You are on page 1of 95

Model Rantai Markov Waktu Kontinu untuk Epidemi

Pertussis dengan Vaksin Tak Sempurna

I Made Suarsana
Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas MIPA, Universitas Pendidikan Ganesha
Jalan Udayana Singaraja Kode Pos : 81116 Telepon : (0362)25072 Fax.(0362)25335

Abstrak: Pemodelan matematika dalam epidemiologi berkembang pesat semenjak model


SIR diperkenalkan oleh W.O. Kermack dan A.G. McKendrick pada tahun 1927 (Brauer,
2001). Model matematika yang ada lebih banyak berupa model deterministik. Padahal
segala sesuatu yang terjadi di alam mengandung ketidakpastian. Oleh karenanya dalam
tulisan ini akan dikonstruksi model stokastik untuk epidemi pertussis dengan vaksin tak
sempurna berupa model rantai markov waktu kontinu. Model dikonstruksi dengan
menggunakan asumsi yang sama dengan model deterministik yang telah disusun
sebelumnya (Suarsana, 2009). Kemudian perilaku kedua model dibandingkan dengan
melakukan simulasi numerik untuk kondisi awal yang sama.

Kata Kunci : epidemi pertussis, rantai markov waktu kontinu, bifurkasi backward, bistabiliti

1. PENDAHULUAN dari 99% sejak vaksin ditemukan pada tahun


1940-an yang dalam pemberiannya
Model dasar epidemiologi pertama kali dikombinasikan dengan difteri dan tetanus
diperkenalkan oleh W.O. Kermack dan A.G. (Chin, 2000). Perkembangan kasus pertussis
McKendrick pada tahun 1927 yang dikenal beberapa tahun terakhir yang dikutip dari
dengan model SIR yang merupakan model catatan WHO dapat dilihat pada grafik di
deterministik dengan metode kompartemen bawah ini (WHO, 2008).
(Brauer at al, 2001). Segera setelah itu,
pemodelan matematika dalam epidemiologi
berkembang pesat, namun model yang
dikonstruksi lebih banyak merupakan model
deterministik. Pada model deterministik,
output bersifat unik untuk input yang sama,
artinya tidak ada unsur ketakpastian,
semuanya tertentu. Padahal segala sesuatu
yang terjadi di alam mengandung unsur
ketidakpastian. Oleh karenanya, pemodelan
dalam epidemiologi perlu Gambar 1. Banyak Kasus dan
mempertimbangkan unsur ketidakpastian Persentase Pemenuhan
dengan mengkontruksinya dalam model Imunisasi Pertussis Secara
stokastik. Salah satu model stokastik yang Global antara Tahun 1980
sering digunakan adalah model rantai s/d 2007
markov waktu kontinu.
Dalam tulisan ini dikonstruksi model rantai Kondisi di atas menunjukkan bahwa
markov waktu kontinu untuk epidemi walaupun pemenuhan imunisasi dari tahun
pertussis. Pertussis atau yang lebih dikenal ke tahun terus meningkat, namun pertussis
dengan nama batuk rejan (whooping cough) masih menjadi endemik dan sewaktu-waktu
pertama kali teridentifikasi pada abad ke-16. dapat memicu munculnya epidemi pada
Pada tahun 1906, Bordet berhasil suatu wilayah. Belum punahnya pertussis
mengisolasi bakteri penyebabnya yang sampai saat ini, di antaranya disebabkan
diberi nama Bordetella pertussis (Wikipedia, karena belum ditemukannya vaksin
2009). Laporan kasus pertussis turun lebih

SEMNAS MIPA 2010 MAT - 1


sempurna yaitu vaksin yang dapat memberi dS I
 d ( N  S )   S  S  R  V
kekebalan dengan tingkat kemanjuran 100%. dt N
Konstruksi model rantai markov waktu dE I I
  S   V  (d   ) E
kontinu dalam tulisan ini menggunakan dt N N
asumsi yang sama dengan model determistik dI
untuk epidemi pertussis yang telah disusun  E  ( d   ) I
dt
oleh sebelumnya (Suarsana, 2009). dR
Selanjutnya, perilaku kedua model  I  (d   ) R
dt
dibandingkan melalui simulasi numerik
dV I
untuk kondisi awal yang sama.  S   V  ( d   )V
dt N
(1)
2. KAJIAN PUSTAKA dimana S (t ), E (t ), I (t ), R (t ) , dan V (t )
menyatakan banyaknya individu pada kelas
Model Deterministik untuk Epidemi rentan, kelas laten, kelas infektiv, kelas
Pertussis dengan Vaksin Tak Sempurna sembuh dan kelas tervaksin, yang
merupakan fungsi terhadap waktu.
Model deterministik pertussis dengan vaksin Parameter-parameter yang digunakan
tak sempurna telah dikonstruksi sebelumnya. diantaranya sebagai berikut.
Model yang dikonstruksi mengadopsi model
SIR W.O. Kermack dan A.G. McKendrick Tabel 1. Parameter Model
yaitu berupa model deterministik dengan Lambang Parameter Satuan
metode kompartemen. Model disusun d Angka kematian
dengan 5 kompartemen dan diperoleh  Tingkat penularan
diagram skematik sebagai berikut. pertussis
 Tingkat
perkembangan
gejala klinis
pertussis
Persatuan
 Angka vaksinasi
waktu
 Tingkat penurunan
fungsi vaksin
 Tingkat kehilangan
kekebalan
 Tingat
Gambar 2. Diagram Skematik penyembuhan
Model Deterministik pertussis
untuk Epidemi Pertussis
dengan Vaksin Tak dengan d ,  ,  ,  ,  , ,   0 . Parameter 
Sempurna menyatakan tingkat ketidaksempurnaan
vaksin. Parameter ini tak bersatuan dengan
Berdasarkan diagram di atas, model nilai   (0,1) . Apabila nilai   0 berarti
deterministiknya dapat dirumuskan sebagai bahwa vaksin sangat manjur sehingga
berikut. individu tervaksin tidak dapat terinfeksi.
Banyaknya individu dalam populasi adalah
konstan terhadap waktu,
N (t )  S (t )  E (t )  I (t )  R(t )  V (t ) , adalah konstan
sehingga S (t ) dapat dituliskan sebagai
S ( t )  N  E (t )  I (t )  R ( t )  V (t ) dengan
N  N (t ) dan sistem (1) dapat direduksi
menjadi sistem dengan empat persamaan.
Untuk memudahkan dalam analisis
dilakukan penormalan sistem. Misalkan

SEMNAS MIPA 2010 MAT - 2


S (t ) E (t ) I (t ) R (t ) V (t ) 3. METODE PENELITIAN
s (t )  , e (t )  , i (t )  , r (t )  , v (t ) 
N N N N N
dan Penelitian dilakukan dengan metode kajian
      pustaka dan penarikan simpulan dilakukan
  ,   ,   ,  ,   ,  
d d d d d d dengan analisis matematika baik secara
serta   td , maka didapatkan sistem yang analitik (solusi kesetimbangan) dan secara
tidak bergantung pada dimensi sebagai numerik (simulasi berbantuan komputer).
berikut.
de
  si    vi  (1   )e 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
d
Model Rantai Markov Waktu
di Kontinu
  e  (1   )i
d
(2) Misalkan S (t ), E (t ), I (t ), R(t ) dan V (t )
dr
  i  (1   )r adalah variable random diskrit yang masing-
d masing menyatakan banyak individu rentan,
dv laten, infektif, sembuh dan individu
  s    vi  (1   )v tervaksin, masing-masing terhadap waktu t .
d Misalkan t menyatakan selang waktu
yang sangat kecil sedemikian sehingga pada
Berdasarkan analisis solusi
kesetimbangannya diperoleh titik tetap interval t , t  t  paling banyak muncul
bebas penyakitnya satu kejadian saja. Misalkan pula perubahan
pada variabel random
e* , i * , r * , v*    0,0,0,   dengan nilai S , E , I , R ,V pada interval
 1    
ambang parameternya yang selanjutnya
t , t  t  dinyatakan dengan
disebut sebagai vaccinated reproduction S , E ,I , R,V . Oleh
 1   karena N (t ) konstan terhadap waktu maka
number adalah Rvac 
1   1    1     peluang transisi infinitesimalnya dapat
(Wiggin, 1990). Titik tetap bebas dinyatakan sebagai berikut (Allen, 2003).
penyakitnya akan stabil asimtotik jika PeluangS , E , I , R, V   i , j, k , l , m  | ( S , E , I , R,V )
Rvac  1  I
. Sebaliknya jika Rvac  1 solusi S N t  ot  , i , j, k , l , m    1,1,0,0,0 
sistem menuju titik tetap endemiknya. Hal dEt  ot  , i , j, k , l , m   1,1,0,0,0

menarik pada model SEIRV ini adalah Et  ot  , i , j, k , l , m   0,1,1,0,0
dIt  ot  , i , j, k , l , m   1,0,1,0,0
munculnya bifurkasi backward yaitu suatu 
kondisi dimana titik tetap bebas penyakit It  ot  , i , j, k , l , m   0,0,1,1,0

 dRt  ot 
(3)
yang stabil berkoeksistensi dengan titik , i , j, k , l , m   1,0,0, 1,0

tetap endemiknya yang juga stabil (Garba at Rt  ot  , i , j, k , l , m   1,0,0, 1,0
al, 2008). Daerah koeksistensinya V I t  ot  , i , j, k , l , m   0,1,0,0,1
 N
dinamakan daerah bistabiliti yaitu pada dVt  ot  , i , j, k , l , m   1,0,0,0,1

interval R  Rvac  1 dengan R adalah titik Vt  ot  , i , j, k , l , m   1,0,0,0,1
St  ot  , i , j, k , l , m    1,0,0,0,1
kritis dari d  0 terhadap Rvac dengan 

d  b 2  4 ac , Peluang tidak ada perubahan dalam populasi


2 2

a     (1   )(1     )     adalah
     
(1) 1         1         PeluangS , E, I , R, V   0,0,0,0,0 | ( S , E , I , R,V )
 
b    1    adalah sama dengan
    
 1      1     1        
1   S  V I  d E  I  R  V    E  I  R   V  S  t  o t 

c
1    1   1     1  R .
N 

1    vac . Peluang kejadian lainnya sama dengan


ot  .

SEMNAS MIPA 2010 MAT - 3


Oleh karena N (t ) konstan terhadap waktu dPe, i , r , v t  i
  s  1 Pe 1, i , r , v t   d e  1Pe 1, i , r , v t  
dt N
maka S (t ) dapat dinyatakan dalam kondisi  e  1Pe 1, i 1, r , v t   d i  1Pe , i 1, r , v t  
variabel random lainnya sehingga peluang  i  1Pe , i 1, r 1, v t   (d   )r  1Pe , i , r 1, v t  
transisi infinitesimalnya dapat i
 v  1 Pe 1, i , r , v 1 t   d   v  1Pe, i , r , v 1 t  
disederhanakan menjadi : N (6)
 
 N s  v i  
Peluang E , I , R, V   i, j, k , l  | ( E , I , R,V )  
 s  1Pe, i , r , v 1 t    d e  i  r  v    Pe ,i , r , v t 
 I
S N t  ot  , i , j , k , l   1,0,0,0 e  i  r  v  s
 
dEt  ot  , i , j , k , l    1,0,0,0   
 Persamaan diferensial kolmogorov maju (6)
Et  ot  , i , j , k , l    1,1,0,0
dIt  ot  dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan
 , i , j , k , l   0,1,0,0
 It  ot 
diferensial matriks,
, i , j , k , l   0,1,1,0
 dp(t )
d   Rt  ot  , i , j , k , l   0,0,1,0  Qpt  (7)
V I t  ot  dt
, i , j , k , l   1,0,0,1
 N
d   Vt  ot  Dimana pt    pi (t )  adalah matriks dari
, i , j , k , l   0,0,0,1

St  ot  , i , j , k , l   0,0,0,1 peluang state dan Q  q ji  adalah matriks
(4) generator.
Penentuan matriks generator pada rantai
Misalkan s, e, i, r , v menyatakan nilai dari markov multivariat tergantung pada
bagaimana kita mengurutkan statenya.
S , E , I , R ,V dan Peirv t  adalah fungsi
Untuk model epidemi SEIRV dengan ukuran
peluang bersama, yaitu populasi N ada sebanyak
Peirv t   Peluang E (t )  e, I (t )  i, R (t )  r ,V (t )  v 1
( N  1)( N  2)( N  3)( N  4) pasangan state.
maka Peirv t  t  adalah sama dengan: 4!
Untuk menentukan solusi dari persamaan (6)
dilakukan langkah-langkah berikut.
1. Mendaftar dan mengurutkan
i semua pasangan state yang
Pe ,i,r ,v t  t   Pe1,i ,r ,v t  s  1 t 
N mungkin, kemudian diberi indeks
Pe 1,i ,r ,v t d e  1t  1
1,2,3,, ( N  1)( N  2)( N  3)( N  4)
Pe 1,i1,r ,v t  e  1t  4!
Pe ,i 1,r ,v t d i  1t  .
Pe ,i 1,r 1,v t  i  1t  2. Menentukan matriks generator
Pe ,i ,r 1,v t ( d   )r  1t  Q berdasarkan peluang transisi
i infinitesimal yang diberikan.
Pe 1,i,r ,v 1 t  v  1 t 
N (5) 3. Menentukan solusi persamaan
Pe ,i ,r ,v 1 t d   v  1t  (4.5) yaitu p(t )  eQt p(0) .
Pe,i ,r ,v 1 t  s  1t  Apabila solusi p (t ) dapat ditentukan maka
  peluang masing-masing pasangan state
 N s  vi  
  terhadap waktu juga dapat ditentukan,
Pe,i ,r ,v t  d e  i  r  v    t  termasuk peluang kepunahan penyakit.
e  i  r  v  s 
  Untuk menentukan lintasan sampel dari
  rantai markov waktu kontinu kita gunakan
Pe ,i,r ,v t   ot  sifat dari distribusi waktu antarkejadian dan
hubungannya dengan distribusi uniform.
Untuk t  0 , bentuk di atas dapat Misalkan T adalah variabel random waktu
ditransformasi ke persamaan diferensial antarkejadian dan U adalah variabel random
kolmogorov maju sebagai berikut. uniform pada interval 0,1 maka
ln(U )
Ti   (8
 
 N S  V I  d E  I  R  V   E  I  R  V  S  )

SEMNAS MIPA 2010 MAT - 4


Komparasi Simulasi Numerik Model
Deterministik dan Model Rantai Markov
Waktu Kontinu

Pada bagian ini akan dilakukan simulasi


numerik dengan tujuan untuk Gambar 4. Grafik Solusi Model
membandingkan perilaku solusi dari model deterministik dan Stokastik
deterministik dengan model rantai markov. untuk nilai   0.1 ,N =
Oleh karena itu simulasi dilakukan untuk 1000, dan kondisi awal
beberapa nilai parameter  dan ukuran S (0)  393, E (0)  0, I (0)  7,
populasi N yang berbeda sedangkan R (0)  0,V (0)  600
parameter lainnya seperti yang tertera pada
Tabel 2.
Tabel 2 Nilai Parameter
Perbedaan perilaku solusi model
d      
deterministik dengan rantai markov pada
1 1 1 1 1 1 1
75 thn 2 .5 hari 7 hari 20 hari 5 thn 31 hari 21 hari kondisi ini disebabkan transisi pada rantai
markov dari satu state ke state lainnya
bersifat acak, sehingga walaupun kondisi
awal basin atraksi titik tetap bebas penyakit
namun transisi acak memungkinkan state
berpindah ke basin atraksi titik endemik.

5. SIMPULAN & SARAN

Berdasarkan pembahasan di atas dapat


disimpulkan sebagai berikut.
1. Model rantai markov waktu kontinu
untuk epidemi pertussis dengan
vaksin tak sempurna adalah
i
Pe,i ,r ,v t  t   Pe1,i ,r ,v t  s  1 t 
Gambar 3. Grafik Solusi Model N
Deterministik dan Pe1,i ,r ,v t d e  1t 
Stokastik Pe1,i1,r ,v t  e  1t 
Pe,i 1,r ,v t d i  1t 
Bila dibandingkan kedua grafik di atas, Pe,i 1,r 1,v t  i  1t 
dapat disimpulkan bahwa untuk ukuran
Pe,i , r 1,v t ( d   )r  1t 
populasi besar yaitu N = 1000 dan kondisi
awal S(0) = 995, I(0) = 5,R(0) = 0, V (0) = i
Pe1,i ,r ,v 1 t  v  1 t 
0, solusi kedua model memperlihatkan N
Pe,i , r ,v1 t d   v  1t 
perilaku yang sama yaitu untuk nilai
  0.08 kedua model mencapai Pe,i, r ,v1 t  s  1t 
kesetimbangan bebas penyakit serta untuk  
nilai   0,12 kedua model mencapai  N s  v i  
 
kesetimbangan endemik. Perhatikan bahwa Pe,i, r ,v t  d e  i  r  v    t 
e  i  r  v  s 
  0.08 dan 0.12 keduanya berada di luar  
wilayah bistabiliti.  
Perilaku yang berbeda muncul ketika  Pe,i, r ,v t   ot 
berada pada wilayah bistabiliti. Untuk
ilustrasinya perhatikan gambar berikut.

SEMNAS MIPA 2010 MAT - 5


2. Pada kondisi yang sama, perilaku
solusi kedua model dapat berbeda
karena adanya bifurkasi backward.
Tentunya masih banyak hal menarik yang
dapat dikaji lebih lanjut terkait epidemi
pertussis. Pengembangan model dengan
memperhatikan struktur usia akan menarik
mengingat karakteristik pertussis yang lebih
banyak teridentifikasi pada anak-anak dan
balita. Selain itu, faktor kematian pada
individu terinfeksi perlu juga diperhatikan
mengingat penyakit ini dapat berakibat fatal
terutama bila menyerang bayi.

DAFTAR PUSTAKA

Allen, Linda J.S. 2003. An Introduction to


Stochastic Process with Aplications
to Biology. New Jersey : Pearson
Prentice Hall.
Brauer, Fred and Castillo, Carlos-Chavez.
2001. Mathematical Models in
Population Biology and
Epidemologi. New York: Springer-
Verlag, Inc.
Chin, J. 2000. Manual Pemberantasan
Penyakit Menular. Edisi 17. Jakarta:
Indonesia Sehat 2010.
Garba, S.M., dan Abu Bakar, R.M., 2008.
Backward Bifurcation in Dengue
Transmission Dybanics.
Mathematics Bioscience.

Suarsana, I Made. 2009. Model Dinamik


untuk Epidemi Pertussis dengan
Vaksin Tak Sempurna. Wahana Vol
6 No 12 Hal (97-112)
Wiggins, S. 1990. An Introduction to
Applied Nonlinier Dynamical
System and Chaos. Spinger-Verlag,
New York
http://en.wikipedia.org/wiki/Pertussis
Wikipedia. 2009. Pertussis. [Online].
Updated : 27 Maret 2009.
http://en.wikipedia.org/wiki/Pertussis. Accessed :
30 Maret 2009
WHO. 2008. Indonesia Reported Case. Updated :
16 Desember 2008.
http://www.who.int/vaccines/globalsum
mary/immunization/countryprofile.
Accessed : 31 Maret 2009

SEMNAS MIPA 2010 MAT - 6


EKSTENSI HARNACK DAN EKSTENSI CAUCHY
INTERGRAL HENSTOCK-PETTIS PADA RUANG
EUCLIDE R"

Extension Harnack and Extension Cauchy Henstock-Pettis


Integral on The Eucliden R"

Hairur Rahman

SEMNAS MIPA 2010 MAT - 7


SEMNAS MIPA 2010 MAT - 8
SEMNAS MIPA 2010 MAT - 9
SEMNAS MIPA 2010 MAT - 10
SEMNAS MIPA 2010 MAT - 11
SEMNAS MIPA 2010 MAT - 12
SEMNAS MIPA 2010 MAT - 13
SEMNAS MIPA 2010 MAT - 14
PEMODELAN VARIAN VEHICLE ROUTING PROBLEM
(VRP) PADA OPTIMALISASI DISTRIBUSI DAN
ANALISA ALGORITMANYA

Sapti Wahyuningsih
Jurusan Matematika FMIPA UM

Abstrak
Masalah distribusi adalah bagian dari permasalahan penyediaan barang atau jasa dari produsen (depot)
ke konsumen (customer). Masalah pengangkutan dan pengiriman barang merupakan salah satu aspek
penting dalam proses produksi. Vehicle Routing Problem (VRP) merupakan salah satu konsep pada teori
graph yang dapat diterapkan dalam menyelesaikan permasalahan optimalisasi untuk mencari sejumlah
rute minimum yang berawal dan berakhir di depot.
Permasalahan VRP memiliki banyak varian yang lebih menspesifikasikan permasalahan secara
lebih nyata dalam penerapan kehidupan sehari-hari. Varian-varian VRP antara lain Vehicle Routing
Problem with Time Window (VRPTW), Vehicle Routing Problem with Simultaneous Deliveries and
Pickups (VRPSDP), dan Multiple Trip Vehicle Routing Problem (MTVRP). Permasalahan VRPTW
merupakan kasus khusus VRP dengan penambahan kendala kapasitas dan waktu (time window). Vehicle
Routing Problem with Pick-Ups and Deliveries (VRPPD) yang merupakan permasalahan VRP dengan
penambahan kendala, dimana pada saat pengiriman barang disertai pula oleh pengambilan kemasan isi
ulang/produk cacat oleh kendaraan pengangkut yang nantinya akan dikembalikan lagi ke depot.
Permasalahan MTVRP adalah varian VRP dengan penambahan kendala kapasitas dan waktu dimana
kendaraan dapat melayani satu rute atau lebih.
Algoritma Insertion Heuristic dapat digunakan untuk menyelesaiakan VRP dan varian-
variannya. Diberikan analisa algoritma untuk permasalahan tersebut.

Kata Kunci: varian VRP, distribusi, algoritma.

Masalah pengangkutan dan customer yang tersebar di seluruh wilayah,


pengiriman barang dari produsen ke seringkali menyebabkan kendaraan harus
konsumen merupakan salah satu aspek menempuh perjalanan yang jauh dan tidak
penting dalam proses produksi. Dalam efisien.Secara lebih khusus permasalahan
proses produksi, masalah efektifitas dan pengangkutan dan pengiriman barang dapat
efisiensi perlu diperhatikan karena hal ini dikelompokkan sebagai permasalahan
bersangkutan dengan biaya produksi. Vehicle Routing Problem (VRP) (Prana,
Beberapa contoh nyata permasalahan 2008). Masalah VRP merupakan
pengangkutan dan pengiriman barang dalam permasalahan untuk mencari sejumlah rute
kehidupan sehari-hari antara lain minimum dimana setiap customer dilayani
pengangkutan sampah, pengantaran bis tepat satu kali yang berawal dan berakhir di
sekolah, pengiriman barang pada perusahaan depot. Jumlah kendaraan dalam
air minum, dan pengiriman barang agen- permasalahan ini diasumsikan selalu tersedia
agen elpiji. sejumlah rute yang terbentuk (Joubert J. W,.
Permasalahan pengangkutan dan 2007).
pengiriman barang dapat dimodelkan dalam Terdapat beberapa macam
suatu graph. Sisi pada graph pengembangan dari VRP dasar yang ada,
merepresentasikan jalur antar konsumen dan yang merupakan varian-varian baru dari
titik-titik dalam graph sebagai produsen dan VRP. Varian-varian ini dikembangkan
konsumen (Johnsonbaugh, 2001). Istilah antara lain bertujuan untuk memodelkan
produsen dalam graph dikenal dengan depot. aplikasi VRP dalam dunia nyata dengan
Sedangkan istilah konsumen dalam graph lebih baik lagi sesuai dengan kebutuhan
dikenal dengan customer. Pada suatu kasus, yang diperlukan. Varian-varian dari VRP ini
depot harus dapat melayani customer yang diperoleh dengan menerapkan batasan-
tersebar di berbagai lokasi. Kondisi lokasi batasan tambahan dari VRP dasar yang ada.

SEMNAS MIPA 2010 MAT - 15


Vehicle Routing Problem with Time Window 3. Setiap kendaraan harus meninggalkan
(VRPTW) merupakan varian dari VRP customer yang telah dikunjungi
dengan memenuhi kendala jumlah k
 x x
ih
k
hj  0, h  V /0, k  K
permintaan tidak boleh melebihi kapasitas iV jV
kendaraan dan total waktu, baik waktu 4. Setiap kendaraan yang meninggalkan
tempuh maupun waktu pelayanan. Selain depot harus kembali ke depot
VRPTW, terdapat varian lain dari k

permasalahan VRP yaitu VRPPD (Vehicle


 x
jV / 0
0j  1, k  K

Routing Problem with Pick-Ups and k


Deliveries) yang merupakan permasalahan  x
jV / 0
j0  1, k  K

VRP dengan penambahan kendala, dimana


pada saat pengiriman barang disertai pula 5. Nilai xijk  0,1, i V , j V , k  K
oleh pengambilan kemasan isi ulang/produk
cacat oleh kendaraan pengangkut yang Permasalahan VRP bertujuan untuk
nantinya akan dikembalikan lagi ke depot menentukan suatu himpunan rute kendaraan
(Cao, Erbao dan Lai, Chun-Mei). dengan jarak minimum. Rute kendaraan
Pada VRPTW dan VRPSDP, pada VRP berawal dan berakhir pada satu
kendaraan melayani tepat satu kali untuk depot dan setiap costumer tepat dikunjungi
satu rute yang terbentuk. Padahal pada satu kali.
kenyataannya, terdapat beberapa kasus yang Pemodelan VRPTW menyerupai
menyebabkan kendaraan dalam suatu dengan pemodelan VRP dengan
instansi atau perusahaan dapat beroperasi penambahan bobot service time (st) dari
atau melayani lebih dari satu rute. Keadaan permintaan pada titik dan bobot travel time
yang seperti ini dapat dirumuskan sebagai (tij) pada sisi. Desain rute juga
salah satu varian VRP yaitu MTVRP. mempertimbangkan service time (sti) yaitu
Permasalahan MTVRP adalah varian VRP waktu pelayanan pada customer i dan travel
dengan penambahan kendala kapasitas dan time (tij) yaitu waktu yang harus ditempuh
waktu dimana kendaraan dapat melayani dari customer i ke j. Pada setiap rute akan
satu rute atau lebih (Olivera, 2004). didapat Ttotal yang merupakan total durasi
waktu yang dibutuhkan (travel dan service
1. PEMODELAN MATEMATIKA time), dimana Ttotal tidak boleh melebihi
UNTUK VRP DAN VARIANNYA Tlayanan (Time Window) yang ditetapkan.
Pemodelan VRPSDP sebagai varian
Pemodelan matematika untuk VRP
dari VRP dapat dimodelkan menyerupai
yang bertujuan untuk meminimumkan total
VRP dengan n customer dilayani oleh
jarak tempuh secara matematis sebagai
kendaraan k, yang masing-masing
berikut:
mempunyai kapasitas Q. Setiap customer
Min    c ij x ijk mempunyai permintaan pengiriman barang
k K iV jV
sejumlah di dan jumlah pengembalian
1, jika kendaraan k dijalankan dari
x ijk  titik i ke j, i  j barang sejumlah pi dengan i  1, 2,....,n .
0, untuk yang lain Setiap kendaraan berangkat dari depot dan
kembali lagi ke depot. Sehingga solusi yang
Adapun batasan-batasan yang dihasilkan dari permasalahan VRPSDP
digunakan adalah : adalah himpunan rute dimana tiap customer
1. Setiap customer hanya dikunjungi tepat hanya dikunjungi satu kali dan total
satu kali dan hanya oleh satu kendaraan permintaan maupun pengembalian barang
k
 x ij  1 ,  j  V /0 untuk setiap kendaraan tidak melebihi Q
k K iV dengan total jarak tempuh yang minimum.
2. Total permintaan dari setiap customer Vehicle Routing Problem with
dalam satu rute tidak boleh melebihi Simultaneous Deliveries and Pick-ups
kapasitas kendaraan (VRPSDP) didasarkan pada himpunan yang
 q  x i
k
ij  Q , k  K bersisi dari suatu graph G   N , A dengan
iV / 0 jV
himpunan sisi A dan himpunan titik N,
dimana satu titik mewakili sebuah depot dan

SEMNAS MIPA 2010 MAT - 16


titik-titik yang lain mewakili beberapa Contoh pemodelan dengan graph
customer. Pada teori graph, Wilson, Robin J. untuk menemukan rute minimum untuk
&Watkins, John J. 1990 melayani 6 customer. Setiap pelayanan yang
Pada permasalahan VRP dan dilakukan tidak boleh melanggar kendala
variannya, graph G dianggap sebagai peta kapasitas serta setiap rute berawal dan
yang menjelaskan kemungkinan jalur yang berakhir di depot. Bobot sisi pada graph
dapat dilewati dengan setiap titik mewakili menunjukkan jarak antara depot ke
depot dan customer. Setiap sisi pada graph customer, sehingga dapat digambarkan
menunjukkan jalan yang menghubungkan dalam bentuk graph seperti pada gambar
antar titik dan setiap bobot pada sisi berikut :
mewakili jarak.
2
1
55

76

65 115
80 165 3

110 112 124


0
53
68

138
155
167 4
124 170 145

32
78

60
6 5

2. ALGORITMA DAN ANALISANYA pemasalahan VRPTW dengan menggunakan


metode Nearest Insertion Heuristic tersebut
Metode insertion heuristic untuk VRP
berupa beberapa cycle yang memuat semua
berawal dari membentuk suatu rute dengan
titik pada graph.
nilai saving yang paling besar. Kemudian
Metode Insertion Heuristic diterapkan
customer lain dipilih untuk disisipkan
untuk menyelesaikan permasalahan
dengan syarat memenuhi kendala kapasitas,
VRPSDP, yaitu suatu permasalahan untuk
dengan memindahkan satu sisi dari rute
menentukan rute dengan jarak tempuh yang
yang telah ada dan terhubung dengan
minimum dengan penambahan kendala pada
customer yang baru. Jika terdapat sisa
kapasitas kendaraan, yaitu dalam satu rute,
customer yang belum masuk rute, prosedur
total permintaan maupun pengembalian
awal dan penyisipan diulangi hingga seluruh
barang oleh customer tidak melebihi
customer dapat dilayani. Saat tidak ada
kapasitas kendaraan (Tanjung, dan
customer dengan penyisipan yang feasible
Rusdiansyah, 2008). Metode Insertion
dapat ditemukan, metode tersebut memulai
Heurstic untuk VRPSDP merupakan
rute baru, sampai semua customer telah
kombinasi dari metode saving dan
masuk rute. Metode Insertion Heuristic
penyisipan yang didasarkan pada kapasitas
dikembangkan menjadi metode Nearest
residual (residual capacity) dengan
Insertion Heuristic yang digunakan untuk
modifikasi untuk mendapatan rute
menyelesaikan permasalahan VRP dengan
kendaraan dengan penggunaan kapasitas
penambahan kendala waktu. Solusi yang
kendaraan secara efektif. Metode Insertion
dihasilkan dalam menyelesaikan
Heuristic terdiri dari 2 tahap. Tahap pertama

SEMNAS MIPA 2010 MAT - 17


yaitu membentuk suatu rute kendaraan terbentuk sekumpulan rute yang
secara simultan dengan menemukan terpasangkan dengan kendaraan. Pada
customer yang feasible dengan tahap langkah inilah setiap kendaraan dapat
penyisipan terkecil untuk menambahkannya melewati satu rute atau lebih.
pada rute PR k . Customer h yang terpilih Berdasarkan langkah metode nearest
insertion heuristic pada VRP dan VRPTW
dengan syarat memenuhi d i  pi dan serta langkah metode insertion heuristic
penggunaan kapasitas secara efektif. Suatu pada MTVRP, terlihat bahwa permasalahan
customer feasible dapat ditambahkan ke VRP dan VRPTW dapat ditelaah dengan
dalam rute kendaraan hanya jika kendala menggunakan permasalahan MTVRP. Ini
kapasitas tidak dilanggar. dikarenakan pada dasarnya ketiga
Pada Tahap II, hitung nilai penyisipan permasalahan tersebut memiliki kesamaan
dari setiap customer h dengan d i  pi . yaitu adanya pemilihan sejumlah rute
Pada setiap posisi yang mungkin dari tiap- minimum dengan memperhatikan kendala
kapasitas dan waktu. Pada VRPTW jumlah
tiap rute parsial PR k , sisipkan customer kendaraan tidak diketahui. Sedangkan pada
yang terpilih pada posisi penyisipan terkecil. MTVRP jumlah kendaraan yang tersedia
Suatu customer disisipkan ke dalam rute harus diketahui. Sehingga sebelum
kendaraan hanya jika customer tersebut menyelesaian VRPTW menjadi MTVRP
tidak melanggar kendala kapasitas. dengan menggunakan metode insertion
Metode insertion heuristic pada heuristic, dilakukan pengasumsian
MTVRP memiliki dua tahapan penyelesaian, banyaknya kendaraan.
yaitu tahap inisialisasi dan tahap iterasi. Berdasarkan rangkaian analisa dapat
Pada tahap inisialisasi dibentuk rute awal disimpulkan bahwa metode insertion
yang berawal dan berakhir di satu titik yang heuristic pada permasalahan MTVRP
sama yaitu depot pada setiap kendaraan dengan metode nearest insertion heuristic
yang tersedia. Sedangkan tahap iterasi pada VRP dan VRPTW memiliki kesamaan
merupakan suatu tahap untuk melakukan yaitu menyisipkan titik ke dalam rute yang
penghitungan profitability, pengecekan telah terbentuk. Pemilihan dan penyisipan
feasibility, dan melakukan proses penyisipan titik pada VRP dan VRPTW didasarkan
customer yang tidak pada rute. Profitability pada jarak tempuh, sedangkan pada MTVRP
adalah negative ekstra travel time yang didasarkan pada waktu tempuh kendaraan.
diperlukan customer h untuk disisipkan Tetapi VRPTW dan MTVRP memiliki
diantara perbedaan dalam pengasumsian kendaraan.
Metode Nearest Insertion Heuristic Pada VRPTW diasumsikan banyaknya
juga diterapkan pada permasalahan kendaraan sama dengan banyaknya rute
VRPTW. Permasalahan VRPTW adalah yang terbentuk. Sedangkan MTVRP jumlah
permasalahan untuk menentukan sejumlah kendaraan yang tersedia harus diketahui
rute minimum yang berawal dan berakhir di terlebih dahulu agar dapat dipasangkan
depot untuk sekumpulan kendaraan agar tiap dengan rute-rute yang terbentuk. Jadi
customer dapat dilayani dengan memenuhi permasalahan VRP dan VRPTW masih
kendala yang ada seperti pada permasalahan dapat diselesaikan dengan metode insertion
VRP namun dengan penambahan kendala heuristic pada MTVRP dengan
waktu. Sehingga langkah algoritma yang pengasumsian jumlah kendaraan diawal
digunakan pun pada dasarnya sama, hanya penyelesaian.
pada saat pembentukan dan penyisipan rute, Berdasarkan langkah metode
juga ditambahkan syarat yaitu selain harus insertion heuristic pada VRPSDP dan
memenuhi kendala kapasitas juga harus MTVRP, terlihat bahwa metode yang
memenuhi kendala waktu. digunakan pada penyelesaian permasalahan
Pada MTVRP, metode insertion VRPSDP tidak sesuai dengan penyelesaian
heuristic dimulai dengan pembentukan rute permasalahan MTVRP. Ini dikarenakan
awal yang dipasangkan pada kendaraan yang pada VRPSDP terdapat suatu penambahan
tersedia. Kemudian dilanjutkan perluasan permasalahan yang berpengaruh terhadap
rute dengan pemilihan dan penyisipan titik batasan kapasitas kendaraannya, yaitu
sampai semua titik telah terpilih dan adanya suatu keadaan dimana pada saat

SEMNAS MIPA 2010 MAT - 18


pengiriman barang, dilakukan pula (VRPSDP), dan Multiple Trip Vehicle
pengambilan kemasan isi ulang/produk cacat Routing Problem (MTVRP). Pada
secara simultan pada setiap titik pada pemodelan VRP dan variannya tersebut
lintasan. Metode insertion heuristic pada memperhatikan penembahan kendalanya.
VRPSDP diselesaikan dengan langkah awal Dapat dikembangkan pemodelan dan analisa
menghitung selisih dari jumlah permintaan algoritma jenis VRP yang lain misalnya 1.
( di ) dan pengembalian barang ( pi ) tiap Capacitated Vehicle Routing Problem
(CVRP) setiap kendaraan memiliki kapasitas
customer untuk dijadikan patokan dalam
yang sama dengan satu komoditas 2. Multi
pemilihan dan penyisipan titik customer saat
Depot Vehicle Routing Problem (MDVRP)
perluasan rute dengan memenuhi kendala
banyaknya depot yang melayani customer
kapasitas. Dalam permasalahan MTVRP,
lebih dari satu, 3. Site-Dependent Vehicle
batasan kapasitas hanya digunakan untuk
Routing Problem (SDVRP), 4. Vehicle
sejumlah barang yang dikirim oleh
Routing Problem Backhlaus (VRPB) dan 5.
kendaraan pada rute yang dilalui, sehingga
Vehicle Routing Problem Pickup and
harus memenuhi batasan:
k Delivery (VRPPD) customer dapat
 q  x
i N / 0
i
j N
ij  Q , k  V
menerima dan mengirim barang secara
bersamaan.
yang artinya total permintaan dari setiap
customer dalam satu rute tidak boleh
DAFTAR RUJUKAN
melebihi kapasitas kendaraan. Sedangkan
dalam permasalahan VRPSDP, batasan Cao, Erbao and Lai, Mingyong. Tanpa Tahun.
kapasitas harus memenuhi sejumlah barang An Improved Genetic Algorithm for the Vehicle
yang dikirim maupun yang akan diangkut Routing Problem with Simultaneous Delivery
nantinya oleh kendaraan pengantar pada rute and Pick-up Service, (Online),
(http://it.swufe.edu.cn/UploadFile/other/xsjl/sixw
tersebut, sehingga harus memenuhi batasan:
k
uhan/ Paper/ IM135.pdf, diakses 24 Januari
  q  x
i N / 0
i
j N
ij  Q, k  V 2009).
k Johnsonbaugh, Richard. 2001. Discrete
  p  x
i N / 0
i
j N
ij  Q , k  V
Mathemathics. Fifth Edition. New Jersey:
Prentice-Hall, Inc.
yang artinya total pengiriman dan
pengambilan barang pada tiap customer Joubert J. W,. 2007. The Vehicle Routing
Problem : Origins and Varians, (online),
dalam satu rute tidak boleh melebihi
(http://upetd.up.ac.za/thesis/available/etd-
kapasitas kendaraan. 07202007-175138/.../02 chapter2.pdf, diakses 5
Berdasarkan uraian analisa metode Februari 2010).
insertion heuristic yang digunakan dalam
penyelesaian permasalahan MTVRP dengan Lai, Chun-Mei, Chen, Cheng-Che and Ma, You-
permasalahan VRPSDP mempunyai Nan. Tanpa Tahun. Vehicle Routing Problem
with Simultaneously Deliveries and Pickups,
persamaan dalam hal penyisipannya, yaitu
(Online), (www.feu.edu.tw/2503/250306.pdf,
sama-sama melakukan proses perluasan rute diakses 24 Januari 2009).
dengan penyisipan titik customer. Namun
proses penyisipan yang dilakukan berbeda. Olivera, Alvredo. 2004. Adaptive Memory
Perbedaannya yaitu, pada permasalahan Programming for The Vehicle Routing Problem
with Multiple Trip, (online),
MTVRP, penyisipan titik customer
(http://www.fing.edu.uy/inco/pedeciba/bibliote/
didasarkan pada waktu tempuh. Sedangkan reptec/TR0411.pdf, diakses 11 Januari 2010).
pada permasalahan VRPSDP, penyisipan
titik customer didasarkan pada jumlah Prana, Raden. 2008. Aplikasi Kombinatorial
permintaan maupun pengembalian barang pada Vehicle Routing Problem, (Online),
(http://www.informatika.org/~rinaldi/Matdis/200
tiap customernya.
7-2008/Makalah/MakalahIF2153-0708-027.pdf,
diakses 09 Januari 2009).
3. PENUTUP
Rosen, K. H. 1995. Discrete Mathematics and its
Telah dibahas VRP dan variannya yaitu Application. Third Edition. New York: McGraw-
Vehicle Routing Problem with Time Window Hill, Inc.
(VRPTW), Vehicle Routing Problem with
Simultaneous Deliveries and Pickups

SEMNAS MIPA 2010 MAT - 19


Singer, Bilal. 2008. The Multiple Trip Vehicle
Routing Problem, (online),
(http://www.few.vu.nl/en/Images/werkstuk-
singer_tcm39-91434.doc, diakses 4 November
2009).
Tanjung, Kristina N. E. dan Rusdiansyah,
Ahmad. 2008. Algoritma Heuristik untuk
Penyelesaian Asymmetrics Vehicle Routing
Problem with Simultaneous Deliveries and Pick-
Ups (AVRPSDP), (Online), (http://mmt.its.ac.id
/library/wp-content/uploads/2008/12/30-
prosiding-kristina-ok-print.pdf, diakses 09
Januari 2009).

