Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia masih tinggi., menurut data SDKI
Tahun 2002 – 2003 sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup demikian pula
angka kematian bayi juga data SDKI tahun 2002-2003 masih mempunyai
umur harapan hidup rata-rata adalah 66 tahun baik laki-laki maupun
perempuan. Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa masalah-masalah
kesehatan yang ada di masyarakat terutama yang berhubungan dengan
kesehatan Ibu dan anak ternyata masih cukup tinggi.
2
B. Tujuan
BAB II
3
Sebagaimana tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1114/Menkes/SK/VII/2005 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan
di Daerah, Promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dan, oleh, untuk, dan
bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong diri sendiri, serta
mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat sesuai dengan
kondisi sosial budaya setempat dan didukung kebijakan publik yang
berwawasan kesehatan.
B. Strategi
4
di Daerah, strategi dasar utama Promosi Kesehatan adalah (1) Pemberdayaan
(2) Bina Suasana dan (3) Advokasi, serta dijiwai semangat (4) Kemitraan.
Berdasarkan strategi dasar tersebut diatas, maka strategi promosi kesehatan
puskesmas juga dapat mengacu strategi dasar tersebut dan dapat
dikembangkan sesuai sasaran, kondisi puskesmas dan tujuan dari promosi
tersebut.
1. Pemberdayaan
a. Pemberdayaan Individu
Misalnya :
5
menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS) dan diamana ibu dapat
melakukan penimbangan anak balitanya selain di puskesmas yaitu
di posyandu.
b. Pemberdayaan Keluarga
c. Pemberdayaan Masyarakat
2. Bina Suasana
8
Seseorang akan terdorong untuk mau melakukan perilaku yang
diperkenalkan apabila lingkungan sosialnya (keluarga, tokoh panutan,
kelompok pengajian dll) mendukung. Oleh karena itu, untuk mendukung
proses pemberdayaan masyarakat, khususnya dalam upaya mengajak
individu, keluarga dan masyarakat mengalami peningkatan dari fase
“tahu” ke fase “mau” perlu diciptakan lingkungan yang mendukung.
Keluarga atau orang yang mengantarkan pasien ke puskesmas, penjenguk
(penjenguk pasien) dan petugas kesehatan mempunyai pengaruh untuk
menciptakan lingkungan yang kondusif atau mendukung opini yang positif
terhadap perilaku yang sedang diperkenalkan.
9
3. Advokasi
10
Sejumlah ahli menyarankan agar advokasi tidak dilakukan oleh
hanya seorang individu, melainkan melalui jejaring. Artinya, sebelum
melakukan advokasi, sang advocator terlebih dahulu mengembangkan
kemitraan dengan sejumlah pihak yang potensial. Advokasi harus
dilakukan secara terus-menerus sampai pihak-pihak yang terkait (Stake
holders) yang diadvokasi memberikan dukungan.
11
Memuat masalah dan pilihan-pilihan kemungkinan untuk memecahkan
masalah
Memuat data pendukung, bila mungkin juga bagan, gambar, dan lain-
lain.
4. Kemitraan
12
usul/saran/komentar harus disertai dengan itikad yang jujur, sesuai
fakta, tidak menutup-nutupi sesuatu.
2. Sumber Daya
14
Kualifikasi Jumlah Kompetensi umum
15
BAB III
A. Di TempatPendaftaran
16
Memberikan salam kepada pengunjung puskesmas termasuk dari kegiatan
promosi karena telah terjadi komunikasi awal yang menimbulkan kesan yang
baik dan menyejukkan bagi pasien/pengunjung puskesmas sehingga
mengurangi beban yang diderita.
