Professional Documents
Culture Documents
Berpikir kritis adalah suatu proses yang menantang seorang individu untuk
menginterpretasikan dan mengevaluasi informasi untuk membuat penilaian. Kemampuan
untuk berpikir secara kritis, menerapkan pengetahuan, pemecahan masalah, dan membuat
keputusan klinis adalah inti dari praktik keperawatan, dimana ketika diberi tanggung jawab
untuk membantu individu dalam mencapai kembali atau meningkatkan kesehatannya, perawat
harus mampu berpikir kritis dalam upaya memecahkan masalah dan menemukan jalan keluar
terbaik untuk kebutuhan klien. Tanggung jawab perawat adalah membuat pengamatan yang
relevan mengenai klien; menelaah ide-ide, konklusi, asumsi, dan prinsip; mengenali masalah
kesehatan; dan mengembangkan pendekatan terhadapp perawatan yang menghilangkan atau
mengurangi masalah klien.
Selain menangani klien individu, perawat juga menangani klien kelompok, adapun
kriteria-kriteria dalam membuat prioritas penanganan, antara lain:
Dalam kaitannya dengan keperawatan, berpikir kritis adalah reflektif, pemikiran yang
masuk akal tentang masalah keperawatan tanpa ada solusi dan difokuskan pada keputusan
apa yang harus diyakini dan dilakukan (Kataoka-Yahiro dan Saylor, 1994). Belajar untuk
berpikir kreatif secara mendalam memampukan perawat untuk merawat klien sebagai
advokat mereka dan untuk menjadi lebih cerdik dalam membuat pilihan perawatan mereka.
1. Berpikir secara aktif menggunakan intelegensi, pengetahuan, dan keterampilan diri untuk
menjawab pertanyaan.
2. Dengan cermat menggali situasi dengan mengajukan dan menjawab pertanyaan yang
relevan.
3. Berpikir untuk diri sendiri dan secara cermat menelaah berbagai ide dan mencapai
kesimpulan yang berguna.
4. Meninjau situasi perspektif yang berbeda untuk mengembangkan suatu pemahaman yang
mendalam dan menyeluruh.
5. Mendiskusikan ide dalam suatu cara yang terorganisir untuk pertukaran dan menggali ide
dengan orang lain.
Kompetensi berpikir kritis adalah proses kognitif yang digunakan perawat untuk
membuat penilaian keperawatan ( Potter dan Perry, 1997). Kompetensi berpikir kritis dapat
dibedakan menjadi tiga tipe yaitu:
Proses berpikir kritis secara umum mencakup metode ilmiah, pemecahan masalah, dan
pengambilan keputusan.
b. Pemecahan masalah
5. Keputusan yang baik adalah keputusan yang telah dipilih dari berbagai alternatif yang
telah dianalisa secara matang.
Apabila pengambilan keputusan tidak didasarkan pada kelima hal di atas, akan
menimbulkan berbagai masalah:
2. Tidak terlaksananya keputusan karena tidak sesuai dengan kemampuan organisasi baik
dari segi manusia, uang maupun material.
Sikap atau watak berpikir kritis dapat ditingkatkan dengan memantapkan secara
positif dan memotivasi lingkungan kerja. Kreativitas penting untuk membangkitkan
motivasi secara individu sehingga mampu memberikan konsep baru dengan pendekatan
inovatif dalam memecahkan masalah atau isu secara fleksibel dan bebas berpikir.
Keterbukaan menerima kritik akan mengakibatkan hal positif seperti semakin terjaminnya
kemampuan seseorang terhadap fakta dan data yang dihadapi dan akan meningkatkan
kemampuan untuk mengatasi kelemahan. (Marriner, 1995)
Satu kategori kompetensi berpikir kritis bersifat khusus untuk keperawatan. Proses
keperawatan merupakan pendekatan sistematis yang digunakan untuk secara kritis mengkaji
dan menelaah kondisi klien, mengidentifikasi respon terhadap masalah kesehatan,
melakukan tindakan yang sesuai, dan kemudian mengevaluasi apakah tindakan yang
dilakukan telah efektif.