SEMNAS MIPA 2010 MAT - 20


PEMODELAN RADIASI GELOMBANG
ELEKTROMAGNETIK PONSEL TERHADAP TUBUH
MANUSIA

Binti Isroul Fauziah1), Toto Nusantara2)


1)
Alumni 2010 Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Malang,
2)
Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Malang

Abstrak
Radiasi pada dasarnya adalah suatu cara perambatan energi dari sumber energi ke lingkungan tanpa
membutuhkan perantara. Ponsel merupakan salah satu sumber radiasi karena ponsel dapat
merambatkan gelombang elektromagnetik ke dalam tubuh manusia. Artikel ini mendeskripsikan radiasi
gelombang elektromagnetik pada tubuh manusia dengan model matematika. Untuk mendeskripsikan
model matematika yang diperoleh, digunakan metode numerik dengan metode elemen hingga dengan
memanfaatkan software FlexPDE untuk analisis hasil proses radiasi. Kenaikan temperature dalam tubuh
dipengaruhi oleh intensitas gelombang elektromagetik sebagai sumber radiasi dan sifat autocatalytic
tubuh yang meningkatkan temperature akibat aktivitas kimiawi tubuh.

Kata kunci: radiasi, elektromagnetik, ponsel, autocatalytic

1. PENDAHULUAN dengan telepon genggam karena memang


penggunaannya dengan digenggam.
Makalah ini memaparkan hasil kajian
Perkembangan kecanggihan ponsel
tentang masalah radiasi gelombang
saat ini menggelitik para ahli untuk melihat
elektromagnetik ponsel terhadap tubuh
seberapa jauh kemungkinan pengaruh
manusia khususnya pada otak sebagai materi
adanya radiasi gelombang elektromagnetik
yang terkena radiasi. Ada beberapa bagian
yang dipancarkan oleh emiter ponsel
otak yang dimodelkan memiliki sifat
terhadap tubuh manusia, khususnya bagian
penyerapan panas yang berbeda, tergantung
otak. Radiasi pada dasarnya adalah suatu
pada fungsi dari materi tersebut. Dahulu
cara perambatan energi dari sumber energi
masyarakat mengenal dan memanfaatkan
ke lingkungannya tanpa membutuhkan
alat komunikasi tradisional seperti surat
perantara. Beberapa proses radiasi misalnya
yang dikirimkan oleh burung merpati putih,
perambatan panas, cahaya, dan gelombang
kemudian berkembang dengan adanya jasa
radio. Ponsel merupakan salah satu sumber
pos, dilanjutkan lagi dengan diciptakannya
radiasi karena ponsel dapat merambatkan
alat-alat canggih seperti telegram, faksimil,
gelombang elektromagnetik ke dalam tubuh
handy talkie, telepon, internet, dan lain
manusia.
sebagainya. Semua hal itu semata-mata
dilakukan hanya untuk mempermudah
fasilitas hidup. Oleh karena itu, penulis
memfokuskan pembahasan pada telepon
seluler atau biasa disebut ponsel. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia telepon
adalah pesawat dengan listrik dan kawat,
untuk bercakap-cakap antara dua orang yang
berjauhan tempatnya. Sedangkan seluler
berarti berbentuk sel atau dibagi dalam sel-
sel atau bilik-bilik. Dari pengertian tersebut
dapat digambarkan bentuk telepon itu yang
berukuran kecil diibaratkan seperti sel
sehingga praktis dan mudah dibawa kemana-
mana. Tidak jarang pula karena
kepraktisannya banyak orang menyebutnya

SEMNAS MIPA 2010 MAT - 21


Gambar 1 Gambar Kepala dan Otak Organisasi makalah ini adalah sebagai
yang Terkena Radiasi berikut. Bagian kedua makalah akan
Gelombang Elektromagnetik mendeskripsikan materi sekitar kepala yang
(http://www.docstoc.com) menjadi obyek kajian. Pada bagian ketiga
diuraikan persamaan dasar untuk masalah
Radiasi gelombang elektromagnetik radiasi gelombang elektromagnetik ponsel,
pada tubuh manusia tersebut dapat bagian keempat akan diuraikan model
dipresentasikan ke dalam model matematika. matematika tentang radiasi gelombang
Metode yang digunakan dalam skripsi ini elektromagnetik ponsel terhadap tubuh
adalah analisis numerik dengan metode manusia. Selanjutnya pada bagian kelima
elemen hingga. Dalam kajian ini digunakan akan diuraikan hasil-hasil numerik yang
medan listrik yang berbentuk fungsi Gauss diperoleh. Kesimpulan disajikan pada bagian
yaitu terakhir dari makalah ini.
 2 2
 
E  x, y   exp   x  x0    y  y 0  /  2
2. DESKRIPSI MATERI
(Toto Nusantara), dimana (x0,y0)
Geometri domain yang digunakan
merupakan pusat radiasi gelombang
dalam penelitian ini merujuk dari makalah
elektromagnetik yaitu daerah sekitar telinga
Toto Nusantara yaitu berupa materi 2D
dengan pusat radiasi (x0,y0 ) = (0.375, 0.45)
berbentuk kepala manusia yang
dan σ = 0.1. Walaupun permasalahan
digambarkan pada daerah satuan D yang
tentang pengaruh radiasi gelombang
dikonstruksi oleh 63 titik dengan beberapa
elektromagnetik terhadap tubuh manusia
bagian pada otak memiliki sifat difusivitas
masih menjadi perdebatan para ahli radiasi,
berbeda. Hal ini dikarenakan daya serap
tetapi makalah ini hanya menunjukkan
panas dari setiap materi berbeda, tergantung
bagaimana efek radiasi gelombang
pada fungsi dari materi tersebut.
elektromagnetik pada tubuh melalui simulasi
numerik.

Lobus Parietalis Lobus Frontalis

Lobus Oksipitalis
Lobus Temporalis
Serebelum

Gambar 2 Geometri Domain dengan Beberapa Bagian Memiliki Sifat Penyerapan Panas
Berbeda

Bagian terbesar dari domain yaitu bagian memiliki sifat difusivitas terkecil, akan
kepala memiliki parameter difusivitas  0 , memiliki efek pembentukan hospot yang
cukup besar (Nusantara, 1996). Dengan kata
sedangkan bagian-bagian lain yang lebih
lain radiasi gelombang mikro akan lebih
kecil, yaitu serebelum, lobus oksipitalis,
mempengaruhi daerah yang sifat
lobus temporalis, lobus frontalis dan lobus
difusivitasnya paling kecil.
parietalis memiliki nilai parameter
difusivitas berturut-turut 1 ,  2 ,  3 ,  4 , 3. PERSAMAAN DASAR
dan  5 . Dalam penelitian ini nilai-nilai Menurut Toto Nusantara dkk, model
parameter tersebut memenuhi hubungan pemanasan dengan microwave dijelaskan
0  1   2  3   4  5 . Radiasi oleh persamaan berikut
gelombang mikro pada daerah yang

SEMNAS MIPA 2010 MAT - 22


beberapa bagian pada otak memiliki sifat
. (1) difusivitas berbeda.
Karena gelombang elektromagnetik pada Dari Gambar 2 pada bagian 3 terdapat
ponsel dan gelombang pada microwave 5 materi yang terdapat dalam domain D
sejenis yaitu gelombang mikro, maka yaitu serebelum dikonstruksi oleh 20 titik
persamaan dasar dari model tentang radiasi yang terhubung, lobus oksipitalis
gelombang elektromagnetik sama dengan dikonstruksi 26 titik yang terhubung, lobus
model pemanasan dengan microwave. Pada temporalis dikonstruksi 35 titik yang
persamaan tersebut  menyatakan terhubung, lobus frontalis dikonstruksi 51
temperatur; menyatakan fungsi titik yang terhubung dan lobus parietalis
dikonstruksi 30 titik yang terhubung.
difusivitas dengan sifat > 0, >0
dan dalam penelitian ini menggunakan 5. HASIL-HASIL NUMERIK
bentuk fungsi difusivitas ,
Pembahasan ini adalah hasil
untuk suatu parameter positif dan ; simulasi yang tidak berkaitan dengan
adalah parameter positif yang terkait dengan pengukuran fisis sesungguhnya, akan tetapi
intensitas medan listrik; adalah sumber hanya menunjukkan analogi terhadap proses
pemanasan yang disebabkan oleh medan yang terjadi. Dimana pengambilan nilai
listrik; dan adalah ekspresi sumber setiap parameter khususnya berdasarkan
pemanasan akibat reaksi kimia auto katalis pada fungsi dari masing-masing materi yang
dengan sifat > 0, > 0. Seperti telah ditentukan. Dalam pembahasan ini
yang diamati Smith (dalam makalah juga akan dikaji beberapa kasus dengan nilai
Chandra, dkk, 1996) sangat realistik untuk faktor amplitudo sifat difusivitas pada
mengambil bentuk sebagai fungsi masing-masing daerah kepala, serebelum,
lobus oksipitalis, lobus temporalis, lobus
bertipe Arrhenius, yaitu untuk frontalis, dan lobus parietalis berturut-turut
suatu > 0. = 3, 0.6, 0.3, 0.1, 0.05, dan 0.025.
Sedangkan = 0.005 untuk faktor
4. MODEL MATEMATIKA eksponensial dalam sifat difusivitas material.
Untuk besarnya intensitas medan listrik
Persamaan dasar dari model radiasi
gelombang elektromagnetik adalah yaitu dan sifat auto catalytic pada
persamaan (1). Karena dalam pembahasan material yaitu akan diberikan pada Tabel
ini melibatkan energi listrik 2D, yaitu 1 berikut.
maka persamaan (1) ditulis kembali
menjadi Tabel 1 Besar Nilai dari Faktor Luar dan
Dalam yang Mempengaruhi
. (2) Radiasi serta Fungsi Difusivitas
Dengan: yang akan Dikaji
Faktor Faktor Fungsi Difusivitas
, dengan > 0, Luar Dalam
Kasus I Kasus II
>0 ( (
1 5
untuk suatu > 0, 5 1
dengan > 0, > 0.
Selanjutnya domain seperti yang dijelaskan Pada Tabel 1 ada 2 faktor yang
pada subbab sebelumnya, yaitu D dengan mempengaruhi radiasi gelombang
syarat awal dan syarat batas sebagai berikut elektromagnetik terhadap tubuh manusia
khususnya otak yaitu faktor luar dan dalam.
Dimana intensitas medan listrik dari
pada , gelombang elektromagnetik sebagai faktor
dimana domain D adalah materi 2D yang luar dan sifat auto catalytic pada materi
berbentuk kepala manusia yang dikonstruksi sebagai faktor dalam. Dari tabel tersebut
oleh 117 titik terhubung dengan nilai 1,2 dan 1,2 akan dikombinasikan

SEMNAS MIPA 2010 MAT - 23


menjadi beberapa kasus dibawah ini dengan Gambar 3 Posisi Pengukuran
fungsi difusivitas yang berbeda yaitu Temperatur pada Masing-
masing Materi
dan . Adapun kasus-kasus yang
akan dikaji antara lain:
Selanjutnya pada masing-masing posisi
a. Kasus I, jika tersebut akan dilacak perubahan temperatur
1) = 1, =5 setiap waktu pengukuran.
2) = 5, =1 Berikut adalah hasil dan analisis
hasil numerik dari kasus-kasus yang dikaji:
b. Kasus II, jika
a. Kasus I, jika (konstan)
1) = 1, =5
Pada kasus ini, besar intensitas
2) = 5, =1 medan listrik dan sifat autocatalytic pada
materi diberikan berturut-turut = 1,
Dari kasus-kasus di atas akan dilihat
bagaimana perbedaan dari kasus I dan II = 5 dan = 5, = 1 dengan fungsi
dimana masing-masing kasus terdapat kasus difusivitas . Berikut ini adalah
khusus sehingga dapat dilihat perubahan gambar-gambar hasil perhitungan
temperatur dari masing-masing materi jika numerik yang dipotret untuk beberapa
beberapa faktor yang mempengaruhi waktu tertentu ketika proses pemanasan
memiliki nilai yang berbeda. Untuk terjadi.
keperluan sajian dalam pembahasan ini, Gambar 4 hasil pengukuran pada awal
dilakukan pengukuran dinamika pemanasan pemanasan memperlihatkan, ketika
yang dilakukan pada titik-titik tertentu. gelombang elektromagnetik mengenai
Titik-titik pengukuran dipilih dalam masing- materi terjadi proses pemanasan dari
masing materi dengan sifat difusivitas yang materi, temperatur pada masing-masing
berbeda. materi meningkat, dan khususnya untuk
daerah yang terkena langsung gelombang
elektromagnetik terjadi perubahan
temperatur yang drastis.

a b

SEMNAS MIPA 2010 MAT - 24


c d
Gambar 4. a. Kurva ketinggian pada awal pemanasan kasus 1
b. History pada titik-titik pengukuran kasus 1
c. Kurva ketinggian pada awal pemanasan kasus 2
d. History pada titik-titik pengukuran kasus 2

Sumber radiasi gelombang Memperhatikan proses pemanasan pada


elektromagnetik terletak didekat daerah materi yang terjadi pada Gambar 4, pada
serebelum karena daerah tersebut paling daerah lobus parietalis mengalami
dekat dengan telinga, sehingga perubahan pemanasan internal yang sangat dinamis
temperatur yang drastis terjadi pada karena daerah tersebut memiliki sifat
daerah serebelum. Yang membedakan difusivitas materi yang sangat rendah dari
antara kasus 1 dan kasus 2 adalah materi yang lain. Gambar berikut ini
besarnya perubahan suhu pada setiap merupakan hasil perhitungan berikutnya
materi dan pada kasus 1 perubahan pada saat t = 0.5.
suhunya lebih tinggi dibangding kasus 2.

a b

c d
Gambar 5. a. Kurva ketinggian pada saat t = 0.5 untuk kasus 1
b. History pada titik-titik pengukuran saat t = 0.5 untuk kasus 1
c. Kurva ketinggian pada saat t = 0.5 untuk kasus 2
d. History pada titik-titik pengukuran saat t = 0.5 untuk kasus 2

Dari Gambar 5 terlihat bahwa terjadi elektromagnetik disajikan pada Gambar


perubahan kenaikan suhu dari setiap 6.
materi baik untuk kasus 1 maupun Pada hasil akhir perhitungan
kasus 2. Hasil akhir perhitungan dari menunjukkan bahwa perubahan suhu
proses radiasi gelombang pada kasus 1 lebih besar dibanding
kasus 2. Berarti dapat disimpulkan

SEMNAS MIPA 2010 MAT - 25


bahwa untuk sifat auto mempengaruhi perubahan temperatur
catalytic pada materi lebih dari pada intensitas energi listrik.

b
Gambar 6 a. Hasil Akhir Perhitungan Numerik pada Saat t = 5 untuk kasus 1
b. Hasil Akhir Perhitungan Numerik pada Saat t = 5 untuk kasus 2

b. Kasus II, jika elektromagnetik terjadi perubahan


Pada kasus ini, besar intensitas temperatur yang drastis karena sumber
medan listrik dan sifat auto catalytic radiasi gelombang elektromagnetik
pada materi sama dengan kasus terletak didekat daerah serebelum dan
daerah tersebut paling dekat dengan
sebelumnya yaitu berturut-turut = 1,
telinga, sehingga perubahan temperatur
= 5 dan = 5, = 1 tetapi fungsi yang drastis terjadi pada daerah
difusivitas yang digunakan adalah serebelum. Yang membedakan antara
. Berikut ini adalah kasus 1 dan kasus 2 adalah besarnya
gambar-gambar hasil perhitungan perubahan suhu pada setiap materi dan
numerik yang dipotret untuk beberapa pada kasus 1 perubahan suhunya lebih
waktu tertentu ketika proses pemanasan tinggi dibanding kasus 2.
terjadi. Memperhatikan proses pemanasan pada
Gambar 7 hasil pengukuran pada materi yang terjadi pada Gambar 7,
awal pemanasan memperlihatkan, pada daerah lobus parietalis mengalami
ketika gelombang elektromagnetik pemanasan internal yang sangat
mengenai materi terjadi proses dinamis karena daerah tersebut
pemanasan dari materi, temperatur pada memiliki sifat difusivitas materi yang
masing-masing materi juga meningkat, sangat rendah dari materi yang lain.
dan khususnya untuk daerah yang
terkena langsung gelombang

SEMNAS MIPA 2010 MAT - 26


a

b
Gambar 7 a. Hasil perhitungan pada awal pemanasan untuk kasus 1
b. Hasil perhitungan pada awal pemanasan untuk kasus 2

Gambar berikut ini merupakan hasil perhitungan berikutnya pada saat t = 0.5.

Gambar 8 a. Hasil perhitungan saat t = 0.5 untuk kasus 1

SEMNAS MIPA 2010 MAT - 27


b. Hasil perhitungan saat t = 0.5 untuk kasus 2

Dari Gambar 8 juga terlihat bahwa perhitungan dari proses radiasi


terjadi perubahan kenaikan suhu dari gelombang elektromagnetik disajikan
setiap materi baik untuk kasus 1 pada Gambar 9 berikut
maupun kasus 2. Hasil akhir

b
Gambar 9 a. Hasil Akhir Perhitungan Numerik pada Saat t = 5 untuk kasus 1
b. Hasil Akhir Perhitungan Numerik pada Saat t = 5 untuk kasus 2

Pada hasil akhir perhitungan


menunjukkan bahwa perubahan suhu
pada kasus 1 lebih besar dibanding .
Dengan:
kasus 2. Pada kasus ini
sifat auto catalytic pada materi juga , dengan > 0,
lebih mempengaruhi perubahan >0
temperatur dari pada intensitas energi
listrik. Tetapi jika perubahan suhu pada untuk suatu > 0,
kasus dibandingkan dengan > 0, > 0.
dengan kasus maka Dan domain D dengan syarat awal dan
perubahan suhu pada kasus syarat batas
lebih besar.
pada ,
6. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat dimana domain D adalah materi
diambil dari masalah pemodelan matematika 2D yang berbentuk kepala manusia yang
tentang radiasi gelombang elektromagnetik dikonstruksi oleh 63 titik terhubung
ponsel pada tubuh manusia adalah dengan beberapa bagian pada otak
1. Model matematika tentang radiasi memiliki sifat difusivitas berbeda.
gelombang elektromagnetik ponsel 2. Dari beberapa kasus yang dikaji pada
terhadap tubuh manusia adalah bagian kelima dapat disimpulkan bahwa

SEMNAS MIPA 2010 MAT - 28


temperatur setiap materi akan semakin
naik dari waktu ke waktu jika intensitas
energi listrik dan nilai sifat auto catalytic
pada materi semakin besar. Dari kedua
faktor (intensitas energi listrik dan nilai
sifat auto catalytic pada materi) yang
mempengaruhi temperatur pada proses
radiasi gelombang elektromagnetik
ponsel yang lebih berpengaruh adalah
sifat auto catalytic pada materi. Tetapi
jika dilihat dari fungsi difusivitasnya,
fungsi difusivitas yang tak konstan yaitu
yang lebih mempengaruhi
besar perubahan temperatur pada setiap
materi khususnya materi yang dekat
dengan sumber radiasi dan materi yang
memiliki sifat difusivitas paling kecil.

7. REFERENSI
Chandra, D,dkk. 1996. On The Formation of
Hotspot in Microwave Heating. Proc. Of
ICDE’96, 245 – 255.
Mahardika, I Putu, dkk. 2009. Efek Radiasi
Gelombang Elektromagnetik Ponsel terhadap
Kesehatan Manusia. (http://www.docstoc.com)
diakses pada tanggal 2 Januari 2010.
Nusantara, Toto. Tanpa Tahun. On The Moving
Electric Field Dynamic in Microwave Heating.
Makalah tidak diterbitkan. Malang: FMIPA UM.
Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia
dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Swamardika, I.B. Alit. 2009. Pengaruh Radiasi
Gelombang Elektromagnetik terhadap
Kesehatan Manusia. Bali: Fakultas Teknik
Universitas Udayana.

SEMNAS MIPA 2010 MAT - 29


PERAMALAN DATA INDEKS HARGA SAHAM
KOMPAS100 MENGGUNAKAN METODE ARFIMA
(AUTOREGRESSIVE FRACTIONALLY INTEGRATED
MOVING AVERAGE).

Andini Eka Irlianti, Hendro Permadi


Jurusan Matematika FMIPA UM

Abstrak
Indeks harga saham adalah suatu indikator yang menunjukkan pergerakan harga saham. Pergerakan
indeks menjadi indikator penting bagi para investor untuk menentukan apakah mereka akan menjual, atau
membeli suatu atau beberapa saham. Dalam perdagangan saham sehari-hari, harga saham tidak dapat
dipastikan karena selalu mengalami perubahan. Diperlukan metode peramalan untuk memprediksi harga
saham pada masa yang akan datang untuk menghindari kerugian.
Metode yang paling umum digunakan untuk memodelkan deret waktu (time series) adalah Autoregressive
Integrated Moving Average (ARIMA). Metode ini mempunyai keterbatasan hanya dapat menjelaskan
deret waktu jangka pendek (short memory), dan pemodelan dengan metode ARIMA hanya dapat
menjamin kestasioneran data dengan nilai differencing (d) bernilai bilangan bulat. Untuk mengatasi
kelemahan metode ARIMA tersebut, diperkenalkanlah metode Autoregressive Fractionally Integrated
Moving Average (ARFIMA) yang merupakan pengembangan dari metode ARIMA. Metode ini dapat
menjelaskan deret waktu jangka pendek dan jangka panjang sekaligus. Pada metode ini nilai differencing
(d) tidak dibatasi pada nilai integer saja, akan tetapi juga riil. Pendugaan nilai d dilakukan dengan
menggunakan Hurst Eksponen.
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah Data indeks Harga Saham Kompas100. Data Kompas100
terindikasi memiliki ketergantungan jangka panjang yaitu data yang pengamatan yang jauh terpisah
masing saling mempengaruhi. Indikasi tersebut diperoleh berdasarkan plot ACF dan plot periodogram
data. Dari hasil penelitian diperoleh model yang sesuai untuk data indeks harga saham Kompas100
adalah ARFIMA (3,d,5) memiliki persamaan sebagai berikut:

dimana
dengan nilai AIC = 8.79941409

Kata kunci: ARFIMA, periodogram, Hurst Eksponen, saham Kompas100

Abstract
Stock price index is an indicator that shows the movement of stock price. The Index movement is
important for investor to make a decision whether they have to sell or buy some stock. In daily stock
trading, stock price always change. The investor need forecasting methods to predict the stock price for
the next period, so they will not suffer any loss.
The most ordinary methods for time series is Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA). This
method has limitation that it is only explain the short memory of time series, and can guarantee the
stationarity by integer differencing only. Autoregressive Fractionally Integrated Moving Average
(ARFIMA) is introduced to overcome that limitation. ARFIMA methods can explain both short memory
and long memory time series. The value of differencing (d) not only restrict by integer, but also real
number. Estimation of d use the Hurst Exponent.
This research use the stock price indeks of Kompas100. It was indicated to have the long memory
properties, it means that the far separated data still have influence each other. It based on ACF and
periodogram data plot. And this research result show that the suitable ARFIMA model for Kompas100
stock price index data is ARFIMA (3,d,5) by the equation:

Where
with the value of AIC = 8.79941409

Keywords: ARFIMA, periodogram, Hurst Exponent, Kompas100 Stock

SEMNAS MIPA 2010 MAT - 30


1. PENDAHULUAN II. KAJIAN PUSTAKA
Metode peramalan adalah suatu teknik 2.1 Autoregressive Fractionally Integrated
untuk memperkirakan keadaan atau situasi Moving Average (ARFIMA)
di masa yang akan datang. Metode
Model ARFIMA merupakan
peramalan merupakan perangkat penting
pengembangan dari model ARIMA yang
dalam manajerial, karena akan membantu
mempunyai parameter d bernilai bilangan
dalam mengadakan pendekatan analisa
bulat. Pada data time series yang tidak
terhadap tingkah laku data masa lalu,
stasioner dapat dimodelkan dengan ARIMA
sehingga dapat memberikan cara pemikiran,
yang mempunyai nilai d bernilai bilangan
pengerjaan dan pemecahan yang sistematis
bulat, yakni dilakukan differencing d untuk
dan akan memberikan tingkat keyakinan
menjamin stasioneritas. Untuk menentukan
yang lebih besar terhadap keputusan yang
nilai d pada model ARIMA dapat dilakukan
diambil.
dengan cara melakukan differencing atau
Indeks Kompas100 adalah merupakan
pembedaan yang dapat menghilangkan
suatu indeks saham dari 100 saham ketidakstasioneran dan dapat menghilangkan
perusahaan publik yang diperdagangkan di trend linear pada data. Pemodelan ARFIMA
Bursa Efek Jakarta. Saham-saham yang dilakukan pada data nonstasioner dimana
termasuk dalam Kompas100 diperkirakan autokorelasi turun lambat yang mendekati
mewakili sekitar 70-80% dari total Rp 1.582 linear atau turun secara hiperbolik.
triliun nilai kapitalisasi pasar seluruh saham Penanganan data non stasioner ini dengan
yang tercatat di BEJ, maka dengan demikian menggunakan model ARFIMA tidak
investor bisa melihat kecenderungan arah dilakukan tahap differencing atau
pergerakan indeks dengan mengamati pembedaan dengan nilai d integer. Karena
pergerakan indeks Kompas100. Dalam dengan transformasi (1 – B)d pada model
perdagangan saham sehari-hari, harga saham ARFIMA dengan nilai d bernilai riil dapat
tidak dapat dipastikan karena selalu menangani data non stasioner. Dengan
mengalami perubahan baik berupa kenaikan transformasi tersebut dapat menangkap
maupun penurunan. Diperlukan metode memori jangka panjang atau ketergantungan
peramalan untuk memprediksi harga saham jangka panjang sehingga dapat
pada masa yang akan datang untuk menghilangkan ketidakstasioneran dan trend
menghindari kerugian. Oleh karena itu, para data.
pemain saham berlomba mencari metode- Misalkan Zt terdapat memori jangka
metode peramalan yang dapat memodelkan panjang maka pemodelan yang terbaik
data sehingga dapat dijadikan acuan dalam adalah proses Fractional Integrated ARMA
pembelian saham. atau proses ARFIMA. Model ARFIMA (p,
Metode yang paling umum digunakan d, q) adalah
untuk memodelkan deret waktu (time series)
 ( B )(1  B ) d Z t   ( B ) et
adalah Autoregressive Integrated Moving
Average (ARIMA). Metode ini mempunyai dimana:
keterbatasan hanya dapat menjelaskan deret  (B ) : Operator proses AR yang stasioner
waktu jangka pendek (short memory), dan (B ) : Operator proses MA yang stasioner
pemodelan dengan metode ARIMA hanya Zt : data pengamatan ke-t
dapat menjamin kestasioneran data dengan et : galat acak (white noise)
nilai differencing (d) bernilai bilangan bulat. (1-B)d : Operator pembeda
Untuk mengatasi kelemahan metode d : Tingkat pembeda agar proses
ARIMA tersebut, pada tahun 1981, Hosking
memperkenalkan metode Autoregressive
menjadi stasioner d   1 , 1
2 2
 
Fractionally Integrated Moving Average
(ARFIMA) yang merupakan pengembangan (1-B)d adalah operator pembedaan fraksional
dari metode ARIMA. Metode ini dapat yang didefinisikan sebagai
menjelaskan deret waktu jangka pendek dan 1
jangka panjang sekaligus. Pada metode ini 1  B d  1  dB  d (d  1) B 2 
2
nilai differencing (d) tidak dibatasi pada 1
nilai integer saja, akan tetapi juga riil. d ( d  1)( d  2) B 3  ...
6

SEMNAS MIPA 2010 MAT - 31


Asumsi-asumsi yang diberlakukan pada baik untuk investasi maupun mencari
ARFIMA adalah: pendanaan bagi perusahaan dalam
1.  (B ) mempunyai orde kurang dari atau mengembangkan perekonomian nasional.
sama dengan p. (B ) mempunyai orde Manfaat dari keberadaan indeks ini yakni
membuat suatu acuan (benchmark) baru bagi
kurang dari atau sama dengan q, akar-
investor untuk melihat ke arah mana pasar
akar  (B ) dan (B ) diluar unit circle
bergerak dan kinerja investasinya.
dan et~IIDN(0,  2 ) atau E(et)=0 dan (Wikipedia, 2007)
E( )=  2
III. METODOLOGI PENELITIAN
2.
3. Akar-akar dari  (B ) sederhana (Sowell, 3.1. Populasi dan Sampel
1992a) Populasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah berupa data mingguan
Sifat - sifat dari model ARFIMA Indeks harga saham Kompas 100 periode
yaitu: 2008 hingga 2010 dan sampel yang
Model umum dari proses ARFIMA (p,d,q) digunakan adalah Indeks harga saham
bentuknya sama dengan model umum pada kompas 100 periode 20 oktober 2008 hingga
proses ARIMA (p,d,q). Perbedaan di antara 12 Februari 2010
keduanya yaitu terletak pada nilai
pembedanya, d. Proses ARIMA (p, d, q) 3.2. Metode Analisis Data
nilai pembedanya selalu bilangan bulat
1. Identifikasi Model
(integer) sedangkan untuk proses ARFIMA
2. Tahap pendugaan Parameter
(p, d, q) nilai pembedanya dapat berupa
3. Tahap Uji Diagnostik Parameter (Uji
bilangan pecahan (non integer). (Sowell,
Normal Residual dan White Noise)
1992a)
4. Tahap Pemilihan model terbaik
5. Peramalan
2.2 Indeks Kompas 100
Indeks Kompas100 adalah merupakan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
suatu indeks saham dari 100 saham
4.1. Identifikasi Model
perusahaan publik yang diperdagangkan di
Bursa Efek Jakarta. Indeks Kompas100 Langkah awal yang dilakukan untuk
secara resmi mulai diterbitkan oleh Bursa mengidentifikasi data deret waktu adalah
Efek Jakarta (BEJ) bekerjasama dengan membuat plot data berdasarkan waktu (plot
koran Kompas pada hari Jumat tanggal 10 time series). Kemudian membuat plot ACF
Agustus 2007. Saham-saham yang terpilih dan periodogram untuk mengetahui long
untuk dimasukkan dalam indeks Kompas100 memory atau ketergantungan jangka panjang
ini selain memiliki likuiditas yang tinggi, pada data.
serta nilai kapitalisasi pasar yang besar, juga
merupakan saham-saham yang memiliki Pola Data
fundamental dan kinerja yang baik. Plot Data Saham Kompas100 dapat dilihat
Saham-saham yang termasuk dalam pada gambar berikut:
Kompas100 diperkirakan mewakili sekitar
70-80% dari total Rp 1.582 triliun nilai
kapitalisasi pasar seluruh saham yang
tercatat di BEJ, maka dengan demikian
investor bisa melihat kecenderungan arah
pergerakan indeks dengan mengamati
pergerakan indeks Kompas100. Tujuan
utama BEJ dalam penerbitan indeks
Kompas100 ini antara lain guna penyebar
luasan informasi pasar modal serta Gambar 1. Plot Data Deret waktu Indeks
menggairahkan masyarakat untuk Harga Saham Kompas100
mengambil manfaat dari keberadaan BEJ,

SEMNAS MIPA 2010 MAT - 32


Berdasarkan Gambar 1, data data tersebut dapat dimodelkan dengan
mingguan indeks harga saham Kompas100 metode ARFIMA. Tidak seperti pada
periode 20 oktober 2008 hingga 12 februari pemodelan dengan metode ARIMA yang
2010 cenderung mengalami peningkatan. mengatasi ketidakstasioneran terhadap rata-
rata dengan melakukan pembedaan
4.2. Identifikasi Ketergantungan Jangka (differencing) yang nilai d-nya berupa
Panjang bilangan bulat, pada metode ARFIMA tahap
differencing tidak dilakukan,
Dalam pemodelan ARFIMA, indikasi
ketidakstasioneran akan diatasi oleh nilai d
adanya ketergantungan jangka panjang pada
yang berupa bilangan real antara -0.5 hingga
data dapat dilihat dari plot ACF dan
0.5. Penggunaan software OX akan sangat
periodogram dari data. Gambar 2 berikut
membantu dalam penetapan nilai d, software
merupakan plot ACF dan periodogram dari
akan memilih nilai-nilai parameter yang
data indeks harga saham Kompas100.
membuat data stasioner terhadap rata-rata.

4.3. Pendugaan parameter


Selanjutnya, akan dilakukan
pendugaan model sementara. Perkiraan nilai
parameter p dan q diperoleh berdasarkan
plot ACF dan PACF data. Nilai parameter p
dan q ditentukan berdasarkan lag yang

keluar batas (signifikan).