3. Denah poliklinik
B. Di Poliklinik
18
D. Di Ruang Perawatan Inap
1. Di tempat tidur
3. Penyuluhan Berkelompok
19
Terdapat pasien yang dapat meninggalkan tempat tidurnya dalam waktu
singkat, dapat dilakukan promosi kesehatan secara berkelompok (3-6
orang). Untuk itu di bangsal perawatan yang bersangkutan harus
disediakan suatu tempat atau ruangan untuk berkumpul. Penyuluhan
berkelompokk ini selain untuk meningkatkan pengetahuan serta karena
itu, kegiatan ini lebih bersifat menghibur, santai dan dapat diselingi
rekreasi. Untuk penyuluhan berkelompok sebaiknya menggunakan media
komunikasi untuk kelompok juga menggunakan metode yang bersifat
menghibur seperti permainan, simulasi. Lebih baik digunakan media yang
lebih besar seperti flipchart, poster, atau standing banner. Jika penyuluhan
berkelompok digunakan diruangan, dapat digunakan laptop, LCD
proyektor dan layarnya untuk menayangkan gambar-gambar atau film.
5. Pendekatan keagamaan
20
E. Di Laboratorium
1. Bagi pasien adalah untuk ketepatan diagnosis yang dilakukan oleh dokter
F. Di Kamar Obat
G. Di Klinik Khusus
21
melayani terbatas (misalnya di poliklinik), atau karena pasien dan
keluarganya memerlukan informasi/konsultasi khusus (misalnya tentang
sanitasi/kesehatan lingkungan, gizi, KB, kesehatan reproduksi, HIV/AIDS, dan
lain-lain). Dalam hal iini beberapa puskesmas mengembangkan klinik-klinik
khusus sebagai upaya inovasi, seperti misalnya : Klinik Gizi, Klinik Sanitasi,
Klinik Konsultasi Remaja, dan lain-lain.
22
Hal ini akan menjadi komitmen dari pasien untuk melaksanakan
pemecahan masalah tersebut.
5. Memberikan keteladanan
H. Di Halaman
2. Di Taman Puskesmas
23
Taman puskesmas memang diperlukan guna memperindah pemandangan
disekitar puskesmas, namun demikian, taman ini sebenarnya digunakan
sebagai sarana memperkenalkan berbagai jenis tanaman yang berkhasiat
obat. Jika demikian, taman tersebut dapat dikatakan sebagai Taman Obat
Keluarga (TOGA). Ditaman puskesmas, sekaligus ditunjukkan jenis
tanaman dengan kandungan gizinya, bahkan dapat ditampilkan berbagai
hewan sumber protein hewani, kolam beserta ikan sungguhan juga dapat
dibuat guna menambah keindahan taman.
3. Di Dinding Puskesmas
6. Di Tempat Ibadah
25
Pelaksanaan promosi kesehatan diluar gedung puskesmas yang dilakukan oleh
puskesmas sebagai suatu upaya untuk meningkatkan PHBS melalui
pengorganisasian masyarakat.
26
UJUNG TOMBAK PENINGKATAN PHBS :
GERAKAN PEMBERDAYAAN
PHBS
KOMUNIKASI KELUARG
INTERPERSO
NAL & A
KONSELING (RUMAH
PHBS
INDIVIDU TANGGA
& DI DESA
PUSKESMAS
KELUARGA
PASIEN
(KLIEN)
KUNJUNGAN
PHBS
RUMAH
TATANA
N2 LAIN
27
PROSES PEMBELAJARAN (FASILITAS PEMECAHAN MASALAH)
KIPK PROSES
PETUGAS
PUSKESMA PENCEGAHAN
INDIVIDU
S/RS,
KADER, MASALAH
PKK
Kunj. Rumah
PROSES
PENCEGAHAN
KELUARGA
MASALAH
A. Kunjungan Rumah
B. Pemberdayaan Berjenjang
C. Pengorganisasian Masyarakat
30
Dalam langkah ini, para pemuka masyarakat (misalnya para pengurus RW/RT,
Pemuka Agama, Tim penggerak PKK) dibimbing untuk nelakukan pengenalan
masalah-masalah kesehatan yang sering melanda masyarakatnya. Disini
diobservasi dan digali penyebab-penyebab dari masalah tersebut (termasuk
aspek perilakunya) serta potensi-potensi yang dapat digunakan untuk
mengatasi masalah. Dengan melakukan SMD diharapkan para pemuka
masyarakat menjadi sadar (mawas diri) bahwa di masyarakatnya terdapat
berbagai masalah kesehatan. Namun demikian dimasyarakatnya juga
terdapat potensi sumber daya yang dapat digunakan untuk mengatasi
masalah-masalah tersebut.
