You are on page 1of 3

ANALISIS HCN DAN FORMALIN PADA MAKANAN

I. TUJUAN

1. untuk menganalisa HCN pada sampel makanan.

2. untuk menganalisa adanya formalin pada makanan.

II. METODE

1. menganalisis HCN pada makanan dengan cara pemanasan.

2. menganalisis formalin pada makanan dengan pemeriksaan secara kualitatif.

III. PRINSIP

1. Analisis HCN

Sampel diasamkan dengan cara menambahkan larutan asam tartrat 5%, lalu dicelupkan
kertas saring yang telah berisi asam pikrat dan larutan Na 2CO3 8%. Selanjutnya dipanaskan pada suhu 500
C selama 15 menit. Apabila terbentuk warna oranye berarti terdapat HCN pada bahan tersebut.

2. Analisis formalin

Larutan H2SO4 dan FeCl3 bila bereaksi dengan formalin akan membentuk cincin merah sebagai
reaksi positif.

IV. REAKSI

V. DASAR TEORI

Singkong, yang juga dikenal sebagai ketela pohon atau ubi kayu, adalah pohon tahunan tropika dan
subtropika dari keluarga Euphorbiaceae. Umbinya dikenal luas sebagai makanan pokok penghasil
karbohidrat dan daunnya sebagai sayuran. Mengingat banyaknya kandungan gizi yang terdapat didalam daun
ubi tersebut maka sangat baik untuk dikonsumsi. Namun tumbuhan yang termasuk kelas
Dicotyledonae ini baik didalam daunnya maupun umbinya mengandung zat glikosida
cya-nogenik dimana zat ini dapat menghasilkan asam sianida (HCN) atau senyawa asam

biru yang sangat bersifat racun. Asam sianida ini bila dikonsumsi pada jumlah besar akan mengakibatkan kepala

pusing, mual, perut terasa perih, badan gemetar, bahkan bisa mengakibatkan pingsan. Bila kadar racun yang
dikonsumsi cukup banyak, selain gejala tersebut, gejala lain yang dapat timbul antara lain mata melotot,

mulut berbusa, kejang dan sesak napas . (Gultom.P.P.Batunahal,1995, Johan, 2005)


Asam sianida ini tersebar merata dipermukaan daun hingga dermis dari umbi akar. Kandungan unsur
penggangu yang bersifat racun (HCN) berbeda untuk setiap jenis atau varietasnya, sehingga sinkong
dapat dibedakan menjadi beberapa kelompok berdasarkan kandungan asam sianida antara lain golongan
yang tidak beracun, golongan beracun sedikit, golongan beracun, serta golongan sangat beracun. (Johan, 2005).
pada siang ataupun sore hari hasil fotosintesis sudah berlansung dan mengakibatkan peningkatan asam
sianida. (Johan, 2005).

Asam sianida terbentuk secara enzimatis dari dua senyawa prekursor (bakal racun), yaitu linamarin dan
mertil linamarin dimana kedua senyawa ini kontak dengan enzim linamarase dan oksigen dari udara yang
merombaknya menjadi glukosa, aseton dan asam sianida. Asam sianida mempunyai sifat mudah larut
dan mudah menguap, oleh karena itu untuk menurunkan atau mengurangi kadar asam sianida dapat
dilakukan dengan pencucian atau perendaman karena asam sianida akan larut dan ikut terbuang dengan
air. (kesehatan, Kompas, 2004, Kanisius, 1997).

2. Analisis formalin

Formalin adalah nama dagang larutan formaldehid dalam air dengan kadar 30-40 persen. Di pasaran,
formalin dapat diperoleh dalam bentuk sudah diencerkan, yaitu dengan kadar formaldehidnya 40, 30, 20
dan 10 persen serta dalam bentuk tablet yang beratnya masing-masing sekitar 5 gram.

Formalin adalah larutan yang tidak berwarna dan baunya sangat menusuk. Di dalam formalin terkandung
sekitar 37% formaldehid dalam air. Biasanya ditambahkan metanol hingga 15% sebagai pengawet.
Penggunaan formalin yang salah
Penggunaan formalin yang salah adalah hal yang sangat disesalkan. Melalui sejumlah survey dan
pemeriksaan laboratorium,ditemukan sejumlah produk pangan yang menggunakan formalin sebagai
pengawet.

Praktek yang salah seperti ini dilakukan produsen atau pengelola pangan yang tidak bertanggung
jawab. Beberapa contoh produk yang sering mengandung formalin misalnya ikan segar, ayam potong, mie
basah dan tahu yang beredar di pasaran. Yang perlu diingat, tidak semua produk pangan mengandung
formalin.

Dasar hukum yang melarang penggunaan formalin di antaranya UU No 7/1996 tentang Pangan dan UU No
8/1999 tentang Perlindungan Konsumen. 

Formalin dan metahnyl yellow merupakan bahan tambahan pangan (BTP) yang dilarang penggunaannya
dalam makanan menurut peraturan Menteri Kesehatan (Menkes) Nomor 1168/Menkes/PER/X/1999.

Peraturan Pemerintah RI Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan

Formalin merupakan bahan beracun dan berbahaya bagi kesehatan manusia. Jika kandungannya dalam
tubuh tinggi, akan bereaksi secara kimia dengan hampir semua zat di dalam sel sehingga menekan fungsi
sel dan menyebabkan kematian sel yang menyebabkan keracunan pada tubuh.

Selain itu, kandungan formalin yang tinggi dalam tubuh juga menyebabkan iritasi lambung, alergi, bersifat
karsinogenik (menyebabkan kanker) dan bersifat mutagen (menyebabkan perubahan fungsi sel/jaringan),
serta orang yang mengonsumsinya akan muntah, diare bercampur darah, kencing bercampur darah, dan
kematian yang disebabkan adanya kegagalan peredaran darah.

Formalin bila menguap di udara, berupa gas yang tidak berwarna, dengan bau yang tajam menyesakkan,
sehingga merangsang hidung, tenggorokan, dan mata.

Cirri-ciri makanan yang mengandung formalin, adalah :

 Deteksi formalin dan boraks secara akurat hanya dapat dilakukan di laboratorium dengan menggunakan
bahan-bahan kimia, yaitu melalui uji formalin dan uji boraks.       

 Tahu yang bentuknya sangat bagus, kenyal, tidak mudah hancur, awet beberapa hari dan tidak mudah
busuk.

 Mie basah yang awet beberapa hari dan tidak mudah basi dibandingkan dengan yang tidak mengandung
formalin.

 Ayam potong yang berwarna putih bersih, awet dan tidak mudah busuk.

 Ikan basah yang warnanya putih bersih, kenyal, insangnya berwarna merah tua bukan merah segar, awet
sampai beberapa hari dan tidak mudah busuk.

You might also like