Gambar 2. Plot ACF Data Indeks Harga
Saham Kompas100

Gambar 4. Plot PACF Data Indeks Harga


Saham Kompas100

Gambar 3. Plot Periodogram Pada plot ACF data indeks harga


Data Indeks Harga Saham Kompas100 saham Kompas100, lag yang keluar batas
(signifikan) adalah pada lag 1, 2, 3, 4, 5, 6.
Bentuk plot ACF data indeks harga Sedangkan pada plot PACF, lag yang keluar
saham yang turun secara hiperbolik atau batas adalah lag 1. Dari lag – lag yang
turun lambat, menunjukkan indikasi adanya keluar tersebut, nilai dan
ketergantungan jangka panjang dalam data.
dikombinasikan sehingga membentuk
Selain dari plot ACF, ketergantungan jangka
model-model sementara yang mungkin,
panjang juga dapat dilihat dari plot
yaitu
periodogram, bila bentuk periodogram ARFIMA 0 1 2 3 4 5 6
meningkat menuju nilai yang sangat besar (p,q)
tetapi berhingga untuk frekuensi yang 0 - (0,1) (0,2) (0,3) (0,4) (0,5) (0,6)
1 (1,0) (1,1) (1,2) (1,3) (1,4) (1,5) (1,6)
mendekati nol, menunjukkan adanya 2 (2,0) (2,1) (2,2) (2,3) (2,4) (2,5) (2,6)
ketergantungan jangka panjang dalam data. 3 (3,0) (3,1) (3,2) (3,3) (3,4) (3,5) (3,6)
Berdasarkan hasil identifikasi tersebut, 4 (4,0) (4,1) (4,2) (4,3) (4,4) (4,5) (4,6)
5 (5,0) (5,1) (5,2) (5,3) (5,4) (5,5) (5,6)
maka data indeks harga saham Kompas100 6 (6,0) (6,1) (6,2) (6,3) (6,4) (6,5) (6,6)
mempunyai ketergantungan jangka panjang.
Informasi ini memberikan indikasi bahwa

SEMNAS MIPA 2010 MAT - 33


4.4. Pengujian Parameter Kompas100 adalah ARFIMA (3, d, 5).
Model ARFIMA (3, d, 5) memiliki
Langkah selanjutnya adalah menguji
persamaan sebagai berikut:
parameter dari model-model yang sudah
(1 - Φ3B3)(1 - B)dZt = (1 - Θ1B - Θ2B 2-
diperoleh. Uji Signifikansi parameter model
Θ3B3)et
dilakukan untuk membuktikan bahwa model
1
tersebut cukup memadai. Dari 48 model dengan 1  B d  1  dB  d (d  1) B 2 
ARFIMA yang dicobakan dengan software 2
OX, diperoleh 25 model yang layak dengan 1
d ( d  1)( d  2) B 3  ...
parameter-parameter yang nyata. Parameter 6
model dikatakan nyata (signifikan) apabila dimana
d=0.373583, Φ3 = 0.903795, Φ1= 0.469986,
nilai untuk masing-masing dugaan
Φ 2 = 0.518533, Φ 3 = -0.497597,
parameter model lebih kecil dari tingkat
Indikasi model ARFIMA(3,d,5)
kesalahan adalah Autoregressive orde 3 menyatakan
adanya ketergantungan pengamatan ke-t
4.5. Pemeriksaan Diagnostik dengan 3 pengamatan sebelumnya
Analisis dilanjutkan dengan uji sedangkan Moving Average orde 5
asumsi residual white noise dan uji menyatakan adanya ketergantungan antara
kenormalan residual. Untuk uji kenormalan kesalahan acak pada indeks waktu t dengan
residual dilakukan dengan menggunakan uji 5 kesalahan acak sebelumnya. Pada model
Kolmogorov-Smirnov, sedangkan Uji ARFIMA, orde dinyatakan secara kumulatif
residual white noise dilakukan dengan sesuai orde yang dianalisis.
menggunakan uji Portmanteau. Residual
model dikatakan white noise dan 4.7. Peramalan data
berdistribusi normal jika nilai lebih besar Setelah ditemukan model yang sesuai
dari tingkat kesalahan dengan data, langkah terakhir adalah
meramalkan data untuk beberapa periode ke
4.6. Pemilihan Model Terbaik depan. Untuk data indeks harga Saham
Kompas100, akan diramalkan 5 periode
Langkah berikutnya adalah memilih mendatang.
model ARFIMA terbaik yang digunakan Tabel 2. Hasil Peramalan
untuk data saham Kompas100 dengan cara Periode Zt Data Terbaru
membandingkan AIC. Model dengan AIC 70 610.16 612.594
terkecil adalah model yang akan digunakan 71 609.86 610.831
pada data. 72 606.41 612.606
Tabel 1. AIC Model-model ARFIMA 73 605.64 607.272
yang memenuhi asumsi 74 605.21 602.621
residual
Model ARFIMA AIC Dari tabel 2 di atas, dapat dilihat
(2,d,2) 8.99355139 perbandingan data peramalan model
(2,d,3) 8.92925886 ARFIMA (3,d,5) dengan data terbaru indeks
(3,d,0) 9.14290553 harga Saham Kompas100. Dapat
(3,d,1) 9.09181705 disimpulkan bahwa hasil peramalan relatif
(3,d,3) 9.08185752 cukup baik.
(3,d,5) 8.79941409
(4,d,2) 9.09360795
(4,d,4) 8.99735961
5. KESIMPULAN
(5,d,1) 9.02064366 Berdasarkan hasil dan pembahasan
(5,d,5) 9.01086299 pada bab sebelumya diperoleh kesimpulan
bahwa Data Indeks Harga Saham
Dari model-model di atas, model yang Kompas100 periode 20 Oktober 2008
memiliki AIC terkecil adalah model hingga 12 Februari 2010 memiliki indikasi
ARFIMA (3, d, 5) yang bernilai ketergantungan jangka panjang yaitu data
8.79941409. Jadi, model yang memadai pengamatan yang jauh terpisah masih saling
digunakan untuk data indeks harga saham berhubungan. Model terbaik untuk indeks

SEMNAS MIPA 2010 MAT - 34


harga saham Kompas100 adalah ARFIMA tidak tidak diterbitkan. Surabaya: Institut
(3,d,5) dan memiliki persamaan: Teknologi Sepuluh November
(1 - Φ3B3)(1 - B)dZt = (1 - Θ1B - Θ2B 2- Makridakis,Spyros.,Steven C. Wheelwright.,
Θ3B3)et Victor,E.McGee.1999. Metode dan Aplikasi
dimana Peramalan oleh Untung Sus Andriyanto &
d=0.373583, Φ3 = 0.903795, Φ1= 0.469986, Abdul Basith. Jakarta: Erlangga.
Φ 2 = 0.518533, Φ 3 = -0.497597, Prafitia, Harnum Nisa. 2010. Long Memory pada
Indikasi model ARFIMA(3,d,5) Data Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar
adalah Autoregressive orde 3 menyatakan Amerika Serikat (USD). Skripsi tidak diterbitkan.
adanya ketergantungan pengamatan ke-t Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh November.
dengan 3 pengamatan sebelumnya
Sowell, F., 1992. Maximum Likelihood
sedangkan Moving Average orde 5 Estimation of stationary Univariate Fractionally
menyatakan adanya ketergantungan antara Integrated Time Series Model. Journal of
kesalahan acak pada indeks waktu t dengan econometrics. (online).
5 kesalahan acak sebelumnya. Pada model (http://research.carniegiemellonuniversity.org/wp
ARFIMA, orde dinyatakan secara kumulatif /1992/94-027.pdf, diakses tanggal 17 Maret
sesuai orde yang dianalisis. 2009)
Wei, William W.S. 1990. Time Series Analysis
6. DAFTAR RUJUKAN Univariate and Multivariate Methods. Addison-
Wesley publishing Company inc.
Conover, W.J. 1980.Practical Nonparametric
Statistic 2nd edition. New York: John Wiley and Zickus, M., Leipus, R., and Kuietkus, K. (1999).
sons, Estimation of Long Range Dependence in
Cryer, J.D. 1986. Time Series Analysis. Boston: windspeed time series data. Lithuania: Vilnius
Universit
PWS-KENT Publishing Company.
Darmawan, Gugum. 2005. Perbandingan
Akurasi Penaksiran Parameter Pembeda pada
Model ARFIMA. (Online).
(http://pustaka.unpad.ac.id/archives/35641,
diakses 17 Maret 2009)
Doornik J.a. dan Ooms, M. 2006. A Package for
Estimating and Simulating Arfima Models.
(Online).
(http://nuff.ox.ac.uk/economics/users/Doornik,
diakses tanggal 17 Maret 2009)
Faturrahmi, Emi. 2009. Perbandingan Metode
Exact Maximum Likelihood dan Modified Profile
Likelihood pada Pendugaan Parameter Model
Autoregressive Fractionally Integrated Moving
Average (ARFIMA).Skripsi tidak diterbitkan.
Malang:Universitas Brawijaya
Hanke, J.E., A.g. Reitsch, dan D.W. Wichern.
2003. Peramalan Bisnis. Edisi Ketujuh.
Terjemahan Devy Anantanur. Jakarta:
P.T.Prenhallindo.
Indeks Harga Saham dan Obligasi. 2007.
(Online).
(http://www.idx.co.id/MainMenu/Education/Inde
ksHargaSahamObligasi/tabid/195/lang/id-
ID/Default.asp, diakses 17 Maret 2010)
Indeks Kompas100. 2007. (Online).
(http://id.wikipedia.org/wiki/indeksKompas100,
diakses 17 Maret 2010)
Irhamah. 2005. Perbandingan Metode-metode
Pendugaan Parameter Model ARFIMA. Tesis

SEMNAS MIPA 2010 MAT - 35


PENGEMBANGAN STRATEGI PEMBELAJARAN
INKUIRI TERBIMBING BERBASIS TIK
DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP
MATERI STATISTIKA TERAPAN

Hendro Permadi
Jurusan Matematika FMIPA UM
Email : Edonkku@yahoo.com

Abstrak
Mata kuliah Statistika Terapan merupakan mata kuliah wajib dengan bobot tiga SKS, dimana
dalam kurikulum 2007 terjadi penggabungan mata kuliah Statistika Dasar dan Analisis Data. Dampak
penggabungan dua mata kuliah ini beban mahasiswa tambah berat, sehingga dapat diprediksi bahwa
mahasiswa akan kesulitan untuk memahami materi pada mata kuliah tersebut. Penelitian ini menitik
beratkan pada bagaimana mengembangkan perangkat pembelajaran dengan menggunakan strategi
pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis TIK dalam upaya peningkatan pemahaman konsep pada
materi Statistika Terapan
Dari hasil analisis, nilai rata-rata tidak ada perbedaan yang signifikan antara metode
pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan TIK (offering A) dengan metode pembelajaran inkuiri
terbimbing (offering B), namun demikian variasi atau sebaran nilai pada kemampuan awal (pretes)
nampak offering A lebih bervariasi dibanding dengan offering B. Dengan metode pembelajaran inkuiri
terbimbing berbantuan TIK cenderung menurunkan variasi nilai pada offering A terutama pada materi
peluang dan uji hipotesis, dengan nilai selang kepecayaan 95 % berada diantara (3,57 – 6,21)
sedangkan offering B (9,26 – 16,49). Sedangkan pada materi uji hipotesis offering A (1,64 – 2,84) dan
offering B (4,44 – 7,91). Hal ini menunjukkan tambahan bantuan TIK dapat memudahkan mahasiswa
untuk lebih memahami materi yang lebih aplikatif.

Kata kunci : Inkuiri Terbimbing Berbantuan TIK, Statistika Terapan.

Abstract
Applied Statistics has been compulsory subject with credits 3 as the 2007’s curriculum merged
Basic Statistics and Data Analysis to Applied Statistics. This merging will be implied the students’
difficulty to understand the lesson considerably. This study focuses on the development of learning
instruments using computer-assisted guided inquiry learning in order to improve the understanding the
concepts of Applied Statistics material.
The result of analyses starting from pretest up to the third meeting, the average score suggests
no significant difference between computer-assisted guided inquiry learning (Offering A) with the guided
inquiry learning (Offering B), however, offering A score variety or dispersion on the initial test (pretest)
showed more variety than those from B. Computer-assisted guided inquiry learning method has tended to
decrease score variety in offering A, especially on the probability and hypothesis test material. Within the
value of confidence interval 95%, the standard deviation for probability material is between 3.57 – 6.21
and 9.26 – 16.49 for offering A and B consecutively, while the value of confidence interval 95%, the
standard deviation in hypothesis test material are (1.64 – 2.84) and (4.44 – 7.91) for offering A and B
consecutively. There facts show that the computer-assisted method facilitate the students in understanding
more applicative material.

Kata kunci : computer-assisted guided inquiry learning, Applied Statistics.

1. PENDAHULUAN Terapan. Dampak penggabungan dua mata


Mata kuliah Statistika Terapan kuliah ini beban mahasiswa tambah berat,
merupakan mata kuliah wajib dengan bobot sehingga dapat diprediksi dengan mudah
tiga SKS, dimana dalam kurikulum 2007 bahwa mahasiswa akan kesulitan untuk
terjadi penggabungan mata kuliah Statistika memahami mata kuliah tersebut. Untuk itu
Dasar dan Analisis Data menjadi Statistika dalam kegiatan pembelajaran Statistika

SEMNAS MIPA 2010 MAT - 36


Terapan, diperlukan upaya untuk pertanyaan atau permasalahan dengan baik,
mempermudah pemahaman konsep mengidentifikasi dan mengumpulkan bukti,
terhadap materi yang diajarkan disesuaikan menyajikan hasil secara sistematik,
dengan tingkat perkembangan mahasiswa. menganalisis dan menginterpretasikan hasil,
Untuk mencapai kondisi di atas, menyimpulkan, serta mengevaluasi hasil
Bruner (1960; 1966) menyarankan dalam kesimpulan. Carin dan Sund. (1985)
Statistika Terapan harus terjadi transfer menyatakan pembelajaran inkuiri meliputi
konsep ilmiah dan sikap ilmiah melalui metode pembelajaran seperti problem based
empat tahap proses berpikir, yaitu: (1) learning, discovery learning, casebased
dihadapkan pada suatu problem yang instrucsion dan student research.
menantang, (2) memunculkan hasrat ingin Dalam pembelajaran inkuiri terdapat
tahu, (3) mengecek ide-idenya terhadap beberapa teknik yang digunakan, Slavin,
fakta-fakta, dan (4) menarik kesimpulan R.E. (1994) membagi teknik inkuiri menjadi
yang didukung proses penemuan. Statistika tiga, yaitu : 1) Structured inquiry yaitu
Terapan harus diarahkan untuk membangun teknik inkuiri dimana mahasiswa diberi
kemampuan berpikir dan kemampuan permasalahan dan diberi petunjuk
mengkonstruksi pengetahuan yang disertai bagaimana cara menyelesaikan masalah
dengan sikap ilmiah. Kemampuan berpikir tersebut; 2) Guided inquiry yaitu teknik
mahasiswa dapat membantu mahasiswa inkuiri dimana mahasiswa harus
memperoleh pengetahuan yang dikonstruksi menggunakan metode tertentu dalam
sendiri (Bybee, 2002). Arends (2004) penyelesaian masalah dan 3) Open inquiry,
menyebutkan pemerolehan pengetahuan teknik inkuiri dimana mahasiswa harus
dengan cara dibentuk dan dikonstruksi merumuskan masalah serta penyelesaiannya
sendiri oleh mahasiswa adalah dilandasi secara mandiri. Berbeda dengan Oliver,
filsafat konstruktivisme. Allen, dan Anderson, (2004) membagi
Penelitian ini menitik beratkan pada teknik inkuiri kedalam dua kategori yaitu
bagaimana mengembangkan perangkat teacher inquiry dan learner inquiry, yakni
pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran dimana dosen/guru yang
pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis mengajukan pertanyaan, sedangkan learner
TIK dalam upaya peningkatan pemahaman inquiry mahasiswa yang mengajukan
konsep pada materi Statistika Terapan pertanyaan.
Penelitian ini dilakukan dengan Pembelajaran dengan pendekatan
menggunakan sampel mahasiswa angkatan inkuiri dipandang lebih efektif dibandingkan
2007 Tahun Akademik 2008/2009. dengan model pembelajaran tradisional.
Program Studi Pendidikan Matematika 2 Calburn dalam penelitiannya menyimpulkan
kelas/ offering (dimana offering A dengan bahwa pembelajaran inkuiri lebih efektif
metode inkuiri terbimbing berbantuan TIK dibandingkan dengan metode pembelajaran
dan offering B dengan metode inkuiri deduktif yang membantu mahasiswa
terbimbing). Dimana masing-masing kelas memahami bagaimana seorang ilmuwan
diambil seluruh mahasiswaVariabel yang menjelaskan sebuah fenomena (Tuckman,
digunakan berupa, pemahaman konsep (nilai Bruce, W. 1999). Calburn
hasil evaluasi ujian I, ujian II (UTS) dan merekomendasikan dalam pembelajaran
Ujian III (UAS). inkuiri, mahasiswa diberikan pertanyaan,
yang mana mahasiswa dapat langsung
2. KAJIAN PUSTAKA menjawab melalui investigasi, yang
2.1. Pembelajaran Statistika Terapan membantu memastikan bahwa aktivitasnya
Dengan Strategi Inkuiri Terbimbing mengarah pada penemuan sebuah konsep.
Pembelajaran inkuiri dapat mengubah
Pembelajaran inkuiri dimulai ketika sebuah informasi menjadi pengetahuan yang
pembelajar dihadapkan pada pertanyaan lebih bermanfaat. Pembelajaran ini
untuk dijawab, kasus untuk dipecahkan atau menekankan pada pengembangan keahlian
diselesaikan atau pengamatan untuk serta kebiasaan berfikir atau habits of mind
dijelaskan (Hinman, R, 1998.). Jika metode (Phillips dan Germann, 2002). Informasi
ini diterapkan secara efektif, maka yang didapatkan mahasiswa kadang kurang
mahasiswa harus belajar untuk merumuskan berguna secara kontekstual. Perencanaan

SEMNAS MIPA 2010 MAT - 37


pembelajaran dan materi pengajaran dan waktu. Komputer telah menjadi cara
memerlukan konteks yang relevan untuk atau media utama dalam pembelajaran dan
pengetahuan baru bagi mahasiswa yang hampir semua materi pelajaran yang
menuju pada sebuah pemahaman. disampaikan secara interaktif melalui alat ini
Mahasiswa sering kesulitan untuk di hampir sluruh level pendidikan. Dalam
memahami hubungan antara aktivitas dalam sistem pembelajaran ini interaksi
suatu matakuliah tertentu, hal ini sering pembelajaran dilangsungkan dalam suatu
ditemukan pada metode pembelajaran yang “magic box” dengan sistem dan prosedur
tidak didasarkan pada kontekstual. yang memudahkan seseorang untuk
mengakses informasi. Hal ini tidak
2.2. Pembelajaran Berbasis Teknologi mengherankan karena secara umum,
Informasi dan Komunikasi (TIK) teknologi ini memiliki karakteristik yang :
bebas waktu, cukup diri, bercitra visual,
Keberhasilan dosen dalam selektif dan adaptif.
melaksanakan proses pembelajaran Secara sederhana pembelajaran
ditentukan oleh banyak aspek, seperti berbasis TIK dapat difahami sebagai suatu
pendidikan, keterampilan, pengetahuan, dan proses pembelajaran yang memanfaatkan
juga sikap. Artinya, kompeten dalam satu teknologi informasi berupa komputer yang
bidang saja tidaklah cukup sebagai garansi dilengkapi dengan sarana telekomunikasi
berhasilnya proses belajar mengajar. (internet, intranet, ekstranet) dan multimedia
Keterampilan dan sikap juga memiliki peran (grafis, audio, video) sebagai media utama
penting dalam mengantarkan keberhasilan dalam penyampaian materi dan interaksi
lulusan melalui proses belajar yang antara pengajar (guru/dosen) dan pembelajar
dilakukan. Sehubungan dengan itu totalitas (siswa/mahasiswa).
kompetensi dosen menjadi prasyarat Model pembelajaran berbasis TIK
keberhasiln proses pembelajaran. Secara dengan menggunakan e-learning berakibat
umum kompetensi dalam ranah kognitif pada perubahan budaya belajar dalam
memang tidak diragukan lagi, tetapi kontek pembelajarannya. Setidaknya ada
bagaimana pengetahuan itu disajikan dan empat komponen penting dalam
disampaikan kepada peserta didik adalah membangun budaya belajar dengan
persoalan lain. Penyajian dan penyampaian menggunakan model e-learning di kampus.
materi belajar memerlukan suatu Pertama, mahasiswa dituntut secara mandiri
keterampilan tertentu, yang dapat dicapai dalam belajar dengan berbagai pendekatan
melalui proses yang panjang. yang sesuai agar mahasiswa mampu
Pembelajaran interaktif adalah mengarahkan, memotivasi, mengatur dirinya
pembelajaran yang melibatkan interaksi sendiri dalam pembelajaran. Kedua, dosen
antara mahasiswa dengan mahasiswa, mampu mengembangkan pengetahuan dan
mahasiswa dengan dosen, mahasiswa ketrampilan, memfasilitasi dalam
dengan lingkungan atau mahasiswa dengan pembelajaran, memahami belajar dan hal-hal
bahan pembelajaran lainnya. Interaksi yang dibutuhkan dalam pembelajaran.
adalah elemen subtansial dari suatu aktifitas Ketiga, tersedianya infrastruktur yang
pembelajaran. Interaksi, khususnya bagi memadai dan yang keempat, administrator
mahasiswa, harus diciptakan dan diberi yang kreatif serta penyiapan infrastruktur
peluang peluang seluas-luasnya sehingga dalam memfasilitasi pembelajaran.
tujuan pembelajaran yang dikehendaki
(khususnya oleh mahasiswa) dapat tercapai 2.3. Pemahaman Konsep Dalam
melalui suatu proses interaksi tertentu. Pembelajaran Statistika Terapan
Teknologi informasi telah menjadi
Abad 21 disebut juga abad
kebutuhan masyarakat luas, tidak terkecuali
pengetahuan, maka pemahaman tentang
dalam proses pembelajaran. Teknologi
ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan
informasi telah mengubah laju percepatan
salah satu modal dasar bagi setiap manusia
akses informasi dan lebih dari itu secara
agar menjadi sumber daya yang berkualitas
paradigmatik telah mengubah praktik dunia
dan mampu bersaing pada persaingan bebas.
pendidikan menuju ke interaksi yang lebih
Dalam pembelajaran, pemahaman terhadap
intensif dengan tidak terkendala oleh ruang

SEMNAS MIPA 2010 MAT - 38


suatu konsep atau prinsip merupakan modal apakah tindakan itu bisa diteruskan atau
dasar untuk penguasaan konsep atau prinsip perlu dimodifikasi sebelum dilanjutkan.
selanjutnya. Maka dari itu pembelajaran
sains yang baik adalah yang tidak sekedar 3.3 Rancangan Pembuatan Software
menghafal konsep-konsep atau prinsip- STATISTIKA TERAPAN
prinsip tetapi yang berusaha memahami.
Dalam penelitian ini akan dibuat software
Seseorang dikatakan memahami apabila dia
berupa sebagai media pembelajaran materi
dapat menunjukkan unjuk kerja pemahaman
perkuliahan Statistika Terapan dan buku ajar
tersebut pada level kemampuan yang lebih
Statistika Terapan. Sehingga hasil
tinggi baik pada konteks yang sama maupun
penelitian ini berupa :
pada konteks yang berbeda.
Blancard, A. (2001) menyatakan a. Bahan Ajar Statistika Terapan dapat
setiap mahasiswa memiliki perkembangan diakses di internet
intelektual yang berbeda, maka setiap b. Sofware berisi program visualisasi
mahasiswa akan belajar menurut caranya empriris materi Statistika Terapan.
sendiri. Belajar bukan hanya tahu jawaban
pertanyaan/permasalahan tetapi perlu Tabel 1. Materi Praktikum Dalam
merefleksi tentang hal yang telah dipelajari. Penelitian
Refleksi dilakukan dengan cara mengkaji No Pokok Materi Praktikum Sumber
dan menilai tentang apa yang telah dipelajari Bahasan
dan bagaimana belajar tersebut telah terjadi. 1 Distribusi 1. Distribusi peluang [Minitab
Peluang Diskrit Ronald
3. METODOLOGI PENELITIAN 2. Distribusi peluang walpolle]
kontinu
3.1 Pengembangan Perangkat 2 Selang 1. Selang kepercayaan 1 [Minitab
Pembelajaran keperca- sampel untuk mean. Ronald
yaan 2. Selang kepercayaan 2 walpolle]
Dalam penelitian ini akan dibuat sampel untuk mean.
lembar kegiatan mahasiswa (LKM), Lembar 3. Selang kepercayaan 1
diskusi Mahasiswa (LDM), Rencana sampel untuk
Pembelajaran (RP), dan Lembar Observasi proporsi.
Keterlaksanaan Rencana Pembelajaran 4. Selang kepercayaan 2
STATISTIKA, dengan divalidasi kepada tim sampel untuk
ahli sebelumnya. Adapun contoh LKM, proporsi.
LDM, RP dan lembar observasi diberikan 3 Uji 1. Uji Hipotesis 1 [Minitab,
dalam lampiran. Hipotesis sampel untuk mean. Ronald
2. Uji Hipotesis 2 walpolle]
sampel untuk mean.
3.2 Rancangan dan Metode Pengajaran 3. Uji Hipotesis 1
Rancangan pengajaran dan metode sampel untuk
pengajaran yang akan dilaksanakan meliputi proporsi.
beberapa tahap. Tahap pertama, peneliti 4. Uji Hiptesis 2 sampel
untuk proporsi.
harus menyusun rencana tindakan yang akan
dilakukan untuk meningkatkan kualitas
3.4 Implementasi pada Perkuliahan
pembelajaran. Rencana tindakan ini disusun
atas dasar suatu landasan teori atau kerangka Kegiatan ini dilakukan dalam bentuk
berpikir yang matang sehingga kelayakan perkuliahan pada kelas A dengan strategi
pelaksanaannya dapat dipertanggung pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis
jawabkan secara ilmiah. Kedua, peneliti TIK. Sedang pada perkuliahan offering B
melaksanakan rencana tindakan yang telah dilakukan dengan strategi pembelajaran
disusun itu dalam kegiatan pembelajaran. inkuiri terbimbing. Pada strategi
Ketiga, bersama dengan pelaksanaan pembelajaran inkuiri terbimbing setiap
tindakan itu dilakukanlah pemantauan dan selesai satu pokok bahasan dilaksanakan
evaluasi. Keempat, atas dasar hasil praktikum untuk visualisasi dari sebagian
pemantauan dan evaluasi, kemudian peneliti materi yang telah diberikan. Mahasiswa
melakukan refleksi untuk menetapkan diminta untuk mengubah-ubah program

SEMNAS MIPA 2010 MAT - 39


untuk simulasi contoh-contoh yang serupa. rata-rata 58,52 dan standart deviasi sebesar
Sedang strategi pembelajaran inkuiri 8,00 pada offering A (metode inkuiri
terbimbing berbasis TIK setiap selesai satu terbimbing berbantuan TIK) seperti pada
pokok bahasan dilaksanakan praktikum Gambar 1, sedangkan offering B (metode
untuk visualisasi dari sebagian materi yang inkuiri terbimbing) data mengikuti distribusi
telah diberikan. Adapun perintah atau normal dengan nilai rata-rata 58.44 dan
petunjuk dilakukan dengan cara mengakses standart deviasi sebesar 2,47 (Gambar 2).
internet pada blog hendropermadi_GoBlog ( Perbedaan nilai rata-rata dari kedua offering
www.Hendropermadi.wordpress.com ). tersebut tampaknya tidak ada perbedaan,
Mahasiswa diminta untuk mengubah akan tetapi nilai standart deviasi dari kedua
program untuk simulasi contoh-contoh yang offering nampak ada perbedaan.
serupa, hasil keluaran perubahan program Hasil uji homogenitas varian
tersebut di kaji atau didiskusikan dan ada menunjukkan nilai p-value = 0,000 lebih
tugas-tugas untuk mengakses internet yang kecil dari nilai α (0,05) dari levene’s test
berkaitan dengan materi tersebut. menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
varian dari offering A (metode inkuiri
3.5 Evaluasi Proses Pembelajaran terbimbing berbantuan TIK) dengan varian
offering B (metode inkuiri terbimbing)
Evaluasi proses pembelajaran
seperti pada Gambar 3.
pemahaman konsep, diperoleh dari hasil Descriptive Statistics

ujian, tugas-tugas, pembuatan makalah Variable: pretes


kelas: 1

dengan materi yang diakses dari Internet Anderson-Darling Normality Test


A-Squared:
P-Value:
0.550
0.142

pada www.Hendropermadi.wordpress.com Mean


StDev
Variance
58.5185
8.0066
64.1054

komputer tentang penerapan statistika yang


Skewness -1.7E-01
Kurtosis -1.31220
N 27
45 49 53 57 61 65 69

berkaitan dengan materi yang diajarkan.


Minimum 45.0000
1st Quartile 50.0000
Median 58.0000
3rd Quartile 66.0000

Proses evaluasi hasil pembelajaran untuk 95% Confidence Interval for Mu Maximum

95% Confidence Interval for Mu


55.3512
70.0000

61.6858

pemahaman konsep dilakukan dengan 55 60 65 95% Confidence Interval for Sigma


6.3053 10.9725
95% Confidence Interval for Median

menggunakan data primer hasil proses 95% Confidence Interval for Median
53.0000 64.0297

pengamatan dari lembar kerja mahasiswa Gambar 1. Deskripsi dan Hasil uji
dan lembar diskusi mahasiswa demikian Normalitas Nilai Pretes OFF A
pula hasil nilai mata kuliah Statistika
Descriptive Statistics
Terapan yang diperoleh dari hasil evaluasi
Variable: pretes
nilai pretes, nilai Ujian I, ujian II ( UTS) kelas: 2

Anderson-Darling Normality Test

dan Ujian III (UAS). A-Squared:


P-Value:

Mean
0.647
0.081

58.4400
StDev 2.4678
Variance 6.09
Skewness 5.84E-03
Kurtosis -1.24901

3.6 Analisis Data 45 49 53 57 61 65 69


N

Minimum
1st Quartile
25

55.0000
56.5000
Median 58.0000
3rd Quartile 60.5000

Data hasil proses pengamatan dari 95% Confidence Interval for Mu Maximum

95% Confidence Interval for Mu


62.0000

57.4213 59.4587

lembar kerja mahasiswa dan lembar diskusi 57 58 59 60 95% Confidence Interval for Sigma
1.9269 3.4331

mahasiswa dianalisis dengan menggunakan 95% Confidence Interval for Median


95% Confidence Interval for Median
57.0000 60.0000

statistic deskriptif sedang untuk hasil nilai Gambar 2. Deskripsi dan Hasil uji
mata kuliah Statistika Terapan yang Normalitas Nilai Pretes OFF B
diperoleh dari hasil evaluasi nilai pretes,
nilai Ujian I, ujian II ( UTS) dan Ujian III uji homogenitas varian pretes

(UAS) dianalisis dengan uji t-student jika


95% Confidence Intervals for Sigmas Factor Levels

nilai pretes kedua offering tersebut sama, 2

sedang jika nilai pretes kedua offering tidak


2 7 12

F-Test Levene's Test

sama maka dilakukan dengan Ancova Test Statistic: 10.526


P-Value : 0.000
Test Statistic: 34.711
P-Value : 0.000

(Montgomery D.C. 1991). Boxplots of Raw Data

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 2

50 60 70
pretes

4.1 Hasil Pengujian Nilai Pretes


Gambar 3. Uji homogenitas varian Nilai
Berdasarkan hasil uji normalitas Pretes dua offering
terhadap data hasil pretes terlihat bahwa data
mengikuti distribusi normal dengan nilai

SEMNAS MIPA 2010 MAT - 40


Tabel 2. Hasil uji t-student materi deviasi dari kedua offering nampak ada
peluang perbedaan.
Off n Rata- St SE T p- Hasil uji homogenitas varian
rata dev Mean hitung value menunjukkan nilai p-value = 0,000 lebih
A 27 58,52 8,01 1.5 0,05 0,962 kecil dari nilai α (0,05) dari levene’s test
B 25 58,44 2,47 0,49 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
varian dari offering A dengan varian
Berdasarkan Tabel 2 hasil Uji t offering B (Gambar 7). \
student menunjukkan tidak ada perbedaan Descriptive Statistics

nilai rata-rata pretes antara offering A Variable: NILAI PELUAN


KELAS: 1

Anderson-Darling Normality Test

(58,52) dengan offering B (58,44) dengan A-Squared:


P-Value:
1.473
0.001

Mean 82.7667

nilai p-value (0,962 > α (0,05)). Dengan StDev


Variance
Skewness
4.5335
20.5523
-1.38647
Kurtosis 1.37359

demikian meskipun nilai rata-rata hasil 55 65 75 85 95


N

Minimum
27

71.0000

pretes antara offering A dengan offering B


1st Quartile 80.0000
Median 84.0000
3rd Quartile 85.6000
95% Confidence Interval for Mu Maximum 88.2000

tidak terdapat perbedaan tetapi terdapat 95% Confidence Interval for Mu


80.9733 84.5600
81 83 85 95% Confidence Interval for Sigma

perbedaan nilai varian keduanya, dimana 3.5702


95% Confidence Interval for Median
6.2128

95% Confidence Interval for Median

nilai varian offering A lebih besar dibanding 82.6525 85.4059

dengan varian offering B, dimana dengan Gambar.5. Deskripsi dan Hasil uji
selang kepercayaan 95% untuk standart Normalitas Materi Peluang
deviasi offering A (6,31 – 10,97) sedangkan OFF A
selang kepercayaan 95% untuk standart Descriptive Statistics
deviasi offering B (1,93 – 3,43). Dengan Variable: NILAI PELUAN
KELAS: 2

demikian dapat disimpulkan bahwa Anderson-Darling Normality Test


A-Squared: 0.450

kemampuan mahasiswa offering B (kode 2)


P-Value: 0.254

Mean 81.2280
StDev 11.8550

memiliki kemampuan hampir sama (merata) Variance


Skewness
Kurtosis
N
140.541
-5.6E-01
-4.7E-01
25
55 65 75 85 95

terhadap nilai pretes dibanding dengan Minimum


1st Quartile
Median
56.9000
72.9500
83.2000

offering A (kode 1) seperti terlihat pada 95% Confidence Interval for Mu


3rd Quartile
Maximum
91.3000
97.7000

95% Confidence Interval for Mu

Gambar 4. 78 83 88
76.3345 86.1215

95% Confidence Interval for Sigma


9.2567 16.4921
95% Confidence Interval for Median
95% Confidence Interval for Median
77.6972 87.7849

Boxplots of pretes by kelas


(means are indicated by solid circles) Gambar.6. Deskipsi dan Hasil uji
70
Normalitas Materi Peluang
OFF B
60
pretes

UJI HOMOGENITAS VARIAN (NILAI PELUANG)


95% Confidence Intervals for Sigmas Factor Levels

50
1

1 2 5 10 15

kelas
F-Test Levene's Test
Test Statistic: 0.146 Test Statistic: 14.016
P-Value : 0.000 P-Value : 0.000

Gambar 4. Sebaran Nilai Pretes Dua Boxplots of Raw Data

Offering 1

4.2 Hasil Pengujian Nilai Materi Peluang 60 70


NILAI PELUAN
80 90 100

Berdasarkan hasil uji normalitas Gambar 7. Uji homogenitas Varian Dua


terhadap data hasil tugas-tugas dan ujian Offering
nilai materi peluang terlihat bahwa data
tidak mengikuti distribusi normal dengan Tabel 3. Hasil uji t-student materi
nilai rata-rata 82,77 dan standart deviasi peluang
sebesar 4,53 pada offering A (Gambar 5) Off n Rata- St SE T p-
sedangkan offering B data mengikuti rata dev Mean hitung value
distribusi normal dengan nilai rata-rata A 27 82,77 4,53 0.87 0,61 0,547
81.22 dan standart deviasi sebesar 11,85 B 25 81,2 11,9 2,4
(Gambar 6). Perbedaan nilai rata-rata dari
kedua offering tersebut tampaknya tidak Berdasarkan Tabel 3 hasil Uji t
begitu besar, akan tetapi nilai standart student menunjukkan tidak ada perbedaan
nilai rata-rata materi peluang antara offering

SEMNAS MIPA 2010 MAT - 41


A (82,77) dengan offering B (81,2) dengan kecil dari nilai α (0,05) dari levene’s test
nilai p-value (0,547 > α (0,05)). Dengan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
demikian meskipun nilai rata-rata hasil varian dari offering A dengan varian
pemahaman materi peluang antara offering offering B (Gambar 11).
Descriptive Statistics
A dengan offering B tidak terdapat Variable: D_NORMAL

perbedaan tetapi terdapat perbedaan nilai KELAS: 1

Anderson-Darling Normality Test


A-Squared: 0.548

varian keduanya, dimana nilai varian P-Value:

Mean
0.143

62.4815

offering A lebih kecil dibanding dengan


StDev 8.6885
Variance 75.4900
Skewness -6.2E-01
Kurtosis -3.3E-01

varian offering B, dimana dengan selang


N 27
42.5 47.5 52.5 57.5 62.5 67.5 72.5
Minimum 42.0000
1st Quartile 58.0000

kepercayaan 95% untuk standart deviasi 95% Confidence Interval for Mu


Median
3rd Quartile
Maximum
62.0000
70.0000
73.0000

95% Confidence Interval for Mu

offering A (3,57 – 6,21) sedangkan selang 60.0 62.5 65.0 67.5


59.0444 65.9185

95% Confidence Interval for Sigma

kepercayaan 95% untuk standart deviasi 95% Confidence Interval for Median
6.8423 11.9070
95% Confidence Interval for Median
58.9703 67.0890

offering B (9,26 – 16,49). Padahal hasil


pretes offering A lebih bervariasi, dengan Gambar 9. Deskripsi dan hasil uji
metode inkuiri terbimbing berbantuan TIK normalitas materi dist. normal
mahasiswa memiliki pemahaman terhadap off A
Descriptive Statistics

materi peluang lebih merata dibanding Variable: D_NORMAL


KELAS: 2

dengan mahasiswa yang diajar dengan Anderson-Darling Normality Test


A-Squared:
P-Value:
2.432
0.000

inkuiri terbimbing, dimana nilainya lebih Mean


StDev
Variance
62.2600
5.2858
27.94

bervariasi walaupun memiliki nilai rata-rata 42.5 47.5 52.5 57.5 62.5 67.5 72.5
Skewness
Kurtosis
N
-1.83533
4.58009
25

yang sama. Dengan demikian dapat Minimum


1st Quartile
Median
47.0000
62.0000
62.0000
3rd Quartile 65.0000

disimpulkan bahwa kemampuan mahasiswa 95% Confidence Interval for Mu Maximum 70.0000

95% Confidence Interval for Mu


60.0781 64.4419

offering A (kode 1) memiliki kemampuan 60 61 62 63 64 65 95% Confidence Interval for Sigma


4.1273 7.3534

hampir sama (merata) terhadap pemahaman 95% Confidence Interval for Median
95% Confidence Interval for Median
62.0000 65.0000

materi peluang dibanding dengan offering B Gambar 10. Deskripsi dan hasil uji
(kode 2) seperti terlihat pada Gambar 8 normalitas materi dist. normal
Boxplots of NILAI PE by KELAS
(means are indicated by solid circles)
off B
100

UJI HOMOGENITAS VARIAN (NILAI DIST NORMAL)


90
95% Confidence Intervals for Sigmas Factor Levels
NILAI PELUANG

1
80

70 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

F-Test Levene's Test


60 Test Statistic: 2.702 Test Statistic: 10.044
P-Value : 0.017 P-Value : 0.003

1 2
Boxplots of Raw Data
KELAS

Gambar 8. Sebaran Nilai Materi Peluang 2

Dua Offering 40 50
D_NORMAL
60 70

Gambar 11. Uji homogenitas Varian Dua


4.3 Hasil Pengujian Nilai Materi Offering
Distribusi Normal
Berdasarkan hasil uji normalitas Tabel 4. Hasil uji t-student materi
terhadap data hasil tugas-tugas dan ujian distribusi normal
nilai materi distribusi normal terlihat bahwa Off N Rata- St SE T p-
rata dev Mean hitung value
data mengikuti distribusi normal dengan
A 27 62,48 8,68 1.7 0,11 0,911
nilai rata-rata 62,48 dan standart deviasi B 25 62,26 5,28 1,1
sebesar 8,68 pada offering A (Gambar 9)
sedangkan offering B data tidak mengikuti
Berdasarkan Tabel 4 hasil Uji t
distribusi normal dengan nilai rata-rata student menunjukkan tidak ada perbedaan
62.26 dan standart deviasi sebesar 5,28 nilai rata-rata materi distribusi normal antara
(Gambar 10). Tidak terdapat perbedaan
offering A (62,48) dengan offering B
nilai rata-rata dari kedua offering tersebut, (62,26) dengan nilai p-value (0,911 > α
akan tetapi nilai standart deviasi dari kedua (0,05)). Dengan demikian meskipun nilai
offering nampak ada perbedaan. rata-rata hasil pemahaman materi distribusi
Hasil uji homogenitas varian
normal antara offering A dengan offering B
menunjukkan nilai p-value = 0,003 lebih

SEMNAS MIPA 2010 MAT - 42


tidak terdapat perbedaan tetapi terdapat menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
perbedaan nilai varian keduanya, dimana varian dari offering A dengan varian
nilai varian offering A lebih besar dibanding offering B (Gambar 15).
Descriptive Statistics
dengan varian offering B, dimana dengan Variable: HIPOTESIS
selang kepercayaan 95% untuk standart KELAS: 1

Anderson-Darling Normality Test

deviasi offering A (6,94 – 11,90) sedangkan


A-Squared: 1.062
P-Value: 0.007

Mean 81.6444

selang kepercayaan 95% untuk standart


StDev 2.0793
Variance 4.32333
Skewness 0.822457
Kurtosis -1.5E-01

deviasi offering B (4,13 – 7,35). Padahal 60 65 70 75 80 85 90


N

Minimum
1st Quartile
27

78.7000
80.0000

hasil uji materi sebelumnya yaitu materi 95% Confidence Interval for Mu
Median
3rd Quartile
Maximum
81.5000
83.0000
86.5000

95% Confidence Interval for Mu

peluang offering B lebih bervariasi, dengan 80 81 82 83


80.8219 82.4670

95% Confidence Interval for Sigma

metode inkuiri terbimbing mahasiswa 95% Confidence Interval for Median


1.6375
95% Confidence Interval for Median
80.0000
2.8495

83.0000

memiliki pemahaman terhadap materi


distribusi normal lebih merata dibanding Gambar 13. Deskripsi dan uji normalitas
dengan mahasiswa yang diajar dengan materi uji hipotesis off A
inkuiri terbimbing berbantuan TIK, dimana Descriptive Statistics

nilainya lebih bervariasi walaupun memiliki Variable: HIPOTESIS


KELAS: 2

nilai rata-rata yang sama, hal ini Anderson-Darling Normality Test


A-Squared:
P-Value:
1.048
0.008

menunjukkan materi distribusi normal perlu Mean


StDev
Variance
80.9800
5.6890
32.365

bimbingan yang lebih mendalam. Dengan 60 65 70 75 80 85 90


Skewness
Kurtosis
N
-1.86827
5.92821
25

demikian dapat disimpulkan bahwa Minimum


1st Quartile
Median
60.7000
77.7500
82.0000
3rd Quartile 84.0000

kemampuan mahasiswa offering B (kode 2) 95% Confidence Interval for Mu Maximum 89.2000