(PENGORGANISASIAN MASYARAKAT-PKMD)
31
PROSES PEMBELAJARAN
MEMANTAU & DIAGNOSIS &
EVALUASI UNTUK MASYARAKAT DESARUMUSKAN
BINA KELESTARIAN ALTERNATIF2
(SPIRAL PEMECAHAN MASALAH)
MENETAPKAN &
MELAKSANAKAN
PEMECAHAN
FASILITA FASILITA
SI SI
BAB V
34
PEMANTAUAN DAN EVALUASI
A. Pemantauan
B. Evaluasi
C. Indikator Keberhasilan
1. Indikator Masukan
2. Indikator Proses
36
a. Sudah/belum dilksanakannya kegiatan promkes didalam gedung (setiap
tenagan kesehatan melakukan promosi atau diselenggarakannya klinik
khusus, pemasangan poster dan lain-lain) dan atau frekuensinya.
3. Indikator Keluaran
• Lingkungan bersih
• Bebas jentik
• Jamban sehat
4. Indikator Dampak
37
Indikator dampak mengacu pada tujuan dilaksanakannya promkes
puskesmas yaitu terciptanya PHBS di masyarakat, tatanan yang dianggap
mewakili evaluasi adalah tatanan rumah tangga (dalam Kebijakan Nasional
Promosi Kesehatan disebutkan bahwa Tahun 2010, target rumah tangga
PHBS adalah 65%). Indikator dampaknya adalah persentase keluarga atau
rumah tangga yang telah mempraktikkan PHBS.
c. Menimbang balita
g. Memberantas jentik
38
BAB VI
PROMOSI KESEHATAN DIRUMAH SAKIT
39
a. Mengembangkan prilaku kesehatan : Promosi kesehatan di rumah
sakit mempunyai tujuan untuk mengembangkan pengetahuan, sikap dan
perilaku tentang kesehatan, khususnya yang berkaitan dengan masalah
atau penyakit yang diderita oleh pasien yang bersangkutan.
Pengetahuan yang perlu diberikan untuk pasien adalah : pengetahun
tentang penyakit yang diderita pasien mencakup : jenis penyakit, tanda /
gejala penyakit, proses terjadinya penyakit, cara penularan
(bila penyakit tersebut menular) dan bagaimana cara mencegah penyakit
tersebut. Apabila pengetahuan, sikap dan perilaku ini dipunyai oleh
pasien, maka pengaruhnya antara lain :
1. Mempercepat kesembuhan dan pemulihan pasien
2. Mencegah terserangnya penyakit yang sama / mencegah
kekambuhan
3. Mencegah terjadinya penularan penyakit kepada orang lain,
terutama keluarganya
4. Menyebarluaskan pengalamannya tentang proses
penyembuhan kepada orang lain, sehingga orang lain dapat belajar
dari pasien tersebut
b. Mengembangkan perilaku pemanfaatan fasilitas kesehatan
Pengetahuan, sikap dan praktik (perilaku) pemanfaatan secara tepat oleh
pasien akan mempercepat proses penyembuhan. Bagi pasien yang
kurang pengetahuan tentang penyakit yang diderita, kadang – kadang
mencari pengobatan yang tidak tepat misalnya kedukun atau para
normal, sehingga dapat mempanjang proses penyembuhan. Oleh sebab
itu promosi kesehatan terhadap pasien dengan memberikan
pengetahuan yang benar tentang penyakit, terutama cara
penyembuhannya maka pasien akan mencari penyembuhan yang tepat.
2. Bagi keluarga
a. Membantu mempercepat proses penyembuhan pasien :
Dalam proses penyembuhan penyakit, bukan hanya faktor obat saja,
tetapi faktor psikologis dari pasien. Lebih–lebih penyakit tidak menular
seperti penyakit jantung koroner, hipertensi, diabetes melitus, penyakit
jiwa dan sebagainya, faktor psikologis sangat berperan. Dalam
mewujudkan lingkungan psikososial ini maka keluarga sangat penting.
