Professional Documents
Culture Documents
Tujuan Percobaan :
3. Landasan teori
Menurut Isaac newton “sinar dari cahaya”adalah benda benda sangat kecil
yang terpancar dari bahan yang bersinar.Newton menyatakan cahaya sebagai
korpuskular bahwa dalam medium serba sama tertentu maka cahaya memperlihatkan
lintasan sebagai garis lurus. Hal ini telah dikenal sebagai hukum penjalaran dan
Nampak jelas peruses pembentukan bayangan oleh cahaya tampak.
Teori cahaya yang lebih baru dikemukakan oleh Christian Huyges (1629
-1695),cahaya adalah suatu gerak gelombang yang terpancar dari suatu sumber dalam
semua arah. Ternyata teori Huyges ini mampu menerangkan hukum-hukum dasar
tentang pemantulan dan pembiasan lewat pengertian gelombang primer dan
sekunder,disamping itu juga mampu menerangkan dengan baik tentang gejala
iterferensi yaitu peristiwa terbentuknya pita pita gelap dan terang akibat pemantulan
cahaya pada lapisan tipis.Melalui tinjauan gelombang juga dapat diterangkan adanya
gejala difraksi yaitu penyebaran sinar disekitar pinggiran suatu penghalang yang
terkena cahaya.
1. LENSA
Lensa adalah sebuah bidang bening yang dibatasi oleh bidang lengkung dan satu
bidang datar.
Ada dua jenis lensa yaitu lensa cembung dan lensa cekung
a. Lensa cembung adalah suatu lensa yang bagian tengahnya lebih besar dari pada
bagian tepinya.Sinar sinar bias pada lensa cembung bersipat (konvergen) sehingga
lensa ini disebut juga lensa konvergen.
Sifat-sifat di atas berlaku hanya bagi lensa tipis dan sinar-sinar merupakan sinar
paralax.
Gambar 2. Sinar-sinar yang berasal dari titik fokus akan dibiaskan sejajar sumbu utama
Gambar 3. Sinar yang melewati pusat lensa (vertex) akan diteruskan tanpa dibiaskan.
b. Lensa cekung adalah lensa yang bagian tengahnya lebih tipis dari pada bagian
tepinya.Sinar bias pada lensa cekung bersipat menyebar (divergen ) sehingga
lensa ini disebut juga lensa divergen.
2. Lensa tipis
Lensa tipis adalah lensa yang ketebalannya dapat diabaikan sehingga pengukuran
jarak titik fokus dilakukan dari satu titik yakni pusat lensa (vertex). Mari kita bandingkan
perbedaan antara lensa tipis (Gambar 1) dan lensa tebal (Gambar 2).
Kita mulai dari lensa tebal terlebih dahulu. Lensa tebal memiliki ketebalan lensa -
jarak yang mesti dilalui sinar ketika bergerak dari permukaan 1 ke permukaan 2 - yang
dalam pembentukan bayangan tak dapat diabaikan. Acuan untuk pengukuran jarak f1
(titik fokus 1) berbeda dengan acuan untuk f2 (titik fokus 2). f1 diukur dari bidang utama
1 (first principal plane) dan f2 diukur dari bidang utama 2 ( second principal plane).
Jarak antara kedua bidang utama tersebut mesti diperhitungkan dalam penentuan
bayangan.
Sementara lensa tipis memiliki bidang utama 1 dan 2 yang berimpit sehingga
hanya ada 1 bidang utama untuk lensa tipis. Konsekuensinya pengukuran jarak titik
fokus mengacu pada bidang yang sama atau titik yang sama yaitu pusat lensa (vertex).
Pada lensa tipis ketebalan lensa diabaikan sehingga tidak perlu dipertimbangkan dalam
penentuan bayangan.
Rumus seperti :
dan rumus pembuat lensa :
hanya berlaku untuk lensa tipis karena rumus-rumus di atas diturunkan dengan asumsi
lensa yang digunakan adalah lensa tipis.
Alat-alat optik yang menggunakan lensa tipis tunggal misalnya lensa kontak (contact
lens) , lup, atau kacamata. Sementara alat-alat optik yang lebih kompleks seperti kamera
atau teleskop menggunakan lensa gabungan untuk mengurangi aberasi.
Atau
Ket :n1=Indeks bias disekitar lensa
S=jarak benda
S’=jarak baangan
Berdasarkan pada persamaan diatas dapat diperoleh persamaan paling sederhana untuk
lensa tipis sbb(persamaan jarak focus) .
Jika lensa itu demikian tipisnya seperti itu sehingga tebal t tidak ada artinya
dibandingkan dengan jarak jarak s1, s1’,s2 dan s2’,maka s1’ dapat kita anggapsama dengan
S2, dan mengukur jarak objek dan jarak bayangan dari kedua vertex lensa,medium
disebelah kedua sisi lensa.