95% Confidence Interval for Mu


78.6317 83.3283

memiliki kemampuan hampir sama (merata) 79 80 81 82 83 84 95% Confidence Interval for Sigma
4.4422 7.9143

terhadap pemahaman materi distribusi 95% Confidence Interval for Median


95% Confidence Interval for Median
80.2000 83.6000

normal dibanding dengan offering A (kode Gambar 14. Deskripsi dan uji normalitas
1) materi uji hipotesis off B
Boxplots of D_NORMAL by KELAS
(means are indicated by solid circles)
UJI HOMOGENITAS VARIAN (NILAI UJI HIPOTESIS)
95% Confidence Intervals for Sigmas Factor Levels
70
1

2
D_NORMAL

60
1.5 2.5 3.5 4.5 5.5 6.5 7.5 8.5

F-Test Levene's Test


50 Test Statistic: 0.134 Test Statistic: 5.258
P-Value : 0.000 P-Value : 0.026

Boxplots of Raw Data


40

1 2
1
KELAS

Gambar 12. Sebaran Nilai Materi 60 70


HIPOTESIS
80 90

distribusi normal Dua Offering Gambar 15. Hasil uji homogenitas varian
dua offering
4.4 Hasil Pengujian Nilai Materi Uji
Hipotesis Tabel 5. Hasil uji t-student materi uji
Berdasarkan hasil uji normalitas hipotesis
terhadap data hasil tugas-tugas dan ujian Off N Rata- St SE T p-
nilai materi uji hipotesis terlihat bahwa data rata dev Mean hitung value
A 27 81,64 2,07 0.4 0,55 0,586
mengikuti distribusi normal dengan nilai
B 25 80,93 5,68 1,1
rata-rata 81,64 dan standart deviasi sebesar
2,07 pada offering A (Gambar 13)
Berdasarkan Tabel 5 hasil Uji t
sedangkan offering B data tidak mengikuti
student menunjukkan tidak ada perbedaan
distribusi normal dengan nilai rata-rata
nilai rata-rata materi uji hipotesis antara
80.93 dan standart deviasi sebesar 5,68
offering A (81,64) dengan offering B
(Gambar 14). Tidak terdapat perbedaan
(80,93) dengan nilai p-value (0,586 > α
nilai rata-rata dari kedua offering tersebut,
(0,05)). Dengan demikian meskipun nilai
akan tetapi nilai standart deviasi dari kedua
rata-rata hasil pemahaman materi uji
offering nampak ada perbedaan.
hipotesis antara offering A dengan offering
Hasil uji homogenitas varian
B tidak terdapat perbedaan tetapi terdapat
menunjukkan nilai p-value = 0,026 lebih
perbedaan nilai varian keduanya, dimana
kecil dari nilai α (0,05) dari levene’s test

SEMNAS MIPA 2010 MAT - 43


nilai varian offering A lebih kecil dibanding selang kepercayaan 95% untuk standart
dengan varian offering B, dimana dengan deviasi offering B (4,13 – 7,35).
selang kepercayaan 95% untuk standart
deviasi offering A (1,64 – 2,84) sedangkan 5.2 Saran
selang kepercayaan 95% untuk standart
Untuk penelitian selanjutnya perlu
deviasi offering B (4,44 – 7,91). Padahal
dikaji metode pembelajaran inkuri
hasil uji sebelumnya pada materi distribusi
terbimbing berbantuan TIK dibandingkan
normal offering A lebih bervariasi, dengan
dengan metode pembelajaran lainnya.
metode inkuiri terbimbing berbantuan TIK
mahasiswa memiliki pemahaman terhadap 6. DAFTAR PUSTAKA
materi peluang lebih merata dibanding
dengan mahasiswa yang diajar dengan Arends, R.I. 2004. Learning to Teach. Sixth
inkuiri terbimbing, dimana nilainya lebih Edition. New York: Published by Mc Graw-Hill
Companies, Inc., 1221 Avenue.
bervariasi walaupun memiliki nilai rata-rata
yang sama. Blanchard, A. 2001. Contextual Teaching and
Learning. Copiright B.E.S.T.
5. KESIMPULAN DAN SARAN (http://www.horizonshelpr.org/contextual/
contextual.htm).
5.1 Kesimpulan
Bruner, J.S. 1960. The Process of education.
Berdasarkan hasil analisis mulai dari Cambridge, MA: Harvard University Press.
pretes sampai ketiga materi, dari nilai rata-
Bybee, R.W. 2002. Learning Science and the
rata tidak ada perbadaan yang signifikan
Science of Learning. Science Educators’
antara metode pembelajaran inkuiri
terbimbing berbantuan TIK (offering A) Essay Collection. Arlington, Virginia: NSTA
dengan metode pembelajaran inkuiri Press.
terbimbing (offering B), namun demikian Carin, A.A., dan R.B. Sund. 1985. Teaching
variasi atau sebaran nilai pada kampuan Science Through Discovery. Fifth Edition,
awal (pretes) nampak offering A lebih Colombus: Charles E. Merrill Publishing
bervariasi dibanding dengan offering B. Company. A. Bell & Howell Company.
Dengan metode pembelajaran inkuiri
terbimbing berbantuan TIK cenderung Hinman, Richard, R. 1998. Content Science
Inquiry. The Science Teacher 65 (7): 25-27.
menurunkan variasi nilai pada offering A
terutama pada materi peluang dan uji Montgomery D.C. 1991. Design and analysis of
hipotesis, dengan nilai selang kepecayaan experiments. Third Edition. John Wiley &
95 % untuk standart deviasi materi peluang Sons. Canada.
berada diantara (3,57 – 6,21) sedangkan Oliver, M.H., Allen, D.D.’ dan Anderson, M.
selang kepercayaan 95% untuk standart 2004. Inquiry-Guided Instruction. Journal of
deviasi offering B (9,26 – 16,49). College Science Teaching (JCST). Vol. XXXIII
Sedangkan untuk materi uji hipotesis (6): 20-24.
dengan selang kepercayaan 95% untuk Phillips, K.A. dan Germann, P.J. 2002. The
standart deviasi offering A (1,64 – 2,84), Inquiry “I”: A too; for Learning Scientific
dan selang kepercayaan 95% untuk standart Inquiry. The American Biology Teacher, Vol. 64
deviasi offering B (4,44 – 7,91). Hal ini (7): 512-520.
menunjukkan tambahan bantuan TIK dapat Slavin, R.E. 1994. Educational Psychology:
memudahkan mahasiswa untuk lebih Theory into Practice. Third Edition. Boston:
memahami materi yang lebih aplikatif. Allyn and Bacon.
Pada Materi yang memerlukan penurunan
rumus yang detill atau teoritis pembelajaran Tuckman, Bruce, W. 1999. Conducting
Educational Research. Fifth Edition. New York:
dengan inkuiri terbimbing (offering B)
Harcourt Brace Jovanowich, Inc.
memiliki sebaran nilai yang relatif lebih
kecil dibanding dengan pembelajaran
dengan inkuiri terbimbing berbantuan TIK
(offering A) dan ditunjukkan dengan nilai
selang kepercayaan 95% untuk standart
deviasi offering A (6,94 – 11,90) sedangkan

SEMNAS MIPA 2010 MAT - 44


PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN
BERBASIS PROYEK PADA MATAKULIAH
PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBANTUAN
KOMPUTER

Mahmuddin Yunus
Jurusan Matematika FMIPA
Universitas Negeri Malang
Jl. Semarang 5 Malang

Abstrak

Untuk mewujudkan proses pembelajaran matematika yang lebih bermakna dengan hasil prestasi
mahasiswa yang tinggi, dosen harus kreatif dan inovatif dalam mengembangkan strategi pembelajaran.
Kegiatan pembelajaran dirancang sedemikian rupa untuk memberikan pengalaman belajar yang
melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar mahasiswa, mahasiswa dengan dosen,
lingkungan dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Pengalaman
belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan strategi pembelajaran yang bervariasi dan
berpusat pada mahasiswa. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan
kualitas proses belajar mahasiswa melalui model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based
Learning), serta membantu mahasiswa dalam mempelajari matakuliah Pembelajaran Matematika
Berbantuan Komputer (PMBK)
Metode penelitian ini dilakukan melalui dua siklus. Secara operasional prosedur penelitian yang
diterapkan dalam dalam penelitian ini antara lain : (1) Merumuskan masalah, (2) Merancang kegiatan,
(3) Mengkalkulasi, (4) Melaksanakan pekerjaan, (5) Mengevaluasi hasil.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data bahwa nilai rata-rata matakuliah PMBK adalah B+
(skala 3.25). Sedangkan dari produk yang dihasilkan oleh Mahasiswa setelah mengikuti matakuliah
PMBK 80% mahasiswa dapat menyelesaikan tugas membuat media pembelajaran tepat waktu.
Berdasarkan hasil penelitian dan data yang diperoleh, dapat ditarik kesimpulan bahwa model
Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) dapat meningkatkan kualitas proses belajar
mahasiswa serta dapat membantu mahasiswa dalam mempelajari materi PMBK

Kata Kunci: Project Based Learning, PMBK

A. Pendahuluan strategi pembelajaran yang bervariasi dan


Untuk mewujudkan proses pembela- berpusat pada mahasiswa.
jaran matematika yang lebih bermakna Model pembelajaran konstruktivis
dengan hasil prestasi mahasiswa yang tinggi, memberikan wacana tentang lingkungan
dosen harus kreatif dan inovatif dalam me- belajar dalam konteks yang kaya (rich
ngembangkan strategi pembelajaran. Kegiat- environment). Pengetahuan dan keterampil-
an pembelajaran dirancang sedemikian rupa an yang kokoh dan bermakna guna
untuk memberikan pengalaman belajar yang (meaningful-use) dapat dikonstruk melalui
melibatkan proses mental dan fisik melalui tugas-tugas dan pekerjaan yang otentik
interaksi antar mahasiswa, mahasiswa (CORD, 2001, Hung & Wong, 2000; Myers
dengan dosen, lingkungan dan sumber bela- & Botti, 2000; Marzano, 1992; Waras
jar lainnya dalam rangka pencapaian kompe- Kamdi, 2001). Keotentikan kegiatan kuriku-
tensi dasar. Pengalaman belajar yang di- ler terdukung oleh proses kegiatan perenca-
maksud dapat terwujud melalui penggunaan naan (designing) atau investigasi yang open-
ended, dengan hasil atau jawaban yang tidak

SEMNAS MIPA 2010 MAT - 45


ditetapkan sebelumnya oleh perspektif penambahan kompleksitas tugas, pemer-
tertentu. Pembelajar dapat didorong dalam olehan pengetahuan dan keterampilan;
proses membangun pe-ngetahuan melalui 8. Kompleksitas pengetahuan dicerminkan
pengalaman dunia nyata dan negosiasi oleh penekanan belajar pada keterhu-
kognitif antar personal yang berlangsung di bungan konseptual dan belajar interdi-
dalam suasana kerja kolaboratif. sipliner;
Disinilah, kerja proyek dapat dilihat 9. Belajar kooperatif dan kolaboratif di-
sebagai bentuk open-ended contextual utamakan agar dapat mengekspos maha-
activity-based learning dan merupakan siswa ke dalam pandangan-pandangan
bagian dari proses pembelajaran yang mem- alternatif; dan
berikan penekanan kuat pada pemecahan 10. Pengukuran adalah otentik dan mennjadi
masalah sebagai suatu usaha kolaboratif bagian tak terpisahkan dari kegiatan
(Richmond & Striley, 1996), yang dilakukan pembelajaran.
dalam proses pembelajaran dalam periode
tertentu (Hung & Wong, 2000). Blumenfeld B. Kajian Pustaka
et.al. (1991) mendiskripsikan model belajar Pembelajaran Berbasis Proyek atau
berbasis proyek (project-based learning) Belajar Berbasis Proyek adalah pendekatan
berpusat pada proses relative berjangka pembelajaran yang merangkum sejumlah
waktu, berfokus pada masalah, unit pembe- ide-ide pembelajaran, yang didukung oleh
lajaran bermakna dengan mengintegrasikan teori-teori dan penelitian substansial. Bagian
konsep-konsep dari sejumlah komponen ini mencoba mengetengahkan bahasan teori-
pengetahuan atau disiplin atau lapangan tik yang mendasari Pembelajaran Berbasis
studi. Proyek. Menurut Mayer (1992) dalam
Pendidikan berorientasi keca-kapan praktik pendidikan terutama setengah abad
hidup, pembelajaran berbasis kompetensi terakhir, telah terjadi pergeseran teori-teori
dan proses pembelajaran yang diharapkan belajar dari aliran teori belajar behavioris-
menghasilkan produk yang bernilai, menun- tikke kognitif, dari kognitif ke konstruktif.
tut lingkungan belajar yang kaya dan nyata Implikasi pergeseran pandangan ter-
(rich and natural environment), yang dapat hadap belajar dan pembelajaran tersebut
memberikan pengalaman belajar dimensi- adalah munculnya pandangan bahwa kuriku-
dimensi kompetensi secara integrative. lum sebagai body of knowledge atau
Lingkungan belajar yang dimaksud ditandai keterampilan-keterampilan yang ditransfer
oleh : adalah naïf. Jika pandangan konstruktivis
1. Situasi belajar, lingkungan, isi dan mengenai individu sebagai pengkonstruk
tugas-tugas yang relevan, realistik, pengetahuan mereka sendiri dapat diterima,
otentik dan menyajikan kompleksitas maka mungkin lebih tepat memandang
alami “dunia nyata”; kurikulum sebagai serangkaian tugas dan
2. Sumber-sumber data primer digunakan strategi belajar. Oleh karena itu, perspektif
agar menjamin keotentikan dan kom- kehidupan kelaspun menjadi berubah.
pleksitas dunia nyata; Hakekat hubungan guru-siswa tidak lagi
3. Mengembangkan kecakapan hidup dan guru sebagai penjaja informasi dan siswa
bukan reproduksi pengetahuan; sebagai penerima informasi semata, tetapi
4. Pengembangan kecakapan ini berada di guru lebih sebagai pembimbing dan
dalam konteks individual dan melalui pendamping berpikir kritis yang konstruktif.
negosiasi social, kolaborasi dan penga- Lingkungan kelas dirancang untuk memberi-
laman; kan setting social yang mendukung
5. Kompetensi sebelumnya, keyakinan dan konstruksi pengetahuan dan keterampilan
sikap dipertimbangkan sebagai pra- (Driver & Leach, 1993).
syarat; Pembelajaran Berbasis Proyek meru-
6. Keterampilan pemecahan masalah, ber- pakan model pembelajaran yang didukung
pikir tingkat tinggi dan pemahaman oleh atau berpijak pada teori belajar
mendalam ditekankan; konstruktivistik. Strategi pembelajaran yang
7. Mahasiswa diberi peluang untuk belajar menonjol dalam pembelajaran konstruktivis-
secara apprenticeship dimana terdapat tik antara lain adalah strategi belajar kola-
boratif, mengutamakan aktivitas siswa dari-

SEMNAS MIPA 2010 MAT - 46


pada aktivitas guru, mengenai kegiatan labo- (Barron, Schwartz, Vye, Moore, Petrosino,
ratorium, pengalaman lapangan, studi kasus, Zech, Bransford & The Cognition and
pemecahan masalah, panel diskusi, diskusi, Technology Group at Vanderbilt, 1998). Hal
brainstrorming dan simulasi (Ajeyalemi, ini menunjukkan bahwa Pembelajaran
1993). Beberapa dari strategi tersebut juga Berbasis Proyek yang mendasarkan pada
terdapat dalam Pembelajaran Berbasis aktivitas dunia nyata, berpotensi memper-
Proyek, yaitu (a) strategi belajar kolaboratif, luas dan memperdalam pengetahuan konsep-
(b) mengutamakan aktivitas siswa daripada tual dan procedural (Gagne, 1985), yang
aktivitas guru, (c) mengenai kegiatan labora- pada khasanah lain disebut juga knowing
torium, (d) pengalaman lapangan, (e) peme- that dan knowing how (Wilson, 1995).
cahan masalah. Peranan guru yang utama Knowing ‘that’ and ‘how’ is not sufficient
adalah mengendalikan ide-ide dan interpre- without the disposition to ‘do’ (Kerka,
tasi siswa dalam belajar dan memberikan 1997). Perluasan dan pendalaman pemaham-
alternative-alternatif melalui aplikasi, bukti- an pengetahuan tersebut dapat diamati
bukti dan argument-argumen. dengan mengukur peningkatan kecakapan
Dari berbagai karakteristiknya, Pem- akademiknya.
belajaran Berbasis Proyek didukung teori- Prinsip-prinsip Pembelajaran Berbasis
teori belajar konstruktivistik. Dalam konteks Proyek juga dilandasi oleh teori belajar
pembaharuan di bidang teknologi pembela- konstruktif. Menurut Simons (1996) belajar
jaran, Pembelajaran Berbasis Proyek dapat konstruktif harus dilakukan dengan menum-
dipandang sebagai pendekatan penciptaan buhkan upaya siswa membangun represen-
lingkungan belajar yang dapat mendorong tasi memori yang kompleks dan kaya, yang
pebelajar mengkonstruk pengetahuan dan menunjukkan tingkat terhubungan yang kuat
keterampilan melalui pengalaman langsung. antara pengetahuan semantic, episodic, dan
Proyek dalam Pembelajaran Berbasis Proyek tindakan. Sebagaimana dinyatakan Simons
dibangun berdasarkan ide-ide pebelajar se- (1996), representasi memori terbagi menjadi
bagai bentuk alternatif pemecahan masalah tiga jenis: representasi semantic, episodic
riil tertentu dan pebelajar mengalami proses dan tindakan. Representasi semantic meng-
belajar pemecahan masalah itu secara acu pada konsep dan prinsip dengan
langsung. karakteristik yang menyertainya, represen-
Menurut banyak literatur, konstrukti- tasi episodic didasarkan pada pengalaman
visme adalah teori belajar yang bersandar personal dan afektif dan representasi
pada ide bahwa pebelajar mengkonstruk tindakan mengacu pada hal-hal yang dapat
pengetahuan mereka sendiri di dalam dilakukan dengan menggunakan informasi
konteks pengalaman mereka sendiri (Brook semantic dan episodic, misalnya penyelesai-
& Brook, 1993,1999; Driver & Leach, an jenis masalah tertentu dengan mengguna-
1993). Pembelajaran konstruktivistik berfo- kan pengetahuan tertentu. Idealnya, hubung-
kus pada kegiatan aktif pebelajar dalam an antar tiga jenis representasi pengetahuan
memperoleh pengalaman langsung tersebut kuat. Oleh karena itu, prinsip be-
(“doing”), ketimbang pasif “menerima” pe- lajar konstruktif adalah menekankan usaha
ngetahuan. Dari perspektif konstruktivis, keras untuk menghasilkan keter-hubungan
belajar bukanlah murni fenomena stimulus- tiga jenis representasi pengetahuan tersebut.
respon sebagaimana dikonsepsikan para Prinsip belajar konstruktif tersebut juga
behavioris, akan tetapi belajar adalah proses mendasari Pembelajaran Berbasis Proyek.
yang memerlukan pengaturan diri sendiri Bagian-bagian dari prinsip belajar konstruk-
(self-regulation) dan pembangunan struktur tif seperti belajar yang berorientasi pada
konseptual melalui refleksi dan abstraksi diskoveri, kontekstual, berorientasi masalah
(von Glaserfeld, dalam Murphy, 1997). dan motivasi social juga menjadi bagian-
Kegiatan nyata yang dilakukan dalam bagian prinsip Pembelajaran Berbasis
proyek memberikan pengalaman belajar Proyek. Strategi belajar kolaboratif yang
yang dapat membantu refleksi dan mende- diposisikan amat penting dalam Pembelajar-
katkan hubungan aktivitas dunia nyata an Berbasis Proyek juga menjadi tekanan
dengan pengetahuan konseptual yang mela- teoritik belajar konstruktif. Learning
tarinya yang diharapkan akan dapat ber- together with other learners can be a very
kembang lebih luas dan lebih mendalam powerful form of learning, in which learners

SEMNAS MIPA 2010 MAT - 47


help each other’s construction processes Jonassen (1991) dan Brown, Collins
(Simons, 1996:294). dan Duguid (1998) juga berpendapat bahwa
Strategi belajar kolaboratif tersebut belajar terjadi secara lebih efektif di dalam
juga dilandasi oleh teori Vygotsky tentang konteks dan bahwa konteks menjadi bagian
Zone of Proximal Development (ZPD). penting dari basis pengetahuan yang berhu-
Vygotsky merekomendasikan adanya level bungan dengan proses belajar tersebut.
atau zona, dimana siswa dapat lebih berhasil Implikasinya di dalam pembelajaran adalah
tetapi dengan bantuan partner yang lebih penciptaan lingkungan belajar riil, otentik
bisa atau berpengalaman. Vygotsky men- dan relevan sebagai konteks belajar tertentu.
definisikan ZPD sebagai “jarak antara Guru dan model pembelajaran yang dicip-
tingkat perkembangan aktual seperti ditun- takannya berfokus pada pendekatan realistic
jukkan oleh kemampuan memecahkan yang memudahkan siswa belajar memecah-
masalah secara mandiri dengan tingkat kan masalah dunia nyata (Jonassen, 1991).
perkembangan potensial seperti ditunjukkan Lingkungan belajar konstruktivistik yang
oleh kemampuan pemecahan masalah di dimaksud adalah: “a place where learners
bawah bimbingan orang dewasa atau may work together and support each other
kolaborasi dengan teman sebaya yang lebih as they use a variety of tools and informa-
mampu (the distance between the actual tion recources in their pursuit of learning
development level as determined by goals and problem-solving activities
independent problem-solving and the level (Wilson, 1995:27). Pembelajaran Berbasis
of potential development as determined Proyek juga merupakan pendekatan men-
through problem-solving under adult ciptakan lingkungan belajar yang realistic
guidance or in collaboration with more dan berfokus pada belajar memecahkan
capable peers) (Gipps, 1994:24-25). Partner masalah-masalah yang terjadi di dunia
ini tidak mendekte apa yang harus dilakukan nyata.
sejawat yang belajar padanya, akan tetapi Pembelajaran Berbasis Proyek juga
mereka terlibat di dalam tindakan kolabora- didukung oleh teori belajar eksperiensial.
tif, demonstratif, modeling dan sejenisnya. Seperti dikatakan William James bahwa
Prinsip kontekstualisasi yang menjadi belajar yang paling baik adalah melalui
karakteristik penting dalam Pembelajaran aktivitas diri sendiri, pengalaman sensoris
Berbasis Proyek, diturunkan dari ide dasar adalah dasar untuk belajar dan belajar yang
teori belajar konstruktivistik. Para konstruk- efektif adalah holistic dan interdisipliner
tivis mengatakan bahwa belajar adalah (dalam Moore, 1999). Prinsip-prinsip ini
proses aktif membangun realitas dari pe- juga diterapkan dalam Pembelajaran
ngalaman belajar. Bagaimana pun, belajar Berbasis Proyek. Pebelajar mengendalikan
tidak dapat terlepas dari apa yang sudah belajarnya sendiri, mulai dari pengidenti-
diketahui pebelajar dan konteks dimana hal fikasian masalah yang akan dijadikan proyek
itu dipelajari. Pada konstruktivis itu tidak sampai dengan mengevaluasi hasil proyek.
menyangkal eksistensi (objektivitas) dunia Guru/dosen berperan sebagai pembimbing,
nyata, akan tetapi dikatakannya bahwa fasilitator dan partner belajar. Tema proyek
makna apa yang kita bangun dari dunia yang dipilih juga bersifat interdisipliner,
nyata adalah indiosyncratic. Tidak ada dua karena mengandung unsur berbagai disiplin
orang yang membangun makna yang sama, yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
karena kombinasi pengalaman dan pengeta- masalah dalam proyek yang dikerjakan itu.
huan sebelumnya akan menghasilkan inter- Apa yang dilakukan pebelajar dalam proses
pretasi yang berbeda. Atas dasar keyakinan pembelajaran adalah pengalaman-pengalam-
tersebut direkomendasikan bahwa pembela- an sensoris sebagai basis belajar. Ditegaskan
jaran perlu diletakkan dalam konteks yang oleh John Dewey bahwa pengalaman adalah
kaya yang merefleksikan dunia nyata dan elemen kunci dalam proses pembelajaran
berhubungan erat dengan konteks dimana (Moore, 1999; Knoll, 2002). Dewey meman-
pengetahuan akan digunakan. Singkatnya, dang belajar sebagai “process of making
pembelajaran perlu otentik. Seperti telah determinate the indeterminate experience”.
diuraikan di bagian depan, Pembelajaran Makna dari berbagai pengalaman adalah
Berbasis Proyek adalah salah satu model sebuah hubungan yang saling tergantung
pembelajaran tang berlatar dunia otentik. antara apa yang dibawa oleh pebelajar dalam

SEMNAS MIPA 2010 MAT - 48


situasi belajar dan apa yang terjadi di dalam kontinu, (f) pebelajar secara teratur melihat
situasi itu. Berdasarkan pengetahuan yang kembali apa yang mereka kerjakan, (g) hasil
diturunkan dari pengalaman sebelumnya, akhir berupa produk dan dievaluasi
pada pengalaman baru orang membangun kualitasnya, dan (i) kelas memiliki
pengetahuan baru (Billet, 1996). Kerja atmosferyang memberi toleransi kesalahan
proyek dapat dipandang sebagai proses be- dan perubahan.
lajar memantapkan pengalaman yang belum Secara operasional prosedur
mantap, memperluas pengetahuan yang penelitian yang diterapkan dalam penelitian
belum luas dan memperhalus pengetahuan ini diuraikan sebagai berikut:
yang belum halus sebagaimana juga dikata-
kan oleh Marzano (1992) bahwa belajar me- Siklus pertama
lalui pengalaman nyata (misalnya, inves- Kegiatan yang dilakukan pada siklus
tigasi dan pemecahan masalah-masalah pertama meliputi:
nyata) dapat memperluas dan memperhalus a) Merumuskan masalah
pengetahuan. Pada tahap ini peneliti merumuskan
Berdasarkan teori-teori belajar kons- tindakan berdasarkan tujuan penelitian.
truktivistik yang dirujuk diatas maka Masalah-masalah tersebut berkaitan dengan
Pembelajaran Berbasis Proyek dapat disim- materi PMBK hasil akhir kegiatan berupa
pulkan memiliki kelebihan-kelebihan seba- produk dan dievaluasi kualitasnya
gai lingkungan belajar: (1) otentik-konteks-
tual (goal-directed activities) yang akan b) Merancang kegiatan (designing)
memperkuat hubungan antara aktivitas dan Beberapa perangkat yang disiapkan
pengetahuan konseptual yang melatarinya; dalam tahap ini adalah: bahan ajar, satuan
(2) mengedepankan otonomi pebelajar (self- acara pembelajaran (SAP), rencana pembe-
regulation) dan guru/dosen sebagai pembim- lajaran (RP), skenario pembelajaran, tugas-
bing dan partner belajar yang akan mengem- tugas kelom-pok, kuis dan lembar observasi.
bangkan kemampuan berpikir produktif; (3)
belajar kolaboratif yang memberi peluang c) Mengkalkulasi
pebelajar saling membelajarkan yang akan Peneliti membimbing mahasiswa
meningkatkan pemahaman konseptual mau- untuk membuat kerangka kerja dalam me-
pun kecakapan teknikal; (4) holistik dan nyelesaikan kegiatan yang akan dilakukan.
interdisipliner; (5) realistik berorientasi pada
belajar aktif memecahkan masalah riil yang d) Melaksanakan pekerjaan
memberi kontribusi pada pengembangan 1. Mahasiswa diberi penjelasan tentang
kecakapan peme-cahan masalah; dan (6) pembelajaran berbasis proyek dan
memberikan reinforcement intrinsic (umpan komponen-komponennya
balik internal) yang dapat menajamkan 2. Mahasiswa dibagi kedalam kelompok-
kecakapan berpikir produktif. kelompok berdasarkan pertimbangan
kemam-puan akademik dan jenis
C. Rancangan Penelitian kelamin
Dalam project based learning pebe- 3. Peneliti memberikan penjelasan tentang
lajar lebih didorong pada kegiatan desain: tujuan pembelajaran dan garis besar
merumuskan job, merancang (designing), materi yang akan dipelajari
mengkalkulasi, melaksanakan pekerjaan, 4. Mahasiswa ditugaskan untuk bergabung
dan mengevaluasi hasil. Seperti didefinisi- ke dalam kelompoknya masing-masing.
kan oleh Buck Institute fo Education (1999), 5. Peneliti memulai dengan memberikan
bahwa belajar berbasis proyek memiliki masalah yang berhubungan dengan
karakteristik: (a) pelajar membuat keputus- konsep yang telah dimiliki dan sebagai
an, dan membuat kerangka kerja, (b) ter- pengantar masuk pada konsep yang
dapat masalah yang pemecahannya tidak akan dipelajari
ditentukan sebelumnya, (c) pebelajar meran- 6. Menugaskan siswa melakukan kegiatan
cang proses untuk mencapai hasil, (d) eksplorasi
pebelajar bertanggungjawab untuk menda- 7. Peneliti melakukan observasi dan mem-
patkan dan mengelola informasi yang di- bimbing kegiatan kelompok
kumpulkan, (e) melakukan evaluasi secara

SEMNAS MIPA 2010 MAT - 49


8. Setelah kegiatan kelompok selesai, di- 8. Validasi media pembelajaran atau modul
lanjutkan dengan diskusi kelas yang praktikum oleh pakar matematika (pen-
dipandu oleh peneliti untuk membahas didikan matematika) dan pakar media.
hal-hal yang tidak/belum terselesaikan Berdasarkan hasil validasi dilakukan
dalam kegiatan kelompok revisi media pembelajaran atau modul
9. Menugaskan mahasiswa untuk mengkaji praktikum.
masalah yang berhubungan dengan 9. Uji coba media pembelajaran atau modul
terapan yang dipelajari.. praktikum oleh guru. Berdasarkan hasil
10. Melakukan evaluasi dan memberikan validasi dilakukan revisi media pembela-
yang dibuat mahasiswa jaran atau modul praktikum.

e) Mengevaluasi hasil E. Hasil Pengamatan


1. Analisis hasil observasi mengenai: Kegiatan pembelajaran yang dilaksa-
 keaktifan siswa melakukan eksplorasi, nakan dengan model pembelajaran berbasis
partisipasi dalam kelompok, dan mene- proyek membuat kelas menjadi aktif.
rapkan konsep Peneliti mengamati bahwa bila mahasiswa
 hasil kegiatan kelompok dicoba menulis perintah instruksi komputer
 hasil kuis dan kaitannya dengan hasil tertentu yang belum diketahui, maka mereka
kegiatan kelompok akan mencoba secara aktif dengan men-
 kualitas produk yang dibuat mahasiswa diskusikan dalam kelompoknya.
 hasil-hasil yang diperoleh dan Keaktifan mahasiswa dalam diskusi
permasalahan yang muncul pada pada awalnya memang sedikit tetapi ber-
pelaksanaan tindakan dipakai sebagai tambah setelah pertemuan kedua dan ketiga.
dasar untuk melakukan perencanaan ulang Dalam kelompok yang terdiri dari 4 orang
pada siklus berikutnya mahasiswa, minimal 2 orang telah aktif dan
2. Analisis beberapa kekurangan/ kelemahan paling banyak 2 orang yang belum aktif.
a-d. Belum aktif yang dimaksud adalah ketika
diskusi kelompok siswa tersebut hanya
D. Pelaksanaan Tindakan mencatat hasil diskusi tetapi belum me-
Kegiatan penelitian ini dapat dijelas- nyampaikan pertanyaan, idea atau pen-
kan langkah-langkahnya sebagai berikut: dapatnya kepada kelompok berkenaan
2. Dilakukan pre test untuk mengetahui dengan materi yang dibahas.
tingkat kemampuan mahasiswa terhadap Pada saat proses kegiatan belajar me-
penguasaan software komputer umum- ngajar sedang berlangsung peneliti melaku-
nya dan software pembelajaran matema- kan pengamatan sebagai berikut:
tika berbantuan kompute khususnya a) Mengamati jumlah mahasiswa yang
3. Berdasarkan hasil pre test dilakukan bertanya
pembagian kelompok b) Mengamati jumlah kelompok yang dapat
4. Dosen memberikan penjelasan tentang menyelesaikan tugas tepat waktu
materi pembelajaran matematika ber- c) Mengamati mahasiswa ketika
bantuan komputer melakukan diskusi, serta mencatat
5. Mahasiswa survey ke sekolah, untuk keterlibatan masing-masing mahasiswa
mengetahui permasalahan yang dihadapi dalam kelompok
khususnya dalam mempelajari matema- d) Mengamati hasil kerja mahasiswa dalam
tika, sehingga bisa dijadikan pedoman membuat produk dengan benar
dalam penyusunan proposal e) Menghitung rata-rata nilai mahasiswa
6. Mahasiswa mengajukan proposal ke
masing-masing sekolah berdasarkan F. Refleksi
survey yang sudah dilaksanakan tentang Kegiatan pembelajaran pada siklus I,
masalah yang dapat diatasi dengan pem- pada pertemuan pertama, tampak rencana
belajaran matematika berbantuan kom- pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah
puter disiapkan sebagian besar terlaksana tetapi
7. Mahasiswa menyusun media pembela- mengalami hambatan pada bagaimana
jaran atau modul praktikum berdasarkan mengaktifkan mahasiswa. Tetapi pada per-
proposal yang diajukan temuan berikutnya, kegiatan pembelajaran

SEMNAS MIPA 2010 MAT - 50


telah sesuai dengan RPP. Hanya saja pertanyaan dan jawaban mahasiswa yang
pengelolaan waktu masih molor dari yang seringkali meluas walau masih pada
direncanakan karena mahasiswa belum kerangka materi tersebut. Peneliti kesulitan
dapat menyelesaikan kegiatan presentasi menghentikan pertanyaan mahasiswa karena
tepat waktu. menganggap bahwa pertanyaan tersebut
Dalam kegiatan diskusi dan presenta- penting dan berhubungan dengan materi.
si, belum semua anggota kelompok terlibat.
Hal ini terjadi karena sebagian mahasiswa I. Daftar Rujukan
masih belum terbiasa mengeluarkan pen-
dapat ketika diskusi dimana mereka malu
bertanya, dan sebab lain adalah adanya DEPDIKNAS, 2003, Kompetensi Dasar
dominasi anggota kelompok yang pintar. Bidang Studi Sains Untuk
Keadaan ini telah diatasi oleh peneliti ketika SLTP/MTS: Kurikulum 2004. Jakarta.
mengunjungi kelompok lain sehingga tidak
terjadi dominasi. DEPDIKNAS, 2003, Kurikulum Berbasis
Kompetensi: Ketentuan Umum, dan
G. Pembahasan Standar Kompetensi Mata Pelajaran.
Proses pembelajaran pada siklus I Jakarta: Depdiknas.
berjalan dengan sangat baik walau pada
Helgeson S. L., 1998, Microcomputer in
tahap awal mahasiswa masih belum terbiasa Science Classroom, ERIC Digest,
menggunakan model pembelajaran berbasis ED309050.
proyek. Dari pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan mahasiswa tidak hanya menerima Morse R. H., 1991, Computer Uses in
tetapi telah mengajukan secara kritis. Secondary Science Educations, ERIC
Keadaan ini sangat berbeda dengan penga- Digest, ED331489.
jaran materi yang sama melalui ceramah dan Ajeyalemi, D.A. 1993. Teacher Strategies
diskusi, dimana mahasiswa hanya mencoba Used by Exemplary STS Teachers.
praktikum berdasarkan materi yang disam- What Research Says to the Science
paikan oleh Dosen saja. Fase evaluasi pada Teaching, VII. Washington D.C.:
siklus belajar selama siklus I belum dapat National Science Teachers
berjalan dengan baik karena pengajar masih Association.
terjebak oleh berlarut-larutnya diskusi dan
presentasi yang dilaksanakan oleh masing- Barron, B.J., Schwartz, D.L., Vey, N.J.,
masing kelompok. Moore, A., Petrosino, A., Zech, L.,
Menurut pendapat mahasiswa, peng- Bransford, J.D., & The Cognition and
gunaan metode pembelajaran ini ditanggapi Technology Group at Vanderbilt.
sangat baik dimana mahasiswa yang menu- 1998. Doing with Understanding:
liskan kesankesan mereka tentang pem- Lessons form Research on Problem-
belajaran yang dilakukan menyatakan bahwa and Project- Based Learning. The
mereka menyenangi metode ini karena dapat Journal of the Learning Science, 7,
menerapkan materi yang diperoleh di 271-311.
sekolah-sekolah. Hambatan yang mereka Billet, S. 1996. Towards a Model of
rasakan adalah terbatasnya waktu sehingga WorkPlace Learning: The Learning
tidak ada kesempatan untuk melakukan uji Curriculum. Studies in Continuing
coba media atau modul produk mereka ke Education, 18(1), 43-58.
beberapa sekolah. Hal tersebut menunjukkan
bahwa terjadi perilaku positif pada Blumenfeld, P.C., E. Soloway, R.W. Marx,
mahasiswa terhadap pembelajaran dengan J.S. Krajcik, M. Guzdial, and A.
metode ini. Palincsar. 1991. Motivating Project-
Dari segi tim peneliti, hambatan- Based Learning: Sustaining the
hambatan yang dialami adalah sulitnya Doing. Supporting the Learning.
mengatur waktu sesuai dengan RPP. Educational Psychologist, 26(3&4),
Penggunaan diskusi dan presentasi 369-398.
kelompok menyebabkan waktu belajar
menjadi molor karena pertanyaan-

SEMNAS MIPA 2010 MAT - 51


Brook, J.G., & Brook, M.G. 1993. The Case Marzano, R.J. 1992. A Different Kind of
for Constructivist Classrooms. Classroom: Teaching with
Verginia: ASCD. Dimensions of Learning. Verginia:
Brook, J.G., & Brook, M.G. 1999. The ASCD.
Constructivist Classrooms. The
Mayer, R.E. 1992. Cognition and
Courage to Be Constructivist.
Instruction: Their Historic Meeting
Readyroom, 57(3) November 1999.
Within Educational Psychology.
http://www.ascd.org/readyroom/edlea
Journal of Educational Psychology,
d/9911/brooks.html
84(4), 405-412.

Brown, J.S., Collin, A., & Duguid, P. 1998.


Moore, D. 1999. Toward a Theory of Work-
Situated Cognition and the Culture of
Based Learning. IEE Brief, 23
Learning. Educational Reseacher,
(January) [Online].
18(1), 32-42.
Myers, R.J., & Botti, J.A. 2000. Exploring
CORD, 2001. Contextual Learning
the Environment: Problem-Based
Resource.
Learning in Action.
http://www.cord.org/lev2.cfm/65.
http://www.cet.edu/research/conferen
Driver, R., & Leach, J. 1993. A ce.html.
Constructivist View of Learning:
Richmond, G., & Striley, J. 1996. Making
Children’s Conceptions and the
Meaning in Classrooms: Social
Nature of Science. What Research
Processes in Small-Group Discourse
Says to the Science Teaching, VII.
and Scientific Knowledge Building.
Washington, D.C..: National Science
Journal of Research in Science
Teachers Association, 103-112.
Teaching, 33(8), 839-858.
Gipps, C. 1994. What We Know about
Waras Kamdi, 2001. Pembelajaran Berbasis
Effective Primary Teaching. Dalam
Proyek: Model Potensial untuk
Jill Bourne (Ed.), Thinking Through
Peningkatan Mutu Pembelajaran.
Primary Practice. London: The Open
Jurnal Gentengkali, 3(11-12).
University.
Wilson, B.G. 1995. Metaphors for
Hung, D.W., & Chen, D.T. 2000.
Instruction: Why We Talk About
Appropriating and Negotiating
Learning Environments. Educational
Knowledge. Educational Technology,
Technology, September-Oktober, 25-
40(3), 29-32.
30.
Hung, D.W., & Wong, A.F.L. 2000. Activity
Theory as a Framework fo Project
Work in Learning Environments.
Educational Technology, 40(2), 33-
37.
Jonassen, D.H. 1991. Objectivism versus
Constructivist: Do We Need a New
Philosophical Paradigm? Educational
Technology Research and
Development, 39(3), 5-14.
Knoll, M. 2002. The Project Method: Its
Vocational Education Origin and
International Development. Journal of
Industrial Teacher Education, 34(3).
Available on:
http://scholar.lib.vt.edu/ejournals/JIT
E/v34n3/Knoll.html.