40
Oleh karena itu promosi kesehatan perlu dilakukan juga bagi keluarga
pasien.
b. Keluarga tidak terserang atau tertular penyakit :
Dengan melakukan promosi kesehatan kepada keluarga pasien, mereka
akan mengetahui dan mengenal penyakit yang diderita oleh pasien
(anggota keluarganya), cara penularannya dan cara pencegahannya.
Keluarga pasien tentu akan berusaha untuk menghindari agar tidak
terkena atau tertular penyakit seperti yang diderita oleh anggota
keluarga yang sakit tersebut.
41
kesehatan ini dapat memberikan kesan kepada pasien atau keluarga
pasien bahwa rumah sakit tersebut pelayanannya baik.
c. Meningkatkan angka hunian rumah sakit (BOR)
Dari pengalaman rumah sakit yang telah melaksanakan promosi
kesehatan, menyatakan bahwa kesembuhan pasien lebih pendek dari
sebelumnya. Hal ini berarti dapat memperpendek hari rawat pasien,
yang ahkirnya meningkatkan “Turn over”. Dengan menurunnya hari
rawat pasien ini dapat membawa dampak bahwa rumah sakit
bersangkutan baik karena pasien yang dirawat cepat sembuh, yang
berarti juga dapat meningkatkan pamor rumah sakit. Selanjutnya akan
berakibat meningkatkan angka hunian rumah sakit tersebut. (Board
Occupancy Rate), sebagai salah satu indicator pelayanan rumah sakit
yang baik.
2. Penggunaan media
Media promosi merupakan alat bantu dalam menyampaikan pesan-pesan
kesehatan kepada pasien dan pengunjung rumah sakit. Media promosi
46
yang digunakan antara lain dalam bentuk cetakan : leaflet, flayer atau
selebaran, poster dan spanduk serta dalam bentuk media elektronik yakni
radio kaset atau video kaset. Leaflet dan selebaran disediakan diruang-
ruang tunggu atau dilobi rumah sakit, agar mudah dijangkau oleh para
pengunjung rumah sakit. Khusus media elektronik yang digunakan di
ruang-ruang rawat antara lain penggunaan sound system yang
dikendalikan dari ruang tertentu dapat menyampaikan pesan-pesan dalam
rangka proses penyembuhan pasien diruang digunakan untuk program
musik, dan siraman rohani untuk menghibur dan memperkuat iman para
penderita
3. Promosi atau penyuluhan langsung
Penyuluhan langsung dapat dilakukan secara terprogram, tetapi dapat
dilakukan secara tidak terprogram.
Berdasarkan sasaran promosi kesehatan, bentuk promosi kesehatan dapat
dilaksanakan secara :
a. Individual
Promosi kesehatan secara individual dilakukan dalam bentuk konseling.
Konseling dilakukan oleh dokter, perawat atau petugas gizi terhadap
pasien atau keluarga pasien yang mempunyai masalah kesehatan
khusus, atau penyakit yang dideritanya.
b. Kelompok
Penyuluhan langsung dengan sasaran kelompok dilakukan diruang
tunggu bagi penyakit-penyakit sejenis, misalnya ruang tunggu penyakit
dalam, THT,ruang tunggu penyakit anak dan sebagainya. Penyuluhan
kelompok dapat dilaksanakan dengan mengumpulkan pasien dengan
kasus sejenis diruangan tertentu. Metode penyuluhan kelompok seperti
ceramah, diskusi kelompok, simulasi dan bermain peran tepat
digunakan dalam promosi kesehatan ini.
c. Massa
Bagi seluruh pengunjung rumah sakit, baik pasien maupun keluarga
pasien dan tamu rumah sakit, adalah sasaran promosi kesehatan dalam
bentuk ini. Bentuk promosi kesehatannya adalah dengan menggunakan
metode penyuluhan massa seperti penggunaan poster dan spanduk.
DAFTAR PUSTAKA
47
Kepmenkes RI No. 585/MENKES/SK/V/2007, Pedoman Pelaksanaan Promosi
Kesehatan di Puskesmas, Jakarta, Depkes RI, 2008
48