Tk.2 kompleks
Tk.dasar
a. Cenderung untuk berpikir konkret dan didasarkan pada serangkaian peraturan dan
prinsip
d. Terdapat beberapa solusi untuk pemecahan masalah. Perawat belajar keragaman dan
pendekatan yang berbeda untuk terapi yang sama.
b. Perawat mampu mengantisipasi kebutuhan untuk membuat pilihan yang kritis setelah
menganalisis keuntungan dari alternatif lainnya.
c. Maturitas perawat tercermin dalam kerutinan selalu mencapai pilihan yang terbaik.
b. Pengalaman
c. Kompetensi
Merupakan proses kognitif dalam penilaian keperawatan. Proses berpikir
kritis umum mencakup metoda ilmiah, pemecahan masalah,dan juga pembuatan
keputusan apabila seorang perawat dihadapkan pada situasi klinis.
Contoh dari sikap yang dimaksud adalah seperti : tanggung gugat, berpikir
mandiri, mengambil resiko, kerendahan hati, integritas, ketekunan, dan kreativitas.
Standar professional untuk berpikir kritis mengacu pada kriteria etik untuk
penilaian keperawatan dan kriteria untuk tanggung jawab dan tanggung gugat
professional.
Proses keperawatan adalah suatu kombinasi antara berpikir kritis dan bertindak menggunakan
metode ilmiah nutk mengindentifikasi masalah klien dan untuk memberikan perawatan dengan
cara terstruktur, bertujuan dan efektif. (Roshdal, 1999)
Proses keperawatan adalah metode sistematis yang membantu perawat dan klien bersama-
sama untuk:
1. Pengkajian
2. Diagnosa keperawatan
3. Perencanaan
4. Implementasi
5. Evaluasi
Kemampuan dasar yang harus dimiliki perawatan sehingga proses keperawatan dapat efektif:
2. Kreativitas diperlukan dalam aplikasi ilmu keperawatan dan juga kemampuan beradaptasi
dalam menangani perubahan dan beberapa kejadian yang tidak diharapkan terjadi.
1. Sistematis
2. Berguna (purposeful)
3. Interaksi
4. Dinamis
5. Ilmiah (scientific)
7. Kontribusi ekonomi
Langkah pertama dari proses keperawatan, yaitu pengkajian, dimulai perawat dengan
menerapkan pengetahuan dan pengalaman untuk mengumpulkan data tentang klien.
Pengkajian digunakan dalam peran kolaboratif perawat. Dalam perawatan kesehatan klien dan
melakukan intervensi keperawatan untuk mempertahankan atau memperbaiki kesehatan klien.
Selama pengkajian, perawat mendapatkan dua tipe data pengkajian, yaitu: data
subjektif dan data objektif (Potter dan Perry, 2005). Data subjektif adalah persepsi klien
tentang masalah kesehatan mereka, contoh: rasa nyeri yang dialami klien. Hanya klien
yang dapat memberikan informasi tentang frekuensi, durasi, lokasi dan intensitas nyerinya.
Data subjektif biasanya mencakup, perasaan ansietas, ketidaknyamanan fisik, atau stres
mental. Sedangkan data objektif adalah pengamatan atau pengukuran yang diperoleh
berdasarkan observasi atau pemeriksaan,contoh: hasil pengukuran tanda vital (berat badan,
suhu, tekanan darah, tinggi badan) pemeriksaan laboratorium. Kedua jenis data tersebut
diharapkan dapat mengidentifikasi status kesehatan klien, sehingga dapat menentukan
asuhan keperawatan yang tepat yang akan diberikan kepada klien.
STUDI KASUS: Nn. Ani merawat Tn. Ali satu hati setelah apendiktomi. Nn
Ani bertanya pada Tn. Ali tentang rasa nyeri atau ketidaknyamanan. Tn. Ali
menjawab, “ Saya merasakan nyeri seperti ditusuk pada sisi kanan saya, tetapi
saya baik-baik saja.” Nn. Ani mengamati bahwa Tn. Ali berkeringat dan
mengalami takikardia, dan tekanan darahnya meningkat.