SEMNAS MIPA 2010 MAT - 52


JALUR MENUJU BERPIKIR FORMAL DALAM
MATEMATIKA

Abdussakir
Jurusan Matematika UIN Maliki Malang

Abstrak: David Tall menyatakan bahwa terdapat tiga dunia berpikir matematika, yaitu
dunia perwujudan, simbolis, dan formal. Pembelajaran matematika di sekolah menengah
lebih menekankan pada dunia perwujudan dan simbolis, sedangkan di perguruan tinggi
lebih menekankan pada dunia berpikir formal. Perubahan pola pembelajaran ini
mengakibatkan terjadinya transisi berpikir pada mahasiswa matematika di tahun pertama
perguruan tinggi. Untuk sampai pada dunia berpikir formal, hasil penelitian Pinto (1998)
dan Weber (2003) menunjukkan terdapat tiga jalur yang dapat ditempuh mahasiswa, yaitu
jalur alami, formal, dan prosedural. Tulisan ini mencoba menganalisis adanya kemungkinan
jalur lain yang dapat ditempuh mahasiswa menuju berpikir formal.

Kata Kunci: dunia berpikir, perwujudan, simbolis, formal, jalur.

Pendahuluan konstruksi makna dari definisi yang


didasarkan pada objek dikenal menuju
Sebagian besar mahasiswa matematika konsep formal berdasarkan pada set-teoritik
di tahun pertama mengalami perubahan definisi (Tall, 2004:285, 2008a:5).
dalam proses berpikir sebagai akibat transisi Setiap “dunia” mempunyai urutan
dari matematika sekolah ke pembuktian pengembangan sendiri dan bentuk-bentuk
formal dalam matematika murni di bukti sendiri yang dapat dipadukan untuk
universitas. Matematika sekolah dapat menghasilkan berbagai macam cara berpikir
dipandang sebagai kombinasi dari secara matematis (Tall, 2008a:5, Tall dan
representasi visual, termasuk geometri dan Mejia-Ramos, 2006:5). Dalam dunia
grafik, bersama-sama dengan perhitungan perwujudan, mahasiswa mulai dengan
dan manipulasi simbolis. Matematika murni percobaan fisik untuk menemukan
di universitas bergeser menuju kerangka kecocokan antar benda, deskripsi verbal
formal sistem aksiomatik dan bukti menjadi definisi dan digunakan untuk
matematik. mendukung konstruksi visual terhadap bukti
Transisi dalam berpikir dapat verbal dan membangun teori dari definisi
dirumuskan dalam kerangka tiga dunia dan bukti. Dalam dunia simbolik, argumen
matematika, yaitu dimulai dari perhitungan numerik yang
(1) dunia perwujudan-konseptual, spesifik dan berkembang menjadi bukti
berdasarkan persepsi dan refleksi pada sifat- manipulasi simbolik. Dalam dunia formal,
sifat objek, pada awalnya terlihat dan bentuk bukti yang diinginkan adalah deduksi
dirasakan dalam dunia nyata tapi kemudian formal, seperti teorema nilai tengah
dibayangkan dalam pikiran, dibuktikan dengan aksioma kelengkapan
(2) dunia simbolis-proceptual, yang tumbuh (Tall dan Mejia-Ramos, 2006:5).
keluar dari dunia perwujudan melalui Beberapa penelitian mengenai transisi
tindakan (seperti menghitung) dan menuju berpikir formal sudah dilakukan.
disimbolkan sebagai konsep masuk akal Hasil penelitian Hong dkk (2009)
(seperti angka) yang berfungsi sebagai menunjukkan bahwa guru matematika lebih
proses untuk berbuat dan konsep untuk cenderung pada dunia simbolis sedangkan
berpikir (prosep), dan dosen lebih cenderung pada dunia formal.
(3) dunia formal-aksiomatik, dari kerangka Guru lebih cenderung pada gaya prosedural
teoritik definisi konsep dan bukti sedangkan dosen lebih cenderung pada gaya
matematika, yang membalik urutan formal.

SEMNAS MIPA 2010 MAT - 53


Penelitian oleh Stewart & Ramos (h) At many other transitions,
(2007, 2008) pada matakuliah aljabar linear such as teaching the function
menemukan berbagai cara mahasiswa concept in stages (linear,
menjelaskan konsep bebas linear, nilai quadratic, trigonometric,
eigen, dan vektor eigen. Mahasiswa logarithm, exponential, etc)
menggunakan representasi perwujudan dan
builds limitations at each stage
simbolis untuk menjelaskan konsep tersebut.
that stunt long-term growth.
Namun, demikian dalam penelitian ini tidak
dijelaskan alasan mengapa mahasiswa
Research in many of these
menggunakan representasi perwujudan dan areas still needs to be done, so I
simbolis. Lebih lanjut dalam disertasinya, invite you to do research into the
Sepideh Stewart (2008:247) menyarankan effects of met-befores in transitions
agar dilakukan penelitian mendalam in the mathematical curriculum.”
mengenai bagaimana proses berpikir Pernyataan David Tall ini menjelaskan
mahasiswa sehingga dapat mencapai bahwa penelitian tentang dampak met-before
berpikir formal. dalam transisi berpikir juga sangat perlu
Penelitian Pinto (1998) menemukan dilakukan.
dua jalur yang ditempuh mahasiswa dalam Berdasarkan uraian di atas, maka
matakuliah analisis real, yaitu jalur alami beberapa pertanyaan yang dapat
dan jalur formal, untuk menuju berpikir dimunculkan adalah adakah kemungkinan
formal. Jalur alami dibangun berdasarkan jalur lain selain jalur natural, formal, dan
dunia perwujudan, simbolis atau gabungan procedural serta bagaimana peran met-
keduanya dan membentuk jaringan dengan before pada saat seseorang menempuh suatu
bayangan mental selama proses jalur tertentu.
menerjemahkan bayangan mental menjadi
bukti tertulis. Jalur formal menfokuskan Set-Before dan Met-Before
pada teorema-teorema dan langkah logika David Tall (2008a) menggunakan
yang diperlukan untuk mencapai kesimpulan istilah set-before untuk merujuk kepada
yang diinginkan. Berdasarkan penelitian struktur mental manusia yang dibawa sejak
Pinto, Weber (2004) menambahkan satu lahir, yang mungkin memerlukan sedikit
jalur, yaitu jalur procedural, ketika waktu untuk matang saat otak manusia
melaksanakan penelitian pada matakuliah membuat koneksi pada awal kehidupan.
analisis real. Jalur prosedural menfokuskan Sebagai contoh, struktur visual otak
langkah pembuktian sebagai hasil memiliki sistem built-in untuk
menghapal. mengidentifikasi warna dan corak, untuk
Davil Tall (2008b:14-15) Menyatakan melihat perubahan dalam corak,
“These transitions occur mengidentifikasi sisi, mengkoordinasikan
throughout the curriculum. Those sisi untuk melihat benda-benda dan melacak
that involve unhelpful met-befores gerakan mereka. Jadi anak lahir dengan
sistem biologis untuk mengenali jumlah
include:
benda-benda (satu, dua, atau mungkin tiga)
(a)From counting to the whole
yang memberikan set-before untuk konsep
number concept “duaan” sebelum anak belajar menghitung.
(b) From whole numbers to Lebih lanjut, Tall (2008a) menyatakan
fractions ada tiga set-before mendasar yang
(c)From whole numbers to signed menyebabkan manusia berpikir secara
numbers matematis dengan cara tertentu. Ketiganya
(d) From arithmetic to algebra adalah:
(e)From powers to fractional and 1. pengenalan pola, persamaan dan
negative powers perbedaan;
(f) From finite arithmetic to the limit 2. pengulangan rangkaian tindakan
concept sampai menjadi otomatis.
(g) From description to deductive
definition

SEMNAS MIPA 2010 MAT - 54


3. bahasa untuk menggambarkan dan disimbolkan sebagai konsep yang dapat
memperbaiki cara kita berpikir dipikirkan mengarah pada aritmetika dan
tentang sesuatu; aljabar. Masing-masing proses konstruksi ini
Meskipun pengenalan dan pengulangan berkembang lebih lanjut melalui
untuk berlatih kebiasaan-kebiasaan juga penggunaan bahasa untuk menggambarkan,
ditemukan pada spesies lain, kekuatan mendefinisikan dan menyimpulkan
bahasa, dan penggunaan simbol-simbol yang hubungan, sampai pada tingkat tertinggi,
terkait, memungkinkan manusia untuk fokus bahasa digunakan sebagai dasar untuk
pada ide-ide penting, untuk menamai matematika formal.
mereka dan berbicara tentang mereka untuk Davidd Tall (2008a) selanjutnya
memperbaiki makna. Pengenalan pola menggambarkan cara berpikir ini ke dalam
adalah fasilitas penting untuk matematika, tiga dunia matematika yang berkembang
termasuk pola dalam bentuk dan bilangan. dalam pengalaman duniawi dengan cara
Pengulangan yang menjadi otomatis yang cukup berbeda. Tiga dunia matematika
sangat penting untuk belajar prosedur. ini sebagai berikut.
Namun, ada tingkat yang lebih tinggi yang 1. Dunia perwujudan-konseptual,
tidak hanya melibatkan kemampuan untuk berdasarkan persepsi dan refleksi
melakukan prosedur, tetapi juga untuk pada sifat-sifat objek, pada awalnya
berpikir tentang hal ini sebagai suatu entitas. terlihat dan dirasakan dalam dunia
Dalam hal ini, simbol-simbol beroperasi nyata tapi kemudian dibayangkan
secara dual, yakni sebagai proses dan konsep dalam pikiran;
(prosep) yang memungkinkan manusia 2. Dunia simbolis-proceptual yang
untuk berpikir fleksibel (Gray & Tall, 1994).
tumbuh keluar dari dunia
Perkembangan pribadi didasarkan pada
perwujudan melalui tindakan
pengalaman yang telah ditemui sebelumnya.
Pengalaman sebelumnya membentuk (seperti menghitung) dan
koneksi di otak yang mempengaruhi disimbolkan sebagai konsep masuk
bagaimana memahami situasi baru. David akal (seperti angka) yang berfungsi
Tall (2008a) mendefinisikan met-before sebagai proses untuk berbuat dan
sebagai fasilitas mental sekarang konsep untuk berpikir (prosep);
berdasarkan pengalaman spesifik individu 3. Dunia formal-aksiomatik
sebelumnya. Suatu met-before ini kadang- (berdasarkan definisi formal dan
kadang konsisten dengan situasi baru dan bukti), yang membalik urutan
kadang-kadang tidak konsisten. Kebanyakan konstruksi makna dari definisi yang
kurikulum hanya berfokus pada perluasan
didasarkan pada objek dikenal
pengalaman berdasarkan pada met-before
menuju konsep formal berdasarkan
positif, dan gagal untuk menjelaskan met-
before yang menyebabkan banyak peserta pada set-teoritik definisi.
didik mengalami kesulitan mendalam. Perwujudan konseptual tidak hanya
mengacu pada klaim yang lebih luas dari
Tiga Dunia Matematika Lakoff (1987) bahwa semua pemikiran
Perkembangan individu dibangun atas adalah perwujudan, tapi lebih khusus untuk
tiga set-before mendasar yaitu pengakuan, representasi perseptual sesuatu. Secara
pengulangan dan bahasa untuk konseptual, kita dapat mewujudkan figur
mengkonstruksi tiga urutan perkembangan geometris, seperti segitiga yang terdiri dari
yang saling terkait dan saling terpadu untuk tiga segmen garis lurus; kita membayangkan
membangun pemikiran matematis secara segitiga seperti itu dan menjadikan suatu
penuh (Tall, 2004, 2006). Ini bukan untuk segitiga khusus yang bertindak sebagai
mengatakan bahwa ada korespondensi satu- prototipe untuk mewakili seluruh kelas
satu antara set-before dan urutan segitiga. Kita "melihat" gambaran suatu
perkembangan. Pengakuan dan kategorisasi grafik tertentu yang mewakili suatu fungsi
gambar serta bentuk mendukung pemikiran spesifik atau generik.
dalam geometri dan grafik, sedangkan Proceptual simbolis mengacu pada
pengulangan serangkaian tindakan yang penggunaan simbol-simbol yang muncul

SEMNAS MIPA 2010 MAT - 55


dari skema aksi, seperti menghitung, yang merumuskan definisi formal dan untuk
menjadi konsep-konsep, seperti bilangan membuktikan teorema dengan menggunakan
(Gray & Tall, 1994). Suatu simbol seperti 3 bukti matematis. Bukti formal yang tertulis
+ 2 atau b2- 4ac mewakili proses yang adalah tahap akhir berpikir matematika. Hal
harus dilakukan sekaligus konsep yang ini didasarkan pada pengalaman teorema apa
dihasilkan oleh proses tersebut. yang layak untuk membuktikan dan
Aksiomatik formal mengacu pada bagaimana mungkin pembuktian dilakukan,
formal Hilbert yang membawa kita sering kali berkembang secara implicit
melampaui operasi formal Piaget. Perbedaan dalam perwujudan dan pengalaman
utama dari perwujudan dan simbolis simbolik.
matematika dasar matematika adalah bahwa Teori-teori formal yang didasarkan
dalam matematika dasar, definisi muncul pada aksioma sering mengarah pada struktur
dari pengalaman dengan benda-benda yang teorema, yang mengungkapkan bahwa
sifatnya dijabarkan dan kemudian digunakan sistem aksiomatik (seperti ruang vektor)
sebagai definisi. Dalam matematika formal, mempunyai perwujudan yang lebih rumit
seperti ditulis dalam publikasi matematika, dan simbolis yang terkait -misalnya ruang
presentasi resmi mulai dari set-teori definisi vector berdimensi hingga adalah system
dan menyimpulkan properti lainnya koordinat dimensi-n. Dengan cara ini,
menggunakan bukti formal. kerangka teoretis menjadi lingkaran penuh,
Ketiga dunia tersebut dapat saling berkembang dari perwujudan dan simbolis
berinterkasi dan bekerja secara bersama. ke formal, kembali lagi ke bentuk yang lebih
Meletakkan dua nama secara bersama, canggih dari perwujudan dan simbolis yang,
seperti perwujudan-konseptual aksiomatik- pada gilirannya, memberikan cara-cara baru
formal adalah jelas tidak tepat sehingga pada matematika yang lebih rumit.
diperlukan kompresi. Untuk tujuan ini, Beberapa penelitian mengenai teori
mengacu pada tiga dunia matematika, David David Tall mengenai tiga dunia matematika
Tall (2008a) hanya menyebut sebagai telah dilakukan. Hasil penelitian Hong dkk
perwujudan, simbolis dan formal. Istilah ini (2009) menunjukkan bahwa guru
tetap menggunakan makna untuk istilah matematika lebih cenderung pada dunia
yang telah ditetapkan. Dengan kompresi ini, simbolis sedangkan dosen lebih cenderung
maka memungkinkan untuk menggabungkan pada dunia formal. Hal ini jelas akan
mereka dan memberikan nama seperti memberikan pengaruh pada perubahan cara
perwujudan formalis ketika berpikir formal berpikir siswa ketika masuk ke perguruan
didukung oleh perwujudan. tinggi. Penelitian Kristina Juter (2006)
Matematika sekolah berkembang dari mengenai perkembangan konsep mahasiswa
perwujudan konsepsi tindakan fisik: bermain untuk topik limit fungsi menunjukkan bahwa
dengan bentuk, menempatkan mereka dalam semua mahasiswa belum mencapai berpikir
koleksi, menunjuk dan menghitung, formal. Penelitian oleh Stewart & Ramos
membagi, dan mengukur. Setelah operasi ini (2007, 2008) pada matakuliah aljabar linear
dilakukan dan menjadi rutinitas, mereka menemukan bahwa mahasiswa hanya
dapat disimbolkan sebagai bilangan dan sampai pada dunia perwujudan dan simbolis
digunakan secara dual sebagai operasi atau untuk menjelaskan konsep bebas linear, nilai
sebagai entitas mental. Saat fokus perhatian eigen, dan vektor eigen. Lebih lanjut dalam
beralih dari perwujudan ke manipulasi disertasinya, Sepideh Stewart (2008:247)
simbol, berpikir matematika berubah dari menyarankan agar dilakukan penelitian
perwujudan ke dunia simbolik (proseptual). mendalam mengenai bagaimana mahasiswa
Melalui matematika sekolah, perwujudan dapat mencapai berpikir formal.
memberikan arti khusus dalam berbagai
konteks, sementara simbolis dalam
aritmetika dan aljabar menawarkan dunia Dualitas Simbol: Proses dan Konsep
mental daya komputasi. Ausubel dkk (1968) membedakan
Kemudian transisi ke dunia aksiomatik antara belajar bermakna dan belajar hapalan.
formal didasarkan pada pengalaman Belajar yang menghasilkan skema
perwujudan dan simbolis ini untuk pengetahuan yang kaya akan saling

SEMNAS MIPA 2010 MAT - 56


keterkaitan antara entitas pengetahuan sebagai proses sekaligus sebagai konsep.
disebut belajar bermakna, dan belajar yang Berikut ini beberapa contoh yang lain.
menghasilkan entitas pengetahuan yang Simbol Proses Konsep
terisolasi dari skema pengetahuan yang ada 3+4 Penjumlahan Jumlah
disebut belajar hapalan. Hiebert dan -3 Kurangi 3, 3 Negatif 3
Lefevre (dalam Hiebert, 1986;6) langkah ke
membedakan antara pengetahuan procedural
kiri
dan konseptual. Pengetahuan mengenai fakta
dan prosedur oleh disebut pengetahuan
¾ Pembagian Pecahan
procedural, sedangkan pengetahuan 3 + 2x Evaluasi Expresi
mengenai fakta dan konsep yang saling v = s/t Rasio Kecepatan
terkait satu sama lain disebut pengetahuan sin A = Rasio Fungsi
konseptual. Skemp (1987:166) membedakan sisi trigonometri trigonometri
antara pemahaman instrumental, depan/sisi
pemahaman relasional, dan pemahaman miring
formal/logis. Kemampuan untuk melakukan y = f(x) Pemasangan Fungsi
rumus-rumus atau prosedur-prosedur tanpa dy/dx Diferensiasi Turunan
mengetahui mengapa rumus itu dapat
 f(x) dx Integrasi Integral
berfungsi disebut pemahaman instrumental.
Kemampuan untuk menghasilkan aturan
atau prosedur khusus dari saling keterkaitan
konsep matematika yang lebih umum Perkembangan umum dalam
disebut pemahaman relasional. Kemampuan matematika dimulai dengan mendapatkan
untuk menghubungkan simbol-simbol dan pengalaman dari suatu proses, pertama
notasi-notasi matematika (fakta) dengan sebagai prosedur yang spesifik, mungkin
konsep matematika dan kemampuan kemudian dengan lebih banyak fleksibilitas
mengkombinasikan fakta dan konsep ke dalam cara-cara alternatif yang lebih efektif
dalam jaringan penalaran logis disebut atau dibatasi, dan akhirnya dipahami sebagai
pemahaman formal atau pemahaman logis. satu kesatuan. Simbol yang pertama kali
Aspek prosedural matematika terfokus membangkitkan suatu proses menjadi dilihat
pada manipulasi rutin objek yang diwakili juga sebagai konsep yang dihasilkan.
baik oleh benda konkret, kata-kata lisan, Penggunaan simbol sebagai poros antara
simbol tertulis, atau gambaran mental. proses dan konsep disebut procep. Ini
Relatif mudah untuk melihat apakah memberikan kekuatan yang besar yang
prosedur tersebut dilakukan secara memadai, memungkinkan individu untuk melakukan
dan kinerja dalam tugas-tugas serupa sering matematika (sebagai proses) dan untuk
diambil sebagai ukuran pencapaian dalam berpikir tentang hal itu (sebagai suatu
keterampilan ini. Pengetahuan konseptual di konsep) (Tall, 1996:2-3).
sisi lain lebih sulit untuk dinilai. Ini adalah
pengetahuan yang kaya dalam hubungan Jalur Menuju Berpikir Formal
(Gray & Tall, 1994:2). Ketika berhadapan dengan ide-ide
Pembedaan antara belajar procedural matematika baru, individu bentindak dalam
dan belajar konseptual ini sebenarnya tidak berbagai cara. Dalam aritmetika, siswa yang
bersifat eksklusif. Prosedur-prosedur dapat berhasil sudah memiliki struktur fleksibel
memberikan kesempatan untuk bekerja yang saling mendukung penggunaan
dalam matematika dan saling keterkaitan simbolis baik sebagai proses untuk
konseptual dapat memberikan kesempatan mendapatkan hasil dan konsep untuk
untuk memikirkannya. Melalui belajar dipikirkan. Siswa yang tidak berhasil lebih
aritmetika, aljabar dan kalkulus, symbol menfokuskan pada ketepatan melakukan
dapat berperan penting untuk melakukan algoritma dan jarang sukses dengan masalah
suatu prosedur (misalnya penjumlahan) rutin. Saat perkembangan mereka terus
sekaligus sebagai hasil dari prosedur itu berlanjut dalam matematika, perbedaan
(yakni jumlahnya). Jadi, symbol berfungsi mulai berbeda bahkan lebih mencolok.
Dalam menghadapi ide-ide baru, beberapa

SEMNAS MIPA 2010 MAT - 57


siswa memiliki sedikit struktur kognitif berhasil dan beberapa gagal (Tall, 1997:11-
untuk dikembangkan dan cenderung untuk 12).
mundur lebih jauh pada belajar hafalan. Dikaitkan dengan transisi berpikir dari
Beberapa siswa yang memiliki kekayaan dunia perwujudan dan simbolis menuju
pertumbuhan struktur kognitif dunia formal, Maria Pinto (1998)
mengembangkan pendekatan pribadi yang mengemukakan dua jalur yang ditempuh
berbeda-beda. mahasiswa dalam matakuliah analisis real,
Salah satu metode kategorisasi yaitu jalur alami dan jalur formal. Jalur
pendekatan yang berbeda adalah dengan alami dibangun berdasarkan dunia
mengatakan "Apakah siswa membangun perwujudan, simbolis atau gabungan
struktur yang dimiliki untuk memahami keduanya dan membentuk jaringan dengan
matematika baru, atau apakah pelajar bayangan mental selama proses
mencoba untuk memahami matematika menerjemahkan bayangan mental menjadi
sebagai matematika itu sendiri?" Dengan bukti tertulis. Jalur formal menfokuskan
kata lain, apakah siswa mensintesis pada teorema-teorema dan langkah logika
pengalaman mereka untuk membangun ide- yang diperlukan untuk mencapai kesimpulan
ide matematika baru atau menganalisis ide- yang diinginkan. Penelitian Pinto ini
ide matematika baru untuk membangun dilakukan pada materi analisis real
sistem itu sendiri yang mungkin dapat khususnya topik limit barisan.
diintegrasikan dengan pengetahuan Berangkat dari hasil penelitian Pinto,
sebelumnya. Duffin & Simpson (1993) pertanyaan yang dapat diajukan untuk
menyebut yang pertama sebagai siswa diteliti lebih lanjut adalah mengapa
"alami" dan yang terakhir sebagai siswa mahasiswa memilih jalur alami atau jalur
"asing". David Tall (1997) menyebut yang formal. Pemilihan jalur oleh mahasiswa ini
pertama sebagai siswa “alami” dan yang dapat ditinjau dari met-before mahasiswa.
kedua sebagai siswa “formal”. Siswa alami Pinto tidak memberikan penjelasan
mencoba untuk memahami ide baru mengenai met-before mahasiswa terutama
menggunakan pengetahuan saat ini, jika dikaitkan dengan metode pembelajaran
sedangkan siswa formal memberikan yang dilakukan dosen untuk materi yang
kesempatan pada pengetahuan baru untuk diteliti.
mengembangkan arti tersendiri tanpa merasa Melengkapi penelitian Pinto, penelitian
perlu untuk menghubungkannya dengan Weber (2003 dan 2004) memberikan
pengetahuan lainnya (Tall, 1997:11-12). penjelasan yang lebih detil. Weber tidak
Apa yang terjadi pada siswa alami dan hanya ingin menjelaskan berbagai jalur yang
formal ketika mereka menghadapi definisi ditempuh mahasiswa, tetapi juga melihat
dan deduksi pada matematika lanjut? Siswa met-before mahasiswa berkaitan dengan
alami harus menggunakan pengetahuan yang gaya mengajar dosen pada matakuliah
dimilikinya dan berusaha menempatkan analisis real. Selian jalur alami dan formal,
definisi sesuai fungsinya. Ini memerlukan Weber menambahkan satu jalur baru, yaitu
sejumlah besar refleksi dan reorganisasi jalur procedural. Jalur prosedural
pengetahuan yang memuat banyak menfokuskan langkah pembuktian sebagai
kelemahan. Sesungguhnya "pelajar alami" hasil menghapal tanpa pembenaran secara
yang belum memahami peran definisi formal. Data penelitian Weber juga
sebagai formalisasi konsep baru dan menunjukkan bahwa mahasiswa dapat
mendeduksi sifat-sifatnya, benar-benar menggunakan berbagai jalur bergantung
"mengetahui" banyak sifat dan dibingungkan pada konteks materi yang mereka hadapi.
oleh seluruh masalah. Namun, yang lainnya Dari 6 mahasiswa yang diteliti, semua
bisa sukses dan ditandai dengan kemampuan menggunakan jalur alami untuk pertanyaan
memberikan arti definisi berdasarkan tentang topologi. Perkuliahan topologi ini
kekayaan pengalaman mereka. Di sisi lain, dilakukan dengan gaya semantik. Meskipun
siswa formal adalah mereka yang berusaha demikian, untuk pertanyaan tentang fungsi
untuk menggunakan definisi verbal sesuai dan limit, hanya satu siswa yang menjawab
fungsinya dan menggunakannya untuk secara alami. Respon yang lain, 4 formal dan
mengekstrak makna. Sekali lagi, ada yang 1 prosedural (untuk soal fungsi) serta 2

SEMNAS MIPA 2010 MAT - 58


formal dan 3 prosedural (untuk soal limit). mereka dalam koleksi, menunjuk dan
Perkuliahan materi fungsi dilakukan dengan menghitung, membagi, dan mengukur
gaya logiko-struktural dan materi limit sedangkan jalur (2) membangun bukti
barisan dengan gaya procedural. formal melalui manipulasi simbol. Dengan
David Tall (2008a) menggunakan demikian, penulis merasa masih diperlukan
istilah perwujudan untuk perwujudan- penghalusan dalam pengkategorian jalur
konseptual, simbolis untuk simbolis- natural.
proseptual, dan formal untuk formal- Pinto (1998:302-303) menyatakan
aksiomatik. Penggunaan istilah ini dilakukan bahwa
untuk menyederhanakan istilah ketika terjadi “From the analysis of data
penggabungan antara dua dunia, misalnya collected, and also on basis of
formal dan simbolis, sehingga dapat disebut our own experience learning
simbolis formal bukan simbolis-proseptual mathematics, it is more likely
formal-aksiomatik. Penyederhanaan ini that an individual builds
memberikan kemungkinan adanya mathematical knowledge
penggabungan dua dunia atau lebih yang
constantly combining the two
pada akhirnya dapat memberikan
kemungkinan adanya penggabungan dua
identified strategies of learning.
jalur atau lebih pada transisi berpikir It seems to be important to follow
mahasiswa. the development of students who
present such a variation to the
routes of learning which are
already identified. In addition,
there might be other strategies
used by the learners when
building their mathematical
knowledge, which are worth to
be known and understood.
Penelitian Hahkiöniemi (2006:74-75)
menemukan bahwa terdapat beberapa jalur
yang ditempuh mahasiwa dalam memahami
Gambar 1. Perkembangan Kognitif melalui Tiga
konsep turunan, yaitu jalur perwujudan, jalur
Dunia Matematika (David Tall, 2008a) simbolik, dan beberapa variasi gabungan
dari dua jalur tersebut. Nampak disini,
Berdasarkan Gambar 1, maka penulis bahwa Hahkiöniemi (2006) tidak
dapat merinci bahwa terdapat minimal 4 menyatakan jalur tersebut sebagai jalur
(empat) jalur menuju pembuktian formal, (1) natural menurut Pinto (1998), tetapi
jalur melalui dunia perwujudan menuju merincinya sebagai jalur tersendiri.
pembuktian formal, (2) jalur melalui dunia Observasi awal penulis menunjukkan
simbolik menuju pembuktian formal, (3) bahwa ada mahasiswa yang
jalur dari dunia perwujudan dan simbolik, menggunakan bentuk formal dan
dan akhirnya menuju pembuktian formal, perwujudan ketika diminta menjawab
dan (4) jalur dari dunia formal menuju pertanyaan tentang materi fungsi
pembuktian formal. Pinto (1998) menyebut komposisi. Hal ini semakin menguatkan
jalur (1), (2), dan (3) dengan jalur natural,
dugaan bahwa masih ada jalur lain selain
dan jalur (4) dengan jalur formal.
Kompresi jalur (1), (2), dan (3) menjadi
jalur alami, formal, dan procedural.
satu jalur masih perlu penghalusan. Jalur (1) Berdasarkan kajian teoritik dan gejala
dan jalur (2) tentunya akan melewati empirik yang ada, maka adanya jalur lain
aktivitas mental yang sangat berbeda. Jalur selain jalur natural, formal, dan
(1) membangun bukti formal melalui procedural sangat dimungkinkan dan
manipulasi atau tindakan fisik seperti perlu diteliti lebih lanjut.
bermain dengan bentuk, menempatkan

SEMNAS MIPA 2010 MAT - 59


Penutup Pinto, M. M. F. 1998. Students’
Understanding of Real Analysis.
Transisi berpikir dari matematika Unpublished PhD Thesis,
sekolah ke matematika formal di perguruan University of Warwick. UK.
tinggi masih menyisakan banyak pertanyaan Skemp, Richard R.. 1987. The
jika dikaitkan dengan jalur yang dilalui Psychology of Learning
mahasiswa dari dunia perwujudan dan Mathematics. New Jersey:
simbolis menuju dunia formal. Penelitian
Lawrence Earlbaum Associates.
lebih lanjut masih dapat dilakukan untuk
Stewart, S., & Thomas, M. O. J. 2007.
menjawab kemungkinan adanya jalur lain
selain jalur alami, formal, dan procedural.
Eigenvalues and
Selain itu, dalam menempuh suatu jalur, Eigenvectors:Formal, Symbolic
penelitian tentang proses berpikir mahasiswa and Embodied Thinking.
masih perlu dilakukan untuk melihat peran Dipresentasikan pada the 10th
met-before. Apakah met-before berperan Conference of the Special
positif atau justru berperan negatif. Interest Group of the
Mathematical Association of
America on Research in
Referensi Undergraduate Mathematics
Duffin, J. M. & Simpson. A. P. 1993. Education, San Diego,
Natural, Conflicting, and Alien. California, USA.
Journal of Mathematical Stewart, S., & Thomas, M. O. J. 2008.
Behavior, 12 4: 313–328. Linear Algebra Thinking:
Gray, E. & Tall, D. O. 1994. Duality, Embodied, Symbolic and Formal
Ambiguity and Flexibility: A Aspects of Linear Independence.
Proceptual View of Simple Dipresentasikan pada the 11th
Arithmetic. The Journal for Conference of the Special
Research in Mathematics Interest Group of the
Education, 26 (2):115–141. Mathematical Association of
Hiebert, James. 1986. Conceptual and America on Research in
Procedural Knowledge: The Undergraduate Mathematics
Case of Mathematics. New Education, San Diego,
Jersey: Lawrence Erlbaum California, USA.
Associates, Publisher. Stewart, S.. 2008. Understanding Linear
Hahkiöniemi, M. 2006. Tools for Algebra Concepts Through the
Studying the Derivative. Embodied, Symbolic and Formal
Unpublished PhD, Jyväskylä, Worlds of Mathematical
Finland. Thinking. Unpublished PhD.
Hong, YY., Kerr, S.. Klymchuk, S.. Thesis, Department of
McHardy, J.. Murphy, P.. Mathematics, The University of
Spencer, S.. Thomas, M.. & Auckland. New Zealand.
Watson, P.. 2009. Modelling the Tall, D.O. 1996. Advanced
Transition from Secondary to Mathematical Thinking & The
Tertiary Mathematics Education: Computer. Proceedings of the
Teacher and Lecturer 20th University Mathematics
Perspectives. Article from Group Teaching Conference, Shell
Research, Auckland University Centre, Nottingham, Halaman: 1-
of Technology, New Zealand. 8
Lakoff, G. 1987. Women, Fire and Tall, D.O. 1997. From School to
Dangerous Things. Chicago: University: the Transition from
Chicago University Press. Elementary to Advanced

SEMNAS MIPA 2010 MAT - 60


Mathematics Thinking. Education, Honolulu, HI. Vol 4
Dipresentasikan pada the Hal: 395 - 401
Australasian Bridging Weber, K. 2004. Traditional Instruction
Conference in Mathematics di in Advanced Mathematics
Auckland University, New Courses: A Case Study of One
Zealand, 13 Juli 1997. Professor’s Lectures and Proofs
Tall, D. O. 2004. Thinking through in an Introductory Real Analysis
Three Worlds of Mathematics. Course. Journal of Mathematical
Proceedings of the 28th Behavior 23 Halaman 115–133.
Conference of the International
Group for the Psychology of
Mathematics Education. Bergen,
Norway. Vol 4 Hal: 281-288.
Tall, D. O. 2006. A Theory of
Mathematical Growth through
Embodiment, Symbolism and
Proof. Annales de Didactique et
de Sciences Cognitives, Irem de
Strasbourg. 11, 195–215.
Tall, D.O. 2008a. The Transition to
Formal Thinking in Mathematics.
Mathematics Education Research
Journal, Vol. 20 No. 2 Hal: 5-24.
Tall, D.O.. 2008b. The Historical &
Individual Development of
Mathematical Thinking: Ideas
that are Set-Before and Met-
Before. Plenary Presented at
Colóquio de Histório e
Tecnologia no Ensino Da
Mathemática. UFRJ, Rio de
Janeiro, Brazil, May 5th.
Tall, D. O., & Mejia-Ramos, J. P. 2006.
The Long-Term Cognitive
Development of Different Types
of Reasoning and Proof.
Dipresentasikan pada the
Conference on Explanation and
Proof in Mathematics:
Philosophical and Educational
Perspectives di Universität
Duisburg-Essen, Essen,
Germany.
Weber, K. 2003. A procedural route
toward understanding the concept
of proof. Proceedings of the
Twenty-third Conference of the
International Group for the
Psychology of Mathematics

SEMNAS MIPA 2010 MAT - 61


SIFAT IDIOSINKRATIK
DALAM MENGORGANISASI PENGETAHUAN:
PENGARUH PANDANGAN AHLI PSIKOLOGI
KOGNITIF DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Edy Bambang Irawan
Jurusan Matematika FMIPA-UM

Abstracts
Some learning theory from the view of learning mathematics psychologists show that the
students possess of hierarchy of mathematical skills. Knowledge has the nature of hierarchy means
that there are parts of knowledge or skill as a prerequisites and necessary to study the matter further.
Mathematics hierarchy in learning theory based on two assumptions. First, the student could
obtaining mathematics concepts from learning mathematics. Second, its obtained concepts depend
on previous concepts. The consecuence of it are mathematics concepts considered as entity.
Furthermore, the concecuence of existence of hierarchy in mathematics learning theory is there
ability hierarchy which the student could placed in certain mathematics ability. Cognitive
psichologist refused the asumptions in which mathematics concepts considered as entity and nothing
unique mathematics ability hierarchy. The individual construction of concepts is personal and
idiosincratic. The opinion from its cognitive psichologist influence mathematics instruction.