Indeks Bias
Jika seberkas cahaya diudara memiliki gerakan ke gelas atau bergerak menuju ke gelas
dari udara.Maka cahaya dibelokkan kegari normal.Sedangkan perbandingan antara
kecepatan cahaya diudara terhadap kecepatan cahaya di medium gelas di sebut dengan
indeks bias
Indeks bias mutlak untuk cahaya yang bergerak dan fakum menuju kesuatu medium
tertentu dapat dinyatakan dengan persamaam sebagai berikut :
N=
Indeks bias relative secara umum berlaku untuk dua buah medium berlaku persamaan:
3. Bagian-Bagian Lensa
Lensa selalu memiliki 2 permukaan. Permukaan lensa dapat berupa suatu busur
lingkaran atau suatu bidang datar. Permukaan lensa yang berupa suatu busur lingkaran
tentu saja mengikuti persamaan lingkaran dan memiliki radius kelengkungan (R).
Gambar di bawah ini adalah gambar suatu lensa cembung-cembung dengan bagian-
bagiannya.
a) Kit optik
b) Diagfragma anak panah (1 Buah)
c) Lensa cembung +100 mm (1 Buah)
d) Kabel penghubung
e) Lampu (1 Buah)
f) Power supply (1 Buah)
g) Rel persisi
h) Penyambung rel
i) Kaki rel
j) Bola lampu bertangkai
5. Prosedur percobaan
Power
supply
5. Geser geser layar menjauhi atau mendekati lensa sehingga diperoleh bayangan ang
paling jelas,ukur jarak lensa
+100mm terhadap layar (s1),kemudian masukkan hasil pengamatan table
6. Mengulangi langkah dua dan tiga untuk jarak benda yang berbeda
1 15 32
2 20 20
3 25 17
4 30 15
5 35 14
xbest =
∑x
n
50 .33
xbest =
5
xbest = 10 .066
• Menentukan KR
SD
KR = ×100 %
X
0.096
KR = ×100 %
10 .066
KR = 0.95 %
• Ketelitian
Ketelitian = 100 % − 0.95 %
Ketelitian = 99 .05 %
x = x ± SD
x =10 .066 ± 0.096
x 2 = 10 .066 − 0.096
x 2 = 9.97
b. Menentukan hubungan Antara Jarak Benda (S0) dengan jrak bayangan (S1)
• Tabe hasi Percobaan
1 1
No =x =y x2 xy
s0 s1
1 0.067 0.031 0.0045 0.00207
2 0.050 0.050 0.0025 0.00250
3 0.040 0.059 0.0016 0.00240
4 0.030 0.067 0.0009 0.00201
5 0.028 0.071 0.0008 0.00198
∑ 0.215 0.0278 0.01096
• Anaisis Data
Y=A+Bx
∆ = N ∑x 2 − (∑x ) 2
A=
( ∑ x ∑ y ) − ( ∑ x∑ xy )
2
N ∑xy − ∑x ∑ y
B=
∆
∆ = 5( 0.0103 ) −(0.046 )
∆ = 0.0515 −0.046
∆ = 0.0055
A=
( 0.0103 )( 0.278 ) − ( 0.215 )( 0.01096 )
0.0055
0.0029 − 0.0024
A=
0.0055
0.0005
A=
0.0055
A = 0.09
Untuk menentukan nilai Y, A, dan B terbaik kita perlu menganalisis data tersebut
lagi dengan menggunakan persamaan berikut
No x x2 y Bx (y-A-Bx) (y-A-Bx)2
1 0.067 0.0045 0.0291 -0.061 0.0001 0.00000001
2 0.050 0.0025 0.0445 -0.046 0.0005 0.00000025
3 0.040 0.0016 0.0536 -0.036 -0.004 0.000016
4 0.030 0.0009 0.0627 -0.027 -0.003 0.000009
5 0.028 0.0008 0.0645 -0.025 -0.005 0.000025
∑ 0.0103 0.000050
y = y + σy
1
σy =
N −2
∑( y − A − Bx ) 2 ∑y
y=
N
1
σy = ( 0.000050 ) 0.228
3 y=
5
σy = 0.00017
y = 0.456
σy = 0.0041
y = y +σy
y = 0.456 +0.0041
σA = σy
∑x 2
∆
0.0103
σA = 0.0041
0.055
σA = 0.0041 1.87
σA = 0.0041 (1.37 )
σA = 0.00561
A = A +σA
A = 0.09 + 0.0056
N
σB =σy
∆
5
σB = 0.0041
0.055
σA = 0.0041 909
σA = 0.0041 (130 .15 )
σA = 0.123
B = B +σB
B = −0.91 +0.123
7. PEMBAHASAN
Dalam percobaan lensa tipis yang kami lakukan,dengan tujuan menentukan titik fokos
(F) dan mencari hubungan jarak benda (S0) dan jarak bayangan (S1).
Dari perumusan diatas kami dapat menentukan berapa titik fokus dari jarak benda dan
jarak benda yang telah cari saat percobaan. Sehingga kami mendapatkan titik fokus yang
nilai fokusnya dengan rata-rata 10,066 cm, itu karena lensa yang dipakai hanya 1 lensa
cembung ± 100 mm, sehingga berapapun jarak benda yang digunakan maka nilai titik
fokus yang diperoleh akan sama yaitu berkisar 10 cm.