Deskripsi Tn. Ali tentang nyerinya adalah data subjektif, tetapi perubahan fisiologis dari
peningkatan tekanan darah, takikardia,dan diaphoresis adalah temuan objektif yang dikaji
perawat.
Sumber-sumber data didapatkan dari klien, keluarga, teman dekat, anggota tim keperawatan
kesehatan, catatan kesehatan, pemeriksaan fisik, hasil dari pemeriksaan diagnostik dan
laboratorium, serta literatur medis atau keperawatan yang berkaitan. Pengalaman perawat sendiri
tentang tipe klien yang serupa adalah suatu sumber data tambahan. Setiap sumber memberikan
informasi tentang tingkat kesejahteraan klien, faktor-faktor resiko, praktik dan tujuan kesehatan,
pola kesehatan dan penyakit, juga informasi yang relevan terhadap kebutuhan perawatan
kesehatan klien.Berikut adalah sumber yang dapat diperoleh perawat untuk meningkatkan
kesehatan klien:
2.7.1 Klien
Situasi klien adalah sumber informasi terbaik. Klien yang sadar dan menjawab
pertanyaan secara tepat dapat memberikan informasi yang paling akurat tentang kebutuhan
perawatan kesehatan, pola gaya hidup, penyakit saat ini dan masa lalu, persepsi tentang gejala,
dan perubahan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Klien yang mengalami gejala akut di ruang
kedaruratan tidak akan mampu memberikan informasi yang sama rincinya dengan klien yang
datang ke klinik perawatan primer untuk melakukan pemeriksaan rutin.
2.7.2 Keluarga dan Orang Terdekat
Keluarga dan orang terdekat merupakan sumber primer informasi tentang bayi, anak-
anak, klien yang sakit kritis, cacat mental, dan disorientasi. Keluarga dan orang terdekat juga
merupakan sumber informasi sekunder yang penting. Penting artinya untuk melibatkan mereka
dalam pengkajian bila memungkinkan. Mereka dapat memberikan pandangan tentang masalah
atau kebutuhan kesehatan klien. Mereka juga mampu menunjukkan perubahan status kesehatan
klien yang akhirnya dapat membuat pengamatan yang berkaitan tentang kebutuhan klien dalam
melakukan asuhan keperawatan.
2.7.3 Tim Perawatan Kesehatan
Tim perawatan kesehatan terdiri atas dokter, perawat, profesional kesehatan, dan petugas
non profesional yang bekerja dalam lingkungan pelayanan kesehatan. Perawat harus
berkomunikasi dengan anggota tim perawatan kesehatan lain. Setiap anggota dari tim perawatan
kesehatan adalah sumber informasi yang berpotensi, dan tim dapat mengidentifikasi serta
mengomunikasikan data dan menguatkan informasi dari sumber lain.
2.7.4 Catatan Kesehatan
Catatan medis klien saat ini dan masa lalu dapat menguatkan informasi tentang pola
kesehatan, pengobatan masa lalu atau memberikan informasi baru. Dengan catatan medis,
perawat dapat mengidentifikasi pola penyakit, respons terhadap pengobatan sebelumnya, dan
metoda koping masa lalu. Catatan lain seperti pendidikan, wajib militer, dan catatan pekerjaan
dapat mengandung informasi perawatan kesehatan yang berkaitan. Jika klien mendapat layanan
di klinik kesehatan komunitas atau klinik rawat jalan, maka perawat harus mendapatkan data dari
catatan lain tetapi harus dapat memberikan izin tertulis dari klien atau wali klien untuk melihat
catatan ini.
Catatan lainnya seperti pendidikan, wajib militer, dan catatan pekerjaan dapat mengandung
informasi perawatan kesehatan yang berkaitan. Segala informasi yang didapatkan bersifat rahasia
dan diperlakukan bagian dari catatan media legal klien.
2.2.4.1 Observasi
Kelengkapan dalam dokumentasi data penting untuk dua alasan. Pertama, semau
data yang berkaitan dengan status klien dimasukkan. Aturan umum yang berlaku adalah
jika hal tersebut dikaji maka harus dicatat. Kedua, pengamatan dan pencatatan status
klien adalah tanggung jawab legal dan professional.