Keywords: hierarchy of mathematics ability, idiosincratic, mathematics instruction

1. DUA ASUMSI DALAM mirip dengan teori perkembangan intelek


MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN Piaget. Dia mengenalkan enam tahap
MATEMATIKA perkembangan dalam belajar konsep
matematika, yaitu: freeplay, games,
Beberapa teori belajar dari para pakar
searching for communalities, representation,
psikologi belajar matematika seperti: Piaget,
symbolization dan formalization (Bell, 1978,
Guilford, Gagne, dan pakar-pakar lain,
h. 98 – 147).
memberikan kesan adanya hirarki
Dengan adanya tahap-tahap
kemampuan matematika bagi siswa.
perkembangan dari teori belajar yang
Pengetahuan yang bersifat hirarkis
dihasilkan oleh para pakar psikologi
mempunyai arti bahwa terdapat bagian
memberikan kesan adanya tahap-tahap
pengetahuan atau ketrampilan yang
kemampuan matematika yang dimiliki siswa
merupakan prasyarat yang diperlukan untuk
dalam belajar matematika. Kesan adanya
mempelajari bagian lebih lanjut. Adanya
tahap-tahap kemampuan matematika siswa
hirarki kemampuan matematika
dapat diberikan contoh berikut. Misalnya
menunjukkan adanya kemampuan
dikatakan bahwa kemampuan matematika
matematika yang berkembang dari
siswa pada tahap concrete operational lebih
kemampuan rendah menuju kemampuan
rendah dibandingkan dengan kemampuan
yang lebih tinggi.
siswa pada tahap formal oprational. Contoh
Piaget telah mengembangkan tahap
lain misalnya, kemampuan matematika
perkembangan intelek yang terdiri dari
siswa yang belajar pada tahap formalisasi
empat tahap perkembangan intelek, yaitu:
lebih tinggi dari pada kemampuan
sensory-motor, preoperational, concrete
matematika siswa yang belajar pada tahap
operational dan formal operational.
representasi. Adanya tahap-tahap
Guilford mengenalkan 6 produk belajar
kemampuan matematika yang berkembang
dalam mengorganisasi informasi meliputi:
dalam proses belajar matematika, dapat
units, classes, relations, systems,
dikatakan adanya suatu hirarki kemampuan
trasformations, dan implications. Gagne
matematika bagi siswa.
mengembangkan hirarki belajar pada
Apabila berpijak pada pandangan
problem solving dan pada belajar aturan.
Ernest (1991, h. 239) adanya hirarki dalam
Dienes mengembangkan teori belajar yang

SEMNAS MIPA 2010 MAT - 62


teori belajar matematika berpijak pada dua berisikan materi minimal yang perlu
asumsi. Pertama, dalam belajar matematika, dipelajari oleh semua siswa untuk
suatu konsep (atau: ketrampilan) matematika mencapai tujuan pembelajaran.
yang dipelajari siswa setelah mengikuti (iv). Materi pengayaan dimaksudkan sebagai
pengalaman belajar tertentu sifatnya tambahan materi untuk siswa agar lebih
diperoleh. Sebelum mengikuti pengalaman cepat dalam belajar matematika bila
belajar tertentu, siswa belum memperoleh dibandingkan dengan yang lain.
konsep yang akan diberikan. Setelah
mengikuti pengalaman belajar dikatakan
Beberapa contoh di atas, tampak
siswa telah memperoleh konsep yang
bahwa dari contoh pertama dan kedua
dipelajari dan siswa sudah memiliki konsep
menunjukkan adanya asumsi bahwa suatu
tersebut. Kedua, konsep matematika yang
konsep merupakan suatu entitas, sedangkan
diperoleh dari hasil belajar tergantung pada
dari contoh ketiga dan keempat
konsep matematika yang diperoleh
menunjukkan adanya asumsi bahwa terdapat
sebelumnya. Kedua pendapat tersebut
suatu hirarki dalam kemampuan matematika.
didukung oleh Minsky (1986, dalam
Dari adanya kedua asumsi tersebut, para
Clement & Sarama, 2007, 264).
pakar psikologi memberikan suatu kritik.
Kedua asumsi di atas membawa
Kritik tersebut terkait dengan adanya
konsekuensi bahwa suatu konsep merupakan
anggapan sifat entitas dari suatu konsep dan
suatu entitas, mempunyai eksistensi real.
kritik yang terkait dengan adanya hirarki
Dalam pengertian ini, apabila seorang siswa
dalam kemampuan matematika.
dapat menyelesaikan masalah dengan
menggunakan konsep segitiga, dikatakan
bahwa siswa tersebut telah memiliki konsep
2. SIFAT IDIOSINKRATIK DALAM
segitiga dalam pikirannya. Eksistensi konsep
MENGORGANISASI PENGETAHUAN
segitiga telah dimiliki oleh siswa.
Konsekuensi lebih lanjut dari adanya hirarki 2.1. Pengorganisasian Konsep
dalam teori belajar matematika adalah Matematika
seorang siswa dapat dikatakan mempunyai Kritik terhadap sifat entitas suatu
kemampuan matematika tertentu dalam konsep dan adanya hirarki kemampuan
suatu hirarki kemampuan matematika. matematika memberikan pengaruh dalam
Dalam beberapa kurikulum pengorganisasian konsep matematika.
pendidikan matematika, sering dijumpai Ruthven (dalam Ernest, 1991, h. 244)
tulisan-tulisan yang secara tersirat menolak pandangan bahwa kemampuan
memandang bahwa suatu konsep merupakan matematika bersifat hirarkis. Penolakan
entitas. Disamping itu dalam kurikulum pandangan Ruthven tersebut berdasarkan
pendidikan matematika juga tersirat adanya argumentasi sosiologis dan psikologis.
suatu hirarki kemampuan matematika bagi Argumentasi sosiologis yang dikemukakan
siswa yang belajar matematika. Berikut adalah terdapat kaitan yang kuat antara latar
beberapa contoh tulisan dalam Kurikulum belakang sosial dan kemajuan pendidikan
Pendidikan Dasar. dari semua jenis. Argumentasi psikologis
(i). Salah satu hal yang perlu diperhatikan yang menjadi dasar penolakan adalah
sebelum melakukan kegiatan psokologis Soviet yang menolak pengertian
pembelajaran adalah pengetahuan kemampuan tertentu, dan menghubungkan
prasyarat harus dimiliki oleh siswa perkembangan psikologis dengan
sebelum mempelajari materi yang akan pengalaman yang terjadi secara sosial.
datang. Apabila berpijak pada pendapat
(ii). Tujuan pembelajaran matematika di Ruthven (dalam Ernest, 1991, h. 243)
SLTP adalah agar siswa memiliki kemampuan siswa yang seringkali
pengetahuan matematika sebagai bekal ditunjukkan dengan prestasi belajar, pada
untuk melanjutkan ke pendidikan hakekatnya merupakan mathematics ability
menengah. stereotyping. Dengan kata lain, kemampuan
(iii). Pada dasarnya silabus merupakan matematika yang ditunjukkan siswa sebagai
pedoman mengajar bagi guru yang hasil belajar merupakan suatu judment

SEMNAS MIPA 2010 MAT - 63


global dari kemampuan matematika siswa (ii). Suatu konsep dapat dimanifestasikan
yang merupakan suatu summary dari bentuk secara tidak langsung, karena struktur
stereotip. mental anak tidak dapat diamati secara
Vergnaud (dalam Ernest, 1991, h. langsung. Esensi dari manifestasi suatu
241) mengatakan bahwa hirarki kemampuan konsep merupakan suatu anggapan
matematika tidak mengikuti (presumtive).
pengorganisasian urutan menyeluruh seperti (iii). Suatu konsep yang terstruktur pada
pada teori tahap-tahap perkembangan, individu-individu tidak dapat dikatakan
namun merupakan urutan parsial. Situasi identik.
dan masalah yang dikuasai siswa secara
progresif, prosedur dan representasi Para pakar psikologi kognitif
simbolik yang digunakan dari umur 2 atau 3 mengarah pada pandangan bahwa
tahun sampai dewasa dideskrepsikan dengan pengorganisasian pengetahuan bersifat
skema urutan parsial, seseorang idiosinkratik (Ernest, 1991, h. 240),
mendapatkan kompetensi tidak akibatnya pembentukan konsep-konsep
menyandarkan pada urutan yang satu satu matematika sebagai hasil belajar matematika
dengan yang lain. bersifat idiosinkratik. Pandangan bahwa
Pakar-pakar psikologi kognitif pengorganisasian pengetahuan bersifat
lainnya, seperti Brower, 1989; Lave, 1988; idiosinkratik antara lain juga tersirat pada
Solomon, 1989; Walkerdue, 1988; Carreher, pandangan para pakar psikologi berikut.
1988; Evans, 1988; Novak, 1989 (dalam Vico (dalam Glasersfeld, 1990, h.
Ernest, 1991, h. 240-241) menolak adanya 21) menuliskan slogan bahwa “the human
klaim bahwa pengorganisasian konsep mind can know what the human mind has
matematika mengikuti suatu hirarki tertentu. made”. Menurut Novak (dalam Ernest,
Secara logika, matematika dipandang 1991, h. 241), kemampuan individu dalam
sebagai kumpulan konvensi untuk mengorganisasikan pengetahuan dilakukan
memanipulasi simbol (Glasersfeld, 1990, h. secara pribadi dan unik. Dengan demikian,
44). Dari pandangan tersebut, kiranya apabila dikatakan bahwa individu yang
mustahil hirarki tertentu bisa dibuat, karena berbeda memiliki konsep yang sama, konsep
setiap pakar akan membuat konvensi yang yang dimiliki oleh masing-masing individu
spesifik, yang tentunya saling berbeda. tersebut bukanlah suatu entitas yang identik.
Dengan demikian, pengorganisasian Stigler dan Baranes (1989, dalam Nunes T,
pengetahuan matematika tidak dapat 1992, h. 558) mengatakan bahwa
dimasukkan pada sebuah hirarki matematika merupakan kumpulan
kemampuan matematika tertentu. representasi simbolik yang dikonstruksi
secara kultural dan kumpulan prosedur
memanipulasi representasi tersebut. Anak
2.2. Sifat Idiosinkratik memasukkan representasi dan prosedur
Kata idiosinkratik berasal dari kata dalam sistem kognitif, suatu proses yang
idiosyncrasy yang berati cara berfikir atau terjadi dalam konteks yang dikonstruksi
perilaku seseorang yang bersifat khas secara sosial.
(Hornby, 1974, h. 421). Pengertian sifat Brown (dalam Ernest, 1991, h. 240)
idiosinkratik dalam mengorganisasi suatu mengemukakan bahwa suatu konsep tumbuh
konsep kiranya dapat mengambil dari menurut luasnya penggunaan kontekstual,
pendapat Ernest (1991, h. 241) atas siswa yang menstruktur secara mental dari
keberatan utama terhadap pandangan bahwa suatu konsep dilakukan secara kontekstual.
suatu konsep bersifat ‘diperoleh’ oleh
individu. Dengan memperhatikan pendapat 3. IMPLIKASI DALAM
tersebut, sifat idiosinkrtatik dalam PEMBELAJARAN MATEMATIKA
mengorganisasi suatu konsep dapat
3.1. Implikasi pandangan bahwa
dijelaskan sebagai berikut.
pengorganisasian pengetahuan siswa
(i) Suatu konsep terstruktur dalam pikiran
bersifat idiosinkratik
anak secara komposit, secara pribadi
tumbuh semakin luas sesuai konteks Telah dijelaskan bahwa para pakar
yang dihadapi anak. psikologi kognitif berpandangan bahwa

SEMNAS MIPA 2010 MAT - 64


pengorganisasian pengetahuan siswa bersifat
idiosinkratik. Para ahli psikologi menolak 3.2. Implikasi dari pandangan bahwa
pandangan bahwa suatu konsep merupakan kemampuan matematika individu tidak
suatu entitas, yang dapat diperoleh, dan mempunyai hirarki unik
menolak pandangan bahwa konsep diperoleh
Pada bagian sebelumnya telah
secara langsung, dimiliki atau tidak dimiliki
disebutkan bahwa para ahli psikolgi
oleh siswa. Pandangan ini dapat mempunyai
menolak pandangan bahwa kemampuan
implikasi dalam pembelajaran matematika.
matematika individu mempunyai
Dalam penyusunan program
karakteristik unik. Implikasi pandangan ini
pembelajaran matematika, menyusun
bagi para pendidik di lapangan apabila
deskripsi hasil belajar, maupun dalam
dipahami secara sempit akan
interaksi guru dan murid, dipandang sebagai
membingungkan dan menyulitkan dalam
suatu hal yang lazim bahwa konsep
kegiatan pembelajaran. Para pendidik di
dipandang sebagai suatu entitas yang dapat
lapangan akan mengalami dilema sebagai
diperoleh secara langsung, dan dapat
berikut.
dimiliki oleh siswa. Apabila pandangan
(i) Apakah tidak dapat dilakukan
ilmuwan kognitif di atas dipahami secara
pengelompokan kemampuan anak didik
sempit bagi para pendidik, akan
berdasarkan kemampuan matematika
membingungkan dalam kegiatan
rendah, sedang atau tinggi?
pembelajaran. Para pendidik akan
(ii) Apakah kemampuan matematika siswa
mengahadapi dilema sebagai berikut.
tidak dapat digambarkan pada suatu
(i). Bagaimana bisa mengajarkan konsep
kurva?
lebih lanjut, apabila siswa tidak
(iii) Apa yang bisa dikatakan kemampuan
memiliki konsep sebelumnya?
siswa A terhadap siswa B terhadap
(ii). Apa yang terjadi apabila siswa tidak
kemampuan matematikanya?
pernah bisa memperoleh konsep yang
diajarkan?
Dengan demikian, terdapat ungkapan-
ungkapan yang oleh para pendidik di
Dengan demikian, terdapat ungkapan-
lapangan merupakan ungkapan yang
ungkapan yang memiliki makna cukup jelas
mempunyai makna jelas, bagi para ahli
bagi para pendidik di lapangan , namun dari
psikologi dipandang perlu mendapat kritik.
pandangan psikologi kognitif perlu
Ungkapan-ungkapan yang dimaksud dapat
mendapatkan kritik. Ungkapan-ungkapan
diberikan contoh sebagai berikut.
dimaksud dapat diberikan contoh sebagai
(i). Siswa yang mempunyai kemampuan
berikut.
menghitung tinggi, akan lebih cepat
(i). Siswa sudah memiliki konsep segitiga dalam menyelesaikan masalah
yang diberikan guru melalui menghitung dibandingkan siswa yang
demonstrasi dengan menggunakan alat mempunyai kemampuan menghitung
peraga. rendah.
(ii). Siswa memperoleh konsep jarak (ii). Ada kecenderungan bahwa gambaran
berdasarkan pengalaman sehari-hari kemampuan matematika siswa dalam
dan hasil belajar di kelas.. suatu kelas membentuk model kurva
normal.
Dengan berpijak pada pandangan ahli
psikologi kognitif, kiranya contoh-contoh Pada contoh pertama tampak bahwa
ungkapan di atas lebih sesuai bila ungkapan ‘kemampuan menyelesaikan
dinyatakan sebagai berikut. masalah menghitung yang lebih cepat’
(i). Siswa sudah dapat mengorganisasikan dihubungkan dengan ‘kemampuan tinggi’.
secara mental konsep segitiga yang Ungkapan yang lebih cermat tentunya
diajarkan guru melalui demonstrasi dengan berpijak pada pandangan ahli
dengan menggunakan alat peraga. psikologi kognitif. Dalam hal ini, ungkapan
(ii). Siswa mengkostruksi secara mental ‘menyelesaikan masalah menghitung yang
konsep jarak berdasarkan pengalaman lebih cepat’ akan lebih cermat bila
sehari-hari dan hasil belajar di kelas. dihubungkan dengan ‘skor tinggi’. Demikian

SEMNAS MIPA 2010 MAT - 65


juga pada contoh kedua, tampak bahwa
ungkapan ‘membentuk model kurva normal’
dihubungkan dengan ‘kemampuan
matematika’, akan lebih cermat bila
ungkapan tersebut dihubungkan dengan
‘skor tes matematika’.

4. PENUTUP
Kreativitas guru yang terkait dengan
kegiatan pembelajaran matematika
seringkali diwujudkan dalam bentuk
penyusunan program pembelajaran
matematika, penyusunan bahan ajar
matematika, maupun aplikasi perencanaan
program pembelajaran dalam kegiatan di
kelas. Dari contoh-contoh ungkapan yang
disajikan pada kedua implikasi di atas (
subbab C.1 dan C.2) , diharapkan produk
kreativitas tersebut dapat dibuat lebih
cermat, sejauh mungkin tidak menimbulkan
kritik yang tajam ditinjau dari pandangan
ahli psikologi kognitif..

5. DAFTAR RUJUKAN
Bell, F.H. 1978. Teaching and Learning
Mathematics (in Secondary Schools). Iowa:
Brown W.C.
Ernest P. 1991. The Phylosophy of Mathematics
Education. USA: Falmer
Glasersfeld. 1990. An Exposition of
Constructivism: Why Some Like It Radical.
Journal for Research in Mathematics Education.
Monograph. Vol.4
Nunes, T. 1992. Ethnomathematics and
Everyday Cognition. Handbook of Research
Mathematics Teaching and Learning. New-York.
Secada W.G. 1991. The Challenges of a
Changing World for Mathematics Education.
Teaching and Learning Mathematics in 1990s.
1990 Yearbook. NCTM. Virginia
Clement D.H. & Sarama J. 2007. Early
Childhood Mathematics Learning. Second
Handbook od Research on Mathemayics
Teaching and Learning. NCTM. 2007.

SEMNAS MIPA 2010 MAT - 66


Proses Komunikasi Matematis dalam Bahasa Inggris
Melalui Pembelajaran Think-Pair-Share (TPS)
dan Asesmen Newman’s Prompt.

Santi Irawati ( santira99@yahoo.com )


Ety Tejo Dwi Cahyowati ( etytejo@ymail.com)
Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Malang

Abstrak. Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan, pemerintah menetapkan


kebijakan tentang Sekolah Bertaraf Internasional (SBI). Untuk itu, perlu disiapkan calon
guru yang profesional saat mengajar di SBI. Persiapan tersebut dapat melalui penerapan
pembelajaran yang inovatif, pemanfaatan ICT, dan pembiasaan berkomunikasi dengan
bahasa global yaitu bahasa Inggris. Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan
proses komunikasi matematis mahasiswa dalam bahasa Inggris melalui pembelajaran
model Think-Pair-Share (TPS) dan asesmen Newman’s prompt. Penelitian ini
merupakan suatu penelitian kualitatif dilengkapi dengan data kuantitatif yang
melibatkan mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Negeri
Malang semester I kelas bilingual tahun ajaran 2009/2010 sebanyak 22 orang.
Kesimpulan yang didapat adalah (1) mahasiswa lebih intensif dalam berkomunikasi
matematis dalam bahasa Inggris (2) masing-masing anggota kelompok terfasilitasi
untuk mempresentasikan ide matematisnya dalam bahasa Inggris dan mahasiswa yang
lain terfasilitasi untuk melakukan refleksi dalam bahasa Inggris.

Kata kunci: pembelajaran Think-Pair-Share, Newman’s Prompt.

Berdasarkan pengalaman dan pembelajaran guna membantu mahasiswa di


pengamatan beberapa dosen pembina mata tahun pertama mereka yang tentunya belum
kuliah Kalkulus selama beberapa periode, dapat belajar secara mandiri. Konsep-konsep
banyak sekali mahasiswa (bahkan untuk yang dipelajari pada Kalkulus I, yang
jurusan Matematika) yang mengalami ditempuh pada semester pertama tahun
kesulitan mentransfer dasar pengetahuan pertama perkuliahan, merupakan dasar
yang telah mereka miliki di SMU dan pengetahuan untuk bidang disiplin ilmu
menggunakannya untuk memahami konsep lainnya, di mana materi perkuliahannya
matematika di tingkat perguruan tinggi. disajikan bervariasi dari hal-hal konkrit
Mahasiswa semester awal nampak sekali sampai pada beberapa konsep abstrak.
belum siap untuk memasuki jenjang berpikir Yuwono (2002) mengemukakan bahwa (1)
secara deduktif. Dari penelitian yang Kalkulus sebagai bagian dari matematika
dilakukan oleh Parta (2002), di UM mudah untuk menyeimbangkan porsi
terungkap bahwa sangat banyak kendala penalaran konseptual dengan ketrampilan
yang muncul dan saling terkait yaitu antara proseduralnya, (2) Melalui matakuliah
lain mahasiswa tidak mampu “membaca” Kalkulus ini mahasiswa diberikan diberikan
buku teks, tidak mampu mengikuti alur bekal sedini mungkin dengan proses
formal dalam menyelesaikan soal, dan penalaran yang sesungguhnya dari “bumi”
kemampuan abstraksi mahasiswa yang matematika, dan (3) melalui penalaran yang
masih rendah. “benar” secara matematika, diharapkan
Dengan adanya temuan ini, perlu mahasiswa mampu bernalar secara benar
kiranya dilakukan perbaikan pelayanan

SEMNAS MIPA 2010 MAT - 67


pula dalam mempelajari matakuliah 4. SBI menerapkan manajeman
matematika di semester berikutnya. berbasis sekolah (MBS) dengan tata
Dalam upaya peningkatan mutu kelola yang baik.
pendidikan, pemerintah menerbitkan 5. SBI menerapkan proses belajar
kebijakan tentang Sekolah Bertaraf
mengajar yang pro-perubahan dan
Internasional (SBI). Berdasarkan artikel
inovatif.
pada Edupedia (2008), tertulis bahwa SBI
adalah sekolah yang menyiapkan peserta 6. SBI menerapkan prinsip - prinsip
didik berdasarkan standar nasional kepemimpinan yang memiliki visi
pendidikan (SNP) Indonesia dan tarafnya ke depan (visioner).
internasional sehingga lulusan memiliki 7. SBI harus memiliki SDM yang
kemampuan daya saing internasional. Visi professional, baik tenaga pendidik
SBI adalah terwujudnya insan Indonesia maupun tenaga kependidikan.
yang cerdas dan kompetitif secara 8. Penyelenggaraan SBI harus didukung
internasional. Visi tersebut memiliki oleh sarana dan prasarana yang
implikasi bahwa penyiapan manusia bertaraf lengkap, relevan, mutakhir, dan
internasional memerlukan upaya - upaya
canggih seperti laptop di
yang dilakukan secara intensif dan terarah.
laboratorium,
Setiap SBI harus menggunakan bahasa
komunikasi global, terutama bahasa Inggris LCD, TV, dan media pendidikan
dan menggunakan teknologi komunikasi penunjang lainnya.
informasi (information communication Berdasarkan 8 prinsip pengembangan
technology/ICT). Proses belajar - mengajar SBI tersebut, maka perlu disiapkan calon
di SBI harus menggunakan bilingual, guru yang profesional pada saat mengajar di
terutama untuk pelajaran matematika dan SBI. Persiapan tersebut dapat melalui
sains. SBI dikembangkan dengan 8 prinsip penerapan pembelajaran yang inovatif,
utama, yaitu: pemanfaatan ICT, dan pembiasaan
1. Pengembangan SBI mengacu pada berkomunikasi dengan bahasa global yaitu
bahasa Inggris.
SNP + X. BI = SNP + X. Di mana
Salah satu pembelajaran yang inovatif
SNP meliputi 8 standar SNP, yaitu,
adalah pembelajaran kooperatif tipe Think-
kompetensi lulusan, isi, proses, Pair- Share (TPS). Dengan menerapkan
sarana dan prasarana, pendidik dan model pembelajaran TPS ini, mahasiswa
tenaga kependidikan, manajemen, diberi kesempatan untuk memikirkan solusi
pembiayaan, penilaian sedangkan X dari problem yang diberikan dan
adalah nilai plus, yaitu, penguatan, mendiskusikannya dengan pasangan dalam
pengayaan, pengembangan, kelompoknya, serta mengkomunikasikan
perluasan, pendalaman melalui hasil diskusinya ke kelas. Karena model
adaptasi atau adopsi terhadap standar pembelajaran TPS memberi kesempatan
pendidikan, baik dari dalam maupun mahasiswa berkomunikasi pada saat diskusi
dengan pasangannya dan di depan kelas,
luar negeri yang telah memiliki
maka dapat diharapkan mahasiswa lebih
reputasi mutu yang diakui secara terbiasa menggunakan bahasa Inggris.
internasional. Dengan berkomunikasi dalam bahasa
2. SBI dikembangkan berdasarkan atas Inggris di depan kelas, maka pembina
kebutuhan dan prakarsa sekolah matakuliah dapat mengukur kemampuan
(demand driven and bottom up). mahasiswa berkomunikasi secara matematis
3. Kurikulum bertaraf internasional dalam bahasa Inggris.
yang ditunjukkan oleh Salah satu instrumen yang mengukur
pengembangan isi yang mutakhir dan kemampuan berkomunikasi secara
canggih dengan perkembangan ilmu matematis dalam bahasa Inggris adalah
pengetahuan global. model Newman’s Prompt. Berdasarkan
uraian tentang alternatif pembelajaran
inovatif model TPS dan adanya instrumen

SEMNAS MIPA 2010 MAT - 68


komunikasi matematis model Newman’s penalarannya jelas, taat asas, konsekuen, dan
Prompt, maka peneliti menerapkan TPS dan kritis. Selanjutnya, hasil penalaran dapat
asesmen model Newman’s Prompt pada disampaikan memakai bahasa yang jelas,
topik limit di kelas bilingual. Topik limit taat asas, konsekuen, dan kritis.
dipilih karena konsep limit merupakan Usaha mengatasi problematika
materi prasyarat penting untuk konsep- pembelajaran matematika antara lain dengan
konsep berikutnya pada matakuliah melakukan berbagai inovasi dalam
Kalkulus I dan matakuliah selanjutnya. Di pembelajaran matematika. Inovasi
samping itu, topik limit mempunyai peranan pembelajaran matematika yang paling
penting dalam menyelesaikan masalah menonjol adalah rekonstruksi pemahaman
matematika (misalnya garis singgung) matematika (mathematical meaning re-
maupun fisika (misalnya kecepatan sesaat). construction) melalui berbagai model
pembelajaran dan sistem penilaian (Sudrajat,
Pembelajaran Matematika Perguruan 2007). Trend model pembelajaran yang
Tinggi dikembangkan saat ini secara formal
Tujuan pokok pengajaran matematika mengikuti rekomendasi dari NCTM
di sekolah ialah menanamkan daya nalar. (National Council of Teacher of
Drost (2007) mengemukakan bahwa Mathematics) di Amerika. Misalnya dalam
matematika merupakan ilmu paling murni, wujud NCTM Standard for Curriculum
yang hanya didasarkan pada akal budi and Evaluation, NCTM Standard for
manusia. Misalnya, titik itulah besaran Instruction, dan NCTM Standard for
matematis, hanya pemikiran lepas dari setiap Assessment. Bentuk konstruksi pemahaman
pengalaman. Langkah-langkah matematika matematika yang saat ini dikembangkan
hanya berarah satu, menempuh jalan lurus, bahkan cenderung menjadi sebuah
tidak pernah menyimpang. Semua
“gerakan” studi model pembelajaran
kesimpulan harus diuji oleh logika yang
matematika di antaranya: constructivism,
mutlak.
Selain itu Drost (2007) mengatakan problem solving, problem posing,
bahwa tujuan proses mengajar dan belajar di realistic mathematics education, open-
SMU adalah "kematangan masuk perguruan ended approach, communication in
tinggi" karena baik menurut kodratnya mathematics, methacognitive model,
maupun de facto SMU di Indonesia cooperative learning, dan reinvention in
merupakan persiapan studi di perguruan mathematics.
tinggi. Kematangan itu tidak berarti tiap Pembelajaran Kooperatif
lulusan SMU harus sanggup dan mampu Pembelajaran kooperatif
memulai setiap studi di perguruan tinggi. (cooperative learning) merupakan salah
Kematangan itu tidak berarti bahwa tiap satu pembelajaran inovatif berbasis
lulusan sudah menguasai semua konstruktivistik. Esensi dari
pengetahuan dasar dari semua jurusan.
pembelajaran kooperatif adalah siswa
Dengan kata lain, dengan kematangan ini,
tiap lulusan SMU harus mampu dalam
belajar bersama dan berkolaborasi dalam
waktu cukup pendek, mengejar kekurangan- kelompok yang beranggotakan dua
kekurangan yang masih dialami pada saat sampai empat orang untuk menguasai
kuliah dimulai. Inti kematangan ini ialah materi ajar yang telah disampaikan oleh
kemampuan bernalar dan berbicara. Orang guru (Slavin, 1995). Berdasarkan esensi
yang mampu berbicara dapat menyampaikan tersebut, maka terdapat lima elemen
apa yang ada dengan apa adanya sedemikian pokok yang mencirikan pembelajaran
rupa sehingga tiap pendengar tanpa ragu kooperatif. Kelima elemen pokok
dapat menangkap isi hati dan memahami arti tersebut adalah: saling ketergantungan
dari apa yang ingin disampaikan. Ini positif, tanggung jawab secara individu
menuntut pengertian tentang apa yang mau
dan kelompok, interaksi face to face,
dikomunikasikan pada si penutur. Dengan
demikian orang yang meraih kematangan ini
keterampilan berhubungan dalam
kelompok (interpersonal small-group

SEMNAS MIPA 2010 MAT - 69


skills), proses bekerja dalam kelompok 3. Masing-masing kelompok
(group processing). menyajikan rincian penyelesaian
Pada kenyataannya, tidak setiap masalah di depan kelas (share).
pembelajaran yang menggunakan setting Berdasarkan langkah-langkah
diskusi kelompok merupakan pokok pembelajaran model TPS, maka
pembelajaran kooperatif. Sebagai mahasiswa dapat terfasilitasi untuk
ilustrasi, pada saat pelaksanaan open bertanggung jawab terhadap
class Lesson Study di beberapa sekolah kelompoknya. Hal tersebut didukung
di Kabupaten Pasuruan seringkali dengan adanya tuntutan agar mahasiswa
disetting siswa belajar secara berpikir secara individu tentang strategi
berkelompok. Selama proses diskusi pemecahan masalah yang nantinya akan
kelompok, siswa yang berkemampuan didiskusikan dengan pasangannya.
tinggi cenderung mendominasi Selain itu, karena dalam TPS mahasiswa
komunikasi dalam kelompok, sedangkan bekerja secara berpasangan, maka akan
siswa yang berkemampuan rendah timbul rasa malu kalau ia melepas
cenderung pasif dan sangat bergantung tanggungjawabnya dalam memikirkan
pada siswa yang berkemampuan tinggi. strategi pemecahan masalah. Kekuatan
Keadaan tersebut tidaklah mencirikan lain dari pembelajaran model TPS
pembelajaran kooperatif, karena tidak adalah dimungkinkannya interaksi yang
terdapat ketergantungan positif dan intensif dalam kelompok. Mahasiswa
tanggung jawab individu dalam kelompok. secara otomatis berinteraksi dengan
Dalam pembelajaran kooperatif, diharapkan
pasangannya dan teman lain di kelasnya
tercipta suasana masing-masing anggota
pada saat presentasi. Oleh karena itu
kelompok bertanggungjawab terhadap
keberhasilan kelompoknya. Timbulnya rasa model pembelajaran TPS sesuai apabila
tanggung jawab tersebut dapat disebabkan diterapkan pada mahasiswa kelas bilingual,
karena adanya skor perkembangan (pada karena tanpa disadari mereka terfasilitasi
STAD), atau reward pada tipe-tipe untuk berinteraksi dalam bahasa Inggris
pembelajaran kooperatif selain STAD, atau lebih intensif. Di samping memfasilitasi
karena mereka bekerja dalam kelompok mahasiswa untuk berinteraksi dalam bahasa
kecil (secara berpasangan) pada Inggris, model pembelajaran TPS juga
pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair- memudahkan pengajar dalam melakukan
Share. asesmen komunikasi matematis dalam
Pembelajaran melalui Think-Pair- bahasa Inggris.
Asesmen Model Newman’s Prompt.
Share (TPS) merupakan suatu pembelajaran
Newman (2000), pengajar dari
kooperatif yang paling sederhana. Hal
Australia menyusun suatu instrumen yang
tersebut disebabkan karena pada TPS siswa
mengukur kemampuan berkomunikasi
diminta belajar dan bekerja secara
secara matematis. Instrumen tersebut
berpasangan. Adapun langkah-langkah
disusun menjadi lima tahapan untuk
pokok pembelajaran model TPS adalah
membantu menentukan dimanakah letak
sebagai berikut.
kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi
1. Guru atau dosen memberikan
pada siswa ketika menyelesaikan soal-soal
masalah dan meminta siswa atau uraian. Kelima tahapan tersebut meminta
mahasiswa secara individu untuk siswa untuk melakukan kegiatan-kegiatan
memikirkan (thinking) srategi berikut.
penyelesaian masalah.
2. Siswa atau mahasiswa bekerja 1. Please read the question to us.
secara berpasangan (pair) 2. Tell us what the question is asking
mendiskusikan strategi penyelesaian you to do.
yang telah mereka pikirkan dan 3. Tell us how you are going to find the
masalah secara rinci. answer.

SEMNAS MIPA 2010 MAT - 70


4. Show us what to do to get the untuk beberapa kelompok yang belum tuntas
answer. menjawab soal (revisi atau tugas tambahan)
5. Now, write down your answer to the dan (7) Penilaian akhir tiap kelompok
question. berdasarkan presentasi dan hasil tulisan yang
telah direvisi.
Hasil dan Pembahasan
Penelitian ini akan mengkaji
Proses pelaksanaan unjuk kerja
bagaimana proses komunikasi matematis
(presentasi) mahasiswa dilakukan dengan
dalam bahasa Inggris melalui Think-Pair-
memberi tenggang waktu 2 minggu setelah
Share (TPS) dan Asesmen Model Newman’s
pembagian soal agar mahasiswa mempunyai
Prompt.
cukup waktu untuk berdiskusi di luar jam
Metode Penelitian
perkuliahan. Presentasi kelompok
Penelitian ini merupakan penelitian
dilaksanakan secara acak, sehingga tiap
deskriptif kualitatif dengan subyek
kelompok diharapkan siap pada tiap kali
penelitian mahasiswa pendidikan
perkuliahan. Setelah proses pengamatan dan
matematika semester I kelas bilingual
refleksi antar mahasiswa-dosen-mahasiswa,
angkatan 2009/2010 sebanyak 22 orang.
dosen menyimpulkan perlu tidaknya
Proses komunikasi matematis dalam bahasa
kelompok yang tampil untuk melakukan
Inggris diukur dengan menggunakan assmen
revisi terhadap hasil tulisan yang mereka
Newman’s prompt yang meliputi 5 tahapan,
tampilkan. Kelompok yang melakukan revisi
yaitu:
diwajibkan untuk tampil lagi
1. Membaca pertanyaan dosen (Please
mempresentasikan hasil revisi tulisan
read the question to us).
mereka. Setelah semua kelompok tuntas
2. Menyatakan apa yang diketahui dan
melakukan presentasi dan mengumpulkan
apa yang ditanyakan/dibuktikan
hasil tulisan mereka, dosen bersama
(Tell us what the question is asking
mahasiswa menarik kesimpulan secara
you to do).
global. Selanjutnya, dosen memberi tugas
3. Menyatakan strategi apa yang akan
perluasan konsep yang tertuang dalam soal-
digunakan untuk menjawab
soal yang diberikan sebagai tugas mandiri.
pertanyaan
Adapun hasil pengamatan yang
(Tell us how you are going to find
dilakukan dosen terhadap hasil unjuk kerja
the answer).
tiap kelompok adalah sebgai berikut.
4. Menunjukkan kepada kelas
1. Tahap Membaca pertanyaan dosen
bagaimana menerapkan strategi
(Please read the question to us).
yang digunakan untuk memperoleh
Setiap kelompok yang maju di depan
jawaban (Show us what to do to get
kelas diminta untuk menulis soal (dalam
the answer).
bahasa Inggris) dan membacanya. Karena
5. Menuliskan rincian jawaban (Write
soal yang dibahas hanya berupa pernyataan
down your answer to the question). dan bukan soal-soal cerita, semua kelompok
Karena kerterbatasan waktu di kelas tidak menemui kesulitan dalam membaca
dan harapan agar tiap anggota kelompok soal-soal yang diberikan.
mempunyai cukup waktu untuk memikirkan 2. Tahap Menyatakan apa yang diketahui
strategi penyelesaian sebelum dan apa yang ditanyakan/dibuktikan (Tell
masuk ke tahap Pair, maka tahapan Think us what the question is asking you to do).
dilakukan di luar perkuliahan. Pada tahap ini, tiap kelompok diminta
Selanjutnya, pada pelaksanaan untuk menjelaskan makna soal dengan
pembelajaran dilakukan langkah-langkah: mengemukakan informasi apa saja yang
(1) Pembagian kelompok, (2) Penyusunan diberikan dan apa yang ditanyakan dari
dan pembagian soal untuk tiap kelompok, suatu soal. Dengan demikian mereka diuji
(3) Pelaksanaan unjuk kerja (presentasi) tiap apakah memahami makna soal tersebut. Dari
kelompok, (4) Pengamatan dan penilaian presentasi seluruh kelompok, hanya
unjuk kerja tiap kelompok, (5) Pelaksanaan kelompok 10 yang mendapat giliran untuk
refleksi antar mahasiswa-dosen-mahasiswa, maju pertama kali yang belum memahami
(6) Pelaksanaan unjuk kerja (presentasi) aturan permainan dalam presentasi ini.

SEMNAS MIPA 2010 MAT - 71


Setelah dijelaskan oleh dosen, maka Untuk tahapan ini, tiap kelompok
kelompok lainnya tidak lagi mengalami diminta untuk menjelaskan jawaban yang
kesulitan dalam pelaksanaan tahap ke dua mereka tulis di papan tulis dan menjawab
ini. pertanyaan yang diajukan kelompok lain
3. Tahap Menyatakan strategi apa yang maupun dosen. Pada tahap ini, masing-
akan digunakan untuk menjawab pertanyaan masing anggota kelompok telah membagi
(Tell us how you are going to find the tugas untuk bergantian menjelaskan jawaban
answer). yang mereka tulis dan menjawab pertanyaan
yang diajukan kepada mereka. Dosen dan
Pada tahap ini, setelah kelompok kelompok lain umumnya menanyakan
mengemukakan informasi apa saja yang maksud tulisan di papan (menuntut jawaban
diberikan dan apa yang ditanyakan dari yang lebih rinci) ataupun memberikan
suatu soal, mereka diminta untuk pendapat lain. Pada tahap inilah, terlihat
mengemukakan jawaban BENAR atau jalannya proses Share dan interaksi antar
SALAH disertai penjelasan singkat mahasiswa-dosen-mahasiswa dalam
bagaimana cara menjawabnya. Apabila berkomunikasi matematika. Pada tahap
mereka menyimpulkan bahwa soal tersebut ini, ada beberapa kelompok yang
BENAR, maka mereka hanya diminta untuk melakukan kesalahan berupa
mengatakan akan memberikan bukti secara (a).Kurang memperhatikan premis sebagai
langsung atau tidak langsung. Apabila syarat untuk menggunakan
mereka menyimpulkan bahwa soal tersebut kesimpulan yang akan dipakai dalam
SALAH, maka mereka diminta menjawab menjawab soal (Kelompok 10 belum
akan memberikan suatu contoh penyangkal. tahu bahwa premis tidak dipenuhi pada
Semua kelompok memahami apa teorema 6 namun tetap
maksudnya pada tahap ini, namun ada dua menggunakannya untuk kesimpulan
kelompok (Kelompok 7 dan 10) yang salah tentang komposisi fungsi)
dalam menyimpulkan pernyataan pada soal
(b).Kesalahan dalam memilih contoh
yang diberikan, sehingga keliru dalam
penyangkal (Kelompok 2, 4 dan 5).
menjawab bagaimana prosesnya.
Kelompok 5 kurang jeli dalam
4. Tahap Menunjukkan kepada kelas menyelidiki limit fungsi sehingga
bagaimana menerapkan strategi yang keliru
digunakan untuk memperoleh jawaban dalam menyimpulkan soal.
(Show us what to do to get the answer). Kelompok 4 juga masih melakukan
Untuk tahapan ini, tiap kelompok kesalahan di
mulai menuliskan alasan pendukung dalam proses menuliskan jawaban
untuk kesimpulan terhadap soal yang mereka.
diberikan dan belum ada tuntutan untuk Setelah mendapatkan saran-saran
menuliskan jawaban secara rinci dan dari kelompok lain dan dosen, masing-
sistematis. Pada tahap ini, ada beberapa masing kelompok diberi kesempatan
kelompok yang melakukan kesalahan untuk melakukan revisi dan diminta
berupa untuk maju lagi menjelaskan hasil revisi
(a) Kesalahan dalam menjawab soal tersebut pada pertemuan berikutnya.
(Kelompok 4, 7 dan 10 ) Kesimpulan
(b) Kesalahan dalam memilih contoh Berdasarkan penelitian yang telah
dilaksanakan, maka dapat ditarik kesimpulan
penyangkal (Kelompok 2 dan 4)
sebagai berikut.
(c) Kesalahan dalam proses pembuktian,
1. Mahasiswa lebih intensif dalam
masalah yang akan dibuktikan berkomunikasi matematis dalam bahasa
digunakan di dalam proses Inggris. Adanya refleksi dan tuntutan untuk
pembuktiannya (Kelompok 10) melakukan revisi dan presentasi berulang
5.Tahap Menuliskan rincian jawaban mengakibatkan mahasiswa lebih siap dalam
Write down your answer to the question). menanggapi pertanyaan teman atau

SEMNAS MIPA 2010 MAT - 72


dosen sehingga kemampuan berkomunikasi Sudrajat, 2007. ”Gerakan” pendekatan
matematis mereka meningkat. kontekstual (baca: CTL) dalam
2. Masing-masing anggota kelompok matematika sebuah kemajuan atau
terfasilitasi untuk mempresentasikan ide jalan ditempat?
matematisnya dalam bahasa Inggris dan
mahasiswa yang lain terfasilitasi untuk http://rbaryans.wordpress.com/2007/0
melakukan refleksi dalam bahasa Inggris. 7/31/%e2%80%9cgerakan%e2%80%9
Pada umumnya pembelajaran di d-
sekolah dasar dan menengah kurang pendekatan-kontekstual-baca-
memfasilitasi siswa dalam bekomunikasi ctldalam-matematika-sebuah-
matematis. Sedangkan untuk kelas bilingual, kemajuan-atau-jalan-
aspek komunikasi dalam bahasa Inggris di- tempat/ Di akses 29 Jan
berperan sangat penting. Oleh karena itu, 2008.
berdasarkan uraian pada pembahasan dan Yuwono I., 2002. “Pembelajaran Kalkulus
kesimpulan, maka disarankan agar berbasis konstruktivisme dan
pembelajaran melalui TPS dapat pengaruhnya pada perolehan belajar
ditindaklanjuti untuk topik lainnya di kelas mahasiswa jurusan pendidikan
bilingual untuk sekolah dasar dan matematika” Malang: Hibah penelitian
menengah. Due-Like.
---, Edupedia, 2008. Sekolah
Daftar Rujukan Bertaraf Internasional.
Ariyanto T., 2001. “Antusiasme Kurikulum http://setjen.diknas.go.id/.Diakses 1
Berbasis Kompetensi”. Desember 2009.
Dalam harian KOMPAS, 24 ---,
Desember 2001, hal. 10. http://en.wikipedia.org/wiki/Cooperative_lea
Drost J., 2007. Matematika di sekolah. rning.
alexanderkhoe@yahoo.com.
Diakses 5 Desember 2007.
Marpaung Y., 2002. “Pendidikan
matematika realistik Indonesia perubahan
paradigma dalam pembelajaran matematika
disekolah”
Jurnal MATEMATIKA, Thn. VIII Edisi
Khusus Juli 2002.
Malang: Universitas Negeri Malang.
Newman A., 2000. Finding out why students
make mistakes.

http://www.curriculumsupport.education.ns
w.gov.au/primary/mathematics/
numeracy/newman/index.htm.
Diakses 30 Sept 2009
Parta, I.N. 2002. Upaya Meningkatkan
Kualitas Proses belajar Mengajar
Dalam Perkuliahan Kalkulus I
Melalui Program Remidi. Laporan
Penelitian.
Malang: JICA
Slavin, R. E., 1995. Cooperative Learning:
Theory, Research, and Practice,
second
edition. Masachussets: Allyn&Bacon
A Simon &Schuster Company.

