi tempat pengambilan
sampel (permukiman, jalan, nomor rumah, titik sampling), waktu pengambilan,
hasil analisis pemeriksaan laboratorium termasuk metode yang dipakai, dan
penyimpangan parameter.
e) Mengirimkan duplikat pencatatan kepada Dinas Kesehatan setempat, dokumen
ini harus disimpan arsipnya untuk masa selama minimal 5 tahun.
MENTERI KESEHATAN RI
ttd.
Dr. ACHMAD SUJUDI