Menjadi faktual adalah mudah setelah hal tersebut menjadi kebiasaan. Peraturan
dasarnya adalah untuk mencatat semua hasil pengamatan, ketika mencatat data, perawat
harus memperhatikan pada fakta dan harus membuat suatu upaya agar menjadi
sedeskriptif mungkin. Karena pengkajian mencakup pengumpulan dan pendokumentasian
data subyektif maupun objektif, maka perawat harus membuat kepastian bahwa data
dasar telah lengkap dan berdasarkan fakta sebelum membuat pengelompokan data.
Diagnosa keperawatan merupakan tahap kedua dari proses keperawatan setelah tahap
Assesment (pengkajian). Istilah diagnosa keperawatan diperkenalkan pertama kali oleh V. Fry
yang menguraikan langkah yang diperlukan dalam mengembangkan rencana asuhan
keperawatan. Beberapa ahli mempunyai pendapat sendiri dalam mendefinisikan diagnosa
keperawatan. Shoemaker,1984, mendefinisikan diagnosa keperawatan sebagai keputusan klinis
mengenai individu, keluarga, atau masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan
data dan analisis cermat dan sistematis, memberikan dasar pembuatan ketentuan-ketentuan untuk
terapi yang pasti di mana perawat bertanggung jawab. Sedangkan Carpenito, 1988,
mendefinisikan diagnosa keperawatan sebagai suatu pernyataan yang menguraikan respons
manusiawi dari individu atau kelompok di mana perawat dapat secara legal mengidentifikasi di
mana perawat dapat meminta suatu intervensi yang pasti untuk memelihara keadaan kesehatan,
untuk mengurangi, menghilangkan atau mencegah perubahan.
Pada bulan Maret 1990, pada konferensi ke-9 dari North American Nursing Diagnosis
Association (NANDA), sebuah organisasi yang berwenang terhadap perumusan diagnosa
keperawatan, menyetujui definisi diagnosa keperawatan sebagai keputusan klinis mengenai
seseorang, keluarga, atau masyarakat sebagai akibat dari masalah-masalah kesehatan/proses
kehidupan yang aktual atau potensial. Diagnosa keperawatan ini memberikan dasar-dasar
pemilihan intervensi untuk mencapai hasil yang menjadi tanggung gugat perawat. (NANDA,
1990).
1. Format Pernyataan Diagnostik
Dalam penulisan pernyataan diagnosa, ada beberapa format yang dapat dipakai sebagai acuan
dalam merumuskan suatu diagnosa klien, antara lain format PES, format SOAPIE, dan catatan
fokus.
a. Format PES
Gordon mengidentifikasi format ini untuk mencatat tanda-tanda dan gejala dari
sebuah diagnosa. PES dapat diidentifikasi sebagai P (problem/need), E (etiology), dan
S (sign/symptom).
Problem adalah nama atau label diagnosa yang diidentifikasi dari daftar NANDA,
yang menunjukkan suatu masalah yang berkenaan dengan perhatian pasien/orang
terdekat dan perawat, yang memerlukan intervensi atau penanganan keperawatan.
Etiology adalah penyebab atau faktor kontribusi yang bertanggung jawab
terhadap adanya masalah kebutuhan pasien yang spesifik dan dicurigai dari respons
yang telah diidentifikasi dari pengkajian (data dasar pasien). Etiologi dinyatakan
dengan kata “yang berhubungan dengan.”