SEMNAS MIPA 2010 MAT - 73


BAHAN AJAR CALCULUS 1 BERBAHASA INGGRIS
BERACUAN KONSTRUKTIVISTIK - ICT UNTUK
MEMFASILITASI BERPIKIR KRITIS MAHASISWA
KELAS BILINGUAL
Ety Tejo Dwi Cahyowati
Santi Irawati
Imam Supeno

ABSTRAK: Penelitian ini dlakukan untuk menghasilkan bahan ajar Calculus 1 berbahasa
Inggris beracuan konstruktivistik-ICT yang dapat mendorong munculnya berpikir kritis
mahasiswa kelas bilingual. Penelitian dilaksanakan pada semester gasal 2010/2011 dengan
subjek penelitian 24 mahasiswa kelas bilingual Program Studi Pendidikan Matematika
Universitas Negeri Malang. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang
meliputi kegiatan-kegiatan: Fase Investigasi Awal, Fase Desain dan Fase Realisasi
(Konstruksi), Fase Tes, Evaluasi, dan Revisi. Hasil penelitian ini adalah bahan ajar
Calculus 1 berbahasa Inggris yang beracuan konstruktivistik-ICT yang dapat mendorong
munculnya berpikir kritis mahasiswa kelas bilingual.

Kata kunci: bahan ajar, konstruktivistik, berpikir kritis

di antaranya dengan membuat kelas khusus


bilingual. Oleh karena itu, proses belajar
A. Pendahuluan mengajar kepada mahasiswa kelas bilingual
hendaknya berorientasi kepada proses
Dalam upaya peningkatan mutu belajar mengajar yang pro-perubahan dan
pendidikan, pemerintah menerbitkan inovatif di samping keharusan menggunakan
kebijakan tentang Sekolah Bertaraf bahasa Inggris yang secara bertahap
Internasional. Kebijakan tersebut tertuang berkembang dari semester ke semester.
dalam Undang-undang Republik Indonesia Salah satu fasilitas yang dapat memberikan
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem pengalaman belajar yang inovatif adalah
Pendidikan Nasional pasal 50 ayat 3 yang dengan menyusun bahan ajar yang
menyebutkan: “Pemerintah dan/atau mendorong mahasiswa untuk berpikir kritis.
Pemerintah Daerah menyelenggarakan Dengan berfikir kritis, maka pemahaman
sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan mahasiswa terhadap topik-topik Calculus I
pada semua jenjang pendidikan untuk akan tajam dan kaya.
dikembangkan menjadi satuan pendidikan Bahan ajar dapat diartikan sebagai
yang bertaraf internasional” Pendidikan bahan-bahan yang digunakan untuk
bertaraf internasional ini selanjutnya dikenal mengajar (http://www.find-health-
dengan istilah SBI (Sekolah Bertaraf articles.com/msh-teaching-materials.htm).
Internasional) yang diawali dengan merintis Berdasarkan definisi tersebut, dapat
sekolah yang dikenal dengan istilah RSBI diartikan bahwa bahan ajar tidak hanya
(Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional). berisi uraian materi atau topik pembelajaran
SBI dikembangkan dengan 8 prinsip tetapi di dalamnya juga memuat aktivitas –
utama (http://setjen.diknas.go.id/), di aktivitas pembelajaran. Karena mengajar
antaranya adalah SBI menerapkan proses tidak hanya sekedar penjejalan topik atau
belajar mengajar yang pro-perubahan dan materi, maka perlu ditekankan di sini,
inovatif dan SBI harus memiliki SDM yang bahwa bahan ajar tidak hanya sekedar
profesional, baik tenaga pendidik maupun tumpukan atau koleksi topik-topik atau
tenaga kependidikan. Agar dapat memiliki materi ajar. Bahan ajar Calculus 1 yang
tenaga pendidik yang profesional, maka disusun dengan urutan penyajian definisi
LPTK diharapkan mampu memberikan atau teorema diikuti dengan contoh soal dan
fasilitas yang memadai kepada mahasiswa penyelesaian yang rinci kurang dapat

SEMNAS MIPA 2010 MAT - 74


memfasilitasi mahasiswa untuk memperoleh alasan yang logis
pengalaman yang inovatif. Hal ini menunjukkan alasan yang logis pada
disebabkan karena mahasiswa hanya langkah-langkah pembuktian teorema atau
sekedar meniru apa yang ada di contoh penyelesaian soal atau tugas
sehingga sifat kritis mereka kurang  mengevaluasi pembuktian
terdorong untuk muncul. teorema atau penyelesaian tugas
Di dalam menyusun bahan ajar perlu yang telah dilakukan
diperhatikan aspek-aspek belajar dari
mahasiswa sehingga diperlukan penyusunan
 membuat konjektur berdasarkan
secara sistematis yang beracuan paradigma pengamatan, pengalaman,
pembelajaran terkini yaitu konstruktivistik. refleksi, penalaran, atau
Buku rujukan utama Calculus 1 sebagai komunikasi
bahan ajar dalam bentuk cetakan yang  menerapkan konsep berdasarkan
digunakan selama ini masih banyak memuat pengamatan, pengalaman,
contoh-contoh dan penyelesian secara rinci. refleksi, penalaran, atau
Oleh karena itu perlu disusun bahan ajar komunikasi
pelengkap yang sarat dengan aktivitas
 menganalisa, mensintesa, atau
konstruktivistik yang dapat mendorong
mengevaluasi informasi
munculnya berfikir kritis mahasiswa.
Visi SBI (http://setjen.diknas.go.id/) berdasarkan pengamatan,
adalah terwujudnya insan Indonesia yang pengalaman, refleksi, penalaran,
cerdas dan kompetitif secara internasional. atau komunikasi
Implikasi dari visi tersebut adalah perlunya  mengevaluasi pembuktian
dilakukan upaya - upaya secara intensif teorema pihak lain
dan terarah tentang penyiapan manusia Indikator tersebut di atas berdasarkan
bertaraf internasional . Setiap SBI harus beberapa definisi berpikir kritisyang
menggunakan bahasa komunikasi global, dikemukakan oleh beberapa ahli berikut.
terutama bahasa Inggris dan menggunakan Mayer & Goodchild (dalam Huitt,
teknologi komunikasi informasi 1998) menyatakan berpikir kritis sebagai
(information communication “systematic process of understanding and
technology/ICT). Berdasarkan visi SBI, evaluating arguments. An argument
maka LPTK perlu memberikan pengalaman provides an assertion about the properties of
belajar dengan menggunakan ICT melalui some object or the relationship between two
pengemasan bahan ajar yang dilengkapi or more objects and evidence to support or
dengan aktivitas pemanfaatan ICT. refute the assertion”. Indikator munculnya
Rumusan masalah dalam penelitian ini berpikir kritis yang didasarkan pada definisi
adalah: ”Bagaimana proses dan hasil ini adalah mempertahankan pendapat
pengembangan bahan ajar Calculus 1 dengan memberikan alasan yang
berbahasa Inggris beracuan konstruktivistik- logis;menerima pendapat pihak lain dengan
ICT yang dapat memfasilitasi berpikir kritis memberikan alasan yang logis; tidak
kelas bilingual?” Berdasarkan rumusan menerima pendapat pihak lain dengan
masaah tersebut dapat diketahui tujuan memberikan alasan yang logis; membuat
penelitian, yaitu untuk menghasilkan bahan konjektur dengan mengaitkan beberapa
ajar Calculus 1 berbahasa Inggris beracuan peristiwa.
konstruktivistik-ICT yang dapat mendorong Scriven dan Paul (Huitt, 1998)
munculnya berpikir kritis mahasiswa kelas mendefinisikan berpikir kritis sebagai: ”the
bilingual. Indikator munculnya berpikir intellectually disciplined process of actively
kritis yang dimaksud pada penelitian ini and skillfully conceptualizing, applying,
adalah: analyzing, synthesizing, and/or evaluating
 mempertahankan pendapat dengan information gathered from, or generated by,
memberikan alasan yang logis observation, experience, reflection,
 menerima atau menolak pendapat reasoning, or communication, as a guide to
belief and action”. Berdasarkan definisi ini,
pihak lain dengan memberikan
maka indikator munculnya berpikir kritis

SEMNAS MIPA 2010 MAT - 75


adalah membangun konsep dengan atu dikerjakan.
membuat konjektur berdasarkan Johnson (terjemahan2007) berpikir
pengamatan,pengalaman, refleksi, kritis merupakan proses sistematis yang
penalaran, atau komunikasi ; menerapkan memungkinkan siswa untuk merumuskan
konsep berdasarkan dan mengevaluasi keyakinan dan pendapat
pengamatan,pengalaman, refleksi, mereka sendiri Indikator munculnya
penalaran, atau komunikasi; berpikir kritis yang didasarkan pada definisi
menganalisa,mensintesa, atau mengevaluasi ini adalah merumuskan pendapat, menarik
informasi berdasarkan kesimpulan atau dugaan, mengevaluasi
pengamatan,pengalaman, refleksi, bukti,logika, atau pendapat orang
penalaran, atau komunikasi lain;mengevaluasi bukti,logika, atau
Masih dalam Huitt,1988, Chanche pendapat
menyebutkan bahwa berpikir kritis
merupakan “the ability to analyze facts,
generate and organize ideas, defend B. Meode Penelitian
opinions, make comparisons, draw
inferences, evaluate arguments and solve
Penelitian ini merupakan
problems”. Indikator munculnya berpikir
kritis yang didasarkan pada definisi ini penelitian pengembangan dengan
adalah menganalisis fakta; menghasilkan
dan menyusun ide; mempertahankan kerangka pelaksanaan seperti yang
pendapat; membuat perbandingan; tercantum pada bagan 1 berikut.
melukiskan dugaan atau kesimpulan,
mengevaluasi argument; dan memecahkan
masalah.
Fisher dan Scriven (dalam Wikipedia)
menuliskan berpikir kritis adalah skilled,
active, interpretation and evaluation of
observations, communications, information,
and argumentation. Indikator munculnya
berpikir kritis yang didasarkan pada definisi
ini adalah terampil dan aktif melakukan
observasi, komunikasi, atau beragumentasi;
terampil dalam mengintepretasikan dan
mengevaluasi informasi atau argumentasi.
Tertulis dalam Wikipedia, Moore &
Parker menyatakan berpikir kritis sebagai
“the careful, deliberate determination of
whether one should accept, reject, or
suspend judgment about a claim and the
degree o f confidence with which one
accepts or rejects it”. Indikator munculnya
berpikir kritis yang didasarkan pada definisi
ini adalah memutuskan untuk menerima,
menolak, atau menunda suatu pendapat
dengan hati-hati dan cermat.
Ennis R (2002) mendefinisikan:
“Critical thinking is reasonable, reflective
thinking that is focused on deciding what to
believe and do”. Indikator munculnya
berpikir kritis yang didasarkan pada definisi
ini adalah memutuskan secara logis apakah
sesuatu diterima ; berpikir refleksi dalam hal
memutuskan apakah sesuatu dapat dipercaya

SEMNAS MIPA 2010 MAT - 76


Bagan 1. Kerangka pelaksanaan menjawab pertanyaan yang mengarah pada
pengkonstruksian definisi atau teorema,
penelitian membuat contoh soal sebagai kegiatan
elaborasi, mengerjakan soal-soal yang
memerlukan pemikiran kritis yang dapat
dipilih dari soal-soal pada buku rujukan
utama, dan memanfaatkan ICT.
Berdasarkan analisis kebutuhan yang
Keterangan:
dilakukan pada fase investigasi awal, maka
*) Bagan diadaptasi dari dirancang dan disusun bahan ajar dan
Disertasi Dr. Edy Bambamg instrumen penelitian sebagai implementasi
Irawan fase desain dan realisasi. Pototipe bahan ajar
yang dihasilkan adalah: Activity
**) Validasi protitipe bahan ajar (constructing) – Definition / Theorem –
meliputi aspek isi secara Activity (elaborating) – Excercises. Kegiatan
matematis, proses pedagogis, pada Activity (constructing) dapat berupa
dan keterbacaan serta aktivitas investigasi dengan melakukan
gramatikal linguistik. Pada tugas-tugas seperti: membuat sketsa grafik,
ujicoba lapangan dan evaluasi mengidentifikasi grafik, membuat konjektur,
diperlukan instrumen dan menarik kesimpulan. Proses investigasi
penelitian. dapat disisipi tugas untuk memanfaatkan
ICT seperti aplikasi Graphmatica dan
Fase-fase pengembangan bahan ajar
mengakses internet.
pada penelitian ini mengacu pada fase-fase
pengembangan menurut Plomp (1997, h. 7)
dengan melakukan beberapa modifikasi. 1. If we have , then
Fase-fase pengembangan pada penelitian ini
terdiri dari: (i) fase investigasi awal, (ii) fase calculate the values of f(x) and fill them to

desain, (iii) fase realisasi/konstruksi, dan (iv) the following table. You may to calculate the
fase pengujian, evaluasi dan revisi. f(x) by using calculator or computer
software.

x f(x)
C. Hasil Penelitian dan Pembahasan
-1.01 ..................
Aktivitas fase investigasi awal -1.001 ..................
meliputi observasi terhadap buku Calculus
- ..................
eighth edition oleh Varberg, Purcell , dan
1,0001
Rigdon sebagai rujukan utama perkuliahan
Calculus 1. Hasil observasi menunjukkan ..................
bahwa kerangka umum penyajian materi -1
meliputi: ilustrasi awal yang menuju
konsep, definisi/teorema, contoh soal dan ..................
penyelesaian, sebagian bukti teorema, dan
soal-soal yang berdagrasi dari soal mudah Uraian berikut merupakan contoh
hingga soal yang sulit. Penyajian ilustrasi bahan ajar yang berupa Activity
awal dan contoh soal serta penyelesaiannya (constructing)
kurang melibatkan mahasiswa dalam Kegiatan pada Activity (elaborating)
mengkonstruksi pengetahuan danmendorog
dapat berupa aktivitas investigasi dengan
munculnya berpikir kritis mahasiswa. Di
samping itu, secara umum penyajian materi melakukan tugas-tugas seperti:
sangat kurang memanfaatkan teknologi
komputer. Berdasarkan hasil observasi mengeksplorasi sketsa grafik yang
tersebut, peneliti merasa memerlukan bahan berkaitan dengan definisi atau teorema,
ajar yang meliputi aktivitas mahasiswa
dalam hal memberikan contoh kasus atau

SEMNAS MIPA 2010 MAT - 77


membuktikan teorema, membuat 2 Konjektur 4 4 4 4 4 4

konjektur, dan menarik kesimpulan. Pembuktian 4


3 4 4 4 4 4
konjektur/teorema
Uraian berikut merupakan contoh bahan
4 Pemanfaatan ICT 4 2 4 3 4 2
ajar yang berupa Activity (elaborating).
Komunikasi dalam 3
5 2 2 3 3 2
1. Sketch a graph of f that has conditions: Bahasa Inggris

Rerata Total 3,6 3,2 3,8 3,6 3,6 3,4


does not exist

2. Sketch a graph of f that has conditions: is Berdasarkan Tabel 1, tampak

undefined and does not exist bahwa aspek no 1 sampai dengan no. 3
3. Give all possibilities of memiliki skor yang sangat tinggi (sangat
Sebagaiand implementasi fase tes, baik) sedangkan aspek komunikasi
evaluasi dan revisi, maka dilakukan dalam bahasa Inggris yang paling rendah
pengujian terhadap prototipe yang (kurang baik). Hal tersebut dapat terjadi
berupa validasi bahan ajar, instrumen, karena prototipe bahan ajar yang
dan ujicoba lapangan. Validasi bahan dikembangkan selalu memuat aktivitas
ajar meliputi tiga aspek validasi yang identifikasi-eksplorasi-investigasi,
berbeda, yaitu aspek isi matematis, aspek pemunculan konjektur, dan pembuktian
pedagogis, dan aspek linguistik. Hasil konjektur/teorema. Sedangkan untuk
validasi dievaluasi dan berdasarkan aspek komunikasi sangat rendah karena
aspek linguistik, beberapa di antaranya mahasiswa dalam kerja kelompok
perlu direvisi. Prototipe bahan ajar yang mengkomunikasikan idenya dengan
sudah direvisi diujicobakan di kelas dan bahasa Indonesia. Mereka baru
diobservasi oleh 6 observer mahasiswa menggunakan Bahasa Inggris pada
semester 5 kelas bilingual dan anggota waktu presentasi kelas, karena dituntut
penelitian yang lainnya. Uji coba dosen pengajar. Pemanfatan ICT sangat
dilaksanakan untuk 6 kali pertemuan rendah pada saat pembahasan topik yang
masing-masing 3 jam pertemuan. Hasil cukup dengan diskusi manual saja.
observasi aktivitas ditunjukkan pada
Secara keseluruhan dapat dikatakan
Tabel 1 berikut. bahwa prototipe bahan ajar yang
Tabel 1. Hasil observasi Aktivitas dikembangkan sudah beracuan
konstruktivistik. Hal disebabkan karena
bahan ajar yang disusun memuat aktivitas-
Rerata Skor Observasi ke
aktivitas yang menekankan pada
No. Aspek pengkonstuksian pengetahuan bedasarkan
1 2 3 4 5 6 pengalaman. Aktivitas-aktivitas tersebut
sesuai dengan pengertian konstruktivistik
Identifikasi-eksplorasi- 4
1 4 4 4 4 4 berikut: ”Konstruktivistik merupakan teori
investigasi
belajar yang menekankan pada perumusan

SEMNAS MIPA 2010 MAT - 78


atau pengkonstruksian pengetahuan dan Hal tersebut tampak dengan selalu
pemahaman berdasarkan pengalaman”
(Raskin.2002, Wikipedia, Savery & Duffy munculnya dua indikator no. 3 dan no 5
dalam Robin.2006, dan Megg.2009). dengan kriteria baik dan sangat baik.
Hasil observasi berpikir kritis
Munculnya indikator-indikator ini
ditunjukkan pada Tabel 2 berikut.
disebabkan karena bahan ajar yang
beracuan konstruktivistik dapat
Observasi ke
No. Indikator
1 2 3 4 5 6
mendorong munculnya berpikir kritis.
Mahasiswa
mempertahankan
1 v v v - v v
pendapatnya dengan C. Penutup
memberikan alasan
yang logis Bahan ajar Calculus 1 yang
Mahasiswa menerima
atau menolak pendapat beracuan konstruktivistik yang dapat
2 pihak lain dengan v v v - v v

memberikan alasan
mendorong munculnya berpikir kritis
yang logis
mahasiswa adalah bahan ajar dengan
Mahasiswa
menunjukkan alasan spesifikasi sajian: Activity (constructing)
yang logis pada
3 langkah-langkah v v v v v v – Definition / Theorem – Activity
pembuktian teorema
(elaborating) – Excercises. Oleh karena
atau penyelesaian soal
atau tugas itu disarankan agar model sajian bahan
Mahasiswa
mengevaluasi ajar ini dikembangkan untuk matakuliah-
4 pembuktian teorema - v v - v v
atau penyelesaian
matakuliah lain yang menghendaki
tugas yang telah munculnya berpikir kritis mahasiswa.
dilakukan
Mahasiswa membuat
Daftar Rujukan
konjektur berdasarkan

5 pengamatan, v v v v v v Departemen Pendidikan Nasional.2008.


pengalaman, refleksi,
penalaran, atau Sekolah Bertaraf Internasional.
komunikasi
Mahasiswa
http://setjen diknas.go.id, diakses 3
menerapkan konsep Februari 2010.
berdasarkan
6 pengamatan, v v v v v v Ennis,Robert.H.2002. A Super-
pengalaman, refleksi,
penalaran, atau
Streamlineed Conception of Critical
komunikasi
Thinking.
http://www.criticalthinking.com
Secara keseluruhan dapat
/company/articles/critical-thinking-
dikatakan bahwa prototipe bahan ajar
definition.jsp. diakses 19sept’10
yang dikembangkan sudah mendorong
Huitt, W. (1998). Critical thinking: An
munculnya berpikir kritis mahasiswa.
overview. Educational Psychology

SEMNAS MIPA 2010 MAT - 79


Interactive. Valdosta, GA: Valdosta ____________ Undang-undang
State University. Retrieved [date] Republik Indonsia Nomor 20 Tahun
from 2003 tentang Sistem Pendidikan
http://www.edpsycinteractive.org/ Nasional pasal 50 ayat 3,
topics/ cogsys/critthnk.html. http://www.bapsi.
[Revision of paper presented at the undip.ac.id/id/images/Download/
Critical Thinking Conference Dokumen/uu%20no.20%20thn%202
sponsored by Gordon College, 003%20sisdiknas.pdf. diakses 18
Barnesville, GA, March, 1993.] Maret 2010
Irawan, Bambang E. 2007. Wikipedia.Critical thinking. Jump to
Pengembangan Desain Pelatihan :Navigation, search.diakses 18
Strategi Mengkaji Konsep Geometri Maret 2010
bagi Calon Guru Matematika
Sekolah Menengah. Disertasi.
Johnson,Elaine B. Tanpa tahun.
Contextual Teaching and Learning
Menjadikan Kegiatan Belajar-
Mengajar Mengasyikkan dan
Bermakna.Terjemahan oleh Ibnu
Setiawan. 2007. Bandung: Mizan
Learning Centre
Plomp, Tjeerd.1997.Educational and
Training Systems Design.University
of Twente Faculty of Educational
Science and Technology Enschede
The Netherlands.
Varberg,dkk.2000.Calculus Eight
Edition.Prentice-Hall,Inc.ISBN
0130811378
___________.Teaching materials.
Tanpa tahun. http://www.find-
health-articles.com/msh-teaching-
materials.htm. diakses 20 Februari
2010

SEMNAS MIPA 2010 MAT - 80


MEMPERBAIKI KESALAHAN KONSEP
AKAR KUADRAT DAN HARGA MUTLAK
UNTUK MAHASISWA MATEMATIKA TAHUN
PERTAMA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Dwiyana
Universitas Negeri Malang Jl. Semarang 5 Malang
e-mail : yon_math_um@yahoo.com

Abstrak
Mahasiswa baru merupakan mahasiswa yang mengalami transisi dari statusnya sebagai siswa
menjadi mahasiswa. Pada masa transisi ini diperlukan kemampuan yang lebih banyak untuk
menyesuaikan diri. Salah satu wujud menyesuaikan diri tersebut adalah penyesuaian dalam belajarnya.
Kebiasaan belajar matematika di SMA saat ini lebih banyak bersifat mekanistik, sehingga lebih banyak
menekankan pada keterampilan menggunakan rumus-rumus daripada memahami pengertian suatu
konsep.
Berdasarkan kebiasaan belajar matematika sewaktu di SMA, dimungkinkan terjadinya kesalahan
konsep sewaktu menjadi mahasiswa, terutama mahasiswa baru. Oleh karena itu, perlu dilakukan
pelacakan terhadap prakonsepsi mahasiswa sehingga dapat diketahui ada atau tidaknya kesalahan
konsep tersebut. Jika ternyata terjadi kesalahan konsep matematika, maka perlu diadakan pembe-
tulan/pelurusan terhadap pengertian konsep tersebut. Sehingga dengan terjadinya pelurusan pengertian
itu berarti kesalahan konsep telah dapat diperbaiki.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan dengan tujuan untuk mengkaji model yang
dikembangkan ini dapat meningkatkan kualitas pembelajaran bagi mahasiswa, sehingga dengan
meningkatnya kualitas itu, akan diikuti peningkatan prestasi belajar mahasiswa.
Upaya memperbaiki kualitas pembelajaran materi akar kuadrat dan harga mutlak, dalam
penelitian ini dirancang menggunakan penelitian tindakan sehingga langkah-langkah penelitian
mengikuti prosedur yang berlaku pada penelitian tindakan.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kesalahan konsep yang dilakukan oleh mahasiswa
dapat diperbaiki/diluruskan, sedangkan prestasi yang dicapai oleh mahasiswa ditunjukkan dengan rerata
skor lebih dari 75.

Kata kunci : Memperbaiki Kesalahan Konsep, Mahasiswa Tahun Pertama, Pembelajaran Kooperatif.

1. PENDAHULUAN kemampuan yang lebih banyak untuk


menyesuaikan diri. Salah satu wujud
Salah satu ciri keberhasilan belajar
menyesuaikan diri tersebut adalah
mahasiswa matematika adalah mereka dapat
penyesuaian diri dalam belajarnya.
memahami konsep-konsep matematika
Kebiasaan belajar matematika di SMA saat
dengan baik dan benar. Salah satu indikator
ini lebih banyak bersifat mekanistik,
dari keberhasilan mahasiswa itu adalah sehingga lebih banyak menekankan pada ke-
metode pembelajaran yang diberikan oleh
trampilan menggunakan rumus-rumus
dosen. Sampai saat ini metode pembelajaran
daripada memahami pengertian suatu
yang digunakan oleh dosen umumnya
konsep.
menggunakan metode ekspositori.
Berdasarkan kebiasaan belajar
Dengan metode ini dosen tidak dapat
matematika sewaktu di SMA, dimungkinkan
mengetahui perkembangan belajar mahasis-
terjadinya kesalahan konsep pada
wanya secara individu, sehingga dosen
mahasiswa, terutama mahasiswa baru. Oleh
belum bisa membedakan mahasiswa yang
karena itu, perlu dilakukan pelacakan
telah maju dan yang masih tertinggal.
terhadap prakonsepsi mahasiswa sehingga
Mahasiswa baru merupakan dapat diketahui ada atau tidaknya kesalahan
mahasiswa yang mengalami transisi dari
konsep tersebut. Jika ternyata terjadi
statusnya sebagai siswa menjadi mahasiswa. kesalahan konsep matematika, maka perlu
Pada masa transisi ini diperlukan
diadakan perbaikan terhadap pengertian

SEMNAS MIPA 2010 MAT - 81


konsep tersebut. Sehingga dengan terjadinya ratif merupakan pembelajaran yang mene-
pelurusan pengertian itu berarti kesalahan kankan pada penghargaan kerja kelompok.
konsep telah dapat diperbaiki. Pemahaman suatu konsep melalui strategi
Pengamatan yang dilakukan penulis ini dilakukan dengan berbagai masalah dan
selama mengajar matematika, terutama pendapat antar sesama mahasiswa. Oleh
untuk mahasiswa tahun pertama, sering karena itu, diharapkan dengan strategi ini
ditemukan kesalahan konsep terhadap topik kesalahan konsep yang dilakukan oleh
akar kuadrat dan harga mutlak. Kesalahan mahasiswa dapat diperbaiki.
konsep ini meliputi pengertian akar kuadrat, Model pembelajaran kooperatif ini
konsep harga mutlak, fungsi harga mutlak, dirancang sedemikian rupa sehingga maha-
dan penyelesaian pertidaksamaan harga siswa selalu aktif dalam kegiatan belajar
mutlak. Berbagai contoh tentang kesalahan mengajarnya, sedangkan pengajar hanya
konsep yang dilakukan oleh mahasiswa bertindak sebagai fasilitator saja. Dalam
seperti belajar kooperatif ini mahasiswa belajar
(1) 16 =  4, yang seharusnya 16 = 4, bersama dengan teman, saling menyum-
bangkan pikiran dan bertanggung jawab atas
(2) (5) 2 = -5, yang seharusnya (5) 2 pencapaian hasil belajar secara individu
= 5, maupun kelompok. Mahasiswa belajar dan
(3) x2 = 25  x = 5, yang seharusnya x2 = bekerjasama dalam kelompok kecil-kecil
25  x =  5, yang terdiri dari empat atau lima orang, se-
(4) x  2 = x – 2, untuk x  0, seharusnya hingga diharapkan dengan kelompok kecil
ini interaksi mahasiswa menjadi maksimal
x  2 = x – 2, untuk x  2, dan efektif.
Jadi, di satu pihak masih banyaknya
(5) x  4 > 2  x – 4 > 2, yang mahasiswa yang melakukan kesalahan
seharusnya x  4 > 2  x – 4 > 2 dalam hal pemahaman terhadap konsep
matematika, di pihak lain ditawarkan
atau x – 4 < -2,
strategi pembelajaran yang mempunyai
(6) x < 3  x < 3, yang seharusnya x < keunggulan dalam rangka mencapai
3  -3 < x < 3. keberhasilan mahasiswa. Oleh karena itu,
dalam penelitian ini penulis mengajukan
judul tentang upaya memperbaiki kesalahan
Konsep yang benar tentang akar konsep akar kuadrat dan harga mutlak bagi
kuadrat dan harga mutlak ini sangat mahasiswa matematika tahun pertama
diperlukan, terutama dalam belajar kalkulus melalui belajar kooperatif.
(bagian dari matematika matematika) yang
juga harus dipelajari dan dipahami oleh 1.1 Rumusan Masalah
mahasiswa matematika. Hal ini dikarenakan
inti dari kalkulus adalah konsep turunan. Berdasarkan uraian pada pendahuluan
Sedangkan pengertian turunan didasari oleh di atas, rumusan masalah dari penelitian ini
pengertian konsep limit, konsep limit dikemukakan sebagai berikut.
didasari oleh pengertian konsep harga Bagaimanakah upaya untuk memperbaiki
mutlak, dan konsep harga mutlak didasari kesalahan konsep tentang akar kuadrat dan
oleh pemahaman terhadap konsep akar harga mutlak bagi mahasiswa matematika
kuadrat. Oleh karena itu, jika memang benar tahun pertama melalui belajar kooperatif?
terjadi kesalahan konsep terhadap topik-
topik tersebut, maka perlu dilakukan 1.2 Tujuan Penelitian
perubahan konsepsi secara dini, sehingga
kesalahan yang dilakukan oleh mahasiswa Tujuan yang diinginkan dalam
tidak akan berlanjut. penelitian tindakan ini adalah
Terdapat beberapa cara/strategi yang (a) Menerapkan model pembelajaran
dapat digunakan untuk meluruskan kesa- dengan strategi kooperatif untuk materi
lahan konsep tersebut. Salah satu dari akar kuadrat dan harga mutlak.
cara/strategi itu adalah cara/strategi pembe- (b) Mengkaji apakah model pembelajaran
lajaran kooperatif. Belajar berstrategi koope- yang digunakan ini dapat memperbaiki

SEMNAS MIPA 2010 MAT - 82


kesalahan konsep tentang akar kuadrat Keempat, masing-masing anggota kelompok
dan harga mutlak bagi mahasiswa bertanggung jawab terhadap keberhasilan
jurusan Matematika. teman anggotanya. Kelima, yang dipelajari
(c) Mengkaji apakah dengan model yang bisa berupa masalah, tugas, atau hal-hal lain
dikembangkan ini dapat meningkatkan yang pada prinsipnya merupakan tujuan
kualitas pembelajaran bagi mahasiswa, bersama dari anggota-anggota kelompok
sehingga dengan meningkatnya kualitas tersebut.
itu, akan diikuti peningkatan prestasi Tidak semua belajar kelompok dapat
belajar mahasiswa. disebut belajar kooperatif. Menurut
Khairiree (2002) terdapat lima unsur pokok
1.3. Manfaat Penelitian yang menentukan dalam pembelajaran
kooperatif, yaitu (a) ketergantungan positif,
Hasil penelitian ini dapat memberi
artinya mahasiswa merasa bahwa mereka
manfaat untuk
saling tergantung secara positif dan saling
(a) Pengembangan model pembelajaran
terikat antar sesama anggota kelompok,
untuk meningkatkan kualitas
merasa tidak akan sukses jikalau temannya
pembelajaran dan sekaligus
tidak sukses, (b) tanggung jawab perse-
meningkatkan prestasi belajar
orangan, artinya setiap anggota kelompok
mahasiswa matematika, khususnya
bertanggung jawab untuk mempelajari
dalam hal memperbaiki kesalahan
materi dan bertanggung jawab atas
konsep untuk akar kuadrat dan harga
keberhasilan belajar kelompok, (c) interaksi
mutlak,
yang saling mendukung secara tatap muka,
(b) Menambah pengetahuan dosen
artinya pebelajar bertatap muka antara satu
(pengajar) tentang hal-hal yang ber-
dengan lainnya dan berinteraksi secara
kaitan dengan pengembangan metode
langsung, pebelajar saling berhadapan dan
mengajar.
saling membantu dalam pencapaian tujuan
(c) Referensi model pembelajaran
belajar, dan sumbangan pemikiran dalam
matakuliah di Jurusan Matematika,
pemecahan masalah, (d) kemampuan bekerja
yang dapat dipertimbangkan untuk
sama, artinya mahasiswa dimotivasi
pengembangan pembelajaran lebih
menggunakan ketrampilan berinteraksi
lanjut.
dalam kelompok, dan (e) pemrosesan
kelompok, artinya mahasiswa memproses
2. MODEL PEMBELAJARAN
keefektifan kelompok dengan menjelaskan
KOOPERATIF
tindakan mana yang dapat menyumbangkan
Slavin (1997) memberikan uraian belajar dan mana yang tidak.
tentang pembelajaran model kooperatif Di dalam pembelajaran model
sebagai berikut: cooperative learning kooperatif, anggota kelompok harus saling
methods share the idea that students work bergantung secara positif. Keberhasilan atau
together to learn and are responsible for one kegagalan kelompok adalah keberhasilan
another’s learning as well as their own, dan kegagalan setiap anggotanya. Masing-
sedangkan Newman (As’ari,2002), masing harus mengupayakan agar semua
mendefinisikan pembelajaran model anggota kelompok berhasil mencapai tujuan
kooperatif sebagai berikut: cooperative yang diharapkan. Mereka tidak boleh mem-
learning is an approach that involves a small biarkan ada anggota kelompok yang gagal
group of learners working together as a team meskipun sebagian besar yang lainnya sudah
to solve a problem, complete a task, or berhasil.
accomplish a common goal. Keberhasilan kelompok ditentukan
Dari dua pernyataan di atas, tampak oleh sumbangan keberhasilan belajar
bahwa model belajar kooperatif memuat masing-masing individu di dalam kelompok
ciri-ciri sebagai berikut. Pertama, mahasiswa tersebut. Oleh karena itu, masing-masing
dikelompok- kelompokkan menjadi bebe- anggota kelompok, secara individual harus
rapa kelompok. Kedua, kelompok-kelompok bertanggung jawab terhadap keberhasilan
tersebut merupakan kelompok kecil. Ketiga, dirinya untuk menjamin agar kelompoknya
pebelajar di dalam kelompok tersebut belajar masuk dalam kategori berhasil.
bersama (bukan sama-sama belajar).

SEMNAS MIPA 2010 MAT - 83


Di dalam proses belajar bersama pemantauan dan refleksi, yang mungkin
tersebut, antar anggota kelompok harus diikuti perencanaan ulang.
terjadi proses tatap muka dimana yang satu
belajar dari yang lain. Kelebihan anggota 4. PROSEDUR PENELITIAN
yang lain harus ditularkan dengan
Terdapat dua tahap dalam penelitian
memberikan bantuan secara tatap muka
ini, yaitu tahap pra tindakan dan tahap
dalam kelompok kecil kepada anggota yang
pelaksanaan tindakan, yang rinciannya
lainnya yang masih lemah. Di dalam pembe-
sebagai berikut.
lajaran model kooperatif ini tidak
Kegiatan pra tindakan
dibenarkan belajar secara sendiri-sendiri,
a. Menentukan subjek penelitian
apalagi tentang hal-hal yang berbeda,
Subjek diteliti dalam penelitian adalah
walaupun dilakukan dalam tempat yang
mahasiswa jurusan matematika tahun
sama dan pada waktu yang sama pula.
pertama angkatan tahun 2010/2011 yang
Komunikasi antar anggota harus terus
berjumlah 29 siswa. Penentuan subjek
menerus terjadi, ini untuk mengetahui sejauh
ini didasarkan atas pertimbangan bahwa
mana tujuan belajar bersama telah dicapai
mahasiswa semester satu tahun pertama
dan tindakan apa yang harus dilakukan jika
merupakan mahasiswa yang mengalami
ada anggota yang masih belum mencapai
transisi dari sekolah menengah ke
tujuan. Cara-cara berkomunikasi juga harus
perguruan tinggi.
diperhatikan agar suasana belajar menjadi
b. Menentukan waktu penelitian dan
kondusif untuk mencapai tujaun yang telah
tindakan
ditetapkan.
Waktu yang diperlukan dalam tindakan
Keberhasilan belajar dari kelompok-
di kelas dilakukan pada selang waktu
kelompok tersebut sangat menentukan
September sampai dengan Oktober 2010,
tercapainya tujuan belajar. Oleh karena itu,
waktu tindakan ini disesuaikan dengan
perlu dilakukan proses evaluasi kelompok
subtansi kajian akar kuadrat dan harga
dan evaluasi ini bisa dilakukan setelah bebe-
mutlak yang tersaji pada silabus jurusan
rapa kali kerja kelompok.
metematika. Dari rentangan waktu itu
telah dilaksanakan kegiatan selama enam
3. METODE
pertemuan, setiap pertemuan dilakukan
Metode dan prosedur dalam penelitian selama 100 menit.
ini dilakukan melalui tahap-tahap (1)
rancangan penelitian, (2) prosedur tindakan, Pelaksanaan Tindakan Kelas
dan (3) tahap pelaksanaan. Rancangan yang Seperti yang dikemukakan di atas
diterapkan berupa rancangan penelitian bahwa pelaksanaan tindakan kelas yang
tindakan, sehingga langkah-langkah dilakukan menggunakan model siklus,
penelitian ini mengikuti prinsip dasar yang dengan setiap siklus meliputi 4 tahapan.
berlaku pada penelitian tindakan. Kemmis Seperti yang dikemukakan oleh Kemmis dan
dan Mc Taggart (1988) berpandangan bahwa McTaggart terdapat empat tahapan dalam
penelitian tindakan merupakan seperangkat penelitian tindakan, yaitu (1) tahap
aktivitas yang dilakukan peneliti secara perencanaan, (2) tahap pelaksanaan, (3)
siklus spiral. Aktivitas perencanaan, tahap observasi, dan (4) tahap refleksi.
tindakan, pengamatan, dan refleksi terhadap Dalam pembelajaran akar kuadrat dan harga
suatu gejala tidak berlangsung linear, tetapi mutlak dalam penelitian ini dilakukan dua
berulang. Tiap selesai satu siklus selalu akan siklus pembelajaran.
dilanjutkan untuk siklus berikutnya.
Dalam penelitian ini kegiatan 5. HASIL PENELITIAN
penelitian dimulai dari refleksi awal untuk
Hasil-hasil yang diperoleh dari penelitian ini
melakukan kegiatan pendahuluan tentang
dijabarkan sebagai berikut.
kondisi objektif yang terjadi di lapangan
a. Mahasiswa dapat menyatakan kembali
sampai dengan pemberian refleksi setiap
pengertian akar kuadrat dengan benar.
tahapan.Setelah itu dilakukan kegiatan
b. Mahasiswa dapat menyatakan kembali
perencanaan, pelaksanaan tindakan,
pengertian harga multak (|x|) dengan
benar.