Kemudian kami menentukan hubungan antara jarak benda dan jarak bayangan, dari hasil
percobaan dan analisis data, di lihat dari grafik ternyata hubungan jarak benda dan jarak
bayangan adalah berbanding terbalik itu artinya semakin besar jarak benda yang dipakai
maka menghasilkan jarak bayangan yang semakin kecil atau semakin jauh jarak benda
yang digunakan maka jarak bayangan semakin dekat.
mendapatkan focus dari lensa cembung +100 mm dengan 5 kali percobaan berturut-turur
(10.21), (10), (10.12), (10), (10). Langkah selanjutnya adalah kami melakukan analisis
data, langkah pertama yang kami lakukan adalah mencari x dengan menggunakan
persamaan x = ∑
x
setelah kmi hitung kami mendapat nilai dari x rata-rata 10.066.
N
langkah selanjutnya adalah mencari Standar Deviasi (SD) dalam hal ini kami
1
menggunakan persamaan SD =
N
∑( X 1 − X ) 2 dari persamaan tersebut kami
mandapatkan nilai Standar Deviasinya 0.096 cm, setelah itu kami menentukan Ketidak
SD
pastian Relatif (KR) dengan menggunakan rumus KR = × 100% , dari persamaan
x
tersebut kami memperoleh KR = 0.95%, selanjutnya kami mecari ketelitian dari hasil
pengukuran dangan menggunakan persamaan ketelitian = 100% − KR , setelah kami
hitung, kami memperoleh ketelitian dari hasil pengukuran adalah 99.05%, langkah
terakhir adalah menentukan xbest, dengan menggunakan persamaan xbest = x ± SD jika di
lihat dari hasil perhitungan di atas maka xbest = 10 .066 ± 0.096 , hal ini berarti nilai dari
xbest 9.97 s/d 10.16. dari data yang kami peroleh ada 1 buah data yang berda di atas nilai
xbest, yaitu data dasil percobaan pertama, ini membuktikan bahwa tingkat ketelitiannya
tidak mencapai 100%.
Dalam menentukan hubungan antara jarak benda dengan jarak bayangan kami
N ∑xy − ∑x ∑ y
B= , dan kemudian kita harus menentukan posisi x dan y, dan
∆
1 1
kami menggunakan jarak benda ( ) sebagai x dan jarak bayangan
s
sebagai posisi
s0 1
y. setelah kami menghitunya dengan menggunakan persamaan tersebut di atas kami
memperoleh nilai dari A dan B masing-masing (A=0.098) dan (B=0.0908). seteah itu
kami masukkan nilai yang kami dapatkan ke dalam persamaan y = A − Bx dimana kami
menggunakan nilai x yang sudah ada setelah itu kami membandingkan hasilnya ternyata
1
tidak jauh beda dengan nilai (jarak bayangan) yang kami pakai sebagai nilai y.
s1
kemudian kami memasukkan data yang sudah kami proses tadi ke dalam grafik dan kami
mendapatkan hubungan antara jarak benda dan darak bayangan berbanding terbaik yang
artinya jika jarak benda semakin jauh maka jarak bayangnya akan semakin dekat dan
sebaliknya.
8. Kesimpulan
Dari hasil analisa di atas kami dapat menyimpulakan bahwa setelah kami hitung,
tingkat dari ketelitian percobaan kami adalah 99.05% ini berarti percobaan yang kami
lakukan mendekati akurat karena ketidak pastian dari hasil penelitian kami hanya
sebesar 0.95% , dalam sebuah penelitian semakain kecil tingkat ketidakpastiannya maka
hasil penelitian akan semakin akurat. Dari hasil xbest yang kami peroleh berkisar antara
9.97 s/d 10.16 cm, ini berarti focus ideal yang harus ada dalam percobaan adalah kisaran
dari 9.97 s/d 10.16 cm, artinya tidak boleh berada di bawah 9.97cm dan tidak boleh
berada di atas 10.16 cm, adapun focus yang berada di luar jangkauan dari data tersebut
itulah yang di katakan ketidak pastian dari sebuah pengukuran. Semakin banyak nilai
yang jauh dari interval tersebut bakan keakuratan penelitian akan semakin sedikit.
Untuk hubungan antara jarak benda dengan jarak bayangan kami dapat
menyimpulkan bahwa semakin jauh jarak benda dengan lensa maka jarak bayangan akan
semakin dekat dan sebaliknya. Hubungan ini juga bisa di sebut hubungan antara jarak
benda dengan jarak bayangan berbanding terbalik. Dan perlu di ketahui karena dalam
praktikum kali ini kami menggunakan lensa cembung jadi apa yang sudah menjadi
kesimpulan laporan praktikum kami kali ini adalah berhubungan dengan lensa cembung
saja. Adapun mengenai lensa yang lain kami belum mengadakan praktikumnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Optika
http://fisikasma-online.blogspot.com/2010/04/pembiasan-cahaya-pada-lensa-cembung.html
http://fisika.name/siap/Lensa/materi03b.html