Signs/symptom adalah manifestasi/petunjuk yang diidentifikasi dalam pengkajian
yang menyokong diagnosa keperawatan dan menunjukkan adanya tanda/gejala yang
dialami oleh pasien. Tanda dan gejala ini dinyatakan dinyatakan sebagai “ditandai
dengan” dan diikuti sejumlah data subjektif dan objektif. Akan tetapi, tanda/gejala ini
tidak disertakan dalam diagnosa potensial atau risiko karena masalah belum terjadi
secara nyata.
b. Format SOAPIE
Format SOAPIE merupakan metode sistematis untuk mencatat beberapa
peristiwa. Singkatan SOAPIE ini terdiri antara lain S (data subjektif), O (data
objektif), A (analisis atau diagnosa), P (perencanaan), I (implementasi), dan E
(evaluasi). Apabila perawat menggunakan format SOAPIE, catatan awal diagnosa
akan menggambarkan tanda-tanda dan gejala, sehingga perawat tidak perlu memakai
metoda PES pada dokumentasi selanjutnya.
Berikut adalah contoh format SOAPIE yang baru ditetapkan:
S : :Saya takut sesuatu yang mengerikan akan terjadi.”
O : Tidak dapat diterapkan
A : Ketakutan yang berhubungan dengan kemungkinan efek negatif karena
pemeriksaan mielogram yang telah dijadwalkan.
P : Rujuk ke rencana perawatan
c. Catatan fokus
Catatan fokus memakai singkatan DAR, yaitu Data, Aksi/tindakan, dan Respons,
untuk mencatat data. Berikut merupakan contohnya:
Fokus: Ketakutan yang berhubungan dengan kemungkinan efek negatif karena
mielogram terjadwal.
D : Klien menyatakan “Saya takut sesuatu yang mengerikan akan terjadi.”
A : Perencanaan perawatan awal
R : Tidak dapat diterapkan
2. Tipe pernyataan diagnostik
Dalam menjelaskan status kesehatan dari klien atau kelompok, pernyataan diagnosa dapat
mempunyai satu, dua, atau tiga bagian. Pernyataan bagian pertama hanya berisi label diagnostik
dan diagnosa keperawatan sindrom. Pernyataan bagian kedua berisi label atau faktor penunjang
yang dapat menunjang perubahan status kesehatan seseorang. Berikut adalah tipe-tipe pernyataan
diagnostik:
Pernyataan satu bagian:
Potensial terhadap Peningkatan Menjadi Orang
Potensial tehadap Peningkatan Nutrisi
Sindrom Disuse
Sindrom Trauma Perkosaan
Pernyataan Dua Bagian
Risiko tehadap Cedera yang berhubungan dengan kurang kesadaran pada bahaya.
Kerusakan Integritas kulit yang berhubungan dengan emobilitas jangka panjang karena
fraktur pelvis.
Pernyataan Tiga Bagian
Kerusakan Integritas Kulit yang berhubungan dengan imobilitas jang panjang sekunder
terhadap fraktur pelvis, yang dibuktikan dengan adanya lesi sacral sepanjang 2 cm.
Dalam merumuskan diagnosa, seorang perawat hendaknya menggunakan diagnosa
keperawatan, dan bukan diagnosa medis. Diagnosa medis adalah diagnosa yang mencerminkan
perubahan struktur atau fungsi organ/sistem, dibuktikan dengan pemeriksaan diagnostik medis,
seperti diabetes mellitus, gagal jantung, hepatitis, kanker, dan lain-lain. Sedangkan diagnosa
keperawatan adalah diagnosa yang menunjukkan respons manusia terhadap masalah
kesehatan/proses kehidupan yang aktual dan potensial.
Berikut adalah tabel perbedaan antara diagnosa medis dengan diagnosa keperawatan.
Hal Diagnosa Medis Diagnosa Keperawatan
Sifat Tidak berubah Berubah karena perubahan
pemulihan situasi/perspektif
pasien
Tujuan Untuk mengidentifikasi dan Untuk mengarahkan rencana
merancang rencana pengobatan asuhan untuk membantu klien
untuk menyembuhkan penyakit dan keluarganya beradaptasi
atau proses patologis terhadap penyakit mereka dan
untuk menghilangkan masalah
perawatan kesehatan
Sasaran Untuk meresepkan pengobatan Untuk mengembangkan suatu
rencana asuhan yang bersifat
individual
Diagnosa keperawatan sangat menguntungkan baik bagi perawat maupun bagi klien.