SEMNAS MIPA 2010 MAT - 84


c. Mahasiswa dapat menyatakan ekivalensi Pengajar menunjukkan definisi harga mutlak
pertidaksamaan harga mutlak dengan seperti berikut ini.
benar.
d. Mahasiswa dapat menyatakan x, x ≥ 0
pertidaksamaan tanpa nilai mutlak yang |x| = ….. (a)
ekivalen dengan |x| < |y| dengan benar. x, x ≤ 0.

6. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Mahasiswa secara umum memahami


mengerti dan memahami arti definisi di atas,
Pada bagian ini akan diuraikan
namun begitu dihadapkan kepada masalah |x
berturut-turut kegiatan yang dilakukan siklus
– 1|, mereka menjawab seperti berikut ini,
satu sampai dengan akhir siklus dua.
Pada siklus pertama dilakukan pembelajaran
x, x ≥ 0
tentang kuadrat dan akar kuadrat. Materi ini
|x – 1| = ….. (b)
sebenarnya telah dikenal oleh mahasiswa
-x, x ≤ 0.
sejak di SMP, bahkan di sekolah dasar,
sehingga dalam hal ini sebenarnya dosen
Dengan jawaban seperti ini, pengajar
hanya mengingatkan kembali saja terhadap
mencari tahu kenapa mereka menjawab
materi kuadrat dan akar kuadrat. Namun.
seperti yang disajikan di atas. Atas dasar
Dijumpai saat pembelajaran, beberapa
jawaban ini, pengajar mengingatkan kembali
mahasiswa (kelompok 7 dan kelompok 8)
kepada mahasiswa arti harga mutlak, dengan
salah mengartikan pengertian akar kuadrat.
memfokuskan kepada variabel x. Harga
Pertanyaan dari pengajar, bagaimana kalau
mutlak x, persaratannya x lebih dari atau
√(-4)2, kelompok 7 menjawab -4, demikian
sama dengan nol, dan x kurang dari nol.
juga kelompok 8 menjawab -4. Dari jawaban
Tetapi jika fokus variabel kepada x – 1,
ini, pengajar mengalihkan pertanyaan
tentu harga mutlak x – 1 memiliki perserata
kepada kelompok lain (kelompok 1) untuk
x – 1 lebih dari atau sama dengan nol, dan x
dijawab; dan jawaban dari kelompok lain
– 1 kurang dari nol. Dengan begitu jawab
menjawab dengan “4 pak”. Selanjutnya,
yang benar untuk |x – 1| dituliskan seperti
ditanya pengajar kenapa 4, kelompok 1
berikut ini.
kurang tepat dalam memberi jawaban.
Dengan jawaban seperti ini, pengajar
x - 1, (x – 1) ≥ 0
member kesempatan kepada semua
|x – 1| = ….. (c)
kelompok untuk membaca kembali dengan
-(x – 1), (x – 1) ≤ 0.
benar di buku tentang akar kuadrat.
Kesimpulan dari diskusi tentang akar
Harga mutlak di atas ini dapat dituliskan
kuadrat ini ialah √ x2 = |x|.
sebagai,
Untuk lebih memahami arti akar kuadrat,
kepada kelompok diberikan permasalahan
x - 1, x ≥ 1
untuk didiskusikan dan hasilnya
|x – 1| = ….. (d)
dipresentasikan.
x + 1, x < 1.
Pada siklus kedua, dilakukan
pembelajaran tentang harga mutlak dan
Dengan memahami jawaban di atas ini,
fungsi harga mutlak. Dalam apersepsinya,
mahasiswa dapat mengetahui dan membeda-
pengajar menyampaikan sepintas tentang
kan antara (b) dan (d). Untuk pemahaman
harga mutlak, yang dilanjutkan dengan
lebih lanjut, dengan cara belajar kooperatif,
fungsi harga mutlak. Kesalahan terpenting
mahasiswa diberi permasalahan-
yang dilakukan mahasiswa saat berdiskusi
permasalahan terkait dengan harga mutlak
tentang harga mutlak dan fungsui harga
agar mereka benar-benar mengerti konsep
mutlak adalah mengartikan definisi harga
harga mutlak.
mutlak yang belum benar. Padahal
Inilah hal yang penting dalam
sebenarnya secara tidak langsung harga
mengoreksi kesalahan mahasiswa terkait
mutlak ini telah disinggung ketika
dengan akar kuadrat dan harga mutlak.
mendiskusikan tentang akar kuadrat.
Kesalahan-kesalahan yang dilakukan
terhadap konsep akar kuadrat dan harga

SEMNAS MIPA 2010 MAT - 85


mutlak sudah semestinya diperbaiki karena Slavin, R.E. 1995. Cooperative Learning:
materi ini merupakan prasarat untuk belajar Theory, Research, and Practice.
matematika lebih lanjut, khususnya belajar Boston,MA:Allyn and Bacon.
materi limit fungsi dan turunan. Slavin, R.E. 1997. Educational Psychology.
Boston, MA: Allyn and Bacon.
7. SIMPULAN DAN SARAN Soedarsono, F. 1997. Pedoman Pelaksanaan
7.1. Simpulan Penelitian Tindakan Kelas Bagian Kedua,
Rencana, Desain, dan Implementasinya. IKIP
Berdasarkan uraian yang disajikan Yogyakarta: Dirjen Dikti.
secara singkat di atas, maka dalam penelitian
Suherman, E.2001. Strategi Pembelajaran
ini dapat disimpulkan berbagai hal sebagai
Matematika Kontemporer, JICA Jurusan
berikut (a) pembelajaran materi akar kuadrat Pendidikan Matematika. FMIPA. UPI.
dan harga mutlak perlu memperhatikan
prasarat-prasarat dalam pembelajarannya, Sumarno, 1997. Pedoman Pelaksanaan
(b) berbagai kesalahan yang dilakukan oleh Penelitian Tindakan Kelas Bagian Ketiga
Pemantauan dan Evaluasi. IKIP Yogyakarta:
mahasiswa dalam belajar akar kuadrat dan
Dirjen Dikti.
harga mutlak seperti mencari √ (-4)2,
menentukan |x–1| telah dapat
diluruskan/diperbaiki, (c) pembelajaran
dengan strategi kooperatif dapat berjalan
dengan baik, terlihat kadar kooperatifnya
yang tinggi, yaitu dari hasil analisis lembar
observasi kegiatan diskusi kelompok.

7.2. Saran
Saran yang perlu peneliti sampaikan
dalam laporan penelitian ini ialah (a)
pembelajaran ini dilakukan di satu offering
saja, sehingga simpulan dari penelitian
belum bisa digeneralisasi, oleh karena itu
perlu ada tindak lanjut berupa penelitian
serupa untuk offering yang lain, (b) materi
dalam penelitian ini terbatas pada akar
kuadrat dan harga mutlak, oleh karena itu
untuk akan lebih baik bila dilakukan
penelitian serupa dengan materi diperluas,
(c) mudah-mudahan hasil ini dapat
digunakan untuk acuan penelitian
selanjutnya.

DAFTAR RUJUKAN
As’ari, A. 2002. Cooperative Learning Untuk
Meningkatkan Mutu Pembelajaran Matematika.
Makalah Disampaikan pada Workshop Piloting
Jurusan Matemaika FMIPA Universitas Negeri
Malang.
Kemmis, S and Taggart, Robbin. 1988. The
Action Research Planner. Victoria:Deakin
University.
Khairiree, K. 2002. Cooperative Learning.
Penang, Malaysia: SEAMEO RECSAM.
Purcell, E. 1984. Calculus with Analityc
Geometry. Prentice-Hall, Inc.

SEMNAS MIPA 2010 MAT - 86


Reciprocal Teaching Berbantuan Komputer dalam
Pembelajaran Matematika

Abd. Qohar
Jurusan Matematika, FMIPA Universitas Negeri Malang Email : qohar@yahoo.com

Abstrak: Komputer bisa dimanfaatkan dalam pembelajaran matematika, diantaranya


dengan mendesain pembelajaran berbantuan komputer yang menarik siswa untuk belajar
serta meningkatkan pemahaman dan komunikasi matematis siswa. Dalam tulisan ini akan
dibahas tentang reciprocal teaching berbantuan komputer dalam pembelajaran matematika
untuk mengembangkan kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis siswa.
Pembahasan meliputi pendapat-pendapat para ahli tentang reciprocal teaching dan
penggunaan komputer dalam pembelajaran khususnya pembelajaran matematika. Untuk
lebih memperjelas permasalahan, disajikan juga contoh bahan teks untuk pembelajaran
matematika. Hal penting yang harus diperhatikan dalam merancang pembelajaran
matematika dengan pendekatan reciprocal teaching berbantuan komputer adalah adanya
desain pembelajaran yang memberikan kesempatan bagi siswa melakukan aktivitas
pembelajaran yang optimal, meningkatkan kemampuan-kemampuan matematisnya, serta
bisa menumbuhkan sikap positif siswa terhadap matematika.

Kata kunci : reciprocal teaching, pembelajaran berbantuan komputer, pembelajaran matematika

Pendahuluan

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan disediakan, menyimpulkan, membuat


Pendidikan (KTSP) dinyatakan bahwa pertanyaan, menjelaskan kembali dan
pembelajaran di sekolah perlu diberikan menyusun prediksi. Pembelajaran ini
berbagai model maupun metode agar tujuan dilakukan secara kooperatif di mana salah
pembelajaran bisa tercapai. Hal ini satu anggota kelompok berperan sebagai
menunjukkan bahwa guru harus menguasai pemimpin pembelajaran dan dilakukan
dan bisa menerapkan berbagai model dan secara bergantian. Salah seorang siswa yang
metode pembelajaran agar tujuan bertugas sebagai pemimpin tersebut
pembelajaran tersebut bisa tercapai. Dengan memimpin teman-teman dalam
menerapkan berbagai model dan metode kelompoknya dalam melaksanakan tahap-
pembelajaran maka berbagai type belajar tahap reciprocal teaching. Sedangkan guru
siswa akan bisa terakomodasi sehingga berperan sebagai fasilitator yang memberi
pembelajaran di kelas menjadi lebih optimal kemudahan, dan pembimbing yang
dan tujuan pembelajaran bisa lebih mudah melakukan scaffolding.
untuk dicapai. Dalam KTSP tersebut juga disebutkan
Salah satu model pembelajaran yang perlunya penggunaan teknologi untuk
bisa digunakan sebagai alternatif adalah mendukung pembelajaran. Perkembangan
reciprocal teaching. Reciprocal teaching teknologi, dalam hal ini teknologi komputer,
merupakan salah satu model pendekatan merupakan sesuatu yang bisa dimanfaatkan
pembelajaran di mana siswa dilatih untuk dalam proses pembelajaran. Saat ini
memahami suatu naskah dan komputer merupakan suatu bentuk teknologi
menjelaskannya pada teman sebaya, yang mampu menjadikan alat tersebut
sehingga para ahli banyak yang menyebut sebagai penyaji informasi dan komunikasi
reciprocal teaching ini sebagai peer practice yang lebih produktif, efektif, efisien,
(latihan dengan teman sebaya). Palinscar menarik dan memungkinkan terjadinya
(1986) menyatakan bahwa reciprocal hubungan atau komunikasi tanpa batas.
teaching adalah suatu kegiatan belajar yang Dalam pembelajaran matematika, kelebihan-
meliputi membaca bahan ajar yang kelebihan tersebut bisa dimanfaatkan

SEMNAS MIPA 2010 MAT - 87


sehingga bisa mendukung proses Menurut Palinscar (1986) reciprocal
pembelajaran. teaching bisa disusun dengan menggunakan
Untuk membantu pemahaman siswa empat strategi yang bisa diterapkan secara
dalam mempelajari suatu materi pelajaran, fleksibel yaitu menyimpulkan
maka dapat dirancang suatu pembelajaran (summarization), membuat pertanyaan
berbantuan komputer yang menarik dan (question generation), klarifikasi
efisien. Perangkat lunak komputer (clarification), dan memprediksi
mempunyai kelebihan dibandingkan dengan (prediction). Dalam implementasinya, guru
buku, misalnya bisa menampilkan materi harus mempersiapkan bahan teks yang berisi
secara interaktif. Penyajian materi dengan materi pokok bahasan yang akan diajarkan.
komputer mencakup teks, gambar diam, Foster & Rotoloni (2008) menyatakan
suara, gambar bergerak. Banyak hal yang bahwa bahan ajar yang dipersiapkan oleh
bisa disimulasikan atau ditampilkan di guru harus efektif dan mudah
komputer. Selain itu perangkat lunak dapat diimplementasikan oleh siswa, tidak boleh
digunakan sebagai sarana belajar mandiri. terlalu mudah atau terlalu sulit.
Hal tersebut akan memberikan banyak Dilihat dari karakteristitik
manfaat ke siswa karena siswa bisa pembelajaran yang ada pada reciprocal
mendapatkan gambaran yang lebih jelas teaching, maka konstruktivisme sosial
terhadap suatu materi. Disamping itu juga Vigotsky lebih sesuai untuk diterapkan.
bisa menimbulkan keingintahuan untuk Teori konstruktivisme sosial menyatakan
mempelajari hal baru yang lebih menarik, bahwa proses sosial dan individual
dan mengurangi ketergantungan terhadap mempunyai peran sentral dalam
guru. pembelajaran matematika (Ernest, 1994).
Berdasarkan penjelasan tersebut di atas Dalam konstruktivisme sosial tersebut,
maka dalam makalah ini akan dijelaskan aspek individu dan aspek kelompok, aspek
tentang model pembelajaran reciprocal sosial serta aspek psikologis siswa mendapat
teaching berbantuan komputer dan perhatian secara komprehensif dalam
penerapannya dalam pembelajaran pembelajaran.
matematika. Pembahasan meliputi faktor- Dalam reciprocal teaching guru
faktor yang perlu diperhatikan dalam model berperan sebagai fasilitator yang melakukan
pembejaran tersebut dan penerapannya bimbingan secara bertahap atau scaffolding.
dalam pembelajaran matematika. Di Scaffolding merupakan bantuan yang
samping itu, contoh bahan ajar untuk diberikan oleh guru ataupun siswa kepada
pembelajaran matematika dengan model siswa lainnya untuk belajar dan
tersebut juga diberikan dalam makalah ini. menyelesaikan masalah. Bantuan tersebut
Reciprocal Teaching dapat berupa petunjuk, dorongan,
Palincsar & Brown (1984) menyatakan peringatan, penguraian masalah ke dalam
bahwa strategi reciprocal teaching adalah langkah-langkah pemecahan, pemberian
pendekatan konstruktivis yang didasarkan contoh, dan tindakan-tindakan lain yang
pada prinsip-prinsip membuat pertanyaan, memungkinkan siswa itu belajar mandiri.
mengajarkan keterampilan metakognitif Scaffolding perlu diberikan agar siswa atau
melalui pengajaran, dan pemodelan oleh kelompok siswa yang lambat dalam
guru untuk meningkatkan keterampilan memahami suatu materi bisa mengikuti
membaca dan pemahaman pada siswa yang pembelajaran secara lancar dan tidak
berkemampuan rendah. Reciprocal teaching tertinggal dengan kelompok yang lain.
adalah prosedur pengajaran yang dirancang Scaffolding juga bermanfaat untuk
untuk mengajarkan kepada siswa tentang meluruskan pemahaman jika ada kelompok
strategi-strategi kognitif serta untuk yang masih ragu maupun salah dalam
membantu siswa memahami bacaan dengan memahami konsep. Dengan adanya
baik. Dalam kamus on line Wikipedia juga scaffolding, kemampuan aktual siswa yaitu
dinyatakan bahwa Reciprocal Teaching kemampuan yang mampu dicapai oleh siswa
merupakan salah satu model pembelajaran dengan belajar sendiri dapat berkembang
yang berbasis konstruktivisme (Wikipedia, lebih tinggi dan lebih baik sehingga dicapai
2008). kemampuan potensialnya. Dengan demikian

SEMNAS MIPA 2010 MAT - 88


scaffolding mampu membantu siswa dipahaminya tanpa ragu-ragu atau malu. Jika
mengembangkan kemampuan aktualnya ada perbedaan pendapat, dan menemui jalan
menjadi kemampuan potensialnya (Rosyid buntu guru bisa membantunya dengan
& Ibrahim, 2007). scaffolding. Suasana pembelajaran dengan
Dalam reciprocal teaching siswa ciri-ciri tersebut sangat dimungkinkan untuk
diajarkan untuk membuat pertanyaan- mengarahkan kepada siswa agar menyukai
pertanyaan dari bahan bacaan yang sudah pembelajaran matematika yang pada
dibacanya. Dengan membuat pertanyaan- gilirannya siswa akan punya sikap positif
pertanyaan siswa bisa lebih memahami terhadap matematika. Hal inilah yang
metakognisinya, siswa menjadi lebih tahu merupakan salah satu aspek yang
tentang hal-hal yang dimengertinya dan hal- mendorong peneliti agar dalam penelitian ini
hal yang tidak dimengertinya. Selanjutnya diterapkan reciprocal teaching, di samping
siswa dilatih untuk menjawab pertanyaan- aspek-aspek yang sudah dijelaskan
pertanyaan yang sudah diajukan oleh teman sebelumnya.
dalam dalam kelompoknya. Dengan Pembelajaran Matematika Berbantuan
menjawab pertanyaan yang diajukan, siswa Komputer
akan menjadi lebih paham tentang apa yang Pengembangan teknologi komputer
sudah diketahuinya dan terjadi pertukaran dalam pembelajaran matematika merupakan
pendapat antar kelompok, sehingga siswa hal yang penting. National Council of
yang mempunyai pemahaman yang kurang Teachers of Mathematics (NCTM) tahun
benar akan bisa diluruskan. Setelah selesai 2000 memasukkan prinsip teknologi ke
menjawab dan menjelaskan pertanyaan- dalam salah satu prinsip yang perlu
pertanyaan dalam kelompok, siswa juga dikembangkan dalam pembelajaran
dituntut untuk memprediksi pertanyaan- matematika, disamping 5 prinsip yang lain.
pertanyaan lanjutan. Ada 3 hal yang membuat prinsip
Salah satu pilar pendidikan yang pemanfaatan teknologi itu penting yaitu : (1)
ditetapkan oleh UNESCO adalah learning to teknologi bisa meningkatkan kualitas
live together. Model belajar matematika pembelajaran matematika, (2) teknologi bisa
secara kooperatif seperti yang dilaksanakan mendukung pembelajaran secara lebih
pada reciprocal teaching sangat mendukung efektif dan (3) teknologi bisa memberi
salah satu pilar pendidikan yang ditetapkan pengaruh tentang materi matematika yang
oleh UNESCO tersebut. Dengan diajarkan (NCTM 2000). Namun demikian
melaksanakan reciprocal teaching, siswa teknologi tidak bisa digunakan untuk
akan berlatih untuk belajar secara mengganti secara total peran guru dalam
berkelompok, menghargai pendapat orang pembelajaran matematika. Dalam penelitian
lain, serta bisa saling bertukar pendapat yang dilakukan oleh Kariadinata (2006),
antar sesama teman dalam kelompok ditemukan bahwa pembelajaran matematika
maupun dalam kelas. Siswa yang melakukan berbantuan komputer interaktif yang
belajar kelompok akan mendapatkan dilakukan tanpa adanya bimbingan guru
kemampuan dan pengalaman yang dapat memberikan hasil yang lebih jelek
menanamkan kesadaran dalam diri para dibandingkan dengan pembelajaran yang
siswa bahwa mereka bersatu dalam satu dilakukan secara konvensional (tanpa
upaya bersama, bahwa mereka akan berhasil bantuan komputer).
atau gagal sebagai sebah tim. Kemampuan- Penggunaan komputer dalam
kemampuan ini akan sangat bermanfaat bagi pembelajaran matematika sudah bayak
siswa sebagai bekal dalam studi selanjutnya diteliti oleh para ahli dan menunjukkan hasil
dan dalam hidup bermasyarakat. yang dapat meningkatkan kemampuan
Reciprocal teaching yang merupakan matematika siswa. Hal tersebut sebagaimana
pembelajaran berbasis konstruktivisme telah diteliti oleh Frid (2002), yang
memberikan peluang kepada siswa untuk menemukan bahwa pembelajaran dengan
mengeksplorasi secara bebas namun terarah kelas menggunakan komputer yang disertai
terhadap ide-ide matematika. Siswa secara adanya tatap muka dengan guru, maka
bebas juga bisa bertanya kepada pemimpin pembelajaran bisa dilakukan dengan hasil
kelompok tentang hal-hal yang tidak yang baik, namun jika tanpa tatap muka,

SEMNAS MIPA 2010 MAT - 89


maka komunikasi dan refleksinya menjadi 3. Kemudahan akses pada sumber-
sangat kurang sehingga hasilnya kurang sumber belajar terkini berbasis teknologi
baik. Neo (2007) menyatakan bahwa informasi.
penggunaan komputer untuk pemecahan Kemudahan akses pada sumber-
masalah dalam pembelajaran meningkatkan
sumber belajar terkini berbasis teknologi
hasil belajar dan memperbaiki pemahaman
informasi termasuk faktor yang penting
materi. Para siswa sangat termotivasi untuk
melaksanakan pembelajaran dan melihat pula. Dengan adanya kemudahan untuk
hasil-hasil mereka yang akhir. Mereka juga mengakses sumber belajar matematika
banyak terlibat dalam aktivitas pembelajaran berbasis teknologi informasi maka
konstruktivis, di mana guru bertindak adanya perkembangan dan isu terahir
sebagai suatu fasilitator dan konsultan, dari pembelajaran matematika akan bisa
memandu para siswa dalam memecahkan langsung diserap dan dimanfaatkan oleh
permasalahan mereka. Para siswa mampu siswa.
bekerja sama untuk membuat keputusan- 4. Lokasi dan pengaturan komputer
keputusan, untuk melengkapi tugas di dalam kelas.
kelompok mereka.
Faktor yang termasuk penting
Penerapan komputer untuk
adalah lokasi dan pengaturan komputer
pembelajaran matematika di sekolah perlu
memperhatikan faktor-faktor yang dikelas. Dengan pengaturan dan setting
mempengaruhi keberhasilan pembelajaran tata letak komputer yang bagus
dengan multimedia tersebut. Edwards (2005) diharapkan siswa merasa senang dan
menjelaskan tentang faktor-faktor yang enjoy dalam melaksanakan pembelajaran
mempengaruhi penggunaan komputer, yaitu dikelas. Jika pengaturanya monoton,
: dikhawatirkan siswa akan cepat bosan
1. Pengetahuan pendidik tentang melaksanakan pembelajaran dengan
penggunaan komputer. multimedia komputer interaktif tersebut.
Pengetahuan pendidik tentang Faktor pengetahuan pendidik tentang
penggunaan komputer merupakan faktor penggunaan komputer multimedia juga
yang sangat penting dalam pembelajaran diungkapkan oleh Donald (1998). Dalam
matematika menggunakan komputer. penelitianya Donald menemukan bahwa
Hal ini dikarenakan, dengan kemampuan kebanyakan guru matematika di negara
yang memadai, pendidik bisa bagian Virginia Amerika Serikat masih
kurang professional dalam hal menerapkan
mengarahkan siswa agar bisa melakukan
pembelajaran matematika menggunakan
aktifitas pembelajaran dengan optimal. komputer, sehingga para pendidik tersebut
Kemampuan pendidik yang kurang, bisa perlu diberi pelatihan tentang penerapan
mengakibatkan kurang optimalnya komputer dalam pembelajaran matematika.
pembelajaran dengan multimedia Hal tersebut juga didukung oleh
komputer interaktif tersebut. pendapat Lynch (2006), yang
2. Pemilihan perangkat lunak yang merekomendasikan bahwa penggunaan
sesuai dengan materi pelajaran dan teknologi komputer dalam pembelajaran
perkembangan siswa. matematika diperlukan transformasi dan
Perangkat lunak yang sesuai dengan inovasi pembelajaran, sehingga
materi pelajaran dan perkembangan implementasinya bisa memberikan hasil
yang optimal dan memberikan pengaruh
siswa juga merupakan faktor yang sangat
yang positif pada pembelajaran matematika.
penting dalam pembelajaran matematika Reciprocal Teaching Berbantuan
menggunakan multimedia komputer Komputer dalam Pembelajaran Matematika
interaktif. Perangkat lunak yang baik, Reciprocal teaching berbantuan
mudah digunakan (user friendly), materi komputer merupakan model pembelajaran
yang lengkap akan mendukung reciprocal teaching dengan menggunakan
tercapainya tujuan pembelajaran. bantuan komputer dalam tahap-tahap
pembelajarannya. Penggunaan bantuan

SEMNAS MIPA 2010 MAT - 90


komputer dalam tahap-tahap pembelajaran Dalam diskusi kelompok ini kemampuan
bisa dilakukan secara fleksibel, misalnya komunikasi siswa bisa ditingkatkan. Within
bisa dilakukan pada tahap membaca bahan (Saragih, 2007) mengemukakan bahwa
ajar, menyimpulkan, membuat pertanyaan, kemampuan komunikasi menjadi penting
klarifikasi, ataupun memprediksi. Guru ketika diskusi antar siswa dilakukan, di
harus dapat memilih tahap mana yang perlu mana siswa diharapkan mampu menyatakan,
dengan bantuan komputer dan tahap mana menjelaskan, mengambarkan, mendengar,
yang tidak perlu, jangan sampai bantuan menanyakan dan bekerja sama sehingga
komputer tersebut malah menghambat dapat membawa siswa pada pemahaman
pembelajaran. yang mendalam tentang matematika.
Pembelajaran matematika dengan Aspek-aspek kemampuan komunikasi
pendekatan reciprocal teaching berbantuan matematis bisa ditingkatkan dengan adanya
komputer bisa digunakan untuk karakteristik dari tahap-tahap yang harus
mengembangkan kemampuan-kemampuan dilakukan dalam reciprocal teaching
matematis, antara lain pemahaman berbantuan komputer. Aspek membaca
matematis dan komunikasi matematis. Hal dalam komunikasi matematis bisa
ini bisa dilihat dari karakteristik dan tahap- ditingkatkan dengan adanya tahap membaca
tahap yang harus dilakukan dalam teks yang dilakukan sebelum proses
reciprocal teaching berbantuan komputer. pembuatan kesimpulan. Salah satu ciri
Berikut ini akan dijelaskan langkah-langkah reciprocal teaching adalah adanya bahan
dalam pembelajaran dan potensinya untuk teks yang harus dipersiapkan guru sebelum
mengembangkan kemampuan-kemampuan proses pembelajaran dimulai. Dalam konteks
matematis tersebut. pembelajaran matematika, guru harus
Langkah awal reciprocal teaching menyiapkan bahan teks yang berisi materi-
berbantuan komputer adalah membaca materi matematika yang menjadi pokok
bahan teks materi matematika. Langkah ini bahasan dalam pembelajaran. Bahan teks ini
mengarahkan siswa untuk memahami bahan harus dibaca oleh semua siswa dalam
bacaan. Bagi siswa yang lebih pandai akan kelompok, sehingga dalam tahap ini
lebih mudah untuk memahami teks dan bisa kemampuan siswa dalam membaca bisa
berperan sebagai pemimpin dalam ditingkatkan. Siswa tidak hanya sekedar
kelompok, walaupun pada akhirnya semua membaca teks, namun juga dituntut untuk
anggota diusahakan agar mendapat giliran memahami teks tersebut sehingga
sebagai pemimpin kelompok. Sedangkan pemahamannya bisa digunakan untuk
siswa yang lain atau yang kurang pandai melakukan tahap-tahap pembelajaran
bisa mengajukan pertanyaan-pertanyaan atau berikutnya.
prediksi sehingga bisa mendapat klarifikasi Aspek menulis dalam komunikasi
atau penjelasan agar menjadi lebih paham. matematis bisa ditingkatkan dengan adanya
Klarifikasi merupakan salah satu unsur tahap-tahap pembuatan kesimpulan,
pemahaman, dan salah satu tahap reciprocal pembuatan pertanyaan dan prediksi.
teaching berbantuan komputer adalah Pemahaman matematis siswa yang
klarifikasi. Tugas memberikan klarifikasi didapatkan pada saat membaca teks maupun
dan penjelasan kepada teman sebaya akan pada tahap klarifikasi, siswa diberi tugas
memotivasi siswa untuk lebih memahami untuk membuat kesimpulan. Tugas ini bisa
materi tersebut. Dengan adanya tahap meningkatkan kemampuan siswa dalam hal
klarifikasi ini kemampuan pemahaman menuliskan ide-ide matematisnya. Tahap
matematis siswa diharapkan bisa meningkat. pembuatan pertanyaan akan membuat siswa
Kemampuan komunikasi matematis bisa menuangkan hal-hal yang belum
dapat dikembangkan dalam reciprocal diketahui maupun yang perlu penjelasan
teaching berbantuan komputer. Hal ini bisa lebih detail untuk dituangkan dalam bentuk
dilihat dari kenyataan bahwa reciprocal tulisan. Tahap prediksi memperkirakan
teaching merupakan pembelajaran materi atau masalah matematis lanjutan yang
kooperatif. Dalam kelompok kecil yang bisa digali oleh siswa, masalah-masalah ini
terdiri dari 4-5 siswa melakukan tahap-tahap dituangkan dalam bentuk tulisan sehingga
yang ditentukan dalam reciprocal teaching.

SEMNAS MIPA 2010 MAT - 91


bisa meningkatkan kemampuan menulis Aspek mendengar dalam komunikasi
bagi siswa. matematis bisa ditingkatkan dengan adanya
Sedangkan aspek diskusi dalam proses klarifikasi. Siswa yang bertugas
komunikasi matematis bisa ditingkatkan sebagai pemimpin kelompok, selain
dengan adanya proses klarifikasi dalam bermanfaat untuk mengasah kemampuan
reciprocal teaching berbantuan komputer. berbicara, tahapan ini juga bermanfaat untuk
Bagi siswa yang bertugas sebagai pemimpin meningkatkan kemampuan mendengarkan
kelompok, tahapan ini sangat bermanfaat pendapat siswa lain yang ingin
untuk mengasah kemampuan berbicara, mengungkapkan pendapatnya. Sedangkan
memberikan penjelasan, serta memahami bagi siswa yang tidak bertugas sebagai
pendapat siswa lain. Bagi siswa yang sedang pemimpin kelompok, dengan mendengar
tidak bertugas sebagai pemimpin kelompok, klarifikasi dari pemimpin kelompok, akan
bisa mengungkapkan pendapat-pendapatnya, meningkatkan kemampuan mendengar.
menanyakan hal-hal yang tidak jelas, serta
menambah penjelasan yang sudah diberikan. Contoh Bahan Teks dalam Reciprocal
Teaching Berbantuan Komputer
Perhatikan gambar berikut :

Y y
y=2x
3 y=3 2

0 x 0 1
x

(i) (ii)

y y

y = 2x - 4
0 2
0 x -4
-2 y = -2

(iii) (iv)

Gambar 1 . Berbagai gambar grafik garis lurus

SEMNAS MIPA 2010 MAT - 92


Dari gambar-gambar diatas, tampak
beberapa garis lurus dengan berbagai
bentuk persamaanya. Pada Gambar 1. (i)
tampak garis lurus dengan persamaan y Gambar 2. Contoh Tampilan
= 3, sejajar dengan sumbu ......dan
Graphmatica dengan Grafik y=2x dan y=
melewati titik (...., ....). pada Gambar 1.
(ii) tampak garis lurus dengan persamaan 2x - 4
y = 2x, melewati titik (....,....) dan titik Dalam reciprocal teaching berbantuan
(...., ....). Pada Gambar 1. (iii) tampak komputer pada materi ini, komputer
garis lurus dengan persamaan y = -2, berfungsi sebagai alat untuk bereksplorasi
sejajar dengan sumbu ......dan melewati bagi siswa terutama untuk tahap klarifikasi
titik (....., ....). pada gambar 1. (iv) atau penjelasan untuk meningkatkan
tampak garis lurus dengan persamaan y pemahaman konsep-konsep matematika.
= 2x-4, melewati titik (....,....) dan titik Pemahaman-pemahaman konsep mendasar
(...., ....). dalam pembelajaran harus tetap diberikan
Persamaan-persamaan y = 3 dan y = -2 oleh guru pada tahap refleksi, hal ini juga
merupakan persamaan-persamaan garis berfungsi untuk menghindari salah konsep
lurus (linear) dan mempunyai variabel bagi siswa.
sebanyak ........buah, dan disebut dengan
persamaan garis lurus ........variabel. Penutup
Sedangkan persamaan-persamaan y = 2x
dan y = 2x – 4 merupakan persamaan- Perkembangan teknologi komputer
persamaan garis lurus dengan variabel yang sangat pesat saat ini bisa
sebanyak ...... buah, dan disebut dengan dimanfaatkan dalam pembelajaran
persamaan garis lurus ........variabel. matematika. Pembelajaran matematika
Perhatikan bahwa variabel-variabel dari dengan pendekatan Reciprocal Teaching
persamaan garis lurus berpangkat berbantuan komputer merupakan salah
.............dan tidak terdapat perkalian satu alternatif pembelajaran matematika
antar 2 variabel. berbantuan komputer yang bisa
Setelah siswa membaca bahan text diterapkan. Pembelajaran matematika
tersebut, dilanjutkan dengan melakukan berbantuan komputer tersebut harus
tahap-tahap reciprocal teaching berbantuan didesain agar siswa bisa melakukan
komputer secara berkelompok 3-4 siswa. aktifitas konstruktivis seluas-luasnya,
Dalam setiap kelompok minimal disediakan jangan sampai keberadaan komputer
1 unit komputer yang sudah dilengkapi menjadi beban tersendiri yang
perangkat lunak yang mendukung materi menyulitkan siswa dalam belajar
pembelajaran, dalam hal ini adalah matematika. Pemahaman matematis dan
Graphmatica, perhatikan Gambar 2. komunikasi matematis siswa bisa
Perangkat lunak ini dipilih karena mudah ditingkatkan melalui pembelajaran
digunakan, sehingga bisa meminimalkan dengan pendekatan reciprocal teaching
dampak yang diakibatkan oleh
berbantuan komputer. Dengan adanya
ketidakmahiran siswa dalam penggunaan
komputer dalam belajar matematika.
bantuan komputer, siswa bisa lebih
leluasa melakukan eksplorasi sehingga
bisa meningkatkan pemahaman
matematis dan komunikasi
matematisnya.

Referensi

SEMNAS MIPA 2010 MAT - 93


Donald, J. B.(1998). “Technology in interactive multimedia course:
Malaysian students'
Mathematics Education”. Doctor
perspectives”. Australasian
Dissertation, Virginia Polytechnic Journal of Educational
Technology, 23(4), 470-489.
Institute and State University.
Palinscar, A.(1986). Strategies for
Edwards, S.(2005). “Identifying the Reading Comprehension
factors that influence computer Reciprocal Teaching. [online].
use in the early childhood Tersedia di :
classroom”. Australasian Journal http://curry.edschool.virginia.edu
of Educational Technology, /go/readquest/ strat/rt.html [29
21(2), 192-210. April 2008]
Ernest, P. (1994). Constructing
Palinscar, A. & Brown, A. (1984).
Mathematical Knowledge:
Reciprocal Teaching in
Epistemology and Mathematics
Comprehension-Fostering and
Education. London: The Falmer
Comprehension-Monitoring
Press.
Activities Cognition and
Foster, E. & Rotoloni, B.(2008).
Instruction. [online] Tersedia di:
Reciprocal Teaching, From
http://teams.lacoe.edu/documenta
Emerging Perspec-tives on
tion/classroom/patti/2-3/teacher/
Learning, Teaching and
resources/reciprocal.html [29
Technology. [On Line]. Tersedia
April 2008]
di:
http://projects.coe.uga.edu/epltt/i Rosyid, D. M. & Ibrahim,I. (2007).
ndex.php?title=Review_of_Recip Reciprocal Teaching Sebagai
rocal _Teaching [29 April 2008] Strategi. [online]. Tersedia:
Frid, S. (2002). “Engaging Primary http://kpicenter.web.id/neo/conte
Students in Working nt/view/17/1.html [29 April
Mathematically within a Virtual 2008]
Enrichment Program”. Saragih, S. (2007). Mengembangkan
Mathematics Education Research Kemampuan Berpikir Logis dan
Journal, Vol. 14, No. 1, 60-79. Komunikasi Matematik Siswa
Lynch J. (2006). “Assessing Effects of Sekolah Menengah Pertama
Technology Usage on melalui Pendekatan Matematika
Mathematics Learning”. Realistik. Disertasi S3 UPI.:
Mathematics Education Research Tidak Diterbitkan.
Journal. Vol. 18, No. 3, 29–43. Wikipedia(2008).
NCTM (2000). Principles and Standards Constructivism_(learning_theory
for School Mathematics, Reston, ). [online] Tersedia :
Virginia. http://en.wikipedia.org/wiki/Cons
Neo, M. et al. (2007). “A constructivist tructivism_(learning_theory).htm
approach to learning an [29 April 2008]

SEMNAS MIPA 2010 MAT - 94


SEMNAS MIPA 2010 MAT - 95

You might also like