Diagnosa keperawatan memfasilitasi komunikasi diantara perawat tentang tingkat kesejahteraan
klien klien dan membantu dalam perencanaan pemulangan. Diagnosa keperawatan
memfasilitasi komunikasi dalam beberapa cara, yaitu daftar awal diagnosa keperawatan yang
merupakan suatu rujukan yang mudah didapat untuk kebutuhan perawatan klien saat ini.
Diagnosa keperawatan juga membantu memprioritaskan kebutuhan klien.
Diagnosa keperawatan juga digunakan untuk pencatatan dalam catatan perkembangan,
menuliskan rujukan dan memberikan transisi perawatan yang efektif dari suatu unit ke unit
lainnya, dari suatu klinik ke klinik lainnya, atau dari rumah sakit ke komunitas. Perencanaan
pemulangan adalah set keputusan dan aktivitas yang dirancang untuk memberikan kontinuitas
dan koordinasi terhadap asuhan keperawatan. Perencanaan pemulangan penting ketika klien
dipulangkan dari satu rumah sakit ke rumah sakit lainnya atau dari rumah sakit ke lembaga
komunitas. Dalam perencanaan pemulangan, diagnosa keperawatan merupakan mekanisme dan
menegaskan perawatan yang masih diperlukan klien. (Carpenito, 1995; Gordon, 1994).
Diagnosa keperawatan dapat juga berfungsi sebagai fokus untuk perbaikan kualitas
(Gordon, 1994). Perbaikan kualitas adalah proses pemantauan dan evaluasi dan hasil dalam
pelayanan kesehatan dan bisnis lainnya untuk mengidentifikasi kesempatan untuk perbaikan.
Diagnosa keperawatan adalah metoda mengidentifikasi fokus dari aktivitas keperawatan. Ketika
berfokus pada diagnosa keperawatan, penelaah dapat menentukan apakah asuhan keperawatan
telah tepat dan diberikan sesuai dengan standar praktik.
Manfaat diagnosa keperawatan bagi profesi juga penting bagi klien dan keluarga.
Komunikasi yang lebih baik diantara profesional perawatan kesehatan membantu
menghilangkan masalah potensial dalam memberikan perawatan dan mempertahankan fokus
pada pemenuhan tujuan perawatan kesehatan klien. Sama halnya dengan pertimbangan akhir
untuk perbaikan dan telaah dari sejawat adalah untuk memastikan bahwa perawatan yang
berkualitas tinggi diberikan pada klien dan keluarganya. Selanjutnya klien mendapat manfaat
dari asuhan keperawatan yang bersifat individual yang dihasilkan dari penetapan tujuan yang
sesuai, pemilihan prioritas yang tepat, pemilah intervensi yang tepat, dan penetapan kriteria
hasil. (Patricia A. Potter, 2005).
2.3.5.2 Keterbatasan Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan juga memiliki keterbatasan, dan praktisi harus menyadari tentang
keberadaannya. Karena evolusi kontinu tentang istilah diagnosa keperawatan, bahasa yang
digunakan kadang bertele-tele dan mengandung istilah selingkuh. Hal ini mungkin membatasi
penggunaan diagnosa keperawatan hanya pada profesional keperawatan dan mengakibatkan
kebingungan diantara anggota tim perawatan kesehatan lain. (Seahill, 1991; Carpenito, 1995)
Adapun kekurangan daiagnosa dalam keperawatan menurut Carpentio dan Lynda Juall
a. Diagnosa keperawatan tidak diperlukan oleh perawat praktisi, perawat anestesi, san
perawat kebidanan
b. Diagnosa keperawatan tidak sensitif secara budaya
c. Diagnosa keperawatan tidak etis
d. Diagnosa keperawatan dapat melanggar kerahasiaan
Dapat disimpulkan bahwa diagnosa keperawatan akan memperbaiki komunikasi diantara
perawat dan profesional kesehatan lainnya. Namun, diagnosa keperawatan juga memiliki
keterbatasan yaitu tentang istilah dan penggunaan diagnosa keperawatan, bahasa yang
digunakan kadang bertele-tele yang mungkin dapat membatasi penggunaan diagnosa
keperawatan.